LAPORAN PJBL 1

  • Upload
    etri

  • View
    270

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

chusing syndrome

Citation preview

KONSEP DASAR

Anatomi dan Fisiologi

Kelenjar adrenal terletak di dalam tubuh, di sisi anteriosuperior (depan-atas) ginjal. Kelenjar adrenal terletak sejajar dengan tulang punggung thorax ke-12 dan mendapatkan suplai darah dari arteri adrenalis. Kelenjar suprarenalis atau adrenal jumlahnya ada 2, terdapat pada bagian atas dari ginjal kiri dan kanan. Ukurannya berbeda-beda, beratnya rata-rata 5-9 gr. Fungsi kelenjar suprarenalis terdiri dari :1. Mengatur keseimbangan air, elektrolit dan garam-garam.2. Mengatur atau mempengaruhi metabolisme lemak, hidrat arang dan protein.3. Mempengaruhi aktifitas jaringan limfoid.Kelenjar adrenal terdiri atas dua bagian, yaitu medulla adrenal dan korteks adrenal. Korteks adrenal adalah bagian dari kelenjar adrenal yang dapat menyintesis kolesterol dan mengambilnya dari sirkulasi yang dibagi dalam 3 lapisan zona, yaitu: Zona glomerulosa menghasilkan meneralokartikoid. Zona fasikulata menghasilkan glukokortikoid. Zona retikularis dan hormon kelamin gonadokartikoid.Kelenjar adrenal terdiri dari sepasang, berbentuk piramid, terletak di bagian atas ginjal, bagian luar atau korteks padat dan merupakan kira-kira 80% berat adrenal normal dan menghasilkan steroid. Ada 3 lapisan penting steroid yang telah diisolasi dari korteks adrenal, yaitu: Kortisol (hidrokortison) disekresi setiap hari umumnya berasal dari zona fasikulata (lapisan tengah) dan zona retukularis(lapisan dalam) Dehidroepiandrosteron (DHEA) disekresi oleh lapisan yang sama dan kira-kira dalam jumlah yang sama dengan kortisol. Aldosteron disekresi oleh zona glomerulosa (lapisan luar) yang juga memproduksi beberapa jenis kortikosteroid lain dan sedikit plasma dan estrogen.1. DEFINISI

Sindrom Cushing adalah suatu keadaan yang diakibatkan oleh efek metabolik gabungan dari peninggian kadar glukokortikoid dalam darah yang menetap selama jangka panjang. Kadar yang tinggi ini dapat terjadi secara spontan atau karena pemberian dosis farmakologik senyawa senyawa glukokortikoid. (Sylvia A. Price; Patofisiologi, Hal. 1088). Sindrom Cushing disebabkan oleh sekresi berlebihan steroid adrenokortial,terutama kortisol yang tinggi secara abnormal karena hiperfungsi korteks adrenal. (IPD.Edisi III jilid I,hal 826) Sindrom Cushing adalah kumpulan gejala yang disebabkan oleh hiperadrenokortisisme akibat neoplasma korteks adrenal atau adenohipofisis, atau asupan glukokortikoid yang berlebihan. (Dorland, 2002). Sindrom Cushing adalah gangguan hormonal yang disebabkan oleh paparan berkepanjangan akibat hormone kotisol yang tinggi. Gangguan ini juga sering disebut dengan hypercortisolism. Sindrom cushing relatif langka dan paling sering mempengaruhi orang dewasa berusia 20 tahun sampai 50 tahun. Orang yang gemuk dan menderita penyakit diabetes tipe 2 dengan hipertensi dan memiliki kontrol buruk akan kadar gula darah, memiliki peningkatan risiko yang lebih besar pada gangguan tersebut (Sylvia, 2006).

KLASIFIKASISindrom Cushing terbagi 2, yaitu:1. Tergantung ACTH : Hiperfungsi korteks adrenal non tumor : disebabkan oleh sekresi ACTH kelenjar hipofisis yang abnormal atau berlebihan. Sindrom ACTH ektopik : disebabkan oleh tumor non pituari yang disekresi baik ACTH dan atau CRH serta penyebab hyperplasia adrenal bilateral

2. Tidak tergantung ACTH : Hiperplasia korteks adrenal otonom Tumor dengan hiperfungsi korteks adrenal Adenoma (tumor) hipofisis yang mensekresi ACTH Karsinoma

2. ETIOLOGI & FAKTOR RESIKO

Primary chusing syndrome : Terlampau banyaknya produksi cortisol yang diakibatkan oleh adrenal adenoma atau carsinoma. Secondary chusing syndrome : Terlampau banyaknya produksi cortisol yang diakibatkan oleh adrenal hyperplasia karena banyak sekali ACTH. Akibat kelainan hipotalamus Akibat tumor yang memproduksi ACTH Tumor Hipofisis : Pada tumor korteks adrenal dapat terjadi tanpa bergantung pada kontrol ACTH yang dengan kemampuannya untuk menyekresi kortisol secara autonomi dalam korteks adrenal. Tumor korteks adrenal yang akhirnya menjadi sindrom cushing yang jinak (adenoma) atau yang ganas (karsinoma). Adenoma korteks adrenal dapat menyebabkan sindrom cushing berat, namun biasanya berkembang secara lamba dan gejala dapat timbul bertahun-tahun sebelum diagnosis ditegakkan. Sebaliknya, karsinoma adreokortikal berkembang secara cepat dan dapat menyebabkan metastasis serta kematian (Niemen, 2005). Kadangkala tumor yang tidak bersifat kanker(adenoma) terjadi pada kelenjar adrenalin,yang menyebabkan kelenjar adrenalin menghasilkan kortikosteroid secara berlebihan. Adrenal adenomas sangat umum.setengah orang mengalaminya pada usia 70.hanaya bagian kecil pada adenomas menghasilkan hormone berlebihan,meskipun begitutumor yang tidak bersifat kanker pada kelenjar adrenalin sangat langka. Tumor non endokrin ( Karsinoma bronkus, thymoma, karsinoma pankreas, adenoma broncus )

