36
REFERAT GLAUKOMA DAN TRABEKULEKTOMI Pembimbing : dr. Sri Harto, SpM Penyusun : Wiryani Elvira Ambat 030.07.274 Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata RSAU dr.Esnawan Antariksa

Referat glaukoma dan trabekulektomi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Glaukoma adalah suatu penyakit dimana tekanan di dalam bola mata meningkat, sehingga terjadi kerusakan papil saraf optikus dan menyebabkan penurunan fungsi penglihatan.

Citation preview

Page 1: Referat glaukoma dan trabekulektomi

REFERAT

GLAUKOMA DAN TRABEKULEKTOMI

Pembimbing :

dr. Sri Harto, SpM

Penyusun :

Wiryani Elvira Ambat

030.07.274

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata

RSAU dr.Esnawan Antariksa

Periode 8 Oktober – 9 November 2012

Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

Page 2: Referat glaukoma dan trabekulektomi

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas referat dengan judul “GLAUKOMA

DAN TRABEKULEKTOMI” dengan baik. Tugas ini merupakan salah satu syarat dalam

mengikuti Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata Periode 8 Oktober – 9 November

2012.

Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada dr. Sri

Harto, SpM atas bimbingannya selama menyelesaikan tugas ini. Penulis juga ingin

mengucapkan terima kasih kepada teman dalam siklus ini yang telah membantu dalam

pembuatan referat ini serta semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu

masukan dalam bentuk saran maupun kritik akan saya terima guna memperbaiki

makalah ini. Saya berharap isi dari makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Jakarta, Oktober 2012

Wiryani Elvira Ambat

Page 3: Referat glaukoma dan trabekulektomi

BAB I

PENDAHULUAN

Glaukoma adalah suatu penyakit dimana tekanan di dalam bola mata meningkat,

sehingga terjadi kerusakan papil saraf optikus dan menyebabkan penurunan fungsi

penglihatan.

Tekanan bola mata normal rata-rata sekitar 15 mmHg, dengan batas antara 12-

20 mmHg. Tekanan bola mata yang tinggi akan mengakibatkan gangguan pembuluh

darah retina yang disusul oleh kematian saraf mata.

Glaucoma merupakan salah satu penyakit penyebab utama kebutaan yang

dapat dicegah. Di amerika, hampir 80.000 penduduknya buta akibat glaucoma.

Kebutaan sering dapat dicegah bila glaucoma dapat terdeteksi dan mendapatkan

pengobatan dini.

Kelainan mata pada glaucoma ditandai dengan meningkatnya tekanan bola

mata, atrofi papil saraf optic dan menciut nya lapangan pandang.

Mekanisme peningkatan tekanan intraocular pada glaucoma adalah gangguan

pengeluaran humor akueus akibat kelainan system drainase sudut kamera anterior

(glaucoma sudut terbuka) atau gangguan akses humor akueus ke dalam system

drainase (glaucoma sudut tetutup).

Pada glaucoma akan terdapat melemah nya fungsi mata dengan terjadinya cacat

lapangan pandang dan kerusakan anatomi, berupa ekskavasasi serta degenerasi papil

saraf optic, yang dapat berakhir dengan kebutaan.

Penatalaksanan glaucoma sebaiknya dilakukan oleh ahli oftalmologi dan

kerjasama dari berbagai ahli kesehatan. Pemeriksaan oftalmoskopi dan tonometri

merupakan bagian dari pemeriksaan rutin pada pasien yang kooperatif dan berusia

lebih dari 30 tahun. Hal ini penting pada pasien yang mempunyai riwayat glaucoma

pada keluarganya.

Page 4: Referat glaukoma dan trabekulektomi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI

Glaucoma berasal dari bahasa Yunani glaukos yang berarti hijau kebiruan, yang

memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaucoma.

Glaucoma merupakan salah satu gaup dari penyakit saraf optic yang melibatkan sel

ganglion retina dengan karakterikstik berupa optic neuropathy. Terjadi peningkatan

tekanan bola mata, sehingga terjadi kerusakan papil saraf optikus dan menyebabkan

penurunan fungsi penglihatan.

Klasifikasi glaukoma adalah sebagai berikut :

1.    Glaukoma Primer

Pada glaukoma primer, penyebab timbulnya glaukoma tidak diketahui.

Glaukoma primer dibagi atas 2 bentuk yaitu glaukoma sudut tertutup atau glaukoma

sudut sempit dan glaukoma sudut terbuka, yang disebut juga sebagai glaukoma

simpleks atau glaukoma kronik.

1.1.  Glaukoma Sudut Tertutup

1.1.1. Sudut Tertutup Akut

Terjadi pada pasien dengan sudut bilik mata sempit. Pada glaukoma sudut

tertutup terjadi penutupan pengaliran keluar cairan mata secara mendadak. Tekanan

yang mendadak ini akan memberikan rasa sakit yang sangat di mata dan di kepala

serta perasaan mual dan muntah. Keadaan mata menunjukkan tanda-tanda

peradangan seperti kelopak mata bengkak, mata merah, tekanan bola mata sangat

tinggi yang mengakibatkan pupil

lebar, kornea suram dan edem, iris sembab meradang, penglihatan kabur disertai

dengan adanya halo (pelangi disekitar lampu).Serangan glaukoma mudah terjadi pada

keadaan ruang yang gelap seperti bioskop yang memungkinkan pupil melebar, dan

akibat mengkonsumsi beberapa obat tertentu seperti antidepresan, influenza,

antihistamin, antimuntah serta obat yang melebarkan pupil. Keluhan ini hilang bila

Page 5: Referat glaukoma dan trabekulektomi

pasien masuk ruang terang atau tidur karena terjadi miosis yang mengakibatkan sudut

bilik mata terbuka. Hanya pembedahan yang dapat mengobati glaukoma sudut tertutup

akut.Tindakan pembedahan harus dilakukan pada mata dengan glaukoma sudut

tertutup akut karena serangan dapat berulang kembali pada suatu saat.

