21
http://keperawatanprofesionalislami.blogspot.com/2013/03/asuhan- keperawatan-tuli.html Asuhan Keperawatan Tuli MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA GANGGUAN TULI Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah Dosen Pengampu : Arisnawati, S.Kep Disusun Oleh : Kelompok I AKADEMI KEPERAWATAN AL-HIKMAH 02 BENDA SIRAMPOG BREBES 2012 KATA PENGANTAR

askep ketulian

Embed Size (px)

DESCRIPTION

uuu

Citation preview

Page 1: askep ketulian

http://keperawatanprofesionalislami.blogspot.com/2013/03/asuhan-keperawatan-tuli.htmlAsuhan Keperawatan Tuli

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA GANGGUAN TULI

 Di Susun Untuk Memenuhi

 Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah

Dosen Pengampu : Arisnawati, S.Kep

Disusun Oleh :

Kelompok I

AKADEMI KEPERAWATAN AL-HIKMAH 02

BENDA SIRAMPOG BREBES

2012

KATA PENGANTAR

Page 2: askep ketulian

Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun tugas ini yang berjudul

" Askep Pada Gangguan Tuli " tepat pada waktunya.

Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan

tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu

dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk

penyusunan maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan

untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

Benda, Agustus 2012

Penyusun

Page 3: askep ketulian

BAB I

PENDAHULUAN

a. Latar Belakang

Ketidaksempurnaan kadang membuat seseorang minder dalam pergaulannya sehari-

hari. Kehilangan pendengaran, termasuk salah satu kekurangan yang membuat anak-anak

sulit tumbuh normal dikalangan masyarakat.

Ketulian disebabkan karena virus Toxoplasma Rubella atau campak, Herpes, dan

Sipilis. Terkadang kedua orang tua tidak menyadari bahwa dirinya telah mengidap virus

tersebut sehingga menyebabkan ketulian pada anaknya kelak.

.

Ketulian juga bisa dialami ketika anak pada masa pertumbuhan, misalnya pada saat

lahir, anak lahir normal hanya saja menjelang usia 10 tahun ia mengalami sakit sehingga

diberikan obat dengan dosis tinggi sehingga menyerang telinganya. Jadi ada gangguan

pendengaran karena obat-obatan yang memiliki efek samping menyebabkan ketulian.

Seperti pil kina juga mempunyai pengaruh yang besar pada telinga, maupun aspirin juga

terbilang rawan, oleh karena

Itu harus hati-hati bila digunakan.

Faktor genetik juga bisa mempengaruhi, misalnya kedua orang tuanya normal,

namun kakek dan neneknya memiliki riwayat pernah mengalami ketulian. Hal ini bisa

berdampak pada anak. Anak terlahir dengan disedot, vakum, Caesar juga bisa merusak saraf

pendengaran. Jika anak mengalami tuli saraf, tentu tidak bisa disembuhkan, hanya bisa di

bantu dengan alat bantu dengar semata.

Terapi yang bisa membuat kembali mendengar itu tidak ada kecuali untuk para tuli

Page 4: askep ketulian

konduktif yang disebabkan karena infeksi. Infeksi ini dapat disembuhkan tetapi ketuliannya

belum tentu sembuh.

B. Tujuan

1.Tujuan Umum

2.Tujuan Khusus

a. Memenuhi tugas pembuatan Askep mata ajar keperawatan Medical Bedah 1

b. Dapat membuat rencana tindakan keperawatan

c. Dapat melekukan intervensi yang telah dibuat

d. Mengetahui asuhan keperawatan kehilangan pendengaran(Tuli)

C. Ruang Lingkup Penulisan

Penulis hanya membahas mata pelajaran keperawatan Medical Bedah 1 tentang Asuhan

keperawatan kehilangan pendengaran:TULI

D. Metode Penulisan

Dalam penulisan makalah ini penulis menggunakan metode studi kepustakaan yaitu dengan

mempelajari dan membawa buku-buku ilmiah sebagai sumber makalah khususnya yang

berhubungan dengan Asuhan KeperawatanGangguan Pendengaran.

