31
ASUHAN KEPERAWATAN OTOSKLEROSIS Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Sistem Sensori & Persepsi Disusun Oleh : 1. Eli Novitasari 2. Lilis Lesmanawati 3. Nana Rukana Yusup 4. Nunu Nugraha 5. Sri Hastuti 6. Sujana 7. Triyeni Kresnhawaty SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ( STIKes ) CIREBON

ASKEP OTOSKLEROSIS

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ASKEP OTOSKLEROSIS

ASUHAN KEPERAWATAN OTOSKLEROSIS

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas

Mata Kuliah Sistem Sensori & Persepsi

Disusun Oleh :

1. Eli Novitasari

2. Lilis Lesmanawati

3. Nana Rukana Yusup

4. Nunu Nugraha

5. Sri Hastuti

6. Sujana

7. Triyeni Kresnhawaty

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ( STIKes ) CIREBON

PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN

CIREBON

2012

Page 2: ASKEP OTOSKLEROSIS

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya

sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya.

Makalah dengan judul ″ Asuhan Keperawatan Otosklerosis ″ ini di susun untuk

memenuhi salah satu tugas mata kuliah ″ Sistem Sensori & Persepsi ″, Program Studi S1

Keperawatan STIKes Cirebon.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu

terselesaikanya tugas makalah ini tepat pada waktunya,

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,

oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan penulisan

dimasa yang akan datang.

Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermamfaat bagi kita semua, terutama

mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan STIKes Cirebon, khususnya bagi penulis

dan umumnya bagi pembaca.

Cirebon, Januari 2012

Penulis

Page 3: ASKEP OTOSKLEROSIS

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1

BAB II TINJAUAN TEORITIS.........................................................................2

2.1. Definisi............................................................................................2

2.2. Etiologi............................................................................................2

2.3. Epidemiologi...................................................................................2

2.4. Patofisiologi....................................................................................4

2.5. Manifestasi Klinis..........................................................................6

2.6. Penegakan Diagnosis.....................................................................6

2.7. Diagnosis Banding..........................................................................8

2.8. Penatalaksanaan............................................................................9

2.9. Prognosis.........................................................................................10

2.10. Komplikasi......................................................................................11

BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN...............................................12

3.1. Pengkajian......................................................................................12

3.2. Pathway..........................................................................................12

3.3. Diagnosa Keperawatan.................................................................13

3.4. Focus Intervensi............................................................................ 13

DAFTAR PUSTAKA

Page 4: ASKEP OTOSKLEROSIS

BAB I

PENDAHULUAN

Proses pendengaran ialah salah satu fungsi yang penting dalam kehidupan. Saat ini

banyak gangguan yang dapat menyebabkan kesulitan dalam mendengar, salah satunya

adalah otosklerosis. Dalam penelitian, kelainan ini terdapat pada masyarakat dalam

jumlah yang signifikan.

Otosklerosis merupakan salah satu penyebab umum tuli konduktif pada orang

dewasa. Kelainan disebabkan karena gangguan autosomal dominan yang terjadi pada

wanita maupun pria. Pasien mengalami gejala-gejala pada akhir usia belasan atau awal

dua puluhan. Kelainan ini merupakan penyakit labirin tulang, dimana terbentuk suatu

daerah otospongiosis {tulang lunak} terutama di depan dan didekat kaki stapes menjadi

terfiksasi.

Otosklerosis cukup lazim terjadi yaitu pada hampir dari 10% populasi. Namun

hanya presentase kecil yang kemudian bermanifestasi secara klinis sebagai gangguan

pendengaran. Pasien perlu dinilai secara cermat, baik melalui pemeriksaan audiologik

maupun dengan pemeriksaan otologik

Pendengaran normal ialah suatu keadaan dimana orang tidak hanya dapat

mendengar tetapi juga dapat mengerti apa yang didengarnya, sedangkan kekurangan

pendengaran yaitu keadaan dimana orang kurang dapat mendengar dan mengerti

perkataan yang didengarnya.

