20
PROPOSAL PENELITIAN KAJIAN FUNGSI RUANG HIJAU FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA SEBAGAI TAMAN KAMPUS PERTANIAN Oleh Nama : Zulham Aaron Mochamad NIM : 10/304382/PN/12172 Jurusan : Budidaya Pertanian Prodi : Agronomi

Proposal 3

  • Upload
    ugm

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

PROPOSAL PENELITIAN

KAJIAN FUNGSI RUANG HIJAU FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

GADJAH MADA SEBAGAI TAMAN KAMPUS PERTANIAN

Oleh

Nama : Zulham Aaron Mochamad

NIM : 10/304382/PN/12172

Jurusan : Budidaya Pertanian

Prodi : Agronomi

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2014

2

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan kota, pertumbuhan populasi manusia, arus

urbanisasi masyarakat desa yang disebabkan oleh banyak faktor

termasuk ekonomi, budaya dan sebagainya mengakibatkan

munculnya dampak positif dan negatif. Salah satu dampak

positifnya adalah meningkatnya kesejahteraan masyarakat,

sedangkan dampak negatif yang sangat jelas adalah semakin

sempitnya tanah perkotaan yang dapat dimanfaatkan. Lahan

kosong akan dimanfaatkan oleh pada pendatang untuk tempat

tinggal dan mata pencahariannya. Selain itu, lahan untuk

ruang hijau banyak beralih fungsi untuk perumahan sehingga

mengakibatkan minimnya lahan di perkotaan yang tersedia untuk

dijadikan ruang hijau.

Keberadaan ruang hijau merupakan hal yang sangat penting

bagi masyarakat yang tinggal di perkotaan. Berbagai macam

masalah sosial, tuntutan pekerjaan, dan arus lalu lintas yang

padat dapat memacu tingkat stress masyarakat kota. Ruang

hijau yang berada di tengah kota dapat dimanfaatkan untuk

rekreasi, tempat berkumpul keluarga, dan tempat beristirahat

sejenak dari rutinitas sehari-hari. Dari sudut pandang

ekologi, ruang hijau sangat bermanfaat dalam memperbaiki

kualitas lingkungan dengan menetralisir zat-zat polutan yang

terdapat di udara.

Permasalahan akan minimnya lahan kosong yang dapat

dimanfaatkan menjadi ruang hijau dapat diatasi salah satunya

dengan cara mengoptimalkan lahan yang terdapat di lingkungan

kampus. Lahan yang terdapat di kampus memiliki potensi untuk

1

dikembangkan sebagai ruang hijau yang manfaatnya dapat

dirasakan oleh masyarakat secara umum. Ruang hijau yang

terdapat di kampus dapat menjadi tempat bersosialisasi, baik

antar civitas akademika kampus, maupun civitas akademika

kampus dengan masyarakat.

Ruang hijau kampus idealnya memiliki fungsi yang

mendukung aktivitas civitas akademika kampus yang mencakup

mahasiswa, dosen, dan pegawai. Ruang hijau yang memiliki

fungsi fisik antara lain sebagai fungsi estetika, pengendali

iklim mikro,dan peneduh akan memberikan kenyamanan

penggunanya untuk beraktivitas di ruang hijau tersebut.

Fungsi ruang hijau lainnya adalah sebagai penunjang kegiatan

edukasi, konservasi, rekreasi dan pemberi identitas.

Fakultas Pertanian Universitas (FPN) Universitas Gadjah

Mada (UGM) merupakan salah satu wilayah kampus yang terletak

di wilayah perkotaan Yogyakarta. Secara umum, ruang hijau

yang terdapat FPN UGM telah memenuhi fungsi pengendalian

iklim mikro melalui banyaknya jenis pohon peneduh seperti

Kketapang (Terminalia catappa) dan Kiara payung (Filicium decipiens).

