26
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut WHO sehat adalah keadaan secara jasmani, mental sosial dan bukan hanya suatu keadaan bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan. Menurut UU No 23/1992 tentang kesehatan. Sehat adalah sejahtera dari badan (jasmani), jiwa (rohani) dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup secara sosial dan ekonomi. Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah mengutamakan dalam mencapai kemampuan dan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal kesehatan mencakup selurunh kehidupan aspek manusia baik kesehatan fisik dan mental. Kesehatan adalah sesuatu yang sudah biasa, hanya dipikirkan bila sakit atau ketika gangguan kesehatan mengganggu aktivitas sehari-hari seseorang. Sehat berarti kekuatan dan ketahanan, mempunyai daya tahan terhadap penyakit, mengalahkan stres dan kelesuan. menurut UU No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan,“kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun social yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara social dan ekonomi” ( dikutip dari UU Kesehatan No. 36 tahun 2009). Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di negara-negara maju. Meskipun masalah kesehatan jiwa tidak dianggap sebagai gangguan yang

PROPOSAL windi

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut WHO sehat adalah keadaan secara jasmani, mental

sosial dan bukan hanya suatu keadaan bebas dari

penyakit, cacat dan kelemahan. Menurut UU No 23/1992

tentang kesehatan. Sehat adalah sejahtera dari badan

(jasmani), jiwa (rohani) dan sosial yang memungkinkan

setiap orang hidup secara sosial dan ekonomi. Pembangunan

kesehatan pada hakekatnya adalah mengutamakan dalam

mencapai kemampuan dan hidup sehat bagi setiap penduduk

agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang

optimal kesehatan mencakup selurunh kehidupan aspek

manusia baik kesehatan fisik dan mental. Kesehatan adalah

sesuatu yang sudah biasa, hanya dipikirkan bila sakit

atau ketika gangguan kesehatan mengganggu aktivitas

sehari-hari seseorang. Sehat berarti kekuatan dan

ketahanan, mempunyai daya tahan terhadap penyakit,

mengalahkan stres dan kelesuan. menurut UU No. 36 tahun

2009 tentang kesehatan,“kesehatan adalah keadaan sehat,

baik secara fisik, mental, spiritual maupun social yang

memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara

social dan ekonomi” ( dikutip dari UU Kesehatan No. 36

tahun 2009).

Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah

kesehatan utama di negara-negara maju. Meskipun masalah

kesehatan jiwa tidak dianggap sebagai gangguan yang

menyebabkan kematian secara langsung, Namun gangguan

tersebut dapat menimbulkan ketidakmampuan individu dalam

berkarya serta ketidaktepatan individu dalam berperilaku

yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat

menghambat pembangunan karena mereka tidak produktif

(Hawari,2000).

Manusia bereaksi secara keseluruhan, secara

holistik, atau dapat dikatakan juga, secara somato-psiko-

sosial. Gangguan jiwa artinya bahwa yang menonjol ialah

gejala-gejala yang patologik dari unsur psikis. Hal ini

tidak berarti bahwa unsur yang lain tidak terganggu. Hal-

hal yang dapat mempengaruhi perilaku manusia ialah

keturunan, usia dan Jenis Kelamin, keadaan fisik, keadaan

psikologik, keluarga, adat-istiadat, kebudayaan dan

kepercayaan, pekerjaan, pernikahan dan kehamilan,

kehilangan dan kematian orang yang dicintai, agresi, rasa

permusuhan, hubungan antar manusia, dan sebagainya.

Gangguan jiwa adalah suatu perubahan pada fungsi

jiwa yang menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa,

yang menimbulkan penderitaan pada individu dan atau

hambatan dalam melaksanakan peran social (Depkes, 2000).

Menurut klasifikasi Diagnostic and Statisyical Manual

of Mental Disorder Text Revision (DSM IV, TR 2000), harga

diri rendah merupakan salah satu jenis gangguan jiwa

kategori gangguan kepribadian (Videbeck, 2008). Menurut

WHO, jika prevelensi gangguan jiwa diatas 100 jiwa per

1000 penduduk dunia, maka berarti di Indonesia mencapai

264 per 1000 penduduk yang merupakan anggota keluarga,

data hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun

2000, artinya 2,6 kali lebih tinggi dari ketentuan WHO.

