24

Click here to load reader

PJBL DYSTOSIA

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PJBL DYSTOSIA

PROJECT BASED LEARNING (PJBL) 1

DYSTOCIA

Disusun Oleh :

MAULANA RH

115070200111030

REGULER 2

JURUSAN KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2013

Page 2: PJBL DYSTOSIA

1. Definisi Dystocia

Distosia didefinisikan sebagai persalinan yang panjang, sulit atau abnormal yang

timbul akibat berbagai kondisi yang berhubungan dengan lima faktor persalinan.

Setiap keadaan berikut dapat menyebabkan distosia:

1. Persalinan disfungsional akibat kontraksi uterus yang tidak efektif atau akibat

upaya mengedan ibu (kekuatan [powers]).

2. Perubahan struktur pelvis (jalan lahir [passage]).

3. Sebab-sebab pada janin, meliputi kelainan presentasi atau kelainan posisi, bayi

besar, dan jumlah bayi (penumpang [passengers]).

4. Posisi ibu selama persalinan dan melahirkan.

5. Respons psikologis ibu terhadap persalinan yang berhubungan dengan

pengalaman, persiapan, budaya dan warisannya, serta sistem pendukung.

Distosia diduga terjadi jika kecepatan dilatasi serviks, penurunan dan

pengeluaran (ekspulsi) janin tidak menunjukkan kemajuan, atau jika

karakteristik kontraksi uterus menunjukkan perubahan. (Bobak, 2004)

2. Epidemiologi Dystocia

Data dari Reproductive Health Library menyatakan terdapat 180 sampai 200 juta

kehamilan setiap tahun. Dari angka tersebut terjadi 585.000 kematian maternal

akibat komplikasi kehamilan dan persalinan. Sebab kematian tersebut adalah

perdarahan 24,8%, infeksi dan sepsis 14,9%, hipertensi dan preeklampsi/eklampsi

12,9%, persalinan macet (distosia) 6,9%, abortus 12,9%, dan sebab langsung yang

lain 7,9%.

Seksio sesarea di Amerika Serikat dilaporkan meningkat setiap tahunnya, Pada

tahun 2002 terdapat 27,6 % seksio sesarea dari seluruh proses kelahiran. Laporan

American College of Obstretician and Gynaecologist (ACOG) menyatakan bahwa

seksio sesarea primer terbanyak pada primigravida dengan fetus tunggal,

presentasi vertex, tanpa komplikasi. Indikasi primigravida tersebut untuk seksio

sesarea adalah presentasi bokong, preeklampsi, distosia, fetal distress, dan elektif.

Distosia merupakan indikasi terbanyak untuk seksio sesarea pada primigravida

sebesar 66,7%. Angka ini menunjukkan peningkatan dibandingkan penelitian

Gregory dkk pada 1985 dan 1994 masing-masing 49,7% dan 51,4% distosia

menyebabkan seksio sesarea.

Page 3: PJBL DYSTOSIA

Kasus distosia amat bervariasi tergantung kriteria diagnosis yang digunakan.

Sebagai contoh, Gross dan rekan (1987) berhasil mengidentifikasi 0,9 persen dari

hampir 11.000 persalinan pervaginam yang dikategorikan sebagai mengalami

distosia bahu di Toronto General Hospital. (American College of Obstetricians and

Gynecologists, 2000)

3. Klasifikasi Dystocia

1. Persalinan Disfungsional ( Distosia karena Kelainan Kekuatan)

Persalinan disfungsional adalah kontraksi uterus abnormal yang

menghambat kemajuan dilatasi serviks normal, kemajuan pendataran/

effacement (kekuatan primer), dan / atau kemajuan penurunan (kekuatan

sekunder). (Bobak, 2004)

