35
ilmu keperawatan Senin, 04 Juni 2012 asuhan keperawatan komunitas kelompok balita di masyarakat MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN KELOMPOK BALITA DI MASYARAKAT Dosen Pengampu: Asep Iskandar S.Kep.Ns., M.Kep., Sp. Kom Oleh:

askep balita.doc

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: askep balita.doc

ilmu keperawatan

Senin, 04 Juni 2012

asuhan keperawatan komunitas kelompok balita di masyarakat

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN KELOMPOK BALITA

DI MASYARAKAT

Dosen Pengampu: Asep Iskandar S.Kep.Ns., M.Kep., Sp. Kom

Oleh:

WAHYU UTAMI

G1D008081

Page 2: askep balita.doc

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

JURUSAN ILMU KEPERAWATAN

PURWOKERTO

2011

PRAKATA

             Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat

dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan

keperawatan kelompok balita di masyarakat” untuk memenuhi tugas individu komunitas II

Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal

Soedirman. Terima kasih penulis sampaikan kepada:

1.      Asep Iskandar S.Kep.Ns., M.Kep., Sp. Kom, selaku dosen pengampu mata kuliah

keperawatan komunitas II yang telah berkenan memberikan pengarahan demi kesempurnaan

makalah.

2.      Almarhum Bapak, Ibu dan seluruh keluarga tercinta atas semangat, dukungan serta doa

selama proses penulisan makalah.

3.      Sahabat dan teman-teman semua yang telah membantu dalam penulisan makalah,

terimakasih atas kerjasama dan bantuannya.

4.      Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, atas bantuan moral maupun

material dalam penulisan makalah ini.

5.      Almamater, Universitas Jenderal Soedirman.

            Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi hasil yang lebih

baik, semoga hasil penelitian ini mendapat ridho dari Allah SWT dan bermanfaat bagi semua.

Amin.

Purwokerto,3   Januari2012

Page 3: askep balita.doc

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................................... i

PRAKATA.............................................................................................................................. ii

DAFTAR ISI........................................................................................................................... iii

DAFTARTABEL ................................................................................................................... iv

DAFTAR GRAFIK................................................................................................................. v

DAFTARLAMPIRAN ........................................................................................................... vi

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah............................................................................................ 1

B. Perumusah Masalah.................................................................................................... 3

C. Tujuan........................................................................................................................ 4

E. Manfaat...................................................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Pengertian ................................................................................................................. 5

B. Tujuan........................................................................................................................ 7

C. Ruang Lingkup.......................................................................................................... 8

BAB III PROSES KEPERAWATAN

A. Pengkajian.................................................................................................................. 9

Page 4: askep balita.doc

B. Diagnosa Keperawatan.............................................................................................. 10

C. Perencanaan Keperawatan......................................................................................... 12

D. Tindakan Keperawatan.............................................................................................. 16

E. Evaluasi...................................................................................................................... 16

BAB VI PEMBAHASAN

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................................................ 19

B. Saran.......................................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Table 1.1 jenis deteksi tumbuh kembang anak

Page 5: askep balita.doc

DAFTAR GRAFIK

Grafik     1.1     Grafik Kondisi, AKN, AKB dan AKBAL

Grafik 1.2 Proporsi penyebab kematian balita usia 0-59 bulan

Page 6: askep balita.doc

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Format pengkajian balita

Page 7: askep balita.doc

BAB I

PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih tergolong tinggi, jika dibandingkan

dengan negara lain di kawasan ASEAN. Berdasarkan Human Development Report 2010, AKB

di Indonesia mencapai 31 per 1.000 kelahiran. Angka itu, 5,2 kali lebih tinggi dibandingkan

Malaysia. Juga, 1,2 kali lebih tinggi dibandingkan Filipina dan 2,4 kali lebih tinggi jika

dibandingkan dengan Thailand. Masalah ini harus menjadi perhatian serius. Kasus malnutrisi

masih menjadi masalah penting di Indonesia. Meski angka prevalensi malnutrisi anak menurun,

namun masih tergolong tinggi. Prevalensinya mencapai 42%, di Srilanka yang memiliki tingkat

pendapatan kotor per kapita (GDP) yang lebih rendah daripada Indonesia, tingkat prevalensi

malnutrisi anak hanya 18%. Data Departemen Kesehatan, terdapat penurunan dalam jumlah

kasus balita yang tergolong gizi kurang dan gizi buruk. Tahun 2004, jumlah balita gizi kurang

dan gizi buruk sebanyak 5,1 juta anak. 2006, jumlah balita gizi kurang dan buruk turun jadi 4,28

juta anak. Tahun 2007, angka kasus balita gizi kurang dan buruk menurun menjadi 4,13 juta

anak.

