Upload
independent
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu target dari MDGs (Milenium Development
Goals) adalah menurunkan angka kematian ibu (AKI) menjadi
125/ 100.000 kelahiran hidup, hal ini dapat diwujudkan
dengan pelayanan kesehatan pada wanita sepanjang
siklus kehidupan yang berkualitas (Anonim, 2009).
Dewasa ini dunia masih menghadapi angka kematian
ibu akibat kehamilan dan persalinan. Menurut WHO 2006
yaitu diperkirakan 529.000 perempuan meninggal tiap
tahunnya oleh sebab-sebab kehamilan, dimana kejadian
komplikasi kehamilan mencakup 75% - 80% dari keseluruhan
maternal dengan angka kejadian preeklampsia di dunia
sebesar 0-13%. Dan 99% dari kematian ini terjadi di
Negara berkembang, dan frekuensi Negara maju angka
tersebut lebih kecil 0,5%-1,0% (Ridwan, 2008).
Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia, Angka
Kematian Ibu (AKI) di Indonesia tahun 2004 adalah
307/100.000 kelahiran hidup, sedangkan Angka Kematian
Bayi (AKB) 35/1000 kelahiran hidup. Data ini menyebutkan
penyebab angka kematian ibu (AKI) diantaranya: perdarahan
28%, eklampsia 13%, infeksi 10%, aborsi 11%, partus lama
9%, dan penyebab lainnya15% (WHO, 2007).
Tahun 2005 Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia
adalah 262/100.000 kelahiran hidup, sedangkan tahun 2006
Angka Kematian Ibu (AKI) adalah 253/100.000 kelahiran
hidup. Angka preeklamsia di Indonesia nampak bervariasi,
di Rumah Sakit Pendidikan Indonesia terdapat 3,4% - 8,5%
kejadian, di Rumah Sakit Pendidikan Makassar 3,45%, angka
kematian akibatnya 22,2%, di Rumah Sakit Umum Tarakan
Kalimantan Timur frekuensi preeklamsia eklamsia 3,26%
110 kasus dari 3370 persalinan berdasarkan hasil
disertasi Siti Candra 2007 (Yayan, 2008).
Untuk Rumah Sakit Ibu dan Anak Siti Fatimah tahun
2005 didapatkan 132 kasus preeklamsia dari 2005 kunjungan
ibu hamil (hasil penelitian Hasnawati Nukuhaly).
Sedangkan menurut Ventura (2000) di temukan kejadian
preeklampsia sebesar 146.320 kasus (3,7%) diantara semua
kehamilan (Cunningham 2005).
Berdasarkan profil kesehatan Sulawesi Tenggara tahun
2006 angka kematian ibu (AKI) sebanyak 53 orang, penyebab
langsung yang berkaitan dengan kematian ibu diantaranya:
perdarahan 23 orang (50,94%), infeksi 4 orang
(7,55%),eklamsia 14 orang (26,42%) dan penyebab lain 8
orang (15,09%). (Profil Dinas Kesehatan Sulawesi
Tenggara, 2006 ).
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna merupakan
Rumah Sakit Umum tingkat Kabupaten dengan jumlah
penderita preeklamsia semakin meningkat. Berdasarkan data
yang diperoleh dari bagian Medikal Rekord Rumah Sakit Umum
Daerah Kabupaten Muna tahun 2006 didapatkan 26 kasus
(7,1%) preeklamsia dari 366 kunjungan ibu hamil, tahun
2007 didapatkan 35 kasus (8,4%) preeklamsia dari 412
kunjungan ibu hamil, dan untuk tahun 2008 didapatkan 43
kasus (10,1%) preeklamsia dari 423 kunjungan ibu hamil
Preeklamsia adalah adanya peningkatan tekanan darah
dengan sistolik 140 mmHg dan diastolik 90 mmHg disertai
dengan protein uria yang mana faktor yang mempengaruhinya
diantaranya gravida, umur ibu, frekuensi pelayanan ante
natal, diet kalsium, dan kehamilan dengan molahidatidosa.
