33
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Parotitis merupakan penyakit infeksi yang pada 30-40 % kasusnya merupakan infeksi asimptomatik. Infeksi ini disebabkan oleh virus RNA untai tunggal negative sense berukuran 100-600 nm, dengan panjang 15000 nukleotida termasuk dalam genus Rubulavirus subfamily Paramyxsovirinae dan family Paramyxoviridae (Sumarmo,2008). Penyebaran virus terjadi dengan kontak langsung, percikan ludah, bahan mentah mungkin dengan urin. Sekarang penyakit ini sering terjadi pada orang dewasa muda sehingga menimbulkan epidemi secara umum. Pada umumnya parotitis epidemika dianggap kurang menular jika dibanding dengan morbili atau varicela, karena banyak infeksi parotitis epidemika cenderung tidak jelas secara klinis (Warta medika,2009). Dalam perjalanannya parotitis epidemika dapat menimbulkan komplikasi walaupun jarang terjadi. Komplikasi yang terjadi dapat berupa: Meningoencepalitis, artritis, pancreatitis, miokarditis, ooporitis, orchitis, mastitis, dan ketulian. Insidensi parototis epidemika dengan ketulian adalah 1 : 15.000. Meningitis yang terjadi berupa Meningitis aseptik. Insidensi atau komplikasi dari parotitis Meningoencephalitis sekitar 250/100.000 kasus. Sekitar 10% dari kasus ini penderitanya berumur kurang dari 20 tahun. Angka rata-tata kematian akibat parotitis Meningoencephalitis adalah 2%. Kelainan pada mata akibat komplikasi parotitis dapat berupa

Makalah Asuhan Keperawatan Parotitis

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Makalah Asuhan Keperawatan Parotitis

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Parotitis merupakan penyakit infeksi yang pada 30-40 % kasusnya merupakan infeksi

asimptomatik. Infeksi ini disebabkan oleh virus RNA untai tunggal negative sense

berukuran 100-600 nm, dengan panjang 15000 nukleotida termasuk dalam genus

Rubulavirus subfamily Paramyxsovirinae dan family Paramyxoviridae (Sumarmo,2008).

Penyebaran virus terjadi dengan kontak langsung, percikan ludah, bahan mentah mungkin

dengan urin. Sekarang penyakit ini sering terjadi pada orang dewasa muda sehingga

menimbulkan epidemi secara umum. Pada umumnya parotitis epidemika dianggap kurang

menular jika dibanding dengan morbili atau varicela, karena banyak infeksi parotitis

epidemika cenderung tidak jelas secara klinis (Warta medika,2009).

Dalam perjalanannya parotitis epidemika dapat menimbulkan komplikasi walaupun

jarang terjadi. Komplikasi yang terjadi dapat berupa: Meningoencepalitis, artritis,

pancreatitis, miokarditis, ooporitis, orchitis, mastitis, dan ketulian.

Insidensi parototis epidemika dengan ketulian adalah 1 : 15.000. Meningitis yang

terjadi berupa Meningitis aseptik. Insidensi atau komplikasi dari parotitis

Meningoencephalitis sekitar 250/100.000 kasus. Sekitar 10% dari kasus ini penderitanya

berumur kurang dari 20 tahun. Angka rata-tata kematian akibat parotitis

Meningoencephalitis adalah 2%. Kelainan pada mata akibat komplikasi parotitis dapat

berupa neutitis opticus, dacryoadenitis, uveokeratitis, scleritis dan trombosis vena central

retina. Gangguan pendengaran akibat parotitis epidemika biasanya unilateral, namun dapat

pula bilateral. Gangguan ini seringkali bersifat permanen.

Parotitis yang tidak ditangani dengan tepat dan segera dapat menimbulkan berbagai

komplikasi serius yang akan menambah resiko terjadinya kematian. Maka disebabkan hal

tersebut, melalui makalah ini kami memberikan solusi dapat memberikan pengetahuan

dan tata cara pencegahan dari penyakit parotitis sehingga skala kejadian penyakit tersebut

dapat menurun dan bermanfaat pula bagi perawat yakni mampu melaksanakan asuhan

keperawatan atas pasien dengan Parotitis dengan tepat dan benar.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimanakah konsep dari gangguan saliva parotitis?

Page 2: Makalah Asuhan Keperawatan Parotitis

2. Bagaimanakah asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan saliva parotitis?

1.3 TUJUAN

1. TUJUAN UMUM

Mengetahui Konsep dan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan gangguan saliva

parotitis

2. Tujuan Khusus

1. Dapat mengetahui definisi dari Parotitis

2. Dapat mengetahui etiologi dari Parotitis

3. Dapat mengetahui Manifestasi klinis dari Parotitis

4. Dapat mengetahui penatalaksanaan dari Parotitis

5. Dapat merumuskan pengkajian sampai dengan intervensi dan WOC dari Parotitis

6. Dapat merumuskan Asuhan Keperawatan dari Parotitis

1.4 MANFAAT

1. Untuk Teoritis:

Memberikan informasi ilmu pengetahuan tentang perjalanan penyakit infeksi parotitis

2. Untuk Praktis:

Memberikan informasi tentang parotitis agar perawat dapat memberikan asuhan

keperawatan kepada klien secara tepat dan optimal.