1.1.2.      Sudut Tertutup Kronik

Pada glaukoma tertutup kronis, iris berangsur-angsur menutupi jalan keluar

cairan mata tanpa gejala yang nyata. Pada keadaan ini perlahan-lahan terbentuk

jaringan parut antara iris dan jalur keluar cairan mata. Tekanan bola mata akan naik bila

terjadi gangguan jumlah cairan keluar akibat bertambahnya jaringan parut.

1.1.3.      Sudut Tertutup dengan Hambatan Pupil

Sudut tetutup dengan hambatan pupil adalah glaukoma dimana ditemukan

keadaan sudut bilik mata depan yang tertutup disertai dengan hambatan pupil.

Bila usia bertambah tua maka lensa akan bertambah cembung sehingga bilik mata

depan akan bertambah dangkal. Posisi lensa yang kedepan akan mendorong iris ke

depan, oleh karena itu diperlukan tekanan yang lebih tinggi untuk mendorong cairan

mata (akuos humor) keluar melalui celah iris.

1.1.4.      Sudut Tertutup tanpa Hambatan Pupil

Glaukoma sudut tertutup tanpa hambatan pupil adalah glaukoma primer yang

ditandai dengan sudut bilik mata depan yang tertutup, tanpa disertai dengan hambatan

pupil. Pada umumnya sudut bilik mata depan sudah sempit sejak semula (bersifat

herediter), sehingga menyebabkan gangguan penglihatan cairan bilik mata depan ke

jaring trabekulum. Hambatan aliran cairan mata (akuos humor) dapat terjadi karena

penutupan sudut bilik mata yang dapat terjadi sedikit demi sedikit sampai tertutup sama

sekali atau mendadak tertutup sama sekali. Masing-masing keadaan memberikan

gambaran klinik yang berbeda-beda antara lain :

a.    Penutupan Sudut Mendadak (Acute Angle Closer)

Penutupan sudut terjadi secara mendadak atau tiba-tiba sehingga aliran cairan

mata (akuos humor) dari bilik mata depan menjadi terhalang sama sekali. Faktor

pencetus dapat berupa keadaan emosi yang terlalu gembira, sesudah menonton

film di bioskop,berada dalam ruangan yang gelap atau minum terlalu banyak.

Page 6: Referat glaukoma dan trabekulektomi

b.   Penutupan Sudut Intermedit (Intermettent Angle Closer)

Pada umumnya sudut bilik depan sudah sempit sejak semula dan dapat

menyebabkan gangguan aliran cairan mata (akuos humor) menuju ke jaring

trabekulum. Perjalanan penyakit biasanya berupa serangan-serangan yang

singkat dan hilang timbul. Sesudah setiap kali serangan sudut bilik mata depan

terbuka kembali, akan tetapi keadaan sudut bilik mata depan tidak terbuka

kembali seperti semula (menjadi lebih sempit).

c.    Penutupan Sudut Menahun (Chronic Angle Closure)

Dapat terjadi karena penutupan sudut yang perlahan-lahan atau merupakan

kelanjutan serangan intermitet yang sudah menimbulkan dengan kornea pada

sudut bilik mata) yang luas. Dapat juga terjadi karena serangan mendadak yang

tidak diatasi dengan baik.

1.2.   Glaukoma Sudut Terbuka

1.2.1. Glaukoma Sudut Terbuka Kronik (Simpleks)

Glaukoma sudut terbuka kronik (simpleks) adalah glaukoma yang penyebabnya

tidak ditemukan dan disertai dengan sudut bilik mata depan yang terbuka.

Pada umumnya glakoma sudut terbuka kronik (simpleks) ditemukan pada usia lebih

dari 40 tahun, walaupun penyakit ini kadang kadang ditemukan pada usia yang lebih

muda. Diduga glaukoma diturunkan secara dominan atau resesif pada kira-kira 50%

penderita. Secara genetik penderitanya adalah homozigot. Pada penderita glaukoma

sudut terbuka kronik (simpleks) 99% hambatan terdapat pada jaring trabekulum dan

kanal Schlemm.

Mata tidak merah dan sering penderita tidak memberikan keluhan sehingga terdapat

gangguan susunan anatomik tanpa disadari penderita. Gangguan akibat tingginya

tekanan bola mata terjadi pada kedua mata, sehingga ditemukan gejala klinik akibat

tekanan yang tinggi. Pada glaukoma simpleks terdapat perjalanan penyakit yang lama,

akan tetapi berjalan progresif sampai berakhir dengan kebutaan.

1.2.2.  Glaukoma Steroid

Pemakaian kortikosteroid topikal ataupun sistemik dapat mencetuskan

glaukoma sudut terbuka kronik (simpleks). Pada pasien glaukoma steroid akan terjadi

Page 7: Referat glaukoma dan trabekulektomi

peninggian tekanan bola mata dengan keadaan mata yang terlihat dari luar putih atau

normal. Pasien akan memperlihatkan kelainan funduskopi berupa ekskavasi papil

glaukomatosa dan kelainan pada lapang pandangan. Bila steroid diberhentikan maka

pengobatan glaukoma steroid masih diperlukan sama seperti pengobatan

padaglaukoma lainnya.

1.2.3.      Glaukoma Tekanan Rendah (Normal)

Glaukoma bertekanan rendah (normal) adalah suatu keadaan dimana ditemukan

penggaungan papil saraf optik dan kelainan lapang pandangan yang khas glaukoma

tetapi disertai dengan tekanan bola mata yang tidak tinggi (normal).

Penyebab dari tipe glaukoma bertekanan rendah (normal), berhubungan dengan

kekurangan sirkulasi darah di daerah saraf optik mata, yang dapat mengakibatkan

kematian dari sel-sel saraf optik yang bertugas membawa impuls/rangsang dari retina

menuju ke otak.

