Upload
independent
View
5
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
0
PENGARUH PENGALAMAN DAN KEAHLIAN AUDIT
TERHADAP KETEPATAN PEMBERIAN OPINI AKUNTAN
PUBLIK DI PADANG
PROPOSALDisusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Metodologi Penelitian
Oleh :
HAYATI
Nim : 1021 1101 0027
Kelas : A/ V Akuntansi
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
1
FAKULTAS EKONOMIUNIVERSITAS ISLAM INDRAGIRI
2013PENGARUH PENGALAMAN DAN KEAHLIAN AUDIT TERHADAP
KETEPATAN PEMBERIAN OPINI AKUNTAN PUBLIK DI PADANG
1. Latar Belakang Masalah
Perkembangan era globalisasi menyebabkan persaingan
diantara pelaku bisnis dalam dunia usaha semakin pesat.
Berbagai macam usaha untuk meningkatkan pendapatan dan
agar tetap bertahan dalam menghadapi persaingan
tersebut terus dilakukan oleh para pengelola
perusahaan. Salah satu kebijakan yang sering ditempuh
oleh pihak perusahaan adalah dengan melakukan
pemeriksaan laporan keuangan perusahaan oleh pihak
ketiga yaitu akuntan publik agar terjamin akuntabilitas
dari suatu laporan untuk menarik minat investor.
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1998 tentang
informasi keuangan berisi tentang kewajiban penyampaian
laporan keuangan kepada pemerintah yang bertujuan untuk
2
menciptakan tranparansi dalam dunia usaha, praktik
bisnis yang sehat, dan terwujudnya self regulating industry
dimana efisiensi dan produktifitas usaha dapat tercipta
dengan adanya keterlibatan pemerintah dan audit atas
laporan keuangan tersebut oleh akuntan publik. Dalam
Standar Profesional Akuntansi (2001), mendefinisikan
akuntan publik adalah akuntan yang berwenang lainnya
untuk menjalankan praktik akuntan publik.
Dalam bidang auditing, jasa yang diberikan oleh
Akuntan Publik (AP) adalah melakukan audit terhadap
laporan keuangan perusahaan dan memberikan pendapat
(opini) apakah laporan keuangan perusahaan telah
disajikan secara wajar sesuai dengan Standar Akuntansi
Keuangan (SAK) yang ditetapkan oleh IAI (Ikatan Akuntan
Indonesia). Laporan keuangan perusahaan yang telah
diaudit oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) akan dipakai
oleh berbagai pihak yang berkepentingan (pimpinan
perusahaan, pemegang saham, pemerintah, kreditur dan
karyawan) dalam pengambilan keputusan, oleh karena itu
audit harus dilakukan dengan sebaik-baiknya (Suraida,
3
2005). Dengan demikian, maka informasi yang ada dalam
laporan keuangan tersebut harus relevan, handal, dan
bebas dari salah saji yang material.
Akuntan publik atau auditor dalam tugasnya mengaudit
perusahaan klien memiliki posisi yang strategis sebagai
pihak ketiga dalam lingkungan perusahaan klien yaitu
ketika akuntan publik mengemban tugas dan tanggung
jawab dari manajemen (agen) untuk mengaudit laporan
keuangan perusahaan yang dikelolanya. Dalam hal ini
manajemen ingin supaya kinerjanya terlihat selalu baik
dimata pihak eksternal perusahaan terutama pemilik
(prinsipal). Akan tetapi disisi lain, pemilik
(prinsipal) menginginkan supaya auditor melaporkan
dengan sejujurnya keadaan yang ada pada perusahaan yang
telah dibiayainya. Dari uraian di atas terlihat adanya
suatu kepentingan yang berbeda antara manajemen dan
pemakai laporan keuangan (Elfarini, 2007 dalam Annisa
et. al., 2012).
Peran akuntan publik dalam memberikan opini atas
laporan keuangan sangatlah penting dalam penelitian ini
4
selanjutnya akan disebut opini akuntan. Begitu
pentingnya opini yang diberikan oleh auditor sebagi
akuntan bagi sebuah perusahaan, maka seorang auditor
harus mempunyai keahlian dan kompetensi yang baik
didukung dengan pengalaman audit yang telah dimiliki
untuk mengumpulkan dan menganalisa bukti-bukti audit
sehingga bisa memberikan opini yang tepat. Pemberian
opini oleh akuntan harus sesuai dengan kriteria-
kriteria yang ditetapkan dalam Standar Profesional
Akuntan Publik (SPAP) agar hasil audit tidak
menyesatkan para penggunanya dan harus didukung oleh
bukti audit kompeten yang cukup dalam laporan audit.
Laporan audit merupakan bagian penting dari proses
audit karena di dalam laporan itu dijelaskan apa yang
telah dilakukan oleh auditor dan kesimpulan apa yang
diperoleh, persyaratan dasar untuk menyusun laporan
audit didasarkan pada empat standar pelaporan yaitu :
(1) Apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan
SAK yang berlaku umum; (2) Keadaan dimana SAK tidak
diikuti secara konsisten; (3) Disclosure yang cukup; (4)
5
Pernyataan pendapat terhadap laporan keuangan secara
simultan atau pernyataan bahwa pendapat tidak dapat
diberikan dengan alasan-alasannya (SPAP, 2001).
Pendapat (opini) yang bisa diberikan oleh auditor
dalam audit laporan keuangan yaitu : (1) Pendapat
wajar tanpa pengecualian (Unqualified opinion); (2)
Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa
penjelasan yang ditambahkan dalam laporan auditor
bentuk baku (Unqualified opinion with explanatory language); (3)
Pendapat wajar dengan pengecualian (Qualified opinion); (4)
Pendapat tidak wajar (Adverse opinion); (5) Pernyataan
tidakmemberikan pendapat (Disclaimer opinion).
Salah satu pengaruh keputusan yang dibuat auditor
dapat berasal dari pengalaman-pengalaman dalam bidang
audit dan akuntansi. Kushayandita (2012) dalam
penelitiannya mejelaskan pengalaman audit adalah
pengalaman auditor dalam melakukan pemeriksaan laporan
keuangan baik dari segi lamanya waktu, maupun banyaknya
penugasan yang pernah dilakukan. Pengalaman merupakan
atribut yang penting yang harus dimiliki oleh auditor,
6
hal ini terbukti dengan tingkat kesalahan yang dibuat
oleh akuntan yang tidak berpengalaman lebih banyak
daripada auditor yang berpengalaman. Menurut
Herdiansyah (2008) dalam Kushayandita (2012), Akuntan
pemeriksa yang berpengalaman juga memperlihatkan
perhatian selektif yang lebih tinggi pada informasi
yang relevan. Oleh karena itu akuntan yang lebih tinggi
pengalamannya akan lebih tinggi tingkat kemungkinan
keteapatan pemberian opininya dibandingkan dengan
auditor yang berpengalaman. Hal tersebut menunjukkan
bahwa semakin lama masa kerja dan pengalaman yang
dimiliki oleh seorang auditor maka akan menghasilkan
kualitas audit yang baik.
Selain dibutuhkannya pengalaman, auditor harus
bertindak sebagai seorang ahli di bidang akuntansi dan
auditing. Dalam melaksanakan audit, pencapaian keahlian
dimulai dengan pendidikan formal, yang selanjutnya
diperluas melalui pengalaman dan praktek audit (SPAP,
2001). Standar umum pertama (SA seksi 2010 dalam SPAP,
2012) menyebutkan bahwa audit harus dilaksanakan oleh
7
seorang atau yang memiliki keahlian dan pelatihan
teknis yang cukup sebagai auditor. Sedangkan, standar
umum ketiga (SA seksi 230 dalam SPAP, 2012) menyebutkan
bahwa dalam pelaksanaan audit akan penyusunan
laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran
profesionalnya dengan cermat dan seksama. Oleh karena
itu, maka setiap auditor wajib memiliki kemahiran
profesionalitas dan keahlian dalam melaksanakan
tugasnya sebagai auditor. Keahlian audit mencakup
seluruh pengetahuan auditor akan dunia audit itu
sendiri, tolak ukurnya adalah tingkat sertifikasi
pendidikan dan jenjang pendidikan sarjana formal (Gusti
dan Ali, 2008 dalam Tania, 2013). Berkualitas atau
tidaknya pekerjaan auditor akan mempengaruhi kesimpulan
akhir. Auditor dan secara tidak langsung juga akan
mempengaruhi tepat atau tidaknya keputusan yang akan
diambil oleh pihak luar perusahaan. Sehingga auditor
dituntut harus memliki rasa kebertanggungjawaban
(akuntabilitas) dalam setiap melaksanakan pekerjaanya
dan memiliki sikap profesional, agar dapat mengurangi
8
pelanggaran atau penyimpangan yang dapat terjadi pada
proses pengauditan, sehingga akuntabilitas dan
profesionalisme merupakan elemen penting yang harus
dimiliki oleh seorang auditor.
Uraian di atas menunjukkan pentingnya pengalaman dan
keahlian audit dalam penugasan audit terutama pada saat
memberikan opini. Di Indonesia, penelitian terkait
pengaruh pengalaman dan keahlian audit terhadap
ketepatan pemberian opini auditor telah banyak diteliti
dengan menggunakan variabel skeptisme professional
audit sebagai variabel moderasi atau tanpa adanya
variabel tesebut dengan memberikan hasil yang beragam.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang
dilakukan oleh Kushayandita (2012) dan variabel
penelitian ini meliputi pengalaman dan kealian auditor
serta mengevaluasi pengaruh pengalaman dan keahlian
auditor terhadap ketepatan pemberian opini akuntan
publik. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh
Suraida (2005) ditemukan bahwa terdapat pengaruh yang
kuat antara skeptisisme profesional auditor terhadap
9
ketepatan pemberian opini auditor oleh akuntan publik.