Page 3: Makalah Asuhan Keperawatan Parotitis

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 ANATOMI KELENJAR SALIVA

Berdasarkan ukurannya kelenjar saliva terdiri dari 2 jenis, yaitu kelenjar saliva mayor

dan kelenjar saliva minor. Kelenjar saliva mayor terdiri dari kelenjar parotis, kelenjar

submandibularis, dan kelenjar sublingualis (Dawes, 2008; Roth and Calmes, 1981).

Kelenjar parotis yang merupakan kelenjar saliva terbesar, terletak secara bilateral di

depan telinga, antara ramus mandibularis dan prosesus mastoideus dengan bagian yang

meluas ke muka di bawah lengkung zigomatik. Kelenjar parotis terbungkus dalam

selubung parotis (parotis shealth). Saluran parotis melintas horizontal dari tepi kelenjar.

Pada tepi anterior otot masseter, saluran parotis berbelok ke arah medial, menembus otot

buccinator, dan memasuki rongga mulut di seberang gigi molar ke-2 permanen rahang

atas (Leeson dkk., 1990; Moore dan Agur, 1995).

Kelenjar submandibularis yang merupakan kelenjar saliva terbesar kedua setelah

parotis, terletak pada dasar mulut di bawah korpus mandibula. Saluran submandibularis

bermuara melalui satu sampai tiga lubang yang terdapat pada satu papil kecil di samping

frenulum lingualis. Muara ini dapat dengan mudah terlihat, bahkan seringkali dapat

terlihat saliva yang keluar (Rensburg, Moore dan Agur, 1995).

Kelenjar sublingualis adalah kelenjar saliva mayor terkecil dan terletak paling dalam.

Masing-masing kelenjar berbentuk badam (almond shape), terletak pada dasar mulut

antara mandibula dan otot genioglossus. Masing-masing kelenjar sublingualis sebelah kiri

dan kanan bersatu untuk membentuk massa kelenjar yang berbentuk ladam kuda di sekitar

frenulum lingualis (Moore dan Agur, 1995).

Kelenjar saliva minor terdiri dari kelenjar lingualis, kelenjar bukalis, kelenjar labialis,

kelenjar palatinal, dan kelenjar glossopalatinal. Kelenjar lingualis terdapat bilateral dan

terbagi menjadi beberapa kelompok. Kelenjar lingualis anterior berada di permukaan

inferior dari lidah, dekat dengan ujungnya, dan terbagi menjadi kelenjar mukus anterior

dan kelenjar campuran posterior. Kelenjar lingualis posterior berhubungan dengan tonsil

lidah dan margin lateral dari lidah. Kelenjar ini bersifat murni mukus (Rensburg, 1995).

Kelenjar bukalis dan kelenjar labialis terletak pada pipi dan bibir. Kelenjar ini bersifat

mukus dan serus. Kelenjar palatinal bersifat murni mukus, terletak pada palatum lunak

dan uvula serta regio posterolateral dari palatum keras. Kelenjar glossopalatinal memiliki

Page 4: Makalah Asuhan Keperawatan Parotitis

sifat sekresi yang sama dengan kelenjar palatinal, yaitu murni mukus dan terletak di

lipatan glossopalatinal (Rensburg, 1995)

2.2 DEFINISI PAROTITIS

Penyakit Gondongan (Mumps atau Parotitis) adalah suatu penyakit menular dimana

sesorang terinfeksi oleh virus (Paramyxovirus) yang menyerang kelenjar ludah (kelenjar

parotis) di antara telinga dan rahang sehingga menyebabkan pembengkakan pada leher

bagian atas atau pipi bagian bawah. Penyakit gondongan tersebar di seluruh dunia dan

dapat timbul secara endemik atau epidemik, Gangguan ini cenderung menyerang anak-

anak dibawah usia 15 tahun (sekitar 85% kasus).(Warta Medika,2009)

Parotitis ialah penyakit virus akut yang biasanya menyerang kelenjar ludah terutama

kelenjar parotis (sekitar 60% kasus). Gejala khas yaitu pembesaran kelenjar ludah

terutama kelenjar parotis. Pada saluran kelenjar ludah terjadi kelainan berupa

pembengkakan sel epitel, pelebaran dan penyumbatan saluran. Pada orang dewasa, infeksi

ini bisa menyerang testis (buah zakar), sistem saraf pusat, pankreas, prostat, payudara dan

organ lainnya. Adapun mereka yang beresiko besar untuk menderita atau tertular penyakit

ini adalah mereka yang menggunakan atau mengkonsumsi obat-obatan tertentu untuk

menekan hormon kelenjar tiroid dan mereka yang kekurangan zat Iodium dalam tubuh

(Sumarmo,2008)

Menurut Sumarmo (2008) penyakit gondong (mumps, parotitis) dapat ditularkan

melalui:

Kontak langsung

Percikan ludah (droplet)

Muntahan

Bisa pula melalui air kencing

Tidak semua orang yang terinfeksi mengalami keluhan, bahkan sekitar 30-40%

penderita tidak menunjukkan tanda-tanda sakit (subclinical). Mereka dapat menjadi sumber

penularan seperti halnya penderita parotitis yang nampak sakit. Masa tunas (masa

inkubasi) parotitis sekitar 14-24 hari dengan rata-rata 17-18 hari.

