9
127 I Jurnal Mahasiswa dan Peneliti Kesehatan - JuMantik HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI, ASUPAN PROTEIN DAN TINGKAT DEPRESI DENGAN STATUS GIZI PASIEN GANGGUAN JIWA (Studi di Rumah Sakit Jiwa Propinsi Kalimantan Barat) Sri Mariati 1 , Marlenywati 2 , Indah Budiastutik 3 1. Peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pontianak Tahun 2015. Email: [email protected] 2. Dosen Peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pontianak. Email: [email protected] 3. Dosen PeminatanGizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pontianak. Email: Indah [email protected] 4. ABSTRAK Gangguan jiwa merupakan kumpulan keadaan yang tidak normal, baik yang berhubungan dengan fisik maupun mental. Salah satu gangguan jiwa adalah depresi. Survei pendahuluan terhadap 10 orang pasien Rumah Sakit Jiwa Kalimantan Barat dengan melihat data IMT ditemukan bahwa pasien dengan status gizi kurang sebesar 20% dan status gizi normal sebesar 80% dan data asupan energi dan asupan protein menggunakan metode Comstok ditemukan 30% dengan asupan energi dan protein kurang, 70% dengan asupan energi dan protein cukup. Data tingkat depresi pasien dilakukan dengan menggunakan kuesioner DBI ditemukan pasien dengan tingkat depresi berat sebesar 40% dan tingkat depresi sedang sebesar 60% (Data primer 2015). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara asupan energi, asupan protein dan tingkat depresi dengan status gizi pasien gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa Kalimantan Barat. Desain penelitian menggunakan Crossectional. Populasi penelitian semua pasien gangguan jiwa yang memenuhi kriteria inklusi yang berjumlah 615 orang, sampel 148 pasien yang diambil secara proporsional random sampling dan pengambilan sampel secara acak menggunakan sistem kocok arisan. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji Chi square. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara asupan energi dengan status gizi (p value = 0,000, PR = 7,250), asupan protein (p value = 0,000, PR = 5,143), dan tingkat depresi (p value = 0,000, PR = 9,046). Diharapkan agar rumah sakit tetap meningkatkan mutu, cita rasa dan modifikasi menu makanan yang disajikan untuk menghindari kebosanan pasien supaya tidak ada lagi sisa makanan. Disarankan bagi pasien untuk menghabiskan makanan yang disajikan oleh rumah sakit. Kata Kunci : asupan energi, protein, tingkat depresi dan status gizi, pasien, Prop Kalbar

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI, ASUPAN PROTEIN DAN …

  • Upload
    others

  • View
    14

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI, ASUPAN PROTEIN DAN …

127 I Jurnal Mahasiswa dan Peneliti Kesehatan - JuMantik

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI, ASUPAN PROTEIN

DAN TINGKAT DEPRESI DENGAN STATUS GIZI PASIEN

GANGGUAN JIWA

(Studi di Rumah Sakit Jiwa Propinsi Kalimantan Barat)

Sri Mariati1, Marlenywati

2, Indah Budiastutik

3

1. Peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah

Pontianak Tahun 2015. Email: [email protected]

2. Dosen Peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah

Pontianak. Email: [email protected]

3. Dosen PeminatanGizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah

Pontianak. Email: Indah [email protected]

4.

ABSTRAK

Gangguan jiwa merupakan kumpulan keadaan yang tidak normal, baik yang berhubungan

dengan fisik maupun mental. Salah satu gangguan jiwa adalah depresi. Survei pendahuluan terhadap 10

orang pasien Rumah Sakit Jiwa Kalimantan Barat dengan melihat data IMT ditemukan bahwa pasien

dengan status gizi kurang sebesar 20% dan status gizi normal sebesar 80% dan data asupan energi dan

asupan protein menggunakan metode Comstok ditemukan 30% dengan asupan energi dan protein kurang,

70% dengan asupan energi dan protein cukup. Data tingkat depresi pasien dilakukan dengan

menggunakan kuesioner DBI ditemukan pasien dengan tingkat depresi berat sebesar 40% dan tingkat

depresi sedang sebesar 60% (Data primer 2015).