Beberapa faktor yang dicurigai dapat meningkatkan resiko terjadinya

distosia uterus sebagai berikut (Gilbert, 2007):

a. Bentuk tubuh (berat badan yang berlebihan, pendek)

b. Kondisi uterus yang tidak normal (malformasi kongenital, distensi yang

berlebihan, kehamilan ganda, atau hidramnion)

c. Kelainan bentuk dan posisi janin

d. Disproporsi cephalopelvic (CPD)

e. Overstimulasi oxytocin

f. Kelelahan, dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit, dan kecemasan

g. Pemberian analgesik dan anastetik yang tidak semestinya

Kontraksi uterus abnormal terdiri dari:

a. Disfungsi Hipotonik

Perempuan yang semula membuat kemajuan normal tahap kontraksi

persalinan aktif akan menjadi lemah dan tidak efisien, atau berhenti sama

sekali. Uterus mudah “indented”, bahkan pada puncak kontraksi. Tekanan

intrauterin selama kontraksi (biasanya kurang dari 25 mmHg) tidak

mencukupi untuk kemajuan penipisan serviks dan dilatasi. CPD dan

malposisi adalah penyebab umum dari jenis disfungsi dari uterus. HIS

bersifat biasa dalam arti bahwa fundus berkontraksi lebih kuat dan lebih

dahulu daripada bagian lain, kelainannya terletak dalam hal bahwa kontraksi

uterus lebih aman, singkat, dan jarang dari pada biasa.

Page 4: PJBL DYSTOSIA

b. Disfungsi Hipertonik

Ibu yang mengalami kesakitan/ nyeri dan frekuensi kontraksi tidak

efektif menyebabkan dilatasi servikal atau peningkatan effacement.

Kontraksi ini biasa terjadi pada tahap laten, yaitu dilatasi servikal kurang dari

4 cm dan tidak terkoordinasi. Kekuatan kontraksi pada bagian tengah uterus

lebih kuat dari pada di fundus, karena uterus tidak mampu menekan

kebawah untuk mendorong sampai ke servik. (Gilbert, 2007)

2. Distosia Karena Kelainan Jalan Lahir

Karena struktur pelvis

Distosia pelvis dapat terjadi bila ada kontraktur diameter pelvis yang

mengurangi kapasitas tulang panggul, termasuk pelvis inlet (pintu atas

panggul), pelvis bagian tengah, pelvis outlet (pintu bawah panggul), atau

kombinasi dari ketiganya. Disproporsi pelvis merupakan penyebab umum

dari distosia. Kontraktur pelvis mungkin disebabkan oleh ketidak normalan

kongenital, malnutrisi maternal, neoplasma atau kelainan tulang belakang.

Kelainan traktus genetalis

a. Vulva

Kelainan pada vulva yang menyebabkan distosia adalah edema,

stenosis, dan tumor. Edema biasanya timbul sebagai gejala preeklampsia

dan terkadang karena gangguan gizi. Pada persalinan jika ibu dibiarkan

mengejan terus dapat mengakibatkan edema. Stenosis pada vulva

terjadi akibat perlukaan dan peradangan yang menyebabkan ulkus dan

sembuh dengan parut-parut yang menimbulkan kesulitan. Tumor

dalam neoplasma jarang ditemukan. Yang sering ditemukan

kondilomata akuminata, kista, atau abses glandula bartholin.

b. Vagina

Yang sering ditemukan pada vagina adalah septum vagina,

dimana septum ini memisahkan vagina secara lengkap atau tidak

lengkap dalam bagian kanan dan bagian kiri. Septum lengkap biasanya

tidak menimbulkan distosia karena bagian vagina yang satu umumnya

cukup lebar, baik untuk koitus maupun untuk lahirnya janin. Septum

tidak lengkap kadang-kadang menahan turunnya kepala janin pada

persalinan dan harus dipotong terlebih dahulu.