Angka kematian ibu dan anak di Indonesia masih menjadi salah satu yang tertinggi di

Asia. Tahun 2002, angka kematian ibu saat melahirkan mencapai 307 per 100.000 kelahiran

hidup. Angka ini 65 kali lebih tinggi dibandingkan Singapura, 9,5 kali lebih tinggi dibandingkan

dengan Malaysia dan 2,5 kali lebih tinggi dibanding Filipina. Rata-rata angka kematian ibu di

dunia mencapai 400.000 per 100.000 kelahiran hidup. Pemerintah menargetkan untuk

mengurangi angka kematian ibu dari 390 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI 1994) menjadi 225

per 100.000 di tahun 1999, dan menargetkan menjadi 225 per 100.000 di tahun 2010.

Berdasarkan data demografi di Indonesia tahun 2002, sebanyak 307 ibu meninggal dalam

persalinan di setiap 100.000 kelahiran hidup dan 228 per 100.000 di tahun 2009. Bidan memiliki

Page 8: askep balita.doc

legitimasi dalam memberikan pelayanan khusus kesehatan ibu, bayi dan anak merasa

berkewajiban mengambil bagian secara aktif dalam upaya penurunan angka kematian ibu dan

anak. Bidan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Indonesia, terutama

di daerah-daerah yang memiliki kondisi geografis yang sulit terjangkau oleh tenaga kesehatan

lainnya. Bidan memiliki dedikasi dan komitmen yang tinggi dalam membangun serta

meningkatkan kualitas kesehatan di daerah mereka masing-masing.

Menurut data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2007 (SDKI 2007),

Angka Kematian Neonatal di Indonesia sebesar 19 kematian/1000 kelahiran hidup, Angka

Kematian Bayi sebesar 34 kematian/1000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Balita sebesar 44

kematian/1000 kelahiran hidup.

Grafik 1.1 Grafik Kondisi, AKN, AKB dan AKBAL sejak 1991 s/d 2007 dan harapan

pencapaian pada tahun 2014.

Keterangan:

Garis merah = AKN

Garis biru     = AKB

Garis hijau   = AKBAL

Page 9: askep balita.doc

Grafik 1.2 Proporsi penyebab kematian balita usia 0-59 bulan

Sumber: Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007

 Apabila dikelompokkan menurut wilayah pulau, nampak bahwa wilayah Jawa-Bali

merupakan kontributor terbesar terhadap angka nasional (64,6%) sedangkan wilayah Maluku-

Papua-Nusa Tenggara hanya berkontribusi sebesar 23,0%. Paling rendah adalah wilayah

Kalimantan, sebesar 1,8%. Tahun 2011 Pemerintah Pusat melalui Kementerian Kesehatan telah

mengalokasikan sejumlah dana untuk pengadaan Makanan Pendamping ASI yang diberikan

kepada anak balita di seluruh Indonesia. Selain itu juga mulai tahun ini digalakkan surveilans

gizi di seluruh kabupaten kota, dan pemantauan pertumbuhan di seluruh posyandu. Pemerintah

akan menempatkan wilayah-wilayah tertentu yang bermasalah, sebagai prioritas utama upaya

penanggulangan gizi buruk.

Pada rumah sakit umum terdapat 8,76 %-30,29% bayi dan neonatal yang masih

mengalami infeksi dengan angka kematian mencapai 11,56%-49,9%. Pengembangan perawatan

yang canggih mengundang masalah baru yakni meningkatnya infeksi nosokomial yang biasanya

diakhiri dengan keadaan septisemia yang berakhir dengan kematian (Victor dan Hans; 1997;

220).

B.       Rumusan masalah

“Bagaimana asuhan keperawatan kelompok khusus balita di masyarakat?”