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara asupan energi, asupan protein dan

tingkat depresi dengan status gizi pasien gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa Kalimantan Barat. Desain

penelitian menggunakan Crossectional. Populasi penelitian semua pasien gangguan jiwa yang memenuhi

kriteria inklusi yang berjumlah 615 orang, sampel 148 pasien yang diambil secara proporsional random

sampling dan pengambilan sampel secara acak menggunakan sistem kocok arisan. Analisis data

dilakukan dengan menggunakan uji Chi square.

Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara asupan energi dengan status gizi (p value =

0,000, PR = 7,250), asupan protein (p value = 0,000, PR = 5,143), dan tingkat depresi (p value = 0,000,

PR = 9,046).

Diharapkan agar rumah sakit tetap meningkatkan mutu, cita rasa dan modifikasi menu makanan yang

disajikan untuk menghindari kebosanan pasien supaya tidak ada lagi sisa makanan. Disarankan bagi

pasien untuk menghabiskan makanan yang disajikan oleh rumah sakit.

Kata Kunci : asupan energi, protein, tingkat depresi dan status gizi, pasien, Prop Kalbar

Page 2: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI, ASUPAN PROTEIN DAN …

128 I Jurnal Mahasiswa dan Peneliti Kesehatan - JuMantik

CORRELATION OF ENERGY INTAKE, PROTEIN INTAKE,

DEPRESSION LEVELS, AND NUTRITIONAL STATUS OF MENTAL

ILLNESS PATIENTS

( A Study At Psychiatric Hospital Of West Kalimantan)

Sri Mariati1, Marlenywati

2, Indah Budiastutik

3

1. Nutrition of Public Health Departement Muhammadiyah University PontianakYear 2015. 2. Nutrition of Public Health Departement Muhammadiyah University Pontianak. 3. Nutrition of Public Health Departement Muhammadiyah University Pontianak.

ABSTRACT

Mental illnessis a set of physical and mental abnormal circumstances. Oneof which

isdepression. A preliminary surveyconducted to 10patients atpsychiatric hospitalof West

Kalimantan, by considering IMT,showed that patients withmalnutrition statuswere 20%, and

patients with normal nutritionalstatus were 80%. Data gathered by using Comstok method

indicated that 30% patients had less energyandproteinintake, and 70% patients had adequate

energy and protein intake. In addition, data of DBI indicated that patients withseveredepression

levelswere 40%and patients with moderatelevel ofdepressionwere 60%.

This study aimed at discovering the correlation of energy intake, protein intake,

depression level, and nutritional status of mental illness patients at psychiatric hospital of West

Kalimantan, using cross sectional design, this study employed 615 inclusive criteria population.

As many as 148 samples were selected by using proportional random sampling. The data were

statistically analyzed by using chi square test.

The study revealed that there were correlation of nutritional status ( p value= 0,000, PR =

7,250), protein intake (p value = 0,000, PR = 5,143) and depression levels (p value = 0,000, PR

= 9,046).

The management of hospital need to enhance the quality and the menu modification in

order to stimulate and increase the patients’ appetite. The menu modification is also important

to reduce the patients’ boredom on the given menu and avoid them leaving the food on the

plate.

Key words : energy intake, protein, depression levels, nutritional status of mental illness

patients

Page 3: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI, ASUPAN PROTEIN DAN …

129

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Masalah kesehatan jiwa adalah masalah

yang sangat mempengaruhi produktivitas

dan kualitas kesehatan perorangan

maupun masyarakat yang tidak mungkin

ditanggulangi oleh satu sektor saja.