2.3 ETIOLOGI PAROTITIS

Agen penyebab parotitis epidemika adalah anggota dari kelompok paramyxovirus,

yang juga termasuk didalamnya virus parainfluenza, measles, dan virus newcastle disease.

Page 5: Makalah Asuhan Keperawatan Parotitis

Ukuran dari partikel paramyxovirus sebesar 90 – 300 mµ. Virus telah diisolasi dari ludah,

cairan serebrospinal, darah, urin, otak dan jaringan terinfeksi lain. Mumps merupakan

virus RNA rantai tunggal genus Rubulavirus subfamily Paramyxovirinae dan family

Paramyxoviridae. Virus mumps mempunyai 2 glikoprotein yaitu hamaglutinin-

neuramidase dan perpaduan protein. Virus ini juga memiliki dua komponen yang sanggup

memfiksasi, yaitu : antigen S atau yang dapat larut (soluble) yang berasal dari

nukleokapsid dan antigen V yang berasal dari hemaglutinin permukaan.

Virus ini aktif dalam lingkungan yang kering tapi virus ini hanya dapat bertahan

selama 4 hari pada suhu ruangan. Paramyxovirus dapat hancur pada suhu <4 ºC, oleh

formalin, eter, serta pemaparan cahaya ultraviolet selama 30 detik. Virus masuk dalam

tubuh melalui hidung atau mulut.Virus bereplikasi pada mukosa saluran napas atas

kemudian menyebar ke kalenjar limfa local dan diikuti viremia umum setelah 12-25 hari

(masa inkubasi) yang berlangsung selama 3-5 hari. Selanjutnya lokasi yang dituju virus

adalah kalenjar parotis, ovarium, pancreas, tiroid, ginjal, jantung atau otak. Virus masuk

ke system saraf pusat melalui plexus choroideus lewat infeksi pada sel mononuclear. Masa

penyebaran virus ini adalah 2-3 minggu melalui dari ludah, cairan serebrospinal, darah,

urin, otak dan jaringan terinfeksi lain. Virus dapat diisolasi dari saliva 6-7 hari sebelum

onset penyakit dan 9 hari sesudah munculnya pembengkakan pada kalenjar ludah.

Penularan terjadi 24 jam sebelum pembengkakan kalenjar ludah dan 3 hari setelah

pembengkakan menghilang (Sumarmo,2008)

2.4 KLASIFIKASI PAROTITIS

a. Parotitis Kambuhan

Anak-anak mudah terkena parotitis kambuhan yang timbul pada usia antara 1

bulan hingga akhir masa kanak-kanak.Kambuhan berarti sebelumnya anak telah

terinfeksi virus kemudian kambuh lagi.

b. Parotitis Akut

Parotitis akut ditandai dengan rasa sakit yang mendadak, kemerahan dan

pembengkakan pada daerah parotis. Dapat timbul sebagai akibat pasca-bedah yang

dilakukan pada penderita terbelakang mental dan penderita usia lanjut, khususnya

apabila penggunaan anestesi umum lama dan adanya gangguan dehidrasi.

2.5 MANIFESTASI KLINIS PAROTITIS

Page 6: Makalah Asuhan Keperawatan Parotitis

Tidak semua orang yang terinfeksi oleh virus Paramyxovirus mengalami keluhan,

bahkan sekitar 30-40% penderita tidak menunjukkan tanda-tanda sakit (subclinical).

Namun demikian mereka sama dengan penderita lainnya yang mengalami keluhan, yaitu

dapat menjadi sumber penularan penyakit tersebut. Masa tunas (masa inkubasi) penyakit

Gondong sekitar 12-24 hari dengan rata-rata 17-18 hari. Adapun tanda dan gejala yang

timbul setelah terinfeksi dan berkembangnya masa tunas dapat digambarkan sebagai

berikut :

Pada tahap awal (1-2 hari) penderita Gondong mengalami gejala: demam (suhu badan

38,5 – 40 derajat celcius), sakit kepala, nyeri otot, kehilangan nafsu makan, nyeri rahang

bagian belakang saat mengunyah dan adakalanya disertai kaku rahang (sulit membuka

mulut).

Selanjutnya terjadi pembengkakan kelenjar di bawah telinga (parotis) yang diawali

dengan pembengkakan salah satu sisi kelenjar kemudian kedua kelenjar mengalami

pembengkakan.