Akan tetapi dominansi jenis tanaman ini pada area penerimaan

perlu dikaji apakah memenuhi fungsi identitas sebuah kampus

pertanian. Tanaman pertanian seperti pohon buah, sayuran, dan

tanaman herbal tidak tampak sebagai konsep utama ruang hijau

FPN UGM sebagai kampus pertanian.

Berbagai aktivitas civitas akademika FPN UGM perlu

didukung oleh fungsi ruang hijaunya, seperti aktivitas

budidaya yang mencakup penanaman, pemeliharaan, pemanenan,

penjualan, pengenalan produk unggulan, ataupun aktivitas

2

berupa even yang mencirikan kampus pertanian. Saat ini,

fungsi ruang hijau FPN UGM belum optimal sebagai suatu taman

kampus pertanian, seperti sedikitnya tanaman yang menonjolkan

identitas kampus pertanian, kurangnya pusat aktivitas di

ruang luar, dan area hijau yang belum tertata dan

dimanfaatkan dengan baik. Melalui penelitian ini, diharapkan

dapat dikaji fungsi ruang hijau FPN UGM dan dapat

direncanakan ruang hijau yang memenuhi berbagai fungsi dan

aktivitas pendukungnya.

B. Tujuan

1.Mengidentifikasi jenis-jenis tanaman dan fungsinya di

ruang hijau Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada.

2. Mengetahui pendapat dan keinginan civitas akademika

Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada tentang

pengembangan taman kampus pertanian.

3. Membuat rekomendasi pengembangan ruang hijau Fakultas

Pertanian Universitas Gadjah Mada sebagai taman kampus

pertanian.

C. Manfaat

1. Memberikan data inventaris jenis-jenis tanaman yang

terdapat di ruang hijau Fakultas Pertanian UGM.

2. Mengevaluasi fungsi ruang hijau Fakultas Pertanian UGM

sebagai suatu taman kampus pertanian.

3.Memberikan masukan kepada pengelola Fakultas PertanianUGM tentang optimalisasi fungsi ruang hijau Fakultas

Pertanian sebagai taman kampus pertanian.3

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Ruang Terbuka Hijau

Ruang Terbuka Hijau (Green Open spaces) adalah kawasan atau

areal permukaan tanah yang didominasi oleh tumbuhan yang

dibina untuk fungsi perlindungan habitat tertentu, dan atau

sarana lingkungan/kota, dan atau pengamanan jaringan

prasarana, dan atau budidaya pertanian. Selain untuk

meningkatkan kualitas atmosfer, menunjang kelestarian air dan

tanah, Ruang Terbuka Hijau (Green Openspaces) di tengah-tengah

ekosistem perkotaan juga berfungsi untuk meningkatkan

kualitas lanskap kota (Purwanto, 2007).

Pada umumnya, alokasi ruang terbuka hijau (RTH) dalam

suatu kota di Indonesia dapat berbentuk kawasan lindung,

kawasan hijau rekreasi kota, kawasan hijau taman kota,

kawasan hijau kegiatan olah raga, kawasan hijau tempat

pemakaman, kawasan hijau pertanian, jalur hijau, dan

pekarangan. Setiap kawasan terus dikembangkan oleh Pemerintah

Daerah sebagai institusi yang bertanggung jawab dalam

penyediaan da penetapan fungsi suatu ruang sebagai RTH

(Sundari, 2005)

Vegetasi yang menjadi elemen utama dalam ruang hijau

memiliki fungsi sebagai produsen utama dalam rantai makanan.

Tumbuhan dapat merubah merubah CO2 dan air menjadi

karbohidrat dan O2 dengan bantuan cahaya matahari dalam

4

proses yang disebut fotosintesis. Selain itu, melalui proses

transpirasi, tanaman dapat menjaga iklim mikro, khususnya

suhu dan kelembaban udara di ruang hijau dengan mengeluar uap

air melalui stomata. Sebagai elemn utama ruang hijau, tanaman

juga dapat berfungsi menyimpan air tanah, mencegah erosi,

mengurangi aliran permukaan, menjaga kesuburan tanah dan

memperbaiki struktur hara tanah (Simond, 1983).

