40
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Potensi internet sebagai media pemasaran dan perdagangan telah banyak dibicarakan akhir-akhir ini, khususnya bagi para pemain dalam pemasaran. Pembicaraan tersebut menghasilkan uatu pandangan mengenai perdagangan elektronik, khususnya perdagangan elektronik melalui nternet, yang umumnya dikenal sebagai perdagangan elektronik, sebagai suatu bisnis dengan berbagai kemungkinan. Kemajuan di bidang teknologi, komputer, dan telekomunkasi mendukung perkembangan teknologi internet. Dengan internet pelaku bisnis tidak lagi mengalami kesulitan dalam memperoleh informasi apapun, untuk menunjang aktivitas bisnisnya. Bahkan sekarang cenderung dapat diperoleh berbagai macam informasi, sehingga informasi harus disaring untuk mendapakan informasi yang tepat dan relevan. Hal tersebut mengubah abad informasi menjadi abad internet. Pengguna internet dalam bisnis berubah dari fungsi sebagai alat untuk pertukaran informasi secara elektronik menjadi alat untuk aplikasi strategi bisnis, seperti: pemasaran, penjualan, dan pelayanan pelanggan. Pemasaran di internet cenderung menembus berbagai rintangan, batas bangsa, dan tanpa aturan-aturan yang baku. Sedangkan pemasaran konvesional, barang mengalir dalam partai-partai besar, melalui pelabuhan laut, pakai kontainer, distributor, lembaga penjamin, importir,

Proposal metopen

Embed Size (px)

Citation preview

BAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian Potensi internet sebagai media pemasaran dan perdagangan

telah banyak dibicarakan akhir-akhir ini, khususnya bagi para pemain dalam pemasaran. Pembicaraan tersebut menghasilkan uatu pandangan mengenai perdagangan elektronik, khususnya perdagangan elektronik melalui nternet, yang umumnya dikenal sebagai perdagangan elektronik, sebagai suatu bisnis dengan berbagai kemungkinan.

Kemajuan di bidang teknologi, komputer, dan telekomunkasi mendukung perkembangan teknologi internet. Dengan internet pelaku bisnis tidak lagi mengalami kesulitan dalam memperoleh informasi apapun, untuk menunjang aktivitas bisnisnya. Bahkan sekarang cenderung dapat diperoleh berbagai macam informasi, sehingga informasi harus disaring untuk mendapakan informasi yang tepat dan relevan. Hal tersebut mengubah abad informasi menjadi abad internet. Pengguna internet dalam bisnis berubah dari fungsi sebagai alat untuk pertukaran informasi secara elektronik menjadi alat untuk aplikasi strategi bisnis, seperti: pemasaran, penjualan, dan pelayanan pelanggan. Pemasaran di internet cenderung menembus berbagai rintangan, batas bangsa, dan tanpa aturan-aturan yang baku. Sedangkan pemasaran konvesional, barang mengalir dalam partai-partai besar, melalui pelabuhan laut, pakai kontainer, distributor, lembaga penjamin, importir,

dan lembaga bank. Pemasaran konvesional lebih banyak yang terlibat dibandingkan pemasaran lewat internet. Pemasaran di internet sama dengan direct marketing, dimana konsumen berhubunga langsung dengn penjual, walaupun penjualnya berada di luar negeri.

Kelompok masyarakat yang banyak menggunakan media internet adalah bukan saja dari kalangan masyarakat yang berpenghasilan tetap melainkan sekarang kalangan mahasiswa merupakan perioritas utama dari para produsen yang memiliki bisnis online. Penggunaan media internet oleh mahasiswa tidak hanya dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan kuliah seperti mencari literatur-literatur yang berkaitan dengan materi mata kuliah yang mereka terima di ruang kuliah. Akan tetapi juga sebagai tempat mencari hiburan, pertemanan, dan keperluan lainnya termasuk menggunakan internet sebagai tempat transaksi (pembelian) produk-produk yang mereka butuhkan mulai dari jurnal ilmiah hingga produk kebutuhan sehari-hari termasuk pakaian.

Rangkaian proses pembelian melalui internet dimulai dengan adanya informasi yang diterima masyarakat berkaitan dengan produk yang akan mereka beli. Informasi tersebut dapat berasal dari prodsen atau pemasar yang menyampaikan informasi tentang keberadaan produknya melalui internet dan bisa juga bersumber dari orang lain yang sudah memiliki pengalaman dengan produk dimaksud. Melalui internet

masyarakat sebagai calon produsen dapat berkomunkasi secara langsung dengan pemasar/produsen produk. Komunikasi terssebut dapat dilakukan melalui email atau pun facebook, dan bahkan juga dengan cara berkomunikasi langsung melalui handphone setelah sebelumnya produsen memberikan nomor handphone yang dapat dihubungi oleh pembeli.

Dengan adanya komunikasi antara konsumen dengan produsen/pemasar produk sebagai produsen, mereka dapat melakukan negosiasi mengenai harga prduk, adanya diskon harga, cara pengiriman, siapa yang menanggung ongkos pengiriman dan lain sebagainya. Selain itu dalam negoisasi dimaksud juga dibicarakan masalah garansi atau jaminan kualitas produk tersebut.

Setelah ada kesepakatan antara kedua belah pihak mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan produk (harga, cara pengiriman, garansi/jaminan, dan lain sebagainya), barulah mahasiswa mentransfer sejumlah uang sebagai pembayaran atas produk yang ditawarkan oleh produsen. Pembayaran dapat dilakukan melalui nomor rekening bank yang sudah ditentukan oleh produsen/pemasar. Setelah produsen menerima pembayaran tahap selanjutnya mereka melakukan pengiriman dilakukan melalui pos, Titipan Kilat (TIKI) dan jasa pengiriman lainnya sesua dengan kesepakatan awal. Uraian tersebut merupakan temuan empiris bahwa penggunaan media internet

sebagai tempat pembelian produk sudah diketahui secara umum oleh masyarakat khususnya konsumen yang berada di Gampong Kuta Alam Kota Banda Aceh.

Niat beli konsumen melalui internet dapat di pengaruhi oleh privasi, kepercyaan dn pengalaman mereka menggunakan internet sebagai tempat transaksi. Privasi adalah klaim individu untuk dibiarkan sendiri, bebas dari pengawasan atau intervensi dari individu atau organisasi lain termasuk negara. Privasi pada dasarnya berkaitan dengan hal-hal yang sifatnya pribadi dalam hubungan sosial dan kepemilikan. Teknologi internet telah menimbulkan

tantangan baru atas perlindungan privas pribadi (Laudon dan Laudon, 2008: 162). Perhatian terhadap privasi sering dinyatakan sebagai alasan utama mengapa konsumen mau melakukan melalui internet.