Gravida pertama risiko untuk mengalami preeklamsia lebih
tinggi. Faktor lain yang dapat mempengaruhi preeklampsia
adalah umur ibu yang terlalu muda atau terlalu tua. Untuk
usia ibu hamil yang baik adalah minimal 20 tahun dan
maksimal 35 tahun.. Frekuensi pemeriksaan antenatal juga
merupakan salah satu penyebab utama preeklampsia dan
lebih tinggi pada antenatal yang tidak teratur
(Cunningham 2005).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kasus
preeklamsia mengalami peningkatan dari 6% tahun 2006,
8,4% tahun 2007 menjadi 9,7% pada tahun 2008. Berdasarkan
kesimpulan tersebut penulis tertarik untuk meneliti
karakteristik ibu penderita preeklamsia di Rumah Sakit
Umum Daerah Kabupaten Muna tahun 2008.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka
dapat dibuat rumusan masalah yaitu bagaimana
karakteristik ibu penderita preeklamsia menurut umur ibu,
gravida dan frekuensi antenatal care di Rumah Sakit Umum
Daerah Kabupaten Muna tahun 2008?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui karakteristik ibu penderita
preeklamsia di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna
tahun 2008
2. Tujuan Khusus
a. Untuk memperoleh gambaran menurut umur ibu penderita
preeklamsia di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna
tahun 2008
b. Untuk memperoleh gambaran menurut gravida ibu
penderita preeklamsia di Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Muna tahun 2008
c. Untuk memperoleh gambaran frekuensi antenatal care ibu
penderita preeklamsia di Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Muna tahun 2008
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat praktis
Dalam penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan
untuk menangani dan mencegah kasus- kasus preeklampsia.
2. Manfaat institusi
Sebagai masukan dan informasi bagi pemerintah dalam
mewujudkan peningkatan derajat kesehatan ibu dan anak
yang optimal.
3. Manfaat ilmiah
Memperluas wawasan dan menambah pengetahuan tentang
preeklampsia serta dijadikan referensi bagi peneliti
selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Konsep Dasar Preeklamsia
a. Pengertian
Preeklamsia adalah keadaan dimana tekanan darah
meninggi disertai adanya protein dalam urine, pada
kehamilan setelah 20 minggu atau segera setelah
persalinan (Varney, 2007)
b. Etiologi
Penyebab preeklampsia dan eklampsia sampai
sekarang ini belum diketahui secara pasti. Ada
beberapa teori mencoba menjelaskan perkiraan etiologi
dari kelainan tersebut diatas, sehingga kelainan ini
sering dikenal sebagai The diseases theory. Adapun teori
tersebut antara lain :
1) Peran prostasiklin dan tromboksan
Pada preeklampsia - eklampsia didapatkan kerusakan
pada endotel vaskuler, sehingga terjadi penurunan
produksi prostasiklin (PGI 2) yang fibrinolisis,
yang kemudian akan diganti trombin dan plasmin.
Trombin akan mengkonsumsi antitrombin III sehingga
terjadi deposit thrombin. Aktivitas trombosit
menyebabkan pelepasan tromboksan (TxA2) dan
serotonin, sehingga terjadi vasopasme dan kerusakan
endotel.
2) Peran faktor imunologis
Preeklamsia eklamsia sering terjadi pada kehamilan
pertama dan kadang timbul lagi pada kehamilan
berikutnya. Fierlie FM (1982) mendapatkan beberapa
data yang mendukung adanya sistem imun pada
penderita preeklamsia eklamsia :
a) Beberapa wanita dengan preeklamsia dan
eklamsia mempunyai kompleks imun pada serum
b) Beberapa studi juga mendapatkan adanya
aktivitas sistim komplemen pada preeklampsia –
eklampsia diikuti dengan proteinuri. Imun Humeral
dan aktivasi komplemen terjadi pada PE – E,
tetapi tidak ada bukti bahwa sistem imunologi
bisa menyebabkan preeklamsia – eklamsia.
3) Peran faktor genetik
Beberapa bukti yang menunjukan peran faktor genetik
pada kejadian preeklamsia – eklamsia antara lain
:
a) Preeklamsia hanya terjadi pada manusia.
b) Terdapatnya kecenderungan meningkatnya
frekuensi preeklampsia eklampsia pada anak-anak
dari ibu yang menderita preeklamsia eklamsia.