Ini sesuatu yang sangat serius dan World Bank

menyimpulkan bahwa gangguan jiwa dapat mengakibatkan

penurunan produktivitas sampai dengan 8,5 % saat ini.

Saat ini gangguan jiwa menempati urutan kedua setelah

penyakit infeksi dengan 11,5 % (http://www.kompas.com,

diambil pada tanggal 20 oktober 2010).

Penduduk Indonesia yang mengalami gangguan jiwa

diperkirakan sebanyak 26 juta, dimana panik dan cemas

adalah gejala paling ringan (WHO, 2006). Gambaran

gangguan jiwa berat di Indonesia pada tahun 2007 memiliki

prevalensi sebesar 4,6 permil, artinya bahwa dari 1000

penduduk Indonesia terdapat empat sampai lima diantaranya

menderita gangguan jiwa berat (Puslitbang Depkes RI,

2008).

Penduduk Indonesia pada tahun 2007 sebanyak

225.642.124 jiwa sehingga pasien gangguan jiwa di

Indonesia pada tahun 2007 diperkirakan 1.037.454 jiwa

(Pusat Data dan Informasi Depkes RI, 2009). Hasil

Riskesdas tahun 2007 untuk provinsi Jawa Barat didapatkan

data individu yang mengalami gangguan jiwa sebesar 0,22%

dari jumlah penduduk dan untuk wilayah Bogor sebesar

0,40% (Puslitbang Depkes RI, 2008). Angka ini menunjukkan

bahwa anggota masyarakat yang mengalami gangguan jiwa

berat cukup besar atau dapat dikatakan cukup banyak.

Gangguan jiwa berat yang paling banyak ditemukan adalah

Skizofrenia.

Upaya mengatasi masalah kesehatan jiwa diberikan dalam

bentuk pelayanan kesehatan jiwa berbasis komunitas.

Bentuk pendekatan manajemen pelayanan kesehatan jiwa

komunitas yang dikenal dengan istilah Community Mental

Health

Nursing (CMHN) (Keliat, 2007).

Dalam mengembangkan tindakan keperawatan untuk

mengatasi suatu masalah

kesehatan baik individu, keluarga maupun masyarakat maka

seorang perawat

akan bekerjasama dengan masyarakat agar intervensi yang

akan dilakukan benarbenar

membawa perubahan pada individu, keluarga dan masyarakat.

Fokus pada

model Precede-Proceed adalah: 1) hasil yang dicapai

merupakan suatu

perubahan yang dilakukan oleh masyarakat; 2) hasil dan

kegiatan sesuai dengan

keinginan dan kebutuhan masyarakat; 3) model yang

menganalisa kebelakang

dari hasil, diagnosis, pengkajian, intervensi sehingga

dapat diberikan

implementasi yang tepat; 4) implementasi melibatkan

berbagai pihak; 5) evaluasi

dilakukan dari proses, hasil dan dampak dari implemantasi

yang diberikan.

Terapi kognitif yaitu psikoterapi individu yang

pelaksanaannya dengan melatih klien untuk mengubah cara

klien menafsirkan dan memandang segala sesuatu pada saat

klien mengalami kekecewaan, sehingga klien merasa lebih

baik dan dapat bertindak lebih produktif (Townsend,

2005). Melalui terapi kognitif individu diajarkan/

dilatih untuk mengontrol distorsi pikiran/gagasan/ide

dengan benar-benar mempertimbangkan faktor dalam

berkembangnya dan menetapnya gangguan mood.

B. Tujuan

1. Tujuan umum

Penulis mampu memperoleh pengalaman secara nyata dan

mampu melaksanakan asuhan keperawatan yang komprehensif

meliputi Bio, Psiko, Soisial, dan Spiritual pada klien

dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah.

2. Tujuan kusus

Penulis diharapkan mampu :

a. Melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan

gangguan konsep diri:harga diri rendah.

b. Menentukan diagnosa keperawatan pada klien gangguan

konsep diri:harga diri rendah.

c. Menyusun rencana asuhan keperawatan pada klien

dengan gangguan konsep diri:harga diri rendah.

d. Melakukan tindakan keperawatan pada klien dengan

gangguan konsep diri:harga diri rendah.

e. Melakukan evaluasi asuhan keperawatan pada klien

dengan gangguan konsep diri:harga diri rendah.

f. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien

dengan gangguan konsep diri:harga diri rendah.