Terlalu banyak produksi ACTH dapat diakibatkan oleh : Pituitary mengeluarkan terlalu banyak ACTH karena gangguan pituitary atau hypothalamus. Detailnya, beberapa kekacauan sistem tubuh sendiri akan merespon untuk mensekresi kortisol. Biasanya, ACTH dilepaskan dari kelenjar pituitari bila diperlukan untuk merangsang pelepasan kortisol dari kelenjar adrenal. Dalam pituitari Cushing, seorang adenoma jinak mengeluarkan ACTH hipofisis. Ini juga dikenal sebagai penyakit Cushing dan bertanggung jawab atas 70% dari sindrom Cushing endogens. Peningkatan produksi ACTH yang berasal dari cetopic non-pituitary (produksi hormon diluar pituitary), seperti pada bronchogenic carsinoma, bronchial adenoma, pancreatic carsinoma. Pada kasus lain didapatkan kelebihan sekresi ACTH, hilangnya irama sirkadian normal ACTH, dan berkurangnya sensitivitas system kontrol umpan balik ke tingkat kortisol dalam darah. ACTH juga dapat disekresi berlebihan pada pasien-pasien dengan neoplasma yang memiliki kapasitas untuk menyintesis dan melepaskan peptide mirip ACTH baik secara kimia maupun fisiologik. ACTH yang berlebihan dihasilkan dalam keadaan ini menyebabkan rangsangan yang berlebihan terhadap sekresi kortisol oleh korteks adrenal, dan disebabkan oleh penekanan pelepasan ACTH hipofisis. Jadi, kadar ACTH yang tinggi pada penderita ini berasal dari neoplasma, bukan dari kelenjar hipofisisnya. Sejumlah besar neoplasma dapat menyebabkan sekresi ektopik ACTH. Neoplasma-neoplasma ini biasanya berkembang dari jaringan-jaringan yang berasal dari lapisan neuroektadermal selama perkembangan embrional. Karsinoma sel oat paru, karsinoid bronchus, timoma, dan tumor sel-sel pulau dipankreas, merupakan contoh-contoh yang paling sering ditemukan. Beberapa tumor ini mampu menyekresi CRH ektopik. Pada keadaan ini, CRH ektopik merangsang sekresi ACTH hipofisis, yang menyebabkan terjadinya sekresi kortisol secara berlebihan oleh korteks adrenal. Jenis sindrom cushing yang disebabkan oleh sekresi ACTH yang berlebihan- hipofisis atau ektopik- seringkali disertai hiperpigmentasi. Hiperpigmentasi ini disebabkan oleh sekresi peptide yang berhubungan dengan ACTH dan kerusakan-kerusakan bagian-bagian ACTH yang memiliki aktivitas melanotropik. Pigmentasi terdapat pada kulit dan selaput lendir.

Latrogenic chusing syndrome : Sindrom cushing disebabkan oleh pemberian glukortikoid jangka panjang dalam dosis farmakologik atau oleh sekresi kortisol yang berlebihan akibat gangguan aksis hipotalamus-hipofisis-adrenal (spontan). Sindrom cushing terjadi ketika jaringan tubuh yang terkena tingkat tinggi kortisol terlalu lama. Penyebab paling umumnya adalah pemberian glukokortikoid eksogen ditentukan oleh seorang praktisi kesehatan untuk mengobati penyakit lain (disebut sindrom cushing iatrogeniks). Hal ini dapat menjadi efek pengobatan steroid dari berbagai gangguan seperti asma dan rheumatoid arthritis, atau dalam imunosupresi setelah transplantasi organ. Sindrom cushing bisa terjadi juga pada orang yang harus menggunakan kortikosteroid dosis tinggi karena keadaan medis serius. Mereka yang harus menggunakan dosis tinggi memiliki gejala yang sama dengan mereka yang menghasilkan terlalu banyak hormon tersebut.gejala-gejalanya bisa kadangkala terjadi bahkan jika kortikosteroid dihirup,seperti untuk asma,atau di gunakan khususnya untuk sebuah kondisi kulit. Adapun hipotesa penyebab lainnya :a. obesitasb. kerusakan toleransi glukosac. hipertensid. diabetes mellitus Ada peningkatan hepatic gluconeogenesis dan ketidakmampuan memaki insulin yang mengakibatkan postprandial hyperglycemia dan diabetes mellitus. Pasien yang sudah ada DM, gangguan metabolisme karbohidrat akan memperberat tanda- tanda DM dan memicu cushing syndrome.e. disfungsi gonadal yang berakibat pada berlebihnya rasio serum hormon kortisol. Nama penyakit ini diambil dari Harvey Cushing, seorang ahli bedah yang pertama kali mengidentifikasikan penyakit ini pada tahun 1912.

3. PATOFISIOLOGI (bagan terlampir)1. Kelebihan glukokortikoid dapat menyebabkan keadan-keadaan seperti dibawah ini:a. Metabolisme protein dan karbohidrat.Glukokortikoid mempunyai efek katabolik dan antianabolik pada protein, menyebabkan menurunnya kemampuan sel-sel pembentuk protein untuk mensistesis protein, sebagai akibatnya terjadi kehilangan protein pada jaringan dan katabolisme protein yang berlebihan mengaktifkan kurangnya massa otot- otot dengan tanda- tanda : Atrophy otot- otot terutama pada ekstremitas yang mengakibatkan lengan dan kaki kelihatan kurus, sulit berdiri dari posisi duduk, sulit naik tangga, keletihan, dan kecapean. Matriks protein tulang menjadi rapuh dan menyebabkan osteoporosis, sehingga dapat dengan mudah terjadi fraktur patologis, fraktura compression pada tulang belakang, nyeri tulang- tulang dan punggung. Hilangnya collagen support dari yang mengakibatkan kulit menjadi tipis, cepat timbul memar, ecchymosis, dan striae kemerah- merahan pada abdomen. Luka sulit sembuh. Ruptura serabut-serabut elastis pada kulit menyebabkan tanda regang pada kulit berwarna ungu (striae). Penipisan dinding pembuluh darah dan melemahnya jaringan penyokong vaskule menyebabkan mudah timbul luka memar. Metabolisme karbohidrat dipengaruhi dengan merangsang glukoneogenesis dan menganggu kerja insulin pada sel-sel perifer, sebagai akibatnya penderita dapat mengalami hiperglikemia. Pada seseorang yang mempunyai kapasitas produksi insulin yang normal, maka efek dari glukokortikoid akan dilawan dengan meningkatkan sekresi insulin untuk meningkatkan toleransi glukosa. Sebaliknya penderita dengan kemampuan sekresi insulin yang menurun tidak mampu untuk mengkompensasi keadaan tersebut, dan menimbulkan manifestasi klinik DM.b. Metabolisme lemakPerubahan metabolisme lemak mengakibatkan obesitas dan distribusi jaringan- jaringan lemak tidak normal. Banyak lemak pada muka mengakibatkan moon face daerah intracapular mengakibatkan buffalo hump; pada messenteriumtruncal obesity atau berat badan meningkat.

