REFERAT
GLAUKOMA
Disusun Oleh:
AMELIA SAGITA PUTRI, S. KED
1018011108
Perceptor :
dr. Paulus Dwi Mahdi, Sp. M
SMF ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
RSUD ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Glaukoma berasal dari kata Yunani glaukos yang berarti hijau kebiruan,
yang memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma.1
Glaukoma adalah penyakit mata yang ditandai oleh meningkatnya tekanan
intraokuler yang disertai oleh pencekungan diskus optikus dan pengecilan lapang
pandang.1,2,3 Tekanan bola mata yang normal dinyatakan dengan tekanan air raksa
yaitu antara 15-20 mmHg. Tekanan bola mata yang tinggi juga akan
mengakibatkan kerusakan saraf penglihat yang terletak di dalam bola mata. Pada
keadaan tekanan bola mata tidak normal atau tinggi maka akan terjadi gangguan
lapang pandangan. Kerusakan saraf penglihatan akan mengakibatkan kebutaan.1
Di Amerika Serikat, kira-kira 2.2 juta orang pada usia 40 tahun dan yang
lebih tua mengidap glaukoma, sebanyak 120,000 adalah buta disebabkan penyakit
ini. Banyaknya Orang Amerika yang terserang glaukoma diperkirakan akan
meningkatkan sekitar 3.3 juta pada tahun 2020. Tiap tahun, ada lebih dari 300,000
kasus glaukoma yang baru dan kira-kira 5400 orang-orang menderita kebutaan.
Glaukoma akut (sudut tertutup) merupakan 10-15% kasus pada orang Kaukasia.
Persentase ini lebih tinggi pada orang Asia, terutama pada orang Burma dan
Vietnam di Asia Tenggara.. Glaukoma pada orang kulit hitam, lima belas kali
lebih menyebabkan kebutaan dibandingkan orang kulit putih.2,4
Seseorang dapat didioagnosis sebagai penderita glaukoma dengan
melakukan serangkaian pemeriksaan, meliputi tonometri, oftalmoskopi,
gonioskopi, dan pemeriksaan lapangan pandang. Pada keadaan dimana seseorang
dicurigai menderita glaucoma dilakukan tes provokasi, seperti tes minum air dan
tes midriasis.1,2
Penatalaksanaan yang diterapkan kepada penderita, berupa
medikamentosa, tindakan pembedahan, dan laser hanya ditujukan untuk
memperlambat atau mencegah hilangnya penglihatan (kebutaan). Namun,
berkurangnya lapang pandang yang telah terjadi tidak bias dikembalikan.3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Glaukoma berasal dari kata Yunani glaukos yang berarti hijau kebiruan,
yang memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma.1
Glaukoma adalah penyakit mata yang ditandai oleh meningkatnya tekanan
intraokuler yang disertai oleh pencekungan diskus optikus dan pengecilan lapang
pandang.1,2,3 Tekanan bola mata yang normal dinyatakan dengan tekanan air raksa
yaitu antara 15-20 mmHg. Tekanan bola mata yang tinggi juga akan
mengakibatkan kerusakan saraf penglihat yang terletak di dalam bola mata. Pada
keadaan tekanan bola mata tidak normal atau tinggi maka akan terjadi gangguan
lapang pandangan. Kerusakan saraf penglihatan akan mengakibatkan kebutaan.1
Makin tinggi tekanan bola mata makin cepat terjadi kerusakan pada
serabut retina saraf optik. Pada orang tertentu dengan tekanan bola mata normal
telah memberikan kerusakan pada serabut saraf optik (Normal tension glaucoma –
glaukoma tekanan rendah).2
Tekanan bola mata pada glaukoma tidak berhubungan dengan tekanan
darah. Tekanan bola mata yang tinggi akan mengakibatkan gangguan pembuluh
darah retina sehingga mengganggu metabolisme retina, yang kemudian disusul
dengan kematian saraf mata. Pada kerusakan serat saraf retina akan
mengakibatkan gangguan pada fungsi retina. Bila proses berjalan terus, maka
lama-kelamaan penderita akan buta total.2
B. ETIOLOGI
Penyakit yang ditandai dengan peningkatan tekanan intra okular ini,
disebabkan:
1. Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan siliar.
2. Hambatan aliran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau di celah pupil
(glaukoma hambatan pupil).
3. Sangat mungkin merupakan penyakit yang diturunkan dalam keluarga.
4. Glaukoma dapat timbul akibat penyakit atau kelainan dalam mata.
5. Glaukoma dapat diakibatkan penyakit lain di tubuh.
6. Glaukoma dapat disebabkan efek samping obat misalnya steroid.1,3
Glaukoma merupakan penyakit yang tidak dapat dicegah, akan tetapi bila
diketahui dini dan diobati maka glaukoma dapat diatasi untuk mencegah
kerusakan lanjutnya.
C. EPIDEMIOLOGI
Di Amerika Serikat, kira-kira 2.2 juta orang pada usia 40 tahun dan yang
lebih tua mengidap glaukoma, sebanyak 120,000 adalah buta disebabkan penyakit
ini. Banyaknya Orang Amerika yang terserang glaukoma diperkirakan akan
meningkatkan sekitar 3.3 juta pada tahun 2020. Tiap tahun, ada lebih dari 300,000
kasus glaukoma yang baru dan kira-kira 5400 orang-orang menderita kebutaan.
Glaukoma akut (sudut tertutup) merupakan 10-15% kasus pada orang Kaukasia.
