18
LAPORAN PJBL SISTEM DIGESTIF FUNDAMENTAL OF PATOPHYSIOLOGY “SIROSIS HEPATIS” Oleh: Nuning Khurotul Af’ida 105070201111011 JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Laporan Pjbl sirosis hati

Embed Size (px)

DESCRIPTION

sirosis hati

Citation preview

LAPORAN PJBL

SISTEM DIGESTIFFUNDAMENTAL OF PATOPHYSIOLOGYSIROSIS HEPATIS

Oleh:Nuning Khurotul Afida105070201111011

JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYAMALANG 2013

SIROSIS HEPATIS

1. DEFINISI DAN KLASIFIKASIIstilah Sirosis hati diberikan oleh Laence tahun 1819, yang berasal dari kata Khirros yang berarti kuning orange (orange yellow), karena perubahan warna pada nodulnodul yang terbentuk. Pengertian sirosis hati dapat dikatakan sebagai berikut yaitu suatu keadaan disorganisassi yang difuse dari struktur hati yang normal akibat nodul regeneratif yang dikelilingi jaringan mengalami fibrosis.Secara lengkap Sirosis hati adalah suatu penyakit dimana sirkulasi mikro, anatomi pembuluh darah besar dan seluruh sitem arsitektur hati mengalami perubahan menjadi tidak teratur dan terjadi penambahan jaringan ikat (fibrosis) disekitar parenkim hati yang mengalami regenerasi.Sirosis hepatis adalah penyakit hati menahun yang ditandai dengan adanya pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai dengan adanya proses peradangan nekrosis sel hati yang luas, pembentukan jaringan ikat dan usaha regenerasi nodul. Distorsi arsitektur hati akan menimbulkan perubahan sirkulasi mikro dan makro menjadi tidak teratur akibat penambahan jaringan ikat dan nodul tersebut (Suzanne C. Smeltzer dan Brenda G. Bare, 2001).

INSIDENS Penderita sirosis hati lebih banyak dijumpai pada kaum laki-laki jika dibandingkan dengan kaum wanita sekitar 1,6 : 1 dengan umur rata-rata terbanyak antara golongan umur 30 59 tahun dengan puncaknya sekitar 40 49 tahun. Di Negara maju sirosis hati merupakan gangguan hati terbesar pada pasien berusia 45-46 tahun setelah memiliki riwayat penyakit kardiovaskular dan kanker. Di seluruh dunia sirosis menempati urutan ke-7 penyebab kematian. Sekitar 25.000 orang meninggal setiap tahun akibat penyakit ini. Sirosis hati merupakan penyakit hati yang sering ditemukan dalam ruang perawatan pasien penyakit dalam. Laporan di Negara maju, kasus sirosis hati yang datang berobat ke dokter hanya kira-kira 30% dari seluruh populasi penyakit ini, dan lebih kurang 30% lainnya ditemukan secara kebetulan ketika berobat untuk penyakit lain, sisanya ditemukan saat atopsi.

KLASIFIKASIBerdasarkan morfologi Sherlock membagi Sirosis hati atas 3 jenis :1. Mikronodular2. Makronodular3. Campuran (yang memperlihatkan gambaran mikro-dan makronodular)Secara Fungsional Sirosis terbagi atas :1. Sirosis hati kompensataSering disebut dengan Laten Sirosis hati. Pada atadiu kompensata ini belum terlihat gejala-gejala yang nyata. Biasanya stadium ini ditemukan pada saat pemeriksaan screening.2. Sirosis hati DekompensataDikenal dengan Active Sirosis hati, dan stadium ini biasanya gejala-gejala sudah jelas, misalnya ; ascites, edema dan ikterus.