Penderita gangguan jiwa dari tahun ke

tahun cenderung meningkat seiring

dengan perubahan pola kehidupan di era

globalisasi saat ini.1

Rumah sakit merupakan salah satu

sarana kesehatan yang memegang peranan

penting untuk meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat. Fungsi dari rumah

sakit memberikan pelayanan yang

sempurna, baik pencegahan maupun

pengobatan. Dalam Undang-Undang No

44/2009 tentang Rumah Sakit disebutkan

berbagai sarana atau tempat untuk

menyelenggarakan upaya kesehatan yang

menangani khusus satu macam penyakit

adalah Rumah Sakit Khusus, diantaranya

adalah Rumah Sakit Jiwa

Menurut World Health Organization

(WHO), prevalensi penderita gangguan

jiwa di dunia tahun 2012 lebih dari 450

juta jiwa dan dipekirakan bahwa 2-3%

dari jumlah penduduk Indonesia

menderita gangguan jiwa berat dan

memerlukan perawatan di rumah sakit. 1

Berdasarkan data Riskesdas tahun

2013 sebanyak 1.728 orang mengalami

gangguan jiwa berat. Untuk Kalimantan

Barat, jumlah orang yang menderita

gangguan jiwa mencapai 0,7%. 2

Data Rumah Sakit Jiwa Propinsi

Kalimantan Barat menunjukkan bahwa

pada tahun 2015 mulai dari bulan januari

sampai dengan bulan april jumlah pasien

jiwa yang dirawat inap mencapai 650

jiwa.Pada saat dilakukan penelitian pada

bulan Agustus 2015 pasien Rumah Sakit

Jiwa Propinsi Kalimantan Barat sebesar

620 jiwa dan dan pasien yang memenuhi

kriteria inklusi sebanyak 615 orang

dimana penderita perempuan sebanyak

135 jiwa dan laki-laki sebanyak 480 jiwa.3

Rumusan Masalah

Hasil survei pendahuluan yang

dilakukan penulis pada 10 pasien Rumah

Sakit Jiwa Propinsi Kalimantan Barat

ditemukan pasien dengan status gizi

kurang sebesar 20% (IMT = < 18,5

kg/ ) dan status gizi normal sebesar

80% (IMT = < 18,5 Kg/ - 25 Kg/ ),

asupan energi dan protein kurang sebesar

30% dan asupan energi, asupan energi dan

protein cukup sebesar 70% dan sebanyak

40% mengalami depresi berat sedangkan

sebesar 60% mengalami depresi sedang.

Tujuan Penelitian

1. Mengetahui hubungan antara asupan

energi dengan status gizi pasien

gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa

Propinsi Kalimantan Barat.

2. Mengetahui hubungan antara asupan

protein dengan status gizi pasien

gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa

Propinsi Kalimantan Barat.

3. Mengetahui hubungan antara asupan

depresi dengan status gizi pasien

gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa

Propinsi Kalimantan Barat.

Metode

Penelitian ini dilakukan di Rumah

Sakit Jiwa Propinsi Kalimantan Barat.

Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan

dimulai dari bulan juli sampai dengan

September 2015. Penelitian ini merupakan

Page 4: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI, ASUPAN PROTEIN DAN …

130 I Jurnal Mahasiswa dan Peneliti Kesehatan - JuMantik

penelitian observasional analitik dengan

menggunakan pendekatan crosssectional.

Sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah seluruh pasien

Rumah Sakit Jiwa Propinsi Kalimantan

Barat yang berjumlah 148 orang.

Menggunakan teknik proporsional

random sampling.

Analisis yang digunakan adalah

univariat untuk memperoleh gambaran

distribusi frekuensi dan proporsi masing-

masing setiap variabel yang diteliti.

Analisis bivariat dilakukan untuk

mengetahui hubungan variabel

independen dan dependen yaitu asupan

energi, asupan protein, tingkat depresi

dengan status gizi pasien jiwa.

