19
Gagal ginjal kronik GAGAL GINJAL KRONIS PENDAHULUAN Penyakit Gagal Ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal mengalami penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja sama sekali dalam hal penyaringan pembuangan elektrolit tubuh, menjaga keseimbangan cairan dan zat kimia tubuh seperti sodium dan kalium di dalam darah atau produksi urine. Gagal ginjal biasanya dibagi menjadi dua kategori yang luas yaitu gagal ginjal kronik dan gagal ginjal akut. Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat (biasanya berlangsung beberapa tahun), sebaliknya gagal ginjal akut terjadi dalam beberapa hari atau beberapa minggu. Pada kedua kasus tersebut, ginjal kehilangan kemampuannya untuk mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh dalam keadaan asupan makanan normal. Gagal ginjal kronik terjadi setelah berbagai macam penyakit yang merusak massa nefron ginjal. Sebagian besar penyakit ini merupakan penyakit parenkim ginjal difus dan bilateral, meskipun lesi obstruktif pada traktus urinarius juga dapat menyebabkan gagal ginjal kronik. Pada awalnya, beberapa penyakit ginjal terutama menyerang glomerolus (glomerulo-nefritis), sedangkan jenis yang lain terutama menyerang tubulus ginjal (pielonefritis atau penyakit polikistik ginjal) atau dapat juga mengganggu perfusi darah pada parenkim ginjal (nefrosklrosis). Namun, bila proses penyakit tidak dihambat maka pada semua kasus seluruh nefron akhirnya hancur dan diganti dengan jaringan parut. Meskipun penyebabnya banyak, gambaran klinis gagal ginjal kronik sangat mirip satu dengan yang lainnya karena gagal ginjal progresif SMF ILMU PENYAKIT DALAM RSU Dr. PIRNGADI MEDAN 2008 1

GAGAL GINJAL KRONIS

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: GAGAL GINJAL KRONIS

Gagal ginjal kronik

GAGAL GINJAL KRONISPENDAHULUAN

Penyakit Gagal Ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal mengalami penurunan

hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja sama sekali dalam hal penyaringan pembuangan elektrolit

tubuh, menjaga keseimbangan cairan dan zat kimia tubuh seperti sodium dan kalium di dalam darah

atau produksi urine.

Gagal ginjal biasanya dibagi menjadi dua kategori yang luas yaitu gagal ginjal kronik dan gagal

ginjal akut. Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat

(biasanya berlangsung beberapa tahun), sebaliknya gagal ginjal akut terjadi dalam beberapa hari atau

beberapa minggu. Pada kedua kasus tersebut, ginjal kehilangan kemampuannya untuk

mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh dalam keadaan asupan makanan normal.

Gagal ginjal kronik terjadi setelah berbagai macam penyakit yang merusak massa nefron ginjal.

Sebagian besar penyakit ini merupakan penyakit parenkim ginjal difus dan bilateral, meskipun lesi

obstruktif pada traktus urinarius juga dapat menyebabkan gagal ginjal kronik.

Pada awalnya, beberapa penyakit ginjal terutama menyerang glomerolus (glomerulo-nefritis),

sedangkan jenis yang lain terutama menyerang tubulus ginjal (pielonefritis atau penyakit polikistik ginjal)

atau dapat juga mengganggu perfusi darah pada parenkim ginjal (nefrosklrosis). Namun, bila proses

penyakit tidak dihambat maka pada semua kasus seluruh nefron akhirnya hancur dan diganti dengan

jaringan parut.

Meskipun penyebabnya banyak, gambaran klinis gagal ginjal kronik sangat mirip satu dengan

yang lainnya karena gagal ginjal progresif dapat didefenisikan secara sederhana sebagai defisiensi

jumlah total nefron yang berfungsi dan kombinasi gangguan yang pasti tidak dapat dielakkan lagi.

Penyakit gagal ginjal ini dapat menyerang siapa saja yang menderita penyakit serius atau

terluka dimana hal itu berdampak langsung pada ginjal itu sendiri. Penyakit gagal ginjal lebih sering

dialami mereka yang berusia dewasa, dari pada mereka yang berusia muda. terlebih pada kaum lanjut

usia.