2. ETIOLOGI DAN FAKTOR RISIKOAda 3 tipe sirosis hepatis : Sirosis portal laennec (alkoholik nutrisional), dimana jaringan parut secara khas mengelilingi daerah portal. Sering disebabkan oleh alkoholis kronis. Sirosis pasca nekrotik, dimana terdapat pita jaringan parut yang lebar sebagai akibat lanjut dari hepatitis virus akut yang terjadi sebelumnya. Sirosis bilier, dimana pembentukan jaringan parut terjadi dalam hati di sekitar saluran empedu. Terjadi akibat obstruksi bilier yang kronis dan infeksi (kolangitis).

Etiologi Sirosis Hepatica menurut Wahyuni, 2003:1. Virus hepatitis (B,C,dan D)2. Alkohol3. Kelainan metabolic :1. Hemakhomatosis (kelebihan beban besi)2. Penyakit Wilson (kelebihan beban tembaga)3. Defisiensi Alphal-antitripsin4. Glikonosis type-IV5. Galaktosemia6. Tirosinemia4. KolestasisSaluran empedu membawa empedu yang dihasilkan oleh hati ke usus, dimana empedu membantu mencerna lemak. Pada bayi penyebab sirosis terbanyak adalah akibat tersumbatnya saluran empedu yang disebut Biliary atresia. Pada penyakit ini empedumemenuhi hati karena saluran empedu tidak berfungsi atau rusak. Bayi yang menderita Biliary berwarna kuning (kulit kuning) setelah berusia satu bulan. Kadang bisa diatasi dengan pembedahan untuk membentuk saluran baru agar empedu meninggalkan hati, tetapi transplantasi diindikasikan untuk anak-anak yang menderita penyakit hati stadium akhir. Pada orang dewasa, saluran empedu dapat mengalami peradangan, tersumbat, dan terluka akibat Primary Biliary Sirosis atau Primary Sclerosing Cholangitis. Secondary Biliary Cirrosis dapat terjadi sebagai komplikasi dari pembedahan saluran empedu.5. Sumbatan saluran vena hepatica- Sindroma Budd-Chiari- Payah jantung6. Gangguan Imunitas (Hepatitis Lupoid)7. Toksin dan obat-obatan (misalnya : metotetrexat, amiodaron,INH, dan lainlain)8. Operasi pintas usus pada obesitas9. Kriptogenik10. Malnutrisi11. Indian Childhood Cirrhosis

ETIOLOGI DAN FAKTOR RISIKO

4. MANIFESTASI KLINIS1. Kegagalan parenkim hati2. Hipertensi portal3. Asites4. Ensefalophati hepatitis

Keluhan dari sirosis hati dapat berupa :a. Merasa kemampuan jasmani menurunb. Nausea, nafsu makan menurun dan diikuti dengan penurunan berat badanc. Mata berwarna kuning dan buang air kecil berwarna gelapd. Pembesaran perut dan kaki bengkake. Perdarahan saluran cerna bagian atasf. Pada keadaan lanjut dapat dijumpai pasien tidak sadarkan diri (Hepatic Enchephalopathy)g. Perasaan gatal yang hebat

Seperti telah disebutkan diatas bahwa pada hati terjadi gangguan arsitektur hati yang mengakibatkan kegagalan sirkulasi dan kegagalan perenkym hati yang masingmasing memperlihatkan gejala klinis berupa:1. Kegagalan sirosis hatia. edemab. ikterusc. komad. spider nevie. alopesia pectoralisf. ginekomastiag. kerusakan hatih. asitesi. rambut pubis rontokj. eritema palmarisk. atropi testisl. kelainan darah (anemia,hematon/mudah terjadi perdaarahan)2. Hipertensi portala. varises oesophagusb. spleenomegalic. perubahan sum-sum tulangd. caput medusee. asitesf. collateral veinhemorrhoidg. kelainan sel darah tepi (anemia, leukopeni dan trombositopeni)