Keempat variabel yakni situasi audit, etika,
pengalaman, dan keahlian audit memiliki pengaruh yang
kuat terhadap ketepatan pemberian opini auditor oleh
akuntan publik. Namun, menurut hasil penelitian
Kushayandita (2012) ditemukan bukti bahwa pengalaman,
keahlian, situasi dan etika tidak berpengaruh langsung
terhadap ketepatan pemberian opini.
Dari kedua penelitian tersebut terlihat adanya
inkonsistensi pengaruh pengalaman dan keahlian audit
terhadap ketepatan pemberian opini akuntan publik.
Selain itu, alasan penulis memilih judul ini adalah
untuk mengetahui sejauh mana pengalaman dan keahlian
audit seorang akuntan dapat mempengaruhi ketepatan
pemberian opini akuntan sehingga dapat dijadikan tolak
ukur bagi perusahaan-perusahaan dalam pengambilan
keputusan memilih akuntan untuk mengaudit
perusahaannya. Oleh karena itu perlu ada tindak lanjut
untuk menguji kekonsistenan dan menguji secara empiris
pengaruh pengalaman dan keahlian audit terhadap
10
ketepatan pemberian opini akuntan publik. Melihat
pentingnya ketepatan pemberian opini auditor maka
penelitian ini diberi judul : ”PENGARUH PENGALAMAN DAN
KEAHLIAN AUDIT TERHADAP KETEPATAN PEMBERIAN OPINI
AKUNTAN PUBLIK DI PADANG”
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah
yang akan dibahasa dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Apakah pengalaman audit berpengaruh terhadap
ketepatan pemberian opini akunan publik di Padang?
2. Apakah keahlian audit berpengaruh terhadap
ketepatan pemberian opini akuntan publik di
Padang?
3. Apakah pengalaman dan keahlian audit berpengaruh
terhadap ketepatan pemberian opini akuntan publik
di Padang secara simultan?
3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
11
Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah penelitian yang telah
penulis jabarkan di atas, penelitian ini bertujuan
untuk:
1. Untuk menguji dan mengetahui apakah pengalaman
audit berpengaruh terhadap ketepatan pemberian
opini akunan publik di Padang?
2. Untuk menguji dan mengetahui apakah keahlian audit
berpengaruh terhadap ketepatan pemberian opini
akuntan publik di Padang?
3. Untuk menguji dan mengetahui apakah pengalaman dan
keahlian audit berpengaruh terhadap ketepatan
pemberian opini akuntan publik di Padang secara
simultan?
Manfaat
1. Manfaat Teoritis
1) Pengalaman audit adalah pengalaman auditor
dalam melakukan pemeriksaan laporan keuangan
12
baik dari segi lamanya waktu, maupun banyaknya
penugasan yang pernah dilakukan.
2) Keahlian audit merupakan keahlian professional
yang dimiliki oleh akuntan sebagai auditor
sebagai hasil pendisikan formal, ujian
professional maupun keikutsertaan dalam
pelatihan, seminar dan simposium.
3) Opini akuntan merupakan pendapat yang diberikan
oleh auditor sebagai auditor tentang kewajaran
penyajian lapoaran keuangan perusahaan tempat
auditor melakukan audit.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan menfaat
bagi semua pihak, diantaranya:
1) Bagi Auditor
Auditor diharapkan melakukan pengambilan
keputusan secara profesional dengan pengalaman
yang dimiliki bardasarkan Standar Profesional
Akuntan Publik (SPAP) sehingga auditor dapat
13
menghasilkan kinerja yang baik yakni berupa
ketepatan opini yang diberikan sehingga tidak
menyesatkan pengguna.
2) Bagi Pemakai Jasa Akuntansi
Agar klien auditor dapat mengerti hal-hal yang
berhubungan dengan pengalaman dan keahlian
audit terhadap opini auditor. Selain itu,
diharapkan kepada klien auditor dapat terus
mempertahankan keberlangsungan usahanya sesuai
dengan aturan bisnis yang legal dan tidak
melakukan manipulasi bisnis yang dapat
merugikan pihak-pihak lain seperti stakeholder,
investor, pemegang saham, dan lainnya guna
peningkatan nilai integritas klien.
3) Bagi Pembaca
Pembaca memperoleh tambahan informasi yang
menambah wacana pengetahuan khususnya dibidang
auditing serta untuk menambah informasi
sumbangan pemikiran dan dapat dijadikan sumber
informasi dan referensi untuk melakukan
14
penelitian dengan topik-topik yang berkaitan
dengan penelitian ini, baik yang bersifat
melengkapi maupun melanjutkan.
4) Bagi Penulis
Untuk memenuhi sebagian dari persyaratan
akademis dalam menyelesaikan studi program
strata satu (S-1) Fakultas Ekonomi Jurusan
Akuntansi Universitas Indragiri, Tembilahan
serta untuk menambah wawasan yang lebih
mendalam mengenai Pengaruh Pengalaman dan
Keahlian Audit terhadap Ketepatan Pemberian
Opini Akuntan Publik.
4. Sistematika Penulisan
Penulis menguraikan secara singkat isi masing-masing
bab, yang akan dipaparkan dalam lima bab, dengan
sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan tentang latar belakang
masalah, perumusan masalah, perumusan
15
masalah, tujuan penilitian, manfaat
penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II : TELAAH PUSTAKA
Bab ini menjelaskan lingkup yang mendukung
konsep-konsep dan landasan teori yang
terdiri dari uraian tentang akuntan publik,
pengalaman audit, keahlian audit dan
ketepatan pemberian opini akuntan publik
yang selanjutnya diuraikan juga mengenai
penelitian terdahulu yang menjadi acuan,
kerangka pemikiran dan hipotesis
penelitian.
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisi deskripsi tentang bagaimana
penelitian akan dilaksanakan secara
operasional. Oleh karena itu pada bagian
ini perlu diuraikan hal-hal sebagai berikut
: variabel penelitian dan definisi
operasional, populasi dan sampel, jenis dan
16
sumber data, metode pengumpulan data dan
metode analisis.
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini mendeskripsikan hasil penelitian
dan pembahasannya.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini merupakan bab penutup yang berisi
kesimpulan, keterbatasan penelitian dan
saran untuk penelitian selanjutnya.
5. Telaah Pustaka
1. Telaah Teoritis
1.1 Teori Audit
1.1.1 Definisi Audit
Definisi auditing yang berasal dari The Report of
the Committee on Basic Auditing Concepts of the American Accounting
Association yang dikutip oleh Boynton dan Johnson
(2006), sebagai berikut:
“Auditing adalah suatu proses sistematis untuk
menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti secara
17
objektif mengenai asersi-asersi tentang berbagai
tindakan dan kejadian ekonomi untuk menentukan
tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut
dengan kriteria yang telah ditentukan dan
menyampaikan hasilnya kepada para pemakai yang
berkepentingan“
Menurut Arens, et. al. (2008) auditing adalah
pengumpulan dan evaluasi bukti tentang informasi
untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian
antara informasi itu dan kriteria yang telah
ditetapkan. Auditing harus dilakukan oleh orang
yang kompeten dan independen. Sedangkan Agoes
(2007) mendefinisikan auditing yaitu sebagai berikut:
“Pemeriksaan (Auditing) adalah suatu pemeriksaan
yang dilakukan secara kritis dan sistematis,
oleh pihak yang independen terhadap laporan
keuangan yang telah disusun oleh manajemen,
beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-
bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat
18
memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan
keuangan tersebut”.
Beberapa karakteristik audit dari definisi di
atas dapat disimpulkan sebagai berikut:
1) Audit merupakan suatu proses pengumpulan dan
pengevaluasian bukti atau informasi.
2) Adanya bukti audit (evidence) yang merupakan
informasi atas keterangan yang digunakan oleh
seorang auditor untuk menilai tingkat kesesuaian
informasi.
3) Adanya tingkat kesesuaian dengan kriteria
tertentu.
4) Kriteria yang telah ditentukan adalah standar-
standar yang digunakan sebagai dasar untuk
menilai asersi atau pernyataan.
5) Audit harus dilakukan oleh seorang auditor yang
memiliki kualifikasi yang diperlukan untuk
melakukan audit. Seorang auditor harus kompeten
dan independen terhadap fungsi atau satuan usaha
yang diperiksanya.
19
6) Adanya pelaporan dan pengkomunikasian hasil
audit kepada pihak yang berkepentingan melalui
laporan tertulis yang menunjukan derajat
kesesuaian antara asersi dan kriteria yang telah
ditetapkan.
7) Pihak-pihak yang berkepentingan adalah mereka
yang menggunakan temuan-temuan auditor.
Berdasarkan definisi-definisi tersebut maka
dapat penulis simpulkan bahwa auditing merupakan
suatu proses untuk memperoleh dan mengevaluasi
bukti melalui prosedur-prosedur tertentu mengenai
asersi tentang peristiwa ekonomi dengan menentukan
derajat kesesuaian antara asersi yang dibuat dengan
kriteria yang telah ditetapkan, kemudian hasilnya
dikomunikasikan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan seperti pemilik perusahaan dan
stakeholders.
1.1.2 Jenis-Jenis Audit
20
Menurut Arens, et. al. (2008) akuntan publik atau
auditor eksternal melakukan tiga jenis utama audit,
antara lain:
1) Audit Operasional (Operational Audit)
Audit operasional mengevaluasi efisiensi dan
efektifitas setiap bagian dari prosedur dan
metode operasi organisasi. Pada akhir audit
operasional, manajemen biasanya mengharapkan
saran-saran untuk memperbaiki operasi. Dalam
audit operasional, review atau penelaahan yang
dilakukan tidak terbatas pada akuntansi, tetapi
dapat mencakup evaluasi atas struktur
organisasi, operasi komputer, metode produksi,
pemasaran, dan semua bidang lain dimana auditor
menguasainya.