Page 5: PJBL DYSTOSIA

c. Servik uteri

Konglutinasio orivisii externi merupakan keadaan dimana pada

kala I servik uteri menipis akan tetapi pembukaan tidak terjadi, sehingga

merupakan lembaran kertas dibawah kepala janin. Karsinoma servisis

uteri, merupakan keadaan yang menyebabkan distosia.

d. Uterus

Mioma uteri merupakan tumor pada uteri yang dapat

menyebabkan distosia apabila mioma uteri menghalangi lahirnya janin

pervaginam.

e. Ovarium

Distosia karena tumor ovarium terjadi apabila menghalangi

lahirnya janin pervaginam. Dimana tumor ini terletak pada cavum

douglas. Membiarkan persalinan berlangsung lama mengandung bahaya

pecahnya tumor atau ruptura uteri atau infeksi intrapartum.

3. Distosia karena kelainan letak dan bentuk janin

a. Kelainan letak, presentasi atau posisi

1. Posisi oksipitalis posterior persisten

Pada persalinan persentasi belakang kepala, kepala janin turun

melalui pintu atas panggul dengan sutura sagittalis melintang atau

miring sehingga ubun-ubun kecil dapat berada di kiri melintang, kanan

melintang, kiri depan, kanan depan, kiri belakang atau kanan belakang.

Namun keadaan ini pada umumnya tidak akan terjadi kesulitan

perputarannya kedepan, yaitu bila keadaan kepala janin dalam keadaan

fleksi dan panggul mempunyai bentuk serta ukuran normal. Penyebab

terjadinya posisi oksipitalis posterior persisten ialah usaha penyesuaian

kepala terhadap bentuk dan ukuran panggul.

2. Presentasi puncak kepala

Kondisi ini kepala dalam keaadaan defleksi. Berdasarkan derajat

defleksinya maka dapat terjadi presentasi puncak kepala, presentasi

dahi atau presentasi muka. Presentasi puncak kepala (presentasi

sinsiput) terjadi apabila derajat defleksinya ringan sehingga ubun-ubun

besar berada dibawah. Keadaan ini merupakan kedudukan sementara

yang kemudian berubah menjadi presentasi belakang kepala.

Page 6: PJBL DYSTOSIA

3. Presentasi muka

Persentasi muka terjadi bila derajat defleksi kepala maksimal

sehingga muka bagian terendah. Kondisi ini dapat terjadi pada panggul

sempit atau janin besar. Multiparitas dan perut gantung juga merupakan

faktor yang menyebabkan persentasi muka.

4. Presentasi dahi

Presentasi dahi adalah bila derajat defleksi kepalanya lebih

berat, sehingga dahi merupakan bagian yang paling rendah. Kondisi ini

merupakan kedudukan yang bersifat sementara yang kemudian berubah

menjadi presentasi muka atau presentasi belakang kepala. Penyebab

terjadinya kondisi ini sama dengan presentasi muka.

5. Letak sungsang

Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak

memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada dibawah

cavum uteri.

6. Letak lintang

Letak lintang ialah suatu keadaan dimana janin melintang di

dalam uterus dengan kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong

berada pada sisi yang lain. Pada umumnya bokong berada sedikit lebih

tinggi daripada kepala janin, sedangkan bahu berada pada pintu atas

panggul. Punggung janin berada di depan, di belakang, di atas atau di

bawah.

7. Presentasi ganda

Keadaan dimana disamping kepala janin di dalam rongga

panggul dijumpai tangan, lengan/kaki, atau keadaan dimana disamping

bokong janin dijumpai tangan.

b. Kelainan bentuk janin

1. Pertumbuhan janin yang berlebihan

Yang dinamakan bayi besar ialah bila berat badannya lebih dari

4000 gram. Kepala dan bahu tidak mampu menyesuaikannya ke pelvis,

selain itu distensi uterus oleh janin yang besar mengurangi kekuatan

kontraksi selama persalinan dan kelahirannya.

