Upload
stikesborromeus
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut WHO sehat adalah keadaan secara jasmani, mental
sosial dan bukan hanya suatu keadaan bebas dari
penyakit, cacat dan kelemahan. Menurut UU No 23/1992
tentang kesehatan. Sehat adalah sejahtera dari badan
(jasmani), jiwa (rohani) dan sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup secara sosial dan ekonomi. Pembangunan
kesehatan pada hakekatnya adalah mengutamakan dalam
mencapai kemampuan dan hidup sehat bagi setiap penduduk
agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang
optimal kesehatan mencakup selurunh kehidupan aspek
manusia baik kesehatan fisik dan mental. Kesehatan adalah
sesuatu yang sudah biasa, hanya dipikirkan bila sakit
atau ketika gangguan kesehatan mengganggu aktivitas
sehari-hari seseorang. Sehat berarti kekuatan dan
ketahanan, mempunyai daya tahan terhadap penyakit,
mengalahkan stres dan kelesuan. menurut UU No. 36 tahun
2009 tentang kesehatan,“kesehatan adalah keadaan sehat,
baik secara fisik, mental, spiritual maupun social yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara
social dan ekonomi” ( dikutip dari UU Kesehatan No. 36
tahun 2009).
Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah
kesehatan utama di negara-negara maju. Meskipun masalah
kesehatan jiwa tidak dianggap sebagai gangguan yang
menyebabkan kematian secara langsung, Namun gangguan
tersebut dapat menimbulkan ketidakmampuan individu dalam
berkarya serta ketidaktepatan individu dalam berperilaku
yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat
menghambat pembangunan karena mereka tidak produktif
(Hawari,2000).
Manusia bereaksi secara keseluruhan, secara
holistik, atau dapat dikatakan juga, secara somato-psiko-
sosial. Gangguan jiwa artinya bahwa yang menonjol ialah
gejala-gejala yang patologik dari unsur psikis. Hal ini
tidak berarti bahwa unsur yang lain tidak terganggu. Hal-
hal yang dapat mempengaruhi perilaku manusia ialah
keturunan, usia dan Jenis Kelamin, keadaan fisik, keadaan
psikologik, keluarga, adat-istiadat, kebudayaan dan
kepercayaan, pekerjaan, pernikahan dan kehamilan,
kehilangan dan kematian orang yang dicintai, agresi, rasa
permusuhan, hubungan antar manusia, dan sebagainya.
Gangguan jiwa adalah suatu perubahan pada fungsi
jiwa yang menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa,
yang menimbulkan penderitaan pada individu dan atau
hambatan dalam melaksanakan peran social (Depkes, 2000).
Menurut klasifikasi Diagnostic and Statisyical Manual
of Mental Disorder Text Revision (DSM IV, TR 2000), harga
diri rendah merupakan salah satu jenis gangguan jiwa
kategori gangguan kepribadian (Videbeck, 2008). Menurut
WHO, jika prevelensi gangguan jiwa diatas 100 jiwa per
1000 penduduk dunia, maka berarti di Indonesia mencapai
264 per 1000 penduduk yang merupakan anggota keluarga,
data hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun
2000, artinya 2,6 kali lebih tinggi dari ketentuan WHO.
Ini sesuatu yang sangat serius dan World Bank
menyimpulkan bahwa gangguan jiwa dapat mengakibatkan
penurunan produktivitas sampai dengan 8,5 % saat ini.
Saat ini gangguan jiwa menempati urutan kedua setelah
penyakit infeksi dengan 11,5 % (http://www.kompas.com,
diambil pada tanggal 20 oktober 2010).
Penduduk Indonesia yang mengalami gangguan jiwa
diperkirakan sebanyak 26 juta, dimana panik dan cemas
adalah gejala paling ringan (WHO, 2006). Gambaran
gangguan jiwa berat di Indonesia pada tahun 2007 memiliki
prevalensi sebesar 4,6 permil, artinya bahwa dari 1000
penduduk Indonesia terdapat empat sampai lima diantaranya
menderita gangguan jiwa berat (Puslitbang Depkes RI,
2008).