2) Audit Ketaatan (Compliance Audit)
Audit ketaatan dilaksanakan untuuk menetukan
apakah pihak yang diaudit mengikuti prosedur,
aturan, atau ketentuan tertentu yang ditetapkan
oleh otoritas yang lebih tinggi. Hasil dari
21
audit ketaatan biasanya dilaporkan kepada
manajemen, bukan kepada pemakai luar, karena
manajemen adalah kelompok utama yang
berkepentingan dengan tingkat ketaatan terhadap
proseur dan peraturan yang digariskan. Oleh
karena itu, sebagian besar pekerjaan jenis ini
seringkali dilakukan oleh auditor yang bekerja
pada unit organisasi itu.
3) Audit Laporan Keuangan (Financial Statement Audit)
Audit laporan keuangan dilakukan untuk
menentukan apakah laporan keuangan (informasi
yang diverifikasi) telah dinyatakan sesuai
dengan kriteria tertentu. Biasanya, kriteria
yang berlaku adalah Prinsip-prinsip akuntansi
yang berlaku umum (Generally Accepted Accounting
Principle—GAAP). Dalam menentukan apakah laporan
keuangan telah dinyatakan secara wajar sesuai
dengan GAAP, auditor mengumpulkan bukti untuk
menetapkan apakah laporan keuangan itu
22
mengandung kesalahan yang material atau salah
saji lainnya.
1.1.3 Tujuan Audit
Tujuan umum audit adalah untuk menyatakan
pendapat atas kewajaran, dalam semua hal yang
material posisi keuangandan hasilusaha serta arus
kas apakah telah sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum. Untuk mencapain tujuan ini
auditor perlu menghimpun bukti kompeten yang cukup,
auditor perlu mengidentifikasi dan menyusun
sejumlah tujuan audit spesifik untuk setiap akun
laporan keuangan.
Tujuan spesifik audit ditentukan berdasarkan
asersi yang dibuat oleh manajemen yang
tercantum dalam laporan keuangan. Laporan
keuangan meliputi asersi manajemen yang
bersifat eskplisit maupun implisit. Auditing
Standards Board (ASB) AU 326.03 SAS 31 dalam
Nasution (2010) telah mengakui lima kategori asersi
laporan keuangan sebagai berikut:
23
1) Keberadaan dan keterjadian (existence and ocurance)
2) Kelengkapan (completeness)
3) Hak dan kewajiban (right and obligation)
4) Penilaian dan pengalokasian (valuation and allocation)
5) Penyajian dan pengungkapan (presentation and
disclosure)
1.1.4 Standar Audit
Standar auditing yang telah ditetapkan dan
disahkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia dalam PSA
No.1 (SA Seksi 150) adalah sebagai berikut:
1) Standar Umum
a) Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau
lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan
teknis yang cukup sebagai auditor.
b) Dalam semua hal yang berhubungan dengan
perikatan, independensi dalam sikap mental
harus dipertahankan oleh auditor.
c) Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan
laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran
profesionalnya dengan cermat dan seksama.
24
2) Standar Pekerjaan Lapangan
a) Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan
jika digunakan asisten harus disupervisi dengan
semestinya.
b) Pemahaman memadai atas pengendalian intern
harus diperoleh untuk merencanakan audit dan
menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian
yang akan dilakukan.
c) Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh
melalui inspeksi, pengamatan, permintaan
keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar
memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan
keuangan yang diaudit.
3) Standar Pelaporan
a) Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan
keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
b) Laporan auditor harus menunjukkan atau
menyatakan, jika ada, ketidak konsistenan
penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan
25
laporan keuangan periode berjalan dibandingkan
dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut
dalam periode sebelumnya.
c) Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan
harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan
lain dalam laporan auditor.
d) Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan
pendapat mengenai laporan keuangan secara
keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan
demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat
secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka
alasannya harus dinyatakan.
1.2 Auditor dan Kantor Akuntan Publik
1.2.1 Pengertian Auditor
Auditor dengan kata lain disebut juga Akuntan
Publik, menurut Standar Profesional Akuntan Publik
tahun 2001 dalam Aturan Etika Kompartemen Akuntan
Publik, pengertian Akuntan Publik yaitu :
26
“Akuntan Publik adalah akuntan yang memiliki
izin dari Menteri Keuangan untuk menjalankan
praktik akuntan publik”.
Mulyadi dalam bukunya berjudul Auditing 2002
mendefinisikan akuntan publik sebagai berikut :
“Akuntan profesional yang menjual jasanya kepada
masyarakat umum, terutama dalam bidang
pemeriksaan terhadap laporan keuangan yang
dibuat oleh kliennya. Pemeriksaan tersebut
terutama ditujukan untuk memenuhi kebutuhan para
kreditur, calon kreditur, investor, calon
investor, dan instansi pemerintah”.
Sedangkan menurut kamus Istilah Akuntansi tahun
2002, akuntan publik adalah :
“Akuntan yang memberikan jasa-jasanya untuk
suatu pembayaran tertentu. Ia merupakan akuntan
profesional yang diberi izin oleh negara untuk
berpraktik sebagai akuntan swasta”.
Dari beberapa pengertian di atas dapat
disimpulkan bahwa akuntan publik adalah akuntan
27
profesional yang memiliki izin dari Menteri Keuangan
untuk menjalankan praktik akuntan publik yang
menjual jasanya kepada masyarakat umum khususnya
para pemakai informasi keuangan.
1.2.2 Jenis-Jenis Auditor
Menurut Boynton (2006) para profesional yang
ditugaskan untuk melakukan audit atas kegiatan dan
peristiwa ekonomi bagi perorangan dan entitas resmi,
pada umunya diklasifikasikan dalam tiga kelompok,
antara lain:
1) Auditor Independen (Independent Auditor)
Auditor Independen atau yang di Amerika biasa
disebut Certified Public Accountant (CPA) adalah para
praktisi individual atau anggota kantor akuntan
publik yang memberikan jasa auditing
professional kepada klien. Klien dapat berupa
perusahaan bisnis yang berorientasi laba,
organisasi nirlaba, badan pemerintah maupun
usaha individu perorangan. Lisensi untuk dapat
melakukan suatu audit diberikan pada mereka
28
yang telah lulus ujian CPA serta memilik
pengalaman praktik dalam bidang auditing.
Auditor ini bertanggung jawab atas pemeriksaan
atau mengaudit laporan keuangan dengan
memberikan opini atas informasi yang
diauditnya.
2) Auditor Internal (Internal Auditor)
Auditor internal merupakan karyawan suatu
perusahaan, perusahaan milik negara maupun
perusahaan swasta, tempat mereka melakukan
audit. Tugas pokok auditor internal adalah
menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang
ditetapkan oleh manajemen puncak telah
dipatuhi, menetukan baik atau tidaknya
penjagaan terhadap kekayaan organisasi,
menetukan efisiensi dan efektifitas prosedur
kegiatan organisasi, serta menetukan kendala
informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian
organisasi. Tujuan audit internal adalah untuk
membantu manajemen dalam melaksanakan
29
tanggungjawabnya secara efektif. Ruang lingkup
audit internal meliputi semua tahap kegiatan
organisasi, terutama berhubungan dengan audit
kepatuhan dan operasional. Meskipun demikian,
pekerjaan auditor internal dapat mendukung
audit atas laporan keuangan yang dilakukan
oleh auditor independen. Agar dapat
menjalankan tugasnya dengan baik, maka auditor
internal harus berada diluar fungsi lini suatu
organisasi, kedudukannya independen dari
auditee. Auditor internal wajib memberikan
informasi bagi manajemen pengambil keputusan
yang berkaitan dengan operasional perusahaan.
Sehingga dukungan dari manajemen informasi
dari auditor internal tidak banyak
dimanfaatkan oleh pihak eksternal karena
independensinya terbatas (tidak
independen bagi pihak
eksternal), hal inilah yang
membedakan auditor internal dan
30
akuntan publik (Rahayu dan
Suhayati, 2010).
3) Auditor Pemerintah (Government Auditor)
Auditor pemerintah adalah auditor yang bekerja
di instansi pemerintahan yang tugas utamanya
adalah melakukan audit atas pertanggungjawaban
keuangan dari berbagai unit organisasidalam
pemerintahan. Audit ini mencakup audit laporan
keuangan, audit kepatuhan, dan audit
operasional. Laporan audit ini diserahkan
kepada kongres, dalam hal ini adalah Dewan
Perwakilan Rakyat. Rahayu dan Suhayati (2010)
menyatakan aktivitas yang dilakukan oleh
auditor pemerintah adalah: (a) Audit keuangan
(financial audit) yang terdiri atas audit laporan
keuangan dan audit atas hal-hal yang berkaitan
dengan keuangan, dan (b) Audit kinerja
(performance audit) yang terdiri atas audit
ekonomi dan efisiensi operasi organisasi dan
31
duti atas program pemerintah dan BUMN
(efektifitas).
4) Auditor Pajak
Auditor pajak bekerja pada Direktorat Jenderal
Pajak yang berada dibawah Kementerian Keuangan
Republik Indonesia.Auditor pajak mempunyai
tanggung jawab terhadap pelaksanaan pada
pembayaran pajak oleh wajib pajak sesuai
dengan ketentuan perpajakan. Lingkup
pekerjaannya adalah melakukan audit terhadap
wajib pajak tertentu untuk menilai apakah
telah sesuai dengan ketentuan undang-undang
perpajakan.
1.2.3 Organisasi dan Hirarki Kantor Akuntan Publik
Menurut Mulyadi (2002:33), umumnya hirarki
auditor dalam perikatan audit dalam kantor akuntan
publik dibagi menjadi berikut ini :
1) Partner (rekan)
Partner menduduki jabatan tertinggi dalam
perikatan audit; bertanggung jawab atas
32
hubungan dalam klien; bertanggung jawab secara
menyeluruh mengenai auditing. Partner
menandatangani laporan audit dan management
letter, dan bertanggung jawab terhadap penagihan
fee audit dari klien.