SMF ILMU PENYAKIT DALAMRSU Dr. PIRNGADI MEDAN 2008 1

Page 2: GAGAL GINJAL KRONIS

Gagal ginjal kronik

DEFENISI

Penyakit ginjal kronik adalah suatu proses patofisiologis dengan etiologi yang beragam,

mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan pada umumnya berakhir dengan gagal ginjal.

Sedangkan gagal ginjal adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang

ireversibel.

EPIDEMIOLOGI

Di Amerika Serikat, data tahun 1995 – 1999 menyatakan insidens penyakit ginjal kronik

diperkirakan 100 kasus perjuta penduduk pertahun. Dan angka ini meningkat sekitar 8 % setiap

tahunnya. Di Malaysia, dengan populasi 18 juta, diperkirakan terdapat 1800 kasus baru gagal ginjal

pertahunnya. Di negara-negara berkembang lainnya, insiden ini diperkirakan sekitar 40 – 60 kasus

perjuta penduduk pertahun.

ETIOLOGI

Etiologi penyakit ginjal kronik sangat bervariasi antara satu Negara dengan Negara lain. Misalkan

dinegara Amerika Serikat, dari tahun 1995 – 1999 penyebab utama penyakit ginjal kronik ini adalah

Diabetes Mellitus tipe I & II dengan insiden 44%, Hipertensi dan penyakit pembuluh darah besar (27%),

Glomerulonefritis (10%), Nefritis Interstitialis (4%), Kista dan penyakit bawaan lain (3%), Penyakit

sistemik lupus dan vaskulitis (2%), Neoplasma (2%).

Sedangkan Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) tahun 2000 mencatat penyebab gagal

ginjal yang menjalani hemodialisis di Indonesia adalah Glomerulonefritis (46,39%), Diabetes Mellitus

(18,65%), Obstruksi dan Infeksi (12,85%), Hipertensi (8,46%), Sebab lain (13,65%).

Adapun penyakit lainnya yang juga dapat menyebabkan kegagalan fungsi ginjal apabila tidak

cepat ditangani antara lain adalah ; Kehilangan carian banyak yang mendadak ( muntaber, perdarahan,

luka bakar), serta penyakit lainnya seperti penyakit Paru (TBC), Sifilis, Malaria, Hepatitis, Preeklampsia,

Obat-obatan dan Amiloidosis.

PATOFISIOLOGI

Patofisiologi penyakit ginjal kronik pada awalnya tergantung pada penyakit yang mendasarinya,

tapi dalam perkembangan selanjutnya proses yang terjadi kurang lebih sama. Pengurangan masa ginjal

mengakibatkan hipertrofi structural dan fungsional nefron yang masih tersisa sebagai upaya kompensasi

yang diperantarai oleh molekul vasoaktif seperti sitokin dan growth factors. Hal ini mengakibatkan

SMF ILMU PENYAKIT DALAMRSU Dr. PIRNGADI MEDAN 2008 2

Page 3: GAGAL GINJAL KRONIS

Gagal ginjal kronik

terjadinya hiperfiltrasi yang diikuti oleh peningkatan tekanan kapiler aliran darah glomerulus. Proses

adaptasi ini berlangsung singkat dan diikuti dengan penurunan fungsi nefron yang progressif, walaupun

penyakit dasarnya sudah tidak aktif lagi.

Pada stadium paling dini pada penyakit ginjal kronik, terjadi kehilangan daya cadang ginjal pada

keadaan mana basal LFG masih normal atau malah meningkat. Kemudian secara perlahan tapi pasti,

akan terjadi penurunan fungsi nefron yang progresif, yang ditandai dengan peningkatan kadar urea dan

kreatinin serum. Sampai pada LFG sebesar 60%, pasien masih belum merasakan keluhan (asimptomatik),

tapi sudah terjadi peningkatan kadar urea dan kreatinin serum. Sampai pada LFG sebesar 30%, mulai

terjadi keluhan pada pasien seperti nokturia, badan lemah, mual, nafsu makan kurang dan penurunan

berat badan. Sampai pada LFG dibawah 30%, pasien memperlihatkan gejala dan tanda uremia yang

nyata seperti anemia, peningkatan tekanan darah, gangguan metabolism fosfor dan kalsium, pruritus,

mual, muntah dan lain sebagainya.

