9
ASUPAN GIZI SEBAGAI FAKTOR RESIKO PENYAKIT INFARK MIOKARD AKUT DI RUMAH SAKIT SANGLAH DENPASAR P P Sri Suglanll , Hamam Hadl2, I D P Pramantara~ ABSTRACT Background: Coronary heart disease especially acute myocardialinfarction (AMI) is one of the main cause of death evenin the developing countries. Coronary heart diseasehas been reported to be associated with high intakesof some nutrients. Objective: the study conducted to understand the role of nutrientintake as risk factors of AMI in Sanglah Hospital, Oenpasar Methods: A case control study was conducted in district of Oenpasarin 2003. Cases were people who had AMI andhospitalizedin Sanglah Hospital. Each case had two controlsone of which was hospitalized patient with no AMIandthe second was taken from the case-neighboring household. Controls were sex-and-age matched with cases.Dataonnutrient intakes of cases and controls were collectedusingfood frequency questionnaire (FFQ). Data of/ipidsprofile werecollected by a chemical analyst. Data on nutrientintakes were analised using food processor /I (FPII). Multiple logistic regression models were used to examinewhethernutrient intakes were risk factors of AMI Result: this study showed that people who had energy intakefromfat more than 30% of the total energy were 12 times (OR=12. 95 % CI: 2.71 - 53) more likely to have AMI than those with energy intake < 30%. People with high natrium intake were 9 times (OR=9. 95% CI= 1.8- 43.4)morelikely to have AMI than those with low natrium intake.People with LDUHDL ratio more than 3 were 7 times(OR= 7. 95% CI= 1.4 - 3.7) more likely to have AMI thanthose with LDUHDL ratio less than 3. Conclusion: High fat and natrium intakes and high LDU HOL ratio appeared to be risk factors of AMI. Key words: AMI, risk factors, nutrition intake. LDUHDL ratio PENDAHULUAN Infark Miokard akut (IMA) yaitu suatu keadaan nekrosismiokard akibat aliran darah ke ototjantung terganggu.Penyebab terjadinya IMA adalah proses aterosklerosis. yaitu suatu keadaan pada arteri besar dan kecil yang ditandai oleh penimbunan - .- endapan lemak. trombosit, makrofag dan sel-sel darah putih lainnya diseluruh kedalaman tunika intima (Iapisan sel endotel) dan akhirnya ke tunika media (Iapisan otot polos). Arteri yang paling sering terkena adalah arteri koroner, aorta. dan arteri-arteri serebrum. IMA merupakan manifestasi klinis dari Penyakit Jantung Koroner (PJK) (1). Saat ini PJK sudah menjadi masalah kesehatan yang cukup serius di negara maju. juga di Indonesia. Oi Amerika Serikat (USA) dan negara Eropa. 1/3-}'2 kematian disebabkan oleh penyakit jantung dan 70% nya disebabkan oleh PJK. Pada beberapa penelitian klinik dan epidemiologik yang dilakukan di Indonesia menunjukkan peningkatan insidensi PJK (2). Menurut Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) penyebab kematian akibat penyakit jantung dan pembuluh darah terus meningkat, dari ranking sebelas pada tahun 1957 (1-3%) menjadi ranking empat tahun 1980 (5,2%). ranking kedua tahun 1986 (9.77%). ranking pertama tahun 1992 (16,4%) dan tahun 1995 (18,9%) (3). Oari laporan tahunan di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Oenpasar tahun 2001. penyakit jantung menduduki urutan ke lima dan tahun 2002 menempati urutan kedua penyebab kematian penderita yang dirawat. Peningkatan penderita IMA di Rumah Sakit Sanglah Oenpasarjuga nampakdari tahun ke tahun, seperti yang tercantum dalam laporan tahunan 2000-2002. Pada tahun 2000 jumlah penderita IMA 77 orang, tahun 2001 meningkat menjadi 98 orang dan tahun 2002 berjumlah 142 orang (4). Asupan gizi berperan dalam terjadinya PJK. Apabila pada tahun 70-an komposisi asupan gizi tinggi karbohidrat kompleks, tinggi serat. cukup pro- tein terutama nabati serta rendah lemak. dengan perbaikan status sosial ekonomi serta intervensi Jurusan Gizi Poltekes Denpasar FK UGM Yogyakarta RS dr. Sardjito Yogyakarta