Hasil dan Pembahasan

Hasil pengumpulan dan pengolahan

data responden diketahui karakteristik

berdasarkan tingkat usia dewasa awal (26-

35 tahun) sebanyak 59 responden 39,9%,

karakteristik berdasarkan jenis kelamin

laki laki sebanyak 108 responden 73%,

dan karakteristik responden berdasarkan

tingkat pendidikan tingkat SLTP sebanyak

45 responden 30,4% untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Karakteristik Responden

Tabel 1

Distribusi Frekuensi Umur, jenis Kelamin

dan Tingkat Pendidikan Responden di

Rumah Sakit Jiwa Propinsi Kalimantan

Barat

Karakteristik

Responden

n %

Umur

Remaja akhir (17-25

tahun)

18 12,2

Dewasa awal (26-35

tahun)

59 39,9

Dewasa akhir (36-45

tahun)

41 27,7

Lansia awal (46-55

tahun)

20 13,5

Lansia akhir (56-65

tahun)

10 6,8

Jenis Kelamin

Laki-laki 108 73

Perempuan 40 27

Tingkat Pendidikan

Tidak sekolah 8 5,4

Tidak tamat SD 14 9,5

SD 71 48

SLTP 45 30,4

SLTA 9 6,1

Diploma/S1 1 0,7

Sumber: Data Primer 2015

Univariat

Tabel 2

Distribusi Frekuensi Asupan Energi,

Asupan Protein, Tingkat Depresi dan

Status Gizi di Rumah Sakit Jiwa Propinsi

Kalimantan Barat

Variabel Responden

n %

Asupan Energi

Kurang 32 21,6

Page 5: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI, ASUPAN PROTEIN DAN …

131 I Jurnal Mahasiswa dan Peneliti Kesehatan - JuMantik

Cukup 116 78,4

Asupan Protein

Kurang 28 18,9

Cukup 120 81,1

Tingkat Depresi

Berat 52 35,1

Sedang 96 64,9

Status Gizi

Kurang 33 22,3

Normal 115 77,7

Total 148 100

Sumber: Data Primer 2015

Dari tabel 2 diketahui distribusi

frekuensi berdasarkan asupan energi, yang

asupan energi cukup sebanyak 116

responden (78,4%) lebih besar

dibandingkan dengan responden yang

asupan energi kurang. Distribusi frekuensi

berdasarkan asupan protein, yang asupan

protein cukup sebanyak 120 responden

(81,1%) lebih besar dibandingkan dengan

responden yang asupan protein kurang.

Distribusi frekuensi berdasarkan tingkat

depresi yang tingkat depresi sedang

sebanyak 96 responden (64,9%) lebih

besar dibandingkan dengan responden

yang tingkat depresi berat.

Bivariat

Tabel 3

Hubungan Asupan Energi, Asupan Protein, Tingkat Depresi Dengan Status Gizi Pasien

Jiwa di Rumah Sakit Jiwa Propinsi Kalimantan Barat

Variabel

Status Gizi

P value PR 95% CI Kurang Normal

n % n %

Asupan Energi

0,000

7,250

(3,944-13,328)

Kurang 22 68,8 10 31,2

Cukup 11 9,5 105 90,5

Asupan Protein

0,000

5,143

(2,973-8,896)

Kurang 18 64,3 10 35,7

Cukup 15 125 105 87,4

Tingkat Depresi

0,000

10,338

(4,247-25,168)

Berat 28 53,8 24 46,2

Sedang 5 5,2 91 948

Page 6: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI, ASUPAN PROTEIN DAN …

132 I Jurnal Mahasiswa dan Peneliti Kesehatan - JuMantik

Sumber: Data Primer 2015

Hasil analisis variabel asupan

energi berdasarkan uji statistik Chi square

pada tabel 3 didapatkan nilai p value

0,000 (<0,05), dapat disimpulkan bahwa

ada hubungan antara asupan energi

dengan status gizi pasien gangguan jiwa di

Rumah Sakit Jiwa Propinsi Kalimantan

Barat. Hasil analisis diperoleh nilai PR =

7,250 artinya responden yang asupan

energinya kurang memiliki peluang 7,250

kali lebih besar untuk mengalami status

gizi kurang jika dibandingkan dengan

responden yang asupan energinya cukup.