Penduduk Indonesia pada tahun 2007 sebanyak
225.642.124 jiwa sehingga pasien gangguan jiwa di
Indonesia pada tahun 2007 diperkirakan 1.037.454 jiwa
(Pusat Data dan Informasi Depkes RI, 2009). Hasil
Riskesdas tahun 2007 untuk provinsi Jawa Barat didapatkan
data individu yang mengalami gangguan jiwa sebesar 0,22%
dari jumlah penduduk dan untuk wilayah Bogor sebesar
0,40% (Puslitbang Depkes RI, 2008). Angka ini menunjukkan
bahwa anggota masyarakat yang mengalami gangguan jiwa
berat cukup besar atau dapat dikatakan cukup banyak.
Gangguan jiwa berat yang paling banyak ditemukan adalah
Skizofrenia.
Upaya mengatasi masalah kesehatan jiwa diberikan dalam
bentuk pelayanan kesehatan jiwa berbasis komunitas.
Bentuk pendekatan manajemen pelayanan kesehatan jiwa
komunitas yang dikenal dengan istilah Community Mental
Health
Nursing (CMHN) (Keliat, 2007).
Dalam mengembangkan tindakan keperawatan untuk
mengatasi suatu masalah
kesehatan baik individu, keluarga maupun masyarakat maka
seorang perawat
akan bekerjasama dengan masyarakat agar intervensi yang
akan dilakukan benarbenar
membawa perubahan pada individu, keluarga dan masyarakat.
Fokus pada
model Precede-Proceed adalah: 1) hasil yang dicapai
merupakan suatu
perubahan yang dilakukan oleh masyarakat; 2) hasil dan
kegiatan sesuai dengan
keinginan dan kebutuhan masyarakat; 3) model yang
menganalisa kebelakang
dari hasil, diagnosis, pengkajian, intervensi sehingga
dapat diberikan
implementasi yang tepat; 4) implementasi melibatkan
berbagai pihak; 5) evaluasi
dilakukan dari proses, hasil dan dampak dari implemantasi
yang diberikan.
Terapi kognitif yaitu psikoterapi individu yang
pelaksanaannya dengan melatih klien untuk mengubah cara
klien menafsirkan dan memandang segala sesuatu pada saat
klien mengalami kekecewaan, sehingga klien merasa lebih
baik dan dapat bertindak lebih produktif (Townsend,
2005). Melalui terapi kognitif individu diajarkan/
dilatih untuk mengontrol distorsi pikiran/gagasan/ide
dengan benar-benar mempertimbangkan faktor dalam
berkembangnya dan menetapnya gangguan mood.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Penulis mampu memperoleh pengalaman secara nyata dan
mampu melaksanakan asuhan keperawatan yang komprehensif
meliputi Bio, Psiko, Soisial, dan Spiritual pada klien
dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah.
2. Tujuan kusus
Penulis diharapkan mampu :
a. Melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan
gangguan konsep diri:harga diri rendah.
b. Menentukan diagnosa keperawatan pada klien gangguan
konsep diri:harga diri rendah.
c. Menyusun rencana asuhan keperawatan pada klien
dengan gangguan konsep diri:harga diri rendah.
d. Melakukan tindakan keperawatan pada klien dengan
gangguan konsep diri:harga diri rendah.
e. Melakukan evaluasi asuhan keperawatan pada klien
dengan gangguan konsep diri:harga diri rendah.
f. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien
dengan gangguan konsep diri:harga diri rendah.
C. Metode Penulisan
Dalam penulisan proposal ini, penulis menggunakan metode
penulisan deskripsi dengan studi kepustakaan, browsing
internetdan studi kasus di ruangan.
D. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan proposal ini ditulis dalam dua bab:
BAB I Berisi tentang pendahuluan yang meliputi latar
belakang, tujuan
penulisan, metode penulisan, dan sistematika
penulisan.