C.      Tujuan

Page 10: askep balita.doc

1.    Untuk mengetahui latar belakang masalah asuhan keperawatan kelompok balita di masyarakat.

2.    Untuk mengetahui pengertian tujuan asuhan keperawatan kelompok balita di masyarakat.

3.    Untuk mengetahui ruang lingkup asuhan keperawatan kelompok balita di masyarakat.

4.    Untuk mengetahui proses keperawatan kelompok balita di masyarakat.

5.    Untuk mengetahui pengembangan asuhan keperawatan kelompok balita di masyarakat di masa

yang akan datang

D.      Manfaat

1.    Bagi masyarakat

     Memberikan informasi kepada masyarakat tentang asuhan keperawatan kelompok balita di

masyarakat

2.    Bagi institusi pendidikan

     Memberikan informasi kepada institusi tentang asuhan keperawatan kelompok balita di

masyarakat sebagai bahan kajian dan pertimbangan dalam penerapan asuhan keperawatan

kelompok balita di masyarakat.

3.    Bagi peneliti

     Menambah ilmu pengetahuan peneliti sehingga dapat menerapkan asuhan keperawatan

kelompok balita di mayarakat.

BAB II

TINJAUAN TEORI

A.      Pengertian

Balita adalah anak yang berumur 5 tahun ke bawah atau masih kecil yang perlu tempat

bergantung pada seorang dewasa yang mempunyai kekuatan untuk mandiri. Periode 5 (lima)

tahun pertama kehidupan anak sering disebut juga sebagai "Masa Keemasan (golden period) atau

Jendela Kesempatan (window opportunity) atau Masa Kritis (critical period)" karena periode

Page 11: askep balita.doc

ini merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang paling pesat pada otak manusia, masa

yang sangat peka bagi otak anak dalam menerima berbagai masukan dari lingkungan

sekitarnya. Mengingat masa 5 tahun pertama merupakan masa yang  'relatif pendek'  dan tidak

akan terulang kembali dalam kehidupan seorang anak, maka orang

tua/pengasuh/pendidik/masyarakat dan tenaga kesehatan harus memanfaatkan kesempatan

ini untuk membentuk anak menjadi anak yang berkualitas tinggi melalui kegiatan Stimulasi,

Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang.

Asuhan keperawatan kelompok khusus balita adalah suatu bentuk pelayanan keperawatan

komprehensif yang diberikan pada kelompok balitadengan tujuan meningkatkan kesehatan,

pemeliharaan kesehatan, memaksimalkan kemampuanbalita dalam meningkatkan status

kesehatan, serta meminimalkan gangguan kesehatan yang terjadi pada balita. Stimulasi adalah

suatu kegiatan yang dilakukan untuk merangsang kemampuan dasar anak agar anak dapat

tumbuh dan berkembang secara optimal. Stimulasi tumbuh kembang anak dapat dilakukan oleh

setiap orang yang berinteraksi dengan anak, mulai dari ibu, ayah, pengasuh anak, anggota

keluarga lain dan kelompok masyarakat di lingkungan rumah tangga masing-masing dan dalam

kehidupan sehari-hari. Ada beberapa aspek yang mempengaruhi perkembangan anak yaitu:

a)      Gerak kasar atau motorik kasar  adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak

melakukan pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan otot-otot besar seperti duduk, berdiri,

dan sebagainya.

b)      Gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak

melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot

kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat seperti mengamati sesuatu, menjumput,

menulis, dan sebagainya.

c)      Kemampuan bicara dan bahasa adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan untuk

memberikan respon terhadap suara, berbicara, berkomunikasi, mengikuti perintah dan

sebagainya

d)     Sosialisasi dan kemandirian adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri anak

(makan sendiri, membereskan mainan setelah bermain), berpisah dengan ibu / pengasuh anak,

bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya, dan sebagainya.

Page 12: askep balita.doc

Keterangan:

Masalah yang sering terjadi pada balita adalah tumbuh kembang terganggu, gizi buruk

dari sedang sampai berat, diare dan ISPA. Infeksi saluran pernafasan adalah suatu penyakit yang

mempunyai angka kejadian yang cukup tinggi. Penyebab dari penyakit ini adalah infeksi agent/

kuman. Disamping itu terdapat beberapa faktor yang turut mempengaruhi yaitu; usia dari balita

ukuran dari saluran pernafasan, daya tahan tubuh anak tersebut terhadap penyakit serta keadaan

cuaca (Whaley and Wong; 1991; 1419).

B.       Tujuan

1.      Upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit

2.      Mengidentifikasi masalah kesehatan dan mencari upaya pemecahan masalah kesehatan

3.      Memberikan pendidikan kesehatan tentang perkembangan balita, masalah kesehatan pada balita

kepada keluarga dan orang tua.