KRITERIA PENYAKIT GINJAL KRONIK

1. Kerusakan ginjal (renal demage) yang terjadi lebih dari 3 bulan, berupa kelainan structural atau

fungsional, dengan atau tanpa penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG), dengan manifestasi :

Kelainan patologis

Terdapat tanda kelainan ginjal, termasuk kelainan dalam komposisi darah atau urin,

atau kelainan dalam tes pencitraan (imaging tests)

2. Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) kurang dari 60 ml/menit/1,73 m2 selama 3 bulan, dengan atau

tanpa kerusakan ginjal

Pada keadaan tidak terdapat kerusakan ginjal lebih dari 3 bulan, dan LFG sama atau lebih dari 60

ml/menit/1,73 m2, tidak termasuk criteria penyakit ginjal kronik.

KLASIFIKASI

Klasifikasi penyakit ginjal kronik didasarkan atas dua hal yaitu, atas dasar derajat (stage)

penyakit dan atas dasar diagnosis etiologi.

Klasifikasi atas dasar derajat penyakit, dibuat atas dasar LFG yang dihitung dengan

mempergunakan rumus Kockcroft – Gault sebagai berikut :

LFG = (140 – umur) X Berat Badan *)

72 X kreatinin plasma (mg/dl)*) pada perempuan dikalikan 0,85

SMF ILMU PENYAKIT DALAMRSU Dr. PIRNGADI MEDAN 2008 3

Page 4: GAGAL GINJAL KRONIS

Gagal ginjal kronik

Klasifikasi penyakit ginjal kronik atas dasar derajat penyakit

Derajat Penjelasan LFG (ml/mn/1,73mm2)

1

2

3

4

5

Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau ↑

Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ ringan

Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ sedang

Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ berat

Gagal Ginjal

≥ 90

60 – 89

30 – 59

15 – 29

< 15 atau dialisis

Klasifikasi penyakit ginjal kronik atas dasar diagnosis etiologi

Penyakit Tipe Mayor

Penyakit ginjal diabetes

Penyakit ginjal non diabetes

Penyakit pada transplantasi

Diabetes Tipe 1 dan 2

Penyakit glomerular (penyakit otoimun, infeksi sistemik, obat,

neoplasma)

Penyakit vascular (penyakit pembuluh darah besar, hipertensi,

mikroangiopati)

Penyakit tubulointerstitial (pielonefritis kronik, batu, obstruksi,

keracunan obat)

Penyakit kistik (ginjal polikistik)

Rejeksi kronik

Keracunan obat (siklosporin / takrolimus)

Penyakit recurrent (glomerular)

Transplant glomerulopathy

GAMBARAN KLINIS

Gambaran klinis pasien penyakit ginjal kronik meliputi :

SMF ILMU PENYAKIT DALAMRSU Dr. PIRNGADI MEDAN 2008 4

Page 5: GAGAL GINJAL KRONIS

Gagal ginjal kronik

1. Sesuai dengan penyakit yang mendasarinya, misalnya diabetes mellitus, infeksi traktus urinarius,

batu traktus urinarius, hipertensi, hiperurikemi, Lupus Erimatosus Sistemik (LES), dll

2. Sindrom uremia, yang terdiri dari lemah, letargi, anoreksia, mual muntah, nokturia, kelebihan

volume cairan, neuropati perifer, pruritus, uremic frost, perikarditis, kejang-kejang sampai koma

3. Gejala komplikasinya antara lain hipertensi, anemia, osteodistrofi renal, payah jantung, asidosis

metabolic, gangguan keseimbangan elektrolit (sodium, kalium, khlorida).

GAMBARAN LABORATORIS

Gambaran laboratorium penyakit ginjal kronik meliputi :

1. Sesuai dengan penyakit yang mendasarinya

2. Penurunan fungsi ginjal berupa peningkatan kadar ureum dan kreatinin serum, an penurunan

LFG yang dihitung mempergunakan rumus Kockcroft – Gault. Kadar kreatinin serum saja tidak

bisa dipergunakan untuk memperkirakan fungsi ginjal

3. Kelainan biokimiawi darah meliputi penurunan kadar hemoglobin, peningkatan kadar asam urat,

hiper atau hipokalemia, hiponatremia, hiper atau hipokloremia, hiperfosfatemia, hipokalsemia,

asidosis metabolic

4. Kelainan urinalisis meliputi proteinuria, hematuri, leukosuria, cast, isostenuria

GAMBARAN RADIOLOGIS

Pemeriksaan radiologis penyakit ginjal kronik meliputi :

