Upload
mamanode
View
294
Download
15
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Asuhan Keperawatan Retinoblastoma
TUGAS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN RETINOBLASTOMA
AGUSNAWATIP 2012 01 350
JURUSAN KEPERAWATAN STIKES MANDALA WALUYA KENDARI
JANUARI 2013BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Retinoblastoma adalah salah satu penyakit kanker primer pada
mata yang paling sering dijumpai pada bayi dan anak. Penyakit ini tidak
hanya dapat mengakibatkan kebutaan, melainkan juga kematian. Di
Negara berkembang, upaya pencegahan dan deteksi dini belum banyak
dilakukan oleh para orang tua. Salah satu sebabnya adalah
pengetahuan yang masih minim mengenai penyakit kanker tersebut.
Dalam penelitian menyebutkan bahwa 5 – 10% anak usia
prasekolah dan 10% anak usia sekolah memiliki masalah penglihatan.
Namun seringkali anak-anak sulit menceritakan masalah penglihatan
yang mereka alami. Karena itu, skrining mata pada anak sangat
diperlukan untuk mendeteksi masalah penglihatan sedini mungkin.
Skrining dan pemeriksaan mata anak sebaiknya dilakukan pada saat
baru lahir, usia 6 bulan, usia 3-4 tahun, dan dilanjutkan pemeriksaan
rutin pada usia 5 tahun ke atas. Setidaknya anak diperiksakan ke dokter
mata setiap 2 tahun dan harus lebh sering apabila telah ditemukan
masalah spesifik atau terdapat factor risiko.
Untuk itu kami menyusun makalah ini dengan tujuan berbagi
pengetahuan tentang penyakit retina blastoma ke masyarakat luas
yang mana di Negara Indonesia masih kurang di perhatikan. Dan kami
sebagai perawat perlu memahami dan mengetahui asuhan
keperawatan terhadap pasien dengan retinoblastoma.
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah konsep teori retinoblastoma ?
Bagaimanakah asuhan keperawatan pada anak dengan
retinoblastoma ?
C. Tujuan
Tujuan Umum
1
Mengetahui secara umum mengenai penyakit retinoblastoma
serta asuhan keperawatan yang tepat terhadap penyakit
retinoblastoma tersebut.
Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengertian dari penyakit retinoblastoma
b. Mengetahui etiologi dari penyakit retinoblastoma
c. Mengetahi manifestasi klinis dari penyakit retinoblastoma
d. Mengetahui patofisiologi dari penyakit retinoblastoma
e. Mengetahui penatalaksanaan terhadap penyakit
retinoblastoma
f. Mengetahui asuhan keperawatan yang tetap pada pasien
retinoblastoma
2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Anatomi dan Fisiologi Retina
Anatomi Retina
Retina adalah selembar tipis jaringan saraf yang semitransparan
dan multilapis yang melapisi bagian dalam 2/3 posterior dinding bola
mata. Retina membentang kedepan hamper sama jauhnya dengan
corpus sillier, dan berakhir di tepi ora serrata. Retina mempunyai tebal
0,1 mm pada kutub posterior. Di tengah-tengah retina posterior.
Fisiologi Retina
Retina adalah jaringan paling kompleks di mata. Untuk melihat,
mata harus berfungsi sebagai suatu alat optis, sebagai suatu reseptor
kompleks, dan sebagai suatu trasdunces yang efektif. Sel-sel batang
dan kerucut dilapisan fotoreseptor mampu mengubah rangsangan
cahaya memjadi suatu impuls saraf yang dihantarkan oleh lapisan,
serta saraf retina melalui saraf optikus dan akhirnya ke korteks
penglihatan.
B. Defenisi Retinoblastoma
- Retinoblastoma merupakan tumor ganas intraokular yang ditemukan
pada anak-anak, terutama pada usia dibawah lima tahun. Tumor
berasal dari jaringan retino embrional (Mansjoer, 2005).
- Retinoblastoma adalah Tumor ganas dalam bola mata pada anak
dan bayi sampai 5 tahun ( Sidarta Ilyas, 2002 ).
- Retinoblastoma adalah suatu neoplasma yang berasal dari
neuroretina (sel kerucut sel batang) atau sel glia yang bersifat
ganas.