ASUPAN GIZI SEBAGAI FAKTOR RESIKO PENYAKIT INFARK …

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ASUPAN GIZI SEBAGAI FAKTOR RESIKO PENYAKIT INFARK …

ASUPAN GIZI SEBAGAI FAKTOR RESIKOPENYAKIT INFARK MIOKARD AKUT

DI RUMAH SAKIT SANGLAH DENPASAR

P P Sri Suglanll , Hamam Hadl2, I D P Pramantara~

ABSTRACT

Background: Coronary heart disease especially acutemyocardialinfarction (AMI) is one of the main cause ofdeathevenin the developing countries. Coronary heartdiseasehas been reported to be associated with highintakesof some nutrients.Objective: the study conducted to understand the role ofnutrientintake as risk factors of AMI in Sanglah Hospital,OenpasarMethods:A case control study was conducted in districtof Oenpasarin 2003. Cases were people who had AMIandhospitalizedin Sanglah Hospital. Each case had twocontrolsone of which was hospitalized patient with noAMIandthesecond was taken from the case-neighboringhousehold. Controls were sex-and-age matched withcases.Dataonnutrient intakes of cases and controls werecollectedusingfood frequency questionnaire (FFQ).Dataof/ipidsprofile werecollected by a chemical analyst. Dataonnutrientintakes were analised using food processor /I(FPII). Multiple logistic regression models were used toexaminewhethernutrient intakes were risk factors of AMIResult:this study showed that people who had energyintakefromfat more than 30% of the total energy were 12times(OR=12. 95 % CI: 2.71 - 53) more likely to haveAMI than those with energy intake < 30%. People withhighnatrium intake were 9 times (OR=9. 95% CI= 1.8-43.4)morelikely to have AMI than those with low natriumintake.People with LDUHDL ratio more than 3 were 7times(OR=7.95% CI= 1.4 - 3.7) more likely to have AMIthanthose with LDUHDL ratio less than 3.

Conclusion: High fat and natrium intakes and high LDUHOL ratio appeared to be risk factors of AMI.

Key words: AMI, risk factors, nutrition intake. LDUHDLratio

PENDAHULUAN

InfarkMiokard akut (IMA) yaitu suatu keadaannekrosismiokard akibat aliran darah ke otot jantungterganggu.Penyebab terjadinya IMA adalah prosesaterosklerosis. yaitu suatu keadaan pada arteribesar dan kecil yang ditandai oleh penimbunan

-.-

endapan lemak. trombosit, makrofag dan sel-seldarah putih lainnya diseluruh kedalaman tunikaintima (Iapisan sel endotel) dan akhirnya ke tunikamedia (Iapisan otot polos). Arteri yang paling seringterkena adalah arteri koroner,aorta. dan arteri-arteriserebrum. IMA merupakan manifestasi klinis dariPenyakit Jantung Koroner (PJK) (1).

Saat ini PJK sudah menjadi masalah kesehatanyangcukup serius di negara maju. juga di Indonesia.Oi Amerika Serikat (USA) dan negara Eropa. 1/3-}'2kematian disebabkan oleh penyakit jantung dan70% nya disebabkan oleh PJK. Pada beberapapenelitian klinik dan epidemiologik yang dilakukandi Indonesia menunjukkan peningkatan insidensiPJK (2).

Menurut Survey Kesehatan Rumah Tangga(SKRT) penyebab kematian akibat penyakit jantungdan pembuluh darah terus meningkat, dari rankingsebelas pada tahun 1957 (1-3%) menjadi rankingempat tahun 1980(5,2%). rankingkedua tahun 1986(9.77%). ranking pertama tahun 1992 (16,4%) dantahun 1995 (18,9%) (3).

Oari laporan tahunan di Rumah Sakit UmumPusat Sanglah Oenpasar tahun 2001. penyakitjantung menduduki urutan ke lima dan tahun 2002menempati urutan kedua penyebab kematianpenderita yang dirawat. Peningkatan penderita IMAdi RumahSakit Sanglah Oenpasarjuga nampakdaritahun ke tahun, seperti yang tercantum dalamlaporan tahunan 2000-2002. Pada tahun 2000jumlah penderita IMA 77 orang, tahun 2001meningkat menjadi 98 orang dan tahun 2002berjumlah 142 orang (4).

Asupan gizi berperan dalam terjadinya PJK.Apabila pada tahun 70-an komposisi asupan gizitinggi karbohidrat kompleks, tinggi serat. cukup pro-tein terutama nabati serta rendah lemak. denganperbaikan status sosial ekonomi serta intervensi

Jurusan Gizi Poltekes Denpasar

FK UGM Yogyakarta

RS dr. Sardjito Yogyakarta

Page 2: ASUPAN GIZI SEBAGAI FAKTOR RESIKO PENYAKIT INFARK …

68 JURNAL GIZI KLiNIK INDONESIA, Volume 1NO.2November 2004

budaya Barat, komposisi tersebut berangsur-ansurberubah menjadi tinggi karbohidrat, terutamakarbohidrat sederhana, tinggi lemak dan rendahkandungan serat, serta ditambah kurangnyaaktifitas, maka perubahan pola makan tersebutberperan besar dalam terjadinya peningkataninsidensi PJK di Indonesia (5).

Berdasarkan latar belakang tersebut penelitiingin mengetahui peranan asupan gizi sebagaifaktor risiko terjadinya penyakit Infark Miokard Akut(IMA) di Rumah Sakit Sanglah Denpasar.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini merupakan penelitian obser-vasional dengan rancangan matched case controlstudy. Kasus adalah penderita IMA seranganpertama dirawat di ruang intensif RS SanglahDenpasar. Sedangkan kontrol adalah individu nonIMA. Penentuan IMA dan Non IMA berdasar diag-nosis dokter spesialis. Setiap satu kasus memilikidua kontrol. Kontrol pertama (kontroll) berasal daripenderita selain IMA yang dirawat di ruang penyakitdalam RS Sanglah Denpasar, Kontrol kedua(kontroI2)berasal dari tetangga terdekat kasus.

Penelitian dilakukan di RS Sanglah dan diKotamadya Denpasar pada bulan September-Desember 2003. Besar sampel yang digunakandalam penelitian ini adalah 25 orang tiap kelompokyang diambil secara purposive sampling. Variabelpenelitian terdiri dari asupan gizi dan profil lipiddarah. Asupan gizi meliputi asupan energikarbohidrat, protein, asupan lemak dan natrium,dengan variabel terikatnya IMA.