Hasil analisis variabel asupan protein

berdasarkan uji statistik dengan

menggunakan Chi Square pada tabel 3

didapatkan nilai p value = 0,000 (< 0,05)

dapat disimpulkan bahwa ada hubungan

antara antara asupan protein dengan status

gizi pasien gangguan jiwa di Rumah Sakit

Jiwa Propinsi Kalimantan Barat. Hasil

analisis diperoleh pula nilai PR = 5,143

artinya responden dengan asupan protein

kurang memiliki peluang 5,143 kali lebih

besar untuk mengalami status gizi kurang

jika dibandingkan dengan responden yang

asupan proteinnya cukup. Hasil analisis

variabel tingkat depresi berdasarkan uji

statistik dengan menggunakan Chi square

pada tabel 3 didapatkan nilai p value =

0,000 (<0,05), jadi dapat disimpulkan ada

hubungan antara tingkat depresi dengan

status gizi pasien gangguan jiwa di Rumah

Sakit Jiwa Propinsi Kalimantan Barat.

Hasil analisis diperoleh pula nilai PR =

10,338 artinya responden yang tingkat

depresinya berat memiliki peluang 10,338

kali lebih besar untuk mengalami status

gizi kurang jika dibandingkan dengan

responden yang tingkat depresinya

sedang.

PEMBAHASAN

1. Hubungan Antara Asupan Energi

dengan Status Gizi Pasien Gangguan

Jiwa

Hasil analisis statistik dengan

menggunakan uji Chi square

menunjukkan bahwa terdapat

hubungan antara Asupan Energi

dengan Status Gizi Pasien Gangguan

Jiwa. Pada penelitian ini tingkat asupan

energi pasien di Rumah Sakit Jiwa

Propinsi Kalimantan Barat sebagian

besar asupan energinya cukup yaitu

sebesar 78,4% dan kurang sebesar

21,6%.

Hal ini sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Gumala (2011)

yang menunjukkan bahwa terdapat

korelasi yang bermakna antara asupan

energi dengan status gizi. Pada sub

sampel laki-laki dan perempuan

terdapat korelasi yang positif dan

sangat bermakna antara tingkat

konsumsi energi dengan status gizi

pasien gangguan jiwa di BPK Rumah

Sakit Jiwa Propinsi Bali.

Konsumsi makanan berpengaruh

terhadap status gizi seseorang. Status

gizi baik terjadi apabila tubuh

memperoleh cukup zat-zat gizi yang

digunakan secara efisien sehingga

memungkinkan pertumbuhan fisik,

perkembangan otak, kemampuan kerja

dan kesehatan secara umum. Status

gizi kurang terjadi bila tubuh

mengalami kekurangan satu atau lebih

Page 7: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI, ASUPAN PROTEIN DAN …

133 I Jurnal Mahasiswa dan Peneliti Kesehatan - JuMantik

zat-zat gizi 4.Asupan energi yang

kurang dapat mengakibatkan status

gizi kurang. Kurangnya asupan energi

dapat melemahkan sistem kekebalan

tubuh. Energi dan protein dibutuhkan

agar sistem kekebalan tubuh berfungsi

dengan baik. Makanan yang

memenuhi kebutuhan zat gizi tubuh

umumnya membawa ke arah status

gizi yang baik. Disarankan energi

yang harus dikonsumsi adalah 2.800

kalori yang dapat diperoleh dari

karbohidrat, protein dan lemak5.

2. Hubungan Antara Asupan Protein

dengan Status Gizi Pasien

Gangguan Jiwa

Hasil analisis uji Chi Square

menunjukkan bahwa asupan protein

memiliki hubungan dengan status gizi

pasien gangguan jiwa di Rumah Sakit

Jiwa Propinsi Kalimantan Barat.