4.      Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan pemerataan pelayanan kesehatan

Untuk meningkatkan mutu pelayanan serta pemerataan pelayanan kesehatan yang ada di

masyarakat telah dilakukan berbagai upaya salah satunya adalah dengan meletakkan dasar

pelayanan kesehatan pada sektor pelayanan dasar. Pelayanan dasar dapat dilakukan di puskesmas

Page 13: askep balita.doc

induk, puskesmas pembantu, posyandu serta unit-unit yang terkait di masyarakat. Semua bentuk

pelayanan kesehatan perlu di dorong dan digerakkan untuk menciptakan pelayanan yang prima.

Selain itu cakupan di perluas dengan pemerataan pelayanan kesehatan untuk segala aspek atau

lapisan masyarakat.

5.      Meningkatkan status gizi masyarakat

Peningkatan status gizi masyarakat merupakan bagian dari upaya untuk mendorong terciptanya

perbaikan status kesehatan. Dengan pemberian gizi yang baik diharapkan pertumbuhan dan

perkembangan anak akan baik pula, disamping dapat memperbaiki status kesehatan anak.

6.      Meningkatkan peran serta mayarakat

Peningkatan peran serta masyarakat dalam membantu perbaikan status kesehatan penting, sebab

upaya pemerintah dalam menurunkan kematian bayi dan anak tidak hanya dapat dilakukan oleh

pemerintah melainkan peran serta masyarakat.

7.      Meningkatkan manajemen kesehatan

Upaya pelaksanaan program pelayanan kesehatan anak dapat berjalan dan berhasil dengan baik

bila didukung dengan perbaikan dalam pengelolaan pelayanan kesehatan

C.      Ruang lingkup

Ruang lingkup asuhan keperawatan kelompok khusus balita mencakup upaya-upaya

promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, dan resosilitatif melalui berbagai kegiatan yang

terorganisisasi sebagai berikut  :

1.      Pelayanan kesehatan dan keperawatan

2.      Penyuluhan kesehatan

3.      Bimbingan dan pemecahan masalah terhadap anggota, kader kesehata, dan petugas kesehatan

4.      Penemuan kasus secara dini.

5.      Melakukan rujukan medis dan kesehatan

6.      Melakukan koordinasi dan kerjasama dengan masyarakat, kader, dan petugas kesehatan

Fenomena yang menjadi bidang garapan keperawatan kelompok khusus balita adalah:

1.      Pemantauan tumbuh kembang balita melalui pemeriksaan oleh petugas kesehatan

2.      Perawatan anak balita dengan seksama.

Page 14: askep balita.doc

3.      Pemberian asi eksklusif dan makanan tambahan

4.      Imunisasi secara lengkap dan berkala.

5.      Penimbangan berat badan secara rtin.

6.      Pemberian vitamin

7.      Status gizi pada balita

8.      Angka kematian dan kesakitan pada balita.

BAB III

PROSES KEPERAWATAN

A.      Pengkajian

1.   Identitas Data

Meliputi nama, tempat dan tanggal lahir, usia, pendidikan, alamat, agama, mana ayah/ibu,

pekerjaan ayah dan ibu, pendidikan ayah dan ibu serta suku bangsa.

2.   Keluhan-keluhan yang dialami balita

3.   Riwayat penyakit sekarang

4.   Riwayat penyakit masa lampau meliputi prenatal, natal dan postnatal.

5.   Penyakit waktu kecil dan apakah pernah dirawat di rumas sakit.

6.   Obat-obatan yang pernah digunakan

7.   Riwayat alergi pada balita

8.   Kecelakaan

9.   Imunisasi

10.  Riwayat keluarga dan genogram keluarga

11.  Riwayat sosial meliputi pengasuh utama, pembawaan secara umum, dan lingkungan rumah.

12.  Keadaan kesehatan saat ini meliputi diagnosa medis, tindakan operasi, obat-obatan, tindakan

keperawatan yang pernah dilakukan, hasil laboratorium dan hasil rontgen.

Page 15: askep balita.doc

13.  Pengkajian pola fungsional meliputi persepsi kesehatan dan pola manajemen kesehatan, pola

nutrisi metabolik, pola eliminasi seperti pola defeksi, pola eliminasi urine, kebersihan pakaian,

aktivitas pola latihan, pola istirahat tidur anak seperti lama tidur perhari, perubahan pola istirahat,

posisi tidur, gerak tidur, pola kognitif persepsi anak, persepsi diri dan pola konsep diri, stressor

dari keluarga, interaksi anak dengan keluarga, pols bermaian, support sistem, dan pola-pola

keyakinan. 