2) Manajer
Manajer bertindak sebagai pengawas audit;
bertugas untuk membantu auditor senior dalam
merencanakan program audit dan waktu audit;
mereview kertas kerja, laporan audit, dan
management letter. Biasanya manajer melakukan
pengawasan terhadap pekerjaan beberapa auditor
senior. Pekerjaan manajer tidak berada di
kantor klien, melainkan di kantor auditor,
dalam bentuk pengawasan terhadap pekerjaan yang
dilaksanakan para auditor senior.
3) Auditor senior
Auditor senior bertugas untuk melaksanakan
audit; bertanggung jawab untuk mengusahakan
biaya audit dan waktu audit sesuai dengan
33
rencana; bertugas untuk mengarahkan dan mereview
pekerjaan auditor junior. Auditor senior
biasanya akan menetap di kantor klien sepanjang
prosedur audit dilaksanakan. Umumnya auditor
senior melakukan audit terhadap satu objek pada
saat tertentu.
4) Auditor junior
Auditor junior melaksanakan prosedur audit
secara rinci; membuat kertas kerja untuk
mendokumentasikan pekerjaan audit yang telah
dilaksanakan. Pekerjaan ini biasanya dipegang
oleh auditor yang baru saja menyelesaikan
pendidikan formalnya di sekolah. Dalam
melaksanakan pekerjaannya sebagai auditor
junior, seorang auditor harus belajar secara
rinci mengenai pekerjaan audit. Biasanya ia
melaksanakan audit di berbagai jenis
perusahaan. Ia harus banyak melakukan audit di
lapangan dan di berbagai kota, sehingga ia
dapat memperoleh pengalaman dalam berbagai
34
masalah audit. Auditor junior sering juga
disebut asisten auditor.
1.2.4 Jasa Kantor Akuntan Publik
Menurut Arens dan Loebecke terjemahan Amir
Abadi Yusuf dalam buku Auditing Pendekatan Terpadu
(2003:12), Kantor akuntan publik melaksanakan empat
jenis jasa utama, yaitu :
“Atestasi, Perpajakan, Konsultasi Manajemen,
serta Jasa Akuntansi dan Pembukuan”.
Adapun uraiannya sebagai berikut :
1) Jasa Atestasi
Jasa atestasi meliputi semua jenis kegiatan di
mana kantor akuntan publik mengeluarkan laporan
tertulis yang menyatakan kesimpulan atas
keandalan asersi tertulis yang dibuat dan
ditanggungjawab pihak lain. Terdapat tiga jenis
jasa atestasi: audit laporan keuangan historis,
review laporan keuangan historis, dan jasa
atestasi lainnya.
1. Audit
35
Audit atas laporan keuangan historis
merupakan jenis jasa atestasi yang paling
dominan dari kantor akuntan publik. Pada
kantor akuntan publik besar, audit bisa
mencapai 50 persen dari semua kegiatan yang
dilakukan. Dalam audit laporan keuangan
historis, pihak lain yang bertanggung jawab
adalah klien yang membuat berbagai asersi di
dalam bentuk laporan keuangan yang
diterbitkan. Laporan keuangan dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum. Pemakai
eksternal laporan keuangan menggunakan
laporan auditor sebagai petunjuk keandalan
laporan keuangan dalam rangka pengambilan
keputusan.
2. Review
Banyak perusahaan non publik menerbitkan
laporan keuangan kepada berbagai pemakai
tetapi tidak bersedia membiayai audit atas
laporan tersebut. Dalam kondisi seperti itu,
36
akuntan publik dapat membantu mengadakan jasa
review (review service). Audit dan review berbeda
dalam hal luasnya pemeriksaan dan jaminan
keakuratan yang diberikan. Audit dilaksanakan
dengan pemeriksaan skala luas untuk
mengumpulkan bahan bukti yang memadai dalam
rangka memberikan jaminan yang tinggi atas
keakuratan laporan keuangan, sementara dalam
review hal tersebut berlangsung dalam skala
lebih kecil. Hasil review auditor sering
cukup memadai untuk melaksanakan review lebih
rendah daripada jasa audit.
3. Jasa atestasi lainnya
Banyak jenis jasa atestasi lain yang
dilaksanakan auditor. Sekarang ini, KAP yang
lebih agresif telah mengembangkan jasa-jasa
baru semacam ini secara besar-besaran.
Beberapa contoh jasa dimaksud misalnya
atestasi atas laporan keuangan prospektif
(prakiraan dan proyeksi), data staristik atas
37
hasil-hasil investasi untuk organisasi
seperti reksa dana, serta karakteristik
perangkat lunak computer.
2) Jasa Perpajakan
Kantor akuntan publik menyusun surat
pemberitahuan pajak (SPT) pajak penghasilan
dari perusahaan dan perseorangan, baik yang
merupakan klien audit maupun yang bukan.
Disamping itu, kantor akuntan publik juga
memberikan jasa yang berhubungan dengan pajak
penghasilan, pajak pertambahan nilai (PPN) dan
pajak penjualan barang mewah (PPn-BM),
perencanaan perpajakan, dan jasa perpajakan
lainnya. Sekarang ini hampir semua kantor
akuntan publik dapat memberikan jasa
perpajakan, dan bagi kantor akuntan publik
kecil pelayanan semacam itu jauh lebih berperan
daripada jasa audit. Belakangan ini malah
sejumlah kantor akuntan publik dipercaya oleh
38
Direktorat Jenderal Pajak untuk melakukan
verifikasi lapangan atas PPN dan PPn-Bm.
3) Konsultasi Manajemen
Sebagian besar akuntan publik memberikan jasa
tertentu yang memberi kemungkinan pada kliennya
untuk meningkatkan efektifitas operasinya. Jasa
ini mencakup mulai dari pemberian rekomendasi
sederhana mengenai pembenahan sistem akuntansi
sampai keikutsertaan dalam menyusun strategi
pemasaran, pemanfaatan instalasi komputer, dan
konsultasi manfaat aktuaria. Sekarang ini
banyak kantor akuntan publik besar yang
memiliki departemen khusus untuk melayani
konsultasi manajemen yang interaksinya kecil
terhadap jasa audit maupun konsultasi pajak.
4) Jasa Akuntansi dan Pembukuan
Banyak klien kecil dengan staf akuntansi yang
terbatas menyerahkan pembuatan laporan
keuangannya kepada kantor akuntan publik.
Sebagian klien kecil bahkan tidak mempunyai
39
cukup karyawan untuk mengerjakan buku besar dan
ayat jurnalnya. Banyak kantor akuntan publik
kecil yang bersedia melakukan tugas-tugas
pembukuan guna memenuhi kebutuhan klien. Dalam
banyak kasus di mana laporan keuangan akan
diberikan kepada pihak ketiga, review dan
bahkan juga audit harus dilakukan. Dalam hal
tugasnya hanya terbatas pada penyusunan laporan
keuangan saja, KAP mengeluarkan laporan kompilasi
yang tidak memberikan jaminan apapun pada pihak
ketiga.
1.3 Pemberian Opini Akuntan
Opini akuntan merupakan pendapat yang diberikan
oleh auditor sebagai auditor tentang kewajaran
penyajian lapoaran keuangan perusahaan tempat
auditor melakukan audit. Ikatan Akuntan Indonesia
(2012) menyatakan bahwa:
“Laporan audit harus memuat suatu pernyataan
pendapat mengenai laporan keuangan secara
40
keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan
demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat
secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka
alasannya harus dinyatakan.
Dalam semua hal jika nama auditor dikaitkan dengan
laporan keuangan, laporan audit harus memuat
petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan
auditor, jika ada, dan tingkat tanggung jawab
auditor bersangkutan”. Terdapat lima opini atau
pendapat yang mungkin diberikan oleh akuntan publik
atas laporan keuangan yang diauditnya. Pendapat-
pendapat tersebut adalah: Unqualified Opinion (pendapat
wajar tanpa pengecualian), Unqualified with Explanatory
Paragraph or Modified Wording (pendapat wajar tanpa
pengecualian dengan bahasa yang ditambahkan dalam
laporan audit bentuk baku), Qualified Opinion (pendapat
wajar dengan pengecualian), Adverse Opinion (pendapat
tidak wajar), dan Disclaimer of Opinion (pernyataan tidak
memberikan pendapat).
41
1.4 Pengalaman Audit
Pengalaman sangatlah penting diperlukan dalam
rangka kewajiban seorang pemeriksa terhadap tugasnya
untuk memenuhi standar umum audit. Pengetahuan
seorang auditor dimulai dengan pendidikan formal,
yang diperluas melalui pengalaman-pengalaman
selanjutnya dalam praktik audit. Untuk memenuhi
persyaratan sebagai seorang profesional, auditor
harus menjalani pelatihan teknis yang cukup.
Kushayandita (2012) mendefinisikan Pengalaman
audit adalah pengalaman auditor dalam melakukan
pemeriksaan laporan keuangan baik dari segi lamanya
waktu, maupun banyaknya penugasan yang pernah
dilakukan. Hasil-hasil penelitian yang berpangkal
pada pandangan perilaku menunjukkan bahwa auditor
yang berpengalaman tidak berperilaku berbeda dengan
akuntan yang tidak berpengalaman. Kesimpulan seperti
ini mungkin tidak dapat diterima secara umum
dikarenakan diperlukan waktu yang lama bagi seorang
akuntan untuk dapat menjadi seorang akuntan
42
pengalaman. Hal ini mungkin dikarenakan kelemahan
teori yang mendukung penelitian-penelitian dengan
memakai pandangan perilaku yaitu tidak sahihnya
teori yang menjelaskan bahwa pengalaman mempengaruhi
ketepatan opini akuntan.