Kepercayaan adalah salah satu komponen dari keberadaan hubungan pelanggan dengan merek yang terentuk dari kepuasan pelanggan yang kemudian menjadi indikasi awal terbentuknya kesetiaan pelanggan. Kepercayaan dapat dilihat sebagai dimensi hubungan bisnis yang menentukan tingkat dimana orang merasa dapat bergantung pada integritas janji yang ditawarkan oleh orang lain. Hl ini secara mendasar merupakan keyakinan bahwa seseorang akan memberikan apa yang dijanjikan. Keterkaitan antara kepercayaan dengan niat membeli melalui internet

dikarenakan masalah kepercayaan. Konsumen yang tidak percaya dengan penggunaan internet dalam melakukan kegiatan transaksi akan tidak berminat sama sekali dalam berbelanja secara online. Sebaliknya keputusan untuk berbelanja secara online justru terkait erat dengan kepercayaan terhadap penggunaan internet.

Selanjutnya pengalaman dengan internet merupakan pertimbangan penting dalam melakukan pembelian secara online. Perhatian konsumen terhadap pengendalian informasi pribadi ternyata meningkatkan pengalaman akan internet, sebaliknya perhatian pada hambatan fungsional untuk belanja secara online menurun. Pengguna internet yang belum berpengalaman, biasanya jarang membeli secara online (Sularto, 2004: 15). Hasil pengamatan peneliti dan didukung oleh hasil wawancara dengan beberapa orang mahasiswa pengguna

Internet, mereka memiliki pengalaman yang berbeda menggunakan internet. Di satu sisi ada mahasiswa yang sudah sangat familiar dalam menggunakan internet ditandai dengan frekuensi penggunaan internet setiap hari. Bahkan penggunaan internet sudah menjadi bagian dari kegiatan mereka setiap hari. Sementara di sisi lain juga ada diantaranya mahasiswa yang jarang menggunakan internet, kecuali unuk kepentingan-

kepentingan tertentu seperti pencarian (searching) bahan kuliah yang dianggap penting.

Saat ini banyak orang yang menggunakan komputer dan internet untuk berbelanja. Aneka informasi yang diperoleh telah mengubah cara mereka bertransakasi berbagai macam barang atau jasa. Internet merupakan media untuk berkomunikasi antara perusahaan dengan konsumen .

Untuk mengembangkan suatu kerangka adopsi e-commerce inegratif, the theory planned behavior (TPB), seperti yang diusulkan oleh Ajzen(2011: 44) digunakan sebagai pendekatan dalam dalam penelitian ini. The theory planned behavior menyatakan bahwa perilaku ditentukan oleh niat. Niat dibentuk oleh sikap, norma subjekti dan kontrol prilaku. Sikap, terbentuk oleh kepercayaan. Variabel niat adalah kesediaan konsumen untuk bertransaksi secara online. Sasaran penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor yang berperan untuk kesediaan, atau tujuan konsumen untuk bertransaksi secara online.

Sasaran lain dari penelitian ini adalah menguji pengaruh antara privasi kepercayaan, keamanan, serta pengalaman. Dalam penelitian ini, fokus pada awal kepercayaan atau tidak ada hubungan antara konsumen dan toko online. Kepercayaan dan resiko dalam the theory planned behavior, akan menjadi konsep

dalam penelitian ini sebagai keyakinan yang berdampak pada niat untuk bertransaksi secara online. Kepercayaan berhubungan pada konsumen untuk percaya bahwa toko online mampu untuk melaksanakan transaksi dan melindungi informasi pribadi konsumen. Persepsi resiko mengacu pada ketidak pastian yang mungkin ditemui oleh konsumen dalam memberikan informasi pribadi pada toko online.

Salah satu contoh yang membuktikan adanya fakta pembelian secara online dapat kita lihat dari data statistik pembelian yang dilakukan melalui tokobagus.com. dari kepopuleranya tersebut tokobagus.com menduduki peringkat 14.

Faktor penting lainnya adalah pengalaman menggunakan internet. Pengalaman menggunakan internet merpakan pertimbangan penting dalam melakukan pembelian secara online. Pengguna internet yang belum berpengalaman, biasanya jarang bertransaksi secara online.

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas penulis tertarik untuk selanjutnya meneliti “Pengaruh Privasi, Kepercayaan Dan Pengalaman Terhadap Niat Beli Masyarakat melalui Internet di Gampong Kota Alam Kota Banda Aceh”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang teleh dikemukakan di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian in adalah pengaruh privasi, kepercayaan dan pengalaman terhadap niat beli masyarakat melalui internet di Gampong Kota Alam Kota Banda Aceh.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh privasi, kepercayaan dan pengalamn terhadap niat beli masyarakat melalui internet di Gampong Kota Alam Kota Banda Aceh.

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut :

1. Dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi para pembaca untuk menambah wawasan dalam penerapan ilmu pengetahuan khususnya masalah niat konsumen yaitu terkait mengenai privasi, kepercayaan dan pengalaman berpengaruh teradap niat beli masyarakat melalui internet.

2. Sebagai bahan masukan bagi produsen yang berbisnis di bidang online.

3. Diharapkan dapat menjadi acuan dan perbandingan bagi penelitian di bidang yang sama di masa mendatang.

BAB II

TINJAUAN KEPUASAN

2.1 Internet Penggunaan Internet Dalam Bisnis

Secara harfiah, internet (kepanjangan dari interconnected-networking) ialah rangkaian komputer yang terhubung di dalam beberapa rangkaian. Manakala internet (huruf T besar) ialah sistem besar umum, yang berhubung secara global dan menggunakan TCP/IP sebagai protokol pertukaran paket (packet switching communication protocol). Rangkaian internet yang terbesar dinamakan internet. Cara menghubungkan rangkaian dengan kaedah ini dinamakan internetworking.

Penggunaan internet dalam bisnis mengalami perkembangan, dari pertukaran informasi secara elektronik ke aplikasi strategi bisnis, seperti: pemasaran, penjualan, dan pelayanan pelanggan. Internet mendukung komunikasi dan kerja sama global antara pegawai, konsumen, penjual, dan rekan bisnis yang lain. Internet memungkinkan orang dari organisasi atau lokasi yang berbeda bekerja sama sebagai sau tim virtual untuk mengembangkan, memproduksi, memasarkan dan memelihara produk atau pelayanan.