1. Foto polos abdomen, bisa tampak batu radio opak

2. Pielografi intravena jarang dikerjakan karena kontras sering tidak bisa melewati filter

glomerulus, disamping kekhawatiran terjadinya pengaruh toksik oleh kontras terhadap ginjal

yang sudah mengalami kerusakan

3. Pielografi antegrad atau retrograde dilakukan sesuai dengan indikasi

4. Ultrasonografi ginjal bisa memperlihatkan ukuran ginjal yang mengecil, korteks yang menipis,

adanya hidronefrosis atau batu ginjal, kista, massa, kalsifikasi

5. Pemeriksaan pemindaian ginjal atau renografi dikerjakan bila ada indikasi

BIOPSI DAN PEMERIKSAAN HISTOPATOLOGI GINJAL

SMF ILMU PENYAKIT DALAMRSU Dr. PIRNGADI MEDAN 2008 5

Page 6: GAGAL GINJAL KRONIS

Gagal ginjal kronik

Biopsy dan pemeriksaan histopatologi ginjal dilakukan pada pasien dengan ukuran ginjal yang

masih mendekati normal, dimana diagnosis secara noninvasive tidak bisa ditegakkan. Pemeriksaan

histopatologi ini bertujuan untuk mengetahui etiologi, menetapkan terapi, prognosis, dan mengevaluasi

hasil terapi yang telah diberikan. Biopsy ginjal indikasi kontra dilakukan pada keadaan dimana ukuran

ginjal yang sudah mengecil, ginjal polikistik, hipertensi yang tidak terkendali, infeksi perinefrik, gangguan

pembekuan darah, gagal nafas dan obesitas.

PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan penyakit ginjal kronik meliputi :

1. Terapi spesifik terhadap penyakit dasarnya

Waktu yang tepat untuk terapi penyakit dasarnya adalah sebelum terjadinya penurunan LFG,

sehingga pemburukan fungsi ginjal yang masih normal secara USG, biopsy dan pemeriksaan

histopatologi ginjal dapat menentukan indikasi yang tepat terhadap terapi spesifik. Tetapi bila

LFG sudah menurun sampai 20 – 30% dari normal, terapi terhadap penyakit dasar sudah banyak

bermanfaat.

2. Pencegahan dan terapi terhadap kondisi komorbid

Penting sekali untuk mengikuti dan mencatat kecepatan penurunan LFD pada pasien gagal ginjal

kronik. Hal ini untuk mengetahui kondisi komorbid (superimposed factors) yang dapat

memperburuk keadaan pasien. Factor-faktor komorbid ini antara lain gangguan keseimbangan

cairan, hipertensi yang tidak terkontrol, infeksi traktus urinarius, obstruksi traktus urinarius,

obat-obat nefrotoksik, bahan radiokontras, dan peningkatan aktivitas penyakit dasarnya.

3. Memperlambat perburukan (progression) fungsi ginjal

Factor utama penyebab perburukan fungsi ginjal adalah terjadinya hiperfiltrasi glomerulus. Dua

cara penting untuk mengurangi hiperfiltrasi glomerulus ini adalah pembatasan asupan protein.

Jumlah kalori yang diberikan sebesar 30 – 35 kkal/kgBB/hari, dibutuhkan pemantauan yang

teratur terhadap status nutrisi pasien. Bila terjadi malnutrisi, jumlah asupan kalori dan protein

dapat ditingkatkan.

Berbeda dengan lemak dan karbohidrat, kelebihan protein tidak disimpan dalam tubuh tetapi

dipecah menjadi urea dan substansi nitrogen lain yang terutama diekskresikan melalui ginjal.

Selain itu, makanan tinggi protein yang mengandung ion hydrogen, posfat, sulfat dan ion

unorganik lain juga diekskresikan melalui ginjal. Oleh karena itu, pemberian diet tinggi protein

pada pasien penyakit ginjal kronik akan mengakibatkan penimbunan substansi nitrogen dan ion

SMF ILMU PENYAKIT DALAMRSU Dr. PIRNGADI MEDAN 2008 6

Page 7: GAGAL GINJAL KRONIS

Gagal ginjal kronik

anorganik lain, dan mengakibatkan gangguan klinis dan metabolis yang disebut uremia. Dengan

demikian, pembatasan asupan protein akan mengakibatkan berkurangnya sindrom uremik.