1.2.4. Glaukoma Miopi (Pigmen)

Glaukoma miopi dan pigmen adalah glaukoma primer sudut terbuka dimana

pada pemeriksaan gonioskopi ditemukan pigmentasi yang nyata dan padat pada jaring

trabekulum. Pada stadium permulaan ditemukan tekanan intraokuler (TIO) atau

tekanan di dalam bola mata, yang tinggi dan adanya halo (pelangi disekitar lampu)

karena adanya edema pada kornea. Sesudah stadium permulaan dapat diatasi

biasanya tekanan intraokuler (TIO) atau tekanan di dalam bola mata dapat terkontrol.

2.         Glaukoma Sekunder

Glaukoma sekunder adalah glaukoma yang diketahui penyebab

timbulnya.Glaukoma sekunder dapat disebabkan atau dihubungkan dengan kelainan-

kelainan atau penyakit yang telah diderita sebelumnya atau pada saat itu, seperti :

kelainan lensa, kelainan uvea, trauma, pembedahan dan lain-lain.Glaukoma

dibangkitkan lensa merupakan salah satu bentuk daripada glaukoma sekunder.

Glaukoma ini terjadi bersamaan dengan kelainan lensa, dimana terjadi gangguan

pengaliran cairan mata (akuos humor) ke sudut bilik mata akibat mencembungnya

lensa mata.

Page 8: Referat glaukoma dan trabekulektomi

2.1.   Glaukoma Neovaskuler

Glaukoma neovaskuler adalah glaukoma sekunder yang disebabkan oleh

bertumbuhnya jaringan fibrovaskuler (neovaskuler) di permukaan iris. Neovaskuler ini

menuju ke sudut bilik depan dan berakhir pada jaring trubekulum. Glaukoma

neovaskuler dapat diakibatkan oleh berbagai hal, misalnya: kelainan pembuluh darah,

penyakit peradangan pembuluh darah, penyakit pembuluh darah sistemik, serta

penyakit tumor mata.

2.2.   Glaukoma Maligna

Glaukoma maligna adalah suatu keadaan peningkatan tekanan intrakuler (TIO)

atau tekanan pada bola mata oleh karena terdapatnya hambatan siliar (ciliary block).

Hambatan siliar pada glaukoma maligna terjadi karena penempelan lensa dengan

badan siliar atau badan kaca dengan badan siliar. Hal ini menyebabkan terjadinya

penimbunan cairan mata (akuos humor) hasil produksi badan siliar di bagian belakang

yang mendesak ke segala arah. Keadaan ini akan mengakibatkan terjadinya

pendangkalan bilik mata depan.

2.3.   Glaukoma dengan Hambatan Pupil

Glaukoma dengan hambatan pupil adalah glaukoma sekunder yang timbul akibat

terhalangnya pengaliran cairan mata (akuos humor) dari bilik mata belakang ke bilik

mata depan. Hambatan ini dapat bersifat total dan relatif. Pada hambatan yang bersifat

total, glaukoma terjadi akibat perlekatan iris dengan lensa ataupun iris dengan badan

kaca. Hal ini biasanya terjadi sesudah peradangan. Pada hambatan yang bersifat

relatif, glaukoma terjadi akibat iris dan pangkal iris terdorong kedepan, sehingga

menutup sudut bilik mata depan. Akibatnya terjadi tekanan yang lebih tinggi di bilik

mata belakang dibandingkan dengan bilik mata depan.

3.         Glaukoma Kongenital

Glaukoma kongenital merupakan suatu keadaan tingginya tekanan bola mata

akibat terdapatnya gangguan perkembangan embriologik segmen depan bola mata.

Gangguan perkembangan embriologik dapat berupa kelainan akibat terdapatnya

membran kongenital yang menutupi sudut bilik mata depan pada saat perkembangan

bola mata, kelainan pembentukan kanal Schlemm, dan kelainan akibat tidak

sempurnanya pembentukan pembuluh darah bilik yang menampung cairan bilik

Page 9: Referat glaukoma dan trabekulektomi

mata.Akibat pembendungan cairan mata, tekanan bola mata meninggi pada saat bola

mata sedang dalam perkembangan sehingga terjadi pembesaran bola mata yang

disebut sebagai buftalmos.Gejala-gejala glaukoma kongenital biasanya sudah dapat

terlihat pada bulan pertama atau sebelum berumur 1 tahun. Kelainan pada glaukoma

kongenital terdapat pada kedua mata. Rasa silau dan sakit akan terlihat pada bayi yang

menderita glaukoma kongenital, hal ini terlihat pada suatu sikap seakan-akan ingin

menghindari sinar sehingga bayi tersebut akan selalu menyembunyikan kepala dan

matanya.

4.         Glaukoma Absolut

Glaukoma absolut adalah suatu keadaaan akhir semua jenis glaukoma dimana

tajam penglihatan sudah menjadi nol atau sudah terjadi kebutaan total akibat tekanan

bola mata memberikan gangguan fungsi lanjut.Pada glaukoma absolut, kornea terlihat

keruh, bilik mata dangkal, mata keras seperti batu dan disertai dengan rasa sakit.

2.2 ANATOMI SUDUT FILTRASI

Sudut filtrasi terdapat di dalam limbus kornea. Limbus adalah bagian yang

dibatasi oleh garis yang menghubungkan akhir dari membaran decement dan

membrane bowman, lalu ke posterior 0,75 mm, kemudian ke dalam mengelilingi kanalis

schlemm dan trabekula sampai ke COA.

Akhir dari membrane decement disebut sebagai garis Schwalbe. Limbus tersiri

dari 2 lapisan dan stroma. Epitelnya 2 kali tebal epitel kornea. Di dalam stromanya

terdapat serat-serat dan cabang akhir dari artery siliaris anterior. Bagian terpenting dari

sudut filtrasi adalah trabekula. Jalina trabekula terdiri dari berkas-berkas jaringan

kolagen dan elastic yang dibungkus oleh sel-sel trabekula yang membentuk suatu

saringan dengan ukuran pori-pori makin mengecil sewaktu mendekati kanal Schlemm.