Dari sudut pandang konsumen, perusahaan secara konsisten dapat memberikan yang terbaik, dengan menjaga kebutuhan masing-masing konsumen, mempertahankan kecendrungan pasar, menyediakan informasi yang ada

hubugannya secara menarik, sewaktu-waktu, dimana saja dalam beberapa media, dan menyediakan pelayanan sesuai dengan kebutuhan konsumen. Hal tersebut di atas menunjukkan alasan kenapa begitu banyak perusahaan berinvestasi pada

teknologi informasi cukup tinggi dan sistem komplek yang saling tersambung dengan jaringan komputer, mengingat perusahaansedang mencari konsumennya lewt internet. Karena kebutuhan konsumen berkembang sangat cepat, perusahaan berharap dapat berkomunikasi dengn konsumennya lewat internet. Sehingga internet menjadi strategi dan memberi kesempatan kepad perusahaan besar dan kecil untuk menawarkan secara cepat dengan biaya murah, menaggapi produk dan pelayanan dengan kualtas tinggi sesuai dengan kebutuhan konsumen.

Akibat internet, pemasaran terhadap perusahaan, produk, dan pelayanan menjadi proses yang interaktif saat ini. Situs web perusahaan bukan hanya sekedar menyajikan katalog produk dan media promosi, melainkan digunakan untuk berdialog, berdiskussi, dan berkonsultasi dengan konsumen secara On-line, bulletin boards, kuesioner elektronik, mailing lists, dan pengiriman surat elektronik. Sehingga konsumen dapat dilibatkan secar langsug dalam perancangan, pengembangan, pemasaran dan penjualan produk. “the driving force behind world economic growth has changed from manufacturing volume

to improving costumer value” (Cronin dalam Yuliana, 2010: 43). Kekuatan pengerak dibalik pertumbuhan ekonomi dunia sudah berubah dari volume produksi (manufacturing volume) menjadi peningkatan nilai pelanggan. Karena itu, kunci sukses bagi perusahaan adalah memaksimumkan nilai pelanggan. Untuk beberapa perusahaan, keuntungan yang diperoleh dari internet ditimbulkan dari kemampuan menjaga loyalitas konsumen, mengantisipasi kebutuhan

konsumen mendatang, menanggapi kepedulian konsumen, dan memperbaiki pelayanan konsumen.

Dari sudut pandang konsumen, perusahaan secara

konsisten dapat memberikan yang terbaik, dengan menjaga

kebutuhan masing-masing konsumen, mempertahankan

kecenderungan pasar, menyediakan informasi yang ada

hubungannyasecara menarik, sewaktu-waktu, dimana saja dalam

beberapa media, dan menyediakan pelayana sesuai dengan

kebutuhan konsumen. Hal tersebut diatas menunjukkan alasan

kenapa begitu banyak perusahaan berinvestasi pada teknologi

informasi cukup tinggi dan sistem komplek yang saling

tersambng dengan jaringan komputer, mengingat perusahaan

sedang mencari konsumennya lewat internet. Karena kebutuhan

konsumen berkembang sangat cepat, perusahaan berharap

dapat berkomunikasi dengan konsumennya lewat internet.

Sehingga internet menjadi strategi dan memberi kesempatan

kepada perusahaan besar dan kecil untuk menawarkan secara

cepat dengan biaya murah, menanggapi produk dan pelayanan

dengan kualitas tinggi sesuai dengan kebutuhan konsumen.

Internet membuat channel baru untuk komunikasi interaktif

antara konsumen, penjual, dan rekan bisnis lainnya. Hal ini

memungkinkan perusahaan berinteraksi dan bekerja sama

secara terus menerus dalam pengembangan produk, pemasaran,

pengiriman, pelayanan, dan dukungan teknik.

2.2 Niat Beli Melalui Internet

Davis yang dikutip oleh ma’ruf (2008: 65) menyatakan “niat beli melalui internet adalah derajat niat pengguna internet yang berencana melakukan tindakan

untuk menggunkan atau tidak menggunakan media internet untuk melakukan proses pembelian suat produk”.

Menurut Ma’ruf (2008: 65) indikator yang digunakan untuk mengukur variabel tersebut terdiri dari :

1. Niat untuk menggunakan internet untuk kepentngan transaksi,

2. Mempertimbangkan internet sebagai pilihan utama,3. Motivasi untuk tetap menggunakan internet,4. Merekomendasikan pembelian melalui internet pada orang

lain, dan5. Niat untuk menggunakan internet di masa mendatang.

Minat merupaka kemampuan yang mendorong untuk melakukan sesuatu. Minat tidak sama dengan motif atau dorongan. Seseorang yang mendapat dorongan belum tentu mau berbuat apabila ia tidak berminat. Tetapi sebaliknya seseorang yang mempunyai minat yang kuat untuk berbuat dan ditambah dengan dorongan-dorongan cenderung ia akan melakukanya dengan senang hati. Menurut Winkel (Nurdalisa, 2008: 30), minat adalah kecenderungan yang menetap dalam suatu objek untuk merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu. Pengertian minat disini adalah kecenderungan yang berlaku dalam diri seseorang untuk merasa tertarik pada sesuatu objek yang menyenangkan. Sementara Witherington (Nurdasila, 2009: 30) menyatakan minat adalah kesadaran seseorang bahwa seseorang sesuatu objek, seseorang sesustu soalatau suatu situasi mengandung sangkut paut dengan dirinya.

Pengertian minat menurut Durianto dan Liana, (2009:44) adalah minat beli merupakan sesuatu yang berhubungan dengan keinginan konsumen untuk membeli produk tertentu serta berapa banyak unit produk yang dibutuhkan pada periode tertentu. Dapat dikatakan bahwa minat beli merupakan pernyataan mental dari dari konsumen yang merefleksikanrencana pembelian sejumlah produk dengan merek tertentu. Hal ini sangat diperlukan oleh para pemasar untuk mengetahui minat beli konsumen terhadap suatu produk, baik para pemasar maupun ahli ekonomi menggunakan variabel minat untuk memprediksi perilaku konsumen dimasa yang akan datang.

Menurut Setyawan dan Ihwan (2008: 68), beberapa pengertian mengenai minat dapat dirangkum dalam empat pernyataan, yaitu:

1. Minat dianggap sebuah ’perangkap’ atau perantara antara fakor-faktor motivasional yang mempengaruhi perilaku.

2. Minat mengindikasikan seberapa jauh seseorang mempunyai kemampuan untuk mencoba.

3. Minat menunjukkan pengukura kehendak seseorang.4. Minat berhubungan dengan perilaku yang teruss-menerus.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa minat beli adalah kecenderungan perilaku konsumen pada saat membeli suatu produk barang atau jasa yang dilakukan pada jangka waktu tertentu dan secara aktif menyukai serta memiliki sikap positif terhadap suatu produk barang/jasa tersebut.

2.3 Privasi

Laudon dan Laudon (2008: 159) menyatakan bahwa privasi adalah klaim individu untuk dibiarkan sendiri, bebas dari pengawasan atau intervensi dari individu atau orgnisasi lain termasuk negara. Berdasarkan pendapat tersebut

Jelaslah bahwa privasi pada dasarnya berkaitan dengan hal-hal yang sifatnya pribadi dalam hubungan sosial da kepemilikan.