Untuk lebih jelasnya dibawah ini adalah table pembatasan asupan protein dan fosfat pada

penyakit ginjal kronik.

Pembatasaan asupan protein dan fosfat pada penyakit ginjal kronik

LFG ml/menit Asupan protein g/kg/hari Fosfat g/kg/hari

>60

25 – 60

5 – 25

<60

(sindrom nefrotik)

Tidak dianjurkan

0,6 – 0,8/kg/hari, termasuk ≥ 0,35 gr/kg/hari nilai

biologi tinggi

0,6 – 0,8/kg/hari, termasuk ≥ 0,35 gr/kg/hari

protein nilai biologi tinggi atau tambahan 0,3 gr

asam amino esensial atau asam keton

0,8/kg/hari (+ 1 gr protein / gr proteinuria atau

0,3 g/kg tambahan asam amino esensial atau

asam keton

Tidak dibatasi

≤ 10 g

≤ 10 g

≤ 9 g

4. Terapi farmakologis

Untuk mengurangi hipertensi intraglomerulus. Pemakaian obat antihipertenasi, disamping

bermanfaat untuk memperkecil risiko kardiovaskular juga sangat penting untuk memperlambat

pemburukan kerusakan nefron dengan mengurangi hipertensi intraglomerulus dan hipertropi

glomerulus. Disamping itu, sasaran terapi farmakologis sangat terkait dengan derajat

proteinuria. Saat ini diketahui bahwa proteinuria merupakan factor resiko terjadinya

pemburukan fungsi ginjal, dengan kata lain derajat proteinuria berkaitan dengan proses

perburukan fungsi ginjal pada penyakit ginjal kronik. Beberapa obat antihipertensi , terutama

penghambat enzim converting angiotensin (angiotensin converting enzyme/ACE Inhibitor),

melalui berbagai studi terbukti dapat memperlambat proses pemburukan fungsi ginjal. Hal ini

terjadi lewat mekanisme kerjanya sebagai antihiprtensi dan antiproteinuria.

5. Pencegahan dan terapi terhadap penyakit cardiovascular

Pencegahan dan terapi terhadap penyakit kardiovaskular merupakan hal yang penting, karena

40-45% kematian pada penyakit ginjal kronik disebabkan oleh penyakit cardiovascular. Hal-hal

yang termasuk dalam pencegahan dan terapi penyakit kardiovaskular adalah pengendalian

SMF ILMU PENYAKIT DALAMRSU Dr. PIRNGADI MEDAN 2008 7

Page 8: GAGAL GINJAL KRONIS

Gagal ginjal kronik

diabetes, pengendalian hipertensi, pengendalian dislipidemia, pengendalian anemia,

pengendalian hiperfosfatemia dan terapi terhadap kelebihan cairan dan gangguan

keseimbangan elektrolit. Semua ini terkait dengan pencegahan dan terapi terhadap komplikasi

penyakit ginjal kronik secara keseluruhan.

6. Pencegahan dan terapi terhadap komplikasi

Penyakit ginjal kronik mengakibatkan berbagai komplikasi yang manifestasinya sesuai dengan

derajat penurunan fungsi ginjal yang terjadi.

Komplikasi penyakit ginjal kronik

Derajat Penjelasan LFG (ml/mnt) Komplikasi

1

2

3

4

5

Kerusakan ginjal dengan LFG normal

Kerusakan ginjal dengan penurunan

LFG ringan

Kerusakan ginjal dengan Penurunan

LFG sedang

Kerusakan ginjal dengan penurunan

LFG berat

Gagal ginjal

≥ 90

30 – 59

15 – 29

< 15

-

Tekanan darah mulai

Hiperfosfatemia

Hipokalcemia

Anemia

Hiperparatyroid

Hipertensi

Hiperhomosistinemia

Malnutrisi

Asidosis metabolic

Cenderung hiperkalemia

Dislipidemia

Gagal jantung

uremia

7. Terapi pengganti ginjal berupa dialysis atau transplantasi ginjal

SMF ILMU PENYAKIT DALAMRSU Dr. PIRNGADI MEDAN 2008 8

Page 9: GAGAL GINJAL KRONIS

Gagal ginjal kronik

Terapi pengganti ginjal dilakukan pada penyakit ginjal kronik stadium 5, yaitu pada LFG kurang

dari 15 ml/mnt. Terapi pengganti tersebut dapat berupa hemodialisis, peritonealdialisis atau

transplantasi ginjal.