Purnamasari (2005) dalam Asih (2006) memberikan
kesimpulan bahwa seorang karyawan yang memiliki
pengalaman kerja yang tinggi akan memiliki
keunggulan dalam beberapa hal diantaranya: (1)
mendeteksi kesalahan, (2) memahami kesalahan dan (3)
mencari penyebab munculnya kesalahan. Menurut Dr. I
Wayan Suartana (2006), berdasarkan penelitian bahwa
pengalaman audit dapat mengurangi efek kekinian pada
pertimbangan auditor. Hal itu sesuai dengan teori
yang menyatakan bahwa auditor yang lebih
berpengalaman tidak sensitif terhadap tipe bukti
tertentu, dalam hal ini bukti yang bersifat negatif
atau positif. Pengalaman auditor mampu untuk
memetakan informasi sehingga tidak terjebak oleh
urutan informasi yang diterimanya.
43
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
pengetahuan auditor melalui pengalaman audit,
diskusi mengenai audit, seminar-seminar, pengawasan
dan review pekerjaan oleh auditor pengawasan, program
pelatihan, tindak lanjut, program pemeriksaan dan
penggunaan pedoman audit. Pengetahuan auditor
khususnya pengetahuan tentang kekeliruan semakin
berkembang dengan banyaknya pengalaman kerja. Namun
hal tersebut tidak untuk semua aspek pengetahuan
tentang kekeliruan dalam suatu lingkungan audit yang
lazim. Ashton, mengemukakan bahwa pengetahuan
frekuensi base rate auditor terhadap kekeliruan laporan
keuangan tidak sangat teliti dan bahwa pengetahuan
ini tidak menjadi lebih teliti dengan pengalaman.
Beberapa penelitian sebelumnya, yang mempelajari
mengenai pengaruh pengalaman dalam bidang audit,
telah menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Hal ini
kemungkinan disebabkan pada penelitian tidak
mepertimbangkan faktor pengetahuan yang dibutuhkan
untuk menyelesaikan tugas.
44
Penerapan atau pengulangan penelitian dalam bidang
auditing juga mengungkapkan hasil yang sama. Butt
yang dikutip Jeffrey (1992) mengungkapkan bahwa
auditor yang berpengalaman membuat judgment frekuensi
relatif yang lebih baik dalam tugas-tugas
profesional ketimbang auditor yang belum
berpengalaman. Sesuai dengan standar umum dalam
Standar Profesional Akuntan Publik bahwa auditor
disyaratkan memiliki pengalaman kerja yang cukup
dalam profesi yang ditekuninya, serta dituntut
untuk memenuhi kualifikasi teknis dan
berpengalaman dalam bidang industri yang digeluti
kliennya (Arens dkk., 2004).
Pengalaman akuntan publik akan terus meningkat
seiring dengan makin banyaknya audit yang dilakukan
serta kompleksitas transaksi keuangan perusahaan
yang diaudit sehingga akan menambah dan memperluas
pengetahuannya di bidang akuntansi dan auditing
(Christiawan, 2002). Hal tersebut mengindikasikan
bahwa semakin lama masa kerja dan pengalaman yang
45
dimiliki auditor maka akan semakin baik dan
meningkat pula kualitas audit yang dihasilkan (Alim
dkk., 2007). Penelitian yang Suraida (2005)
menunjukkan bahwa auditor yang berpengalaman lebih
banyak menemukan item-item yang tidak umum (atypical)
dibandingkan auditor yang kurang berpengalaman,
tetapi tidak menemukan item-item yang umum, tidak
ada bedanya antara auditor berpengalaman dengan yang
kurang berpengalaman dengan adanya pengaruh secara
signifikan dari variabel pengalaman terhadap
ketepatan pemberian opini akuntan.
1.5 Keahlian Audit
Standar umum pertama (SA seksi 210 dalam SPAP,
2012) menyebutkan bahwa audit harus dilaksanakan
oleh seorang atau yang memiliki keahlian dan
pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.
Sedangkan, standar umum ketiga (SA seksi 230 dalam
SPAP, 2012) menyebutkan bahwa dalam pelaksanaan
audit akan penyusunan laporannya, auditor wajib
46
menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat
dan seksama. Oleh karena itu, maka setiap auditor
wajib memiliki kemahiran profesionalitas dan
keahlian dalam melaksanakan tugasnya sebagai
auditor.
Keahlian audit mencakup seluruh pengetahuan
auditor akan dunia audit itu sendiri, tolak ukurnya
adalah tingkat sertifikasi pendidikan dan jenjang
pendidikan sarjana formal (Gusti dan Ali, 2008).
Webster’s Ninth New Collegiate Dictionary (1983) dalam Indah
(2010) mendefinisikan keahlian (expertise) sebagai
keterampilan dari seorang ahli. Ahli (expert)
didefinisikan seseorang yang memiliki tingkat
keterampilan tertentu atau pengetahuan yang tinggi
dalam subyek tertentu yang diperoleh dari pelatihan
dan pengalaman.
Definisi keahlian dalam bidang auditing pun sering
diukur dengan pengalaman (Mayangsari, 2003).
Pengertian keahlian menurut Bedard (1986) dalam
Murtanto (1999) adalah seseorang yang memiliki
47
pengetahuan dan keterampilan prosedural yang luas
yang ditunjukkan dalam pengalaman audit. Menurut
Trotter dalam Tania (2013), keahlian adalah
mengerjakan pekerjaan secara mudah, cepat,
intuisi, dan sangat jarang atau tidak
pernah membuat kesalahan. Ashton (1991) dalam
Tania (2013) mengatakan bahwa ukuran keahlian tidak
cukup hanya pengalaman tetapi diperlukan
pertimbanganpertimbangan lain dalam pembuatan suatu
keputusan yang baik karena pada dasarnya manusia
memiliki sejumlah unsur lain disamping pengalaman.
Komponen keahlian berdasarkan model yang
dikembangkan oleh Abdol Mohammadi (1992) dalam
Desyanti dan Ratnadi (2006) dapat dibagi menjadi
(1) komponen pengetahuan (knowledge component) yang
meliputi komponen seperti pengetahuan terhadap
fakta-fakta, prosedur, dan pengalaman; (2) ciri-ciri
psikologis (pshycological traits) yang ditujukan dalam
komunikasi, kepercayaan, kreativitas, dan kemampuan
bekerja dengan orang lain; (3) kemampuan berpikir
48
untuk mengakumulasikan dan mengolah informasi; (4)
strategi penentuan keputusan, baik formal maupun
informal; dan (5) analisis tugas yang dipengaruhi
oleh pengalaman audit yang mempunyai pengaruh
terhadap penentuan keputusan.
Prakteknya definsi keahlian sering ditunjukkan
dengan pengakuan resmi (official recognition) seperti
kecerdasan partner dan penerimaan konsensus
(consensual acclamation) seperti pengakuan terhadap
seorang spesialis pada industri tertentu,
tanpa adanya suatu daftar resmi dari
atribut-atribut keahlian (Mayangsari, 2003).
Seorang ahli adalah seorang yang telah diatur dalam
profesinya sebagai orang yang memiliki keterampilan
dan kemampuan yang penting untuk menilai pada
derajat yang tinggi (Indah, 2010).
2. Penelitian Terdahulu
Suraida (2005), “Pengaruh Etika, Kompetensi, Pengalaman
Audit dan Risiko Audit Terhadap Skeptisme Profesional Auditor dan
49
Ketepatan Pemberian Opini Akuntan Publik”. Variabel eksogen
atau bebas penelitian ini adalah etika, kompetensi,
pengalaman audit dan risiko Audit. Sedangkan
variabel indogennya atau terikat meliputi skeptisme
profesional auditor dan ketepatan pemberian opini
akuntan publik. Untuk keperluan pengambilan sampel,
779 auditor KAP yang berhak menandatangani laporan
akuntan di Indonesia dikelompokkan kedalam KAP
Nasional menengah, dan KAP Nasional kecil sesuai
dengan ketentuan BPKP. Analisis data dilakukan
dengan model persamaan struktural (Struktural Equation
Modeling). Hasil pengujian hipotesis menunjukkan
bahwa etika, kompetensi, pengalaman audit, risiko
audit dan skeptisisme professional auditor secara
parsial maupun simultan berpengaruh positif terhadap
ketepatan pemberian opini akuntan.
Kushayandita dan Indira (2012), “Pengaruh Pengalaman,
Keahlian, Situasi Audit, Etika dan Gender terhadap Ketepatan
Pemberian Opini Melalui Skeptisisme Professional Auditor”.
Variabel independen dalam penelitian ini meliputi
50
pengalaman, keahlian, situasi audit, etika dan gender
dengan ketepatan pemberian opini sebagai variabel
independen dan skeptisisme professional auditor
merupakan variabel intervening. Sampel pada
penelitian ini adalah auditor yang bekerja pada
Kantor Akuntan Publik “Big Four” di Jakarta. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan adalah metode
purposive sampling, didasarkan pada pertimbangan bahwa
auditor yang bekerja pada KAP “Big Four” di Jakarta
mewakili secara representative auditor yang ada di
Pulau Jawa. Hasil pengujian dengan menggunakan Partial
Least Square (PLS), menunjukkan bahwa gender
berpengaruh secara langsung terhadap ketepatan
pemberian opini auditor, dan situasi audit
berpengaruh positif dengan ketepatan pemberian opini
auditor melalui skeptisisme profesional auditor.
Sedangkan faktor lainnya pengalaman, keahlian,
situasi dan etika tidak berpengaruh langsung
terhadap ketepatan pemberian opini. Faktor
pengalaman, etika, keahlian, gender tidak
51
berpengaruh terhadap ketepatan pemberian opini
melalui skeptisisme sebagai variabel intervening.
