28
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Parotitis merupakan penyakit infeksi anak-anak yang pada 30- 40% kasusnya merupakan infeksi asimptomatik. Infeksi ini disebabkan oleh virus dan terjadi anak-anak dengan usia kurang dari 15 tahun sebelum penyebaran imunisasi. Penyebaran virus terjadi dengan kontak langsung percikan ludah. Sekarang penyakit ini sering terjadi pada orang dewasa muda sehingga menimbulkan epidemic secara umum [1]. Dalam perjalannnya parotitis dapat menimbulkan komplikasi walaupun jarang terjadi. Komplikasi yang terjadi berupa meningensepalitis, arthritis, pancreatitis, myokarditis, orchitis, dan mastitis [2] Insidensi parotitis adalah 1:15.000. sekitar 10% dari kasus ini penderitanya kurang dari 20 tahun. Angka rata-rata kematian akibat parotitis meningensepalitis adalah 2%. Kelainan pada mata akibat komplikasi parotitis dapat berupa neutitis opticus. Gangguan pendengaran akibat parotitis biasanya bersifat unilateral, namun dapat pada bilateral dan gangguan ini bersifat permanen [1]. 1.2 Tujuan Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai parotitis, mulai dari etiologi, epidemiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, 1

parotitis

Embed Size (px)

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangParotitis merupakan penyakit infeksi anak-anak yang pada 30-40% kasusnya merupakan infeksi asimptomatik. Infeksi ini disebabkan oleh virus dan terjadi anak-anak dengan usia kurang dari 15 tahun sebelum penyebaran imunisasi. Penyebaran virus terjadi dengan kontak langsung percikan ludah. Sekarang penyakit ini sering terjadi pada orang dewasa muda sehingga menimbulkan epidemic secara umum [1].Dalam perjalannnya parotitis dapat menimbulkan komplikasi walaupun jarang terjadi. Komplikasi yang terjadi berupa meningensepalitis, arthritis, pancreatitis, myokarditis, orchitis, dan mastitis [2]Insidensi parotitis adalah 1:15.000. sekitar 10% dari kasus ini penderitanya kurang dari 20 tahun. Angka rata-rata kematian akibat parotitis meningensepalitis adalah 2%. Kelainan pada mata akibat komplikasi parotitis dapat berupa neutitis opticus. Gangguan pendengaran akibat parotitis biasanya bersifat unilateral, namun dapat pada bilateral dan gangguan ini bersifat permanen [1].

1.2 TujuanUntuk mengetahui lebih lanjut mengenai parotitis, mulai dari etiologi, epidemiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, diagnose banding, komplikasi, penatalaksanaan, pencegahan, dan prognosis serta memberikan sebuah ilustrasi kasusnya

1.3 ManfaatMemberikan pengetahuan bagi para pembaca untuk mendiagnosa pasien dengan parotitis

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 PengertianPenyakitparotitis atau gondongan adalah suatu penyakit menular dimana sesorang terinfeksi oleh virus (Paramyxovirus) yang menyerang kelenjar ludah (kelenjar parotis) di antara telinga dan rahang sehingga menyebabkan pembengkakan pada leher bagian atas atau pipi bagian bawah [2].Gejala khas yaitu pembesaran kelenjar ludah terutama kelenjar parotis. Pada saluran kelenjar ludah terjadi kelainan berupa pembengkakan sel epitel, pelebaran dan penyumbatan saluran. Pada orang dewasa, infeksi ini bisa menyerang testis (buah zakar), sistem saraf pusat, pankreas, prostat, payudara dan organ lainnya. Adapun mereka yang beresiko besar untuk menderita atau tertular penyakit ini adalah mereka yang menggunakan atau mengkonsumsi obat-obatan tertentu untuk menekan hormon kelenjar tiroid dan mereka yang kekurangan zat Iodium dalam tubuh [2].

2.2 EpidemiologiPenyakit gondongan tersebar di seluruh dunia dan dapat timbul secara endemik atau epidemik, Gangguan ini cenderung menyerang anak-anak dibawah usia 15 tahun (sekitar 85% kasus).Penyebaran virus terjadi dengan kontak langsung, percikan ludah, bahan muntah, mungkin dengan urin. Bayi sampai umur 6 8 bulan tidak dapat terjangkit parotits epidemika karena dilindungi oleh anti bodi yang dialirkan secara transplasental dari ibunya.3 Insiden tertinggi pada umur antara 5 sampai 9 tahun, kemudian diikuti antara umur 1 sampai 4 tahun, kemudian umur antara 10 sampai 14 tahun [1].