Data asupan gizi diperoleh dengan meng-gunakan Food Frequency Questionnaire (FFQ)dengan bantuan food model untuk memudahkansubjek penelitian mengingat macam dan jumlahmakananyangtelahdikonsumsi selama enam bulanterakhir. Data ini kemudian diolah denganmenggunakan program FoodProcessor2 (FP 2).Data untuk profil lipid darah diperoleh denganpengambilan sampel darah subjek penelitian yangdilakukan oleh tenaga analis medis kemudiandilakukan pemeriksaan di Laboratorium Medis RSSanglah Denpasar.

Data yang telah terkumpul diteliti keleng-kapannya kemudian dilakukan editing dan diberikode. Selanjutnya dilakukan entri data denganbantuan program Epi Info 2000. Untuk melihat

kesebandingan kasus, kontroll dan kontrol2

digunakan uji statistik chi-squaredan anova.Untukmengestimasi besar risiko dilakukan uji regresilogistik dengan bantuan program stata 6.0.

HASIL DAN BAHASAN

Karakteristik Subjek Penelitian

Sebagian besar (92%) penderita IMA berjeniskelamin laki-Iaki dan sisanya (8%) perempuan,dengan umur rata-rata 58,7 :i:9,8 tahun untuk laki-laki dan 48,5 :i: 2,5 tahun untuk perempuan.Rendahnya risiko IMA pada perempuan dibanding-kan laki-Iakidikarenakan adanya fungsi protektifdarihormon estrogen yang dimiliki perempuan (6), dimana pada penelitian ini umumnya premenopause.

Peningkatan umur akan meningkatkanterjadinyaserangan IMA. Hal ini disebabkan adanyaproses degeneratif sehingga kemungkinan untukterserang PJK akan semakin meningkat. Disampingitu variasi umur dipengaruhi oleh faktor lingkunganseperti pola makan dan gaya hidup yang mana halini berhubungan dengan peningkatan prevalensipenyakit degeneratif termasuk PJK (5).

Asupan gizi diperoleh dengan mengadakanwawancara mengenai riwayat makanan untuk 6bulan terakhir menggunakan FFQ dengan bantuanfood model. Asupan gizi diamati berdasarkan 4subvariabel yaitu tingkat konsumsi karbohidrat, pro-tein, natrium dan asupan lemak. Asupan karbo-hidrat, protein dan natrium pada kasus lebih tinggidibandingkan dengan kontrol, baik kontroll maupunkontrol2. Berdasarkan uji anova, terlihat bahwaasupan protein dan natrium berbeda secara statistik(p<0,05).

Demikian juga pada asupan lemak diperolehhasil adanya kecenderungan perbedaan asupanlemak yang mencolok antara kelompok kasus dankontrol. Rata-rata total konsumsi lemak padakelompok kasus jauh lebih tinggi dibandingkelompok kontrol, maupun kontrol2.

Jika dihitung berdasarkan persentase energiyang berasal dari lemak juga nampak adanyaperbedaan yang signifikan (p<O,05) antarakelompok kasus dan kontrol, maupun kontrol2.Kelompok kasus memiliki rata-rata asupan energiberasal dari lemak lebih tinggi baik dibandingkandengan kontroll maupun kontrol2. Kecenderunganyang sarna juga nampak pada rata-rata persentaselemak yang berasal dari Jemak hewani di manakelompok kasus memiliki rata-rata tertinggisementara kelompok kontrol,memiliki rata-ratayang

Page 3: ASUPAN GIZI SEBAGAI FAKTOR RESIKO PENYAKIT INFARK …

Asupan Gizi sebagai Faktor Risiko Penyakit Infark Miokard Akut 69

sedikitlebih rendah dan kontroJ2rata-ratanya palingrendah. Jika dilihat berdasarkan asupan lemakjenuh dan lemak tak jenuh ganda, terlihat adanyaperbedaanyangbermakna antara kasus dan kontrol(p < 0,05).

Distribusi asupan lemak yang tinggi secaraumumlebihbanyakpada kasus dibandingkan padakontrol(p < 0,05). Begitu juga persentase energiyangberasaldari lemak lebih tinggi pada kelompokkasusdibandingkan kelompok kontrol (p < 0,05),sedangkan persentase lemak hewan; tidakmenunjukkanperbedaan yang bermakna (p >0,05).

Profillipiddarahdiamati berdasarkan kadar tigakomponenutama Jemakdi dalam darah yaitu kadarKolesterolTotal, Kadar Trigliserida, dan rasio LDUHDL. Ada perbedaan rasio LDLlHDL antara

kelompokkasus, kontroll dan kontrol2. Kelompokkontrol2memilikirata-rata rasio terendah sementarakelompok kontroJI memiliki rata-rata rasio yang

sedikit lebih tinggi dan keJompok kasus memilikirata-rata rasio LDUHDL tertinggi.

Untuk kolesterol total, meski rata-ratanya lebihrendah dibanding kelompok kasus, namunkelompok kontrol2 memiliki rata-rata kadar totalkolesteroJ yang lebih tinggi dibanding kelompokkontroll. Khusus untuk kadar trigliserida, nampakbahwa rata-rata kadar trigliserida pada kelompokkontrol2 ternyata justru lebih tinggi dibandingkelompok kasus dan kontroll.