Lebih lanjutnya Laudon dan Laudon (2008: 162) menyatakan teknologi internet telah menimbulkan tantangan baru atas perlindungan privasi pribadi. Informasi yang dikirim melalui jaringan yang sangat luas mungkin saja melewati banyak sistem komputer yang berbeda sebelum informasi ini mencapai tujuan akhirnya. Berkaitan dengan pembelian melalui internet, Business Week yang dikutip oleh Sularto (2009: 22) mnyatakan bahwa perhatian terhadap privasi sering dinyatakan sebagai alasan utama mengapa konsumen tidak mau melakukan pembelian terhadap internet.

Wang yang dikutip oleh Sularto (2009: 24) menyatakan bahwa privasi pada internet dapat dikelompokkan menjadi empat bidang utama sebagai berikut.

1. Pemilikan informasi oleh pihak yang tidak berhak.2. Penggunaan informasi yang tidak tepat.3. Penjajahan privasi.4. Penyimpanan informasi yang tidak pada tempatnya.

Perhatian pada privasi telah mendorong para peneliti untuk membangun sebuah model privasi di internet. Byford’s yang dikutip oleh Sularto (2009: 26) memperlakukan secara khusus tentang privasi di internet, dimana difokuskan pada dua konsep teoritis yang berbeda tentang privasi. Konsep pertama adalah pandangan hubungan sosial, dimana privasi dipahami bertindak sebagai penyeimbang pertumbuhan hubungan sosial. Privasi

tidak dibenarkan berdiri sendiri, seperti didefinisikan oleh US jurisprudence, sebagai mekanisme penting

dalam proses sosial. Konsep privasi pada internet ini akan diwujudkan dalam interaksi anonim dan identifikasi yang disamarkan, dimana diterapkan pada hubungan sosial antar anggota berbagai komunitas internet.

Konsep kedua tentang privasi lebih baik lagi, disebut sebagai pandangan kepemilikan (Sularto, 2009: 8), dimana individu melihat privasi sebagai pengembangan dimana mereka mengendalikan informasi mereka sendiri dalam semua jenis transaksi pertukaran internet. Pandangan kepemilikan diwujudkan sendiri dengan kemauan untuk saling menukar informasi pribadi dengan layanan seperti surat elektronik gratis atau diskon khusus dari penjual.

Kedua konsep privasi tersebut dapat mempengaruhi perilaku individu terhadap internet, tapi perkembangan dimana masing-masing pandangan benar-benar mempengarhi perilaku masih merupakan pertanyaan sampai saat ini. Hanya sedikit studi

empiris yang meneliti privasi dan hubungannya dengan pembelian secara on-line yang dipublkasikan saat ini. Satu pengecualian adalah Swaminathan ddk (2010: 15) yang melaporkan bahwa ada hubungan positif antara kepercayaan tentang pentingnya hukum untuk mengatur privasi pada internet dan juga jumlah uang pembelian nternet yang dikeluarkan oleh individu. Namun, pada studi yang sama ditemukan bahwa tidak ada hubungan antara aktivitas pembelian dengan kepercayaan tentang aspek lain privasi, seperti penyalahgunaan informasi, anonymity, direct marketing dan pengendalian pada informas.

Berdasarkan pada uraian di atas, maka dalam penelitian ini indikator yang digunakan untuk mengukur privasi terdiri dari: (1) Terjaminya privasi pengguna internet, (2) Privasi sebagai penyeimbangan hubngan sosial, (3) Pengguna internet dapat menggunakan interaksi anonim, (4) Pengguna internet dapat menggunakan

identifikasi yang disamarkan, dan (5) Pengguna internet dapat mengendalikan informasi mereka sendiri dalam segala jenis transaksi.

Teknologi internet telah menimbulkan tantangan baru atas perlindungan privasi pribadi. Informasi yang dikirim melalui jaringan yang sanagat luas mungkin saja melewati banyak sistem komputer yang berbeda sebelum informasi ini mencapai tujuan akhirnya. (Laudon dn Laudon, 2008: 162. Berkaitan dengan pembelian melalui internet, Business Week yang dikutip oleh Sularto (2009: 22) menyatakan bahwa perhatian terhadap privasi sering dinyatakan sebagai alasan utama mengapa konsumen tidak mau melakukan pembelian melalui internet. Dengan demikian jelaslah bahwa privasi dapat mempengaruhi niat beli melalui internet.

2.4 Kepercayaan

2.4.1 Pengertian Kepercayaan

Menurut Yousafzai et al., (2008: 855) meyatakan, trust merupakan pondasi dari bisnis. Suatu transaksi bisnis antara dua pihak atau lebih akan terjadi apabila masing-masing saling mempercayai. Kepercayaan (trust) ini tidak begitu saja diakui oleh pihak lain/mitra bisnis, melainkan harus dibangun mulai dari awal dan dapat dibuktikan. Trust telah dipertimbangkan sebagai katalis dalam berbagai transaksi antara penjual dan pembeli agar kepuasan konsumen dapat terwujud sesuai dengan yang diharapan. Sedangkan Costabile yang dikutip oleh Ferrinadewi dan Djati (2101: 19) mendefinisikan kepercayaan (trust) sebagai persepsi terhadap kehandalan dari sudut pandang pelanggan didasarkan pada pengalaman, atau mengarah pada tahapan transaksi atau interaksi yang dicirikan oleh terpenuhinya harapan kinerja produk dan tercapainya kepuasan.

Selanjutnya Yousfzai et al. (2008: 856) menyatakan, setidaknya terdapat enam definisi mengenai kepercayaan (trust) sebagai berikut:

1. Trust adalah keyakinan bahwa kata atau janji seseorang dapat dipercaya dan seseorang akan memenuhi kewajibannya dalam sebuah hubungan pertukaran.

2. Trust akan terjadi apabila seseorang memiliki kepercayaan diri dalam sebuah pertukaran dengan mitra yang memiliki integritas dan dapat dipercaya.

3. Trust adalah kemauan seseorang untukpeka terhadap tindakan orang lain berdasarkan pada harapan bahwa orang lain akan melakukan tindakan tertentu pada orang yang mempercayainya, tanpa tergantung pada kemampuannya untuk mengatasi dan mengendalikannya.

4. Trust adalah wilayah psikologis yang merupakan perhatian untuk menerima apa adanya berdasarkan harapan terhadap perhatian atau perilaku yang baik dari orang lain.

5. Trust adalah kemauan untuk membuat dirinya peka pada tindakan yang diambil oleh orang yang dipercayainya berdasarkan pada rasa kepercayaan dan tanggung jawab.