c. Distribusi jaringan adiposa.Distribusi jaringan adiposa terakumulasi didaerah sentral tubuh Obesitas Wajah bulan (moon face). Memadatnya fossa supraklavikulare dan tonjolan servikodorsal (punguk bison), Obesitas trunkus dengan ekstremitas atas dan bawah yang kurus akibat atropi otot memberikan penampilan klasik perupa penampilan Chusingoid.d. ElektrolitCortisol itu sendiri mempunyai mineralocorticoid activity, maka kelebihan corticol mengakibatkan tanda-tanda dan gejala-gejala peningkatan kegiatan mineralocorticoid. Sekalipun aldosterone adalah normal. Termasuk tanda-tanda dan gejalanya : Retensi sodium dan air yang bisa mengakibatkan berat badan meningkat danedema. Hypertensi sebagai akibat dari peningkatan volume cairan dan peningkatan sensitivitas dari arteriole terhadap catecholamines. Menyebabkan retensi natrium Meningkatnya ekskresi kalium dan chloride melalui urine (hypokelamia dan hypochloremia) yang bisa mengakibatkan metabolik alkalosis. Meningkatnya resorpsi kalsium dari tulang-tulang dan renal calculi dari hyperculuria.

e. Sistem kekebalan Mengurangnya lymphocyte terutama T- lymphocytes. Meningkatnya neutrophils. Terganggunya kegiatan antibody. Respon utama sistem kekebalan adalah pembentukan antibody humoral oleh sel-sel plasma dan limfosit B akibat ransangan antigen yang lainnya tergantung pada reaksi-reaksi yang diperantarai oleh limfosit T yang tersensitasi. Glukokortikoid mengganggu pembentukan antibody humoral dan menghambat pusat-pusat germinal limpa dan jaringan limpoid pada respon primer terhadap anti gen. Gangguan respon imunologik dapat terjadi pada setiap tingkatan berikut ini: Proses pengenalan antigen awal oleh sel-sel sistem monosit makrofag. Induksi dan proleferasi limfosit imunokompeten. Produksi anti bodi. Reaksi peradangan. Menekan reaksi hipersensitifitas lambat.