Kanal Schlemm merupakan kapiler yang mengelilingi kornea. Pada dindingnya

sebelah dalam terdapat lubang sebesar 2 mikro, sehingga terdapat hubungan langsung

antara trabekula dan kanalis Schlemm. Dari kanal schlemm keluar saluran kolektor, 20-

30 buah yang menuju ke pleksus vena didalam jaringan sclera dan episklera dari vena

siliaris anterior di dalam badan siliar.

Page 10: Referat glaukoma dan trabekulektomi

2.3 FISIOLOGIS HUMOR AKUEUS

Humor akueus adalah suatu cairan jernih yang mengisi kamera anterior dan

posterior mata. Volumenya adalah sekitar 250 L, dan kecepatan pembentukannya,

yang bervariasi diurnal, adalah 1,5-2 L/menit.

Humor akueus diproduksi oleh korpus siliare. Fungsi dari humor akueus ini

adalah memberikan nutrisi kepada bagian depan dari bola mata. Kemudian cairan ini

akan masuk ke jamera okuli posterior (COP), lalu melalui pupil menuju ke bilik mata

depan kemudian masuk ke kanalis trabekula di sudut kamera anterior. Sudut ini

merupakan tempat melekatnya kornea ke dasar dari iris. Sudut bilik mata depan ini

pada orang normal berukuran 45 derajat dan disebut sudut nya menyempit bila kurang

dari 25 derajat. Melaui trabekula ini ke kanal schlemm, saluran kolektor, kemudian

masuk ke pleksus vena di jaringan sclera dan episklera juga ke dalam vena siliaris

anterior di badan silier.

Page 11: Referat glaukoma dan trabekulektomi

2.4 ETIOLOGI GLAUKOMA

Etiologi penyakit Glaukoma secara umum:

1. Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan siliari.

2. Hambatan aliran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau di celah pupil

(Glaukoma hambatan pupil).

3. Sangat mungkin merupakan penyakit yang diturunkan dalam keluarga (genetic).

4. Akibat penyakit atau kelainan lain dalam mata.

5. Akibatkan penyakit lain dari tubuh.

6. Akibatkan efek samping obat misalnya steroid.

Etiologi berdasarkan tiap klasifikasinya:

Glaukoma primer

Glaukoma dengan etiologi tidak pasti, dimana tidak didapatkan kelainan yang

merupakan pnyebab glaukoma. Glaukoma ini ditemukan pada orang yang telah

memiliki bakat bawaan glaukoma seperti:

1. Gangguan fasilitas pengeluaran cairan mata atau susunan anatomis bilik mata

yang menyempit.

2. Adanya kelainan pertumbuhan pada sudut bilik mata depan (goniodisgenesis),

berupa trabekuloidisgenesis,irisdisgenesis dan korneodisgenesis dan yang paling

sering trabekulodisgenesis dan goniodisgenesis.

Glaukoma simpleks

Glaukoma yang penyebabnya tidak diketahui.

Glaukoma kongenital

1. Penyumbatan pengaliran keluar cairan mata oleh jaringan sudut bilik mata yang

terjadi oleh adanya kelainan kongenital.

2. Membrane kongenital yang menutupi sudut bilik mata pada saat pengembangan

bola mata.

3. Kelainan pembentukan kanal schlemm dan saluran keluar cairan mata yang tidak

sempurna terbentuk.

Page 12: Referat glaukoma dan trabekulektomi

Glaukoma sekunder

Akibat kelainan di dalam bola mata, yang dapat disebabkan:

1. Inflamasi mata/ uveitis

2. Trauma yang merusak sudut iridokornea atau menyebabkan iris menutup sudut

atau menyebabkan blok pupil atau blok silier.

3. Kelainan lensa. Misal lensa maju akibat katarak insipien.

4. Obat-obatan, misal pemakaian steroid yang lama.

5. Neovaskularisasi sudut, misal pada penderita Diabetes Melitus.

6. Sindroma pigmentari, disini terdapat sumbatan trabekulum oleh pigmen iris.

7. Sindroma eksfoliatif, terdapat sumbatan pada trabekulum oleh bahan yang lepas

pada sindroma ini.

8. Kenaikan tahanan vena episklera, misal adanya fistula karotiko-kavernosa.

9. Operasi mata, misal operasi katarak.

Glaukoma absolut

Akibat tekanan bola mata yang memberikan gangguan fungsi penglihatan lanjut.

2.5 GEJALA DAN TANDA GLAUKOMA

Glaukoma primer

Glaukoma primer sudut tertutup

Akut :

rasa sakit berat (cekot-cekot) di mata, dapat sampai sakit kepala dan

muntah-muntah.

mata merah, berair

penglihatan kabur

Kronik :

gejala hampir sama dengan yang akut tetapi rasa sakit, merah dan

kabur dapat hilang dengan sendirinya, dan terjadi serangan berulang

beberapa kali. Biasanya rasa sakit kurang berat dibandingkan

dengan yang akut.

Page 13: Referat glaukoma dan trabekulektomi

Glaukoma sudut terbuka

Awal :

mungkin tanpa gejala

rasa capai pada mata

rasa pegal pada mata

fluktuasi tajam penglihatan

kadang-kadang melihat seperti pelangi sekitar lampu

Lanjut :

penyempitan lapang pandang - buta

Glaukoma simpleks

Tidak diketahui tanda dan gejalanya.

Glaukoma sekunder

a.     penglihatan kabur

b.     mata merah

c. rasa sakit di mata dan sakit kepala.

Glaukoma kongenital

a.     fotofobia/takut sinar

b.     mata berair

Glaukoma absolut

Stadium akhir Glaukoma yang dimana terjadi kebutaan total.