Distribusi profil lipid darah antara kasus dankontroJsecara bermakna menunjukkan perbedaanyang signifikan pada kadar kolesterol total dan rasioLDLlHDL (p < 0,05) sedangkan pada kadartrigliserida tidak menunjukkan perbedaan yangbermakna (p > 0,05). Untuk lebih jelasnyakarakteristik subjek penelitian dapat dilihat padaTabel 1 berikut.

TabeI1.: Karakterlstlk Subjek Penelltlan

Kasus Kontrol1 Kontrol2 x2 p

Sex

Laki-Iaki 23 (92%) 23(92%) 23(92%) 0,00 1,00

Perempuan 2(8%) 2(8%) 2(8%) 0,00 1,00

umur

laki-Iaki 58,7:1: 9,8 57,7:1: 9,5 57 :1:8,9 0,00 1,00

perempuan 48,5 :I:2,5 47,5:1: 3,5 46,5 :I:3,5 0,00 1,00

Asupan glzl Kasus Kontrol1 Kontrol2 F p

KH (%AKG) 246,3 :I:76,5 237,3:1: 58,4 230 :I:55,2 0,44 0,64

Protein (%AKG) 146,8:1: 64,9 95,1 :1:21,7 85,6:1: 27,5 15,00 0,00'

Natrium (mg) 3994,9 :1:338,9 3655,6:1: 507,2 3541,5 :I:465,1 7,11 0,001'

Totallemak (g) 95,7:1: 10,8 59,4:1: 10,8 53:1: 19,7 3,3 0,02'

PEL(%) 40,9 :I:9,6 31,8:1: 4,4 29,5 :I:6,2 18,35 0,00'

PLH (%) 54,6 :I:13,9 46,9:1: 10,9 46,2:1: 10,8 3,85 0,146

Lemak Jenuh 74,74:1: 39,3 62,01 :I:34,5 42,61 :I:20,9 7,64 0,007'

Lemak tak Jenuh 18,3:1: 2,9 13,43:1: 4,24 13,56 :I:3,9 7,07 0,009'

Lipid darah Kasus Kontrol1 Kontrol2 F pKolesterol 199,8:1: 49,7 167,2:1: 47,3 177,4:1: 49,3 7,4 0,001'

Trigliserida 121,1 :1:57,6 118,7:1:47,5 124,5:1: 58,4 0,007 0,93

Rasio LDUHDL 4,3:1:2,3 3,4:1: 2,0 2,2 :I:1,4 7,41 0,001'

Kat: PEL = Persen Energi dari Lemak; PLH = Persen Lemak Hewani, =slgnlfikan (p<O,05)

Page 4: ASUPAN GIZI SEBAGAI FAKTOR RESIKO PENYAKIT INFARK …

70 JURNAL GIZI KLINIK INDONESIA, Volume 1NO.2November 2004

Asupan Zat Gizl sebagai Faktor Rlslko IMA

Untuk mengetahui risiko IMA berdasarkanasupan gizi dilakukan estimasi denganmenggunakan modell(OR dihitung denganmenggunakan referensi kontroll), model2 (ORdihitung dengan menggunakan referensi kontrol2)dan modelgab.(gabungan kontrol, dan kontroI2).Asupan protein yang tinggi merupakan faktor risiko

terjadinya IMA, baik menggunakan modell. model2maupun modelgabUn9an'Pada asupan natrium, bilamenggunakan model2, memberikan risiko 5,5 kalilebih tinggi untuk terjadi IMA (95% CI: 1,4 - 22,4,

OR 5,5).SedangkanAsupan natrium denganmodelltidak memberi risiko yang bermakna (95 % CI: 0,9- 12,7. OR 3,3), hal ini disebabkan adanyakarakteristik yang hampir sarna antara kasus dankontrol" merupakan orang yang sedang sakitsehingga terjadi bias ingat dalam menyampaikanasupan natriumnya. Dengan menggunakan

Modelgaborang yang asupan natriumnya tinggimempunyai risiko 4,2 kali lebih besar untukmenderita IMA (95 % CI; 1,33 - 13,69, OR 4,2; P =0,01) Untuk lebihjelas dapat dilihat pada Tabel2, dibawah ini.

tinggi pada kelompok kasus dibandingkan kelompokkontrol (p < 0,05), sedangkan persen lemak hewani(PLH), tidak menunjukkan perbedaan yangbermakna (p > 0,05). Dari analisis lebih lanjut,menunjukkan asupan lemak yang tinggi padasebagian besar kasus memberikan risiko yangcukup besar baik dibandingkan dengan kontrol,maupun kontrol2untuk menderita IMA, Demikianjuga asupan energi yang berasal dari lemak yangtinggi pada sebagian besar kasus memberikanpengaruhyang cukup signifikan untuk terjadinyaIMAdibandingkan asupan yang lebih rendah padakontroll dan kontrol2.