6. Trust adalah penilaian hubungan seseorang dengan orang lain yang akan melakukan transaksi tertentu menurut harapan orang kepercayaannya dalam suatu lingkungan yang penuh ketidakpastian.

Pendapat lain tentang kepercayaan dikemukakan oleh Baloglu yang dikutip oleh susan (2010: 17) menyatakan, kepercayaan sebagai keyakinan sseorang terhadap reliabilitas dan integritas. Kepercayaan didefinisikan sebagai dimensi hubungan bisnis yang menentukan tingkat dimana orang merasa dapat bergantung pada integritas janji yng ditawarkan oleh orang lain. Hal ini secara mendasar merupakan keyakinan bahwa seseorang akan memberikan apa yang dijanjikan.

Menurut Blackston seperti dikutip oleh Ferrinadewi (2009: 20) menyatakan bahwa kepercayaan adalah salah satu komponen dari keberadaan hubungan pelanggan dengan merek. Kepercayaan terbentuk dari kepuasan pelanggan yang kemudian menjadi indikasi awal terbentuknya kesetiaan pelanggan.

Dikaitkan dengan kepercayaan konsumen, Mowen dan Minor (2009: 312) yang menyatakan bahwa kepercayaan konsumen (consumer beliefs) adalah semua pengetahuan yang dimiliki oleh

konsumen dan semua kesimpulan yang dibuat konsumen tentang objek, atribut, dan manfaatnya.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat dipahami bahwa kepercayaan pada dasarnya berhubungan dengan perasaan seseorang terhadap suatu objek yang didasarkan pada berbagai pertimbangan. Kepercayaan terkait dengan rasa percaya atau tidak percaya dalam diri seseorang terhadap apa yang ditawarkan oleh orang lain, karena itu kepercayaan juga berhubungan dengan perasaan yakni atau tidak yakin yang dimiliki oleh seseorang terhadap apa yang dijanjikan oleh orang lain.

2.4.2 Kepercayaan Pada Internet

Menurut Ratnasinghsm (2011: 112) menyatakan, walaupun kepercayaan telah didefinisikan, satu definisi yang dianggap paling tepat adalah “bahwa seseorang percaya, dan mau bergantung pada pihak lain, kepercayaan muncul hanya ketika mereka yang terlibat “dipastikan oleh pihak lainnya, mau dan bisa memberikan kewajibannya. Banyak konsumen tidak cukup mempercayai pihak situs, untuk memberikan informasi pribadi mereka, dalam rangka melakukan transaksi pertukaran dengan mereka. Ratnasingham (2010: 113) menyatakan, selain mempercayai layanan situs dengan penggunaan informasi pribadi, juga muncul masalah kepercayaan akaan keamanan internet dan transaksi internet. Aldridge yang dikutip oleh Sularto (2009: 37) menyatakan, keamanan internet berhubungan dengan masalah keamanan umum seperti jaringan, aplikasi, dan

komponen sistem internet. Keamanan sering dianggap sebagai hambatan utama dalam merealisasikan potensi komersil situs. Ancaman tertentu sering ditemukan seperti pencurian data, pencurian layanan, korupsi data, dan virus komputer. Dalam pandangan perhatian konsumen tentang kepercayaan di internet, seharusnya tidak mengejutkan bahwa eksperimen laboratorium terbaru menemukan bahwa orang menganggap belanja di nternet lebih beresiko dibanding belanja melalui katalog cetak.

Menurut Sularto (2009: 25) menyatakan, pentingnya masalah privasi bukanlah satu-satunya hal yang penting dalam perilaku pembelian di internet. Pada kenyataannya, kebanyakan individu membeli melalui internet dikarenakan masalah kepercayaan. Sekitar 86% pengguna internet merasa takut dengan kenyataan bahwa orang lain atau perusahaan yang mereka tidak ketahui akan mendapatkan informasi tentang mereka melalui internet, 70% merasa takut dengan banyaknya hackers yang bisa mengakses nomor kartu kredit mereka, 60%btakut jika orang lain akan membuka informasi pribadi tentang mereka disebabkan karena sesuatu yang dilakukan oleh mereka secara online.

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh para ahli seperti dijelaskan sebelumnya, maka dalam penelitian ini indikator yang digunakan untuk mengukur kepercayaan pada internet terdiri dari: (1) Informasi di internet dapat dipercaya, (2) Informasi yang diperoleh dari internet sanagat berguna, (3) Dengan menggunakan internet dapat memperoleh informasi yang lebih cepat, (4) Keamanan menggunakan internet terjamin, dan (5) Rasa percaya bahwa internet dapat memenuhi kebutuhan dalam transaksi.

Menurut Luarn dan Lin, (2008: 23). Kepercayaan adalah sejumlah keyakinan spesifik terhadap integritas (kejujuran pihak yang dipercaya dan kemampuan menepati janji), benevolence (perhatian dan motivasi yang dipercaya untuk bertindak sesuai dengan kepentingan yang mempercayai mereka atau dengan kata sederhana adalah iktikad baik), competency (kemampuan pihak yang dipercaya untuk melaksanakan kebutuhan yang mempercayai) dan predictability (konsistensi perilaku pihak yang dipercaya). Kepercayaan juga dapat diartikan sebagai persepsi akan kehandalan dari sudut pandang konsumen didasarkan pada pengalaman pribadinya (Costabile, dalam Suhardi, 2008).

Berkaitan dengan niat beli konsumen melalui internet, kepercayaan terhadap internet dapat mempengaruhi niat beli. Semakin tinggi kepercayaan konsumen terhadap penggunaan internet sebagai tempat transaksi, akan semakin tinggi pula niat beli. Demikian pula sebaliknya, apabila kepercayaan terhadap penggunaan internet relatif rendah, akan semakin rendah niat beli melalui internet.

2.5 Pengalaman

Hoffman ddk (2010: 55) menyatakan bahwa pengalaman dengan internet merupakan pertimbangan penting dalam melakukan pembelian secara online. Ia menemukan bahwa perhatian konsumen terhadap pengendalian informasi pribadi ternyata menngkatkan pengalaman akan internet, sebaliknya perhatian pada hambatan fungsional untuk belanja secara online menurun. Fox yang dikutip oleh Sularto (2009: 15) menyatakan, pengguna internet yang belum berpengalaman kurang dari 6 bulan pernah membeli sesuatu melalui internet, dibandingkan dengan

60% mereka yang berpengalaman 3 tahun lebih dalam dunia internet. Sebagai tambahan, pendatang baru lebih takut dengan masalah pencurian kartu kredit (70%) dari pada pengguna internet berpengalaman (46%).