2.6. PATOGENESIS GLAUKOMA

Glaukoma ditandai dengan meningkatnya tekanan intra-okuler yang disertai

pencekungan diskus optikus dan pengecilan lapangan pandang. Pada sebagian besar

kasus tidak terdapat penyakit mata lain ( glaukoma primer ). Tekanan intra-okuler

tersebut ditentukan oleh kecepatan pembentukan humor akueus dan tahanan terhadap

Page 14: Referat glaukoma dan trabekulektomi

aliran keluarnya air mata. Mekanisme peningkatan tekanan intra-okuler pada glaukoma

adalah gangguan aliran keluar humor akueus akibat kelainan system drainase sudut

kamera anterior ( glaukoma sudut terbuka ) atau gangguan akses humor akueus ke

system drainase ( glaukoma sudut tertutup ). Patofisiologi peningkatan tekanan intra-

okuler baik disebabkan oleh mekanisme sudut terbuka atau sudut tertutuo akan

berhubungan dengan bentuk-bentuk glaukoma.

Efek peningkatan tekanan intra-okuler di dalam mata ditemukan pada semua

bentuk glaukoma yang manifestasinya ditentukan oleh perjalanan waktu dan besar

peningkatan tekanan intra-okuler. Mekanisme utama pada penurunan penglihatan pada

glaukoma adalah atrofi sel ganglion difus yang menyebabkan penipisan lapisan serat

saraf dan inti bagian dalam retina dan berkurangnya akson di saraf optikus. Diskus

optikus menjadi atrofik disertai pembesaran cekungan optik. Iris dan korpus siliare juga

menjadi atrofik dan prosesussiliaris memperlihatkan degenerasi hialin. Pada glaukoma

sudut tertutup akut, tekanan intra-okuler mencapai 60-80 mmHg sehingga, terjadi

kerusakan iskemik pada iris yang disertai edema kornea.

2.7. PENATALAKSANAAN GLAUKOMA

Medikamentosa

Pengobatan dengan obat-obatan ditujukan untuk menurunkan tekanan intra-

okular dengan cepat utuk mencegah kerusakan nervus optikus, menjernihkan korea,

menurunkan inflamasi intra-okular, miosis, serta mencegah terbentuknya sinekia

anterior perifer dan posterior. Kegagalan hasil pengobatan dapat disebabkan oleh

kesalahan dalam teknik pemaaian obat walaupun pasien memakai semua obat sesuai

resep. Masalah yang nyata adalah waktu pemberian obat yang bermacam-macam

disertai dengan menutup saluran keluar yang mengalirkan obat ke rongga hidung (kanal

nasolakrimalis).

Penutup saluran nasolacrimal berguna karena bila obat diteteskan pada mata,

obat akan masuk ke rongga hidung dan masuk ke dalam peredaran darah dan bagian

tubuh yang lain sehingga akan memberikan efek samping. Untuk mencegah hal ini

maka pada saat meneteskan obat ke mata maka tempat pengaliran obat masuk ke

Page 15: Referat glaukoma dan trabekulektomi

hidung (punctumlakrimal) ditutup dengan jari selama 1-2 menit. Biasanya 50% dari obat

akan masuk ke dalam mata yang efeknya akan sangat baik dan waktu kerjanya akan

lebih lama. Aturan pemakaian obat diperlukan pada pemakaian berbagai macam obat

tetes yang diberikan. Sebaiknya antara pemakaian 2 jenis obat dalam batas 10-15

menit. Obat yang diteteskan dalam waktu dekat tidak efisien karena obat yang pertama

diteteskan dibilas oleh obat tetes yan berikutnya.

Obat antiglaukoma:

Obat anti glaucoma

Jenis obat Konsentrasi Dosis Efek obat Penurun

an TIO

Efek samping

Okular Sistemik

Prostaglandins analogs

Latanoprost 0.005% 4x Meningkatkan

aliran uveoskleral

25-30% Meningkatkan

pigmentasi

iris,

hipertrikosis,

penglihatan

kabur,

teratitis,

uveitis

anterior,

konjungtiva

hiperemis,

reaktivasi,

keratitis

herpes

Gejala spt flu,

nyeri otot dan

sendi, sakit

kepala

Travoprost 0.004% 4x s.d.a 25-32% s.d.a s.d.a

Bimatoprost 0.03% 4x Meningkatkan

uveoskleral dan

trabekular

27-33% s.d.a s.d.a

Unoprostone

isopropyl

0.15% 2x Meningkatkan

aliran trabekular

13-18% s.d.a s.d.a

β –adrenergic antagonist (β -bloker)

Non selektif

Page 16: Referat glaukoma dan trabekulektomi

Timolol

maleate

0.25-0.5% 4x Menurunkan

produksi akuos 20-30%

Kekaburan,

iritasi,

anestesi,

kornea,

keratitis,

punctuate,

alergi

Bradikardi, blok

jantung,

bronkospasme,

hipotensi,

depresi SSP

Timolol-LA 0.5% 4x s.d.a 20-30% s.d.a s.d.a

Timolol

hemihydrate

0.5% 4x, 2x s.d.a 20-30% s.d.a s.d.a

levobonolol 0.25-0.5% 4x, 2x s.d.a 20-30% s.d.a s.d.a

metipranolol 0.3% 2x s.d.a 20-30% s.d.a s.d.a

Carteolol

hydrochloride

1.0% 4x, 2x Simpatomimeti

k intrinsic

Selektif

Betaxolol 0.25% 2x s.d.a 15-20% s.d.a Komplikasi

paru-paru

Adrenergic agonist

Non selektif

Epinefrin 0.25, 0.5,

1.0, 2.0 %

2x Meningkatkan

aliran akuos

15-20% Iritasi

konjungtiva,

hiperemis,

retraksi

kelopak

mata,midriasi

s

Kepala ekstra

systole

Aβ 2-adrenergic agonist

Selektif

Apraclonidin

HCL

0.5-1.0% 2x, 3x Menurunkan

produksi akuos,

menurunkan

tekanan vena

episkleral

20-30% Iritasi,

iskemia,

alergi,

retraksi,

kelopak mata,

konjungtivitis,

folikularis

Hipotensi,

kelelahan,

hidung dan

mulut kering,

vasovagal

attack

Sangat selektif

Page 17: Referat glaukoma dan trabekulektomi

Brimonidine

tartrate 0.2%

0.2% 2x, 3x Menurunkan

produksi akuos,

meningkatkan

aliral uveoskleral

20-30% Kekaburan

edem kelopak

mata,

kekeringan,

sensasi

benda asing

Sakit kepala,

kelelahan,

hipotensi,

insomnia

Parasimpatomimetik (miotik) agent

Agonis kolinergik (direct acting)