Menurut (Anonim, 2007a), tujuan adanya ruang terbuka hijau

kawasan perkotaan adalah untuk mewujudkan keseimbangan antara

lingkungan alam dan lingkungan buatan di perkotaan, menjaga

keserasian dan keseimbangan ekosistem lingkungan perkotaan,

dan meningkatkan kualitas lingkungan perkotaan yang sehat,

indah, bersih dan nyaman. Ruang terbuka hijau memiliki fungsi

antara lain:

- Pengamanan keberadaan kawasan lindung perkotaan;

- Pengendali pencemaran dan kerusakan tanah, air dan

udara;

- Tempat perlindungan plasma nutfah dan keaneka-ragaman

hayati;

- Pengendali tata air; dan

- Sarana estetika kota.

Fungsi lain ruang hijau adalah menjadi habitat satwa liar

seperti capung, burung, dan kupu-kupu yang dapat memberikan

suasana yang nyaman bagi penggunanya. Ruang hijau dapat

menghubungkan manusia dengan alam, menjadi koridor antar

makhluk hidup, dan penghubung antara ilmu alam dan ilmu

sosial (Hellmund, 2006). Ruang hijau memiliki bebrapa fungsi

lain seperti fungsi pengontrol iklim, pengontrol visual,

5

pembatas gerak, pengontrol erosi dan estetika (Carpenter,

1998). Selain fungsi tersebut, ruang hijau memiliki fungsi

pendukung lain menurut Irwan (2005), yaitu fungsi sosial dan

fungsi identitas.

B. Fungsi Tanaman dalam Lanskap Ruang Terbuka Hijau

Tanaman dapat digunakan untuk mengurangi kebisingan

meskipun tidak menghilangkannya sama sekali. Pola penanaman

yang digunakan agar tanaman efektif dalam meredam kebisingan

adalah dengan kerapatan yang tinggi sehingga menyerupai

tembok atau penghalang dedaunan. Kombinasi tanaman paling

tidak setebal 8 meter dapat menurunkan kebisingan sampai

dengan 10 dB. Kriteria penting tanaman pereduksi kebisingan

diantaranya adalah memiliki daun yang lebar, kuat berstruktur

keras serta posisi tegak lurus dengan sudut arah sumber

kebisingan (Hidayat, 2010). Contohnya antara lain, tanjung

(Mimusops elengi), kirai payung (Filicium decipiens), teh-tehan

pangkas (Acalypha sp.), kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis),

bougenvil (Bougenvillea sp), dan oleander (Nerium oleander). Pohon

peneduh dewasa efektif menurunkan suhu hingga 20C dan radiasi

matahari hingga 80% pada siang hari di Yogyakarta. Dengan

demikian, keberadaan vegetasi jenis pohon sangatlah penting

dalam memenuhi fungsi pengendalian iklim mikro di perkotaan

di Indonesia (Irwan, 2007).

Menurut Simond (1983), sebagai komponen utama dalam sebuah

ruang hijau, tanaman memiliki manfaat sebagai:

- Produsen utama dalam rantai makanan karena tumbuhan

melalui proses fotosintesis dengan bantuan cahaya

6

matahari dapat merubah CO2 dan air menjadi karbohidrat

dan O2;

- Melalui proses transpirasi tumbuhan menyejukkan udara

dengan mengeluarkan uap air melalui stomata;

- Menjaga iklim mikro khususnya suhu dan kelembaban udara

kawasan perkotaan;

- Menjaga peyimpanan air tanah, mengurangi aliran

permukaan, dan mencegah erosi;

- Menjaga kesuburan tanah dan memperbaiki struktur hara

tanah (Simond, 1983).