BAB II Tinjauan teori meliputi pengertian, penyebab
(faktor predisposisi, faktor presipitasi, tanda
dan gejala, rentang respon, mekanisme koping,
psikodinamika, test diagnostik, penatalaksanaan
medis, proses keperawatan.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. PENGERTIAN.
Harga diri rendah adalah penilaian pribadi terhadap
hasil yang dicapai apa dengan menganalisa seberapa jauh
perilaku memenuhi ideal diri ( Stuart dan Sunden.2002).
Harga diri rendah adalah keadaan dimana individu
mengalami evaluasi diri yang negative mengenai diri atau
kemampuan diri ( Capernito .2000).
Harga diri rendah merupakan evaluasi diri dari perasaan
negative baik langsung maupuntidak langsung ( Town sand.
2001).
Berdasarkan dari beberapa pengertian di atas,menurut
penulis harga diri rendah adalah suatu perasaan negative
terhadap diri sendiri,hilangnya kepercayaan diri, tidak
berharga, tidak berdaya, pesimis, tidak ada harapan dan
putus asa sehingga perilakunya menjauhi ideal diri.
B. PENYEBAB.
Harga diri rendah sering disebabkan oleh adanya
koping individu yang tidak efektif akibat adanya kurang
umpan balik positif, kurangnya sistem pendukung,
kemunduran ego, pengulangan umpan balik yang negative
disfungsi sistem keluarga. (town send 1998)
koping individu tidak efektif sering ditunjukan dengan
prilaku sebagi berikut:
1. mengungkapkan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah
atau menerima bantuan
2. mengungkapkan perasaan kuatir dan cemas yang
berkepanjangan.
3. mengungkapkan ketidakmampuan menjalankan peran.
a. Factor Predisposisi
1) Factor predisposisi citra tubuh
a) Kehilangan atau kerusakan organ tubuh (anatomi
dan fungsi)
b) Perubahan ukuran, bentuk dan penampilan tubuh
c) Proses patalogik penyakit dan dampaknya
terhadap struktur maupun fungsi tubuh
d) Prosedur pengobatan seperti radiasi, kemoterapi
dan transpantasi
2) Factor predisposisi harga diri
a) Penolakan dari orang lain
b) Kurang penghargaan
c) Pola asuh yang salah yaitu terlalu dilarang ,
terlalu dikontrol, terlalu diturut, terlalu
dituntut dan tidak konsisten
3) Faktor predisposisi peran
a) Transisi peran yang sering terjadi pada proses
perkembangan, perubahan situasi dan sehat-sakit
b) Ketegangan peran, ketika individu menghadapi
dua harapan yang bertentangan secara terus
menerus yang tidak terpenuhi.
c) Keraguan peran, ketika individu kurang
pengetahuannya tentang harapan peran yang
spesifik dan bingung tentang tingkah laku yang
sesuai
d) Peran yang terlalu banyak
4) Factor predisposisi identitas diri
a) Ketidak percayaan orang tua dan anak
b) Tekanan dari teman sebaya
c) Perubahan dari struktur sosial
b. Factor Presipitasi
1) Trauma
Masalah spesifik sehubungan dengan konsep diri
situasi yang membuat individu sulit menyesuaikan
diri atau tidak dat menerima khususnya trauma
emosi seperti penganiayaan fisik, seksual, dan
psikologis pada masa anak-anak atau merasa
terancam kehidupannya atau menyaksikan kejadian
berupa tindakan kejahatan.
2) Keteganganperan
Pada perjalanan hidup individu sering menghadapi
Transisi peran yang beragam, transisi peran yang
sering terjadi adalah perkembangan, situasi, dan
sehat sakit.
C. TANDA DAN GEJALA.
Stuart dan Sudden (2002) mengemukakan cara individu
mengekspresikan secara langsung harga diri rendah :
1. Mengejek dan mengkritik diri sendiri
Selalu mempunyai pandangan negative tentang dirinya,
sering mengatakan dirinya bodoh dan tidak tahu apa-apa.