Edi dan Hendry (2010), “Pengaruh Etika, Kompetensi,
Pengalaman Audit dan Risiko Audit Terhadap Skeptisme Profesional
Auditor dan Ketepatan Pemberian Opini Akuntan Publik”. Variabel
independen dalam penelitian ini adalah etika,
kompetensi, pengalaman audit dan risiko audit.
Sedangkan variabel dependennya meliputi skeptisme
profesional auditor dan ketepatan pemberian opini
akuntan publik. Sampel dipilih dengan menggunakan
metode purposive sampling dengan kriteria : (1) auditor
yang bekerja di KAP yang berada di Jawa Tengah dan
(2) auditor mempunyai pengalaman audit lebih dari
satu tahun. Hasil penelitian dengan menggunakan
metode analisis data berupa analisis regresi linear
berganda ini menunjukkan bahwa variabel resiko
audit, etika, pengalaman audit, dan keahlian
berpengaruh terhadap skeptisisme profesionalisme
auditor. Sedangkan variabel resiko audit dan
keahlian berpengaruh terhadap ketepatan opini
52
auditor dan variabel etika dan pengalaman audit
tidak berpengaruh terhadap ketepatan opini auditor.
Tania (2013), “Pengaruh Independensi, Keahlian,
Pengetahuan Akuntansi dan Auditing serta Skeptisisme Profesional
terhadap Ketepatan Pemberian Opini Audit”. Variabel
independen Dalam penelitian ini adalah independensi,
keahlian, pengetahuan akuntansi dan auditing serta
skeptisisme professional dengan ketepatan pemberian
opini audit sebagai variabel dependennya. Jumlah
auditor yang menjadi sampel dalam penelitian ini
adalah 67 responden dari 14 Kantor Akuntan Publik
(KAP) di Jakarta. Metode penentuan sampel yang
digunakan dalam penelitian adalah purposive sampling,
sedangkan metode pengolahan data yang digunakan
peneliti adalah analisis regresi berganda. Hasil
penelitian ini menunjukkann bahwa independensi dan
keahlian tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap
ketepatan pemberian opini audit, sedangkan variabel
pengetahuan akuntansi dan auditing memiliki pengaruh
53
yang signifikan dan positif terhadap ketepatan
pemberian opini audit.
Eliza (2013), “Pengaruh Skeptisisme Profesional dan Etika,
Serta Keahlian Auditor Terhadap Ketepatan Pemberian Opini Auditor”.
Variabel independen yang digunakan adalah
skeptisisme profesional dan etika, serta keahlian
auditor sedangkan variabel independennya adalah
ketepatan pemberian opini auditor. Penelitian ini
menggunakan metode penelitian deskriptif asosiatif
dengan pendekatan survey. Pengumpulan data dilakukan
dalam bentuk penyebaran kuesioner kepada responden
yang berkerja pada 6 KAP di Bandung, yaitu KAP. Drs.
Snusi, Supardi & Soegiharto, KAP. Af. Rachman &
Soetjipto WS, KAP. Dr. La Midjan & Rekan, KAP. Prof.
H. Tb. Hasanuddin, MSc & Rekan, KAP. Djoemarma,
Wahyudin & Rekan, KAP. Wisnu B Soewito & Rekan
(Cab). Selain menggunakan sampel dalam bentuk
penyebaran kuesioner, digunakan juga studi
kepustakaan untuk memperoleh data. Sementara untuk
mengolah data dan menganalisis data digunakan
54
analisis Analisis Regresi Berganda dan Analisis
Korelasi Berganda (Simultan). Hasil penelitian ini
menunjukkan terdapat pengaruh yang sangat kuat
antara ketiga variabel independen terhadap variabel
dependen secara simultan.
3. Kerangka Pemikiran
Profesi akuntan adalah profesi yang berlandaskan
kepercayaan dari masyarakat. Namun dengan terjadinya
kasus-kasus mark up laporan keuangan oleh auditor
serta terungkapnya kolusi antara Kantor Akuntan
Publik dengan kliennya agar lolos go public
menyebabkan masyarakat belum sepenuhnya menaruh
kepercayaan terhadap profesi akuntan (Khomsiyah dan
Nur Indriantoro, 1998: 14). Krisis kepercayaan ini
semakin terlihat jelas seiring terjadinya krisis
ekonomi di Indonesia, oleh karena itu seorang
akuntan atau auditor dituntut untuk lebih
profesional dalam melaksanakan tugasnya sehingga
55
dapat menumbuhkan kepercayaan dari masyarakat, yaitu
dengan memberikan jasa profesional dengan baik.
Dalam bidang auditing, jasa yang diberikan oleh
Akuntan Publik (AP) adalah melakukan audit terhadap
laporan keuangan perusahaan dan memberikan pendapat
(opini) apakah laporan keuangan perusahaan telah
disajikan secara wajar sesuai dengan Standar
Akuntansi Keuangan (SAK) yang ditetapkan oleh IAI
(Ikatan Akuntan Indonesia). Terdapat berbagai faktor
yang mempengaruhi keputusan akuntan dalam memberikan
opini yang didukung oleh informasi yang memadai.
Seorang auditor dituntut untuk memiliki banyak
pengalaman di dalam bidang auditnya. Pengalaman yang
dimiliki auditor akan memberikan kontribusi yang
tinggi bagi pengembangan tugas auditnya. Pengalaman
tidak hanya dipengaruhi oleh apa yang terjadi pada
kita, tetapi dipengaruhi pula oleh bagaimana kita
menanggapinya, termasuk juga bagaimana cara auditor
dalam menanggapi tugas auditnya.
Kerangka Pemikiran
56
Selain itu, keahlian audit yang dimiliki juga akan
mempengaruhi ketepatan pemberian opini akuntan.
Pendapat ini didukung oleh Suraida (2005) dan Edi
dan Hendry (2010) yang mengatakan bahwa keahlian
audit akan mempengaruhi ketepatan opini akuntan yang
akan diberikan. Auditor harus memiliki keahlian yang
diperlukan dalam melaksanakan tugasnya guna
pengambilan keputusan berupa opini audit yang mana
keahlian tersebut mencakup antara lain :
merencanakan program kerja pemeriksaan, menyusun
program kerja pemeriksaan, menyusun kertas kerja
pemeriksaan, menyusun berita pemeriksaan dan laporan
hasil pemeriksaan. Berdasarkan uraian tersebut, maka
model kerangka pemikiran penelitian ini dapat
digambarkan sebagai berikut :
Gambar 1
Pengalaman Audit
(X1)
Keahlian Audit
Ketepatan
Pemberian Opini
AkuntanH2
H1
57
Dari kerangka berpikir di atas yang dapat
dikemukakan adalah analisis faktor-faktor yang dapat
berpengaruh terhadap ketepatan pemberian opini
akuntan, antara lain :
1. Dengan keahlian audit dalam melakukan
pertimbangan-pertimbangan yang didasarkan pada
jumlah informasi maka akuntan sebagai auditor
dapat memberikan pendapat auditnya sehingga
dapat mengeluarkan opini yang tepat atas jasa
audit yang dilakukan
2. Dengan adanya pengalaman yang dimiliki seorang
akuntan maka akan membantu auditor tersebut
dalam mengambil keputusan terhadap pertimbangan
tingkat materialitas dan menunjang setiap
langkah yang diambil dalam penugasan sehingga
dapat digunakan sebagai dasar untuk pemberian
opini yang tepat.
H3
58
4. Hipotesa
Berdasarkan dari rumusan masalah, landasan teori
dan kerangka pikir di atas, maka terlihat bahwa
variabel independen yang digunakan dalam penelitian
ini adalalah pengalaman dan keahlian audit.
Sedangkan variabel dependennya yakni ketepatan
pemberian opini akuntan, maka dapat dirumuskan
hipotesa dalam penelitian ini sebagai berikut :
H1 : Pengalaman audit berpengaruh terhadap
ketepatan pemberian opini akuntan di Padang.
H2 : Keahlian audit berpengaruh terhadap ketepatan
pemberian opini akuntan di Padang.
H3 : Pengalaman dan keahlian audit berpengaruh
terhadap ketepatan pemberian opini akuntan di
Padang secara simultan.
6. Metode Penelitian
1. Rancangan Penelitian
59
Rancangan penelitian menjelaskan rencana dan
struktur riset yang mengarahkan proses dari hasil
penelitian sedapat mungkin menjadi valid, objektif,
efisien dan efektif. Rancangan penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah
penelitian yang menekankan pada pengujian teori-
teori melalui pengukuran variabel-variabel
penelitian dengan angka dan melakukan analisis data
dengan prosedur statistik (indriantoro dan Bambang
Supomo, 1999).
Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian
ini adalah data primer yang diperoleh dengan
menggunakan istrumen berupa kuesioner yang akan
disebar kepada objek dalam penelitian ini yang
terdiri dari tujuh Kantor Akuntan Publik (KAP) di
wilayah Padang Sumatera Barat. Data primer merupakan
sumber data yang diperoleh langsung dari sumber asli
(tidak melalui media perantara). Kuesioner menurut
Sugiono (2007) merupakan teknik pengumpulan data
60
yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat
pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden
untuk dijawabnya. Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan kuesioner yang diadopsi dari beberapa
penelitian sebelumnya dengan modifikasi sesuai
kebutuhan yang terdiri dari beberapa bagian. Bagian
pertama berisikan sejumlah pertanyaan yang
berhubungan dengan pengalaman audit akuntan dan
bagian kedua merupakan kuesioner tentang keahlian
audit akuntan yang dimodifikasi sesuai kebutuhan
penelitian sedangkan bagian ketiga merupakan
kuesioner mengenai opini akuntan.