Menurut Purwanto (2007), sebagai unsur utama penghijauan,

tanaman dapat mengatur serta membersihkan udara dari polutan

yang terdapat di udara seperti oksida, nitrogen, dan

belerang. Polutan lain seperti karbon monoksida (CO) dan

timbal (Pb) dihasilkan dari sisa pembakaran yang sebagaian

besar berasal dari transportasi, industri, rumah tinggal dan

lain-lain. Pepohonan dapat mengurangi polusi dan dari hasil

fotosintesis dapat dihasilkan oksigen yang diperlukan

manusia. Tanaman yang rimbun juga dapat memberikan kesegaran

fisik bagi lingkungannya.

Jenis tanaman yang menjadi elemen dominan secara struktural

dalam suatu lanskap adalah jenis pohon. Pohon memilki peranan

penting baik secara fungsional maupun secara estetika dalam

suatu lanskap. Pohon dapat berfungsi sebagai penyatu,

penegas, pelengkap, penanda, dan pembingkai terhadap

lingkungan secara estetika. Bentuk tajuk dan kontras warna

bunga yang terdapat pada pohon merupakan katakteristik pohon

yang sangat menunjol secara visual. Setiap spesies pohon

7

mempunyai karakter morfologi yang merupakan ekspresi cetakan

genetiknya (Lestari dan Gunawan, 2010).

C. Ruang Terbuka Hijau Kampus

Menurut Xu et al. (2012), kampus yang memiliki sarana relatif

lengkap akan memusatkan fasilitas gedung sesuai dengan fungsi

karakteristik penggunaan tanah (land use) yang berbeda untuk

membentuk suatu lingkungan yang nyaman. Kampus yang

tradisional biasanya terdiri dari area kantor pengajar, area

rekreasi, area hiburan, dan area ruang hijau yang terpusat

serta area pusat pelayanan dan sebagainya.

Lingkungan fisik kampus merupakan salah satu faktor penting

yang menjadi daya tarik mahasiswa untuk melanjutkan studi ke

institusi yang lebih tinggi. Terdapat kampus yang mengatur

desain berdasarkan ide lingkungan pendidikan yang tinggi, dan

ada kampus yang berfokus terhadap lanskap dan arsitektur

bangunan kampus. Mahasiswa berinteraksi satu sama lain dalam

lingkungan fisik seperti trotoar, lahan parkir, bangunan, dan

area kegiatan indoor dan outdoor. Pentingnya lingkungan

outdoor kampus lebih dari sekedar fungsi estetika. Aktivitas

civitas akademika kampus di luar ruangan adalah bagian dari

kehidupan kampus yang baik (Hanan, 2013).

Menurut Hanan (2013), kehidupan kampus seharusnya aktif dan

baik di ruang terbuka yang memiliki fungsi yang menarik

seperti tempat belajar untuk mahasiswa. Kebanyakan mahasiswa

tidak memiliki kesempatan untuk pergi ke ruang terbuka untuk

bersosialisasi. Mereka terfokus untuk beraktivitas di tempat

dimana aktivitas resmi dilakukan, yaitu di dalam ruangan.

8

Interaksi dapat membangun rasa kebersamaan dan toleransi yang

akan membentuk kehidupan kampus yang berkembang.

Menurut Dober (1992), ruang luar suatu kampus yang nyaman

akan menunjang intensitas dan keberagaman aktivitas yang

tinggi di ruang hijau suatu kampus. Dalam Rencana Induk

Pengambangan Kampus (RIPK) UGM tahun 2005-2015, ruang hijau

kampus UGM direncanakan untuk membentuk ruang-ruang nyaman

untuk aktivitas di ruang luar terutama siang hari saat suhu

sedang tinggi. Selain itu, 70% kawasan kampus di UGM juga

telah direncanakan sebagai wilayah resapan air, rekreasi,

olahraga dan ruang terbuka hijau. Hal ini direncanakan dalam

Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) UGM 2012. Dalam

RTBL UGM juga dinyatakan bahwa ruang hijau, selain sebagai

pengikat antar bangunan, adalah hal yang penting karena

sangat bermanfaat sebagai tempat interaksi antar mahasiswa

maupun kalangan umum.