2. Merendahkan diri
Selalu bersikap menghindar, menolak kemampuan yang
nyata dengan menolak bergabung dengan orang lain karena
malu sehingga selalu menganggap dirinya tidak mampu
dalam melakukan sesuatu.
3. Merasa bersalah dan merasa khawatir
Individu dengan harga diri rendah akan merasa
berasalah dan selalu menyalahkan dirinya sendiri, hal
ini ditampilkan berupa fobia , obsesi, individu seperti
ini akan merendahkan diri sendiri dan pandangan hidup
yang pesimis.
4. Menunda keputusan
Individu dengan harga diri rendah sangat ragu-ragu
dalam mengambil keputusan akibat rasa kurangnya
penghargaan terhadap dirinya sendiri, terjadinya
penurunan produktivitas.
5. Gangguan berhubungan
Perasaan tidak berguna dan tidak berharga yang
dimiliki oleh individu dengan harga diri rendah akan
menjadi kejam,dan mengeksploitasi orang lain seperti
menghina dan mengejek.
Selain tanda dan gejala tersebut kita juga dapat
mengamati penampilan seseorang dengan harga diri rendah
yang tampak kurang memperhatikan perawatan diri,
berpakaian tidak rapih, selera makan menurun, tidak
berani menatap lawan bicara, lebih banyak menunduk dan
bicara lambat dengan nada suara lemah.
D. RENTANG RESPON
BAGAN TENTANG RESPON
(stuart and sunden 2000)
1. Respon adaptif
Pernyataan dimana klien jika menghadapi suatu masalah
akan dapat memecahkan masalah tersebut.
a. Aktualisasi diri
Pernyataan tentang konsep diri yang positif dengan
latar belakang pengalaman yang sukses dan dapat
diterima, konsep diri yang positif dapat
RENTANG RESPON
RESPON ADAPTIF RESPON MALADAPTIF
Aktualisasi Diri Konsep diri + Harga Diri Rendah Identitas Kacau Depersonalisasi
berakalisasi dimana individu dapat berpikir lebih
efektif terlihat dari kemampuan interpersonal dari
pernyataan lingkungan.
b. Konsep diri positif
Apabila individu mempunyai pengalaman yang positif
dalam beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal
positif maupun yang negative dari dirinya
2. Respon maladaptif
Keadaan klien dalam menghadapi suatu masalah tidak
dapat memecahkan masalah tersebut.
a. Harga Diri Rendah
Individu cenderung untuk menilai dirinya negative
dan merasa lebih rendah dari orang lain
b. Identitas Kacau
Kegagalan individu untuk mengintegritas aspek-aspek
identitas masa kanak-kanak ke dalam kematangan aspek
psikososial keperibadian masa dewasa yang harmonis.
c. Depersonallisasi
Perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap
diri sendiri yang berhubungan dengan kecemasan,
kepanikan serta tidak membedakan dirinya dengan
orang lain.
E. MEKANISME KOPING
1. Koping jangka pendek.
a. Aktivitas yang dapat memberikan kesempatan lari
sementara dari krisis, misalnya menonton TV, dan
olah raga.
b. Aktivitas yang dapat memberikan identitas pengganti
sementara, misalnya ikut kegiatan social politik dan
agama.
c. Aktivitas yang memberikan kekuatan atau dukungan
sementara terhadap konsep diri, misalnya aktivitas
yang berkompetensi yaitu pencapaian akademik atau
olah raga.
d. Aktivitas yang mewakili jarak pendek untuk membuat
masalah identitas menjadi kurang berarti dalam
kehidupan, misalnya penyalahgunaan zat.