2. Hidrosefalus

Page 7: PJBL DYSTOSIA

Hidrosefalus adalah keadaan dimana terjadi penimbunan cairan

serebrospinal dalam ventrikel otak, sehingga kepala menjadi besar sehingga

terjadi pelebaran sutura-sutura dan ubun-ubun. Hidrosefalus akan

menyebabkan disproporsi sefalopelvic.

c. Prolaksus funikuli

Keadaan dimana tali pusat berada disamping atau melewati bagian

terendah janin didalam jalan lahir setelah ketuban pecah. Pada presentasi

kepala, prolaksus funikuli sangat berbahaya bagi janin, karena setiap saat tali

pusat dapat terjepit antara bagian terendah janin dengan jalan lahir dengan

akibat gangguan oksigenasi. Prolaksus funikuli dan turunnya tali pusat

disebabkan oleh gangguan adaptasi bagian bawah janin terhadap panggul,

sehingga pintu atas panggul tidak tertutup oleh bagian bawah janin.

4. Distosia karena respon psikologis

Stress yang diakibatkan oleh hormon dan neurotransmitter (seperti

catecholamines) dapat menyebabkan distosia. Cemas dapat menyebabkan

peningkatan level strees yang berkaitan dengan hormon (seperti: β endorphin,

adrenokortikotropik, kortisol, dan epinephrine). Hormon ini dapat menyebabkan

distosia karena penurunan kontraksi uterus. Cemas yang berlebihan dapat

menghambat dilatasi servik secara normal, persalinan berlangsung lama, dan

nyeri meningkat.

(Wiknjosastro, 1992)

4. Patofisiologi Dystocia

(Terlampir)

5. Faktor Resiko Dystocia

Distosia dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain:

1. Primigravida, multigravida dan grandemultipara.

2. Herediter, emosi dan ketakutan memegang peranan penting.

3. Salah pimpinan persalinan, atau salah dalam pemberian obat-obatan.

4. Bagian terbawah janin tidak berhubungan rapat dengan segmen bawah rahim.

Ini dijumpai pada kelainan letak janin dan disproporsi sefalopelvik.

5. Kelainan uterus, misalnya uterus bikornis unikolis.

Page 8: PJBL DYSTOSIA

6. Kehamilan postmatur.

(Wiknjosastro, 2007)

Keadaan yang dapat menyebabkan distosia, antara lain:

1. Persalinan disfungsional akibat kontraksi uterus yang tidak efektif atau akibat

upaya mengedan ibu (kekuatan [powers]).

2. Perubahan struktur pelvis (jalan lahir [passage]).

3. Sebab-sebab pada janin, meliputi kelainan presentasi atau kelainan posisi, bayi

besar, dan jumlah bayi (penumpang [passengers]).

4. Posisi ibu selama persalinan dan melahirkan.

5. Respons psikologis ibu terhadap persalinan yang berhubungan dengan

pengalaman, persiapan, budaya dan warisannya, serta sistem pendukung.

Distosia diduga terjadi jika kecepatan dilatasi serviks, penurunan dan

pengeluaran (ekspulsi) janin tidak menunjukkan kemajuan, atau jika

karakteristik kontraksi uterus menunjukkan perubahan. (Bobak, 2004)

Distosia karena kekuatan-kekuatan yang mendorong anak keluar tidak memadai

- Distosia karena kelainan his

Faktor herediter memegang peranan dalam kelainan ini

Faktor emosi (ketakutan)

Pada sebagian besar kasus penyebabnya tidak diketahui

Kelainan tenaga terutama ditemukan pada primigravida, khususnya

primigravida tua. (Prawirohardjo, 2005)

- Inersia Uteri

Pemanjangan fase laten disebabkan oleh serviks yang belum matang

atau karena penggunaan analgesik yang terlalu dini. Beberapa faktor yang

dicurigai dapat meningkatkan resiko terjadinya distosia uterus sebagai

berikut:

a) Bentuk tubuh (berat badan yang berlebihan, pendek)

b) Kondisi uterus yang tidak normal (malformasi kongenital, distensi yang

berlebihan, kehamilan ganda, atau hidramnion)

c) Kelainan bentuk dan posisi janin

d) Disproporsi cephalopelvic (CPD)

e) Overstimulasi oxytocin

f) Kelelahan, dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit, dan kecemasan