Identitas suatu kampus sangat penting dalam meberi kesan

terhadap jenis pendidikan, sarana pendidikan, dan aktivitas

yang terdapat didalamnya. Citra (image) suatu kampus adalah

pada penataan lanskapnya yang dalam hal ini adalah ruang

hijau kampus (Dober, 1992). Menurut Dober (1992), lanskap

kampus diwujudkan untuk memenuhi kebutuhan ilmu pengetahuan

dan keindahan di sekitarnya serta mendukung aktivitas

pendidikan dan penelitian. Hal ini berarti lanskap kampus

harus mempunyai fungsi pendidikan dan estetika. Lanskap ruang

hijau kampus yang berkualitas baik berdasarkan bentuk,

karakteristik, lokasi dan ukuran, dapat memberi citra kampus

yang baik. Tingginya intensitas kegiatan di ruang hijau

9

kampus seperti rekreasi, berkumpul, berdiskusi, dan aktivitas

lainnya akan memberi citra kampus yang kondusif sebagai

tempat belajar.

III. METODOLOGI

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian direncanakan akan dilaksanakan di Ruang Hijau

Fakultas Pertanian (FPN) Universitas Gadjah Mada (UGM) yang

terletak di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Penelitan direncanakan dilakukan pada bulan Juni - November

2014 Gambar 3.1 menunjukkan lokasi penelitian di Kabupaten

Sleman.

10

. Universitas Gadjah Mada

Fakultas Pertanian UGM

Gambar 3.1. Lokasi Penelitian Ruang Hijau Fakultas Pertanian UGM

Utara

1. ObservasiRuang Hijau FPN

UGM

Sosial:Kuisioner dengan variabel:- Pengetahuan nama, nama latin, dan keberadaan fasilitas informasi- Suhu RH siang hari dan kenyamanan thermal- Jenis tanaman lokal DIY dan tanaman pertanian- Keberadaan tanaman produktif- Penilaian tingkat keindahan RH kampus- Pemanfaatan RH untuk aktivitas- keberadan satwa burung, kupu-kupu, dan capung

Metode Blok survei dan Kuisioner

B. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah peta dasar

Fakultas Pertanian UGM, peta tata hijau Fakultas Pertanian

UGM dan pertanyaan kuisioner penelitian. Sedangkan alat yang

digunakan yaitu: kuesioner, software grafis komputer Autocad,

Corel Draw, termo-hygro-anemometer, kamera digital, komputer,

hand counter, dan alat tulis.

C. Skema Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan metode survei. Penelitian

dilakukan dalam 3 tahap, yaitu observasi, analisis data, dan

konsep perencanaan ruang hijau FPN UGM sebagai taman kampus

pertanian.

11

Fisik :- Jenis-jenis tanaman (Existing)- Aktivitas di RH FPN UGM

Sosial:Kuisioner dengan variabel:- Pengetahuan nama, nama latin, dan keberadaan fasilitas informasi- Suhu RH siang hari dan kenyamanan thermal- Jenis tanaman lokal DIY dan tanaman pertanian- Keberadaan tanaman produktif- Penilaian tingkat keindahan RH kampus- Pemanfaatan RH untuk aktivitas- keberadan satwa burung, kupu-kupu, dan capung2. Analisis

Data

3. Konsep Pengembangan Ruang Hijau FPN UGM sebagai taman kampus

Pertanian

Sumber data sekunder:Penelitian sebelumnyaInternetDatabase Fakultas PertanianDatabase Direktorat Aset UGM

Fungsi PendidikanFungsi Pengendali IklimFungsi Identitas, Lokal DIY dan kampus pertanianFungsi ProduksiFungsi EstetikaFungsi SosialFungsi Habitat Satwa

Gambar 3.1. Skema Alur Penelitian.