2. Koping jangka panjang
a. Penutupan identitas
Adopsi identitas premature yang diinginkan oleh
orang yang penting bagi individu tampa memperhatikan
keinginan aspirasi dan potensi individu.
b. Identitas negative
Asumsi identitas yang tidak wajar untuk dapat di
terima oleh nilai-nilai dan harapan masyarkat
F. PSIKODINAMIKA
Fortinash dan woret , 2000 mengemukakan ada empat
faktor penting yang dapat menimbulkan harga diri
rendah,yaitu :
1. Faktor Biologi
Menurunnya kadar norepeneprine dan serotonine pada
pasien yang depresi, karena pengaruh genetic yang
diturunkan pada keturunan berikutnya
2. Faktor Kognitif
Terjadi karena persepsi yang negative pada diri
sendiri dunia, dan masa depannya, pandangan yang
sempit ini menimbulkan orang yang pesimis dan mudah
putuh asa.
3. Faktor Psikologik
Kehilangan yang terjadi pada masa sebelumnya
dipersepsikan menjadi kehilangan secara nyata terhadap
sesuatu yang dianggap bermakna atau bernilai tinggi
seperti : cinta, status, dan harga diri. Persepsi ini
menyebabkan perasaan ketergantungan,
ketidakmampuan,dan ketidakberdayaan.
4. Faktor Sosio cultural
Lingkungan berkontribusi terhadap perkembangan
individu dapat menimbulkan : perasaan harga diri
rendah, merasa tidak mampu menghasilkan, kurangnya
dorongan yang positif dan terlampau banyak mengalami
stress maka akan mengalami diskriminasi status dan
disfungsi keluarga yang dating terhadap dirinya
G. TEST DIAGNOSTIK
1. Test psikologik: test keperibadian
2. EEG: ganguan jiwa yang disebabkan oleh neorologis
3. Pemeriksaan sinar X: mengetahui kelainan anatomi
4. Pemeriksaan laboratorim kromosom: ginetik
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Psikofarmaka
2. Elektro confulsife terapi
3. Psikoterapi
4. Terapi okupasi
5. Terapi modalitas
a. Terapi keluarga
b. Terapi lingkungan
c. Terapi perilaku
d. Terapi kognitif
e. Terapi aktivitas kelompok
I. PROSES KEPERAWATAN.
1. Pengkajian keperawatan
Harga diri rendah dapat beresiko terjadinya isolasi
sosial. Menarik diri adalah gangguan kepribadian yang
tidak fleksibel pada tingkah laku yang maladaptif,
mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial.
isolasi sosial : menarik diri sering ditunjukkan dengan
perilaku antara lain :
No Data Subyektif Data Objektif Data Mayor Data Minor1 Mengungkapkan
enggan untuk
memenuhi
hubungan atau
pembicaraan
Kurang sopan
ketika diajak
bicara
Subjektif :
a. Hidup
tidak
bermakna
b. Mengtak
an tidak
memiliki
kelebihan
apapun
c. Merasa
Subjektif :
a. Mengat
akan malas
b. Mengat
akan putus
asa
c. Mengata
kan ingin
mati
jelek2 Mengungkapkan
perasaan malu
untuk
berhubungan
dengan orang
lain
Apatis Objektif :
a. Kontak
mata kurang
b. Tidak
berinisiatif
c. Tidak
berinteraksi
dengan orang
lain
Objektif :
a. Tampak
malas –
malasan.
b. Produk
tivitas
menurun
3 Mengungkapkan
kekuatiran
terhadap
penolakan oleh
orang lain.
Menurun atau
tidak adanya
komunikasi
verbal
4 Bicara dengan
suara pelan
dan tidak
adanya kontak
mata saat
berbicara.2. Diagnosa keperawatan, menurut Iyus Yoseph (2009),
seorang dengan gangguan harga diri akan muncul diagnosa
keperawatan antara lain :
a. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah situasional
atau kronik
b. Gangguan citra tubuh
c. Isolasi Sosial : Menarik Diri
3. Rencana tindakan keperawatan
TGL DKPERENCANAAN
TUJUAN KRITERIA EVALUASI INTERVENSI RASIONAL1 2 3 4 5 6
Gangguan
Konsep
Diri :
Harga
Diri
Rendah
b.d
keputusas
aan
Pasien mampu:
Pasien
menunjukkan
peningkatan
harga diri.
Dengan menggunakan
komunikasi
therapeutik
diharapkan klien
dapat menilai
kemampuan dan
aspek positif yang
dimiliki.