Pilokarpin

HCL

0.2-10.0% 2-4% Meningkatkan

aliran trabekular

15-25% Sinekia

posterior,

keratitis,

miosis,

miopia

Meningkatkan

salvias,

meningkatkan

sekresi gaster

Anti kolinesterase agent (indirect acting)

Achothiopate

iodide

0.125% 4x, 2x s.d.a 15-25% Myopia,

katarak,

epipora

Sama dengan

pilokarpin

Carbonic anhidrase inhibitors

Oral

Asetazolamid

e

62.5, 125,

250 mg

2-4x Menurunkan

produksi akuos

15-20% Tidak ada Asidosis,

depresi, letargi

metazolamid

e

25, 50, 100

mg

2x, 3x s.d.a s.d.a s.d.a s.d.a

Topical

Dorzolamide 2.0% 2x, 3x s.d.a s.d.a Myopia,

penglihatan

kabur,

keratitis,

konjungtivitis

Kurang

menyebabkan

efek sistemik

Hiperosmotik agents

Mannitol(pare

nteral)

20% 2g/Kg

BB

Osmotic gradient

dehydrates

vitreous

TIO rebound Retensi urin,

sakit kepala,

gagal jantung

kongestif

Gliserin(Oral) 50% s.d.a s.d.a s.d.a

Page 18: Referat glaukoma dan trabekulektomi

Non Medikamentosa

Glaukoma bukan merupakan penyakit yang dapat diobati dengan operasi saja.

Keputusan untuk melakukan operasi glaukoma biasanya langsung pada keadaan yang

memang memiliki indikasi untuk dilakukannya operasi, yaitu:

1.         Target penurunan tekanan intra-okular tidak tercapai

2.         Kerusakan jaringan saraf dan penurunan fungsi penglihatan yang progresif

meski telah diberi dosis maksimal obat yang bisa ditoleransi ataupun telah dilakukan

laser terapi ataupun tindakan pembedahan lainnya.

3.         Adanya variasi tekanan diurnal yang signifkan pada pasien dengan kerusakan

diskus yang berat.

Operasi biasanya merupakan pendekatan primer baik untuk glaukoma kongenital

maupun glaukoma blok papil. Pengawasan terhadap pasien sangat penting mengingat

efek yang kurang baik dari operasi, seperti masalah yang berkaitan dengan bleb, resiko

katarak di kemudian hari dan infeksi.Operasi glaukoma dapat dilakukan dengan laser

maupun teknik bedah insisi dengan banyak prosedur yang bertujuan menurunkan TIO,

diantaranya trabekulektomi dengan berbagai variasinya, prosedur non-penetrasi TIO,

implantasi jalan pintas akuos, operasi sudut untuk glaukoma kongenital dan glaukoma

sudut tertutup dan ablasi badan silar. Prosedur lain seperti iridektomi dan gonioplasti

diperuntukkan untuk gangguan sudut dan drainase cairan.

2.8. PENCEGAHAN GLAUKOMA

Gangguan ini bisa diatasi dengan menghindari sinar matahari langsung

(menggunakan kaca mata) dan mengkonsumsi manggis yang mengandung

antioksidan.

Tidak ada tindakan yang dapat mencegah terjadinya glaukoma sudut terbuka.

Jika penyakit ini ditemukan secara dini, maka hilangnya fungsi penglihatan dan

kebutaan bisa dicegah dengan pengobatan. Orang-orang yang memiliki resiko

menderita glaukoma sudut tertutup sebaiknya menjalani pemeriksaan mata yang rutin

dan jika resikonya tinggi sebaiknya menjalani iridotomi (Digunakan sinar laser untuk

Page 19: Referat glaukoma dan trabekulektomi

membuat lubang di dalam iris atau dilakukan pembedahan untuk memotong sebagian

iris) untuk mencegah serangan akut.

Glaukoma adalah salah satu jenis penyakit mata dengan gejala yang tidak

langsung, yang secara bertahap menyebabkan penglihatan pandangan mata semakin

lama akan semakin berkurang sehingga akhirnya mata akan menjadi buta. Hal ini

disebabkan karena saluran cairan yang keluar dari bola mata terhambat sehingga bola

mata akan membesar dan bola mata akan menekan saraf mata yang berada di

belakang bola mata yang akhirnya saraf mata tidak mendapatkan aliran darah sehingga

saraf mata akan mati.

2.9. PROGNOSIS GLAUKOMA

1.      Glaukoma Sudut Terbuka

Apabila ditatalaksana dengan baik, dapat mempertahankan penglihatan tetapi, tidak

dapat sembuh dengan sempurna. Oleh karena itu, perlu kontrol teratur.

2.      Glaukoma Sudut Tertutup

Diagnosis dan penatalaksanaan yang tepat dan cepat adalah kunci utama untuk

mempertahankan penglihatan. Apabila ditemukan gejala klinik dari glaukoma sudut

tertutu maka perlu penanganan sesegera mungkin.

3.      Glaukoma Kongenital

Diagnosis dan penatalaksanaan dini sangat penting. Apabila tindakan operatif dapat

dilakukan secara tepat maka prognosis akan lebih baik.

Page 20: Referat glaukoma dan trabekulektomi

BAB III

TRABEKULEKTOMI

Pada saat ini, bila seorang dokter ahli mata dihadapkan untuk mengerjakan

bedah anti glaukoma, maka lazimnya yang terpikir adalah melakukan trabekulektomi.

Dari kepustakaan, dapat diketahui, trabekulektomi merupakan bedah anti

glaukoma yang sekarang paling banyak dilakukan, memberikan hasil yang terbaik, dan

dapat digunakan untuk semua jenis glaukoma.