Pengujian pengaruh pengalaman dan keahlian audit
berpengaruh secara bersama-sama terhadap ketepatan
pemberian opini akuntan menggunakan analisis
regresi berganda. Analisis regresi berganda
digunakan untuk dapat menunjukan pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependennya. Sebelum
melakukan analisis regresi, dilakukan terlebih
dahulu uji kualitas data yang terdiri darri uji
61
reliabiltasa dan validitas, uji asumsi klasik yang
terdiri dari uji normalitas, uji multikolinearitas,
uji autokorelasi, dan heterokedasitas. Hasil
pengujian kemudian dijadikan dasar untuk
menarik kesimpulan yang disusun berdasarkan tujuan
penelitian.
2. Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah
bulan Nopember 2013 sampai dengan selesai dengan
tempat penelitian pada Kantor Akuntan Publik (KAP)
yang terdaftar di Direktori Institut Akuntan Publik
Indonesia (IAPI) 2013 yang ada di Kota Padang,
Provinsi Sumatera Barat. Daftar nama KAP yang
terdaftar di Ditrektori IAPI diperoleh melalui akses
data di www.iapi.or.id.
3. Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri
atas: obyek/ subyek yang mempunyai kualitas dan
62
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya
(Sugiono, 2007). Populasi penelitian ini adalah
akuntan yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik
(KAP) di Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat yang
terdaftar di Direktori Institut Akuntan Publik
Indonesia (IAPI) 2013. Sampel adalah bagian dari
jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi
tersebut dan harus betul-betul representatif
(Sugiono, 2007). Sampel diambil dengan metode
convenience sampling, yaitu anggota sampel yang dipilih
atau diambil berdasarkan kemudahan memperoleh data
yang dibutuhkan, atau unit sampel yang ditarik mudah
untuk diukurnya dan bersifat kooperatif (Hamid,
2007:15). Berikut daftar Kantor Akuntan Publik (KAP)
di Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat yang
terdaftar di Direktori Institut Akuntan Publik
Indonesia (IAPI) 2013 :
Daftar Kantor Akuntan Publik (KAP)
No. Nama KAP Nomor Izin Usaha
63
1. KAP ARMANDA & ENITA (CAB) KEP-310/KM.5/2005
2. KAP EKAMASNI, BUSTAMAN &
REKAN (CAB)
KEP-020/KM.5/2005
3. KAP Drs. GAFAR SALIM &
REKAN
KEP-965/
KM.17/1998
4. KAP HANSIL, M. YASIN &
REKAN (CAB)
991/KM.1/2012
5. KAP Drs. RINALDI MUNAF KEP-674/
KM.17/1998
6. KAP RIZA, ADI, SYAHRIL &
REKAN (CAB)
1432/KM.1/2012
7. KAP Drs. SAYUTI GAZALI KEP-136/KM.6/2003
4. Prosedur dan Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan menggunakan
data primer, sumber data penelitian yang diperoleh
secara langsung dari sumber asli atau tidak melalui
media perantara yang didapat dari jawaban responden
terhadap serangkaian pertanyaan yang diajukan oleh
64
peneliti. Sedangkan responden yang menjawab daftar
pertanyaan tersebut adalah auditor yang bekerja di
KAP Padang, Sumatera Barat. Dalam kuesioner
digunakan model pertanyaan tertutup dan terbuka,
bentuk tertutup yakni bentuk pertanyaan yang sudah
disertai alternatif jawaban sebelumnya, sehingga
responden dapat memilih salah satu dari alternatif
jawaban tersebut, sedangkan bentuk pertanyaan
terbuka akan mengukur pengalaman kerja auditor,
sehingga akuntan publik dapat mengisi sesuai dengan
jumlah penugasan dan berapa lama jam terbangnya
selama ia menjadi akuntan.
Kuesioner yang dikirimkan kepada seluruh auditor
yang terdaftar di KAP yang tersebar di wilayah Kota
Padang dan pengiriman kuesioner dilakukan secara
langsung. Untuk melengkapi data primer, diperlukan
pula data sekunder yang diperoleh melalui penelitian
kepustakaan. Pengumpulan data sekunder dilakukan
dengan mempelajari jurnal-jurnal, buku teks,
65
majalah-majalah yang menunjang pembahasan dan
analisis penelitian lapangan.
5. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional adalah unsur penelitian yang
memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu
variabel (Singarimbun dan Sofyan,1995). Untuk
memberikan arah dalam menganalisis data diperlukan
definisi operasional dari masing-masing variabel
penelitian. Dalam penelitian ini terdapat tiga
variabel yaitu dua variabel indepnden dan satu
variabel dependen. Variabel independen adalah
variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel dependen.
Sedangkan variabel dependen adalah variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya
variabel bebas. Definisi operasional dalam
penelitian ini meliputi:
1) Pengalaman Audit (X1)
66
Pengalaman auditor dalam melakukan audit
laporan keuangan baik dari segi lamanya waktu
maupun banyaknya penugasan yang pernah ditangani.
Semakin banyak pengalaman auditor semakin dapat
mengahasilkan berbagai macam dugaan dalam
menjelaskan temuan audit yang sedang dilaksanakan
sehingga hal tersebut berarti pengalaman audit
menuntuk keahlian dan profesionalisme yang tinggi.
Variabel ini diukur dengan kemampuan dan
pengetahuan yang dimiliki auditor serta tingkat
sertifikasi pendidikan atau pengakuan resmi (Gusti
dan Ali, 2006) dan skala yang digunakan adalah
skala interval. Skala interval merupakan skala
pengukuran yang menyatakan kategori, peringkat dan
jarak construct yang diukur.
2) Keahlian Audit (X2)
Keahlian audit adalah keahlian professional
yang dimiliki oleh akuntan sebagai auditor sebagai
hasil pendisikan formal, ujian professional maupun
67
keikutsertaan dalam pelatihan, seminar dan
symposium. Keahlian audit dalam hal ini meliputi
pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki akuntan
dalam melakukan tugasnya yakni memeriksa laporan
keuangan dan bukti audit dengan tolak ukur berupa
tingkat sertifikasi pendidikan dan jenjang
pendidikan sarjana formal.
Variabel ini diukur dengan kemampuan dan
pengetahuan yang dimiliki serta tingkat
sertifikasi pendidikan atau pengakuan resmi dan
skalanya likert. Skala likert merupakan metode
yang mengukur sikap dengan menyatakan setuju atau
ketidaksetujuannya terhadap subyek, obyek atau
atau kejadian tertentu. Skala likert 1 sampai 5
menunjukkan respon dari keahlian audit. Poin 1
menunjukkan respon sangat tidak setuju sampai poin
5 yang menunjukkan respon sangat setuju. Semakin
rendah nilai skala maka berarti semakin tinggi
keahlian audit yang dimiliki akuntan tersebut.
68
3) Pemberian Opini Akuntan (Y)
Opini akuntan merupakan pendapat yang diberikan
oleh auditor tentang kewajaran penyajian laporan
keuangan tempat akuntan memberikan jasanya yakni
jasa audit. Pendapat (opini) yang bisa
diberikan oleh auditor dalam audit laporan
keuangan yaitu : (1) Pendapat wajar tanpa
pengecualian (Unqualified opinion); (2) Pendapat wajar
tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan yang
ditambahkan dalam laporan auditor bentuk baku
(Unqualified opinion with explanatory language); (3)
Pendapat wajar dengan pengecualian (Qualified
opinion); (4) Pendapat tidak wajar (Adverse opinion);
(5) Pernyataan tidakmemberikan pendapat (Disclaimer
opinion).
Variabel ini diukur melalui pemberian opini
yang sesuai dengan kriteria-kriteria yang
ditetapkan dalam macam-macam opini (Gusti dan Ali,
2006). Skala yang digunakan adalah skala interval.
69
6. Teknik Analisa Data
Metode Analisis data adalah proses
penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih
mudah dibaca dan diinterprestasikan. Metode yang
dipilih untuk analisis data harus sesuai dengan
pola penelitian dan variabel yang akan diteliti.
Teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah teknik analisis
kuantitatif yaitu analisis yang bersifat
objektif dengan berdasarkan angka-angka dalam
melakukan penilaian pengaruh pengalaman dan
keahlian audit terhadap ketepatan pemberian opini
audit. Sedangkan perhitungan bobot penilaian
kuesioner bagi auditor untuk mengukur variabel
pengalaman audit dan opini audit dengan
menggunakan skala interval dan untuk keahlian
audit menggunakan skala likert seperti yang telah
dijelaskan pada poin “Definisi Operasional dan
Pengukuran Variabel”
70
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah statistik yang
digunakan untuk menganalisa data dengan cara
mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah
terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat
kesimpulan yang berlaku untuk umum atau
generalisasi. Hal ini perlu dilakukan untuk melihat
gambaran keseluruhan dari sampel yang berhasil
dikumpulkan dan memenuhi syarat untuk dijadikan
sampel penelitian.
2. Uji Kualitas Data
Kualitas data penelitian ditentukan oleh
kualitas instrumen yang digunakan untuk
mengumpulkan data. Instrumen yang valid adalah
alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data
yang valid dan dapat digunakan untuk mengukur apa
yang hendak diukur. Suatu penelitian akan
menghasilkan kesimpulan yang bias jika datanya
kurang reliabel dan kurang valid. Untuk itu
71
diperlukan uji kualitas data agar data yang
akan digunakan valid dan reliabel. Ada dua
konsep untuk mengukur kualitas data, yaitu:
uji validitas dan uji reliabilitas
1) Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur valid
atau tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner
dikatakan valid jika pertanyaan dalam kuesioner
mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang diukur
kuesioner tersebut (Ghozali, 2001). Pengujian
validitas dapat dilakukan dengan bantuan program
SPSS. Pengujian suatu data dapat dinyatakan valid
apabila r-hitung > r-tabel.
2) Uji Reabilitas
Uji reabilitas adalah sebenarnya alat untuk
mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator
dari variable atau construct. Suatu kuesioner
dikatakan reliable atau handal jika jawaban
seseorang terhadap pernyataan
72
adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu
(Ghozali, 2001). Pengolahan data dilakukan dengan
menggunakan SPSS. Uji reabilitas data dapat
dilakukan dengan uji statistik Cronbach Alpha (a).