C. Metode Penulisan

Dalam penulisan proposal ini, penulis menggunakan metode

penulisan deskripsi dengan studi kepustakaan, browsing

internetdan studi kasus di ruangan.

D. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan proposal ini ditulis dalam dua bab:

BAB I Berisi tentang pendahuluan yang meliputi latar

belakang, tujuan

penulisan, metode penulisan, dan sistematika

penulisan.

BAB II Tinjauan teori meliputi pengertian, penyebab

(faktor predisposisi, faktor presipitasi, tanda

dan gejala, rentang respon, mekanisme koping,

psikodinamika, test diagnostik, penatalaksanaan

medis, proses keperawatan.

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. PENGERTIAN.

Harga diri rendah adalah penilaian pribadi terhadap

hasil yang dicapai apa dengan menganalisa seberapa jauh

perilaku memenuhi ideal diri ( Stuart dan Sunden.2002).

Harga diri rendah adalah keadaan dimana individu

mengalami evaluasi diri yang negative mengenai diri atau

kemampuan diri ( Capernito .2000).

Harga diri rendah merupakan evaluasi diri dari perasaan

negative baik langsung maupuntidak langsung ( Town sand.

2001).

Berdasarkan dari beberapa pengertian di atas,menurut

penulis harga diri rendah adalah suatu perasaan negative

terhadap diri sendiri,hilangnya kepercayaan diri, tidak

berharga, tidak berdaya, pesimis, tidak ada harapan dan

putus asa sehingga perilakunya menjauhi ideal diri.

B. PENYEBAB.

Harga diri rendah sering disebabkan oleh adanya

koping individu yang tidak efektif akibat adanya kurang

umpan balik positif, kurangnya sistem pendukung,

kemunduran ego, pengulangan umpan balik yang negative

disfungsi sistem keluarga. (town send 1998)

koping individu tidak efektif sering ditunjukan dengan

prilaku sebagi berikut:

1. mengungkapkan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah

atau menerima bantuan

2. mengungkapkan perasaan kuatir dan cemas yang

berkepanjangan.

3. mengungkapkan ketidakmampuan menjalankan peran.

a. Factor Predisposisi

1) Factor predisposisi citra tubuh

a) Kehilangan atau kerusakan organ tubuh (anatomi

dan fungsi)

b) Perubahan ukuran, bentuk dan penampilan tubuh

c) Proses patalogik penyakit dan dampaknya

terhadap struktur maupun fungsi tubuh

d) Prosedur pengobatan seperti radiasi, kemoterapi

dan transpantasi

2) Factor predisposisi harga diri

a) Penolakan dari orang lain

b) Kurang penghargaan

c) Pola asuh yang salah yaitu terlalu dilarang ,

terlalu dikontrol, terlalu diturut, terlalu

dituntut dan tidak konsisten

3) Faktor predisposisi peran

a) Transisi peran yang sering terjadi pada proses

perkembangan, perubahan situasi dan sehat-sakit

b) Ketegangan peran, ketika individu menghadapi

dua harapan yang bertentangan secara terus

menerus yang tidak terpenuhi.

c) Keraguan peran, ketika individu kurang

pengetahuannya tentang harapan peran yang

spesifik dan bingung tentang tingkah laku yang

sesuai

d) Peran yang terlalu banyak

4) Factor predisposisi identitas diri

a) Ketidak percayaan orang tua dan anak

b) Tekanan dari teman sebaya

c) Perubahan dari struktur sosial

b. Factor Presipitasi

1) Trauma

Masalah spesifik sehubungan dengan konsep diri

situasi yang membuat individu sulit menyesuaikan

diri atau tidak dat menerima khususnya trauma

emosi seperti penganiayaan fisik, seksual, dan

psikologis pada masa anak-anak atau merasa

terancam kehidupannya atau menyaksikan kejadian

berupa tindakan kejahatan. 