Page 5: askep ketulian

BAB II

KONSEP DASAR

A. Pengertian

Tuli ialah keadaan dimana orang tidak dapat mendengar sama sekali (total deafness),

suatu bentuk yang ekstrim dari kekurangan pendengaran. Istilah yang sekarang lebih sering

digunakan ialah kekurangan pendengaran (hearing-loss)

(Louis,1993).

Kekurangan pendengaran ialah keadaan dimana orang kurang dapat mendengar dan

mengerti perkataan yang didengarnya.Pendengaran normal ialah keadaan dimana orang

tidak hanya dapat mendengar, tetapi juga dapat mengerti apa yang didengarnya.

(Anderson,1874)

B. Anatomi Fisiologi Telinga

Secara anatomi telinga dibagi menjadi tiga bagian yaitu :

1. Telinga Luar, terdiri dari :

a. Pinna/Aurikel/Daun Telinga

Pinna merupakan gabungan tulang rawan yang diliputi kulit, melekat pada sisi kepala.

Pinna membantu mengumpulkan gelombang suara dan perjalanannya sepanjang kanalis

auditorius eksternus.

b. Liang Telinga/Kanalis Autikus Externus (KAE)

Page 6: askep ketulian

Memiliki tulang rawan pada bagian lateral dan bertulang pada bagian medial, seringkali

ada penyempitan liang telinga pada perbatasan tulang rawan ini.

c. Kanalis Auditorius Exsternus

Panjangnya sekitar 2,5 cm, kulit pada kanalis mengandung kelenjar glandula seruminosa

yang mensekresi substansi seperti lilin yang disebut juga serumen. Serumen mempunyai

sifat antibakteri dan memberikan perlindungan kulit. Kanalis Auditorius Eksternus akan

berakhir pada membran timpani.

2. Telinga Tengah, terdiri dari :

a. Membran Timpani/Gendang Telinga membatasi telinga luar dan tengah.

Merupakan suatu bangunan berbentuk kerucut dengan puncak-nya umbo mengarah ke

medial. Membrane timpani tersusun oleh suatu lapisan epidermis, lapisan fibrosa, tempat

melekatnya tangkai malleus dan lapisan mukosa di bagian dalamnya.

b. Kavum Timpani

Dimana terdapat rongga di dalam tulang temporal dan ditemu-kan 3 buah tulang

pendengaran yang meliputi :

1) Malleus, bentuknya seperti palu, melekat pada gendang telinga.

2) Inkus, menghubungkan maleus dan stapes.

3) Stapes, melekat pda jendela oval di pintu masuk telinga dalam.

c. Antrum Timpani

Merupakan rongga tidak teratur yang agak luas terletak dibagian bawah samping kavum

timpani, antrum dilapisi oleh mukosa yang merupakan lanjutan dari lapisan mukosa kavum

timpani, rongga ini berhubungan dengan beberapa rongga kecil yang disebut sellula mastoid

yang terdapat dibelakang bawah antrum di dalam tulang temporalis.

d. Tuba Auditiva Eustakhius

Dimana terdapat saluran tulang rawan yang panjangnya ± 3,7 cm berjalan miring

kebawah agak ke depan dilapisi oleh lapisan mukosa. Tuba Eustakhius adalah saluran kecil

yang memungkinkan masuknya udara luar ke dalam telinga.

Page 7: askep ketulian

3. Telinga Dalam, terdiri dari :

Telinga dalam tertanam jauh di dalam bagian tulang temporal. Organ untuk pendengaran

(koklea) dan keseimbangan (kanalis semisirkularis), begitu juga kranial VII (nervus fasialis)

dan VIII (nervus koklea vestibularis) semuanya merupakan bagian dari komplek anatomi.

Koklea dan kanalis semisirkularis bersama menyusun tulang labirint. Ketiga kanalis semisi

posterior, superior dan lateral erletak membentuk sudut 90 derajat satu sama lain dan

mengandung organ yang berhubungan dengan keseimbangan.