Pembengkakan biasanya berlangsung sekitar 3 hari kemudian berangsur mengempis.

Kadang terjadi pembengkakan pada kelenjar di bawah rahang (submandibula) dan

kelenjar di bawah lidah (sublingual). Pada pria dewasa adalanya terjadi pembengkakan

buah zakar (testis) karena penyebaran melalui aliran darah.

2.6 PATOFISIOLOGI PAROTITIS

Pada umumnya penyebaran paramyxovirus sebagai agent penyebab parotitis

(terinfeksinya kelenjar parotis) antara lain akibat:

Percikan ludah

Kontak langsung dengan penderita parotitis lain

Muntahan

Urine

Virus tersebut masuk tubuh bisa melalui hidung atau mulut. Biasanya kelenjar yang

terkena adalah kelenjar parotis. Infeksi akut oleh virus mumps pada kelenjar parotis

dibuktikan dengan adanya kenaikan titer IgM dan IgG secara bermakna dari serum akut

dan serum konvalesens. Semakin banyak penumpukan virus di dalam tubuh sehingga

terjadi proliferasi di parotis/epitel traktus respiratorius kemudian terjadi viremia (ikurnya

virus ke dalam aliran darah) dan selanjutnya virus berdiam di jaringan kelenjar/saraf yang

kemudian akan menginfeksi glandula parotid. Keadaan ini disebut parotitis.

Page 7: Makalah Asuhan Keperawatan Parotitis

Akibat terinfeksinya kelenjar parotis maka dalam 1-2 hari akan terjadi demam,

anoreksia, sakit kepala dan nyeri otot (Mansjoer, 2000). Kemudian dalam 3 hari terjadilah

pembengkakan kelenjar parotis yang mula-mula unilateral kemudian bilateral, disertai

nyeri rahang spontan dan sulit menelan. Pada manusia selama fase akut, virus mumps

dapat diisoler dari saliva, darah, air seni dan liquor. Pada pankreas kadang-kadang terdapat

degenerasi dan nekrosis jaringan.

2.7 KOMPLIKASI KLINIS

Komplikasinya meliputi septicemia, osteomielitis mandibular, ekstensi fasial, obstruksi

jalan napas, mediastinitis, thrombosis vena jugulris interna, dan disfungsi nervus fasialis.

Gondongan telah dilaporkan menyebabkan meningoensefalitis, pankretitis, orkitis,

miokarditis, perikarditis, arthritis, dan nefritis.

Hampir semua anak yang menderita gondongan akan pulih total tanpa penyulit, tetapi

kadang gejalanya kembali memburuk setelah sekitar 2 minggu. Keadaan seperti ini dapat

menimbulkan komplikasi, dimana virus dapat menyerang organ selain kelenjar liur. Hal

tersebut mungkin terjadi terutama jika infeksi terjadi setelah masa pubertas.

Dibawah ini komplikasi yang dapat terjadi akibat penanganan atau pengobatan yang

kurang dini menurut Nelson (2000) :

1. Meningoensepalitis

Penderita mula-mula menunjukan gejala nyeri kepala ringan, yang kemudian

disusul oleh muntah-muntah, gelisah dan suhu tubuh yang tinggi (hiperpireksia).

Komplikasi ini merupakan komplikasi yang sering pada anak-anak.

2. Ketulian

Tuli saraf dapat terjadi unilateral, jarang bilateral walaupun insidensinya rendah

(1:15.000), parotitis adalah penyebab utama tuli saraf unilateral, kehilangan

pendengaran mungkin sementara atau permanen.

3. Orkitis

Peradangan pada salah satu atau kedua testis. Setelah sembuh, testis yang terkena

mungkin akan menciut. Jarang terjadi kerusakan testis yang permanen Sehingga

kemandulan dapat terjadi pada masa setelah puber dengan gejala demam tinggi

mendadak, menggigil mual, nyeri perut bagian bawah, gejala sistemik, dan sakit

pada testis. Testis paling sering terinfeksi dengan atau tanpa epidedimitis. Bila

testis terkena infeksi maka terdapat perdarahan kecil. Orkitis biasanya menyertai

parotitis dalam 8 hari setelah parotitis. Keadaan ini dapat berlangsung dalam 3 –

Page 8: Makalah Asuhan Keperawatan Parotitis

14 hari. Testis yang terkena menjadi nyeri dan bengkak dan kulit sekitarnya

bengkak dan merah. Rata-rata lamanya 4 hari. Sekitar 30-40% testis yang terkena

menjadi atrofi. Gangguan fertilitas diperkirakan sekitar 13%. Tetapi infertilitas

absolut jarang terjadi.

4. Ensefalitis atau Meningitis

Peradangan otak atau selaput otak. Gejalanya berupa sakit kepala, kaku kuduk,

mengantuk, koma atau kejang. 5-10% penderita mengalami meningitis dan

kebanyakan akan sembuh total. 1 diantara 400-6.000 penderita yang mengalami

ensefalitis cenderung mengalami kerusakan otak atau saraf yang permanen, seperti

ketulian atau kelumpuhan otot wajah.