2) Keteganganperan

Pada perjalanan hidup individu sering menghadapi

Transisi peran yang beragam, transisi peran yang

sering terjadi adalah perkembangan, situasi, dan

sehat sakit.

C. TANDA DAN GEJALA.

Stuart dan Sudden (2002) mengemukakan cara individu

mengekspresikan secara langsung harga diri rendah :

1. Mengejek dan mengkritik diri sendiri

Selalu mempunyai pandangan negative tentang dirinya,

sering mengatakan dirinya bodoh dan tidak tahu apa-apa.

2. Merendahkan diri

Selalu bersikap menghindar, menolak kemampuan yang

nyata dengan menolak bergabung dengan orang lain karena

malu sehingga selalu menganggap dirinya tidak mampu

dalam melakukan sesuatu.

3. Merasa bersalah dan merasa khawatir

Individu dengan harga diri rendah akan merasa

berasalah dan selalu menyalahkan dirinya sendiri, hal

ini ditampilkan berupa fobia , obsesi, individu seperti

ini akan merendahkan diri sendiri dan pandangan hidup

yang pesimis.

4. Menunda keputusan

Individu dengan harga diri rendah sangat ragu-ragu

dalam mengambil keputusan akibat rasa kurangnya

penghargaan terhadap dirinya sendiri, terjadinya

penurunan produktivitas.

5. Gangguan berhubungan

Perasaan tidak berguna dan tidak berharga yang

dimiliki oleh individu dengan harga diri rendah akan

menjadi kejam,dan mengeksploitasi orang lain seperti

menghina dan mengejek.

Selain tanda dan gejala tersebut kita juga dapat

mengamati penampilan seseorang dengan harga diri rendah

yang tampak kurang memperhatikan perawatan diri,

berpakaian tidak rapih, selera makan menurun, tidak

berani menatap lawan bicara, lebih banyak menunduk dan

bicara lambat dengan nada suara lemah.

D. RENTANG RESPON

BAGAN TENTANG RESPON

(stuart and sunden 2000)

1. Respon adaptif

Pernyataan dimana klien jika menghadapi suatu masalah

akan dapat memecahkan masalah tersebut.

a. Aktualisasi diri

Pernyataan tentang konsep diri yang positif dengan

latar belakang pengalaman yang sukses dan dapat

diterima, konsep diri yang positif dapat

RENTANG RESPON

RESPON ADAPTIF RESPON MALADAPTIF

Aktualisasi Diri Konsep diri + Harga Diri Rendah Identitas Kacau Depersonalisasi

berakalisasi dimana individu dapat berpikir lebih

efektif terlihat dari kemampuan interpersonal dari

pernyataan lingkungan.

b. Konsep diri positif

Apabila individu mempunyai pengalaman yang positif

dalam beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal

positif maupun yang negative dari dirinya

2. Respon maladaptif

Keadaan klien dalam menghadapi suatu masalah tidak

dapat memecahkan masalah tersebut.

a. Harga Diri Rendah

Individu cenderung untuk menilai dirinya negative

dan merasa lebih rendah dari orang lain

b. Identitas Kacau

Kegagalan individu untuk mengintegritas aspek-aspek

identitas masa kanak-kanak ke dalam kematangan aspek

psikososial keperibadian masa dewasa yang harmonis.

c. Depersonallisasi

Perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap

diri sendiri yang berhubungan dengan kecemasan,

kepanikan serta tidak membedakan dirinya dengan

orang lain.

E. MEKANISME KOPING

1. Koping jangka pendek.

a. Aktivitas yang dapat memberikan kesempatan lari

sementara dari krisis, misalnya menonton TV, dan

olah raga.

b. Aktivitas yang dapat memberikan identitas pengganti

sementara, misalnya ikut kegiatan social politik dan

agama.

c. Aktivitas yang memberikan kekuatan atau dukungan

sementara terhadap konsep diri, misalnya aktivitas

yang berkompetensi yaitu pencapaian akademik atau

olah raga.

d. Aktivitas yang mewakili jarak pendek untuk membuat

masalah identitas menjadi kurang berarti dalam

kehidupan, misalnya penyalahgunaan zat.