C. Etiologi

Penurunan fungsi pendengaran bisa disebabkan oleh : Suatu masalah mekanis di dalam

saluran telinga atau di dalam telinga tengah yang menghalangi penghantaran suara

(penurunan fungsi pendengaran konduktif) yaitu :

1. Kerusakan pada telinga dalam, saraf pendengaran atau jalur saraf

Pendengaran di otak (penurunan fungsi pendengaran sensorineural).

2. Penurunan fungsi pendengaran sensorineural dikelompokkan menjadi :

a. Penurunan fungsi pendengaran sensorik (jika kelainannya terletak pada telinga dalam.

b. Penurunan fungsi pendengaraan neural (jika kelainannnya terletak pada saraf

pendengaran atau jalur saraf pendengaran di otak).

3. Penurunan fungsi pendengaran sensorik bisa merupakan penyakit keturunan

Tetapi mungkin juga disebabkan oleh :

a. Trauma akustik (suara yang sangat keras)

b. Infeksi virus pada telinga dalam

c. Obat-obatan tertentu

d. Penyakit meniere.

4. Penurunan fungsi pendengaran neural bisa disebabkan oleh :

Page 8: askep ketulian

a. Tumor oatak yang juga menyebabkan kerusakan pada saraf-saraf disekitarnya dan

batang otak

b. Infeksi

c. Berbagai penyakit otak dan saraf (misalnya stroke)

d. Dan beberapa penyakit keturunan (misalnya penyakit Refsum).

5. Pada anak-anak,kerusakan saraf pendengaran bisa terjadi akibat :

a. Gondongan

b. Campak jerman (rubella)

c. Meningitis

d. Infeksi telinga dalam.

Kerusakan jalur saraf pendengaran di otak bisa terjadi akibat

penyakit demielinasi(penyakit yang menyebabkan kerusakan pda selubung saraf).

D. Gejala kehilangan pendengaran

1) Deterlorisasi wicara

Individu yang bicara dengan bagian akhir kata tidak jelas atau dihilangkan, atau

mengeluarkan kata-kata bernada datar, mungkin karena tidak mendengar dengan baik,

Telinga memandu suara, baik kekerasan maupun ucapannya.

2) Keletihan

Bila Individu merasa mudah lelah ketika mendengarkan percakapan atau pidato,

keletihan bisa disebabkan oleh usaha keras untuk mendengarkan. Pada keadaan ini, Individu

tersebut menjadl mudah tersinggung.

3) Acuh

Individu yang tak bisa mendengar perkataan orang lain mudah mengalami depresi dan

ketidaktertarikan terhadap kehidupan secara umum. Menarik dlri dari sosial Karena tak

mampu rnendengar apa yang terjadi di sekitarnya.

4) Rasa tak nyaman

Page 9: askep ketulian

Kehilangan rasa percaya diri dan takut berbuat salah menciptakan suatu perasaan tak

aman pada kebanyakan orang dengan gangguan pendengaran. Tak ada seorang pun yang

menginglnkan untuk mengatakan atau melakukan hal yang salah yang cenderung

membuatnya nampak bodoh. Tak mampu membuat keputusan-prokrastinal.Kehilangan

kepercayaan diri membuat seseorang dengan gangguan pendengaran sangat kesulitan

untuk membuat keputusan.

5) Kecurigaan

Individu dengan kerusakan pendengaran, yang sering hanya mendengar sebagian dari

yang dikatakan, bisa merasa curiga bahwa orang lain membicarakan dirinya atau bagian

percakapan yang berhubungan dengannya sengaja diucapkan dengan lirih sehingga la tak

dapat mendengarkan

6) Kebanggaan semu

Individu dengan kerusakan pendengaran berusaha menyembunyikan kehilangan

pendengarannya. Konsekwensinya, ia sering berpura-pura mendengar padahal sebenarnya

tidak.

Kesepian dan ketidak bahagiaan Meskipun setiap orang selalu menginginkan ketenangan,

namun kesunyian yang dipaksakan dapat membosankan bahkan kadang menakutkan.