2.3 Etiologi [1]Agen penyebab parotitis adalah anggota dari kelompokParamyxovirus, yang juga termasuk didalamnya virus parainfluenza, measles, dan virus newcastle disease.Ukuran dari partikel paramyxovirus sebesar 90 300 m. Virus telah diisolasi dari ludah, darah, urin, otak dan jaringan terinfeksi lain.Virus ini aktif dalam lingkungan yang kering tapi virus ini hanya dapat bertahan selama 4 hari pada suhukamar. Paramyxovirus dapat hancur pada suhu 380C dan suhu normalnya 36,50C 37,50C [5].4. Adanya pembengkakan pada parotid sinistra (unilateral) terjadi karena terinfeksi virus dan yang terkena aalah kelenjar parotis. Semakin banyak penumpukan virus di dalam tubuh sehingga terjadi proliferasi di parotis kemudian terjadi viremia (ikutnya virus ke dalam aliran darah) dan selanjutnya virus berdiam di jaringan kelenjar yang kemudian akan menginfeksi glandula parotid. Keadaan ini disebut parotitis [5].5. Menurunnya nafsu makan akibat terinfeksinya kelenjar parotis maka dalam 1-2 hari. Disamping itu timbul sakit kepala dan terkadang disertai nyeri otot. Kemudian dalam 3 hari terjadilah pembengkakan kelenjar parotis, disertai nyeri rahang spontan dan sulit menelan (namun tidak semua ditandai dengan gejala seperti ini).6. Menanyakan riwayat lingkungan social juga penting untuk mengetahui kemungkinan terjadinya penularan penyakit. Seperti yang diketahui, parotitis merupakan penyakit menular melalui kontak air ludah. Dari hasil anamnesa bahwa teman sekelasnya pernah menderita penyakit gondong atau dalam bahasa medis parotitis [7].4.2.2 Hasil Interpretasi Pemeriksaan Fisik1. Dari pemeriksaan tanda vital sign, bahwa pasien ini dalam keadaan demam sedangkan dilihat dari pemeriksaan Respirate Rate (RR), Heart Rate (HR), dan tekanan darahnya dalam batas normal. Artinya, sistem kardiovaskular dan respirasi tidak ada masalah dalam klinis. Sedangkan perhitungan status gizi, pasien ini memiliki status moderate malnutrition (75%). 2. Pemeriksaan kepala dan leher, tidak ditemukan moniliasis, pseudomembran, faring hiperemi, pembesaran tonsil, dan telinga terangkat ketika ada pembengkakan parotid. Artinya dari hasil pemeriksaan ini dapat disingkirkan diagnosa adenopati karena tonsilitis dengan tanda telinga tidak terangkat akibat pembengkakan dan tanda-tanda radang pada faring [4].3. Pada pemeriksaan thorax tidak ditemukan gangguan respirasi dan tidak terdengar (auskultasi) suara wheezing, ronchi, dan suara tambahan jantung serta tidak ada retraksi costa.4. Pada pemeriksaan abdomen tidak ada meteorismus dan bising usus (+) walaupun belum BAB selama 3 hari, tapi belum bisa dikatakan sebagai konstipasi. Disebut konstipasi jika BAB minimal 2 kali seminggu.5. Pada pemeriksaan ekstremitas, akral masih hangat, CRT (Capillary Refill Time) 2 detik menandakan tidak adanya dehidrasi ataupun syok.4.2.3 Hasil Interpretasi Pemeriksaan PenunjangUntuk diagnosa Parotitissebenarnya tidak memerlukan pemeriksaan laboratorium, namun dilihat dari hasilnya semua dalam batas normal.

BAB IVKESIMPULAN

1. Parotitis (Mumps) disebabkan oleh virus (Paramyxovirus) dan dapat menular melalui Percikan ludah, Kontak langsung dengan penderita parotitis lain, Muntahan, dan Urin2. Tanda khas dari diagnose parotitis adalah adanya pembengkakan pada parotid (unilateral/bilateral), telinga terangkat karena pembengkakan, tidak ada radang pada faring, dan terkadang disertai pusing, mual muntah dan nafsu makan menurun.3. Dalam menentukan diagnosa tidak perlu melakukan tes laborat.4. Komplikasinya adalah meningoensepalitis, ketulian, orkitis, ensefalitis atau meningitis, pankreatitis, tiroiditis, dan arthritis.5. Pengobatannya dapat dilekukan dengan simptomatis saja yaitu pemberian paracetamol (antipiretik dan analgesic)6. Pencegahannya dengan melakukan vaksin mumps

DAFTAR PUSTAKA

1. DBrun, Fulginiti, Kempe, Silver: Current Pediatric, Diagnosis, and Treatment. Ed IX. 1988. 817-8182. A.H. Markum, 1996, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, jilid I.Jakarta : Gaya Baru. 3. Susanti N. 2012. Efektifitas Kompres Dingin dan Hangat pada Penatalaksanaan Demam. Sainstis. Volume 1 (1):55-104. Plotkin SA, Wharton M. Mumps Vaccine. In: Plotkin SA, Orensten WA (ed) Vaccines 3 ed. WB Saunders Company 1999 Philadelphia. 267-286.5. Pickering LK et al (ed). Mumps. In: Red Book 2000 : Report of the committee on Infectious Disease 25thed. Elk Grove Village, II : American Academy of Pediatrics; 2000 : 405-8.6. Santibanez TA, Zimmerman RK. Immunization in adulthood. Primary Care; Clinics in Office Practise WB Saunders Comp Sept 2002 (29) ; 3 : 1-137. Ngastiyah 1997. Perawatan Anak Sakit.Jakarta:EGC. http://jatiarsoeko.blogspot.com/2012/01/makalah-askep-sepsis-neonatus.html di akses tanggal 23 November 2012 15.10

11