Implantasi kokhlear telah menjadi pilihan dalam terapi tuli total, sedangkan untuk

gangguan pada telinga tengah seperi otosklerosis terapi pilihannya adalah pembedahan

dan belum ada pengobatan selain bedah bagi mereka yang mengalami gangguan

pendengaran sensorineural.

Pengetahuan akan genetik dalam ketulian memberi harapan bagi berkembangnya

pengobatan baru, ada anggapan bahwa sebagian kasus tuli pada anak disebabkan oleh

mutasi gen tunggal, sedangkan sisanya oleh lingkungannya.(Brunner & Suddart, 2001)

Page 5: ASKEP OTOSKLEROSIS

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Definisi

Otosklerosis adalah suatu penyakit pada tulang pada bagian telinga tengah

khususnya pada stapes yang disebabkan pembentukan baru tulang spongiosus dan

sekitar jendela ovalis sehingga dapat mengakibakan fiksasi pada stapes. (Brunner &

Sudart, 2001)

2.2 Etiologi

Beberapa penyebab terjadinya otosklerosis :

1. Idiopatik

2. Pendapat umumnya diturunkan secara autosom dominan

3. Bukti ilmiah yang menyatakan adanya virus measles yang mempengaruhi

otosklerosis

4. Beberapa pendapat bahwa infeksi kronik measles di tulang merupakan presipitasi

pasien untuk terkena otosklerosis. Materi virus dapat ditemukan di osteoblas pada

lesi sklerotik.

2.3 Epidemiologi

1. Ras

Beberapa studi menunjukan bahwa otosklerosis umumnya terjadi pada ras

Kaukasian. Sekitar setengahnya terjadi pada populasi oriental. Dan sangat jarang

pada orang negro dan suku Indian Amerika. Populasi multiras yang termasuk

Kaukasian memiliki resiko peningkatan insiden terhadap otosklerosis.

2. Faktor Keturunan

Otosklerosis biasanya dideskripsikan sebagai penyakit yang diturunkan secara

autosomal dominant dengan penetrasi yang tidak lengkap (hanya berkisar 40%).

Page 6: ASKEP OTOSKLEROSIS

Derajat dari penetrasi berhubungan dengan distribusi dari lesi otosklerotik lesi

pada kapsul tulang labirin.

3. Gender

Otosklerosis sering dilaporkan 2 kali lebih banyak pada wanita disbanding pria.

Bagaimanapun, perkiraan terbaru sekarang mendekati ratio antara pria:wanita 1:1.

Penyakit ini biasanya diturunkan tanpa pengaruh sex- linked, jadi rasio 1:1 dapat

terjadi. Ada beberapa bukti yang menyatakan bahwa perubahan hormonal selama

kehamilan dapat menstimulasi fase aktif dari otosklerosis, yang menyebabkan

peningkatan gambaran klinis kejadian otosklerosis pada wanita. Onset klinik

selama kehamilan telah dilaporkan sebanyak 10% dan 17%. Risiko dari

peningkatan gangguan pendengaran selama kehamilan atau pemakaian oral

kontrasepsi pada wanita dengan otosklerosis adalah sebesar 25 %. Penjelasan lain

yang mungkin akan peningkatan prevalensi otosklerosis pada wanita adalah

bilateral otosklerosis tampaknya lebih sering pada wanita dibanding pria (89% dan

65 %). Memiliki dua telinga yang terkena kelihatan akan meningkatkan kunjungan

ke klinik.

4. Sejarah keluarga

Sekitar 60% dari pasien dengan klinikal otosklerosis dilaporkan memiliki keluarga

dengan riwayat yang sama.