Individu dengan kehilangan pendengaran sering merasa (terasing)

7) Kesulitan dalam mendengarkan percakapan, terutama jika di sekelilingnya berisik

8) Terdengar gemuruh atau suara berdenging di telinga (tinnitus)

9) Tidak dapat mendengarkan suara televisi atau radio dengan volume yang normal

10) Kelelahan dan iritasi karena penderita berusaha keras untuk bisa mendengar

11) Pusing atau gangguan keseimbangan

E. Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan Otoskopik

Menggunakan alat otoskop untuk memeriksa meatus akustikus eksternus dan membrane

timpani dengan cara inspeksi :

Page 10: askep ketulian

Hasil:

a. serumen berwarna kuning, konsistensi kenta

b. dinding liang telinga berwarna merah muda

2. Tes Ketajaman PendengaraN

a. tes penyaringan sederhana

Hasil :

-klien tidak mendengar secara jelas angka-angka yang disebutkan

-klien tidak mendengar secara jelas detak jarum jam pada jarak 1-2 inchi

b. uji ritme

hasil : klien tidak mendengarkan adnya getaran garpu tala dan tidak jelas mendengar adnya

bunyi dan saat bunyi menghilang.

F. Penatalaksanaan

1. Membersihkan liang telinga dengan penghisap atau kapas dengan hati-

hati.Penilaian terhadap secret,oedema dinding kanalis dan membrane timpani

bila memungkinkan.

2. Terapi antibiotika local, topical dan sistemik

3. Terapi analgetik

G. Pemeriksaan Diagnostik

a) Audiometri

Audiometri dapat mengukur penurunan fungsi pendengaran secara tepat, yaitu dengan

menggunakan suatu alat elektronik (audiometer) yang menghasilkan suara dengan

ketinggian dan volume tertentu. Ambang pendengaran untuk serangkaian nada ditentukan

dengan mengurangi volume dari setiap nada sehingga penderita tidak lagi dapat

mendengarnya.

Telinga kiri dan telinga kanan diperiksa secara terpisah. Untuk mengukur pendengaran

melalui hantaran udara digunakan earphone, sedangkan untuk mengukur pendengaran

Page 11: askep ketulian

melalui hantaran tulang digunakan sebuah alat yang digetarkan, yang kemudian diletakkan

pada prosesus mastoideus.

b) Audiometri Ambang bicara

Audiometri ambang bicara mengukur seberapa keras suara harus diucapkan supaya bisa

dimengerti. Kepada penderita diperdengarkan kata-kata yang terdiri dari 2 suku kata yang

memiliki aksentuasi yang sama, pada volume tertentu.Dilakukan perekaman terhadap

volume dimana penderita dapat mengulang separuh kata-kata yang diucapkan dengan

benar.

c) Timpanometri

Timpanometri merupakan sejenis audiometri, yang mengukur impedansi (tahanan terhadap

tekanan). Timpanometri digunakan untuk membantu menentukan penyebab dari tuli

konduktif.

Prosedur in tidak memerlukan partisipasi aktif dari penderita dan biasanya digunakan pada

anak-anak.Timpanometer terdiri dari sebuah mikrofon dan sebuah sumber suara yang terus

menerus menghasilkan suara dan dipasang di saluran telinga.Dengan alat ini bisa diketahui

berapa banyak suara yang melalui telinga tengah dan berapa banyak suara yang dipantulkan

kembali sebagai perubahan. .

d) Elektrokokleografi

Elektrokokleografi digunakan untuk mengukur aktivitas koklea dan saraf pendengaran.

Kadang pemeriksaan ini bisa membantu menentukan penyebab dari penurunan fungsi

pendengaran.

H. Pengobatan

Pengobatan untuk penurunan fungsi pendengaran tergantung kepada penyebabnya.

Jika penurunan fungsi pendengaran konduktif disebabkan oleh adanya cairan di telinga

tengah atau kotoran di saluran telinga, maka dilakukan pembuangan cairan dan kotoran

tersebut.