- Retinoblastoma adalah tumor retina yang terdiri atas sel neuroblastik
yang tidak berdiferensiasi dan merupakan tumor ganas retina pada
anak.
3
Jadi dari beberapa pengertian diatas disimpulakan bahwa
retinoblastoma adalah penyakit kanker mata (retina) pada anak usia
kurang dari 5 tahun.
Merupakan tumor ganas intraokuler yang ditemukan pada anak-
anak, terutama pada usia dibawah lima tahun. Tumor berasal dari
jaringan retina embrional. Dapat terjadi unilateral (70%) dan bilateral
(30%). Sebagian besar kasus bilateral bersifat herediter yang
diwariskan melalui kromosom.
Massa tumor diretina dapat tumbuh kedalam vitreus (endofitik) dan
tumbuh menembus keluar (eksofitik). Pada beberapa kasus terjadi
penyembuhan secara spontan. Sering terjadi perubahan degeneratif,
diikuti nekrosis dan kalsifikasi. Pasien yang selamat memiliki
kemungkinan 50% menurunkan anak dengan retinoblastoma. Pewarisan
ke saudara sebesar 4-7%.
C. Etiologi
Retinoblastoma disebabkan oleh mutasi gen RB1, yang terletak
pada lengan panjang kromosom 13 pada locus 14 (13q14) dan kode
protein pRB, yang berfungsi sebagai supresor pembentukan tumor. pRB
adalah nukleoprotein yang terikat pada DNA (Deoxiribo Nucleid Acid)
dan mengontrol siklus sel pada transisi dari fase G1 sampai fase S. Jadi
mengakibatkan perubahan keganasan dari sel retina primitif sebelum
diferensiasi berakhir. Retinoblastoma normal yang terdapat pada semua
orang adalah suatu gen supresor atau anti-onkogen. Individu dengan
penyakit yang herediter memiliki satu alel yang terganggu di setiap sel
tubuhnya, apabila alel pasangannya di sel retina yang sedang tumbuh
mengalami mutasi spontan, terbentuklah tumor. Pada bentuk penyakit
yang nonherediter, kedua alel gen Retinoblastoma normal di sel retina
yang sedang tumbuh diinaktifkan oleh mutasi spontan.
D. Patofisiologi
Teori tentang histogenesis dari Retinoblastoma yang paling banyak
dipakai umumnya berasal dari sel prekursor multipotensial (mutasi
4
pada lengan panjang kromosom pita 13, yaitu 13q14 yang dapat
berkembang pada beberapa sel retina dalam atau luar. Pada
intraokular, tumor tersebut dapat memperlihatkan berbagai pola
pertumbuhan yang akan dipaparkan di bawah ini.
5
Pola pertumbuhan
Retinoblastoma Intraokular dapat menampakkan sejumlah pola
pertumbuhan, pada pola pertumbuhan endofitik, ini tampak sebagai
gambaran massa putih sampai coklat muda yang menembus membran
limitan interna. Retinoblastoma Endofitik kadang berhubungan dengan
vitreus seeding. Sel-sel dari Retinoblastoma yang masih dapat hidup
terlepas dalam vitreous dan ruang sub retina dan biasanya dapat
menimbulkan perluasan tumor melalui mata. Vitreous seeding sebagian
kecil meluas memberikan gambaran klinis mirip endopthalmitis,vitreous
seeding mungkin juga memasuki bilik mata depan, yang dapat
berkumpul di iris membentuk nodule atau menempati bagian inferior
membentuk Pseudohypopyon
Tumor Eksofitik biasanya kuning keputihan dan terjadi pada ruang
subretinal, yang mengenai pembuluh darah retina dan sering kali terjadi
peningkatan diameter pembuluh darah dengan warna lebih pekat.
Retinoblastoma eksofitik, berasal dari lapisan luar retina dan meluas ke
koroid menyebabkan solid RD, dapat meluas hingga ke sklera.
Retinoblastoma eksofitik ini dapat pula menyebabkan retinal
detachment.
Invasi saraf optikus ;
Dengan penyebaran tumor sepanjang ruang sub arachnoid ke otak.
Sel Retinoblastoma paling sering keluar dari mata dengan menginvasi
saraf optikus dan meluas kedalam ruang sub arachnoid.