5. Ooforitis

Timbulnya nyeri dibagian pelvis ditemukan pada sekitar 7% pada penderita wanita

pasca pubertas

6. Pankreatitis

Peradangan pankreas, bisa terjadi pada akhir minggu pertama. Penderita

merasakan mual dan muntah disertai nyeri perut. Gejala ini akan menghilang

dalam waktu 1 minggu dan penderita akan sembuh total. Nyeri perut sering ringan

sampai sedang muncul tiba-tiba pada parotitis. Biasanya gejala nyeri epigastrik

disertai dengan pusing, mual, muntah, demam tinggi, menggigil, lesu, merupakan

tanda adanya pankreatitis akibat mumps.

7. Nefritis

Kadang-kadang kelainan fungsi ginjal terjadi pada setiap penderita dan viruria

terdeteksi pada 75%. Frekuensi keterlibatan ginjal pada anak-anak belum

diketahui. Nefritis yang mematikan, terjadi 10-14 hari sesudah parotitis. Nefritis

ringan dapat terjadi namun jarang. Dapat sembuh sempurna tanpa meninggalkan

kelainan pada ginjal.

8. Tiroiditis

Walaupun tidak biasa, pembengkakan tiroid yang nyeri dan difus dapat terjadi

pada umur sekitar 1 minggu sesudah mulai parotitis dengan perkembangan

selanjutnya antibodi antitiroid pada penderita.

9. Miokarditis

Manifestasi jantung yang serius sangat jarang terjadi, tetapi infeksi ringan

miokardium mungkin lebih sering daripada yang diketahui. Miokarditis ringan

dapat terjadi dan muncul 5–10hari pada parotitis. Gambaran elektrokardiografi

Page 9: Makalah Asuhan Keperawatan Parotitis

dari miokarditis seperti depresi segmen S-T, flattening atau inversi gelombang T.

Dapat disetai dengan takikardi, pembesaran jantung dan bising sistolik.

10. Artritis

Jarang ditemukan pada anak-anak. Atralgia yang disertai dengan pembengkakan

dan kemerahan sendi biasanya penyembuhannya sempurna. Manifestasi lain yang

jarang tapi menarik pada parotitis adalah poliarteritis yang sering kali berpindah-

pindah. Gejala sendi mulai 1-2minggu setelah berkurangnya parotitis. Biasanya

yang terkena adalah sendi besar khususnya paha atau lutut. Penyakit ini berakhir 1-

12 minggu dan sembuh sempurna.

11. Kelainan pada mata

Komplikasi ini meliputi dakrioadenitis, pembengkakan yang nyeri, biasanya

bilateral, dari kelenjar lakrimalis; neuritis optik (papillitis) dengan gejala-gejala

bervariasi dari kehilangan penglihatan sampai kekaburan ringan dengan

penyembuhan dalam 10–20 hari; uveokeratitis, biasanya unilateral dengan

fotofobia, keluar air mata, kehilangan penglihatan cepat dan penyembuhan dalam

20 hari; skleritis, tenonitis, dengan akibat eksoftalmus; trombosis vena sentral.

2.8 PENATALAKSANAAN PAROTITIS

Parotitis merupakan penyakit yang bersifat self-limited (sembuh/hilang sendiri) yang

berlangsung kurang lebih dalam satu minggu. Tidak ada terapi spesifik bagi infeksi virus

“Mumps” oleh karena itu pengobatan parotitis seluruhnya simptomatis dan suportif.

Pasien dengan parotitis harus ditangani dengan kompres hangat, sialagog seperti

tetesan lemon, dan pijatan parotis eksterna. Cairan intravena mungkin diperlukan untuk

mencegah dehidrasi karena terbatasnya asupan oral. Jika respons suboptimal atau pasien

sakit dan mengalami dehidrasi, maka antibiotik intravena mungkin lebih sesuai.

Berikut tata laksana yang sesuai dengan kasus yang diderita:

1. Penderita rawat jalan

Penderita baru dapat dirawat jalan bila tidak ada komplikasi (keadaan umum

cukup baik).

a. Istirahat yang cukup, di berikan kompres.

b. Pemberian diet lunak dan cairan yang cukup

c. Kompres panas dingin bergantian

d. Medikamentosa

Page 10: Makalah Asuhan Keperawatan Parotitis

Analgetik-antipiretik bila perlu

metampiron : anak > 6 bulan 250 – 500 mg/hari maksimum 2 g/hari

parasetamol : 7,5 – 10 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis

hindari pemberian aspirin pada anak karena pemberian aspirin berisiko

menimbulkan Sindrom Reye yaitu sebuah penyakit langka namun mematikan.

Obat-obatan anak yang terdapat di apotik belum tentu bebas dari aspirin.

Aspirin seringkali disebut juga sebagai “salicylate“ atau “acetylsalicylic acid“.