12

1. Observasi

Observasi lapangan dilakukan untuk mengetahui keadaan

aktual/existing lokasi pengamatan. Terdapat 2 jenis observasi

yang dilakukan, yaiut observasi fisik dan observasi sosial.

Metode yang digunakan untuk observasi fisik adalah metode

blok survei dengan membagi peta dasar FPN UGM menjadi 6 blok.

Blok dibuat untuk memudahkan dalam inventarisasi tanaman dan

pembuatan peta aktual vegetasi di FPN UGM. Dari hasil

observasi, didapat data jenis tanaman, jumlah, dan letak

tanaman di ruang hijau FPN UGM. Dari data tersebut, dibuat

peta existing RTH FPN UGM.

Observasi sosial dilakukan dengan metode kuisioner.

Observasi ini bertujuan untuk mengetahui pendapat civitas

akademika FPN UGM terhadap keadaan ruang hijau FPN UGM saat

ini dan keinginan civitas akademika terhadap pengembangan

ruang hijau FPN UGM pada masa mendatang. Kuisioner dibagikan

kepada 50 responden yang terdiri dari 25 mahasiswa, 13

pegawai, dan 12 dosen yang mewakili seluruh jurusan yang

terdapat di FPN UGM. Untuk pengamatan fungsi pengendalian

iklim akan diukur suhu, kelembaban dan kecepatan angin untuk

mengetahui data iklim yang mendukung data rasa nyaman.

2. Analisis Data

13

Data yang didapat terdiri dari data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh langsung dari observasi atau

pengamatan lapangan. Data sekunder diperoleh dari penelitian

yang pernah dilakukan sebelumnya, database Fakultas Pertanian

dan direktorat aset UGM, serta internet. Data-data yang

dikumpulkan terdiri dari :

a) Data primer pada penelitian ini terdiri dari peta dasar

tapak (base map), peta tata hijau, luas area, jenis

tanaman, jarak tanam, jumlah tanaman, pola aktivitas,

dan data kuisioner.

b) Dari sekunder terdiri dari peta lokasi, peta dasar,

peta topografi, jenis tanaman, fungsi tanaman lanskap,

data biofisik dan sosial FPN.

Data yang didapat dari pengamatan lapangan atau

observasi fisik yaitu berupa inventarisasi tanaman, peta

existing ruang hijau FPN UGM, dan analisis fungsi ruang

hijau. Data yang diperoleh dari survei, direkapitulasi untuk

kemudian dianalisis. Selain itu digunakan analisis ruang

dimana ruang yang terbentuk dari tanaman lanskap di analisis.

Setelah itu dibuat tabel penilaian fungsi tanaman. Penilaian

fungsi tanaman lanskap me nggunakan tanda centang (V) pada

fungsi tanaman lanskap yang dipenuhi oleh tiap jenis tanaman.

Data yang didapat dari observasi sosial adalah pendapat

dan keinginan civitas akademika terhadap keadaan dan

pengembangan RTH FPN UGM. Kuisioner dibuat untuk mengetahui

pendapat civitas akademika mengenai fungsi ruang hijau FPN

UGM. Fungsi yang dianalisis pada penelitian ini adalah fungsi

14

lanskap menurut Carpenter (1998), yaitu fungsi pengendali

iklim, produksi, estetika, dan habitat satwa, serta fungsi

pendukung lanskap menurut Irwan (2005), yaitu fungsi sosial,

pendidikan dan identitas. Fungsi-fungsi tersebut adalah:

1. Fungsi Pendidikan

Variabel yang diamati pada fungsi ini adalah pengetahuan

civitas akademika mengenai nama latin dan nama lokal vegetasi

yang terdapat di ruang hijau FPN UGM, serta keberadaan

fasilitas informasi tentang vegetasi yang ada di ruang hijau

FPN UGM.