Jika pengalaman akan internet dimasukkan dalam analisa, pernyataannya menjadi apakah pengalaman sesuai dengan model umum Teori Perilaku Terencana (TPT). Ajzen yang dikutip oleh Sularto (2009: 16) menyatakan masalah pengalaman dalam tulisannya tentang Teori Perilaku Terencana (TPT). Dia menyatakan bahwa telah disarankan oleh beberapa orang bahwa perilaku masa lalu seharusnya dimasukkan dalam teori aksi beralasan sebagai variabel independen yang sama dengan sikap dan norma subyektif. Dia menyatakan penguji empiris tenteng Teori Aksi Beralasan (TAB) yang memasukkan hubungan langsung dari perilaku masa lalu dengan perilaku selanjutnya menjelaskan lebih banyak variasi dalam perilaku selanjutnya dari pada model tanpa hubungan langsung tersebut. Ajzen beralasan bahwa satu alasan untuk penemuan tentang perilaku masa lalu adalah TAB tidak memsukkan variabel perceived behavioral control (PBC), dan bahwa PBC memiliki peranan penting dalam

menghubungkan pengaruh masa lalu dengan perilaku selanjutnya.

Ajzen yang dikutip oleh Sularto (2009: 17) menyatakan bahwa “pengalaman masa lalu dengan perilaku adalah sumber paling penting dari informasi kontrol perilaku”. Fungsi pengalaman masa lalu,telah diuji dalam beberapa bidang penelitian sistem informasi manajemen, seperti penelitian tentang selfefficacy dan pelatihan keahlian komputer. Selanjutnya Compeau dan Higgins seperti dikutip oleh Sularto (2009: 18) menemukan bahwa pengalaman masa lalu

sangat berhubungan dengan self efficacy untuk hampir sebagian besar paket perangkat lunak dan pada tampilan saat ini untuk dua paket perangkat lunak yang berbeda. Pengalaman masa lalu dioperasionalkan sebagai nilai kinerja dalam pelatihan hari sebelumnya.

Peranan pengalaman juga telah diteliti dalam literatur SIM dalam bidang penerimaan pengguna, dimana TAB dan TPT telah diterapkan dalam pengembangan Model Karya Davis (dalam Sularto, 2004: 16) yaitu model penerimaan teknologi (MPT). Penelitian penting di masa datang tentang MPT adalah “menentukan nilai dan status komponen pengalaman”. Dalam model MPT aslinya, kemudahan penggunaan disadari dan kegunaan yang disadari dipercaya bahwa sikap yang

diberitahukan pada akhirnya menjadi niat perilaku yang diberitahuan. Versi lanjut dari MPT telah menghilangkan elemen sikap, sehingga keyakinan tentang kemudahan penggunaan dan kegunaan langsung membentuk niat.

Mengacu pada pendapat di atas, maka pengalaman yang dimaksudkan dalam hal ini berkaitan dengan persepsi konsumen terhadap kemudahan penggunaan internet dan persepsi terhadap kegunaan internet itu sendiri. Konsumen yang sudah berpengalaman menggunakan internet akan memiliki penilaian terhadap kemudahan penggunaan dan kegunaan internet.

Davis yang dikutip oleh Ma’ruf (2008: 63) menyatakan, perceived ease of use refers to the degree to which a person believes that using a particular system would be free of effort. (persepsi kemudahan penggunaan didefinisikan sebagai tingkat dimana seseorang percaya bahwa menggunakan sistem tertentu akan bebas dari usaha).

Sedangkan Jogiyanto (2008: 115) menyatakan, persepsi kemudahan penggunaan (perceived ease of use) didefinisikan sebagai sejauh mana seseorang percaya bahwa menggunakan suatu teknologi akan bebas dari usaha. Berdasarkan definisi tersebut dapat dipahami bahwa kemudahan pengguna akan mengurangi usaha (baik waktu dan tenaga) seseorang dalam mempelajari teknologi informasi yang dalam hal ini adalah

teknologi internet. Konstruk kemudahan penggunaan persepsian (perceived ease of use) ini juga merupakan kepercayaan (belief) tentang proses pengambilan keputusan.

Selanjunya Wibowo (2007) menyatakan, persepsi tentang kemudahan penggunaan sebuah teknologi didefinisikan sebagai suatu ukuran dimana seseorang percaya bahwa teknologi informasi dapat dengan mudah dipahami dan digunakan. Beberapa indikator kemudahan penggunaan teknologi informasi, meliputi:

a. Sangat mudah dipelajari b. Mengerjakan dengan mudah apa yang diinginkan oleh

penggunac. Sangat mudah untuk meningkatkan keterampilan

penggunad. Sangat mudah untuk dioperasikan

Kemudian persepsi kebergunaan dapat didefinisikan sebagai “the degree to which a person believes that using a particular system would enhance his or her job performance (persepsi kegunaan adalah tingkat dimana seseorang individu percaya bahwa menggunakan sistem akan memberikan kontribusi untuk mencapai tujuan tertentu yang dalam hal ini adalah meningkatkan kinerjanya (Davis yang dikutip oleh Ma’ruf, 2009: 62). Berdasarkan definisi tersebut diatas dapat

diartikan bahwa manfaat penggunaan internet adalah meningkatkan kinerja penggunanya.

Wibowo (2008) menyatakan persepsi terhadap kebergunaan didefinisikan sebagai suat ukuran dimana penggunaan suatu teknologi dipercaya akan mendatangkan manfaat bagi orang yang menggunakannya. Dimensi tentang kemanfaatan teknologi informasi meliputi:

a. Kegunaan, meliputi dimensi: menjadikan pekerjaan lebih mudah, bermanfaat, menambah produktivitas.

b. Efektifitas, meliputi dimensi: mempertinggi efektivitas, mengembangkan kinerja pekerjaan.

Berdasarkan pada teori-teori yang telah dikemukakan di atas, maka pengalaman menggunakan internet diukur dari persepsi kemudahan menggunakan internet dan persepsi kebergunaan internet. Indikator-inikator dalam pengukuran variabel pengalaman yang disesuaikan dengan kepentinganpenelitian terdiri dari: (1) Manfaat terhadap transaksi, (2) Manfaat terhadap pekerjaan, (3) Manfaat efisiensi waktu, (4) Kemudahan transaksi, (5) Kemudahan penggunaan internet sebagai tempat transaksi, (6) Menu internet tidak membingungkan, (7) Menu internet mudah dipahami dan, (8) Pelyanan 24 jam.