Pada analisis menggunakan kontrol gabungansebagai referensi untuk mengestimasi risiko polaasupan lemak sebagai faktor risiko, nampak bahwaasupan lemak total dan asupan energi berasal darilemak memberikan risiko yang cukup signifikan.Pada orang yang asupan lemak total tinggimemberikan risiko 21 kali lebih besar dibandingkandengan asupan lemak total yang rendah (95% CI;5,16 - 94,21; OR 21; P = 0,00). Demikian juga pada

asupan energi berasal dari lemak yang tinggi akanmemberikan risiko 11 kali lebih tinggi untuk

Ket: Model, : odds ratio dihitung menggunakan kontrol, sebagai referensiModel2 : odds ratio dihitung menggunakan kontrol2sebagai referensiModeIG.b:Odds ratio dihitung menggunakan gabungan Kontrol, dan kontrol2

Tabel 3 menggambarkan asupan lemaksebagai faktor risiko IMA. Distribusi asupan lemaktotal yang tinggi secara urnurn lebih banyak padakasus dibandingkan pada kontrol (p < 0,05). Begitujuga asupan energi yang berasal dari lemak, lebih

menderita IMA (95 % CI; 2,93 - 46,4;OR 11;P =0,01), sedang untuk persen lemak hewani risikonyatidak signifikan (95 % CI:O,89 - 8,42; OR 2,7; p=0,08)

Tabel 2: Asupan Zat Gizi sebagal Faktor Rlslko IMA

kasus kontrol , kontrol2Model, (OR.CI95%) Model2 (OR.CI95%) ModelGab. (OR.CI95%)variabel

n % n % n %

Asupan Karbohldrat 1,4 2,3 1,76

Tinggi 14 56 12 48 9 36 0,4 -4,9 0,6 -8,3 0,6 -52rendah 11 44 13 52 16 64 P = 0,78 P = 0,26 P =0,36

Asupan Protein 5,6 5,6 5,6

Tinggi 16 64 6 24 6 24 1,4 -23,6 1,4 -23,6 1,77-18,5rendah 9 36 19 76 19 78 P =0,01 P =0,01 P = 0,001

Asupan Natrium 3,3 5,5 4,2

Tinggi 18 72 11 44 8 32 0,9.12,7 1,4 -22,4 1,33-13,7Rendah 7 28 14 56 17 68 P =0,085 P = 0,01 P = 0,01

Page 5: ASUPAN GIZI SEBAGAI FAKTOR RESIKO PENYAKIT INFARK …

Asupan Gizisebagai Faktor Risiko Penyakit Infark Miokard Akut 71

Profil lipid Darah sebagal Faktor Rlslko IMAa. Kadar Kolesterol Darah

Jika variabel kolesterol dibedakan dijadikanvariabel dikotomus dengan menggunakankadar 200 mg/dl sebagai cut-off maka dapatdiketahuiproporsi kasus, kontrol, dan kontrol2yangmempunnyai kadar kolesterol >=200 mg/dl masing-masing adalah 76%, 24 % dan35%.seperti tampak pada gambar 3. Darianalisis lebih lanjut dengan menggunakanmodel, (odds ratio dihitung dengan kontrol,sebagai referensi) dan model2 (odds ratiodihitung dengan kontrol2 sebagai referensi)diketahuibahwa kadar kelesterol >=200 mg/dl

memberikanrisiko yang bermakna, Model, OR10 (95% CI: 2,3-46,7) sedangkan model2OR5,6 (95% CI; 1,42-23,6) ini berarti bahwadengan kadar kolesterol >=200 memberikanrisikoyang tinggi untuk terkena IMA. GambaranKadarKolesterol terhadap kejadian IMA dapatdilihat pada gambar 1 di bawah ini

30

20

Im>- 200mgld

8< 200mg/d

'0

Kadar Koleserol

c8u 0

K Kontol' Ko"'ol 2

ldenltls SJbyek

Gambar 1. Kadar Koleeterol eebagal Faldor Rlelko IMA

b. Kadar Trlgllserlda DarahPad a variabel kadar trigliserida jugadikelompokkanmenjadi2 dengan cut-off150mg/dl, dengan cut-off ini diketahui proporsikasus, kontrol,dan kontrol2yang mempunyai

Tabel 3. Asupan Lemak sebagal Faldor Rlslko IMA

variabelkasus kontrol , kontrol2

Model, Model 2 ModelGab'n % n % n %

Asupan Lemak total 38,S 13,5 21

tinggi 21 84 3 12 7 28 6,3 .29,2 2,88 .70,4 5,6 . 94,2

rendah 4 16 22 88 18 72 P = 0,00 P = 0,00 P = 0,00

% energllemak 9,3 13,5 11

tinggi 21 84 9 34 7 28 21 . 45,8 2,9.70,4 2,9 . 46,4

rendah 4 16 16 64 18 72 P =0,001 p= 0,00 P = 0,01% lemak hewanl 0,77 0,77 P =2,7

tinggi 17 68 11 44 11 44 0,2. 3,9 0,2.39 0,89 . 8,4

rendah 8 32 14 56 14 56 P = 0,15 P = 0,15 P = 0,08

Ket: Model, : odds ratio (OR)dihitung menggunakan kontrol, sebagai referensiModel. : odds ratio dihitung menggunakan kontrol . sebagai referensiModelQob': odds ratio dihitung menggunakan gabaungan kontrol, dan kontrol.