2. Fungsi Pengendali Iklim

Ruang hijau yang memenuhi fungsi sebagai pengendali

iklim dilihat melalui suhu ruang hijau pada siang hari dan

tingkat kenyamanan secara thermal pengguna saat beraktivitas

di ruang hijau FPN UGM.

3. Fungsi Identitas; Lokal DIY dan Kampus Pertanian

Variabel yang diamati adalah jenis tanaman yang memenuhi

fungsi identitas lokal DIY dan identitas kampus pertanian.

4. Fungsi Produksi

Variabel yang diamati adalah keberadaan jenis-jenis

tanaman yang dapat memproduksi hasil, seperti tanaman buah

ataupun sayur.

5. Fungsi Estetika

Variabel yang diamati adalah penilaian fisik setiap

vegetasi dan pendapat responden tentang tingkat keindahan

kampus

6. Fungsi Sosial (Interaksi/aktivitas di ruang luar)

15

Variabel yang diamati adalah tingkat keoptimalan

pemanfaatan ruang hijau FPN UGM untuk aktivitas civitas

akademika berdasarkan kuisioner.

7. Fungsi Habitat Satwa

Variabel yang diamati adalah keberadaan satwa burung,

kupu-kupu, dan capung di ruang hijau FPN UGM.

3. Konsep Perencanaan Pengembangan Ruang Hijau

Dari analisis data dapat ditarik kesimpulan dan dirumuskan

konsep perencanaan pengembangan ruang hijau FPN UGM meliputi

konsep ruang, konsep aktivitas, konsep vegetasi dan konsep

non vegetasi (perkerasan, dll).

F. Jadwal Penelitian

No TahapPenelitian Juni Juli Agustus

September Oktober

2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 PenyusunanProposal    

2 Observasi  

3 PengumpulanData          

4

PengolahanDanAnalisisData      

5 PenulisanSkripsi          

6 Ujian  

16

DAFTAR PUSTAKA

Anonima. 2007. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Penerbit Harvarindo,Jakarta.

Dober R.P. 1992. Campus Design. John Wiley & Sons, Inc.

Carpenter. 1998. Plants in the Landscape. Waveplant Press,United States.

Hellmund, Paul dan Daniel Somers Smith. 2006. DesigningGreenways, Sustainable Landscapes for Nature and People.Island Press, Washington D.C.

Hanan, H. 2013. Open space as meaningful place for studentsin ITB campus. Procedia - Social and Behavioral Sciences85:308 – 317.

Hidayat, I.W. 2010. Kajian fungsi ekologi jalur hijau jalan

17

sebagai penyangga lingkungan pada tol Jagorawi. JurnalManusia dan Lingkungan 17 (2): 124-133

Irwan, S.N.R. 2007. Study on human thermal comfort and humanactivity in the tree-shaded areas in the green space ofthe tropical country. Case Study: The Prambanan Park,Yogyakarta, Indonesia. Bulletin of Chiba University,Japan.

Lestari, G. dan A. Gunawan. 2010. Pengaruh bentuk kanopipohon terhadap kualitas estetika lanskap jalan. JurnalLanskap Indonesia 2 (1):30-35.

Purwanto, E. 2007. Ruang terbuka hijau di perumahan GrahaEstetika Semarang. Jurnal Ilmiah Perancangan Kota danPermukiman 6 (1): 1-10.

Simond, J.O. 1983. Landscape Architecture. McGraw-Hill, Inc,USA.

Sundari, E.S. Studi untuk menentukan fungsi hutan kota dalammasalah lingkungan perkotaan. Jurnal Perencanaan Wilayahdan Kota UNISBA.

UGM. 2005. Rencana Induk Pengambangan Kampus (RIPK) UGM tahun2005-2015

Xu, J., Z. Zhang, and J. Rong. 2012. The campus road planningand design research. Procedia - Social and BehavioralSciences 43: 579 - 586

18