5. Usia

Insiden dari klinikal otosklerosis meningkat sesuai bertambahnya umur. Evidence

mikroskopik terhadap otospongiosis ditemukan pada autopsi 0,6 % individu yang

berumur kurang dari 5 tahun. Pada pertengahan usia, insiden ditemukannya adalah

10 % pada orang kulit putih dan sekitar 20% pada wanita berkulit putih. Baik aktif

atau tidak fase penyakitnya, terjadi pada semua umur, tetapi aktivitas yang lebih

tinggi lebih sering terjadi pada mereka yang berumur kurang dari 50 tahun. Dan

aktivitas yang paling rendah biasanya setelah umur lebih dari 70 tahun. Onset

klinikal berkisar antara umur 15-35 tahun, tetapi manifestasi penyakit itu sendiri

Page 7: ASKEP OTOSKLEROSIS

dapat terjadi paling awal sekitar umur 6 atau 7 tahun, dan paling lambat terjadi

pada pertengahan 50-an.

6. Predileksi

Menurut data yang dikumpulkan dari studi terhadap tulang temporal, tempat yang

paling sering terkena Otosklerosis adalah fissula ante fenestram yang terletak di

anterior jendela oval (80%-90%). Tahun 1985, Schuknecht dan Barber

melaporkan area dari lesi otosklerosis yaitu :

a.Tepi dari tempat beradanya fenestra rotundum

b. Dinding medial bagian apeks dari koklea

c. Area posterior dari duktus koklearis

d. Region yang berbatasan dengan kanalis semisirkularis

e.Kaki dari stapes sendiri.

2.4 Patofisiologi

Patofisiologi dari otosklerosis sangat kompleks. Kunci utama lesi dari otosklerosis

adalah adanya multifokal area sklerosis diantara tulang endokondral temporal. Ada 2

fase patologik yang dapat diidentifikasi dari penyakit ini yaitu :

1. Fase awal otospongiotic

Gambaran histologis: terdiri dari histiosit, osteoblas, osteosit yang

merupakan grup sel paling aktif. Osteosit mulai masuk ke pusat tulang disekitar

pembuluh darah sehingga menyebabkan pelebaran lumen pembuluh darah dan

dilatasi dari sirkulasi. Perubahan ini dapat terlihat sebagai gambaran kemerahan

pada membran timpani. Schwartze sign berhubungan dengan peningkatan vascular

dari lesi yang mencapai daerah permukaan periosteal.

Dengan keterlibatan osteosit yang semakin banyak, daerah ini menjadi kaya

akan substansi dasar amorf dan kekurangan struktur kolagen yang matur dan

menghasilkan pembentukkan spongy bone. Penemuan histologik ini dengan

Page 8: ASKEP OTOSKLEROSIS

pewarnaan Hematoksilin dan Eosin dikenal dengan nama Blue Mantles of

Manasse.

2. Fase akhir otosklerotik

Fase otosklerotik dimulai ketika osteoklas secara perlahan diganti oleh

osteoblas dan tulang sklerotik yang lunak dideposit pada area resorpsi

sebelumnya. Ketika proses ini terjadi pada kaki stapes akan menyebabkan fiksasi

kaki stapes pada fenestra ovale sehingga pergerakan stapes terganggu dan oleh

sebab itu transmisi suara ke koklear terhalang. Hasil akhirnya adalah terjadinya

tuli konduktif

Jika otosklerosis hanya melibatkan kaki stapes, hanya sedikit fiksasi yang

terjadi. Hal seperti ini dinamakan biscuit footplate. Terjadinya tuli sensorineural

pada otosklerosis dihubungkan dengan kemungkinan dilepaskannya hasil

metabolisme yang toksik dari luka neuroepitel, pembuluh darah yang terdekat,

hubungan langsung dengan lesi otosklerotik ke telinga dalam. Semuanya itu

menyebabkan perubahan konsentrasi elektrolit dan mekanisme dari membran

basal.