2. Penderita rawat inap

Penderita dengan demam tinggi, keadaan umum lemah, nyeri kepala hebat, gejala

saraf perlu rawat inap diruang isolasi

a. Diet lunak, cair dan TKTP

b. Analgetik-antipiretik

c. Berikan kortikosteroid untuk mencegah komplikasi

3. Tatalaksana untuk komplikasi yang terjadi

a. Encephalitis

Simptomatik untuk encephalitisnya. Lumbal pungsi berguna untuk mengurangi

sakit kepala.

b. Orkhitis

ß istirahat yang cukup

ß pemberian analgetik

ß sistemik kortikosteroid (hidrokortison, 10mg /kg/24 jam, peroral, selama 2-

4 hari

c. Pankreatitis dan ooporitis

Simptomatik saja

2.9 PENCEGAHAN

Pencegahan terhadap parotitis epidemika dapat dilakukan secara imunisasi pasif dan

imunisasi aktif.

1. Pasif

Gamma globulin parotitis tidak efektif dalam mencegah parotitis atau

mengurangi komplikasi.

2. Aktif

Page 11: Makalah Asuhan Keperawatan Parotitis

Dilakukan dengan memberikan vaksinasi dengan virus parotitis epidemika

yang hidup tapi telah dirubah sifatnya (Mumpsvax-merck, sharp and dohme) atau

diberikan subkutan pada anak berumur 15 bulan (Ngastiyah, 2007). Vaksin ini

tidak menyebabkan panas atau reaksi lain dan tidak menyebabkan ekskresi virus

dan tidak menular. Menyebabkan imunitas yang lama dan dapat diberikan

bersama vaksin campak dan rubella (MMR yakni vaksin Mumps, Morbili,

Rubella). Pemberian vaksinasi dengan virus “mumps”, sangat efektif dalam

menimbulkan peningkatan bermakna dalam antibodi “mumps” pada individu yang

seronegatif sebelum vaksinasi dan telah memberikan proteksi 15 sampai 95 %.

Proteksi yang baik sekurang-kurangnya selama 12 tahun dan tidak mengganggu

vaksin terhadap morbili, rubella, dan poliomielitis atau vaksinasi variola yang

diberikan serentak.

Kontraindikasi: Bayi dibawah usia 1 tahun karena efek antibodi maternal;

Individu dengan riwayat hipersensitivitas terhadap komponen vaksin; demam

akut; selama kehamilan; leukimia dan keganasan; limfoma; sedang diberi obat-

obat imunosupresif, alkilasi dan anti metabolit; sedang mendapat radiasi.

Belum diketahui apakah vaksin akan mencegah infeksi bila diberikan setelah

pemaparan, tetapi tidak ada kontraindikasi bagi penggunaan vaksin “Mumps”

dalam situasi ini

2.10 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

a. Darah rutin

Tidak spesifik, gambarannya seperti infeksi virus lain, biasanya leukopenia

ringan yakni kadar leukosit dalam satu liter darah menurun. Normalnya leukosit

dalam darah adalah 4 x 109 /L darah .dengan limfositosis relatif, namun komplikasi

sering menimbulkan leukositosis polimorfonuklear tingkat sedang.

b. Amilase serum

Biasanya ada kenaikan amilase serum, kenaikan cenderung dengan

pembengkakan parotis dan kemudian kembali normal dalam kurang lebih 2 minggu.

Kadar amylase normal dalam darah adalah 0-137 U/L darah.

c. Pemeriksaan serologis

Ada tiga pemeriksaan serologis yang dapat dilakukan untuk menunjukan adanya

infeksi virus (Nelson, 2000), yaitu:

1. Hemaglutination inhibition (HI) test

Page 12: Makalah Asuhan Keperawatan Parotitis

Uji ini menerlukan dua spesimen serum, satu serum dengan onset cepat dan

serum yang satunya di ambil pada hari ketiga. Jika perbedaan titer spesimen 4

kali selama infeksi akut, maka kemungkinannya parotitis.

2. Neutralization (NT) test

Dengan cara mencampur serum penderita dengan medium untuk biakan fibroblas

embrio anak ayam dan kemudian diuji apakah terjadi hemadsorpsi. Pengenceran

serum yang mencegah terjadinya hemadsorpsi dinyatakan oleh titer antibodi

parotitis epidemika. Uji netralisasi asam serum adalah metode yang paling dapat

dipercaya untuk menemukan imunitas tetapi tidak praktis dan tidak mahal.