Diffuse infiltration retina
Pola yang ketiga adalah Retinoblastoma yang tumbuh
menginfiltrasi luas yang biasanya unilateral, nonherediter, dan
ditemukan pada anak yang berumur lebih dari 5 tahun. Pada tumor
dijumpai adanya injeksi conjunctiva, anterior chamber seeding,
pseudohypopyon, gumpalan besar sel vitreous dan tumor yang
menginfiltrasi retina, karena masa tumor yang dijumpai tidak jelas,
diagnosis sering dikacaukan dengan keadaan inflamasi seperti pada
6
uveitis intermediate yang tidak diketahui etiologinya. Glaukoma
sekunder dan Rubeosis Iridis terjadi pada sekitar 50% kasus.
7
Penyebaran metastasis ke kelenjar limfe regional, paru, otak
dan tulang.
Sel tumor mungkin juga melewati kanal atau melalui slera untuk
masuk ke orbita. Perluasan ekstraokular dapat mengakibatkan proptosis
sebagaimana tumor tumbuh dalam orbita. Pada bilik mata depan, sel
tumor menginvasi trabecular messwork, memberi jalan masuk ke
limphatik conjunctiva. Kemudian timbul kelenjar limfe preauricular dan
cervical yang dapat teraba.
Di Amerika Serikat, pada saat diagnosis pasien, jarang dijumpai
dengan metastasis sistemik dan perluasan intrakranial. Tempat
metastasis Retinoblastoma yang paling sering pada anak mengenai
tulang kepala, tulang distal, otak, vertebra, kelenjar limphe dan viscera
abdomen.
Tumor mata ini, terbagi atas IV stadium, masing-masing:
1. Stadium I: menunjukkan tumor masih terbatas pada retina (stadium
tenang)
2. Stadium II: tumor terbatas pada bola mata.
3. Stadium III: terdapat perluasan ekstra okuler regional, baik yang
melampaui ujung nervus optikus yang dipotong saat enuklasi.
4. Stadium IV: ditemukan metastase jauh ke dalam otak.
Pada beberapa kasus terjadi penyembuhan secara spontan,
sering terjadi perubahan degeneratif, diikuti nekrosis dan klasifikasi.
Pasien yang selamat memiliki kemungkinan 50 % menurunkan anak
dengan retinoblastoma.
E. Tanda dan Gejala
1. Leukokoria merupakan keluhan dan gejala yang paling sering
ditemukan.
2. Tanda dini retinoblastoma adalah mata juling, mata merah atau
terdapatnya warna iris yang tidak normal.
8
3. Tumor dengan ukuran sedang akan memberikan gejala hipopion,
di dalam bilik mata depan, uveitis, endoftalmitis, ataupun suatu
panoftalmitis.
4. Bola mata menjadi besar, bila tumor sudah menyebar luas di
dalam bola mata.
5. Bila terjadi nekrosis tumor, akan terjadi gejala pandangan berat.
6. Tajam penglihatan sangat menurun.
7. Nyeri
8. Pada tumor yang besar, maka mengisi seluruh rongga badan kaca
sehingga badan kaca terlihat benjolan berwarna putih kekuning-
kuningan dengan pembuluh darah di atasnya.
F. Manifestasi Klinis
Gejala retinoblastoma dapat menyerupai penyakit lain dimata. Bila
letak tumor dimakula, dapat terlihat gejala awal strabismus. Massa
tumor yang semakin membesar akan memperlihatkan gejala
leukokoria, tanda-tanda peradangan di vitreus (Vitreous seeding) yang
menyerupai endoftalmitis.
Bila sel-sel tumor terlepas dan masuk ke segmen anterior mata ,
akan menyebabkan glaucoma atau tanda-tanda peradangan berupa
hipopion atau hifema. Pertumbuhan tumor ini dapat menyebabkan
metastasis dengan invasi tumor melalui nervus optikus ke otak, melalui
sclera ke jaringan orbita dan sinus paranasal, dan metastasis jauh ke
sumsum tulang melalui pembuluh darah. Pada fundus terlihat bercak
kuning mengkilat, dapat menonjol kebadan kaca. Di permukaan
terdapat neovaskularisasi dan perdarahan. Warna iris tidak normal.
Penyebaran secara limfogen, ke kelenjar limfe preaurikular dan
submandibula dan, hematogen, ke sumsum tulang dan visera, terutama
hati.