Kebanyakan kasus dari otosklerosis menyebabkan tuli konduktif atau

campur. Untuk kasus dari sensorineural murni dari otosklerosis itu sendiri masih

kontroversial. Kasus sensorineural murni karena otosklerosis dikemukakan oleh

Shambaugh Sr. tahun 1903. Tahun 1967, Shambaugh Jr. menyatakan 7 kriteria

untuk mengidentifikasi pasien yang menderita tuli sensorineural akibat koklear

otosklerosis :

1. Tanda Schwartze yang positif pada salah satu/ke dua

telinga

2. Adanya keluarga yang mempunyai riwayat otosklerosis

3. Tuli sensorineural progressive pendengaran secara

simetris, dengan fiksasi stapes pada salah satu telinga

Page 9: ASKEP OTOSKLEROSIS

4. Secara tidak biasa adanya diskriminasi terhadap ambang

dengar untuk tuli sensorineural murni

5. Onset kehilangan pendengaran pada usia yang sama

terjadinya fiksasi stapes dan berjalan tanpa etiologi lain yang diketahui

6. CT-scan pada pasien dengan satu atau lebih kriteria yang

menunjukan demineralisasi dari kapsul koklear

7. Pada timpanometri ada fenomena on-off.

2.5 Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala otosklerosis :

1. Pedengaran menurun secara progresif

2. Tinitus

3. Vertigo

4. Sulit mendengarsuara yang lembut dan nada rendah (tuli 30-40 db)

2.6 Penegakan Diagnosis

1. Anamnesa

Kehilangan pendengaran dan tinnitus adalah gejala yang utama. Penurunan

pendengaran berlangsung secara progressif dengan angka kejadian bervariasi,

tanpa adanya penyebab trauma atau infeksi.. Tinnitus merupakan variasi tersering

sebanyak 75 % dan biasanya berlangsung menjadi lebih parah seiring dengan

derajat tingkat penurunan pendengaran. Umumnya dizziness dapat terjadi. Pasien

mungkin mendeskripsikan seperti vertigo, pusing yang berputar, mual dan muntah.

Dizziness yang hanya diasosiasikan dengan otosklerosis terkadang menunjukan

proses otosklerosis pada telinga dalam. Adanya dizziness ini sulit untuk dibedakan

dengan kausa lain seperti sindrom Meniere’s. Pada 60% kasus, riwayat keluarga

pasien yang terkena otosklerosis dapat ditemukan.

2. Pemeriksaan Fisik

Page 10: ASKEP OTOSKLEROSIS

Membran timpani biasanya normal pada sebagian besar kasus. Hanya sekitar 10%

yang menunjukan Schwartze Sign. Pemeriksaan garputala menunjukan kesan tuli

konduktif. ( Rinne negatif ) Pada fase awal dari penyakit tuli konduktif didapat

pada frekuensi 256 Hz. Adanya proses fiksasi stapes akan memberikan kesan pada

frekuensi 512 Hz. Akhirnya pada frekuensi 1024 Hz akan memberi gambaran

hantaran tulang lebih kuat daripada hantaran udara. Tes Weber menunjukan

lateralisasi ke arah telinga yang memiliki derajat conduting hearing loss lebih

besar. Pasien juga akan merasa lebih baik dalam ruangan yang bising (Paracusis

Willisi).

3. Pemeriksaan Penunjang

a.Audiogram

Kunci penelusuran secara objektif dari otosklerosis didapat dari audiogram.

Gambaran biasanya konduktif, tetapi dapat juga mixed atau sensorineural.

Tanda khas dari otosklerosis adalah pelebaran air-bone gap secara perlahan

yang biasanya dimulai dari frekuensi rendah. Adanya Carhart’s Notch adalah

diagnosis secara abstrak dari otosklerosis , meskipun dapat juga terlihat pada

gangguan konduktif lainnya. Carhart’s notch adalah penurunan dari konduksi

tulang sebanyak 10-30 db pada frekuensi 2000Hz, diinduksi oleh adanya

fiksasi stapes. Carhart’s notch akan menghilang setelah stapedektomy.