f. Sekresi lambungSekresi asam lambung dapat ditingkatkan sekresi asam hidroklorida dan pepsin dapat meningkat. Faktor-faktor protekitif mukosa dirubah oleh steroid dan faktor-faktor ini dapat mempermudah terjadinya tukak.g. Fungsi otakPerubahan psikologik terjadi karena kelebihan kortikosteroid, hal ini ditandai dengan oleh ketidak stabilan emosional, euforia, insomnia, episode depresi singkat, cepat marah, cemas, konsentrasi dan ingatan menurun yang bisa berkembang ke depression berat dan psychosis.h. EritropoesisInvolusi jaringan limfosit, rangsangan pelepasan neutrofil dan peningkatan eritropoiesis. Namun secara klinis efek farmakologis yang bermanfaat dari glukokortikoid adalah kemampuannya untuk menekan reaksi peradangan. Dalam hal ini glukokortikoid dapat menghambat hiperemia, ekstra vasasi sel, migrasi sel, dan permeabilitas kapiler, menghambat pelapasan kiniin yang bersifat pasoaktif dan menekan fagositosis. Efeknya pada sel mast; menghambat sintesis histamin dan menekan reaksi anafilaktik akut yang berlandaskan hipersensitivitas yang dperantarai anti bodi. Penekanan peradangan sangat deperlukan, akan tetapi terdapat efek anti inflamasi yang merugikan penderita. Pada infeksi akut tubuh mungkin tidak mampu melindungi diri sebagai layaknya sementara menerima dosis farmakologik. (Sylvia A. Price; Patofisiologi, hal 1090-1091).i. Kegiatan androgen meningkat Hirtusism (banyak bulu tubuh pada muka dan seluruh tubuh) Rambut kepala rontok, dan Acne (jerawat). Menstrual cycle terganggu dari oligumenorrhea sampai ke amernorrhea. Perubahan libido4. MANIFESTASI KLINISManifestasi klinis Cushing Onsetnya perlahan-lahan, diantaranya : Perubahan tampilan disertai redistribusi lemak tubuh, wajah seperti bulan (moon face), dan batang tubuh mengalami obesitas seperti kerbau / buffalo hump (sekitar 90% kasus). Berupa obesitas tipe sentral dengan buffalo hump pada bagian posterior leher serta daerah supraklavikuler, badan yang besar dan ekstermitas yang relatif kurus. Pada anak-anak pertumbuhan menjadi terhambat. Selain obesitas, perawakan pendek merupakan tanda lazim yang tampak. Pemecahan protein menyebabkan kelemahan otot yang bisa menimbulkan keluhan miopati proksimal, striae ungu lebar (50%) pada perut, paha, dan bokong, dan mudah memar (30%). Striae pada obesitas berwarna merah muda. Gejala lain termasuk hiperhidrosis (keringat berlebihan), telangiectasia (pelebaran kapiler), penipisan kulit yang menyebabkan mudah memar dan kekeringan. Kelemahan otot, bisa juga osteoporosis disertai nyeri punggung serta kolaps vertebra (50%). Gangguan toleransi karbohidrat yang bisa turut menyebabkan diabetes (10%). Gangguan elektrolit disertai retensi natrium, kehilangan kalium, dan alkalosis hipokalemik, khususnya pada sindrom ACTH ektopik, dimana terdapat kadar ACTH yang sangat tinggi. Bisa terbentuk batu ginjal (20%). Retensi natrium dan air terjadi akibat peningkatan aktivitas mineralokortikoid, yang menyebabkan hipertensi dan CHF. Tanda-tanda lainnya termasuk poliuria, hipertensi persisten (karena peningkatan kortisol tentang efek vasoconstrictive epinefrin) dan resistensi insulin (terutama umum dalam produksi ACTH ektopik), menyebabkan hiperglikemia (gula darah tinggi) dan resistensi insulin yang dapat menyebabkan diabetes mellitus. Resistensi insulin ini disertai dengan perubahan kulit seperti nigricans acanthosis di ketiak dan di sekitar leher, serta tanda kulit di ketiak. Hipertensi, mungkin berhubungan dengan retensi natrium (60%). Pada pasien wanita berbagai usia, virilisasi dapat terjadi sebagai akibat dari produksi androgen yang berlebihan. Virilisasi ditandai oleh timbulnya ciri-ciri maskulin dan hilangnya ciri-ciri peminim. Pada keadaan ini terjadi pertumbuhan bulu-bulu wajah yang berlebihan (hirsutisme), atrofi payudara, haid yang berhenti, klitoris yang membesar dan suara yang lebih dalam. Libido akan menghilang pada pasien laki-laki dan wanita. Maskulinisasi akibat androgen adrenal, amenore, hirsutisme, suara berat, kulit berminyak disertai jerawat pada wanita (80%). Pasien dengan sindrom cushing akan sering mengalami gangguan psikologis, mulai dari euforia ke psikosis. Depresi dan kecemasan juga umum. Selanjutnya, gangguan pencernaan, infeksi oportunistik dan gangguan penyembuhan luka (kortisol adalah hormon stres, sehingga menekan respon imun dan inflamasi). Gejala lain: cepat lelah, nyeri kepala, rambut tipis, seborea, katarak, pletora, dagu berdekik, penyembuhan luka buruk, memar, petekie, kuku rusak. Dalam kasus yang jarang terjadi, sindrom cushing dapat menyebabkan hiperkalsemia, yang dapat menyebabkan nekrosis kulit. Kelebihan kortisol juga dapat mempengaruhi sistem endokrin lainnya dan menyebabkan insomnia akibat perubahan sekresi diurinal kortisol, menghambat aromatase, libido berkurang, impotensi, amenorea / oligomenore dan infertilitas akibat peningkatan di androgen (Govindan, 2006).

5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIKIndikator sindrom chusing adalah peningkatan kadar natrium serta glukosa darah, penurunan kadar kalium serum, penurunan jumlah sel sel eusinofil dan menghilangnya jaringan limfoid. Maka terdapat beberapa pemeriksaan yang harus dilaksanakan, diantaranya :

a) Pengambilan sampel darah.Untuk menentukan adanya variasi diurnal yang normal pada kadar kortisol plasma. Variasi ini biasannya tidak terdapat pada gangguan fungsi adrenalb) Tes supresi deksametasonMungkin diperlukan untuk membantu menegakkan diagnosis peyebab sindrom cushing tersebut, apakah hipopisis atau adrenal. Biasannya Dexamethason diberikan pada pukul 11 malam dan kadar kortisol plasma diukur pada pukul 8 pagi berikutnyac) Pengumpulan urine 24 jamUntuk memerikasa kadar 17 hiroksikotikorsteroid serta 17 ketostoroid yang merupakan metabolik kortisol dan androgen dalam urine.Pada sindrom chusing kadar metabolit ini dan kadar kortisol akan mengalami peningkatand) Stimulai CRF ( corticitropin releasing factor )Dapat digunakan untuk membedakan tumor hipofisis dengan tempat ektopik produksi ACTH sebagai penyebab sindrom cushinge) Pemeriksaan Radioimunessay ACTHBerguna untuk mengenali penyebab sindrom cushing f) Pemeriksaan elektro kardiografi Untuk menentukan adanya hipertensi g) Ct san, USG, MRIDapat dilakukan untuk mengetahui lokasi jaringan adrenal dan mendeteksi tumor pada kelenjar adrenalTambahan :1. Pada pemeriksaan laboratorium sederhana, didapati limfositofeni, jumlah netrofil antara 10.000 25.000/mm3. eosinofil 50/ mm3 hiperglekemi (Dm pada 10 % kasus) dan hipokalemia.2. Pemeriksaan laboratorik diagnostik. Pemeriksaan kadar kortisol dan overnight dexamethasone suppression test yaitu memberikan 1 mg dexametason pada jam 11 malam, esok harinya diperiksa lagi kadar kortisol plasma. Pada keadaan normal kadar ini menurun. Pemerikaan 17 hidroksi kortikosteroid dalam urin 24 jam (hasil metabolisme kortisol), 17 ketosteroid dalam urin 24 jam.3. Tes-tes khusus untuk membedakan hiperplasi-adenoma atau karsinoma : Urinary deksametasone suppression test. Ukur kadar 17 hidroxikostikosteroid dalam urin 24 jam, kemudian diberikan dexametasone 4 X 0,5 mg selama 2 hari, periksa lagi kadar 17 hidroxi kortikosteroid bila tidak ada atau hanya sedikit menurun, mungkin ada kelainan. Berikan dexametasone 4 x 2 mg selama 2 hari, bila kadar 17 hidroxi kortikosteroid menurun berarti ada supresi-kelainan adrenal itu berupa hiperplasi, bila tidak ada supresi kemungkinan adenoma atau karsinoma. Short oral metyrapone test. Metirapone menghambat pembentukan kortisol sampai pada 17 hidroxikortikosteroid. Pada hiperplasi, kadar 17 hidroxi kortikosteroid akan naik sampai 2 kali, pada adenoma dan karsinoma tidak terjadi kenaikan kadar 17 hidroxikortikosteroid dalam urine. Pengukuran kadar ACTH plasma. Test stimulasi ACTH, pada adenoma didapati kenaikan kadar sampai 2 3 kali, pada kasinoma tidak ada kenaikan (Mansjoer, 2007).