(Manuaba I.B.G, 2001),
c. Patofisiologi
Patofisiologi preeklamsia adalah adanya kegagalan
migrasi trofoblas interstitial sel dan endothelial
trofoblas kedalam arterioli miometrium, dibawah
pengaruh faktor imunologis, kebutuhan darah, nutrisi
O2 tidak terpenuhi setelah umur kehamilan 20 minggu,
sehingga terjadi iskemia regioplasenter, maka timbul
perubahan yaitu bahan toksik meningkat, aktifitas
endotelin meningkat. Dengan adanya peningkatan
tersebut permibialitas kapiler pun ikut meningkat,
sehingga dapat menyebabkan iskemia organ vital,
edema, nekrosis, dan perdarahan yang dapat
menimbulkan gangguan fungsi khususnya darahnya yaitu
mengalami hemokonsentrasi (peningkatan eritrosit) dan
hipovolumia (penurunan volume darah) maka terjadilah
preeklamsia/ eklamsia (Manuaba, 2007).
d. Klasifikasi
1) Preeklamsia ringan.
Gejala preeklamsia ringan
a) Tekanan darah 140/90 mmHg atau kenaikan tekanan
sistolik 30 mmHg atau 15 mmHg untuk diastolik
dengan interval pengukuran 6 jam.
b) Terdapat pengeluaran protein dalam urine 0,3
gram/liter atau kuantitatif + sampai ++
2) Preeklampsia berat
Gejala preeklampsia berat
a) Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg atau
diastolik ≥ 110 mmHg.
b) Proteinurine > 2,0 gram
dalam 24 jam (dengan reagen ++ atau +++ muncul
pertama kali selama kehamilan dan menurun setelah
persalinan.
c) Peningkatan nilai serum
kreatinin (> 1,2 mg/dl kecuali jika peningkatan
telah diketahui sebelumnya).
d) Jumlah trombosit < 100.000
sel per mm3.
e) Peningkatan aktivitas
enzim hati (alanin aminotransferase, aspirat
aminotransferase atau keduanya).
f) Gejala gangguan saraf :
nyeri kepala menetap, gangguan penglihatan.
g) Nyeri uluhati yang
menetap.
h) Oliguria, 400 ml dalam 24
jam (Varney, 2007)
3) Eklamsia
Eklampsia merupakan kelanjutan dari preeklampsia
berat ditambah dengan konvulsi dan kesadaran turun
sampai koma (Manuaba 2007 hal 415)
Dengan diagnose banding:
a) Kejang, bisa disebabkan
ensefalopati hipertensi, epilepsi, tromboemboli,
intoksikasi obat, trauma hipoglikemia,
hipokalsemia atau alkalosis.
b)Koma, bisa disebabkan oleh epilepsy, intoksikasi
alkohol atau obat, asidosis, hipoglikemia atau
azotemia (Mansyoer, 2007).
e. Diagnosa preeklamsia
Dua hal penting yang menjadi pedoman dalam
mendiagnosis preeklamsia yaitu hipertensi pada
kehamilan dan proteuinuria
1) Hipertensi
Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan
tekanan sistolik dan diastolik sampai mencapai
atau melebihi 140/90 mmHg, jika tekanan darah ibu
pada trimester pertama diketahui maka angka
tersebut dipakai sebagai patokan dasar ibu, atau
hipertensi merupakan kenaikan nilai tekanan
sistolik sebesar 30 mmHg atau lebih atau kenaikan
tekanan darah dasar ibu. Sedangkan hipertensi
menurut ACOG yaitu suatu peningkatan MAP sebesar
20 mmHg atau jika tekanan darah sebelumnya tidak
diketahui, MAP sebesar 105 mmHg merupakan data
pasti diagnosis hipertensi. Terjadinya hipertensi
karena penurunan pervusi jaringan uteroplasenta
akan menyebabkan proses lanjut pada lapisan
endotel pembuluh darah arteri yang pada akhirnya
mengakibatkan peningkatan tekanan darah (Jensen
Bobak)
2) Proteinuria
Proteinuria adalah keadaan terdapatnya 300 mg atau
lebih protein dalam urine selama 24 jam atau 100
mg atau lebih perdL pada sekurang-kurangnya dua
sampel urine yang diambil dengan selang waktu enam
jam. Protein uria terjadi karena aktivitas endotel
berefek pada kebocoran kebocoran kapiler yang mana
filtrasi glomerulus mengalami penurunan yang
akhirnya tidak bisa menyaring protein yang
molekulnya besar- besar seperti hemoglobin,
globulin, sedangkan molekul kecil hanya mampu di
absorpsi maka terjadilah protein uria (Cunningham
2005).
f. Komplikasi
1) Solusio plasenta
Suplai darah plasenta menurun karena vasokontriksi
sehingga timbul lesi yang pada akhirnya plasenta
mudah terlepas.