Page 6: ASUPAN GIZI SEBAGAI FAKTOR RESIKO PENYAKIT INFARK …

72 JURNAL GIZI KLlNlK INDONESIA, Volume 1 No.2 November 2004

kadar trigliserida >=150 mgldl masing-masingadalah 16%, 24% dan 40%. Oari analisis lebihlanjut, dengan mengabaikan faktor-faktor lain,ternyata kadar trigliserida tidak memberikanrisiko yang bermakna, baik menggunakanreferensi model, (95% CI: 0,3-8,5; OR 1,6),model2(95%CI: 0,1-19; OR 0,5) atau gabungan(95%CI: 0,2 -2,8; OR 0,8). Untuk lebih jelasnyadapat dilihat pada Gambar 2 berikut ini.

30

20

10

Kadar Trigl iserida

lEJ>z 150mg/cf

.< 150mg/cfKa.us Kont,oll Kontrol2

Identilas Subyek

Gambar 2. KadarTrigliseridasebagal Faktor Rlslko IMA

C. Rasio LOUHOL

Oenganmenggunakan cut-off3 sebagai batasterendah diketahui bahwa proporsi orang yangmemliki ratio LOUHOL >=3 masing-masinguntuk kasus, kontrol, dan kontrol2adalah 70%,60% dan 32%

Analisis faktor risiko dengan menggunakan

referensi modell' model2 dan gabunganmenunjukkan bahwa orang dengan ratio LOU

HOL>=3 memberikan risiko yang tinggi untukmenderita IMA. Model , dimana odds ratiodihitung dengan Tabel silang antara kasus dankontrol , diperoleh bahwa dengan ratio LOUHOL >=3 akan memberikan risiko 1,7 kali lebihbesar unntuk menderita IMA dibandingkandengan ratio LOUHOL < 3 (95% CI; 0,5 - 6,6;OR 1,7) sedangkan jika kasus dibandingkandengan kontrol2,dengan ratio LOUHOL >=3risikonya 5,5 kali lebih besar (95 % CI:1,4 -22,4; OR 5,5). Menggunakan kontrol gabungandengan ratio LOUHOL >= 3 risikonya 3 kalilebih besar dibandingkan dengan ratio LOUHOL < 3 (95% CI; 1-9,7; OR 3).

30

~o LDUHDl

i!!8

<..> 0Kasus Kort,011 Kortrol 2

lden.~s SJbyek

Gambar 3. Raslo LDUHDL sebagal Faktor Rlslko IMA

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian IMA

Berdasarkan analisis uji regresi logistikberganda terhadap variabel yang diamati diketahuiada limavariabelyang mempengaruhi kejadian IMA,seperti tampak pada Tabel 4, di bawah ini

Tabel 4. Model Anallsls Regresl Loglstlk Berganda terhadapfaktor yang mempengaruhl keJadlan IMA

Varlabel OR Std. error z P>lzl 95%CI

% E Lemak 12 9.09 3,3 0,001 2,71 -53,0

Natrium 9 7,20 2,7 0,007 1,84 -43,4

Rasio LDUHDL 7 5,98 2,3 0,019 1,4 -36,9

Hereditas 4 3,09 2,0 0,041 1,06 -17,6

Keblasaan Merokok 4 2,95 1,9 0,061 0,94 -16,98

Page 7: ASUPAN GIZI SEBAGAI FAKTOR RESIKO PENYAKIT INFARK …

Asupan Gizi sebagai Faktor Risiko Penyakit Infark Miokard Akut 73

a. Persentase Energi dari Lemak (PEL)Asupangiziyang berpengaruhdalam terjadinyaIMA adalah persentase energi yang berasaldari lemakdan asupan natrium. Asupan energiyang tinggi dari lemak (>30%) akanmemberikankonstribusi 12 kali untuk terserangIMAdibandingkanasupan <30% (95% CI: 2,71-53,0;:OR 12).

Persen energi lemak menunjukkanpersentaseenergi yang berasal dan lemak baikjumlahlemakmaupunjenis lemak.Daripenelitianini rata-rata persen energi Lemak (PEL) padakasusadalah40,9 :t 9,6%, pada kontrol, sedikitlebihkecildenganrata-rata31,8:t 4,4%danpadakontrol2berkisar pada 29.5 :t 6,2%. Tingginyaasupan PEL pad a kasus kemungkinandisebabkankarenakebiasaanmakankasusyangbanyak mengkonsumsi lauk hewani sepertidaging babi, yang sering dihidangkan padaupacara-upacaraadatdanjarang mengkonsumsilauknabatiseperti tempe dan sejenisnya.

Berdasarkan penelitian yang pernahdilakukan, perubahan kompisisi lemak dalammakananyangdikonsumsi akanmempengaruhikadar lipid dalam darah. Jika asupan Jemakdiberikan>=30% total kalori dan mengandungtlnggl lemak jenuh, terjadl peningkatan kadarkolesterol LDL dan HDL sehingga rasio LDUHDL juga meningkat dan Sebaliknya, jikakonsumsilemak diturunkan < 30%, akan terjadipenurunankadar LDL, HDL dan ratio LDUHDLmenurun (7). Sehingga dapat disimpulkanbahwaasupan lemak yang tinggi berhubungandengan kejadian IMA. Hal Ini diperkuat hasilpenelitianterhadap penderita pasca infark yangdirandam menjadi dua grup dimana satu grupdengandiet rendahlemak dan satugrupdengandiet biasa, hasilnya tidak ada perbedaanmortalitas antar kedua grup. Sedangkan dari"Lyon Diet Heart Study" asupan lemak yangtinggi > dari 30% asal diimbangi oleh asupanlemak tak jenuh yang tinggi (omega-3cis danomega-6cis) dapat menurunkan angkamortalitas PJK sampai 70%, sehingga dalampemberian diet pada penderita jantung perludilakukan modifikasi dengan meningkatkanasupan lemak tak jenuh > 15% total energi (8).