Semula operasi ini dirancang sebagai trabekulokanalektomi, yang

mengharapkan tekanan intraokuler dapat turun oleh karena akuos dapat mengalir

ke seluruh Schlemm yang ikut terpotong pada waktu pengangkatan sebagian

trabekulum. Dikemukakan, walaupun terdapat beberapa mekanisme penyebab

turunnya tekanan intraokuler, ternyata yang paling menonjol adalah terjadinya

pengaliran akuos langsung ke bawah konjungtiva. Hal ini terlihat dengan

terbentuknya gelembung (bleb) akuos di bawah jaringan tersebut pada kasus-

kasus yang terkontrol. Dengan demikian, mekanisme tersebut tidak banyak

berbeda dengan apa yang dicapai bedah filtrasi klasik. Cara pembedahannya

sendiri tidak banyak berbeda dengan bedah filtrasi klasik, hanya saja dibuat flep

sklera yang ternyata merupakan dasar keuntungan dari jenis operasi anti glaukoma

ini, dalam hal mengurangi penyulit pasca bedah.

Cara yang sekarang banyak dilakukan adalah mengguna- kan flep sklera yang

berbasis pada limbus tersebut, tetapi tanpa melakukan dialisis, seperti yang

dikemukakan kembali oleh Cairns (1970). Pada tahun 1972, ia melaporkan hasil

baik pada 95% di antara kasus-kasus yang dilakukan dengan metode tersebut. Pada

tulisan ini, selair, akan dibicarakan mengenai teknik pembedahan dan penyulit -

penyulit yang dapat terjadi selama bedah trabekulektomi, juga usaha-usaha untuk

mengatasi penyulit tersebut.

Page 21: Referat glaukoma dan trabekulektomi

Urutan bedah trabekulektomi adalah sebagai berikut :

Tindakan pembedahan umumnya dilakukan di bawah anestesi lokal, termasuk

akinesia dan anesteri retrobulber. Setelah disinfeksi daerah operasi dan membuat

tali kendali otot rektus superior serta retraksi palpebra, dilakukan tahap- an-tahapan

pembedahan sebagai berikut:

1).Parasintesis di kornea perifer bagian temporal bawah.

2). Flap tenon - konjungtiva yang dapat dibuat baik dengan basis dalam limbus

(limbal base flap) maupun berbasis pada fornik (Fornix base flap). Bila digunakan

flep tenon - kon- jungtiva dengan basis limbus kornea, dilakukan pada jarak 6-8

mm dari dan sejajar limbus. Pada yang berbaris fornik, dibuat sayatan sepanjang

limbus ± 7 mm.

3). Flap sclera berbasis pada limbus dengan ukuran ± 4x4 mm, setengah tebal

sklera, yang dilanjutkan ke arah kornea melewati taji sklera (berwarna putih) sampai

dengan lokali- sasi trabekulum (berwarna lebih gelap). Selanjutnya dibuat 2 buah

jahitan sementara pada kedua sudut posterior flep sklera.

4). Pembuatan jendela trabekula sebesar 2 x 2 mm. Sayatan dibuat dengan pisau

silet dimulai pada ke.dua sisi kanan dan kiri tegak luaus pada limbus, lak bagian

psoterior. Bagian depan digunting dengan gunting Vannas.

5). Iridektomi perifer. Bersihkan bibir luka pada waktu iridektomi, parhatikan

bahwa pupil lonjong ke arah jendela trabekula. Reposisi iris biasanya cukup

dilakukan dengan menekan dan mendorong- nya ke arah pupil dari luar, melalui

perifer kornea di atasnya.

6). Kedua jahitan sementara flep sklera dikuatkan. Bila perlu ditambah satu atau

lebih jahitan lagi.

7).Flep tenon konjungtiva dijahit secala jclujur pada yang berbasis limbus. Pada

flep dengan basis difornik, cukup dibuat 2 jahitan pada kedua ujung sayatan, setelan

konjungtiva di .tarik dan diyakini dapat menutup bekas sayatan.

8). Injeksi antibiotika subkonjungtiva dan diberikan salep mata antibiotika.

Page 22: Referat glaukoma dan trabekulektomi
Page 23: Referat glaukoma dan trabekulektomi

Penyulit-penyulit yang dapat terjadi selama pembedahan

Penyulit-penyulit lebih sering terjadi pada pembedahan pemula dan mereka yang

melakukannya kurang hati-hati serta kurang memperhatikan faktor-faktor

predisposisi penyulit.

• Perdarahan

Perdarahan dapat terjadi pada satiap tahapan pembedahan.

Pasien usia lanjut, hipertensi, arterio sklerosis, kelainan pem- bekuan, penyaldt

obstruksi pernafasan merupakan predis- posisi. Begitu pula penderita glaukoma

kongesti dan posisi kepala penderita yang terlampau rendah dari badan.

Sebagian pendarahan dapat dicegah, misalnya dengan menggunakan jarum

yang tidak memotong pada waktu mem- buat tali kendali. Perdarahan pada

waktu membuat flep tenon konjungtiva dapat dikurangi dengan diseksi tidak me-

motong. Kauterisasi pembuluh darah pada permukaan sklera hendaknya dilakukan

sebelum pembuatan flep sklera. Pada waktu iridektomi, diyakini bahwa tidak

memotong badan siliar atau iris terlalu basal.

Irigasi dengan BSS atau penekanan dengan kapas, tidak jarang dapat

menghentik an perdarahan. Bila melakukan kauterisasi, sebaiknya

dilakukan dengan cara kauterisasi bidang basah, terutama bila mengkauterisasi

dipermukaan sklera dan di bibir jendela trabekula. Hifema yang meng- ganggu

dibersihkan dengan irigasi bilik mata depan melalui lobang parasintesis.

• Konjungtiva robek

Robekan konjungtiva umumnya terjadi di daerah litrbus kornea. Hal ini akan

mengganggu pembentukan bleb pada pembedahan trabekulektomi yang

mempergunakan flep tenon konjungtiva dengan basis limbus. Luka tersebut akan

menjadi lebih terbuka dan berbentuk lobang kancing (button hole) pada waktu

penjahitan kembali flep tenon - konjungtiva.