2) Hemolisis
Adanya perubahan pada membran lipid eritrosit
plasma dan menurunnya konsentrasi albumin serum.
3) Perdarahan otak
Dengan pecahnya aneurisma beri atau malformasi
arteri vena pada preeklampsia .
4) Kelainan mata
Vasospasme, iskemia, dan perdarahan petekie pada
kortek oksipital dan juga adanya vasospasme
arteriol serta edema pada retina.
5) Edema paru- paru
Tekanan onkotik plasma menurun, albumin serum
berkurang, dan karena adanya kerusakan endothelial,
vasospasme arterial yang menyebabkan permeabilitas
kapiler yang menurunkan volume intravaskuler,
pneumonitis aspirasi setelah terisapnya isi lambung
bila kejang dibarengi dengan muntah- muntah.
6) Nekrosis hati
Kelambatan ekskresi bromosulfof talein dan
peningkatan kadar enzim aspartat aminotransferase
dalam serum dan adanya peningkatan kadar enzim
hepar dalam serum.
7) Sindrom HELLP
Adanya vasospasme arteriol, kerusakan endothelium
dan agregasi trombosit dengan akibat hipoksia
jaringan.
8) Kelainan ginjal
Penurunan filtrasi glomerulus akibat penurunan
volume plasma yang berkaitan dengan menurunnya
ekskresi kalsium kedalam urin karena peningkatan
reabsorpsi tubuler
9) Komplikasi lain lidah
tergigit, trauma dan fraktura‘ karena jatuh akibat
kejang-kejang pneumonia aspirasi
10) Prematuritas, dismaturitas dan kematian janin
intra-uterin
Adanya gangguan sirkulasi uteroplasenta, karena
terjadi penurunan suplai darah yang mengandung
suplai oksigen dan nutrisi kejanin (wiknjosastro
2006).
g. Pencegahan
1) Pemeriksaan antenatal yang
teratur dan bermutu secara teliti, mengenali tanda-
tanda sedini mungkin (preeklamsia ringan), lalu
diberikan pengobatan yang cukup supaya penyakit
tidak menjadi lebih berat.
2) Harus selalu waspada
terhadap kemungkinan terjadinya pre eklampsia.
3) Penerangan tentang manfaat
istirahat dan diet berguna dalam pencegahan.
Istirahat tidak selalu berarti berbaring di tempat
tidur, namun pekerjaan sehari-hari perlu dikurangi,
dan dianjurkan lebih banyak duduk dan berbaring.
Diet tinggi protein, dan rendah lemak, karbohidrat
dan penambahan berat badan yang tidak berlebihan
perlu dianjurkan.
4) Mencari pada tiap
pemeriksaan tanda-tanda preeklampsia dan
mengobatinya segera apabila ditemukan.
5) Mengakhiri kehamilan
sedapat-dapatnya pada kehamilan 37 minggu keatas
apabila setelah dirawat tanda-tanda preeklampsia
tidak juga dapat dihilangkan (Manuaba 1998).
h) Penanganan preeklamsia
1) Pada kehamilan
Jika preeklamsia ringan pada kehamilan < 37 minggu,
dan tidak ada tanda-tanda perbaikan, lakukan
penilaian 2 kali seminggu secara rawat jalan dengan
cara memantau tekanan darah, proteinurine, refleks
dan kondisi janin, menganjurkan lebih banyak
istrahat Jika rawat jalan tidak mungkin, rawat
Rumah Sakit dengan seksio sesarea . dan jika pada
preeklamsia berat jika tekanan diastolik tetap >
110 mmHg, berikan obat antihipertensi sampai
tekanan diastolik diantara 90 – 100 mmHg, pasang
infus dengan jarum besar ukur keseimbangan cairan,
jangan sampai terjadi overload cairan kateterisasi
urine untuk memantau pengeluaran urine dan
proteinuria, jika jumlah urine < 30 ml per jam :
hentikan magnesium sulfat (MgSO4) dan berikan
cairan I.V (NaCl 0,9% atau RL) pada kecepatan 1
liter per 8 jam, jangan tinggalkan pasien
sendiriann karena kejang disertai aspirasi muntah
dapat mengakibatkan kematian ibu dan janin (Manuaba
1998).