KOMPLIKASI1. Perdarahan gastrointestinalHipertensi portal menimbulkan varises oesopagus, dimana suatu saat akan pecah sehingga timbul perdarahan yang masih.2. Koma Hepatikum.4. Ulkus Peptikum5. Karsinoma hepatoselluralKemungkinan timbul karena adanya hiperflasia noduler yang akan berubah menjadi adenomata multiple dan akhirnya menjadi karsinoma yang multiple.6. InfeksiMisalnya : peritonisis, pnemonia, bronchopneumonia, tbc paru, glomerulonephritis kronis, pielonephritis, sistitis, peritonitis, endokarditis, srisipelas, septikema

5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIKPemeriksaan Laboratorium Pada Darah dijumpai HB rendah, anemia normokrom normositer, hipokrom mikrositer / hipokrom makrositer, anemia dapat dari akibat hipersplemisme dengan leukopenia dan trombositopenia, kolesterol darah yang selalu rendah mempunyai prognosis yang kurang baik. Kenaikan kadar enzim transaminase SGOT, SGPT bukan merupakan petunjuk berat ringannya kerusakan parenkim hati, kenaikan kadar ini timbul dalam serum akibat kebocoran dari sel yang rusak, pemeriksaan bilirubin, transaminase dan gamma GT tidak meningkat pada sirosis inaktif. Albumin akan merendah karena kemampuan sel hati yang berkurang, dan juga globulin yang naik merupakan cerminan daya tahan sel hati yang kurang dan menghadapi stress. Pemeriksaan CHE (kolinesterase). Ini penting karena bila kadar CHE turun, kemampuan sel hati turun, tapi bila CHE normal / tambah turun akan menunjukan prognasis jelek. Kadar elektrolit penting dalam penggunaan diuretic dan pembatasan garam dalam diet, bila ensefalopati, kadar Na turun dari 4 meg/L menunjukan kemungkinan telah terjadi sindrom hepatorenal. Pemanjangan masa protrombin merupakan petunjuk adanya penurunan fungsi hati. Pemberian vit K baik untuk menilai kemungkinan perdarahan baik dari varises esophagus, gusi maupun epistaksis. Peningggian kadar gula darah. Hati tidak mampu membentuk glikogen, bila terus meninggi prognosis jelek. Pemeriksaan marker serologi seperti virus, HbsAg/HbsAb, HbcAg/ HbcAb, HBV DNA, HCV RNA., untuk menentukan etiologi sirosis hati dan pemeriksaan AFP (alfa feto protein) penting dalam menentukan apakah telah terjadi transpormasi kearah keganasan.Pemeriksaan Radiografi Esofagoskopi Ultrasonografi Tomografi Komputerisasi Angiografi selektif6. PENATALAKSANAANPengobatan sirosis hati pada prinsipnya berupa :1. Simtomatis2. Supportif, yaitu :a. Istirahat yang cukupb. Pengaturan makanan yang cukup dan seimbang;misalnya : cukup kalori, protein 1gr/kgBB/hari dan vitaminc. Pengobatan berdasarkan etiologiMisalnya pada sirosis hati akibat infeksi virus C dapat dicoba dengan interferon. Sekarang telah dikembangkan perubahan strategi terapi bagian pasien dengan hepatitis C kronik yang belum pernah mendapatkan pengobatan IFN seperti a) kombinasi IFN dengan ribavirin, b) terapi induksi IFN, c) terapi dosis IFN tiap hariA) Terapi kombinasi IFN dan Ribavirin terdiri dari IFN 3 juta unit 3x seminggu dan RIB 1000-2000 mg perhari tergantung berat badan (1000mg untuk berat badan kurang dari 75kg) yang diberikan untuk jangka waktu 24-48 minggu.B) Terapi induksi Interferon yaitu interferon diberikan dengan dosis yang lebih tinggi dari 3 juta unit setiap hari untuk 2-4 minggu yang dilanjutkan dengan 3 juta unit 3 x seminggu selama 48 minggu dengan atau tanpa kombinasi dengan RIB.C) Terapi dosis interferon setiap hari. Dasar pemberian IFN dengan dosis 3 juta atau 5 juta unit tiap hari sampai HCV-RNA negatif di serum dan jaringan hati.3. Pengobatan yang spesifik dari sirosishati akan diberikan jika telah terjadi komplikasi seperti1. Astises2. Spontaneous bacterial peritonitis3. Hepatorenal syndrome4. Ensefalophaty hepatic