G. Klasifikasi
1. Golongan I Tumor soliter/multiple kurang dari 4 diameter papil.
9
Terdapat pada atau dibelakang ekuator
Prognosis sangat baik
2. Golongan II Satu atau beberapa tumor berukuran 4-10 diameter papil
Prognosis baik
13. Golongan III
Tumor ada didepan ekuator atau tumor soliter berukuran >10
diameter papil
Prognosis meragukan
4. Golongan IV Tumor multiple sampai ora serata
Prognisis tidak baik
5. Golongan V Setengah retina terkena benih di badan kaca
Prognosis buruk
H. Diagnosis Banding
Fibroplasia retrolental, displasia retina , endoftalmitis nematoda,
katarak, dan ablasi retina.
I. Prognosis
Tumor mempunyai prognosis baik bila ditemukan dini dan
intraokuler. Prognosis sangat buruk bila sudah tersebar ekstra
ocular pada saat pemeriksaan pertama. Tumor dapat masuk ke dalam
otak melalui saraf optik yang terkena infiltrasi sel tumor.
J. Pemeriksaan Penunjang
Ultrasonografi dan tomografi komputer dilakukan terutama untuk
pasien dengan metastasis ke luar, misalnya dengan gejala proptosis
bola mata.
K. Penatalaksanaan
10
Tujuan pengobatan dari retinoblastoma telah berubah secara
dramatis sejak beberapatahun belakangan sehubungan dengan evolusi
dari kemajuan teknik operasi. Tujuan dari terapi adalah diutamakan
untuk menyelamatkan hidup pasien dan juga mata pasien.
Tumor intraocular
A. Dini : besar tumor < 4 disc diameter dan tebal < 2,5 mm tergantung
lokasi tumor dapat dilakukan tindakan fotoagulasi dan atau
krioterapi.
B. Untuk tumor lanjut intraokular yang belum terjadi vitreous seeding,
bola mata dipertahankan tanpa dilakukan enukleasi dengan cara
kemoreduksi pemberian kemoterapi kombinasi Carboplatin etoposide
dan vitreuos sebanyak 2 siklus untuk mengecilkan massa tumor
dilanjutkan fokal terapi dengan fotokoagulasi atau terapikrio.
Lanjut : stadium 4 dan 5 intraokular dan tajam penglihatan nol
dilakukan tindakan bedah pengangkatan bola mata (enukleasi).
Pengobatan selanjutnya tergantung dari pemeriksaan patologi anatomi.
Bila hasil pemeriksaan patologi anatomi pada RB unilateral
menunjukkan tumor telah menembus sklera atau infiltrasi difus
kekoroid atau korpus; pengobatan dilanjutkan dengan kemoterapi.
Khusus untuk kasus dengan infiltrasi N.optikus post laminar pengobatan
dilanjutkan dengan radioterapi dan kemoterapi. Harus diingat bahwa
pemberian radioterapi pada anak < 2 tahun tidak dianjurkan.Untuk
tumor bilateral tindakan pengobatan sesuai dengan masing-masing
stadium tumor. Bila hasil PA menunjukkan perluasan ekstratraokular
pengobatan dilanjutkan dengan kemoterapi dengan atau tanpa
radioterapi.
Tumor ekstraokular
Klinis dengan protopsis :
A. Bila secara radiologi pada RB unilateral tidak ditemukan destruksi
tulang orbita,perluasan intrakranial dalam (-), metastasis jauh
( BMP / LP ) ( -) ; dilakukan tindakan bedah mengangkat seluruh isi
11
rongga mata (eksenterasi orbita), dilanjutkan dengan radioterapi
( usia > 2 tahun ) dan kemoterapi.
B. Bila secara radiologis pada RB unilateral ditemukan destruksi dinding
orbita, atau metastase intrakranial dengan atau tanpa metastase
jauh, tidak perlu dilakukan tindakan bedah dan diberikan :
radioterapi ( usia > 2 tahun ) dan kemoterapic. Tumor disertai
pembesaran kelenjar regional, penderita diberikan pengobatan:
radiasi ( >2 tahun ) pada orbita dan kelenjar limfe yang membesar
dilanjutkan dengan kemoterapid. Tumor dengan metastasis jauh
pada stadium lanjut ini gambaran kliniknya dapat sangat bervariasi
pada masing-masing penderita, oleh karenanya pengobatan
berdasarkan penilaian secara tersendiri kasus demi kasus ialah
kemoterapi dan radioterapi dapat dipertimbangkan kemudian.