2) pada persalinan :
a)Pada preeklamsia berat, persalinan harus
terjadi dalam 24 jam, sedang pada eklamsia
dalam 12 jam sejak gejala eklamsia timbul.
b)Jika terdapat gawat janin, atau persalinan
tidak dapat terjadi dalam 12 jam (pada pre
eklamsia), lakukan seksio cesarea.
c)Jika seksio cesarea akan dilakukan, perhatikan
bahwa : tidak terdapat koagulapati, anestesia
yang/ terpilih adalah anestesia umum, jangan
lakukan anestesi local, sedang anestesi spinal
berhubungan dengan risiko hipotensi
d)Jika anestesi yang umum tidak tersedia, atau
janin mati, aterm terlalu kecil lakukan
persalinan pervaginam, jika seviks matang,
lakukan induksi dengan oksitosin 2-5 IU dalam
500 ml dekstrose 10 tetes/menit atau dengan
prostaglandin (wiknjosastro, 2006).
3) pada post partum :
Antikonvulsan diteruskan sampai 24 jam post
partum atau kejang yang terakhir kemudian
teruskan terapi hipertensi jika tekanan diastolik
90 mmHg dan lakukan pemantauan jumlah urine
(Saifuddin 2002).
4) Penanganan kejang pada eklamsia
a) Beri obat antikonvulsan.
b) Perlengkapan untuk penanganan kejang (jalan
napas, sedotan, masker dan balon, oksigen).
c) Beri oksigen 4 – 6 liter per menit.
d) Lindungi pasien dari kemungkinan trauma,
tetapi jangan diikat terlalu keras.
e) Baringkan pasien pada sisi kiri untuk
mengurangi risiko aspirasi.
f) Setelah kejang, aspirasi mulut dan
tenggorokan jika perlu.
g) Dengan memberikan MgSO4 dengan:
(1) Dosis awal
MgSO4 4 gr I.V sebagai larutan 20% selama 5
menit, segera dilanjutkan dengan pemberian
10 gr larutan MgSO4 50% masing-masing 5 gr
boka-boki I.M dalam, ditambah 1 ml
lignokain 2%, jika kejang berulang setelah
15 menit berikan MgSO4 2 gr (larutan 50%)
I.V selama 5 menit.
(2)Dosis pemeliharaan
MgSO4 1-2 gr per jam per infus, lanjutkan
pemberian MgSO4 sampai 24 jam pasca
persalinan atau kejang berakhir, dengan
syarat pemberiannya yaitu produksi urine
dalam 4 jam terakhir minimal 100 ml (25-
30 ml/jam), refleks patella (+), frekuensi
napas 16 kali/menit, tersedia antidotum
yakni glukonas calcicus (Achidat, 2004)
2. Faktor yang berhubungan dengan preeklamsia
a. Umur
Umur adalah lama waktu hidup,ada sejak dilahirkan
atau diadakan (Kamus Bahasa Indonesia 2007). Umur ibu
pada saat hamil merupakan salah satu faktor yang
menentukan tingkat risiko kehamilan dan persalinan.
Pada umur < 20 tahun keadaan disebabkan belum
matangnya alat reproduksi untuk hamil, sehingga dapat
merugikan kesehatan ibu maupun pertumbuhan janin.
keadaan reproduksi yang belum siap hamil
meningkaatkan terjadinya preeklamsia (Manuaba 1998).
Umur > 35 tahun mempunyai risiko tiga kali untuk
mengalami komplikasi, seperti pada kehamilan dan
persalinan yaitu preeklamsia keadaan ini disebabkan
karena proses faal dalam tubuh telah mengalami
kemunduran sehingga rahim dan peredaraan darah telah
mengalami pengapuran (Cunningham 2005).
b. Gravida
Gravida adalah jumlah kehamilan yang pernah
dialami oleh ibu (Kamus Dorland 2007). Insiden
preeklamsia 7- 12% terjadi pada primigravida,
sedangkan untuk multigravida insiden preeklampsia 5-
8%. Hal ini pada primigravida disebabkan karena baru
pertama kali terpajan vili korialis. Dimana vili
korialis mengandung desidua yang banyak sel dan
apabila diaktifkan banyak mengeluarkan zat yang
merugikan yang mana zat- zat itu sebagai mediator
untuk memicu cedera sel endotel akibat cedera itu
bisa terjadi preeklampsia. Dan kemampuan untuk
menerima vili korialis terbatas karena belum pernah
dibentuk antibodi sebelumnya yang diakibatkan
kehamilan itu sendiri. Sedangkan pada multigravida
sudah ada pembentukan antibodi sebelumnya, sehingga
risiko untuk preeklampsia lebih rendah dibandingkan
pada primigravida (Cunningham 2005).