3. Complement – Fixation (CF) test

Tes fiksasi komplement dapat digunakan untuk menentukan jumlah respon

antibodi terhadap komponen antigen S dan V bagi diagnosa infeksi parotitis

epidemika akut. Antibodi terhadap antigen V mencapai titer puncak dalam 1

bulan dan menetap selama 6 bulan berikutnya dan kemudian menurun secara

lambat 2 tahun sampai suatu jumlah yang rendah dan tetap ada. Peningkatan 4

kali lipat dalam titer dengan analisis standar apapun menunjukan infeksi yang

baru terjadi. Antibodi terhadap antigen S timbul cepat, sering mencapai

maksimum dalam satu minggu setelah timbul gejala, hilang dalam 6 sampai 12

minggu.

d. Pemeriksaan Virologi

Isolasi virus jarang sekali digunakan untuk diagnosis. Isolasi virus dilakukan

dengan biakan virus yang terdapat dalam saliva, urin, likuor serebrospinal atau darah.

Biakan dinyatakan positif jika terdapat hemardsorpsi dalam biakan yang diberi cairan

fosfat-NaCl dan tidak ada pada biakan yang diberi serum hiperimun.

2.11 WOC (WEB OF CAUSTION)

DOWNLOAD : WOC ASKEP PAROTITIS

Page 13: Makalah Asuhan Keperawatan Parotitis

BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN

Kasus:

An.B jenis kelamin perempuan berusia 9 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan

demam, nyeri pada daerah bawah telinga dan pipi kiri, dan nyeri otot sejak seminggu yang

lalu. Sulit menelan dan kaku rahang. An.B juga mengatakan bahwa teman sebangkunya

menderita penyakit yang sama.

3.1 Pengkajian:

Identitas :

Nama : An. B

Umur : 9 tahun

Suku/Bangsa : Jawa / Indonesia

Agama : Islam

Pendidikan : Pelajar

Alamat : Jl. Karangrejo Sawah 1 Surabaya

Penanggung jawab biaya : Ibu D

Alamat : Jl. Karangrejo Sawah 1 Surabaya

Keluhan Utama:

Demam, nyeri di bawah telinga, bengkak, dan sulit menelan

Riwayat Penyakit Sekarang:

An. B sejak seminggu lalu mengalami demam dan merasakan nyeri pada belakang

telinga dan pipi kiri. Beberapa hari kemudian timbul bengkak dan kemerahan di

sekitar daerah nyeri dan bengkak menyebar ke daerah pipi kanan. An. B menjadi

sukar menelan dan nafsu makan menurun. BB awal adalah 30kg, kemudian saat ini

turun menjadi 28kg. Sudah 3 hari tidak dapat mengikuti pelajaran di sekolah akibat

penyakit ini.

Riwayat Penyakit Dahulu:

Page 14: Makalah Asuhan Keperawatan Parotitis

An.B sebelumnya tidak pernah dirawat di rumah sakit dengan gejala yang sama.

Tidak punya riwayat penyakit menular, dan tidak punya riwayat alergi. Belum pernah

di imunisasi MMR (Mumps, Morbili, Rubela)

Riwayat Penyakit Keluarga

Semua anggota keluarga An.B dahulu sudah pernah mengalami gejala yang sama

dengan An.B. Kemungkinan tertular teman sebangku.

Pemeriksaan Fisik

Tanda-tanda Vital:

Suhu : 38 C

Nadi : 108 x/menit

RR : 20 x/menit

Tensi : -

Kesadaran: Compos Mentis

B1 (breathing) : Normal

B2 (blood) : kelemahan fisik dan takikardi

B3 (brain) : An. B compos mentis, mengalami kecemasan dan terus

menerus gelisah akibat manifestasi klinis dari parotitis, sakit kepala dan kaku

leher

B4 (bladder) : normal

B5 (bowel) : porsi makan menurun

B6 (bone) : kelemahan otot, malaise

Pemeriksaan Penunjang

Pada An.B telah dilakukan pemeriksaan darah di dapatkan leucopenia, kadar

leukosit < 4 x 109/L darah. Dan di lakukan Pemeriksaan kadar amilase dalam

serum, terbukti kadar amilase naik >137 U/L darah.

4.Analisis Data

Page 15: Makalah Asuhan Keperawatan Parotitis

NO

Data

Etiologi

Masalah Keerawatan

1`

Data subjektif :

Sulit menelan,bengkak,nafsu makan menurun.

Data objektif :

-BB turun menjadi 28kg dari BB semula yang 30kg.

Parotitis

Sulit menelan

Intake menurun

Page 16: Makalah Asuhan Keperawatan Parotitis

Nutrisi kurang dari kebutuhan

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

2

Data subjektif :

Sulit tidur, tertutup dan tidak mau membuka diri karena ada pembengkakan ada kalenjar

parotis.

Data objektif :

Parotitis

Pembengkakan pada kelenjar parotid dan Sakit kepala

Nyeri

Page 17: Makalah Asuhan Keperawatan Parotitis

Perasaan tidak aman dan nyaman

Gangguan rasa aman dan nyaman

3

Data subjektif :

Nyeri kepala hebat,yang kemudian disusul oleh muntah-muntah, gelisah dan suhu tubuh yang

tinggi

Data objektif :

-adanya ST deresi

-suhu tubuh meningkat 38 c

-ditemukannya virus di organ lain

Parotitis

Tidak tertangani

penyebaran virus ke organ lain

Page 18: Makalah Asuhan Keperawatan Parotitis

risilo komplikasi

Resiko komplikasi

Diagnosa dan intervensi Keperawatan

a.Diagnosa : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan

ketidakmampuan untuk mencerna nutrien adekuat akibat kondisi infeksi

Tujuan: Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai rentang yang diharapkan

Kriteria hasil: Berat badan kembali ke rentang normal

No

Intervensi

Rasional

1

Berikan makan lembut sedikit demi sedikit dan makanan kecil tambahan yang tepat.