12
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1) Pengkajian yang penting untuk retinoblastoma
Sejak kapan sakit mata dirasakan. Penting untuk mengetahui
perkembangan penyakitnya, dan sejauhmana perhatian klien dan
keluarganya terhadap masalah yang dialami. Retinoblastoma
mempunyai prognosis baik bila ditemukan dini.
2) Riwayat trauma sebelum atau sesudah ada keluhan
Trauma dapat memberikan kerusakan pada seluruh lapis kelopak
ataupun bola mata. Trauma sebelumnya dapat juga memberikan
kelainan pada mata tersebut sebelum meminta pertolongan.
3) Apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang sama
sebelumnya. Retinoblastoma bersifat herediter yang diwariskan
melalui kromosom, protein yang selamat memiliki kemungkinan
50 % menurunkan anak dengan retinoblastoma.
4) Apakah pasien merasakan adanya perubahan dalam matanya.
Retinoblastoma dapat menyebabkan bola mata menjadi besar.
5) Apakah ada keluhan lain yang menyertai
Keluhan sakit kepala merupakan keluhan paling sering diberikan
oleh penderita. Adanya keluhan pada organ lain juga bisa
diakibatkan oleh tumor yang bermetastase.
6) Penyakit mata sebelumnya
Kadang-kadang dengan mengetahui riwayat penyakit mata
sebelumnya akan dapat menerangkan tambahan gejala-gejala
penyakit yang dikeluhkan penderita.
7) Penyakit lain yang sedang diderita
Bila sedang menderita penyakit lain dengan keadaan yang buruk,
dapat pula memperburuk keadaan klien.
8) Usia penderita
13
Dikenal beberapa jenis penyakit yang terjadi pada usia
tertentu. Retinoblastoma umumnya ditemukan pada anak-anak,
terutama pada usia di bawah 5 tahun.
9) Riwayat Psikologi
Reaksi pasien dana keluarganya terhadap gangguan penglihatan
yang dialami pasien: cemas, takut, gelisah, sering menangis, sering
bertanya.
10) Mekanisme koping
11) Pemeriksaan Fisik Umum
Diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya keadaan umum
yang dapat merupakan penyebab penyakit mata yang sedang
diderita.
12) Pemeriksaan Khusus Mata
a. Pemeriksaan tajam penglihatan
Pada retinoblastoma, tumor dapat menyebar luas di dalam bola
mata sehingga dapat merusak semua organ di mata yang
menyebabkan tajam penglihatan sangat menurun.
b. Pemeriksaan gerakan bola mata
Pembesaran tumor dalam rongga mata akan menekan saraf dan
bahkan dapat merusak saraf tersebut dan apabila mengenai saraf
III, IV, dan VI maka akan menyebabkan mata juling.
c. Pemeriksaan susunan mata luar dan lakrimal
Pemeriksaan dimulai dari kelopak mata, sistem lakrimal,
konjungtiva, kornea, bilik mata depan, iris, lensa dan pupil.
Pada retinoblastoma didapatkan:
Leukokoria, Yaitu reflek pupil yang berwarna putih.
Hipopion, Yaitu terdapatnya nanah di bilik mata depan.
Hifema, Yaitu terdapatnya darah di bilik mata depan
Uveitis, Yaitu terdapatnya darah di bilik mata depan
d. Pemeriksaan Pupil
14
Leukokoria (refleks pupil yang berwarna putih) merupakan
keluhan dan gejala yang paling sering ditemukan pada penderita
dengan retinoblastoma.
15
e. Pemeriksaan funduskopi
Menggunakan oftalmoskopi untuk pemeriksaan media, papil
saraf optik, dan retina. Refleksi tak ada (atau gelap) akibat
perdarahan yang banyak dalam badan kaca.
f. Pemeriksaan tekanan bola mata
Pertumbuhan tumor ke dalam bola mata menyebabkan tekanan
bola mata meningkat.