2. Koping jangka panjang

a. Penutupan identitas

Adopsi identitas premature yang diinginkan oleh

orang yang penting bagi individu tampa memperhatikan

keinginan aspirasi dan potensi individu.

b. Identitas negative

Asumsi identitas yang tidak wajar untuk dapat di

terima oleh nilai-nilai dan harapan masyarkat

F. PSIKODINAMIKA

Fortinash dan woret , 2000 mengemukakan ada empat

faktor penting yang dapat menimbulkan harga diri

rendah,yaitu :

1. Faktor Biologi

Menurunnya kadar norepeneprine dan serotonine pada

pasien yang depresi, karena pengaruh genetic yang

diturunkan pada keturunan berikutnya

2. Faktor Kognitif

Terjadi karena persepsi yang negative pada diri

sendiri dunia, dan masa depannya, pandangan yang

sempit ini menimbulkan orang yang pesimis dan mudah

putuh asa.

3. Faktor Psikologik

Kehilangan yang terjadi pada masa sebelumnya

dipersepsikan menjadi kehilangan secara nyata terhadap

sesuatu yang dianggap bermakna atau bernilai tinggi

seperti : cinta, status, dan harga diri. Persepsi ini

menyebabkan perasaan ketergantungan,

ketidakmampuan,dan ketidakberdayaan.

4. Faktor Sosio cultural

Lingkungan berkontribusi terhadap perkembangan

individu dapat menimbulkan : perasaan harga diri

rendah, merasa tidak mampu menghasilkan, kurangnya

dorongan yang positif dan terlampau banyak mengalami

stress maka akan mengalami diskriminasi status dan

disfungsi keluarga yang dating terhadap dirinya

G. TEST DIAGNOSTIK

1. Test psikologik: test keperibadian

2. EEG: ganguan jiwa yang disebabkan oleh neorologis

3. Pemeriksaan sinar X: mengetahui kelainan anatomi

4. Pemeriksaan laboratorim kromosom: ginetik

H. PENATALAKSANAAN MEDIS

1. Psikofarmaka

2. Elektro confulsife terapi

3. Psikoterapi

4. Terapi okupasi

5. Terapi modalitas

a. Terapi keluarga

b. Terapi lingkungan

c. Terapi perilaku

d. Terapi kognitif 

e. Terapi aktivitas kelompok

I. PROSES KEPERAWATAN.

1. Pengkajian keperawatan

Harga diri rendah dapat beresiko terjadinya isolasi

sosial. Menarik diri adalah gangguan kepribadian yang

tidak fleksibel pada tingkah laku yang maladaptif,

mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial.

isolasi sosial : menarik diri sering ditunjukkan dengan

perilaku antara lain :

No Data Subyektif Data Objektif Data Mayor Data Minor1 Mengungkapkan

enggan untuk

memenuhi

hubungan atau

pembicaraan

Kurang sopan

ketika diajak

bicara

Subjektif :

a. Hidup

tidak

bermakna

b. Mengtak

an tidak

memiliki

kelebihan

apapun

c. Merasa

Subjektif :

a. Mengat

akan malas

b. Mengat

akan putus

asa

c. Mengata

kan ingin

mati

jelek2 Mengungkapkan

perasaan malu

untuk

berhubungan

dengan orang

lain

Apatis Objektif :

a. Kontak

mata kurang

b. Tidak

berinisiatif

c. Tidak

berinteraksi

dengan orang

lain

Objektif :

a. Tampak

malas –

malasan.

b. Produk

tivitas

menurun

3 Mengungkapkan

kekuatiran

terhadap

penolakan oleh

orang lain.

Menurun atau

tidak adanya

komunikasi

verbal

4 Bicara dengan

suara pelan

dan tidak

adanya kontak

mata saat

berbicara.2. Diagnosa keperawatan, menurut Iyus Yoseph (2009),

seorang dengan gangguan harga diri akan muncul diagnosa

keperawatan antara lain :

a. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah situasional

atau kronik

b. Gangguan citra tubuh

c. Isolasi Sosial : Menarik Diri

d. Resiko perilaku kekerasan

3. Rencana tindakan keperawatan

TGL DKPERENCANAAN

TUJUAN KRITERIA EVALUASI INTERVENSI RASIONAL1 2 3 4 5 6

Gangguan

Konsep

Diri :

Harga

Diri

Rendah

b.d

keputusas

aan

Pasien mampu:

Pasien

menunjukkan

peningkatan

harga diri.