Maksimal conductive hearing loss adalah 50 db untuk otosklerosis, kecuali

adanya kombinasi dengan diskontinuitas dari tulang pendengaran. Speech

discrimination biasanya tetap normal.

b. Tympanometri

Pada masa pre klinik dari otosklerosis, tympanometri mungkin menunjukan

“on-off” effect, dimana ada penurunan abnormal dari impedance pada awal

dan akhir eliciting signal. Ketika penyakit berlanjut, adanya on-off ini

memberi gambaran dari absennya reflek stapedial. Gambaran timpanogram

biasanya adalah tipe A dengan compliance yang rendah. Walaupun jarang,

Page 11: ASKEP OTOSKLEROSIS

gambaran tersebut dapat juga berbentuk kurva yang memendek yang dirujuk

ke pola tipe As.

c.CT Scan

Fine – cut CT scan dapat mengidentifikasi pasien dengan vestibular atau

koklear otosklerosis, walaupun keakuratannya masih dipertanyakan. CT dapat

memperlihatkan gambaran tulang-tulang pendengaran, koklea dan vestibular

organ. Adanya area radiolusen didalam dan sekitar koklea dapat ditemukan

pada awal penyakit ini, dan gambaran diffuse sclerosis pada kasus yang lebih

lanjut. Hasil yang negative bukan berarti non diagnostik karena beberapa

pasien yang menderita penyakit ini mempunyai kemampuan dibawah dari

metode CT paling canggih sekali.

2.7 Diagnosa Banding

Otosklerosis terkadang sulit untuk dibedakan dengan penyakit lain yang mengenai

rangkaian tulang-tulang pendengaran atau mobilitas membran timpani. Malahan

diagnosis final sering ditunda sampai saat bedah eksplorasi.

1. Fiksasi kepala malleus, menyebabkan gangguan konduktif yang serupa dan dapat

terjadi pada konjugasi dari fiksasi stapes. Inspeksi menyeluruh terhadap seluruh

tulang adalah penting dalam operasi stapes untuk menghindari adanya lesi yang

terlewatkan seperti itu

2. Congenital fixation of stapes, dapat terjadi karena abnormalitas dari telinga tengah

dan harus dipertimbangkan pada kasus gangguan pendengaran yang stabil

semenjak kecil. Congenital stapes fixation dapat pula terjadi pada persambungan

dengan abnormalitas: membran timpani yang kecil, partial meatal atresia atau

manubrium yang memendek

3. Otitis Media Sekretoria Kronis, dengan otoskop dapat menyerupai otosklerosis,

tetapi timpanometri dapat mengindikasi adanya cairan di telinga tengah pada otitis

media

Page 12: ASKEP OTOSKLEROSIS

4. Timpanosklerosis, dapat menimpa satu atau lebih tulang pendengaran. Gangguan

konduktif mungkin sama dengan yang terlihat pada otosklerosis. Adanya riwayat

infeksi, penemuan yang diasosisasikan dengan myringosklerosis dan penurunan

pendengaran yang stabil dibanding progressif adalah tipikal untuk

timpanosklerosis

5. Osteogenesis imperfecta (van der Hoeve – de Kleyn Syndrome), adalah kondisi

autosomal dominan dimana terdapat defek dari aktivitas osteoblast yang

menghasilkan tulang yang rapuh dan bersklera biru. Sebagai tanbahan, terdapat

fraktur tulang multiple dan sekitar setengah dari pasien ini memiliki fiksasi stapes.

Respon jangka pendek dari operasi stapes pada pasien ini sama dengan yang

terlihat pada otosklerosis. Tetapi progresif sensorineural hearing loss post operasi

lebih sering terjadi.

2.8 Penatalaksanaan

90% pasien hanya dengan bukti histologis dari otosklerosis adalah simptomatik

karena lesi barlangsung tanpa fiksasi stapes atau gangguan koklear. Pada pasien yang

asimptomatik ini, penurunan pendengaran progressif secara konduktif dan sensorineural

biasanya dimulai pada usia 20. Penyakit akan berkembang lebih cepat tergantung pada

faktor lingkungan seperti kehamilan. Gangguan pendengaran akan berhenti stabil

maksimal pada 50-60 db.

1. Amplifikasi

Alat Bantu dengar baik secara unilateral atau bilateral dapat merupakan terapi

yang efektif. Beberapa pasien yang bukan merupakan kandidat yang cocok untuk

operasi dapat menggunakan alat bantu dengar ini.