14.  Pemeriksaan fisik meliputi keadaan umum, kesadaran, postur tubuh, tanda vital, tinggi badan,

berat badan, lingkar kepala, lingkar dada, mata, hidung, mulut, telinga, dada, janung, paru-paru,

perut, punggng, genitalia, ekstremitas dan kulit.

15.  Pemeriksaan perkembangan meliputi kemandirian dalam bergaul, motorik halus, konitif dan

bahasa serta perkembangan motorik kasar.

Analisa data dilakukan setelah dilakukan pengumpulan data melalui kegiatan wawancara

dan pemeriksaan fisik. Analisa data dilakukan dengan memilih data-data yang ada sehingga

dapat dirumuskan menjadi suatu diagnosa keperawatan. Analisa data adalah kemampuan untuk

mengaitkan data dan menghubungkan data dengan kemampuan kognitif yang dimiliki, sehingga

dapat diketahui kesenjangan atau masalah yang dihadapi oleh balita. Tujuan analisa data:

a.    Menetapkan kebutuhan balita

b.   Menetapkan kekuatan.

c.    Mengidentifikasi pola respon balita

d.   Mengidentifikasi kecenderungan penggunaan pelayanan kesehatan.

Perumusan masalah berdasarkan analisa data yang dapat menemukan masalah kesehatan

dan keperawatan yang dihadapi oleh kelompok khusus balita. Masalah yang sudah ditemukan

tersebut perawat dapat menyusun rencana asuhan keperawatan yang selanjutnya dapat diteruskan

dengan intervensi. Masalah yang ditemukan terkadang tidak dapat di selesaikan sekaligus

sehingga diperlukan prioritas masalah. Prioritas masalah dapat ditentukan berdasarkan hierarki

Maslow yaitu:

a.    Keadaan yang mengancam kehidupan

b.   Keadaaan yang mengancam kesehatan

c.    Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan

B.       Diagnosa keperawatan

Page 16: askep balita.doc

Diagnosa keperawatan adalah respon individu pada masalah kesehatan, baik aktual

maupun potensial. Masalah aktual adalah masalah yang diperoleh pada saat pengkajian,

sedangkan masalah potensial adalah masalah yang mungkin timbul kemudian. Diagnosa

keperawatan adalah suatu peryataan yang jelas, padat, dan pasti tentang status dan masalah klien

yang dapat diatasi dengan tindakan keperawatan. Diagnosa keperawatan ditetapkan berdasarkan

masalah yang ditemukan. Diagnosa keperawatan akan memberikan gambaran tentang masalah

dan status kesehatan masyarakat, baik yang nyata (aktual) maupun yang mungkin terjadi

(potensial). Diagnosa keperawatan mengandung komponen PES (problem, etiologi, symptom).

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada balita adalah:

1.   Kurang gizi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang gizi balita.

2.   Diare

a.     Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan berlebihan melalui feses dan

muntah serta intake terbatas (mual).

b.   Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan absorbsi nutrien

dan peningkatan peristaltik usus

c.     Nyeri (akut) berhubungan dengan hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal.

d.   Kecemasan keluarga berhubungan dengan perubahan status kesehatan anaknya

e.     Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi berhubungan

dengan pemaparan informasi terbatas, salah interpretasi informasi dan atau keterbatasan kognitif.

f.     Kecemasan anak berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua, lingkungan yang baru

3.   ISPA

a.  Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan proses inflamasi pada saluran pernafasan,

nyeri

b.   Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi mekanik dari jalan nafas

oleh sekret, proses inflamasi, peningkatan produksi sekret.

c.  Cemas berhubungan dengan penyakit yang dialami oleh anak, hospitalisasi pada anak

C.      Perencanaan

Contoh beberapa perencanaan keperawatan dari diagnosa di atas:

Page 17: askep balita.doc

Diagnosa.1  Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan berlebihan melalui

feses dan muntah serta intake terbatas (mual)

Tujuan   :   Kebutuhan cairan akan terpenuhi dengan kriteria tidak ada tanda-tanda dehidrasi    

Intervensi Rasional

Berikan cairan oral dan parenteral sesuai

dengan program rehidrasiPantau intake dan

output.

Sebagai upaya rehidrasi untuk mengganti

cairan yang keluar bersama feses.Memberikan

informasi status keseimbangan cairan untuk

menetapkan kebutuhan cairan pengganti.