Page 12: askep ketulian

Jika penyebabnya tidak dapat diatasi, maka digunakan alat bantu dengar atau kadang

dilakukan pencangkokan koklea.

a. Alat bantu

Alat bantu dengar merupakan suatu alat elektronik yang dioperasikan dengan batere,

yang berfungsi memperkuat dan merubah suara sehingga komunikasi bisa berjalan dengan

lancar. Alat bantu dengar terdiri dari:

Ø Sebuah mikrofon untuk menangkap suara

Ø Sebuah amplifiar untuk meningkatkan volume suara

Ø Sebuah speaker untuk menghantarkan suara yang volumenya telah dinaikan

Berdasarkan hasil tes fungsi pendengaran, seorang audiologisbisa menentukan apakah

penderita sudah memerlukan alat bantu dengar atau belum (audiologis adalah seorang

profesional kesehatan yang ahli dalam mengenali dan menentukan beratnya gangguan

fungsi pendengaran).

b. Pencangkokan koklea

Pencangkokan koklea (implan koklea) dilakukan pada penderita tuli berat yang tidak dapat

mendengar meskipun telah menggunakan alat bantu dengar.

Alat ini dicangkokkan di bawah kulit di belakang telinga dan terdiri dari 4 bagian:

1. Sebuah mikrofon untuk menangkap suara dari sekitar

2. Sebuah prosesor percakapan yang berfungsi memilih dan mengubah suara yang

tertangkap oleh mikrofon

3. Sebuah transmitter dan stimulator atau penerima yang berfungsi menerima sinyal dari

prosesor percakapan dan merubahnya menjadi gelombang listrik

4. Elektroda berfungsi mengumpulkan gelombang dari stimulator dan mengirimnya ke o

Page 13: askep ketulian

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Perawat perlu melakukan anamnesa dari keluhan klien seperti :

Nyeri saat pinna (aurikula) dan tragus bergerak

1. Nyeri pada liang tengah

2).Telinga terasa tersumbat

3). Perubahan pendengaran

4). Keluar cairan dari telinga yang berwarna kehijauan

Riwayat kesehatan yang perlu ditanyakan kepada klien diantaranya :

1). Kapan keluhan nyeri terasa oleh klien

2). Apakah klien dalam waktu dekat lalu berenang dilaut,kolam renang

Ataukah danau

3). Apakah klien sering mengorek-ngorek telinga sehingga mengakibatkan nyeri setelah

dibersihkan

4). Apakah klien pernah mengalmi trauma terbuka pada liang telinga akibat terkena

benturan sebelumnya

B. Diagnosa keperawatan

1. Gangguan komunikasi verbal b.d degenerasi tulang-tulang pendengaran bagian

dalam

2. Harga Diri b.d Fungsi Pendengaran Menurun

3. Kurang aktivitas b.d menarik diri lingkungan

C. Intervensi

Diagnosa keperawatan 1

Gangguan komunikasi verbal b.d degenerasi tulang-tulang pendengaran bagian dalam

Page 14: askep ketulian

1. Tujuan

Komunikasi verbal klien berjalan baik

Kriteria hasil:

Dalam 1 hari klien dapat :

1. Menerima pesan melalui metode alternative

2. Mengerti apa yang diungkapkan

3. Memperlihatkan suatu peningkatan kemampuan untuk berkomunikasi

4. Menggunakan alat bantu dengar dengan cara yang tepat

Diagnosa keperawatan II

Harga Diri b.d Fungsi Pendengaran Menurun

Tujuan:

Klien dapat menerima keadaan dirinya

Kriteria hasil

Secara bertahap klien dapat :

1. Mengenai perasaan yang menyebabkan perilaku menarik diri

2. Berhubungan sosial dengan orang lain

3. Mendapat dukungan keluarga mengembangkan kemampuan klien untuk b.d orang lain

4. Membina hubungan saling percaya dengan perawat

Intervensi:

1. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya

2. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab klien tidak mau

bergaul / menarik diri

3. Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta penyebab

yang mungkin

4. Beri pujian thd kemampuan klien mengungkapkan perasaan

5. Diskusikan tentang keuntungan dari berhubungan dan kerugian dari perilaku menarik

diri

6. Dorong dan bantu klien untuk berhubungan dengan orang lain

Page 15: askep ketulian

7. Bina hubungan saling percaya dengan klien

Diagnosa keperawatan III

Kurang aktivitas b.d menarik diri lingkungan

Tujuan:

\ Klien dapat melakukan aktivitas tanpa kesulitan

Kriteria hasil

Secara bertahap klien dapat :

1. Menceritakan perasaan-perasaan bosan

2. Melaporkan adanya peningkatan dalam aktivitas yang menyenangkan

3. Menceritakan metoda koping thd perasaan marah atau depresi yang disebabkan koleh

kebosanan

2. Intervensi / rencana tindakan

a.gangguan komunikasi verbal

tindakan / intervensi

1. Kaji tingkat kemampuan klien dalam penerimaan pesan

2. Periksa apakah ada serumen yang menganggu pendengaran

3. Bicara dengan pelan dan jelas

4. Gunakan alat tulis pada waktu menyampaikan pesan

5. Beri dan ajarkan klien pada penggunaan alat bantu dengar

6. Pastikan alat bantu dengar berfungsi dengan baik

7. Anjurkan klien untuk menjaga kebersihan telinga

Intervensi:

1. Beri motivasi untuk dapat saling berbagi perasaan dan pengalaman

2. Bantu klien untuk mengatasi perasaan marah dari berduka

3. Variasikan rutinitas sehari-hari

4. Libatkan individu dalam merencanakan rutinitas sehari-hari

5. Rencanakan suatu aktivitas sehari-hari

Page 16: askep ketulian

6. Berikan alat bantu dalam melakukan aktivitas

D. Implementasi

Pelaksanaan intervensi

E. Evaluasi

Tidak dapat dilakukan karena tidak ada pasien

BAB IV

PENUTUP

Page 17: askep ketulian

A. Kesimpulan

Ketulian disebabkan karena virus Toxoplasma Rubella atau campak, Herpes, dan

Sipilis. Terkadang kedua orang tua tidak menyadari bahwa dirinya telah mengidap virus

tersebut sehingga menyebabkan ketulian pada anaknya kelak.

Ketulian juga bisa dialami ketika anak pada masa pertumbuhan, misalnya pada saat

lahir, anak lahir normal hanya saja menjelang usia 10 tahun ia mengalami sakit sehingga

diberikan obat dengan dosis tinggi sehingga menyerang telinganya.

Jadi ada gangguan pendengaran karena obat-obatan yang memiliki efek samping

menyebabkan ketulian. Seperti pil kina juga mempunyai pengaruh yang besar pada telinga,

maupun aspirin juga terbilang rawan, oleh karena Itu harus hati-hati bila digunakan.

Faktor genetik juga bisa mempengaruhi, misalnya kedua orang tuanya normal,

namun kakek dan neneknya memiliki riwayat pernah mengalami ketulian. Hal ini bisa

berdampak pada anak. Anak terlahir dengan disedot, vakum, Caesar juga bisa merusak saraf

pendengaran. Jika anak mengalami tuli saraf, tentu tidak bisa disembuhkan, hanya bisa di

bantu denganalat bantu dengar semata.

B. Saran

1. Mahasiswa diharapkan dapat melaksanakan program yang mengajarkan tentang

Asuhan Keperawatan tentang Gangguan pendengaran (TULI).

2. Pembaca diharapkan bisa memahami pembahasan Asuhan Keperawatan

tentang Gangguan pendengaran.

3. Para pemimbing atau pengajar diharapkan mampu memberikan pendidikan

kesehatan secara lebih detail tentang Gangguan pendengaran.

DAFTAR PUSTAKA

Page 18: askep ketulian

Brunner & Suddarth (2002),keperawatan medical bedah.Edisi 8.EGC.Jakarta

Drs.H.Syaifuddin, AMK.Anatomi Fisiologi.Edisi 3.EGC.Jakarta.

www.Asuhan keperawatan pada gangguan pendengaran pendengaran.com

www.Akibat kehilangan pendengaran.com