Masalah ini tidak perlu ada bila trabekulektomi dilakukan dengan menggunakan

flep tenon - konjungtiva yang berbasis pada fornik.

Page 24: Referat glaukoma dan trabekulektomi

Robekan tersebut harus dijahit, dan dianjurkan untuk menjehitnya dengan

benang 10 - 0 dan jarum yang tidak me- motong, serta menyertakan tenon di

bawahnya sampai tidak ada kebocoran lagi.

• Perforasi sklera/kornea dan flep sklera robek

Perforasi sklera biasanya terjadi pada waktu membuat inaisi batas flep sklera

yang terlalu dalam atau diseksi sklera, terutama bila flep sklera dibuat terlalu tebal

dan mengguna- kan pisau yang tajam. Oleh karena itu, membuat batas flep sklera

sebaiknya dimulai dengan his. permulaan yang tidak terlalu dalam. Sedang

sayatan berikutnya, yaitu untuk mencapai kedalaman yang diingini, dapat dibuat

dengan sedikit menarik satu sisi bibir luka sayatan permulaan untuk melihat

kedalamannya. Dianjurkan pula untuk tidak melakukan diseksi sklera dengan pisau

yang terlah. tajam. Biasanya dipergunakan pisau beaver atau pisau gulf seperti

waktu melakukan operasi pterygium. Jika perforasi terjadi juga, tetapi kecil, dapat

dibiarkan. Per- forasi yang cukup panjang dijahit dengan benang 10 - 0, dan bila ada

perdarahan dari badan siliar harus dikontrol dulu se- belum penjahitan sklera.

Perforasi kornea yang prematur tidak perlu terlalu di- risaukan, oleh karena

dapat disertakan pada waktu membuat jendela trabekula.

Robeknya flep sklera dapat dihindari dengan tidak me- megang flep pada

tepinya, tetapi menjepitnya agak lebar pada sisirya. Selain itu, jangan membuat

flep sklera terlalu tipis dan menarik flep terlalu kuat.

• Iris tidak prolap atau prolap berlebihan

Umumnya iris mudah prolap bila jendela trabekula di- buat pada tempat yang

tepat. Iris akan sukar atau tidak prolap bila jendela trabekula terlak posterior,

lebih-lebih bila pengangkatan jaringan trabekulum tidak lengkap, adanya sinekhia

posterior atau iris yang kaku karena pengobatan miotikum yang lama.

Bila jendela trabekula baik, iris juga dapat dibuat prolap

dengan menyuntikkan BSS melalui lobang parasintesis. Hindari memasukkan pinset

iris terlalu dalam ke bilik mata depan untuk menarik iris, oleh karena dapat

menimbulkan trauma pada lensa. Prolap iris yang berlebihan dapat terjadi pada

Page 25: Referat glaukoma dan trabekulektomi

pupil yang lebar, adanya penekanan terhadap bolamata, meningkatnya

tekanan di ruang posterior atau terjebaknya akuos di bilik mata belakang. Adalah

bijaksana untuk tidak langsung melakukan iricektomi, tetapi iridotomi dahulu pada

keadaan demikian.

• Bilik mata depan yang dangkal/rata

Bilik mata depan yang menjadi sangat dangkal disebab- kan oleh banyaknya

akuos yang keluar, biasanya setelah iridektomi. Umumnya ke dalaman bilik mata

depan kembali setelah flep sklera dijahit kembali.

Ada kalanya ruang anterior tersebut tetap dangkal sehingga perlu dibentuk

dengan memasukkan BSS melalui lubang parasintesis. Pengisian ini pun sering

dilakukan untuk mengetahui banyak. sedikitnya drainase akuos melalui celah- celah

flep sklera. Bila ia terlalu banyak, diperlukan penambah- an jahitan flep sklera. Pada

keadaan-keadaan tertentu, bilik mata depan dapat tidak terbentuk atau kembali

menghilang walt.upun sudah dicoba mengisinya dengan hawa. Untuk ini harus

waspada akan adanya dorongan terhadap diafragma iris lensa ke depan, oleh

karena meningkatnya tekanan di ruang posterior. Penyebab-penyebab

tersebut selayaknya harus diketahui lebih dini sejak awal pembedahan, adalah:

a. Akinesia dan anestesia retrobulber, termasuk massase bola mata yang tidak

sempurna.

b. Penekanan bola mata oleh kelopak mata atau speculum palpebra.

c. Posisi kepala terlalu rendah.

Dalam keadaan yang ekstrim dan lazim disertai dengan meningkatrya tekanan bola

mata, bilik mata depan baru dapat dibentuk setelah melakukan sklerotomi

posterior untuk mengurangi volume di rongga mata bagian belakang.

Page 26: Referat glaukoma dan trabekulektomi

DAFTAR PUSTAKA

1. Vaughan D. G. Asbury,T. Oftalmologi umum. Edisi 14. Widya Medika. Jakarta.

2000

2. Ilyas, H. S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia. Jakarta. 2004

3. Olver,Jane., Cassidy, Lorraine. (2009). Ophthalmology at a Glance. Jakarta:

Penerbit Erlangga.

4. Glaucoma, Angle Closure, Acute. ( diperbaharui : 18 April 2006: dibuka tanggal:

26 Oktober 2012). Didownload dari: http://www.emedicine.com/oph/topic255.htm

5. Glaucoma. ( diambil tanggal : 26 Oktober 2012) didownload dari :

http:// en.wikipedia.org/wiki/Glaucoma

6. Glaucoma. ( diambil tanggal : 27 Oktober 2012). Didownload dari :

http://www.medicinenet.com/script/main/art.asp?articlekey=373

7. Trabekulektomi: Teknik dan Penyulit Selama Pembedahan. (diambil tanggal : 27

Oktober 2012). Didownload dari :

http://www.kalbefarma.com/files/cdk/files/cdk_043_bedah_mikro.pdf