Perencanaan tatalaksana (action plan) penyakit ginjal kronik sesuai dengan derajatnya dapat dilihat

pada table dibawah ini.

Penatalaksanaan penyakit ginjal kronik menurut derajatnya

Derajat LFG (ml/mnt/1,73 m2) Rencana tata laksana

1

2

3

4

5

≥ 90

60 - 89

30 – 59

15 – 29

<15

Terapi penyakit dasar, kondisi komorbid, evaluasi pemburukan

(progression), fungsi ginjal, memperkecil resiko kardiovaskuler

Menghambat pemburukan (progression) fungsi ginjal

Evaluasi dan terapi komplikasi

Persiapan untuk terapi pengganti ginjal

Terapi pengganti ginjal

SMF ILMU PENYAKIT DALAMRSU Dr. PIRNGADI MEDAN 2008 9

Page 10: GAGAL GINJAL KRONIS

Gagal ginjal kronik

STATUS ORANG SAKITANAMNESE PRIBADI

Nama : Elseria

Umur : 56 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Status Perkawinan : Kawin

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Suku : Batak

Agama : Kristen

Alamat : Jl. Sirait Holbung Tapanuli Utara

Tgl masuk RS : 22 April 2008

ANAMNESE PENYAKIT

Keluhan Utama : BAK sedikit

Telaah : - Hal ini dialami os sejak 1 bulan yang lalu. Dengan volume urine ± 1 gelas aqua / hari.

BAK seperti warna cucian daging (+) dialami os sejak 1 bulan yang lalu, BAK keluar

batu (-), BAK berpasir (-), BAK seperti susu (-)

Os juga secara rutin menjalani cuci darah 2 kali seminggu di RSUPM

Penurunan nafsu makan (+) sejak 2 bulan yang lalu. Penurunan berat badan (+) sejak

1 bulan yang lalu.

Demam (-), kaki bengkak (-), muka sembab (-), sesak nafas (-)

Riwayat darah tinggi (+) sejak 6 bulan yang lalu dan tidak berobat secara teratur.

Riwayat sakit gula (-), Riwayat sakit sendi (-)

Os juga berencana melakukan pemasangan semino

BAB (+) Normal

RPT : Darah Tinggi

RPO : Tidak Jelas

SMF ILMU PENYAKIT DALAMRSU Dr. PIRNGADI MEDAN 2008 10

Page 11: GAGAL GINJAL KRONIS

Gagal ginjal kronik

STATUS PRESENS

Keadaan Umum Keadaan Penyakit

Sensorium : CM Anemia : (+) Pancaran wajah : Lemah

Tek. Darah : 140/90mmHg Ikterus : (-) Sikap Paksa : (-)

Nadi : 88 x/i Dyspnoe : (-) Refleks Fisiologis : (+) N

Pernafasan : 22 x/i Oedem : (-) Refleks Patologis : (-)

Temperature : 36,80 C Syanosis : (-) BB : 31 kg TB : 150 cm

RBW : 67 % (Underweight)

KU/KP/KG : sedang/sedang/kurang

PEMERIKSAAN FISIK

Kepala

Mata : Reflex cahaya (+), Pupil isokor ka = ki, Conjungtiva palpebra inferior pucat (+), sclera

Ikterik (-)

T/H/M : Dalam Batas Normal

Leher : TVJ R-2 cmH2O, tracheal medial, pembesaran KGB (-), pembesaran kel. Tyroid (+)

grade III

Thorax Depan

Inspeksi : Simetris fusiformis

Palpasi : SF ka = ki, kesan Normal

Perkusi : Sonor memendek pada lapangan bawah paru kanan

BPH R/A : ICR V/VI, peranjakan 1 cm

BJR atas : ICR III kiri

Kanan : Linea Sternalis Dextra

Kiri : ICR V 1 cm medial LMCS

Auskultasi : Suara pernafasan : Bronchial pada lapangan bawah paru kanan

Suara tambahan : Ronchi basah pada lapangan bawah paru kanan

SMF ILMU PENYAKIT DALAMRSU Dr. PIRNGADI MEDAN 2008 11

Page 12: GAGAL GINJAL KRONIS

Gagal ginjal kronik

Thorax Belakang

Inspeksi : Simetris fusiformis

Palpasi : SF ka = ki, kesan Normal

Perkusi : Sonor memendek pada lapangan bawah paru kanan

Auskultasi : Suara pernafasan : Bronchial pada lapangan bawah paru kanan

Suara tambahan : Ronchi basah pada lapangan bawah paru kanan

M1>M2, A2>A2, P2>P1, A2>P2

HR : 88 x/I, regular, desah (-)