Suatu variabel dikatan reliabel jika memberikan
nila Cronbach Alpha > 0,60. (Nunnally dalam
Ghozali, 2001).
3. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik terhadap model regresi yang
digunakan, dilakukan agar dapat diketahui apakah
model regresi tersebut merupakan model regresi yang
baik atau tidak (Ghozali, 2001). Dalam penelitian
ini uji asumsi klasik yang digunakan adalah uji
normalitas, uji multikolonieritas, uji autokorelasi
dan uji heteroskedastisitas.
1) Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi variabel terikat dan variabel
bebas, keduanya mempunyai distribusi normal
73
atau tidak. Model regresi yang baik adalah
distribusi data normal atau mendekati normal. Uji
ini dilakukan dengan cara melihat penyebaran data
(titik) pada sumbu diagonal atau grafik. Apabila
data menyebar di sekitar garis diagonal dan
mengikuti arah garis diagonal maka model regresi
memenuhi asumsi normalitas. Apabila data menyebar
jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti
arah garis diagonal maka model regresi tidak
memenuhi asumsi normalitas (Ghozali, 2001).
2) Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji
apakah dalam model regresi ditemukan adanya
korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara
variabel bebas (Ghozali, 2001). Untuk mendeteksi
ada tidaknya multikolonieritas di dalam regresi
ada beberapa cara, salah satunya adalah dengan
dilihat dari nilai variance inflation factor (VIF) dan
nilai tolerance. Apabila tidak terdapat variabel
74
bebas yang memiliki VIF > 10 atau nilai tolerance
< 0,10 maka dapat disimpulkan tidak ada
multikolonieritas antar variabel bebas dalam model
regresi (Ghozali, 2001).
3) Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastsitas bertujuan untuk menguji
apakah dalam suatu model regresi terjadi
ketidaksamaan varians dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi
yang baik adalah model yang tidak terjadi
heteroskedastisitas (Ghozali, 2001). Untuk
mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat
dilakukan dengan beberapa cara. Salah satunya
adalah dengan melihat ada tidaknya pola tertentu
pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED di
mana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan
sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y
sesungguhnya). Jika ada pola tertentu yang teratur
(bergelombang, melebar, kemudian menyempit) maka
mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas
75
sedangkan jika ada pola yang jelas, serta titik-
titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada
sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas
(Ghozali,
2001).
4. Analisis Regresi Linear Berganda
Alat analisis yang digunakan adalah regresi
linier berganda. Analisis regresi linier
berganda digunakan untuk mengetahui atau
memperoleh gambaran mengenai pengaruh variabel
bebas pada variabel terikat baik secara simultan
maupun parsial. Model regresi berganda ditunjukan
dalam persamaan sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 + e
Keterangan :
Y = Variabel ketepatan pemberian opini akuntan
a = Konstanta
X1 = Variabel pengalaman audit
X2 = Variabel kualitas audit
76
e = Error (kesalahan)
5. Uji Hipotesis
Penelitian ini akan menguji pengaruh variabel
independen yang terdiri dari pengalamandan keahlian
audit terhadap variabel dependen yakni ketepatan
pemberian opinni akuntan. Alat uji yang digunakan
untuk menguji hubungan variabel tersebut adalah uji
t dan uji F.
1) Uji hipotesis menggunakan uji-t
Uji t dimaksudkan untuk melihat apakah secara
individu variabel bebas
mempunyai pengaruh terhadap variabel tidak bebas,
dengan asumsi variabel bebas lainnya konstan. Uji
t digunakan untuk uji signifikansi pengaruh
variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y).
Apakah variabel X1 dan X2 (pengalaman dan keahlian
audit) berpengaruh secara signifikan terhadap
variabel Y yaitu ketepatan pemberian opini akuntan
77
secara terpisah. Pengujian ini dilakukan beberapa
langkah sebagai berikut :
Membuat hipotesis :
a. Ho: tidak ada pengaruh yang signifikan secara
parsial pada masing-masing variabel bebas
terhadap variabel terikat
b. Ha: ada pengaruh yang signifikan secara
parsial pada masing-masing variabel bebas
terhadap variabel terikat
Menentukan t tabel dan t hitung
a. t tabel dengan signifikansi sebesar 5%
b. t hitung di dapat dari perhitungan komputer
Pengambilan keputusan berdasarkan nilai t
a. Bila t hitung > t tabel maka Ho ditolak dan
Ha diterima
b. Bila t hitung < t tabel maka Ho diterima dan
Ha ditolak
Pengambilan keputusan berdasarkan probabilitas
a. Bila probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak dan
Ha diterima
78
b. Bila probabilitas > 0,05 maka Ho diterima dan
Ha ditolak
2) Uji hipotesis menggunakan uji F
Uji F adalah untuk mengetahui hubungan antara
variabel X dan Y apakah variabel X1 dan X2
(pengalaman dan keahlian audit) berpengaruh secara
signifikan terhadap variabel Y yaitu ketepatan
pemberian opini akuntan secara serempak. Pengujian
ini dilakukan beberapa langkah sebagai berikut :
Membuat hipotesis :
a. Ho: tidak ada pengaruh yang signifikan secara
simultan pada masing-masing variabel bebas
terhadap variabel terikat
b. Ha: ada pengaruh yang signifikan secara
simultan pada masing-masing variabel bebas
terhadap variabel terikat
Menentukan F tabel dan F hitung
a. F tabel dengan signifikansi sebesar 5%
b. F hitung di dapat dari perhitungan komputer
79
Pengambilan keputusan berdasarkan nilai F
a. Bila F hitung > F tabel maka Ho ditolak dan
Ha diterima
b. Bila F hitung < F tabel maka Ho diterima dan
Ha ditolak
Pengambilan keputusan berdasarkan probabilitas
a. Bila probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak dan
Ha diterima
b. Bila probabilitas > 0,05 maka Ho diterima dan
Ha ditolak
6. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien Determinasi digunakan untuk mengetahui
prosentase perubahan variabel tidak bebas (Y) yang
disebabkan oleh variabel bebasnya (X). Pada intinya
koefisien determinasi mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
independen. Dalam persamaan regresi yang menggunakan
lebih dari satu variabel independen, maka nilai R2
yang baik digunakan untuk menjelaskan persamaan
80
regresi adalah koefisien determinasi yang
disesuaikan karena telah memperhitungkan jumlah
variabel independen dalam suatu model regresi. Nilai
koefisien determinasi R untuk menunjukkan persentase
tingkat kebenaran suatu prediksi dari pengujian
regresi yang dilakukan (Ghozali, 2005).
DAFTAR PUSTAKA
81
Arrens, A.A and Loebbecke, J.K., 2008, Auditing: An
Integrated Approach, Prentice Hall Inc., New Jersey.
Arens, Alvin A.,Mark S.B, Randal J.E, A.Abadi Jusuf ,
2011. Jasa Audit dan Assurance, Pendekatan Terpadu. Buku
1.Salemba Empat. Jakarta.
Asih, Dwi Ananing Tyas. 2006. Jurnal. Pengaruh
Pengalaman Terhadap Peningkatan Keahlian Auditor Dalam
Bidang Auditing. Skripsi. Fakultas Ekonomi
UniversitasIslam Indonesia”. Yogyakarta.
Ikatan Akuntan Indonesia, 2001-2002, Directory Kantor
Akuntan Publik dan Akuntan Publik. Kompartemen Akuntan Publik
bekerjasama dengan Direktorat Pembinaan Akuntan dan Jasa
Penilai. Dirjen Lembaga Keuangan, Departemen Keuangan
Republik Indonesia.
Indah, Siti Nurmawar. 2010. Pengaruh Kompetensi dan
Independensi Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris Pada
KAP Semarang). Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan
Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas
Diponegoro, Semarang.
82
Jeffrey, Cynthia & Nancy Weatherholt, 1996: Ethical
Development, Profesional, Commitment, and Rule Observance
Attitudes : A Study of CPA'S and Corporate Accountants, Behavioral
Research in Accounting. Vol 8, page 8-29.
Kautsarrahmelia, Tania. 2013. Pengaruh Independensi,
Keahlian, Pengetahuan Akuntansi dan Auditing serta Skeptisisme
Profesional terhadap Ketepatan Pemberian Opini Audit.
Semarang: Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah: Jakarta.
Kushayandita, Sabhrina. 2012. Pengaruh pengalaman, keahlian,
situasi audit, etika, dan gender terhadap Ketepatan Pemberian Opini
auditor Melalui Skeptisisme Profesional Auditor. Semarang:
Universitas Diponegoro
Libby, R., and D.M.Frederick. 1990. Expertise and The
Ability to Explain Audit Findings. Journal of Accounting
Research 28 (Autumn) p: 358-367.
Mayang sari, sekar, 2003. Pengaruh Keahlian dan
Independensi Terhadap Pendapat Audit : Sebuah
Kuasieksperimen, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Volume
6 No. 1 Edisi Januari.
83
Mulyadi, 2002, Auditing, Edisi Keenam, Jilid Satu
Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Murtanto dan Gudono, 1999. Identifikasi Karakteristik-Karakteristik
Audit Profesi Akuntan Publik di Indonesia. Riset Akuntansi
dan Auditing 2 (1) Januari.
Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia
Nomor 01 Tahun 2007. Standar Pemeriksaan Keuangan Negara.
Jakarta
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1998 tentang
Informasi Keuangan
Sari, Lestari Eliza. 2013. Pengaruh Skeptisisme Profesional
dan Etika, Serta Keahlian Auditor Terhadap Ketepatan Pemberian
Opini Auditor. JBPTUNPASPP : Digital Library
Universitas Pasundan.
Lainnya :
www.iapi.or.id.