Persentase ini lebih tinggi pada orang Asia, terutama pada orang Burma dan
Vietnam di Asia Tenggara.. Glaukoma pada orang kulit hitam, lima belas kali
lebih menyebabkan kebutaan dibandingkan orang kulit putih.2,4
D. FAKTOR RESIKO
Beberapa faktor resiko yang dapat mengarah pada glaukoma adalah:
1. Peredaran dan regulasi darah yang kurang akan menambah kerusakan
2. Tekanan darah rendah atau tinggi
3. Fenomena autoimun
4. Degenerasi primer sel ganglion
5. Usia di atas 45 tahun
6. Riwayat glaukoma pada keluarga
7. Miopia berbakat untuk menjadi glaukoma sudut terbuka
8. Hipermetropia berbakat untuk menjadi glaukoma sudut tertutup
9. Paska bedah dengan hifema atau infeksi
10. Berdasarkan epidemiologi:
a. Etnis afrika disbanding dengan kaukasia pada glaukoma sudut
terbuka primer adalah 4:1
b. Glaukoma berpigmen terutama terdapat terdapat pada etnis
kaukasus
c. Pada etnis Asia, glaukoma sudut tertutup lebih sering daripada
sudut terbuka.5
Sangat penting mengetahui resiko mendapat glaukoma. Ancaman yang besar
adalah jika penderita tidak menyadari bahwa ia menderita glaukoma. Pada
penderita glaukoma sudut terbuka, sering didapatkan pada kondisi yang sudah
lanjut karena gejalanya tidak dirasakan. Hal yang memperberat resiko
glaukoma adalah:
a. Tekanan bola mata, makin tinggi, makin berat
b. Makin tua, makin berat
c. Resiko kulit hitam 7 kali dinbanding kulit putih
d. Hipertensi memiliki resiko 6 kali lebih sering
e. Kerja las, 4 kali lebih sering
f. Penderita mempunyai keluarga yang menderita glaukoma, resiko 4
kali lebih sering
g. Penggunaan tembakau 4 kali lebih sering
h. Myopia, resiko 2 kali lebih sering
i. Diabetes mellitus, 2 kali lebih sering5
Tanda dini glaukoma tidak boleh diabaikan, karena pemeriksaan yang dini
akan memiliki prognosis yang lebih baik. Oleh karena itu, diperlukan
pemeriksaan terhadap glaukoma secara teratur setiap tahun untuk
pencegahan.5
E. KLASIFIKASI GLAUKOMA
Klasifikasi glaucoma menurut Fondation American Academy of the
Ophtalmology:
1. Open-angle glaucoma
Primary open-angle glaucoma (POAG)
Normal-tension glaucoma
Juvenile open-angle glaucoma
Glaucoma suspect
Secondary open-agle glaucoma
2. Angle-closure glaucoma
Primary angle-closure glaucoma with relative papillary block
Acute angle-closure
Subacute angle closure (intermitten angle-closure)
Chronic angle-closure
Secondary angle-closure glaucoma with pupillary block
Secondary angle-closure glaucoma without pupillary block
Plateau iris syndrom
3. Childhood glaucoma
Primary congenital/infantile glaucoma
Glaucoma associate with congenital anomalies
Secondary glaucoma in infant and children
Klasifikasi Vaughen untuk glaukoma adalah sebagai berikut:
1. Glaukoma primer.
Glaukoma dengan etiologi tidak pasti, dimana tidak didapatkan
kelainan yang merupakan penyebab glaukoma.
Glaukoma ini ditemukan pada orang yang telah memiliki bakat bawaan
glaukoma seperti:
a. Bakat dapat berupa gangguan fasilitas pengeluaran cairan mata atau
susunan anatomis bilik mata yang menyempit.
b. Mungkin disebabkan kelainan pertumbuhan pada sudut bilik mata
depan (goniodisgenesis), berupa trabekulodisgenesis, irisdisgenesis
dan korneodisgenesis dan yang paling sering berupa
trabekulodisgenesis dan goniodisgenesis.
Glaukoma bersifat bilateral, yang tidak selalu simetris dengan sudut
bilik mata terbuka ataupun tertutup, pengelompokan ini berguna untuk
pelaksanaan dan penelitian.1
2. Glaukoma simpleks
Glaukoma simpleks adalah glaukoma yang penyebabnya tidak
diketahui. Merupakan suatu glaukoma primer yang ditandai dengan sudut
bilik mata terbuka. Glaukoma simpleks ini diagnosisnya dibuat bila
ditemukan glaukoma pada kedua mata pada pemeriksaan pertama, tanpa
ditemukan kelainan yang dapat merupakan penyebab.1
Pada umumnya glaukoma simplek ditemukan pada usia lebih dari 40
tahun, walaupun penyakit ini kadang-kadang ditemukan pada usia muda.
Diduga glaukoma simplek diturunkan secara dominan atau resesif pada
kira-kira 50% penderita, secara genetik penderitanya adalah homozigot.