Resiko untuk responden yang asupan

energi protein kurang mengalami

status gizi kurang adalah 5,143 kali

lebih besar dibandingkan dengan

yang asupan protein cukup.

Hasil penelitian ini sejalan

dengan penelitian yang dilakukan

oleh Prasetyo (2013) yang

menyatakan bahwa ada hubungan

yang bermakna antara asupan protein

dengan status gizi pasien gangguan

jiwa di Rumah Sakit Jiwa Dr

Radjiman Wediodiningrat Lawang

Kabupaten Malang.

Asupan protein yang cukup

diperlukan oleh tubuh untuk

membangun sel-sel yang rusak,

membentuk zat-zat pengatur seperti

enzim dan hormon dan membentuk zat

anti body4.Kebutuhan protein khusus

pasien gangguan jiwa belum ada

literatur yang menjelaskan lebih

spesifik. Dalam menentukan jumlah

protein yang direkomendasikan

peneliti lebih mengacu pada prinsip

energi tinggi protein tinggi I (ETPT I)

yaitu energi 2800 kalori dan protein

100 gram (2 gr/kg BB)6.

Asupan protein yang cukup atau

baik sejalan dengan pendapat Raharja

(2007) yang menyatakan bahwa obat

anti depresan dapat mempengaruhi

makanan yang masuk, metabolisme

dan ekskresi zat-zat gizi. Obat anti

depresan atau obat anti murung adalah

obat-obatan yang mampu

memperbaiki suasana jiwa dengan

menghilangkan atau meringankan

gejala keadaan murung yang tidak

disebabkan oleh kesulitan sosial,

ekonomi, dan penyakit. Efek samping

obat anti depresan salah satunya

adalah meningkatkan selera makan.

Disamping efek obat kemungkinan

lain adanya beberapa faktor yang

mempengaruhi konsumsi energi dan

protein yang cukup misalnya suasana

hati yang tenang sehingga

menyebabkan nafsu makan menjadi

baik, sehingga asupan makanan

cukup7.

Pada penelitian ini, hasil analisis

metode Comstok ditemukan pasien

yang kurang dalam asupan protein

juga banyak ditemukan pada hari

sabtu. Hal ini mungkin disebabkan

karena pada hari sabtu sumber protein

hewani hanya berasal dari ikan,

sedangkan protein yang berasal dari

daging ayam dan sapi tidak ada. Hal

ini dapat menyebabkan menurunnya

Page 8: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI, ASUPAN PROTEIN DAN …

134 I Jurnal Mahasiswa dan Peneliti Kesehatan - JuMantik

selera makan pasien dan kemungkinan

penyediaan menu yang kurang

bervariasi. Disarankan pada pihak

Rumah Sakit untuk menambah protein

hewani yang berasal dari daging ayam

dan daging sapi.

3. Hubungan Antara Tingkat Depresi

dengan Status Gizi Pasien

Gangguan Jiwa

Hasil analisis statistik dengan

menggunakan uji Chi Square

diperoleh diperoleh nilai p value =

0,000 lebih kecil dari α 0,05 dengan

demikian terdapat hubungan antara

tingkat depresi dengan status gizi

pasien gangguan jiwa di Rumah Sakit

Jiwa Propinsi Kalimantan Barat.

Berdasarkan hasil penelitian

diketahui bahwa pasien yang tingkat

depresinya berat akan memiliki

peluang 10,338 kali lebih besar

mengalami status gizi kurang

dibandingkan dengan pasien yang

tingkat depresinya sedang.

Hasil penelitian ini sejalan

dengan penelitian yang dilakukan

oleh Anggraini (2014) yang

menyatakan bahwa depresi memiliki

hubungan yang bermakna secara

statistik dengan status gizi. Pada

keadaan depresi, seseorang cenderung

lupa akan pemenuhan kebutuhan

dasar, seperti kebutuhan akan

makanan, kebersihan dan istirahat

Depresi dapat mengakibatkan

nafsu makan menurun, sehingga

dapat menggangu penyerapan zat gizi

yang masuk ke dalam tubuh terutama

asupan energi dan protein. Kurangnya

asupan energi protein dapat

melemahkan sistem kekebalan dalam

tubuh dengan perubahan tingkah laku

seperti perubahan tidur, latihan fisik.