 Kaji tanda vital, tanda/gejala dehidrasi dan

hasil pemeriksaan laboratorium

Menilai status hidrasi, elektrolit dan

keseimbangan asam basa

Kolaborasi pelaksanaan terapi definitif Pemberian obat-obatan secara kausal penting

setelah penyebab diare diketahui

Diagnosa.2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan

absorbsi nutrien dan peningkatan peristaltik usus.

Tujuan   :  Kebutuhan nutrisi  terpenuhi dengan kriteria terjadi peningkatan bera badan

Intervensi Rasional

Pertahankan tirah baring dan pembatasan

aktivitas selama fase akut.

Menurunkan kebutuhan metabolik

Pertahankan status puasa selama fase akut

(sesuai program terapi) dan segera mulai

pemberian makanan per oral setelah kondisi

klien mengizinkan

Pembatasan diet per oral mungkin ditetapkan

selama fase akut untuk menurunkan peristaltik

sehingga terjadi kekurangan nutrisi. Pemberian

makanan sesegera mungkin penting setelah

keadaan klinis klien memungkinkan.

Bantu pelaksanaan pemberian makanan

sesuai dengan program diet

Memenuhi kebutuhan nutrisi klien

Kolaborasi pemberian nutrisi parenteral

sesuai indikasi

Mengistirahatkan kerja gastrointestinal dan

mengatasi/mencegah kekurangan nutrisi lebih

Page 18: askep balita.doc

lanjut

Diagnosa. 3  : Nyeri (akut) berhubungan dengan hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal.

Tujuan :     Nyeri berkurang dengan kriteria tidak terdapat lecet pada perirektal

Intervensi Rasional

Atur posisi yang nyaman bagi klien,

misalnya dengan lutut fleksi.

Menurunkan tegangan permukaan abdomen

dan mengurangi nyeri

Lakukan aktivitas pengalihan untuk

memberikan rasa nyaman seperti masase

punggung dan kompres hangat abdomen

Meningkatkan relaksasi, mengalihkan fokus

perhatian kliendan meningkatkan kemampuan

koping

Bersihkan area anorektal dengan sabun

ringan dan airsetelah defekasi dan berikan

perawatan kulit

Melindungi kulit dari keasaman feses,

mencegah iritasi

Kolaborasi pemberian obat analgetika dan

atau antikolinergik sesuai indikasi

Analgetik sebagai agen anti nyeri dan

antikolinergik untuk menurunkan spasme

traktus GI dapat diberikan sesuai indikasi klinis

Kaji keluhan nyeri dengan Visual Analog

Scale (skala 1-5), perubahan karakteristik

nyeri, petunjuk verbal dan non verbal

Mengevaluasi perkembangan nyeri untuk

menetapkan intervensi selanjutnya

Diagnosa. 4 : Kecemasan keluarga b/d perubahan status kesehatan anaknya.

Tujuan   :  Keluarga mengungkapkan kecemasan berkurang.

Intervensi Rasional

Dorong keluarga klien untuk membicarakan

kecemasan dan berikan umpan balik tentang

mekanisme koping yang tepat.

Membantu mengidentifikasi penyebab

kecemasan dan alternatif pemecahan masalah

Tekankan bahwa kecemasan adalah masalah

yang umum terjadi pada orang tua klien

yang anaknya mengalami masalah yang

sama

Membantu menurunkan stres dengan

mengetahui bahwa klien bukan satu-satunya

orang yang mengalami masalah yang demikian

Page 19: askep balita.doc

Ciptakan lingkungan yang tenang, tunjukkan

sikap ramah tamah dan tulus dalam

membantu klien.

Mengurangi rangsang eksternal yang dapat

memicu peningkatan kecemasan

Diagnosa.5  : Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi

berhubungan dengan pemaparan informasi terbatas, salah interpretasi

informasi dan atau keterbatasan kognitif.

Tujuan   :    Keluarga akan mengerti tentang penyakit dan pengobatan anaknya, serta mampu

mendemonstrasikan perawatan anak di rumah.

Intervensi Rasional

Kaji kesiapan keluarga klien mengikuti

pembelajaran, termasuk pengetahuan

tentang penyakit dan perawatan anaknya.

Efektivitas pembelajaran dipengaruhi oleh

kesiapan fisik dan mental serta latar belakang

pengetahuan sebelumnya.

Jelaskan tentang proses penyakit anaknya,

penyebab dan akibatnya terhadap gangguan

pemenuhan kebutuhan sehari-hari aktivitas

sehari-hari.