Ad. AsitesDalat dikendalikan dengan terapi konservatif yang terdiri atas :- Istirahat- Diet rendah garamUntuk asites ringan dicoba dulu dengan istirahat dan diet rendah garam dan penderita dapat berobat jalan dan apabila gagal maka penderita harus dirawat.- DiuretikPemberian diuretic hanya bagi penderita yang telah menjalani diet rendah garam dan pembatasan cairan namun penurunan berat badannya kurang dari 1 kg setelah 4 hari. Mengingat salah satu komplikasi akibat pemberian diuretic adalah hipokalemia dan hal ini dapat mencetuskan encepalophaty hepatic, maka pilihan utama diuretic adalah spironolacton, dan dimulai dengan dosis rendah, serta dapat dinaikkan dosisnya bertahap tiap 3-4 hari, apabila dengan dosis maksimal diuresinya belum tercapai maka dapat kita kombinasikan dengan furosemid.

Ad.Perdarahan karena pecahnya Varises EsofagusKasus ini merupakan kasus emergensi sehingga penentuan etiologi sering dinomorduakan, namun yang paling penting adalah penanganannya lebih dulu. Prrinsip penanganan yang utama adalah tindakan Resusitasi sampai keadaan pasien stabil, dalam keadaan ini maka dilakukan :- Pasien diistirahatkan daan dpuasakan- Pemasangan IVFD berupa garam fisiologis dan kalau perlu transfusi-Pemasangan Naso Gastric Tube, hal ini mempunyai banyak sekali kegunaannya yaitu : untuk mengetahui perdarahan, cooling dengan es, pemberian obat-obatan, evaluasi darah- Pemberian obat-obatan berupa antasida,ARH2,Antifibrinolitik,Vitamin K, Vasopressin, Octriotide dan Somatostatin- Disamping itu diperlukan tindakan-tindakan lain dalam rangka menghentikan perdarahan misalnya Pemasangan Ballon Tamponade dan Tindakan Skleroterapi / Ligasi aatau Oesophageal Transection.

Ad. Ensefalopati HepatikSuatu syndrome Neuropsikiatri yang didapatkan pada penderita penyakit hati menahun, mulai dari gangguan ritme tidur, perubahan kepribadian, gelisah sampai ke pre koma dan koma. Pada umumnya enselopati Hepatik pada sirosis hati disebabkan adanya factor pencetus, antara lain : infeksi, perdarahan gastro intestinal, obat-obat yang Hepatotoxic.Prinsip penggunaan ada 3 sasaran :1. mengenali dan mengobati factor pencetua2. intervensi untuk menurunkan produksi dan absorpsi amoniak serta toxin-toxin yang berasal dari usus dengan jalan :- Diet rendah protein- Pemberian antibiotik (neomisin)- Pemberian lactulose/ lactikol3. Obat-obat yang memodifikasi Balance Neutronsmiter- Secara langsung (Bromocriptin,Flumazemil)- Tak langsung (Pemberian AARS)

DAFTAR PUSTAKAHadi.Sujono. 2005. Gastroenterology. Bandung: Penerbit Alumni Hakim Zain.L. 2005. Penatalaksanaan Penderita Sirosis Hepatitis. Jakarta: GramediaLesmana.L.A. 2008. Pembaharuan Strategi Terapai Hepatitis Kronik C. Jakarta: Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK UI. RSUPN Cipto MangunkusumoSherlock.S. 2007. Diagnosis and Therapy of Chronic Liver and Biliarry Diseases. England: Oxford BlackwellSoeparman. 2007. Ilmu Penyakit Dalam jilid I, Edisi II. Jakarta: Penerbit Balai FK UI