Dalam mengkaji hubungan masukan lemakdengan penyakit kardiovaskuler, perludiperhatikan proporsi energi yang berasal darilemaksertamacamlemakyangdikonsumsi.Daristudi yang dilakukan, menunjukkan hubunganyang positif antara masukan lemak jenuh daninsiden kardiovaskuler selama 10 tahun.Populasidenganrata-ratamasukan lemakjenuh

3% dan 10% dari masukan energi, bercirikankolesterol total dalam darah 200 mg/dl dantingkat kematian karena kardiovaskulerrendah,sedangkan jika masukan lemak jenuh diatas10% dari masukan energi terjadi peningkatankematian (6). Pada penelitian ini ditemukanasupan lemak jenuh dan lemak takjenuh gandakasus lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol(p<O,05). Asupan lemak jenuh yang tinggiberhubungan dengan asupan lemak yangberasaldari hewani,yang terlihatpada sebagianbesar kasusmengkonsumsi lemak hewaniyangtinggi (68%). Asam lemak merupakan unsurutama dari lemak. Berdasarkan ikatan rangkapyang dimiliki debedakan menjadi asam lemakjenuh (saturated fatty acids=SFAs),dan asamlemak tak jenuh (MonounsaturatedMUFAs danPolyunsaturatedPUFAs).Asam lemaktakjenuhmempunyai pengaruh dalam menurunkanmortalitas PJK karena mempunyai efek antiaterogenik, anti trombogenik dan menurunkankadar trigliserida darah (8).

b. Asupan NatriumBerdasarkan asupan natrium diperoleh bahwaasupan natrium yang tinggi dapatmeningkatkan 9 kali untuk terjadinya IMAdibandingkan pada orang yang asupannatriumnya rendah (95% CI; 1,84-43,4: OR 9).

Natrium (Na) atau sodium secara tidaklangsung dapat meningkatkan risiko terjadinyapenyakit jantung koroner. Garam sangat terkaitdengan masalah hipertensi. Pada populasidengan konsumsi garam natrium yang tinggi,tekanan darahnya meningkat lebih cepat (9).Tekanan tinggi pada dinding arteria dapatmenimbulkan ateroma dan Sebaliknya pem-buluh darah yang tidak elastis akibat atheros-klerosis sehingga menyebabkan hipertensi.Disamping itu konsumsi garam natrium akanmeningkatkan terjadinya oedema Padapenelitian ini terbukti bahwa asupan natriumyang tinggi berpengaruh terhadap kejadianIMA.

c. Profil Lipid DarahPengukuran profil lipid darah meliputi totalkolesterol, trigliserida dan rasio LDUHDL. Darivaria bel tersebut, berdasarkan uji regresilogistik berganda diketahui variabel yang palingberpengaruh yang dapat mendeteksi kejadianIMA adalah rasio LDUHDL. Orang denganrasioLDUHDL >=3 mempunyai risiko 7 kali lebihbesar untuk terserang IMA dibanding orangdengan rasio <3 (95% CI: 1,4-36,9; OR 7).

Page 8: ASUPAN GIZI SEBAGAI FAKTOR RESIKO PENYAKIT INFARK …

74 JURNAL GIZI KLINIK INDONESIA, Volume 1 NO.2 November 2004

Rasio LDLlHDL merupakan indeksaterogenik yang menggambarkan perbandinganantara kolesterol LDL (kolesterol jahat) denganKolesterol HDL(Kolesterol Baik). MakintingginilaiLDL (Hiper-LDLmia) dan makin rendah kadarHDL maka makin tinggi risiko untuk terserangInfarkMiokard. Pada penelitian inirasio LDUHDLpada kasus paling tinggi dibanding dengankontrol,hampir 72% Kasus mempunyai RasioLDUHDL >=3 yang merupakan ambang terendahuntuk menderita PJK. Rasio LDLlHDLdapatdiajdikanprediktoruntukmendeteksi IMA(10).

d. Riwayat Penyakit KeluargaSebagian besar kasus (56%) memiliki riwayatkeluarga yang berhubungan dengan penyakitjantungsehinggapadaanalisis multivariatfaktorriwayat penyakit keluarga memberikan risikoyang tinggi terjadinya IMA. Hal ini berhubungandengan adanya gejala defisiensi enzimlipopprotein lipase, yang berhubungan denganmetabolisme lipoprotein (11).

e. Kebiasaan Merokok

Fenomena yang menarik nampak pada faktorkebiasaan merokok. Meskipun ada perbedaankebiasaan merokok antara kasus dan kontrolternyata dari hasil analisis uji regresi logistikberganda, merokok bukan merupakan faktorrisiko terjadinyaIMA (95% CI:0.82-19.16;OR 4:p>O,05),inibertentangandenganhasil penelitianyang telahdilakukan baik di luar negeri maupundidalamnegeri.Hal inimungkindisebabkantidakdirincinya kebiasaan merokok kedalam jumlahbatang rokok yang diisap dan lama merokok,sehingga tidak nampak perbedaan yangbermakna antara kasus dan kontrol. Mengingathasil-hasil penelitian sebelumnya yangmengatakan bahwa rokok merupakan faktorrisiko,maka perlu dilakukanuji lebih lanjut untukmelihat nilai akurasi dengan mengikutkankebiasaanmerokokkedalammodel.BerdasarkanTabelmisklasifikasimodeldenganrokokternyatamemiliki akurasi yang lebih baik dibandingkanmodeltanparokok sepertinampakpada Tabel5.