B. Pengelompokan Data
1. Data Subjektif
Mengeluh nyeri pada mata
Sulit melihat dengan jelas
Mengeluh sakit kepala
Merasa takut
2. Data Objektif
Mata juling (strabismus)
Mata merah
Bola mata besar
Aktivitas kurang
Tekanan bola mata meningkat
Gelisah
Refleks pupil berwarna putih (leukokoria)
Tajam penglihatan menurun
Sering menangis
Keluarga sering bertanya
Ekspresi meringis
Tak akurat mengikuti instruksi
Keluarga nampak murung
Keluarga nampak gelisah
Pertanyaan/pernyataan keluarga salah konsepsi
16
C. Diagnosa
1. Nyeri b/d proses penyakit, inflamasi
2. Gangguan persepsi sensori : visual b/d gangguan penerimaan
sensori
3. Resiko cedera b/d keterbatasan lapang pandang
4. Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d status
hipermetabolik
5. Ansietas b/d perubahan status kesehatan
6. Gangguan harga diri b/d kecacatan bedah
D. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1. Nyeri b/d proses penyakit, inflamasi
Melaporkan kehilangan nyeri
Tentukan riwayat nyeri mis : lokasi nyeri, frekuensi, durasi dan intensitas (skala 0-10).
Evaluasi / sadari terapi tertentu mis : pembedahan, radiasi, kemoterapi.
Berikan tindakan kenyamanan dasar dan aktivitas hiburan.
Dorong penggunaan keterampilan manajemen nyeri (mis : teknik relaksasi, visualisasi) tertawa, music, sentuhan terapeutik.
Kolaborasi : berikan analgesic sesuai indikasi
Informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan keefektivan intervensi.
Ketidaknyamanan rentang luas adalah umum (mis : nyeri insisi).
Meningkatkan relaksasi dan membantu menfokuskan kembali perhatian.
Memungkinkan pasien untuk berpartisipasi secara aktif dan meningkatkan rasa control.
Nyeri adalah komplikasi sering dari kanker, meskipun respon individual bebeda.
2. Gangguan persepsi sensori : visual b/d
Mengenal gangguan sensori dan berkompens
Pastikan derajat/tipe kehilangan penglihatan.
Mempengaruhi harapan masa depan pasien dan pilihan intervensi.
17
gangguan penerimaan sensori
asi terhadap perubahan.
Mengidentifikasi/ memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan.
Dorong mengekspresikan perasaan tentang kehilangan/kemumgkinan kehilangan penglihatan.
Tunjukan pemberian tetes mata, contoh menghitung tetesan, mengikuti jadwal, tidak salah dosis.
Lakukan tindakan untuk membantu pasien menangni keterbatasan penglihatan , contoh kurangi kekacauan, perbaiki sinar suram dan masalah penglihatan malam.
Kolaborasi : Siapkan intervensi bedah sesuai indikasi: enuklasi.
Pelaksanaan krioterapi, fotokoagulasi laser, atau kombinasi sitostatik.
Sementara intervensi dini mencegah kebutaan, pasien menghadapi kemungkinan atau mengalami kehilangan penglihatan.
Mengontrol TIO, mencegah kehilangan penglihatan lanjut.
Menurunkan bahaya keamanan sehubungan dengan perubahan lapang pandang/kehilangan penglihatan dan akomodasi pupil terhadap sinar lingkungan.
Pengangkatan bola mata, dilakukan apabila tumor sudah mencapai seluruh vitreous dan visus nol, dilakukan untuk mencegah tumor bermetastasis lebih jauh.
Dilakukan apabila tumor masih intraokuler, untuk mencegah pertumbuhan tumor akan mempertahankan visus.
3. Resiko cedera b/d keterbatasan lapang pandang
Menyatakan pemahaman factor yang terlibat dalam kemungkinan cedera.
Mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk meningkatk
Batasi aktivitas seperti menggerakkan kepala tiba-tiba, menggaruk mata, membungkuk.
Anjurkan keluarga memberikan mainan yang aman (tidak pecah), dan pertahankan
Menurunkan stress pada area operasi atau menurunkan tekanan intraokuler.
Menurunkan resiko memecahkan mainan dan jatuh dari tempat tidur.
Memfokuskan lapang pandang dan mencegah cedera pada saat berusaha untuk menjangkau
18
an keamanan
pagar tempat tidur.
Arahkan semua alat mainan yang dibutuhkan klien pada tempat.