6. PENATALAKSANAANPengobatan Cushing syndrome tergantung pada penyebabnya Sindrom Cushing yang disebabkan oleh penggunaan kortikosteroid:Perlahan-lahan mengurangi dosis obat (jika memungkinkan) di bawah pengawasan medis. Jika tidak bisa berhenti minum obat karena penyakit, tekanan darah, kadar gula darah, kadar kolesterol, dan kepadatan tulang harus dimonitor Sindrom Cushing disebabkan oleh tumor hipofisis atau tumor yang melepaskan ACTH (Penyakit Cushing):a) Pembedahan untuk mengangkat tumorb) Radiasi setelah pengangkatan tumor hipofisis (dalam beberapa kasus)c) Mungkin diperlukan terapi hidrokortison (kortisol) pengganti seumur hidup setelah operasi Sindrom Cushing disebabkan oleh tumor adrenal atau tumor lainnya:a) Pembedahan untuk mengangkat tumorb) Jika tumor tidak dapat diambil, perlu obat-obatan untuk menghambat pelepasan kortisol (Brunner and sudarth)

Pengobatan sindrom cushing tergantung ACTH tidak seragam, bergantung apakah sumber ACTH adalah hipofisis / ektopik.a. Jika dijumpai tumor hipofisis. Sebaiknya diusahakan reseksi tumor tranfenoida.b. Jika terdapat bukti hiperfungsi hipofisis namun tumor tidak dapat ditemukan maka sebagai gantinya dapat dilakukan radiasi kobait pada kelenjar hipofisis.c. Kelebihan kortisol juga dapat ditanggulangi dengan adrenolektomi total dan diikuti pemberian kortisol dosis fisiologik.d. Bila kelebihan kortisol disebabkan oleh neoplasma disusul kemoterapi pada penderita dengan karsinoma/ terapi pembedahan.e. Digunakan obat dengan jenis metyropone, amino gluthemide yang bisa mensekresikan kortisol (Silvia A. Price ; Patofisiologi Edisi 4 hal 1093).Sesuai pada penyebabnya, Penyakit Cusing dapat dilakukan iradiasi dari hipofise, kombinasi iradiasi dengan unilateral adrenalektomi. Pada adenoma basofil yang menimbulkan gejala peningkatan tekanan intra kranial dan tidak berhasil dengan radiotherafi, dilakukan ekstirpasi. Pada kasus berat dimana iradiasi hipofise tidak memberi hasil, dilakukan adrenalektomi bilateral, kemudian substitusi dengan hidrokortison, kortison atau fludrokortison. Bila disebabkan oleh adenoma atau karsinoma adrenal, dilakukan operasi kemudian terapi substitusi.Ada 3 jenis obat yang sekarang tersedia yang digunakan untuk menekan sekresi kortisol karsinoma. Terdiri dari metyrapone, amino gluthemide dan o, p-DDD. Bisa digunakan untuk mengendalikan syndrome Chusing (dan untuk mengurangi resiko operasi) sebelum pengobatan radikal atau sebagai alternative jika tindakan bedah merupakan kontraindikasi.Jika sindrom Cushing merupakan akibat dari pemberian kortikosteroid eksternal (eksogen), pemberian obat tersebut harus diupayakan untuk di kurangi atau dihentikan secara bertahap hingga tercapai dosis minimal yang adekuat untuk mengobati proses penyakit yang ada di baliknya. Biasanya terapi yang dilakukan setiap dua hari sekali aan menurunkan gejala sindrom Cushing dan memungkinkan pemulihan daya responsive kelenjar adrenal terhadap ACTH. Terapi obat: metirapon (menghambat sisntesis kortisol) atau ketokonazol (menghambat sitokrom P450) menurunkan kadar kortisol untuk jangka pendek sebelum pembedahan atau jangka panjang apabila pembedahan tidak mungkin dilakukan. Adenoma hipofisis: adenomektomi trans-sfenoidalis menyebabkan relaps pada > 70% kasus radioterapi dapat digunakan untuk kasus relaps yang tidak dapat disembuhkan. Adrenalektomi bilateral menyebabkan pembesaran tumor hipofisis dengan cepat dan hiperpigmentasi sebagai akibat sekresi ACTH yang berlebihan (sindrom Nelson), kecuali apabila diberikan juga radioterapi pada hipofisis. Adenoma adrenal: dapat disembuhakan dengan adrenalektomi. Karsinoma adrenal: tidak dapat disembuhkan dengan pembedahan. Terapi obat dengan miotan, sebuah obat adrenolitik, dapat membantu. Sekresi ektopik: pengankatan tumor dengan embedahan bila memungkinkan,jika tidak, berikan terapi medis atau lakukan adrenalektomi. Pengobatan syndrome chusing tergantung ACTH tidak seragam,bergantung apakah sumber ACTH adalah hipofisis /Ektopik

Penatalaksanaan MedisPengobatan biasanya di arahkan pada kelenjar hipofisis karena mayoritas kasus disebabkan oleh tumor hipofisis ketimbang oleh tumor korteks adrenal.a.Pengangkatan melalui pembedahan merupakan pengobatan pilihan yang sering dilakukan.b.Implantasi jarum yang mengandung isotop radioaktif kedalam kelenjar hipofisis.c.Adrenalektomi pada pasien dengan hipertrofi adrenal primer.d.Pascaoperatif, terapi penggantian hidrokortison temporer mungkin diberikan sampaat elenjar adrenal mulai berespon secara normal (mungkin membutuhkan waktu beberapa bulan).e.Jika dilakukan adrenalektomi bilateral, maka dibutuhkan terapi penggantian hormon korteks adrenal seumur hidup.f.Jika Sindrom Cushing di sebabkan oleh kortikosteroid eksogen, maka lakukan penurunan obat sampai kadar minum untuk mengobati penyakit yang mendasari.