c. Frekuensi Antenatal Care
Peranan pemanfaatan pelayanan pemeriksaan antenatal
care terhadap hasil akhir persalinan adalah memberikan
pelayanan kesehatan pada ibu-ibu hamil yang bertujuan
meningkatkan pelayanan selama kehamilan dan untuk
mempersiapkan ibu-ibu menghadapi persalinannya. Bila
pemanfaatan antenatal dilaksanakan sesuai yang
diharapkan maka faktor risiko atau penyulit selama
kehamilan dan persalinan dapat dihindari, sebaliknya
bila pemanfaatan pelayanan tidak memadai atau sesuai
dengan yang diharapkan kemungkinan terjadi penyulit
persalinan, komplikasi sampai dengan kematian ibu dan
bayi. Setiap wanita hamil menghadapi risiko
komplikasi yang bisa mengancam jiwanya, oleh karena
itu setiap wanita hamil memerlukan sedikitnya empat
kali kunjungan selama periode antenatal, karena
frekuensi preeklamsia lebih rendah pada umumnya pada
pengawasan antenatal yang baik (Wiknjosastro 2005).
Pelayanan pemeriksaan ibu hamil adalah pelayanan
kesehatan oleh tenaga profesional kepada ibu selama
masa kehamilannya yang dilaksanakan sesuai dengan
standar pelayanan antenatal. Sedangkan pemanfaatan
pelayanan antenatal adalah dimanfaatkannya pelayanan
antenatal oleh ibu hamil selama masa kehamilannya
dengan melakukan kunjungan selama ibu hamil
membutuhkannya. Kunjungan ibu hamil adalah kontak ibu
hamil dengan bidan atau Dokter untuk mendapatkan
pelayanan antenatal sesuai standar yang ditetapkan.
Setiap kontak antara ibu hamil dengan tenaga
kesehatan baik di fasilitas pelayanan kesehatan
seperti Rumah Sakit, Puskesmas, Posyandu, Polindes
maupun kunjungan rumah untuk mendapatkan pelayanan
antenatal yang dianggap sebagai kunjungan ibu hamil.
Kunjungan ibu hamil pada bidan atau dokter minimal 4
kali kunjungan atau setiap kali membutuhkannya
(Saifuddin 2002).
Pemeriksaan antenatal merupakan cara penting untuk
memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil normal
dan mendeteksi ibu dengan kehamilan normal. Walaupun
pelayanan pemeriksaan ibu hamil mencakup selengkapnya
banyak hal yang meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik
(umum dan kebidanan), pemeriksaan laboratorium atas
indikasi, serta intervensi dasar dan khusus (sesuai
risiko yang ada) namun dalam penerapan operasionalnya
dikenal standar minimal 7T untuk pelayanan antenatal
terdiri dari :
1) Timbang berat badan
2) Ukur Tekanan darah
3) Ukur Tinggi fundus uteri
4) Tablet Zat besi 90 tablet
5) Pemberian imunisasi (Tetanus Toksoid) TT lengkap
6) Tes terhadap penyakit menular seksual
7. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan
(Saifuddin, 2006).
B. Landasan Teori
Preeklamsia adalah timbulnya hipertensi disertai
proteinuria akibat kehamilan, setelah umur kehamilan 20
minggu atau segera setelah persalinan. Komplikasi
kehamilan seperti preeklamsia dapat mempengaruhi
pertumbuhan janin yang sedang dikandungnya bahkan dapat
menyebabkan kematian ibu dan janin (Saifuddin, 2006).
Terjadinya preeklamsia tidak terlepas dari keadaan
ibu sebelum dan selama hamil ini terjadi karena
dipengaruhi beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut dapat
berupa keadaan ibu seperti gravida, umur ibu, dan
frekuensi pemeriksaan antenatal (Jensen 2004)
Umur ibu mempunyai pengaruh yang erat dengan
perkembangan alat reproduksi. Umur reproduksi sehat pada
saat melahirkan pertama kali adalah minimal 20 tahun dan
maksimal 35 tahun. Lebih dari itu ibu berisiko pada saat
hamil maupun melahirkan terutama berisiko untuk mengalami
berbagai gangguan seperti kejadian preeklamsia (Varney,
2007).