Pemberian analgesik, misalnya: acetaminophen (tyenol), empirin dengan kodein.
mainan. Digunakan untuk
mengatasi ketidaknyamanan, meningkatkan istirahat/mencegah gelisah.
4. Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d status hipermetabolik
Mendemostrasikan berat badan stabil.
Bebas tanda malnutrisi
Pantau masukan makanan setiap hari.
Ukur tinggi, berat badan dan ketebalan lipatan kulit trisep.
Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrient, dengan masukan cairan adekuat.
Identifikasi pasien yang mengalami mual/muntah yang diantisipasi.
Dorang komunikasi terbuka mengenai masalah anoreksia
Mengidentifikasi kekuatan/defisiensi nutrisi.
Membantu dalam identifikasi malnutrisi protein-kalori, khususnya bila berat badan dan pengukuran antropometrik.
Kebutuhan jaringan metabolic ditingkatkan begitu juga cairan.
Mual muntah psikogenik terjadi sebelum kemoterapi mulai secara umum tidak berespon terhadap obat antiemetic.
Sering sebagai sumber distress emosi, khususnya untuk orang terdekat yang menginginkan untuk memberi makan pasien dengan sering. Bila pasien menolak, orang terdekat dapat merasakan ditolak/frustasi
5. Ansietas b/d perubahan status kesehatan
Ansietas menurun sampai pada tingkat yang dapat diatasi.
Menggunaka
Kaji tingkat ansietas, derajat pengalaman nyeri dan pengetahuan kondisi saat ini.
Dorong pasien
Mempengaruhi persepsi pasien terhadap ancaman diri, dapat mempengaruhi upaya medic untuk mengontrol TIO.
19
n sumber secara efektif
untuk mengakui masalah dan mengekspresikan perasaan.
Berikan informasi yang akurat dan jujur.
Memberikan kesempatan pasien untuk menerima situasi nyata.
Menurunkan ansietas sehubungan dengan ketidaktahuan/harapan yang akan datang
6. Gangguan harga diri b/d kecacatan bedah
Mengungkapakan pemahaman mekanisme koping untuk menghadapi masalah secara efektif
Dikskusikan dengan pasien/orang terdekat/orang tua bagaimana diagnosis dan pengobatan yang mempengaruhi kehidupan pribadi pasien/rumah dan akivitas bermain.
Evaluasi struktur yang ada dan digunakan oleh pasien/orang terdekat.
Berikan dukungan emosi untuk pasien/orang terdekat selama tes diagnostic dan fase pengobatan.
Gunakan sentuhan selam interaksi. Bila dapat diterima pada pasien dan mempertahankan kontak mata
Membantu memastikan masalah untuk memulai proses pemecahan masalah.
Membantu merencanakan perawatan saat di Rumah Sakit serta setelah pulang.
Meskipun beberapa pasien beradaptasi diri dengan efek kanker atau efek samping terapi;banyak memerlukan dukungan tambahan selama periode ini.
Pastikan individualitas dan penerimaan penting dalam menurunkan perasaan pasien tentang ketidakamanan dan keraguan diri
20
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan & Saran
Retinoblastoma adalah suatu neoplasma yang berasal dari
neuroretina (sel kerucut sel batang) atau sel gila yang bersifat ganas.
Merupakan tumor ganas intraokuler yang ditemukan pada anak-anak,
terutama pada usia dibawah lima tahun. Tumor berasal dari jaringan
retina embrional. Dapat terjadi unilateral (70%) dan bilateral (30%).
Sebagian besar kasus bilateral bersifat herediter yang diwariskan
melalui kromosom.
Pasien dengan retinoblastoma harus diberikan perawatan secara
intensif dan perlunya pengetahuan dari pihak keluarga agar penyakit
tersebut tidak mengalami komplikasi. Dan kita sebagai perawat harus
mampu memberikan edukasi tentang gejala dini retinoblastoma agar
dapat segera diobati.
21
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn, E., et. al., 1999, Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, EGC, Jakarta.
Ganong, William, F., 1998, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 17, EGC, Jakarta.
Mansjoer, A., et. al. 2001, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I, Edisi III, Cetakan IV, Media Aekulapius. FK-UI, Jakarta.
Oswari hanifah, dkk. 123 Penyakit dengan Gangguan Pada Anak. 2009. BIP : Jakarta.
22