Dengan menggunakan
komunikasi
terapeutik
diharapkan pasien
mampu
mengungkapkan
SP. 1
(tgl.................
................)
Identifikasi
kemampuan dan
aspek positif yang
dimiliki pasien.
Melatih salah satu
Dengan
mengetahui
kebutuhan klien
yang belum
terpenuhi
perawat dapat
merencanakan
untuk
memenuhinya dan
lebih
memperhatikan
kebutuhan klien
kemampuan yang ia
miliki.
Dengan menggunakan
komunikasi
terapeutik
diharapkan pasien
mampu
mempraktekkan
salah satu
kemampuan yang ia
miliki.
kemampuan pasien.
Masukan dalam
jadwal harian
pasien
tersebut
sehingga klien
merasa nyaman
dan aman.
Dengan melatih
kemampuan yang
pasien miliki
maka akan
menambah rasa
percaya diri
pasien.
Dengan membuat
jadwal kegiatan
maka akan
memudahkan
pasien untuk
melaksanakan
kegiatan
hariannya.Setelah pertemuan
pasien mampu:
Menyebutkan kegiatan
yang telah dilakukan.
Mampu melatih
kemampuan lain yang
ia miliki.
SP. 2
(....................
..................)
Evaluasi kegiatan
yang lalu (SP. 1).
Pilih dan latih
dengan
mengetahui
kemampuan yang
dimiliki klien,
maka akan
memudahkan
perawat untuk
mengarahkan
kegiatan yang
bermanfaat bagi
klien dari pada
hanya
memikirkannya
potensi/ kemampuan
yang dimiliki
lainnya.
Masukan dalam
jadwal kegiatan
pasien
Dengan melatih
potensi dalam
diri klien
dapat
mengembangkan
pola pikir
pasien dan
semakin
menambah
kepercayaan
diri pasien.
Dengan membuat
jadwal
kegiatan, maka
akan memudahkan
pasien untuk
melaksanakan
kegitan
hariannyaKeluarga
mampu:
Mengidentifik
asi harga
diri rendah
pasien.
Memfasilitasi
pasien untuk
melatih
kemampuannya.
Mempertahanka
n program
pengobatan
pasien secara
optimal
Setelah pertemuan
keluarga mampu:
Mengidentifikasi
masalah.
Menjelaskan cara
melatih kemampuan
pasien.
Memberikan pujian
akan usaha pasien
dalam menunjukkan
kemampuannya.
SP. 1
(....................
..................)
Mengidentifikasi
masalah keluarga
dalam merawat
pasien.
Jelaskan proses
terjadinya harga
diri rendah.
Jelaskan cara
melatih kemampuan
pasien.
Jelaskan
pentingnya
memberikan pujian
Menjelaskan
tentang masalah
yang dialami oleh
pasien dan
pentingnya peran
keluarga untuk
mendukung pasien.
pada pasien.
RTL keluarga/
Jadwal melatih
pasien.Setelah pertemuan
keluarga mampu:
Menyebutkan kegiatan
sesuai dengan yang
sudah dijadwalkan.
Mampu memperagakan
cara memuji pasien.
SP. 2
(....................
..................)
Evaluasi kegiatan
yang lalu (SP. 1).
Latih keluarga
cara memberikan
pujian (langsung
ke pasien).
RTL keluarga.
Melatih keluarga
akan mempermudah
keluarga dalam
merawat pasien
dengan gangguan
konsep diri harga
diri rendah.
DAFTAR PUSTAKA
Yosep, Iyus. 2009. Keperawatan Jiwa, Cet. 2; Th. Bandung : Refika
Aditama
Gangguan jiwa “gangguan konsep diri harga diri rendah dalam perspektif al
quran”. www.naifu.wordpress.com.(2010 07 02). Oleh: Siti Zulfah
(Mahasiswa Jurusan Ilmu Agama Islam, Fakultas Ilmu Sosial,
Universitas Negeri Jakarta). Diposkan Juli 2010