Pemahaman tentang masalah ini penting untuk

meningkatkan partisipasi keluarga klien dan

keluarga dalam proses perawatan klien

Jelaskan tentang tujuan pemberian obat,

dosis, frekuensi dan cara pemberian serta

efek samping yang mungkin timbul

Meningkatkan pemahaman dan partisipasi

keluarga klien dalam pengobatan.

Jelaskan dan tunjukkan cara perawatan

perineal setelah defekasi

Meningkatkan kemandirian dan kontrol

keluarga klien terhadap kebutuhan perawatan

diri anaknya

Diagnosa. 6 : Kecemasan anak berhubungan dengan Perpisahan dengan orang tua, lingkugan yang baru

Tujuan       :    Kecemasan anak berkurang dengan kriteria memperlihatkan tanda-tanda kenyamanan

Intervensi Rasional

Anjurkan pada keluarga untuk selalu

mengunjungi klien dan berpartisipasi dalam

perawatn yang dilakukan

Mencegah stres yang berhubungan dengan

perpisahan

Page 20: askep balita.doc

Berikan sentuhan dan berbicara pada anak

sesering mungkin

Memberikan rasa nyaman dan mengurangi

stress

Lakukan stimulasi sensory atau terapi

bermain sesuai dengan ingkat perkembangan

klien

Meningkatkan pertumbuhan dan

perkembangan secara optimum

D.      Tindakan

Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana tindakan yang telah direncanakan

sebelumnya

E.       Evaluasi

Evaluasi merupakan pengukuran keberhasilan sejauhmana tujuan tersebut tercapai. Bila ada yang

belum tercapai maka dilakukan pengkajian ulang, kemudian disusun rencana, kemudian

dilaksanakan dalam implementasi keperawatan lalau dievaluasi, bila dalam evaluasi belum

teratasi maka dilakukan langkah awal lagi dan seterusnya sampai tujuan tercapai

BAB IV

PEMBAHASAN

Kerangka Pengembangan Askep Tersebut Di Masa Yang Akan Datang

Pada bab ini dijelaskan tentang pembahasan meliputi kerangka pengembangan asuhan

keperawatan kelompok khusus balita di masyarakat di masa yang akan datang.

A.    Kerangka pengembangan asuhan keperawatan kelompok khusus lansia di masyarakat di

masa yang akan datang.

Analisis SWOT

St   streght(kekuatan)

    Tenaga kesehatan tercukupi di setiap desa

    keluarga yang semangat dan antusias

    balita masih dalam tahap tumbuh kembang

    Fasilitas pelayanan kesehatan balita yang

memadai seperti posyandu balita

W  weakness(kelemahan)

      Banyaknya jumlah balita yang melebihi

batas

      Banyaknya balita yang ketergantungan

kepada pihak lain

      Tidak adanya kesadaran orang tua untuk

Page 21: askep balita.doc

    Alat transportasi tersedia

    Ada anggaran khusus bagi setiap posyandu

di desa

merawat

      Kurangnya kader kesehatan dan bidan di

daerah

O   Opportunity(peluang)

    Pemerintah desa yang mendukung adanya

posyandu balita

    Memiliki akses jalan yang baik menuju

pusat kesehatan dan dekat dengan

puskesmas.

T   Threat(ancaman)

      Lingkungan yang belum memadai sehingga

resiko infeksi besar

      Banyak terdapat pasangan usia muda yang

hamil

B.     Solusi dari analisis SWOT diatas antara lain:

Dalam peningkatan peran serta kelompok khusus balita di masyarakat yang melibatkan

masyarakat dalam perencanaan, pelaksanan dan penilaian upaya kesehatan dalam rangka

menciptakan kemadirian masyarakat, solusi yang bisa kami tawarkan terkait permasalahan diatas

antara lain:

1.      Penyuluhan gizi pada ibu-ibu yang memiliki anak balita2.      Supervisi kader dalam mengoptimalkan fungsi 5 meja posyandu3.      Lomba kunjungan bayi dan balita ke posyandu dengan memperhatikan KMS4.      Pembuatan rencana kerja yang baru dan bermanfaat dalam jangka waktu 3 bulan sampai 1 tahun

5.      Peningkatan kesehatan biologis balita dengan cara memenuhi gizi balita untuk menunjang

pertumbuhan dan perkembangan balita.

6.      Adanya peraturan/organisasi yang jelas terkait pemberdayaan balita.

7.      Pemberian motivation training secara rutin oleh kader posyandu balita dan petugas kesehatan

balita.