2. Terapi Medikamentosa

Tahun 1923 Escot adalah orang pertama yang menemukan kalsium florida untuk

pengobatan otosklerosis. Hal ini diperkuat oleh Shambough yang memprediksi

stabilasi dari lesi otosklerotik dengan penggunaan sodium florida. Ion florida

Page 13: ASKEP OTOSKLEROSIS

membuat komplek flourapatit. Dosis dari sodium florida adalah 20-120 mg/hari.

Brooks menyarankan penggunaan florida yang dikombinasi dengan 400 U vitamin

D dan 10 mg Calcium Carbonate berdasar teori bahwa vit D dan CaCO3 akan

memperlambat lesi dari otosklerosis. Efek samping dapat menimbulakan mual dan

muntah tetapi dapat diatasi dengan menguarangi dosis atau menggunakan enteric-

coated tablets. Dengan menggunakan regimen ini, sekitar 50 % menunjukan

symptom yang tidak memburuk, sekitar 30 % menunjukan perbaikan.

3. Terapi Bedah

Pembedahan akan membutuhkan penggantian seluruh atau sebagian dari fiksasi

stapes. Seleksi pasien kandidat utama stapedectomy adalah yang mempunyai

kehilangan pendengaran dan menganggu secara sosial, yang dikonfirmasi dengan

garputala dan audiometric menunjukan tuli konduktif atau campur. Speech

discrimination harus baik. Secara umum, pasien dengan penurunan pendengaran

lebih dari 40 db dan Bone conduction lebih baik dari Air Conduction pada

pemeriksaan garputala akan memperoleh keuntungan paling maksimal dari

operasi. Pasien harus mempunyai resiko anaestesi yang minimal dan tidak

memiliki kontraindikasi.

4. Indikasi bedah

1. Tipe otosklerosis oval window dengan berbagai variasi derajat fiksasi stapes

2. Otosklerosis atau fiksasi ligamen anularis oval window pada otitis media kronis

(sebagai tahapan prosedur)

3. Osteogenesis imperfekta

4. Beberapa keadaan anomali kongenital

5. Timpanosklerosis di mana pengangkatan stapes diindikasikan (sebagai tahapan

operasi)

2.9 Prognosis

Page 14: ASKEP OTOSKLEROSIS

Pemeriksaan garpu tala preoperative menentukan keberhasilan dari tindakan

bedah, diikuti dengan alat-alat bedah dan teknik pembedahan yang digunakan ikut

menentukan prognosis.

2.10 Komplikasi

1. Tuli kondusif

2. Glomus jugulare (tumor yang tumbuh dari bulbus jugularis)

3. Neuroma nervus fasialis (tumor yang berada pada nervus VII, nervus fasialis)

4. Granuloma Kolesterin. Reaksi system imun terhadap produksi samping darah

(kristal kolesterol)

5. Timpanosklerosis. Timbunan kolagen dan kalsium didalam telinga tengah yang

dapat mengeras disekitar osikulus sebagai akibat infeksi berulang. (Bruer &

Suddart, 2001)

Page 15: ASKEP OTOSKLEROSIS

BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

1. Riwayat kesehatan

2. Penggambaran tentang masalah telinga sebelumya khususya telinga bagian

tengah (termasuk adanya infeksi dan kehilangan pendengaran)

3. Riwayat pengguanaan obat sebelumya (alergi terhadap obat)

4. Riwayat keluarga tentang penyakit telinga (pendengaran)

5. Kaji adanya nyeri pada telinga (otalgia)

6. Kaji adanya eritema

7. Kaji adaya secret pada telinga (otore)

8. Kaji adanya tinnitus dan vertigo

3.2 Pathway

Herediter

Gen autosomal dominan monohibrid

Terbentuknya tulang rawan abnormal (spon)