3. Glaukoma kongenital
Glaukoma kongenital, khususnya sebagai glaukoma infantil
(buftalmos), adalah glaukoma akibat penyumbatan pengaliran keluar
cairan mata oleh jaringan sudut bilik mata yang terjadi oleh adanya
kelainan kongenital. Kelainan ini akibat terdapatnya membran kongenital
yang menutupi sudut bilik mata pada saat perkembangan bola mata,
kelainan pembentukan kanal schlemm dan saluran keluar cairan mata
yang tidak sempurna terbentuk.2,3
4. Glaukoma sekunder
Glaukoma sekunder merupakan glaukoma yang diketahui penyebab
yang menimbulkannya. Kelainan mata lain dapat menimbulkan
meningkatnya tekanan bola mata. Glaukoma timbul akibat kelainan di
dalam bola mata, yang dapat disebabkan:
a. Kelainan lensa, katarak imatur, hipermatur dan dislokasi lensa.
b. Kelainan uvea, uveitis anterior.
c. Trauma, hifema dan inkarserasi iris.
d. Pascabedah, blokade pupil, goniosinekia.2,3
5. Glaukoma Absolut
Glaukoma absolut merupakan stadium akhir glaukoma, dimana
sudah terjadi kebutaan total akibat tekanan bola mata memberikan
gangguan fungsi lanjut. Pada glaukoma absolut, kornea terlihat keruh,
bilik mata dangkal, papil atrofi dengan eksvakasi glaukomatosa, mata
keras seperti batu dan dengan rasa sakit. Sering mata dengan buta ini
mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah sehingga menimbulkan
penyulit berupa neovaskularisasi pada iris, keadaan ini memberikan rasa
sakit sekali akibat timbulnya glaukoma hemoragik.1
F. PATOFISIOLOGI
Studi terbaru mendeteksi antibodi seorang pasien dengan tekanan normal
dan unsur pokok glaukoma. Terlihat juga perbedaan yang sangat signifikan antara
riwayat antibodi terhadap tekanan normal penderita glaukoma dan subjek kontrol
cairan mata.4
Pada glaukoma simpleks ditemukan perjalanan penyakit yang lama akan
tetapi berjalan terus sampai berakhir dengan kebutaan yang disebut sebagai
glaukoma absolut. Karena perjalanan penyakit demikian maka glaukoma simpleks
disebut sebagai maling penglihatan.1
Tingginya tekanan intraokuler tergantung pada besarnya produksi aquoeus
humor oleh badan siliar dan pengaliran keluarnya. Besarnya aliran keluar aquoeus
humor melalui sudut bilik mata depan juga tergantung pada keadaan sudut bilik
mata depan, keadaan jalinan trabekulum, keadaan kanal Schlemm dan keadaan
tekanan vena episklera. Tekanan intraokuler dianggap normal bila kurang
daripada 20 mmHg pada pemeriksaan dengan tonometer aplanasi. Pada tekanan
lebih tinggi dari 20 mmHg yang juga disebut hipertensi oculi dapat dicurigai
adanya glaukoma. Bila tekanan lebih dari 25 mmHg pasien menderita glaukoma
(tonometer Schiotz).2,6,7
Mekanisme utama penurunan penglihatan pada glaukoma adalah atrofi sel
ganglion difus, yang menyebabkan penipisan lapisan serat saraf dan inti bagian
dalam retina dan berkurangnya akson di saraf optikus. Iris dan korpus siliar juga
menjadi atrofi, dan prosesus siliaris memperlihatkan degenerasi hialin.2
Diskus optikus menjadi atrofi disertai pembesaran cekungan optikus diduga
disebabkan oleh ; gangguan pendarahan pada papil yang menyebabkan degenerasi
berkas serabut saraf pada papil saraf optik (gangguan terjadi pada cabang-cabang
sirkulus Zinn-Haller), diduga gangguan ini disebabkan oleh peninggian tekanan
intraokuler. Tekanan intraokuler yang tinggi secara mekanik menekan papil saraf
optik yang merupakan tempat dengan daya tahan paling lemah pada bola mata.
Bagian tepi papil saraf optik relatif lebih kuat daripada bagian tengah sehingga
terjadi cekungan pada papil saraf optik2,6
G. DIAGNOSIS
Pada penderita glaukoma ditentukan beberapa gejala tergantung pada jenis
glaukoma tersebut. Penderita sering ditemukan mengalami mual, muntah, sakit
hebat di mata dan di kepala, perasaan mual dengan muntah, dan bradikardia.
Gambaran klinis yang sering ditemui antara lain:
1. Bradikardia akibat refleks okulo kardiak
2. Mual dan muntah yang kadang-kadang akibat rasa sakit yang berat
terdapat gejala gastrointestinal
3. Sakit hebat di mata dan di kepala karena iris bengkak dan meradang, papil
saraf optik hiperemis
4. Mata merah pada glaukoma akut
5. Kadang dapat disertai edema kornea
6. Bilik mata depan di dalamnya normal akibat terjadinya pengecilan lensa
pada katarak hipermatur
7. Kelopak mata edem dengan blefarospasme, terlihat injeksi siliar yang
berat, kornea juga terlihat keruh dan pada dataran belakangnya menempel
lensa yang luksasi.3
Glaukoma akan memperlihatkan gejala:
1. Tekanan bola mata yang tidak normal.
2. Rusaknya jala.
3. Menciutnya lapang penglihatan akibat rusaknya selaput jala yang dapat
berakhir dengan kebutaan.3
H. PEMERIKSAAN
Sebelum melakukan penanganan lanjut hendaknya dilakukan pemeriksaan
terlebih dahulu sesuai dengan gejala yang ada pada penderita:
1. Anamnesis
Dari anamnesis akan didapatkan gejala-gejala klinik berupa nyeri pada
bola mata, injeksi pada konjungtiva, melihat gambaran haloes, dan
penglihatan seperti terowongan (tunnel vision). Penyakit sistemik yang
mungkin mempengaruhi penglihatan atau mempengaruhi pengobatan
nantinya juga perlu dianamnesis, seperti penyakit diabetes mellitus,
penyakit paru-paru dan kardiovaskuler, hipertensi dan berbagai penyakit
neurologis lainnya perlu dianamnesis. Pada anamnesis juga harus
dicantumkan riwayat ophtalmologi, baik yang sekarang ataupun yang
lampau, derajat social, riwayat penggunaan tembakau dan alcohol, dan
riwayat penyakit dalam keluarga.