Keterkaitan antara pengalaman dengan niat beli sebagaimana dikemukakan oleh Pan dan Zinkhan (2009: 17) yang menyatakan bahwa pengalaman bebelanja mempengruhi keputusan lokasi pembelanjaan. Semakin berpengalaman konsumen dalam berbelanja di tempat tertentu, membuat keputusan lokasi berbelanja menjadi suatu kebiasaan. Dengan demikian dapat

dinyatakan bahwa pengalaman berbelanja pada tempat/lokasi tertentu akan mempengaruhi keputusan lokasi berbelanja melalui kebisaan bebebalanja. Kebiasaan berbelanja, mempengaruhi tidak hanya keptusan dalam pemilihan toko, tapi juga keputusan frekuensi kunjungan pembelanjaan ke toko yang sama, barang yang akan dibeli, dan jumlah yang akan dibelanjakan. Pengalaman berbelanja tidak hanya memengaruhi keputusan lokasi pembelanjaan secara langsung, tapi juga secara tidak langsung melalui variabel psikografis lainnya.

Dalam kaitannya dengan niat beli melalui internet, Sularto (2009) menyatakan, “pengalaman dengan internet merupakan pertimbangan penting dalam melakukan pembelian secara online. Pengguna internet yang belum berpengalaman biasanya jarang membeli secara online”.

2.6 Penelitian Sebelumnya

Lana Sularto (2009) dalam penelitiannya yang berjudul pengaruh privasi, kepercayaan dan pengalaman terhadap niat beli konsumen melalui internet. Hasil penelitian menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang erat antara privasi, kepercayaan dan pengalaman terhadap niat beli konsumen melalui internet sebesar 0.000.

Suhardi (2006) mengadakan penelitian yang berjudul Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepercayaan dan Loyalitas Nasabarah Perbankan di Surabaya. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa integritas mempengaruhi kepercayaan secara signifikan berhasil dibuktikan dengan nilai critical ratio sebesar 3,443 pada tingkat signifikansi sebesar 0,000. Kredibilitas mempengaruhi kepercayaan secara signifikan berhasil dibuktikan dengan nilai ritical ratio sebesar 3,096 pada

tingkat signifikansi sebesar 0,002. Benevolence akan mempengaruhi kepercayaan berhasil dibuktikan secara signifikan dengan nilai critical ratio sebesar 4,264 pada taraf signifikansi sebesar 0,000. Kepercayaan akan mempengaruhi kesetiaan nasabah juga berhasil dibuktikan dengan nilai critical ratio sebesar 10,468 pada taraf signifikansi 0,000.

Putro dan Widyarini (2008) dalam penelitian yang berjudul analisis hubungan faktor-faktor technology acceptance, trust dan risk pada niat nasabah bank untuk menggunakan internet banking, menyimpulkan sebagai berikut.

1. Pengaruh persepsi kemudahan menggunakan internet banking terhadap niat menggunakan internet tidak signifikan.

2. Hubungan antara persepsi daya guna internet banking terhadap niat nasabah bank untuk menggunakan internet banking adalah positif signifikan.

3. Terdapat pengaruh signifikan antara persepsi kemudahan menggunakan internet banking terhadap persepsi daya guna internet banking.

4. Terdapat pengaruh resiko menggunakan internet banking pada niat untuk menggunakan internet banking.

5. Terdapat pengaruh signifikan antara kepercayaan dalam menggunakan internet banking terhadap niat nasabah menggunakan internet banking.

6. Terdapat pengaruh signifikan antara kepercayaan menggunakan internet banking terhadap resiko menggunakan internet banking.

Tabel II-1

Penelitian Terdahulu

No Nama Peneliti

Judul Penelitian Persamaan Perbedaan

1 Lana Sularto(2009)

Pengaruh privasi, kepercayaan dan pengalaman terhadap niat beli konsumen melalui internet

Variabel independen dan dependen yang digunakan sama

Lokasi penelitian lebih ke umum yaitu masyarakat bukan mahasiswa

2 Suhardi (2006)

Faktor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan dan Loyalitas Nasabah Perbankan di Surabaya

Variabel kepercayaan

Variabel dependen yaitu loyalitas

3 Putro dan Analisis Variabel Variabel

Widyarini (2008)

hubungan faktor-faktor technology acceptance, trust dan risk pada niat nasabah bank untuk menggunakan internet banking

dependen sama

bebas yang digunakan tidak sama

2.7 Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Gambar II-1

Kerangka Pemikiran

Privasi (X1)

Kepercayaan (X2) Niat Beli Konsumen

Pengalaman (X3)

2.5 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pemikiran teoritis dan penelitian sebelumnya yang telah dijelaskan, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah privasi, kepercayaan dan pengalaman berpengaruh signifikan terhadap niat beli masyarakat melalui internet Di Gampong Kuta Alam Kota Banda Aceh.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Objek Penelitian

Sesuai dengan judul penelitian, penelitian in dilaksanakan di Gampong Kuta Alam Kota Banda Aceh. Objek penelitian berhubungan dengan pengaruh privasi, kepercayaan dan pengalaman terhadap niat beli masyarakat melalui internet di Gampong Kuta Alam Kota Banda Aceh

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

3.2.1 Populasi

Menurut Bungi (2008: 99) populasi penelitian merupakan keseluruhan dari penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup dan lainnya, sehingga objek-objek ini dapat menjadi sumber data penelitian. Respon dalam penelitian ini masyarakat yang berada di Gampong Kuta Alam yang berjumlah 1.478 orang.

3.2.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang dijadikan sebagai objek dan sumber data serta informasi dalam penelitian yang dianggap mewakili dari suatau penelitian. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode pengambilan sampel menggunakan teknik accidental sampling sebanyak 100 orang. Menurut Sugiono (2008: 77), Accidental Sampling dalah mengambil responden sebagai sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai

sampel bila orang yang kebetulan ditemui cocok sebagai sumber data. Teknik ni biasanya dilakukan karena keterbatasan waktu, tenaga, dan dana sehingga tidak dapat mengambil sampel yang besar. Keuntungan dari pada teknik ini dalah terletak pada ketepatan peneliti memilih sumber data sesuai denga variabel yang diteliti (Arikunto, 2007).

Menurut Slovin (2012: 135) jumlah pengambilan sampel yaitu:

N1+N ( d )²

Dimana :

N = besar populasi

n = besar sampel

d = tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan 10% (0,10) maka sampel dapat diitung sebagai berikut :

n= N1+N (d )2

¿ 1.4781+1.478 (0,10 )2

= 94.66

= 95

Dari hasil rumus di atas maka pengambilan sampel sebesar 95 masyarakat yang berada di Gampong Kuta Alam Kota Banda Aceh yang mengunakan internet sebagai niat beli masyarakat.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data di dalam membahas permasalahan ini, penulis melakukan serangkaian kegiatan pengumpulan data, melalui :

a. Wawancara

Penulis melakukan wawancara/komunikasi langsung dengan pihak-pihak yang terkait, serta yang ada kaitannya dengan objek penelitian ini dengan mengajukan pertanyaan-pernyataan kepada pihak terkait yang berkaitan dengan objek yang diteliti.

b. Kuisioner

Teknik pengumpulan data melalui kuisioner yaitu dengan menyebarkan sejumlah pertanyaan-pertanyaan dengan format tertentu dan berbagai pilihan didalamnya untuk dijawab oleh responden.

c. Kepustakaan Kegiatan pengumpulan data secara ilmiah dan teoritis yang berhubungan dengan penulisan ini, dengan membaca dan mengutip langsung dari beberapa buku dengan menggunakan pendapat para ahli, agar data dan hasil wawancara serta observasi lebih relevan dengan penelitian yang dilakukan.