Gravida diartikan sebagai jumlah kehamilan yang
dialami oleh seorang ibu, dengan demikian gravida
merupakan faktor risiko terjadinya preeklampsia hal ini
didukung oleh teori bahwa patogenesis preeklampsia
terjadi karena maladaptasi sirkulasi (Manuaba 1998).
Pemeriksaan antenatal care adalah pemeriksaan yang
dilakukan untuk mengetahui kondisi janin selama masa
kehamilan. Pada ibu yang frekuensi kunjungan ke pelayanan
kesehatan lebih teratur atau setiap kali membutuhkan
nampak bahwa risiko untuk mengalami kejadian preeklampsia
lebih sedikit. Pelayanan antenatal yang baik, bila ibu
hamil mendapatkan pelayananan minimal 4 kali selama
kehamilannya (Wiknjosastro, 2006).
C. Kerangka Konsep
V Independen
V Dependen
Gravida
Umur
Preeklamsia
Gambar 1 : Kerangka Konsep Penelitian
Keterangan
: Varia : Variabel independen / diteliti
: Variabel dependen / terikat
D. Pertanyaan Penelitian
Bagaimana gambaran tingkat kejadian menurut umur, paritas
dan frekuensi ANC pada ibu penderita preeklamsia di Rumah
Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna tahun 2008?
BAB III
METODE PENELITIAN
Frekuensi ANC
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif
yaitu menggambarkan fakta yang ada secara objektif.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini rencana akan dilaksanakan pada bulan April
2009 di Rumah Sakit Umum Daerah kabupaten Muna
C. Subjek Penelitian
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil
yang mengalami preeklamsia di Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Muna tahun 2008 sebanyak 43 orang
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil yang
mengalami preeklamsia berdasarkan diagnosa dokter yang
tercatat dalam buku register Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Muna tahun 2008
3. Tehknik pengambilan sampel
Sampel diambil secara total sampling, yaitu sejumlah
sampel yang ada yang mengalami preeklamsia pada tahun
2008 sejumlah 43 orang
D. Identifikasi Variabel Penelitian
1. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah
preeklamsia
2. Variabel independen dalam penelitian ini adalah umur,
paritas dan frekuensi antenatal care
E. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif
1. Preeklamsia
Preeklamsia yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
tekanan darah sistolik > 140 mmHg dan diastolik > 90
mmHg disertai proteinuria, sakit kepala, dan nyeri
uluhati yang tertulis dalam register ibu.
Kriteria objektif :
a. Preeklamsia : jika terdapat tekanan darah
sistolik > 140 mmHg dan diastolik > 90 mmHg
disertai proteinuria dan gejala lainnya tentang
preeklampsia.
b. Tidak preeklampsia : jika tidak sesuai dengan
kriteria diatas.
2. Umur
Umur ibu dalam penelitian ini adalah umur ibu saat
mengalami preeklamsia yang tercatat dalam status ibu
Kriteria objektif :
a. Umur < 20 tahun atau > 35
b. Umur 20-35 tahun
3. Gravida
Gravida yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
frekuensi kehamilan yang pernah dialami oleh ibu yang
diperoleh dari kohort atau status ibu berdasarkan
gravida, para dan abortus pada saat ibu didiagnosis
preeklamsia.
Kriteria objektif :
a Gravida 1 kali
b: Gravida > 1 kali
4. Frekuensi antenatal care
Frekuensi antenatal care adalah frekuensi pemeriksaan yang
dialami oleh ibu hamil dari tenaga kesehatan (bidan
atau dokter)
Kriteria objektif :
a. Frekuensi antenatal care < 4 kali selama hamil
b. Frekuensi antenatal care > 4 kali selama hamil
F. Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder yang diperoleh dari medical record Rumah Sakit
Umum Daerah Kabupaten Muna tahun 2008
G. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah
menggunakan chek list dengan mengambil data dari rekam
medik berdasarkan variabel yang diteliti
H. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan secara manual dengan
menggunakan kalkulator dan hasilnya disajikan dalam
bentuk tabel distribusi
I. Analisis Data
Análisis yang digunakan adalah analisis deskriptif
dilakukan untuk mendapatkan gambaran umum dengan cara
mendiskripsikan tiap-tiap variabel yang digunakan dalam
penelitian yaitu dengan melihat gambaran distribusi
frekuensi baik variabel idependen maupun variabel
dependen dengan Rumus:
X = fn x 100%
X = frekuensi distribusi
f = frekuensi
n = jumlah sampel
J. Rencana Penelitian
No Kegiatan April Mei Juni1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pembuatan
proposal
√2 Seminar proposal √3 Perbaikan
proposal
√4 Pelaksanaan
penelitian
√ √5 Pengolahan data √6 Analisis data √7 Pembuatan narasi √8 Ujian KTI √
9 Perbaikan KTI √
DAFTAR PUSTAKA
Anonim http://gusedy.blogspot.com upaya menurunkan angkakesakitan dan angka kematian ibu penderitapreeklampsia Diakses tanggal, 20 Pebruari 2009
Arikunto Suharsimi, 2005. Manajemen Penelitian. Rineka
cipta, Jakarta
Bobak Jensen, 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. EGC,
Jakarta.