8.      Kerjasama dengan puskesmas terdekat terkait pelayanan kesehatan balita

9.      Meningkatkan hubungan yang baik dengan perangkat desa setempat

10.  Adanya jaminan kesehatan secara penuh untuk balita di masyarakat.

Page 22: askep balita.doc

BAB V

PENUTUP

Pada bab ini dijelaskan tentang penutup meliputi kesimpulan dan saran

A.    Kesimpulan

Jumlah balita yang meningkat saat ini akan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan

baik fisik, mental maupun sosial ekonomi. Untuk itu perlu pengkajian masalah balita yang lebih

mendasar agar tercapai tujuan pembinaan kesehatan balita yaitu mewujudkan derajat kesehatan

serta optimal. Dalam peningkatan peranan serta masyarakat dapat dilaksanan dengan bentuk

penyuluhan kesehatan yang melibatkan masyarakat dalam perencanaan, pelaksanan dan

penilaian upaya kesehatan kelompok balita dalam rangka menciptakan kemandirian masyarakat.

B.     Saran

Harapan kepada masyarakat, agar balita tetap menjadi bagian dari masyarakat. Sebab

generasi penerus bangsa tergantung dari proses pertumbuhan dan perkembangan saat usia balita

karena usia balita merupakan golden period. Agar pemberdayaan dapat berhasil maka seluruh

komponen bangsa harus ambil bagian mulai departemen/ kementerian/instansi, organisasi

profesi, yayasan, institusi masyarakat, PKK, Posyandu, Karang Taruna, PAUD dan seluruh

petugas lapangan dari jajaran instansi pemerintah serta anggota masyarakat.

Page 23: askep balita.doc

DAFTAR PUSTAKA

A.H. Markum, 1991, Buku Ajar Kesehatan Anak, jilid I, Penerbit FKUI

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2009 

Stanhope, Marcia. 1998. Buku saku keperawatan komunitas dan kesehatan rumah:perangkat pengkajian, intervensi, dan penyuluhan

Sacharin, Rosa M. 1996. Prinsip keperawatan pediatrik. EGC. Jakarta

Sudiyanto. 2009, Dalam membina anak dalam mencapai cita-citanya. Tumbuh kembang anak, Fakultas Kedokteran UI

Santosa, Sugeng. 2004. Kesehatan dan Gizi. Jakarta: PT.Rieneka Cipta.

http://www.infodokterku.com/index.php?option=com_content&view=article&id=92:kondisi-angka-kematian-neonatal-akn-angka-kematian-bayi-akb-angka-kematian-balita-akbal-angka-kematian-ibu-aki-dan-penyebabnya-di indonesia&catid=40:data&Itemid=54 di akses tanggal 4 Desember 2011

Ngastiyah, 997, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta

Price & Wilson 1995, Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Buku 1, Ed.4, EGC, JakartaSoetjiningsih 1998, Tumbuh Kembang Anak, EGC, Jakarta

Soeparman & Waspadji, 1990, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Ed. Ke-3, BP FKUI, Jakarta.

Suharyono, 1986, Diare Akut, lembaga Penerbit Fakultas Kedokteran UI, Jakarta

Whaley & Wong, 1995, Nursing Care of Infants and Children, fifth edition, Clarinda company, USA.Yu. H.Y. Victor & Hans E. Monintja. (1997). Beberapa Masalah Perawatan Intensif Neonatus. Jakarta:

Balai penerbit FKUI.Whalley & wong. (1991). Nursing Care of Infant and Children Volume II   book 1. USA: CV. Mosby-

Year book. IncWorld Health organization. 1993. Kader kesehatan masyarakat alih bahasa Adi Heru S. Egc. Jakart

Lampiran 1

Page 24: askep balita.doc

FORMAT PENGKAJIAN BALITA

PENGKAJIAN BALITA ( 1 – 5 TAHUN )1.      Apakah dalam keluarga terdapat balita ?

Diposkan oleh wahyu Teten di 10.36 Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Bagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Arsip Blog

▼   2012 (5) o ▼   Juni (5)

terapi moadalitas

askep neuroma akustik

asuhan keperawatan otalgia

asuhan keperawatan komunitas kelompok balita di ma...

asuhan keperawatan komunitas jiwa masyarakat

Mengenai Saya

wahyu Teten Lihat profil lengkapku

Template Awesome Inc.. Diberdayakan oleh Blogger.