Dengan menggunakan

komunikasi

therapeutik

diharapkan klien

dapat menilai

kemampuan dan

aspek positif yang

dimiliki.

Dengan menggunakan

komunikasi

terapeutik

diharapkan pasien

mampu

mengungkapkan

SP. 1

(tgl.................

................)

Identifikasi

kemampuan dan

aspek positif yang

dimiliki pasien.

Melatih salah satu

Dengan

mengetahui

kebutuhan klien

yang belum

terpenuhi

perawat dapat

merencanakan

untuk

memenuhinya dan

lebih

memperhatikan

kebutuhan klien

kemampuan yang ia

miliki.

Dengan menggunakan

komunikasi

terapeutik

diharapkan pasien

mampu

mempraktekkan

salah satu

kemampuan yang ia

miliki.

kemampuan pasien.

Masukan dalam

jadwal harian

pasien

tersebut

sehingga klien

merasa nyaman

dan aman.

Dengan melatih

kemampuan yang

pasien miliki

maka akan

menambah rasa

percaya diri

pasien.

Dengan membuat

jadwal kegiatan

maka akan

memudahkan

pasien untuk

melaksanakan

kegiatan

hariannya.Setelah pertemuan

pasien mampu:

Menyebutkan kegiatan

yang telah dilakukan.

Mampu melatih

kemampuan lain yang

ia miliki.

SP. 2

(....................

..................)

Evaluasi kegiatan

yang lalu (SP. 1).

Pilih dan latih

dengan

mengetahui

kemampuan yang

dimiliki klien,

maka akan

memudahkan

perawat untuk

mengarahkan

kegiatan yang

bermanfaat bagi

klien dari pada

hanya

memikirkannya

potensi/ kemampuan

yang dimiliki

lainnya.

Masukan dalam

jadwal kegiatan

pasien

Dengan melatih

potensi dalam

diri klien

dapat

mengembangkan

pola pikir

pasien dan

semakin

menambah

kepercayaan

diri pasien.

Dengan membuat

jadwal

kegiatan, maka

akan memudahkan

pasien untuk

melaksanakan

kegitan

hariannyaKeluarga

mampu:

Mengidentifik

asi harga

diri rendah

pasien.

Memfasilitasi

pasien untuk

melatih

kemampuannya.

Mempertahanka

n program

pengobatan

pasien secara

optimal

Setelah pertemuan

keluarga mampu:

Mengidentifikasi

masalah.

Menjelaskan cara

melatih kemampuan

pasien.

Memberikan pujian

akan usaha pasien

dalam menunjukkan

kemampuannya.

SP. 1

(....................

..................)

Mengidentifikasi

masalah keluarga

dalam merawat

pasien.

Jelaskan proses

terjadinya harga

diri rendah.

Jelaskan cara

melatih kemampuan

pasien.

Jelaskan

pentingnya

memberikan pujian

Menjelaskan

tentang masalah

yang dialami oleh

pasien dan

pentingnya peran

keluarga untuk

mendukung pasien.

pada pasien.

RTL keluarga/

Jadwal melatih

pasien.Setelah pertemuan

keluarga mampu:

Menyebutkan kegiatan

sesuai dengan yang

sudah dijadwalkan.

Mampu memperagakan

cara memuji pasien.

SP. 2

(....................

..................)

Evaluasi kegiatan

yang lalu (SP. 1).

Latih keluarga

cara memberikan

pujian (langsung

ke pasien).

RTL keluarga.

Melatih keluarga

akan mempermudah

keluarga dalam

merawat pasien

dengan gangguan

konsep diri harga

diri rendah.

DAFTAR PUSTAKA

Yosep, Iyus. 2009. Keperawatan Jiwa, Cet. 2; Th. Bandung : Refika

Aditama

Gangguan jiwa “gangguan konsep diri harga diri rendah dalam perspektif al

quran”. www.naifu.wordpress.com.(2010 07 02). Oleh: Siti Zulfah

(Mahasiswa Jurusan Ilmu Agama Islam, Fakultas Ilmu Sosial,

Universitas Negeri Jakarta). Diposkan Juli 2010