Cunningham, 2005. Williams Obstetrics. EGC, Jakarta.
Hidayat Aziz Alimudin. 2007. Metode Penelitian TeknikAnalisa Data. Salemba medika, Jakarta
Mochtar Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri Fisiologi,ObstetriPatologi,EGC, Jakarta.
Manuaba Ida Bagus Gde.1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungandan Keluarga berencana Untuk Pendidikan Bidan. EGC, Jakarta.
Manuaba Ida Bagus Gde. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanan RutinObstetri ginekologi dan Keluarga Berencana. EGC, Jakarta
Manuaba I.B.G, 2001. Pengantar Kuliah Obstetri. EGC, Jakarta
Mansjoer, 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta
Profil Kesehatan Sulawesi Tenggara 2007
Pustaka phonix, 2007. Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta
Ridwan http://209.85.175.104/search?q=cacheDiakses
tanggal,28 Februari 2008
Saifuddin, 2001. Acuan Nasional pelayanan KesehatanMaternNeonatal. POGI, Jakarta
Saifuddin, 2002. Panduan Praktis Pelayanan kesehatan Maternal DanNeonatal. POGI, Jakarta.
Sastroasmoro sugiono. 2002. Dasar- dasar metode penelitian klinis. CVsagung ceto, Jakarta.
Varney Helen, 2007. Buku Ajar Asuhan kebidanan. EGC, Jakarta
Wiknjosasatro, (2002). Panduan Praktis Pelayanan Maternal danNeonatal, Penerbit Yayasan Bina Pustaka SarwonoPrawirohardjo. Jakarta
............., (2006). Ilmu Kebidanan. Edisi VI, PenerbitYayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta
DAFTAR CHEK LIST PENELITIAN
KARAKTERISTIK IBU PENDERITA PREEKLAMSIA
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
KABUPATEN MUNA
TAHUN 2008
No Nama ibu
Umur ibu (thn)Gravidit
as
Frekuensi
ANC
< 20 &
>35
20-
35< 2
≥
2
< 4
kali
≥ 4
kali
1.234567891011121314151617181920
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL…………………………………………………. i
DAFTAR ISI ………………………………………………………... ii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……………………………………….
1
B. Rumusan Masalah …………………………………..
4
C. Tujuan Penelitian…………………………………….
4
D. Manfaat Penelitian…………………………………..
5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. TINJAUAN TENTANG PREEKLAMPSIA…………...
6
1. Pengertian………………………………………….. 6
2. Etiologi………………………………………………. 6
3. Patofisiologi……………………………………… .
8
4. Klasifikasi…………………………………………..
9
5. Eklampsia…………………………………………. 10
6. Diagnosis…………………………………………. 10
7. Komplikasi………………………………………… 12
8. Pencegahan……………………………………... 13
9. Penanganan…………………………………….. 14
B. Tinjauan Tentang Variabel yang diteliti…………
19
C. Varibel yang tidak diteliti…………………………….
23
BAB III. KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pemikiran Variabel yang diteliti…………..
25
B. Kerangka Konseptual……………………………...
27
C. Definisi Operasional dan kriteria Objektif……....
28
1. Preeklampsia……………………………………. 28
2. Gravida………………………………………...... 28
3. Umur…………………………………………….. 29
4. Frekuensi Antenatal………………………….
29
D. Fokus Penelitian…………………………………… 29
BAB IV. METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Design Penelitian…………………….
30
B. Lokasi dan waktu Penelitian……………………
31
C. Populasi dan sampel……………………………. 31
1. Populasi……………………………………......
31
2. Sampel………………………………………..... 31