Energi dan protein dibutuhkan agar

sistem kekebalan berfungsi dengan

baik. Pada situasi depresi, seseorang

cenderung lupa akan pemenuhan

kebutuhan dasar, seperti kebutuhan

akan makanan, kebersihan diri dan

istirahat. Apabila asupan makanan

rendah dan berlangsung dalam jangka

waktu yang relatif panjang, seseorang

akan mengalami defisiensi energi dan

protein.9

Adapun hal yang dapat dilakukan

untuk menjaga agar pasien dengan

tingkat depresi berat tidak menjadi

lebih kuru adalah dengan memberikan

obat anti depresan sesuai dengan

dosisnya agar selera makan pasien

bertambah dan meningkatkan kualitas

pelayanan gizi rumah sakit jiwa atau

penatalaksanaan gizi menjadi lebih

baik lagi agar tujuan pelayanan gizi

rumah sakit jiwa dalam rangka

membantu mempercepat kesembuhan

pasien dan meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat dapat tercapai

secara optimal.

KESIMPULAN

1. Ada hubungan antara asupan

energi dengan status gizi pasien

gangguan jiwa di Rumah Sakit

Jiwa Propinsi Kalimantan Barat.

2. Ada hubungan antara asupan

protein dengan status gizi pasien

gangguan jiwa di Rumah Sakit

Jiwa Propinsi Kalimantan Barat.

3. Ada hubungan antara tingkat

depresi dengan status gizi pasien

gangguan jiwa di Rumah Sakit

Jiwa Propinsi Kalimantan Barat.

Page 9: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI, ASUPAN PROTEIN DAN …

135 I Jurnal Mahasiswa dan Peneliti Kesehatan - JuMantik

Saran

1. Diharapkan rumah sakit tetap

meningkatkan pelayanan gizi dan

penatalaksanaan gizi yang lebih

baik lagi supaya makanan yang

disajikan dapat dikonsumsi oleh

pasien dan status gizi pasien

diharapkan tidak ada lagi yang

status gizi kurang.

2. Perlu adanya perubahan dan

modifikasi menu untuk

menghindari kebosanan pasien

terhadap menu yang disajikan di

rumah sakit.

3. Perlunya pendekatan dan

pengkajian lebih dalam dari pihak

rumah sakit sehingga dapat

mengerti keinginan pasien.

4. Perlu penelitian lebih lanjut

dengan menggunakan rancangan

case control dan adanya

penambahan variabel lainnya yang

tidak terdapat dalam penelitian ini

seperti: etnis, lamanya masa

perawatan dan sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Maramis, A.A. 2009. Ilmu Kedokteran

Jiwa. Surabaya: Airlangga University

Press

2. Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan

Dasar Tahun 2013. Jakarta: Badan

Penelitian dan Pengembangan

Kesehatan

3. Rumah Sakit Jiwa Propinsi Kalbar.

2015. Laporan Rawat Inap (IRNA) RSJ

Propinsi Kalimantan Barat.

Singkawang. RSJ Propinsi Kalbar

4. Almatsier, Sunita. 2010. Prinsip Dasar

Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama

5. Depkes RI. 1987. Peraturan Pemberian

Makanan Untuk Rumah Sakit Jiwa

6. Almatsier, Sunita. 2007. Penuntun

Diet. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

7. Raharja, K. 2007. Obat-Obat Penting.

Jakarta: PT Gramedia.

8. Anggraini, D.I. 2014. Hubungan

Depresi dengan Status Gizi. Medula,

Volume: 2 Nomor 2 Februari 2014.

9. Swarth, J. 2004. Stress dan Nutrisi.

Jakarta: Bumi Aksara