3.4 Skala Pengukuran Data

Dari hasil penelitian yang diperoleh melalui penyebaran kuisioner dalam bentuk kualitatif dikomposisikan terlebih dahulu agar menjadi data yang kuantitatif. Menurut Arikunto (2008: 66) nilai kualitatif yang dikomposisikan dilakukan dengan menggunakan skala Likert dengan interval 1-5 dan untuk satu pilihan dinilai (Score) dengan jarak interval 1. Nilai (Score) dari pilihan tersebut antara lain 1, 2, 3, 4, dan 5. Masing-masing nilai dari pilihan tersebut dapat dilihat berikut ini:

Tabel III-2

Skala Pengukuran Data

Sangat Tidak Setuju

Tidak Setuju

Kurang Setuju

Setuju Sangat Setuju

1 2 3 4 5

3.5 Definisi Operasional dan Variabel Penelitian

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah :

No

Variabel

Devinisi Variabel Indikator Interval Skala Item

Dependen VariabelDerajat niat pengguna internet yang berencana melakukan tindakan untuk menggunakan atau tidak menggunakan media internet untuk melakukan proses pembelian suatu produk (Ma’ruf 2008: 65)

Pilihan utama

1-5 Interval

A1

Masa mendatang

1-5 Interval

A2

Niat 1-5 Interval

A3

Motivasi 1-5 Interval

A4

Inependent Variabel1 Privasi Klaim individu untuk

dibiarkan sendiri, bebas dari pengawasan atau intervensi dari individu atau organisasi lain termasuk negara (Laudon dan Laudon, (2008: 159)

Pengendalian

1-5 Interval

B1

Interaksi anonim

1-5 Interval

B2

Jaminan privasi

1-5 Interval

B3

Hubungan sosial

1-5 Interval

B4

kepercayaan

Kompnen dari keberadaan hubungan pelanggan dengan merek (Ferrinadewi, 2009: 20)

Sangat berguna

1-5 Interval

C1

Dapat dipercaya

1-5 Interval

C2

Cepat 1-5 Interval

C3

Kebutuhan 1-5 Interval

C4

Inependent Variabel

3 Pengalaman

Pertimbangan penting dalam melakukan pembelian secara online (Hoffman dkk, 2010: 55)

Mudah diingat

1-5 Interval

D1

Bermanfaat

1-5 Interval

D2

Tidak membingungkan

1-5 Interval

D3

Tersedia 24 jam

1-5 Interval

D4

3.6 Metode Analisis Data

Penelitian ini menggunakan model analisis regresi linear berganda dengan formula sebagai berikut :

Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + e

Dimana :

Y = Niat Beli Konsumen

a = Konstanta

X1 = Pivasi

X2 = Kepercayaan

X3 = Pengalaman

b1, b2, b3, = Koefesien X1, X2, X3

e = Error Term

3.7 Pengujuan Validitas dan Reliabilitas

3.7.1 Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkah-tingkah atau kesalihan suatu instrumen (Arikunto 2008 : 168), suatu instrumen dikatakan valid

jika instrumen tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur. Untuk mengetahui apakah instrumen yang telah disusun, teleh memiliki validitas atau tidak maka akan dilakukan pengujian dengan menggunakan contruct validity, yaitu konsep pengukuran validitas dengan cara menguji apakah suatu instrumen mengukur conrtuct sesuai dengan apa yang diharapakan.

Suatu skala pengukuran dikatakan valid apabila skala tersebut digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sarwono, 2006: 218),penentuan validitas didasarkan atas perbandingan nilai korelasi, produk moment (r tabel). Apabila nilai kolerasi hitung (r hitung) lebih besar dibandingkan dengan (r tabel) pada tingkat keyakinan 95% dapat diartikan bahwa item-item pernyataan tersebut valid.

3.7.2 Uji Rentabilitas

Pengertian reliabilitas pada dasarnya adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Jika hasil pengukuran dilakukan secara berulang relatif sama maka pengukuran tersebut dianggap memiliki tingkat reliabilitas yang baik. Pada dsrnya bukankah alat ukur yang realibel, melainkan datanya karena kita uji adalah data bukan alat ukur, pengertian alat ukur yang realibel berrti bahwa alat ukur tersebut mamu mengungkapkan data yang cukup dapat dipercaya, namun untuk menyingktkan istilah, sering dinyatakan bahwa alat ukur realibel.

Dalam penelitian ini, tolak ukur reliabilitas adalah nilai alpha cronbach yang diperoleh melalui perhitungan statistik. (Malhotra, 2008: 235) menyatakan nilai alpha cronbah minimum yang diterima adalah 0.60. hal ini berarti suatu

kuesioner dinyatakan handal apabila nilai alpa cronbach yang diperoleh berada di atas 0.60.

3.8 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis pada penelitian ini adalah :

Ho:privasi, kepercayaan dan pengalaman tidak berpengaruh signikan terhadap niat beli masyarakat melalui internet di Gampong Kuta Alam Kota Banda Aceh.

Ha:privasi, kepercayaan dan pengalaman berpengaruh signifikan terhadp niat beli masyarakat melalui internet di Gampong Kuta Alam Kota Banda Aceh.

3.8.1 Uji t (Parsial)

Untuk menguji apakah variabel independen berpengaruh secara parsial terhadap variabel dependen digunakan ui t dengan ketentuan apabila nilai thitung > ttabel pada tingkat keyakinan 95% Ha diterima da Ho ditolak. Sebaliknya apabila thitung < ttabel Ho diterima dan Ha ditolak.

3.8.2 Uji F (Serentak)

Untuk menguji tingkat signifikan Variabel bebas (X1, X2, X3) dengan uji F secara bersama-sama (secara serentak) terhadap variabel terikat (Y) dengan ketentuan apabila Fhitung > Ftabel, pada tingkat keyakinan 95% Ha diterima dan Ho ditolak. Apabila Fhitung

< Ftabel, maka hipotesis Ho diterima atau sebaliknya hipotesis Ha ditolak. Untuk mempercepat perhitungan digunakan alat bantu Computer Statistic Package For Social Sciense (SPSS).