2. Pemeriksaan pada mata
a. Ketajaman penglihatan
Pemeriksaan ketajaman penglihan bukan merupakan
pemeriksaan yang khusus untuk glaucoma karena tajam penglihatan
6/6 belum tentu tidak ada glaucoma. Pada glaucoma sudut terbuka,
kerusakan saraf mata dimulai dari tepi lapangan pandang dan lambat
laun ke tengah. Dengan demikian, penglihatan sentral bertahan lama
walaupun penglihatan perifer sudah tidak ada.
b. Pemeriksaan tekanan bola mata
Tekanan bola mata tidak tetap dari hari ke hari. Ada beberapa
orang dengan tekanan bola mata yang tinggi tetapi tidak
memperlihatkan gejala glaucoma lainnya, sebaliknya, ada beberapa
orang yang mempunai tekanan bola mata yang rendah tetapi memiliki
tanda-tanda galukoma. Oleh sebab itu, pemeriksaan dengan tonometri
bukan merupakan pemeriksaan satu-satunya untuk mendiagnosa
glaucoma. Tekanan bola mata tidak sama pada setiap orang. Tekanan
mata pada kebanyakan orang adalah di bawah 20 mmHg tanpa
kerusakan saraf optic dan gejala glaucoma. Sebagian besar penderita
glaucoma memiliki tekanan lebih dari 20 mmHg.5 hal yang perlu
dilakukan dalam mendiagnosa glaucoma adalah:
Bila tekanan 21 mmHg, rasio kontrol C/D, periksa lapangan
pandangan sentral, temukan titik buta yang meluas dan
skotoma sekitar titik fiksasi.
Bila tensi 24-30 mmHg, kontrol lebih ketat dan lakukan
pemeriksaan di atas bila masih dalam batas-batas normal
mungkin suatu hipertensi okuli.1
Alat yang diperlukan untuk menilai tekanan bola mata adalah
tonometri. Tonometri digunakan untuk menilai tingginya tekanan
intraocular. pemeriksaan tonometri merupakan pemeriksaan yang
penting dan khusus untuk diagnosa dan evaluasi terapi. Macam –
macam tonometer :
- Cara digital
Cara digital adalah cara yang paling mudah untuk menilai
peningkatan tekanan intraocular, tidak akurat karena bersifat
sangat subjektif. Caranya, kedua jari telunjuk diletakkan di atas
bola mata sambil penderita melihatb ke bawah. Satu jari
menahan, sedangkan jari lain menekan secara bergantian.
- Tonometer schiotz
Tonometri schiotz merupakan tonometri yang paling paling
popular, praktis, mudah dibawa, relatif murah harganya, sangat
berguna untuk dilapangan, dan ketelitiannya kurang. Cara
pemeriksaannya adalah penderita berbaring, melihat lurus ke
depan .mata ditetes dengan zat anestesi topical (pantocain 1-2
%). Pemeriksa berdiri disisi kanan penderita, kelopak mata
dibuka dengan ibu jari tangan kiri, tangan kanan memegang
tonometer schiotz yang sudah dibersihkan dengan alkohol 70 %.
Perlahan-lahan tonometer diletakkan pada kornea, jarum pada
tonometer akan menunjukkan angka pada skala. Hasil tonometer
pada skala dapat dibaca pada tabel yang ada sesuai dengan
beban yang dipakai ( 5.5 gr: 7,5 atau 10 gram ).
- Tonometer aplanasi goldmann
Tonometri aplanasi goldmann harganya mahal dan hanya ada di
pusat-pusat ophtalmologi. Dalam menggunakannya memerlukan
slit lamp. Hasilnya lebih akurat.
- Tonometer non kontak
Tonometer non kontak menggunakan tekanan udara pada
permukaan kornea. Pemeriksaan ini kurang teliti karena alat
pengukur tidak berkontak dengan bola mata.
c. Pemeriksaan lapangan pandang
Gangguan penglihatan terjadi akibat gangguan peredaran darah
terutama pada papil saraf optik. Pembuluh darah retina yang
mempunyai tekanan sistolik 80 mmHg dan diastolik 40 mmHg akan
kolaps bila tekanan bola mata 40 mmHg. Akibatnya akan terjadi
gangguan peredaran serabut saraf retina, yang akan mengganggu
fungsinya. Pembuluh darah kecil papil akan menciut sehingga
peredaran darah papil terganggu yang akan mengakibatkan ekskavasi
glaukomatosa pada papil saraf optik. Akibat keadaan ini perlahan-
lahan terjadi gangguan lapang pandangan dengan gambaran skotoma
khas untuk glaukoma.2
Alat yang digunakan untuk pemeriksaan lapangan pandang
adalah perimeter Goldmann yang merupakan pemeriksaan khusus pada
glaucoma. Alat ini digunakan untuk diagnosis dan penilaian kemajuan
terapi. Apabila alat ini tidak tersedia, dapat dilakukan secara
konfrontasi.
d. Ophtalmoskopi untuk menilai kerusakan saraf optic
Adanya depresi n.opticus di belakang mata akibat penekanan
tekanaan intraokular. Terjadi pelebaran n.opticus yang disebut dengan
cuppin. Hal ini berarti kondisi sudah dalam tahap lanjut.