Menghindari makanan asam

Page 19: Makalah Asuhan Keperawatan Parotitis

Makanan yang keras tidak mampu dikunyah oleh pasien parotitis. Makanan asam menmbah

rasa tidak nyaman pada pasien parotitis.

2

Berikan diet cair atau makanan selang /hiperalimentasi bila diperlukan

Bila masukan kalori gagal untuk memenuhi kebutuhan metabolic, dukungan nutrisi dapat

digunakan untuk mencegah malnutrisi

3

Berikan minum yang sedikit-sedikit tetapi sering

Membasahi selaput lendir mulut yang kurang basah karena jarang digunakan

b.Diagnosa Keperawatan: Gangguan rasa aman dan nyaman berhubungan dengan manifestasi

klinis akibat parotitis dan pengaruh lingkungan

Tujuan: pasien dapat merasakan kembali rasa aman dan nyaman seiring dengan proses

penyembuhan

Kriteria Hasil: Pasien ikut serta dan bekrjasama dalam proses mengembalikan rasa aman dan

nyaman

No

Page 20: Makalah Asuhan Keperawatan Parotitis

Intervensi

Rasional

1.

Istirahat selama periode demam

Pada perode demam, metabolism tubuh tinggi sehingga istirahat dapat Mengurangi

metabolism tubuh dan mempercepat kesembuhan klien

2.

Kompres dingin pada daerah bengkak

Karena terjadi infeksi, suhu di sekitar lokasi pembengkakan mengalami peningkatan Dengan

kompres dingin diharapkan suhu dapat turun dan mengurangi pembengkakan

c.Diagnosa keperawatan : Resiko komplikasi berhubungan dengan pembengkakan kelenjar

parotis

Tujuan : menghilangkan factor resiko komplikasi

Kriteria hasil : komplikasi tidak terjadi

Page 21: Makalah Asuhan Keperawatan Parotitis

No

Intervensi

Rasional

1

Mengurangi terjadinya komplikasi dengan pemberian obat Spt: Kortikosteroid selama 2-4 hari

dan globulin

Kortikosteroid dapat menekan pertumbuhan mikroba dan Globulin mencegah terjadinya

orkitis

2

Pantau jantung dengan pemasangan EKG

Mencegah resiko terjadi komplikasi ke otot jantung

BAB 4

PENUTUP

Page 22: Makalah Asuhan Keperawatan Parotitis

4.1 Simpulan

Pembengkakan akut pada kelenjar saliva dapat berupa parotitis dan sialadenitis. Penyakit

parotitis yang lebih awam disebut gondongan (mumps) merupakan suatu penyakit menular

dimana seseorang terinfeksi oleh virus (Paramyxovirus) yang menyerang kelenjar ludah

(kelenjar parotis) di antara telinga dan rahang sehingga menyebabkan pembengkakan pada

leher bagian atas atau pipi bagian bawah. Gejala yang ditimbulkan berupa pembengkakan,

rasa sakit, kemerahan, dan kelembutan pada saluran kelenjar ludah, namun juga terjadi

kelainan berupa pelebaran dan penyumbatan saluran. Gangguan parotitis cenderung

menyerang anak-anak dibawah usia 15 tahun (sekitar 85% kasus). Dahulu keadaan ini sering

terlihat pada pasien yang mendapat perawatan dari operasi abdomen, tetapi sekarang khasus

ini telah jarang terlihat, hanya kadang-kadang terlihat pada parotitis kronis rekuren, tetapi

tidak sesering yang diperkirakan.

4.2 Saran

Banyak komplikasi yang ditimbulkan oleh peradangan kelenjar saliva ini sehingga harus

sedini mungkin penanganan diawali dengan berbagai tes laboratorium, disusul pada

pemberian antibiotik, penambahan volume cairan dalam tubuh, hingga akhirnya diadakan

operasi.

DAFTAR PUSTAKA

Page 23: Makalah Asuhan Keperawatan Parotitis

Ngastiyah. 2007. Perawatan Pada Anak. Jakarta: Penerbit buku Kedokteran EGC

Nelson. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

EGC

Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: Penerbit buku

Kedokteran EGC

Corwin, Elizabeth J. 2000. Buku Saku Patofisiologi Edisi 3.Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran: EGC

Mansjoer, Arief. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 2 Jilid 2. Jakarta: Media

Aesculapicus Penerbit FK UI

Soemarmo.2008.Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis Edisi 2.Jakarta:Penerbit IDAI