Tindakan Medis Hipofisektomi adalah pengobatan terpilih bagi sindrom cushing yang tergantung pada hipofisis Adrenalektomi bilateral dilakukan untuk mengobati sindrom cushing akibat adenoma basofil atu kromofob hipofisi. Hal ii bisa mengakibatkan sindrom nelson disertai hiperpigmentasi akibat aktivitas -lipoprotein berlebihan (melanocyte- stimulating hormon/ MSH dan ACTH ) yang kini tak ditekan oleh kadar kortisol darah yang tinggi Jika dilakukan adrenolektomi bilateral (keduanya diangkat) tetapi pergantian dengan hormon hormon kortex adrenal seperti menggunakan kortisol 20-40 mg/hari dan fludrokortison 0,1 mg/hari Radiasi kelenjar hipofisis, untuk mengendalikan gejala Preparat penyekat enzim adrenal (metyrapon, aminoglutethimide, mitotone, ketokonazol) untuk mengurangi hiperadrenalisme jika penyebabnya adalah tumor yang tidak dapat dihilangkan secara tuntas Therapi penggantian temporer dengan hidrokortison selama beberapa bulan sampai kelenjar adrenal mulai memperlihatkan respon yang normalTambahan Obat Pemberian metiapon yang merupakan inhibitor kompetitif untuk -hidroksilasi pada korteks adrenal dan bisa digunakan untuk membantu mengendalikan gejala sindrom cushing atau menyiapkan pasien untuk menjalani pembedahan.Obat ini bekerja dengan menghambat produksi kortisol sehingga menyebabkan peningkatan kadar ACTH dan bisa digunakan sebagai tes untuk fungsi hipofisis

7. KOMPLIKASI1. Krisis Addisonia Merupakan hipofungsi anak ginjal dengan gejala kehilangan tenaga dan perubahan warna kulit menjadi tengguli.Kecemasan atau panik yang berlebuhan, krisis ini terjadi ketika kelenjar adrenalin tidak memproduksi hormon kortisol yang berfungsi mengurangi stres. Kurangnya hormon ini juga menyebabkan penurunan tekanan darah, bahkan bisa membuat koma.2. Efek yang merugikan pada aktivitas koreksi adrenal Aktivitas hormonal dari kelenjar adrenal dengan efek merugikan jika terjadi ketidakseimbangan tiga hormon steroid yang dihasilkan yaitu- masalah gula darah dan tekanan darah (kortisol), - masalah haluaran dan garam pada ginjal (aldosteron), dan - hormon pria (androgen), yang akan menyebabkan keadaan lebih degeneratif. 3. Patah tulang akibat osteoporosis Fungsi dari korteks mengalami disfungsi dimana fungsi ginjal tidak maksimal. Katabolisme protein meningkat, glukoneogenesis atas rangsangan kortisol menyebabkan otot menjadi kurus, kulit menjadi tipis disertai striae, juga terjadi penurunan jumlah matriks tulang

8. ASUHAN KEPERAWATANPengkajianIdentitas(nama,usia,jenis kelamin,agama,pekerjaan, alamat, agama, status,nama penanggung jawab, no register, tanggal&waktu MRS,tanggal&waktu pengkajian)Keluhan Utama : biasanya memar pada kulit,mengeluh lemah, susah tidur, nyeri, terjadi kenaikan berat badan.Riwayat kesehatan sekarang : Obesitas Lemah Muka tampak bulat ( moon face ) Nyeri pinggang Kulit berminyak serta tumbuh jerawat Lengan dan kaki kurus degan atrofi otot Kulit memar Penyembuhan luka sulit Menstruasi terhentiRiwayat penyakit dahulu : Kaji apakah pasien pernah mengkonsumsi obat-obatan kortekosteroid dalam jangka waktu yang lama, menderita osteoporosis, hipertensi, DM.Riwayat penyakit keluarga : Kaji apakah keluarga pernah menderita penyakit cushing sindrom atau penyakit lainnya (DM atau hipertensi).

Pemeriksaan Fisik Keadaan umum : compos mentisTanda-tanda vital: TD : meningkat (hipertensi) RR : kusmaul N : takikardi S : meningkat (demam)Pemeriksaan head to toea) Kepala: Rambut: tipisb) Wajah : muka merah, berjerawat dan berminyak, moon facec) Mata: Konjungtiva: anemis Sklera : ikterik Pupil: tidak dilatasid) Hidung :Sekret tidak adae) Mulut:Membran mukosa pucat, bibir kering.f) Leher: tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, vena jugularis distensi,g) Integument : turgor kulit buruk, kulit kemerahan,berminyak,berjerawat, terdapat bulu halus, striaeh) Thorak Paru paru Inspeksi: tidak terlihat retraksi intercosta hidung, pergerakan dada simetris Palpasi : tidak terdapat nyeri tekanPerkusi: sonorAuskultasi:bunyi nafas normal, tidak ada suara tambahan Jantung Inspeksi : ictus cordis tidak tampakPalpasi : ictus cordis teraba pada ICS 4 5 midclaviculaPerkusi : pekakAuskultasi : irama teratur, S1 S2 Terdengar tunggali) AbdomenInspeksi : tidak simetris, dan edema, striaePalpasi : nyeri tekan Perkusi : suara redupAuskultasi : bising usus meningkatj) Ekstremitas : atrofi otot ekstremitas, tulang terjadi osteoporosis, otot lemahk) Genitalia : klitoris membesar, amenore, ada gangguan eliminasi