e. Gonioskopi untuk menentukan jenis glaucoma
Pemeriksaan gonioskopi dilakukan untuk mengetahui jenis
glaucoma terbuka atau tertuup. Pada uji gonioskopi, lensa cermin
ditaruh di depan kornea sehingga dapat dilihat sudut bilik mata secara
lagsung. Sudut sempit atau sudut tertutup dapat dilihat. Pemeriksaan
ini harus dilakukan rutin pada penderita glaucoma. Gonioskopi dapat
menentukan apakah seseorang akan mendapat serangan glaukma sudut
tertutup, sehinga ia akan mencari pengobatan segera apbila mulai
terjadi serangan.5
f. Uji lain pada glaukoma
Uji Kopi
Penderita meminum 1-2 mangkok kopi pekat, bila tekanan bola
mata naik 15-20 mmHg setelah minum 20-40 menit
menunjukkan adanya glaukoma.1,7
Uji Minum Air
Sebelum makan pagi tekanan bola mata diukur dan kemudian
pasien disuruh minum dengan cepat 1 liter air. Tekanan bola
mata diukur setiap 15 menit. Bila tekanan bola mata naik 8-15
mmHg dalam waktu 45 menit pertama menunjukkan pasien
menderita glaukoma.1,7
Uji Steroid
Pada pasien yang dicurigai adanya glaukoma terutama dengan
riwayat glaukoma simpleks pada keluarga, diteteskan
betametason atau deksametason 0,1% 3-4 kali sehari. Tekanan
bola mata diperiksa setiap minggu. Pada pasien berbakat
glaukoma maka tekanan bola mata akan naik setelah 2
minggu.1,7
Uji Variasi Diurnal
Pemeriksaan dengan melakukan tonometri setiap 2-3 jam sehari
penuh, selama 3 hari biasanya pasien dirawat. Nilai variasi
harian pada mata normal adalah antara 2-4 mmHg, sedang pada
glaukoma sudut terbuka variasi dapat mencapai 15-20 mmHg.
Perubahan 4-5 mmHg sudah dicurigai keadaan patologik.
Uji Kamar Gelap
Pada uji ini dilakukan pengukuran tekanan bola mata dan
kemudian pasien dimasukkan ke dalam kamar gelap selama 60-
90 menit. Pada akhir 90 menit tekanan bola mata diukur. 55%
pasien glaukoma sudut terbuka akan menunjukkan hasil yang
positif, naik 8 mmHg.1,7
Uji provokasi pilokarpin
Tekanan bola mata diukur dengan tonometer, penderita diberi
pilokarpin 1% selama 1 minggu 4 kali sehari kemudian diukur
tekanannya.
I. DIAGNOSIS
Diagnosis glaukoma sudut terbuka primer ditegakkan apabila ditemukan
kelainan - kelainan glaukomatosa pada diskus optikus dan lapang pandang disertai
peningkatan tekanan intraokular, sudut kamera anterior terbuka dan tampak
normal, dan tidak terdapat sebab lain yang menyebabkan peningkatan tekanan
intraokular. Sekitar 50 % pasien glaukoma sudut terbuka primer memperlihatkan
tekanan intraokular yang normal sewaktu pertama kali diperiksa, sehingga untuk
menegakan diagnosis diperlukan pemeriksaan Tonometri berulang.2
Glaukoma sudut tertutup terjadi bila tekanan intraokular mendadak naik
karena adanya hambatan oleh akar iris pada sudut balik mata depan, yang
membendung semua aliran keluar. Ini terjadi bila secara anatomis sudut bilik mata
depan sempit. Glaukoma sudut tertutup ditandai oleh penglihatan yang kabur
mendadak diikuti rasa nyeri hebat dan penampakan lingkaran berwarna pelangi
disekitar lampu. Sering mual-mual dan muntah. Biasanya nyeri pada dan disekitar
mata.gejala lainnya antara lain tekanan intraokular yang sangat tinggi, bilik mata
depan yang dangkal, sembab kornea, tajam penglihatan menurun, pupil yang agak
melebar dan tidak bergerak dan injeksi siliar. Pada funduskopi, papil saraf optik
menunjukkan penggaungan dan atrofi.1,2,3,8
Selain dari anamnesis diagnosis ditegakkan melalui pemeriksaan
penunjang yang dapat dilakukan pada pasien yang diduga glaukoma.
J. DIAGNOSIS BANDING
Iritis akut dan konjungtivitis harus dipertimbangkan sebagai diagnosis
banding pada glaukoma sudut tertutup bila ada radang mata akut, meskipun pada
kedua hal tersebut di atas jarang disertai bilik mata depan yang dangkal atau
tekanan yang meninggi.
1. Pada iritis akut terdapat lebih banyak fotofobia, tetapi rasa nyerinya kurang
jika dibandingkan dengan glaukoma. Tekanan intraokular normal, pupil kecil
dan kornea tidak sembab. “Flare” dan sel-sel terlihat didalam bilik mata
depan, dan terdapat injeksi siliar dalam (deep ciliary injection).
2. Pada konjungtivitis akut tidak begitu nyeri atau tidak nyeri sama sekali, dan
tajam penglihatan tidak menurun. Ada kotoran mata dan konjungtiva sangat
meradang, tetapi tidak ada injeksi siliar. Reaksi pupil normal, kornea jernih
dan tekanan intraokular normal.2
K. TERAPI
Pengobatan Medis
Supresi Pembentukan Aquoeus humor
Penghambat adrenergik beta (beta blocker)
Timolol maleat 0,25% dan 0,5%
Betaksolol 0,25% dan 0,5%
Levobunolol 0,25% dan 0,5%
Metipranolol 0,3%
Efek samping : hipotensi, bradikardi, sinkop, halusinasi, kambuhnya asma,
payah jantung kongestif.