Terjadi fiksasi stapes pada kokhlea

Gangguan hantaran gelombang bunyi Gangguan kokhlea vestibularis

Tinitus, Tuli konduktif Dizziness vestibular

Serangan vertigo, mual, muntah Gg Persepsi sensori : Pendengaran

Gg. Harga diri

Kurang pengetahuan Gg. Istirahat tidur Gg. Pemenuhan nutrisi Aktivitas intolerans Resiko tinggi cidera

Page 16: ASKEP OTOSKLEROSIS

Penatalaksanaan pembedahan

Stapedektomi

Nyeri Gg. Komunikasi verbal Resiko tinggi infeksi

3.3 Diagnosa Keperawatan

1. Perubahan persepsi sensori pendengaran berhubungan dengan penurunan

atau hilang pendengaran

2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya penekanan massa

pada tulang teliga

3. Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan fungsi tubuh

4. Resiko tinggi cidera berhubungan dengan adanya vertigo

5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya vertigo

6. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan

mual dan muntah.

7. Kurang pegetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognisi dan tidak

mengenal informasi

8. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubunga dengan pembedahan telinga

ekstensif

9. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan

sekunder terhadap pembedahan telinga

3.4 Fokus Intervensi

1. Perubahan persepsi sensori pendengaran berhubungan dengan

penurunan atau hilang pendengaran

Page 17: ASKEP OTOSKLEROSIS

Intervensi :

o Gunakan bahasa non verbal ketika berkomunikasi dengan pasien

o Bertatap muka ketika berkomunikasi dengan paien

o Anjurkan untuk periksa telinga secara teratur

o Berikan penjelasan tentang proses perjalanan penyakit dan prosedur

pengobatan

2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya

penekanan massa pada tulang telinga

Intervensi :

oObservasi tanda-tanda vital

oAjarkan teknik relaksasi

oLakukan teknik distraksi

oKolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik

3. Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan fungsi

tubuh

Intervensi :

oKaji kapasitas fisiologi yang bersifat umum

oSarankan klien untuk mengekspresikan perasaanya

oBerikan informasi mengenai penyakitnya

oDekati pasien dengan ramah dan penuh perhatian

4. Resiko tinggi cidera berhubungan dengan adanya vertigo

Intervensi :

o Bantu klien dalam memenuhi ADL

o Berikan penjelasan pada klien mengenai kondisinya

5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya vertigo

Intervensi :

oAjarkan mobilisasi pasif

Page 18: ASKEP OTOSKLEROSIS

oBantu klien dalam memenuhi ADL

6. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan

berhubungan dengan mual dan muntah

Intervensi :

o Berikan makan dalam porsi kecil tapi sering

o Sajikan makann dalam keadaan hangat dan menarik

o Kolaborasi medis untuk pemberian anti emesis

7. Kurang pegetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif

dan tidak mengenal informasi

Intervensi :

oKaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya

oBeri penjelasan pada klien dan keluarga tentang tentang penyakit dan

kondisinya

oDiskusikan mengenai penyebab dari penyakitnya

oMinta klien dan keluarga untuk menjelaskan kembali tentang materi yang

sudah dijelaskan

8. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya luka

post operasi

Intervensi :

oObservasi tanda-tanda vital

oAjarkan teknik relaksasi

oLakukan teknik distraksi

oKolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik

9. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan kerusakan

jaringan sekunder terhadap pembedahan telinga

Intervensi :

o Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik anti septik

Page 19: ASKEP OTOSKLEROSIS

o Observasi tanda-tanda infeksi

DAFTAR PUSTAKA

1. Brunner & Suddarth. Keperawatan Medical Bedah. Jakarta :

EGC, 2002.

2. Dongoes, Marilyan Eet all. Rencana Asuhan Keperawatan.

Edisi III.

Jakarta : EGC, 1999.

3. Boies, L.R. Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6. Cetakan ke III.

Jakarta : EGC, 1997.

4. Staf Pengajar Ilmu Penyakit THT FKUI. Buku Ajar Ilmu

Kesehatan Telinga Hidung Tengorok Kepala Leher. Edisi ke 5 Cetakan ke2.

Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2002.