1. Aktivitas/ istirahatGejala: Insomnia, sensitivitas, otot lemah, gg koordinasi, kelelahan berat.Tandanya : atrofi otot.2. SirkulasiGejala: Palpitasi, nyeri dada (angina).Tandanya: Distritnia, irama gallop, mur-mur, takikardia saat istirahat.3. EliminasiGejala: Urine dalam jumlah banyak, perubahan dalam feces: diare.4. Integritas egoGejala : Mengalami stres yang berat baik emosional maupun fisik.Tandanya : Emosi letal, depresi.5. Makanan atau cairanGejala : Kehilangan berat badan yang mendadak, mual dan muntah.6. NeorosensoriGejala : Bicara cepat dan parau, gangguan status mental dan prilaku seperti binggung, disorientasi, gelisa, peka rangsangan, delirium.7. PernafasanTandanya : Frekuensi pernafasan meningkatan, takepnia dispnea.8. Nyeri atau kenyamananGejala : Nyeri orbital, fotobia.9. KeamananGejala : Tidak toleransi terhadap panas, keringat yang berlebihan tandanya suhu meningkat diatas 37,40CC, retraksi, iritasi pada kunjungtiva dan berair.10. SeksualitasTandanya : Penurunan libido, hipomenoria, amenoria dan impoten.

Pemeriksaan Penunjanga) Pengambilan sampel darah : Untuk menentukan adanya variasi diurnal yang normal pada kadar kortisol plasma. Variasi ini biasannya tidak terdapat pada gangguan fungsi adrenalb) Tes supresi deksametason : Mungkin diperlukan untuk membantu menegakkan diagnosis peyebab sindrom cushing tersebut, apakah hipopisis atau adrenal. Biasannya Dexamethason diberikan pada pukul 11 malam dan kadar kortisol plasma diukur pada pukul 8 pagi berikutnyac) Pengumpulan urine 24 jam : Untuk memerikasa kadar 17 hiroksikotikorsteroid serta 17 ketostoroid yang merupakan metabolik kortisol dan androgen dalam urine.Pada sindrom chusing kadar metabolit ini dan kadar kortisol akan mengalami peningkatand) Stimulai CRF ( corticitropin releasing factor ): Dapat digunakan untuk membedakan tumor hipofisis dengan tempat ektopik produksi ACTH sebagai penyebab sindrom cushinge) Pemeriksaan Radioimunessay ACTH : Berguna untuk mengenali penyebab sindrom cushing f) Pemeriksaan elektro kardiografi :Untuk menentukan adanya hipertensi g) Ct san, USG, MRI : Dapat dilakukan untuk mengetahui lokasi jaringan adrenal dan mendeteksi tumor pada kelenjar adrenal

Analisa DataNoDATAETIOLOGIMK

1.DS :melaporkan nyeri baik secara verbal DO : posisi untuk mengurangi nyeri tingkah laku ekspresif (gelisah, meringis, dan mengeluh) perubahan dalam nafsu makan ttv abnormal.Adenoma hipofisis

ACTH meningkat

Sekresi korteks adrenal meningkat

Glukokortikoid meningkat

Asam lambung

Sekresi hidroklorida dan pepsin meningkat

Perlukaan mukosa lambung

Tukak lambung

Nyeri akutNyeri Akut b/d agen cidera

2.DS : Klien mengeluh mudah tibul luka memar Klien mengeluh luka-luka sembuh dengan lambatDO : Kulit mengalami atropi dan mudah rusak Ruptura serabut-serabut elastis pada kulit menyebabkan tanda regang pada kulit berwarna ungu StriaeAdenoma hipofisis

ACTH meningkat

Sekresi korteks adrenal meningkat

Glukokortikoid meningkat

Terjadi efek katabolik dan antianabolik pada protein

Kemampuan sintesis protein berkurang Protein di jaringan menurun

Pada kulit, Hilangnya kolagen pada jaringan

Timbul striae, mudah memar, Kulit tipis, rapuh, tampak merah, luka sukar sembuh

Resiko Kerusakan integritas kulitResiko Kerusakan integritas kulit b/d gangguan kondisi metabolik

3.DS : Gangguan konsentrasi Tidak tertarik pada lingkungan Meningkatnya komplain fisik Kelelahan Secara verbal menyatakan kurang energiDO: Penurunan kemampuan Ketidakmampuan mempertahankan rutinitas Ketidakmampuan mendapatkan energi sesudah tidur Kurang energi Ketidakmampuan untuk mempertahankan aktivitas fisikAdenoma hipofisis

Memproduksi CRF terus

ACTH meningkat

Sekresi korteks adrenal meningkat

Glukokortikoid meningkat

Metabolisme protein meningkat

Katabolisme protein

Atropi otot terutama pada ekstremitas (lengan dan kaki kurus)

KeletihanKeletihan b/d status penyakit

4.DS : Mengeluh rambut kepala rontok menstruasi terganggu penurunan libido.DO : Hirtusism (banyak bulu pada muka dan seluruh tubuh) Jerawat Moon face Buffalo hump

Peningkatan glokortikoid peningkatan hormon seks (androgen) virilisasi pada wanita hirtusism, rambut kepala rontok, jerawat, menstruasi terganggu, penurunan libido gangguan citra tubuh Peningkatan glukortikoid perubahan metabolisme lemak distribusi jaringan lemak abnormal penumpukan lemak pada wajah dan daerah intracapular moon face, buffalo hump Gangguan citra tubuhGangguan citra tubuh b/d penyakit

IntervensiNoDiagnosa Tujuan & Kriteria HasilIntervensi

1.Nyeri akutSetelah dilakukan tinfakan keperawatan selama 1x24 jam maka diharapkan nyeri klien teratasi

NOC : Pain Level, pain control, comfort levelKriteria Hasil Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik non farmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri (1-2) Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang Tanda vital dalam rentang normal (TD 120/80 mmHg, N: 60-100 x/mnt, RR: 16-20x/mnt) NIC :Pain management Kaji tingkat nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas Observasireaksi nonverbal dari ketidaknyamanan. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri klien sebelumnya. Kontrol lingkungan yang mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan. Kurangi presipitasi nyeri. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologis/non farmakologis).. Ajarkan teknik non farmakologis (relaksasi, distraksi dll) untuk mengetasi nyeri.. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri. Evaluasi tindakan pengurang nyeri/kontrol nyeri. Tingkatkan istirahat Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali Kolaborasi dengan dokter bila ada komplain tentang pemberian analgetik tidak berhasil. Monitor penerimaan klien tentang manajemen nyeri.