Abdomen

Inspeksi : Simetris

Palpasi : Soepel, H/L/R : tidak teraba

Perkusi : Tympani

Auskultasi : Peristaltik (+) Normal

Pinggang : Nyeri ketok sudut costovertebra (-)

Inguinal : Pembesaran KGB (-)

Genitalia : Perempuan, tdp

Extremitas : Superior : Dalam batas normal, turgor kulit baik, oedem (-)

Inferior : Dalam batas normal, turgor kulit baik, oedem (-)

Hasil Laboratorium IGD tgl 22 April 2008

Darah Rutin : Hb : 7,0 gr/dl MCV : 84 µm3

Leucosit : 8.100/mm3 MCH : 27,8 pg

Trombosit : 281.000/mm3 MCHC : 32,9 g/dl

Hematokrit : 21,4%

Fungsi Ginjal : Ureum : 440 mg/dl

Creatinin : 21,63 mg/dl

CrCl : 1,42 ml/mnt

KGD ad random : 114 mg/dl

SMF ILMU PENYAKIT DALAMRSU Dr. PIRNGADI MEDAN 2008 12

Page 13: GAGAL GINJAL KRONIS

Gagal ginjal kronik

RESUME

Telah datang seorang perempuan usia 56 tahun ke RSUPM dengan keluhan buang air kecilnya sedikit-

sedikit. Hal ini telah dialami os ± 1 bulan yang lalu. Dengan volume urine ± 1 gelas aqua / hari. BAK

seperti warna cucian daging (+) dialami os sejak 1 bulan yang lalu. Os juga secara rutin menjalani cuci

darah 2 kali seminggu di RSUPM. Penurunan nafsu makan juga dialami os sejak 2 bulan yang lalu dan

Penurunan berat badan (+) sejak 1 bulan yang lalu. Riwayat darah tinggi (+) sejak 6 bulan yang lalu dan

tidak berobat secara teratur. Os juga berencana melakukan pemasangan semino. BAB (+) Normal.

RPT : Darah Tinggi

RPO : Tidak Jelas

Status Presens

Pancaran wajah tampak lemah, Anemia (+)

KU/KP/KG : sedang/sedang/buruk

Pemeriksaan fisik

Kepala : Mata : Conjungtiva palpebra inferior pucat (+)

T/H/M : dbn

Leher : Pembesaran kel. Tyroid (+) grade III

Thorax : Perkusi : Sonor memendek pada lapangan bawah paru kanan

Auskultasi : SP : Bronchial pada lapangan bawah paru kanan

ST : Ronchi basah pada lapangan bawah paru kanan

Abdomen : Dalam batas normal, Turgor kulit baik

Ekstremitas : Superior : Dalam batas normal

Inferior : Dalam batas normal

DIAGNOSA BANDING

1. GGK e.c GNC dengan HD Reguler + SNNT

2. GGK e.c HN dengan HD Reguler + SNNT

3. GGK e.c PNC dengan HD Reguler + SNNT

4. GGK e.c PGOI degan HD Reguler + SNNT

SMF ILMU PENYAKIT DALAMRSU Dr. PIRNGADI MEDAN 2008 13

Page 14: GAGAL GINJAL KRONIS

Gagal ginjal kronik

DIAGNOSA SEMENTARA

GGK e.c GNC dengan HD Reguler + SNNT

THERAPY

Tirah baring

Diet ginjal 1500 kalori + bebas protein

Captopril 2 X 12,5 mg

Asam Folat 3 X 1 mg

PENJAJAKAN

U/D/F Lengkap

EKG

T3, T4, TSH

RFT

Konsul nefrologi dan hipertensi

Konsul div. metabolic dan endokrin

SMF ILMU PENYAKIT DALAMRSU Dr. PIRNGADI MEDAN 2008 14