Kontraindikasi utama pemakaian obat-obat ini adalah penyakit obstruksi
jalan napas menahun, terutama asma dan defek hantaran jantung.2
Apraklonidin
Suatu agonis adrenergik α2 yang menurunkan pembentukan Aquoeus
humor tanpa efek pada aliran keluar.2
Inhibitor karbonat anhidrase2
Asetazolamid → dosis 125-250 mg sampai 3x sehari peroral atau
500 mg sekali atau 2x sehari atau secara IV (500 mg). Pemberian obat
ini timbul poliuria.
Efek samping : anoreksi, muntah, mengantuk, trombositopeni,
granulositopeni, kelainan ginjal.
Diklorfenamid
Metazolamid
Untuk glaukoma kronik apabila terapi topikal tidak memberi hasil
memuaskan dan pada glaukoma akut dimana tekanan intraokular yang
sangat tinggi perlu segera dikontrol.
Fasilitasi Aliran Keluar Aquoeus humor
Obat parasimpatomimetik2
o Pilokarpin : larutan 0,5-6% diteteskan beberapa kali sehari, gel 4%
sebelum tidur.
o Demekarium bromide 0,125% dan 0,25%
o Ekotiopat iodide 0,03%-0,25%
Meningkatkan aliran keluar Aquoeus humor dengan bekerja pada jalinan
trabekular melalui kontraksi otot siliaris.
Semua obat parasimpatomimetik menimbulkan miosis disertai
meredupnya penglihatan, terutama pada pasien katarak.
Epinefrin 0,25-2%
Diteteskan sekali atau 2x sehari, meningkatkan aliran keluar aquoeus
humor dan sedikit banyak disertai penurunan pembentukan Aquoeus
humor .
Dipifevrin
Suatu prodrug epinefrin yang dimetabolisasi secara intraokular menjadi
bentuk aktifnya.
Penurunan Volume Korpus Vitreum
Obat-obat hiperosmotik2
Darah menjadi hipertonik sehingga air tertarik keluar dari korpus vitreum
dan terjadi penciutan korpus vitreum selain itu juga terjadi penurunan
produksi Aquoeus humor . Penurunan volume korpus vitreum bermanfaat
dalam pengobatan glaukoma sudut tertutup akut dan glaukoma maligna
yang menyebabkan pergeseran lensa kristalina ke depan (disebabkan oleh
perubahan volume korpus vitreum atau koroid) dan menyebabkan
penutupan sudut (glaukoma sudut tertutup sekunder)
Gliserin (gliserol)
Miotik, Midriatik & Sikloplegik
Konstriksi pupil sangat penting dalam penatalaksanaan glaukoma
sudut tertutup akut primer dan pendesakan sudut pada iris plateau. Dilatasi
pupil penting dalam pengobatan penutupan sudut akibat iris bombé karena
sinekia posterior.2
Apabila penutupan sudut disebabkan oleh penutupan lensa ke
anterior, sikloplegik (siklopentolat dan atropine) dapat digunakan untuk
melemaskan otot siliaris sehingga mengencangkan aparatus zonularis
dalam usaha untuk menarik lensa ke belakang.2
Terapi Bedah & Laser
Iridektomi & Iridotomi Perifer
Sumbatan pupil paling baik diatasi dengan membentuk komunikasi
langsung antara kamera anterior dan posterior sehingga beda tekanan di
antara keduanya menghilang. Hal ini dapat dicapai dengan laser
neodinium : YAG atau argon (iridotomi perifer) atau dengan tindakan
bedah iridektomi perifer. Walaupun lebih mudah dilakukan, terapi laser
memerlukan kornea jernih dan dapat menyebabkan peningkatan tekanan
intraokular yang cukup besar, terutama apabila terdapat penutupan sudut
akibat sinekia luas. Iridotomi laser YAG adalah terapi pencegahan yang
digunakan pada sudut sempit sebelum terjadi serangan penutupan sudut.2
Trabekuloplasti Laser
Penggunaan laser untuk menimbulkan luka bakar melalui suatu goniolensa
ke jalinan trabekular dapat mempermudah aliran akueus karena efek luka
bakar tersebut pada jalinan trabekular dan kanalis Schlemm serta
terjadinya proses-proses selular yang meningkatkan fungsi jalinan
trabekular. Teknik ini dapat diterapkan bagi bermacam-macam bentuk
glaukoma sudut terbuka.2
Bedah Drainase Glaukoma
Tindakan bedah untuk membuat jalan pintas dari mekanisme
drainase normal, sehingga terbentuk akses langsung Aquoeus humor dari
kamera anterior ke jaringan subkonjungtiva atau orbita, dan dapat dibuat
dengan trabekulotomi atau insersi selang drainase. Trabekulotomi telah
menggantikan tindakan-tindakan drainase full-thickness. Penyulit utama
trabekulotomi adalah kegagalan bleb akibat fibrosis jaringan episklera.2
Penanaman suatu selang silikon untuk membentuk saluran keluar
permanen bagi Aquoeus humor adalah tindakan alternatif untuk
mata yang tidak membaik dengan trabekulotomi atau kecil
kemungkinannya berespons terhadap trabekulotomi.2
Sklerostomi laser holmium adalah satu tindakan baru yang
menjanjikan sebagai alternatif bagi trabekulotomi.
Goniotomi adalah suatu teknik yang bermanfaat untuk mengobati
glaukoma kongenital primer, yang tampaknya terjadi sumbatan drainase
Aquoeus humor di bagian dalam jalinan trabekular.
Tindakan Siklodestruktif
Kegagalan terapi medis dan bedah dapat menjadi alasan untuk
mempertimbangkan tindakan destruksi korpus siliaris dengan laser atau
bedah untuk mengontrol tekanan intraokular. Krioterapi, diatermi,
ultrasonografi mata tepat di sebelah posterior limbus untuk menimbulkan
kerusakan korpus siliaris dibawahnya.