Page 9: PJBL DYSTOSIA

g) Pemberian analgesik dan anastetik yang tidak semestinya

(Prawirohardjo, 2005)

6. Manifestasi Klinis Dystocia

a. Ibu :

Gelisah

Letih

Suhu tubuh meningkat

Nadi dan pernafasan cepat

Edem pada vulva dan servik

Bisa jadi ketuban berbau

b. Janin

DJJ cepat dan tidak teratur

Distress janin

Keracunan mekonium

(Chandranita, 2009)

7. Pemeriksaan Diagnostik Dystocia

1. MRI

Menggunakan kekuatan magnet dan gelombang radio. Signal dari

medan magnet memantulkan gambaran tubuh dan mengirimkannya ke

computer, dimana yang kemudian akan ditampilkan dalam bentuk gambar.

Namun penggunaan MRI masih terbatas dikarenakan biaya mahal, waktu

pemeriksaan yang sulit dan lama, serta ketersediaan alat.

Kegunaannya :

pelvimetri yang akurat

gambaran fetal yang lebih baik

gambaran jaringan lunak di panggul yang dapat menyebabkan distosia

2. USG

Menggunakan gelombang suara yang dipantulkan untuk membentuk

gambaran bayi di layar komputer yang aman untuk bayi dan ibu.

Kegunaan :

Menilai pertumbuhan dan perkembangan bayi dalam kandungan.

Page 10: PJBL DYSTOSIA

Masalah dengan plasenta. USG dapat menilai kondisi plaasenta dan menilai

adanya masalah-masalah seperti plasenta previa dan sebagainya.

Kehamilan ganda/ kembar. USG dapat memastikan apakah ada 1 / lebih

fetus di rahim.

Kelainan letak janin. Bukan saja kelainan letak janin dalam rahim tapi juga

banyak kelainan janin yang dapat di ketahui dengan USG, seperti:

hidrosefalus, anesefali, sumbing, kelainan jantung, kelainan kromoson

(syndrome down), dan lain-lain.

Dapat juga untuk menilai jenis kelamin bayi jika anda ingin mengetahuinya.

(Farrer, 2001)

8. Penatalaksanaan Medis Dystocia

a. Penanganan Umum

1. Nilai dengan segera keadaan umum ibu dan janin

2. Lakukan penilaian kondisi janin : DJJ

3. Kolaborasi dalam pemberian :

a. Infus RL dan larutan NaCL isotanik (IV)

b. Berikan analgesia berupa tramandol/ peptidin 25 mg (IM) atau morvin

10 mg (IM)

4. Perbaiki keadaan umum

Dukungan emosional dan perubahan posisi

Berikan cairan

b. Penanganan Khusus

1. Kelainan His

TD diukur tiap 4 jam

DJJ tiap 1/2 jam pada kala I dan tingkatkan pada kala II

Pemeriksaan dalam : VT

Infus RL 5% dan larutan NaCL isotonic (IV)

Berikan analgetik seperti petidin, morfin

Pemberian oksitosin untuk memperbaiki his

2. Kelainan letak dan bentuk janin

Pemeriksaan dalam

Pemeriksaan luar

Page 11: PJBL DYSTOSIA

MRI

Jika sampai kala II tidak ada kemajuan dapat dilakukan seksio sesaria

baik primer pada awal persalinan maupun sekunder pada akhir

persalinan

3. Kelainan jalan lahir

Simfisiotomi

Simfisotomi ialah tindakan untuk memisahkan tulang panggul

kiri dari tulang panggul kanan pada simfisis agar rongga panggul menjadi

lebih luas. Tindakan ini tidak banyak lagi dilakukan karena terdesak oleh

seksio sesarea. Satu-satunya indikasi ialah apabila pada panggul sempit

dengan janin masih hidup terdapat infeksi intrapartum berat, sehingga

seksio sesarea dianggap terlalu berbahaya.