Dari hasiluji akurasipada tabelmisklasifikasidi atas dapat disimpulkan bahwa kebiasaanmerokokmeskisecarastatistikbukanmerupakanfaktor risiko yang bermakna, namun perannyadalam model prediksi justru merupakan faktoryang paling kritis dalam menentukan besarkecilnya risiko kejadian infark miokardia, karenapenyertaan faktor risiko rokok ke dalam modelprediksi kejadian infark miokardia akanmeningkatkanspesifisitasdan sensitifitasmodeltersebut.Besarnyarisikokejadianinfarkmiokardiapada kelompok perokok diduga karena nikotindan 50 senyawakarsinogenyang terdapatpadaasap rokok merupakan faktor perusak jaringanperiferal sehingga mengganggu metabolismelipoprotein (12).

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis dan uji statistik yangtelah dilakukan dalam penelitian ini, maka dapatdiambil kesimpulan sebagai berikut:a Ada perbedaan asupan gizi antara penderita

IMA dengan bukan IMA. khususnya dalamasupan protein. lemak dan asupan natrium

b Kadar kolesterol dan rasio LDUHDL berbeda

antara penderita IMA dan bukan penderita IMA.c Asupan energi lemak > = 30 % dan asupan

natrium yang tinggi merupakan faktor risikoterjadinya IMA

d RasioLDLlHDL merupakan prediktor terjadinyaIMA

Saran dari hasil penelitian ini yaitu sebagaiberikut:

a Perlu disosialisasikan pedoman gizi seimbangpada masyarakat, mengingat pola asupan gizipada masyarakat yang cenderung mengan-dung lemak yang tinggi. Khusus pada penderitaJantung agar mereka bisa mengatur kembalipola kebiasaan makan dengan mengurangiasupan lemak dan natrium sehingga terhindardari serangan berulang penyakit jantung

Tabel 5. Misklasifikasl ModelKejadlan Infark MlokardlakantaraKeblasaan Merokok dengan Tldak Merokok

Model Observasl PredlkslSpesl.flsltas Sensl-tlfltas

IMA Non IMA

Merokok+ 21 2 96.0% 84.0%- 4 48total 25 50

Tanpa + 20 4 92.0% 80.0%Rokok - 5 46

total 25 50

Page 9: ASUPAN GIZI SEBAGAI FAKTOR RESIKO PENYAKIT INFARK …

Asupan Gizi sebagai FaktorRisiko Penyakit Infark MiokardAkut 75

b Pemeriksaan profillipiddarah perlu dilakukansecara rutin, untuk mendeteksi kejadian IMA,terutama pada usia > 40 tahun

Ucapan Terlmakasih

Terimakasihyang tak terhingga disampaikankepada responden yang telah memberikaninformasi,juga kepada Sila, Mega dan Alityangtelahmembantudalam pengumpulan data.

RUJUKAN

Corwin, E. J. Handbook of pathophysiology.Brahm U. Pendit (Alih Bahasa). Jakarta: BukuKedokteran EGC, 2001.

2 Darmojo,B. proyek monica (multinational moni-toring of trends and determinants incardiovaskulardesease) di Jakarta. Suatupenelitianpenyakit jantung di komunitas.Medika,1992,4(17): 276 - 285.

3 Thaha, A.R. Promosi kesehatan sebagaialternatifpencegahan dan penanggulanganbeban ganda masalah gizi. ProsidingSeminarGiziKlinik. PDGMI, Jakarta: 1996.

4 RS Sanglah Denpasar. Laporan tahunan polapenyakit terbanyak penderita rawat inap di RS

Sanglah Denpasar. Denpasar: 2000 dan 2002.

5 Dinarto M. Nutrisi pada penyakit kardiovaskuleraterosklerotik. pegangan penatalaksanaannutrisi pasien. PDGMI. Jakarta: 2000.

6 Herman S. pengaruh gizi terhadap penyakitkardiovaskuler. Cermin Dunia Kedokteran.1991,73: 12 -16.

7 Feldman, E.B. Nutrition and diet in themanagement of hyperlipidemia andatherosclerosis: modern nutrition in health and

desease. Lea Febiger: Philadelphia: 1992.8 Supari, F.Fatty acid's in cardiovasculardisease

new paradigm. Pidato IImiah pada Hut ke-58FK UGM, Yogyakarta: Maret, 2004.

9 BudimanH. Peranangizi pada pencegahandanpenanggulangan hipertensi. Medika. 1999, 12(XXV): 784 - 788.

10 Sargowo J. Peranan trigliserida dan lipoproteinsebagai faktor risiko penyakit jantung koroner.Medika, 2002, 7 (XXVIII): 425-429.

11 Wallace, A.J. Genetic factor associated withresponse of LDL subfraction to change in thenature of dietary fat, Atherosclerosis Journal,2000, Apr: 149(2): 387-394.

12. Traquet, C.C. Women and Tobacco,WorldHealth Organization Publishing. Geneva: 1992.