Pertama-tama harus diingat bahwa glaukoma akut merupakan masalah
pembedahan. Pengobatan dengan obat harus dilakukan sebagai tindakan
pertolongan darurat bahwa tugas mereka di daerah adalah memberi pengobatan
secepatnya, kemudian merujuknya ke rumah sakit yang ada fasilitas untuk
pembedahan mata10.
Pengobatan dengan obat-obatan10 :
♠ Miotik: yang paling mudah didapat adalah pilokarpin 2 - 4 % tetes mata yang
diteteskan tiap menit 1 tetes selama 5 menit, kemudian disusul 1 tetes tiap jam
sampai 6 jam.
♠ Carbonic anhidrase inhibitor: yang biasa dipakai adalah tablet asetazolamid,
@ 250 mg, 2 tablet sekaligus, kemudian disusul tiap 4 jam 1 tablet sampai 24
jam.
♠ Obat hiperosmotik: yang paling mudah adalah larutan gliserin, 50 % yang
diberikan oral. Dosis 1-1,5 gram/kgBB (0,7-1,5 KgBB). Untuk praktisnya
dapat dipakai 1 cc per KgBB
♠ Gliserin ini harus diminum sekaligus. Tidak banyak gunanya jika diminum
sedikit demi sedikit. Karena gliserin ini terlalu manis hingga dapat
menyebabkan rasa mual pada penderita, boleh diteteskan jeruk nipis agar
terasa seperti air jeruk. Obat lain yang hiperosmotik tetapi tidak mudah
didapat di daerah pedesaan adalah manitol 20 % yang diberikan perinfus + 60
tetes per menit.
♠ Morfin: suntikan 10-15 mg mengurangi rasa sakit dan mengecilkan pupil.
Hasil pilokarpin adalah miosis yang karenanya melepaskan iris dari jaringan
trabekulum. Sudut bilik mata depan akan terbuka. Daya kerja Asetazolamid
adalah mengurangi pembentukan aqueous humor. Gliserin dan manitol
mempertinggi daya osmosis plasma.
Obat-obatan di atas dapat diberikan bersama-sama, tetapi hanya
merupakan pengobatan darurat dan jangka pendek. Pembedahan harus tetap
direncanakan. Dalam hal ini sering kali menolak suatu operasi berhubung matanya
sudah dirasakan lebih nyaman setelah mendapatkan obat-obatan. Karenanya sejak
semula penderita dan keluarganya sudah harus diberitahu akan perlunya
pembedahan.
Pengobatan dengan sinar laser pada glaukoma dapat dilakukan untuk tindakan
nonbedah iridektomi.
PEMBEDAHAN
Sebelum pembedahan, tiap glaukoma akut harus diobati terlebih dahulu.
Dengan cara seperti tersebut di atas tekanan bola mata yang tadinya sangat tinggi
diturunkan dahulu sampai di bawah 25 mmHg. Apabila mata masih terlalu merah
dapat ditunggu sampai mata lebih putih, dan kemudian penderita dibedah.
Iridektomi perifer
Indikasi:Pembedahan ini dilakukan untuk glaukoma dalam fase prodomal,
glaukoma akut yang baru terjadi atau untuk tindakan pencegahan pada mata
sebelahnya yang masih sehat.
Teknik: pada prinsipnya dibuat lubang di bagian perifer iris.
Maksudnya adalah untuk menghindari hambatan pupil. Iridektomi ini
biasanya dibuat di sisi temporal atas.
Pembedahan Filtrasi
Indikasi: Pembedahan filtrasi dilakukan kalau glaukoma akut sudah berlangsung
lama atau penderita sudah masuk stadium glaukoma kongestif kronik.
Trepanasi Elliot: sebuah lubang kecil berukuran 1,5 mm dibuat di daerah kornea-
skleral, kemudian ditutup oleh konjungtiva dengan tujuan agar aquoeus mengalir
langsung dari bilik mata depan ke ruang subkonjungtiva.
Sklerektomi Scheie kornea-skleral dikauterisasi agar luka tidak menutup
kembali dengan sempurna, dengan tujuan agar aquoeus mengalir langsung dari
bilik mata depan ke ruang subkonjungtiva.
Trabekulektomi yaitu dengan mengangkat trabekulum sehingga terbentuk
celah untuk mengalirkan cairan mata masuk ke dalam kanal Schlemm.
Pengobatan glaukoma sudut terbuka diberikan secara teratur dan
pembedahan hanya dilakukan bila pengobatan tidak mencapai hasil memuaskan.
Pengobatan dengan obat-obatan10 :
Miotik :
- Pilokarpin 2-4 %, 3-6 kali satu tetes sehari (membesarkan pengeluaran
cairan mata - outflow).
- Eserin ¼ - 1 %, 3-6 kali satu tetes sehari (membesarkan pengeluaran
cairan mata - outflow).
Simpatomimetik
- Epinefrin 0,5-2 % , 1-2 kali satu tetes sehari (menghambat produksi
aquoeus humor).
Beta-blocker
Timolol maleat 0,25 - 0,50 %, 1-2 kali tetes sehari. (menghambat produksi
aquoeus humor).