Administrasi analgetik : Cek program pemberian analogetik; jenis, dosis, dan frekuensi. Cek riwayat alergi.. Tentukan analgetik pilihan, rute pemberian dan dosis optimal. Monitor TTV sebelum dan sesudah pemberian analgetik. Berikan analgetik tepat waktu terutama saat nyeri muncul. Evaluasi efektifitas analgetik, tanda dan gejala efek samping.

2.Resiko kerusakan integritas kulitSetelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam, kerusakan integritas kulit dapat berkurang

NOC : Tissue Integryty Skin Mucous Membrans

Kriteria Hasil Tidak terdapat luka pada jaringan kulit Ketebalan kulit klien terjaga Tidak timbul edema

NIC :Skin Surveillance Kaji secara teratur kulit dan membran mukosa terhadap adannya kemerahan, edema srta adannya laserasi Edukasikan menghindari memakai pakaian yang terlalu ketatSkin care topical tratment Hindarkan penggunaan linen bed yang kasar Hindarkan penggunaan sabun yang keras terhadap kulit klien Hindarkan penggunaan plester yang kasar unuk menghindari iritasi Ubah posisi klien setidaknya tiap 2 jam sekali atau sesuai indikasi untuk mencegah adannya penekanan pada satu sisi tubuh klien Berikan suport pada area yang mengalami pembengkakan jika terdapat area yang bengkak ( bisa dengan memberikan sanggahan bantan pada area yang bengkak

3.KeletihanSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24jam, keletihan klien teratasi dengan baik

NOC :Energy Conservation

Kriteria Hasil : Kemampuan aktivitas klien adekuat Klien mempertahankan nutrisi dengan adekuat Keseimbangan aktivitas dan istirahat klien baik Klien mempertahankan interaksi sosial Klien dapat megidentifikasi faktor-faktor fisik dan psikologis yang menyebabkan keletihan Klien dapat mempertahankan kemampuan untuk konsentrasiNIC :Energy Management monitor dan catat pola dan jumlah tidur pasien monitor lokasi ketidaknyamanan atau nyeri selama bergerak dan aktivitas monitor intake nutrisi monitor pemberian dan efek samping obat depresi intruksikan pada klien untuk mencatat tanda-tanda dan gejala keletihan jelaskan pada klien hubungan keletihan dengan proses penyakit ajarkan tehnik dan manajemen aktivitas untuk mencegah keletihan kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meninngkatkan intake makanan yang tinggi energi dorong pasien dan keluarga mengekspresikan perasaannya catat aktivitas yang dapat meningkatkan keletihan anjurkan klien melakukan yang meningkatkan relaksasi ( membaca, mendengarkan musik) tingkatkan pembatasan bedrest dan aktivitas batasi stimulasi lingkungan untuk memfasilitasi relaksasi

4.Gangguan citra tubuhSetelah dilakukan perawatan selama 5x24 jam masalah yang timbul akibat gangguan citra tubuh teratasi.

NOC :Acceptance: Health Status dan Coping

Kriteria Hasil Klien menyadari dan menyatakan penerimaan terhadap kondisi yang dialami Klien menyatakan penghargaan positif terhadap diri sendiri Klien terlihat damai dan tenang

NIC: Calming Technique, Coping Enhancement, Relaxation Therapy, dan Self Esteem Enhancement.

Duduk dan bicara dengan klien. Ciptakan lingkungan yang tenang dan dapat dipercaya oleh klien. Nilai penyesuaian diri klien terhadap perubahan yang terjadi. Nilai pemahaman klien tentang penyakit yang diderita. Dorong dan ajarkan teknik relaksasi yang sesuai untuk mengatasi penolakan terhadap kondisi yang dialami. Sediakan informasi aktual terkait diagnosa, pengobatan, dan prognosis penyakit klien. Tetapkan tingkat kepercayaan diri klien terhadap perubahan yang terjadi. Dorong klien untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelebihannya. Tahan klien jangan sampai mengkritisi kekurangannya. Dorong klien untuk menerima perbedaannya dari orang lain. Dorong klien untuk menjalin hubungan sosial dengan kelompok penderita yang sama.

DAFTAR PUSTAKA

Baradero Mary.2009.Klien Gangguan Endokrin.Jakarta:EGCBerhman, Richard E., dkk. 2000. Ilmu kesehatan anak Nelson vol. 3. Jakarta: EGC.Dorland, W.A Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland Ed29. Jakarta: EGCGrace, Pierce A., Borley, Neil R. 2006. At a glance ilmu bedah. Jakarta: Erlangga.Gunawan et,all. 2007. Farmakologi dan terapi Edisi 5. Jakarta : FKUI Guyton et,all. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta : EGCManuaba, Ida Bagus Gde. 2007. Pengantar kuliah obstetri. Jakarta: EGC.Price, S. A., 2005. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit, edisi 6. Jakarta: EGC.R. Syamsuhidayat.1997.Buku Ajar Ilmu Bedah.Jakarta:EGCRubenstein, David., dkk. 2003. Lecture notes: kedokteran klinis. Jakarta: Erlangga.Rumahorbo, Hotma. 1999. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Endokrin. Jakarta: EGCSoedoyo, et,all. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Susan Martin Tucker.2007.Standar Perawatan Pasien.Jakarta:EGC Suzzan and Smeltzer. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah . Jakarta : ECGSylvia A. Price.1994.Patofisiolgi Konsep klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta:EGC

.