Carbonic Anhidrase Inhiobitor
Asetazolamid 250 mg, 4 kali 1 tablet(menghambat produksi aquoeus
humor). Kalau pada glaukoma akut obat-obat diberi bersamaan, pada glaukoma
sudut terbuka, obat-obat diberikan satu demi satu atau kalau perlu kemudian
baru dikombinasi. Kalau tidak berhasil, frekuensi tetes mata dinaikkan atau
prosentase obat ditingkatkan atau ditambah dengan obat tetes lain seperti
epinefrin atau tablet asetazolamid. Seorang dokter umum di daerah dapat
menolong dokter spesialis mata dengan mengukur tekanan mata tiap bulan
sekali dan apabila ditemukan bahwa tekanan meninggi lagi di atas 21 mmHg
maka penderita dirujuk kembali kepada dokter spesialis mata.
Apabila obat-obatan yang maksimal tidak berhasil menahan tekanan bola
mata di bawah 21 mmHg dan lapang pandangan terus mundur dilakukan
pembedahan. Jenis pembedahan yang dipakai adalah trepanasi elliot atau
pembedahan sklerotomi Schele. Akhir-akhir ini operasi yang menjadi popular
adalah trabekulektomi. Pembedahan ini memerlukan mikroskop10.
L. PENCEGAHAN
Pencegahan kebutaan akibat glaukoma:
1. Pada orang yang telah berusia 20 tahun sebaiknya dilakukan pemeriksaan
tekanan bola mata berkala secara teratur setiap 3 tahun.
2. Bila terdapat riwayat adanya glaukoma pada keluarga maka lakukan
pemeriksaan ini setiap tahun.
3. Secara teratur perlu dilakukan pemeriksaan lapang pandangan dan tekanan
mata pada orang yang dicurigai akan timbulnya glaukoma.
4. Sebaiknya diperiksakan tekanan mata, bila mata menjadi merah dengan
sakit kepala yang berat.3
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas, Sidarta. 2004. Ilmu Penyakit Mata. Fakultas kedokteran Universitas
Indonesia: Jakarta.
2. Ilyas, Sidarta. 2005. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia: Jakarta.
3. Ilyas, Sidarta.2004. Ilmu Perawatan Mata. Sagung Seto: Jakarta.
4. IgG antibody patterns in aqueous humor of patients with primary open angle
glaucoma and pseudoexfoliation glaucoma.Joachim SC, Wuenschig D,
Pfeiffer N, Grus FH.Experimental Ophthalmology, Department of
Ophthalmology, Johannes Gutenberg University, Mainz, Germany.
http://www.molvis.org/molvis/v13/a175/
5. Ilyas, Sidarta. 1997. Glaukoma. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia:
Jakarta
6. Friedmen, Kaiser. 2004. The Massachusetts Eye and Ear Infirmary
Illustrated Manual of Ophtalmology. Else Vier Science: USA. ed 2. hal 444-
445.
7. Liesegang, Thomas, dkk. 2001. Glaucoma. The Foundation of the American
Academy of Ophthalmology: USA.
8. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 2001. hal : 172-
9,220-4.
9. Vaughan DG, Eva RP, Asbury T. Oftalmologi Umum. Edisi 14. Widya
Medika. Jakarta. 2000.hal : 220-38.
10. Ilyas S. Kedaruratan Dalam Ilmu Penyakit Mata. Balai Penerbit FKUI.
Jakarta. hal : 97-100.
11. Ilyas S, Tanzil M, Salamun, Azhar Z. Sari Ilmu Penyakit Mata. Balai
Penerbit
12. Allingham RR, Damji KD, Freedman S. Glaucomas associated with
disorders of the lens: phacolytic (lens protein) glaucoma. In: Shields
Textbook of Glaucoma. 2005. 5th ed. Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins; 262-3.
13. Chu ER, Durkin SR, Keembiyage RD, Nathan F, Raymond G. Nineteen-
year delayed-onset phacolytic uveitis following dislocation of the crystalline
lens. Can J Ophthalmol. Feb 2009;44(1):112.
14. Gadia R, Sihota R, Dada T, Gupta V. Current profile of secondary
glaucomas. Indian J Ophthalmol. Jul-Aug 2008;56(4):285-9.
15. Sihota R, Kumar S, Gupta V, Dada T, Kashyap S, Insan R, et al. Early
predictors of traumatic glaucoma after closed globe injury: trabecular
pigmentation, widened angle recess, and higher baseline intraocular
pressure. Arch Ophthalmol. Jul 2008;126(7):921-6.
16. Alliman KJ, Smiddy WE, Banta J, Qureshi Y, Miller DM, Schiffman
JC. Ocular trauma and visual outcome secondary to paintball projectiles. Am
J Ophthalmol. Feb 2009;147(2):239-242.e1.
17. Braganza A, Thomas R, George T. Management of phacolytic glaucoma:
experience of 135 cases. Indian J Ophthalmol. Sep 1998;46(3):139-43.
18. Chen TC. Lens-induced glaucomas: surgical techniques and
complications. Middle East J Ophthalmol. May 2004;12(1):40-52.
19. Venkatesh R, Tan CS, Kumar TT, Ravindran RD. Safety and efficacy of
manual small incision cataract surgery for phacolytic glaucoma. Br J
Ophthalmol. Mar 2007;91(3):279-81
20. Johns J.K Lens and Kataract. Basic and Clinical Science Section 11.
American Academy of Ophthalmology. 2002.
21. Wayne F. Age Related Cataract. Last updated 15-08-2004.
www.medem.com download at 28-09-2006
22. Leedez J. Guide to Eye Cataract and Cataract Surgery. Last updated 27-09-
2005. www.allaboutvision.com download at 29-09-2006
23. Anonymous. Cataract. Last updated 27-12-2005. www.eyemedlink.com
download at 29-09-2006
24. Wijaya N. Ilmu Penyalit Mata. Edisi 3. Jakarta: Balai Penerbit FK UI;1983.
Recommended