Kraniotomi

Pada persalinan yang dibiarkan berlarut-berlarut dan dengan

janin sudah meninggal, sebaiknya persalinan diselesaikan dengan

kraniotomi dan kranioklasi. Hanya jika panggul demikian sempitnya

sehingga janin tidak dapat dilahirkan dengan kraniotomi, terpaksa

dilakukan seksio sesarea.

Seksio sesarea

Seksio sesarea dapat dilakukan secar elektif atau primer, yakni

sebelum persalinan mulai atau pada awal persalinan, dan secara

sekunder, yakni sesudah persalinan berlangsung selama beberapa

waktu.

Seksio sesarea elektif direncanakan lebih dahulu dan dilakukan

pada kehamilan cukup bulan karena kesempitan panggul yang cukup

berat, atau karena terdapat disproporsi sefalopelvik yang nyata. Selain

itu seksio dilakukan pada kesempitan ringan apabila ada faktor-faktor

lain yang merupakan komplikasi, seperti primigrvida tua, kelainan letak

janin yang tidak dapat diperbaiki, kehamilan pada wanita yang

mengalami masa infertilitas yang lama, penyakit jantung dan lain-lain.

(Farrer, 2001)

9. Asuhan Keperawatan Dystocia

Page 12: PJBL DYSTOSIA

1. PENGKAJIAN

1. Identitas Klien : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, agama, suku/bangsa.

2. Keluhan utama : proses persalinan yang lama menyebabkan adanya

keluhan nyeri dan cemas.

3. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat Kesehatan Sekarang

Biasanya dalam kehamilan sekarang ada kelainan seperti : Kelainan

letak janin (lintang, sunsang).

b. Riwayat Kesehatan Dahulu

Yang perlu dikaji pada klien, biasanya klien pernah mengalami distosia

sebelumnya, biasanya ada penyulit persalinan sebelumnya seperti

hipertensi, anemia, panggul sempit, biasanya ada riwayat DM, biasanya

ada riwayat kembar.

c. Riwayat Kesehatan Keluarga

Apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit kelainan darah,

DM, eklampsi dan preeklampsi.

4. Pemeriksaan Fisik

a. Kepala : rambut tidak rontok, kulit kepala bersih.

b. Mata : biasanya konjungtiva anemis

c. Thorak

Inpeksi pernafasan : Frekuensi, kedalam, jenis pernafasan.

d. Abdomen

Kaji his (kekuatan, frekuensi, lama): biasanya his kurang semenjak awal

persalinan atau menurun saat persalinan, biasanya posisi, letak,

presentasi dan sikap anak normal atau tidak, raba fundus keras atau

lembek, biasanya anak kembar/ tidak.

e. Vulva dan Vagina

Lakukan VT : biasanya ketuban sudah pecah atau belum, edem pada

vulva/ servik, biasanya teraba promantorium, ada/ tidaknya kemajuan

persalinan, biasanya teraba jaringan plasenta untuk mengidentifikasi

adanya plasenta previa.

f. Panggul

Page 13: PJBL DYSTOSIA

Lakukan pemeriksaan panggul luar, biasanya ada kelainan bentuk

panggul dan kelainan tulang belakang.

2. ANALISA DATA

NO. DO/DS ETIOLOGI DIAGNOSAKEPERAWATAN

1. DO: Terdapat disproporsi pelvisDS: Pasien menyatakan nyeri semakin hebat

Distosia↓

Partus lama↓

Penekanan pada jalan lahir↓

Menekan saraf↓

Respon hipotalamus↓

Pengeluaran mediator nyeri↓

Respon nyeri↓

Nyeri akut

Nyeri akut b/d distosia, prosedur obstetri

2. DO: Klien menunjukkan tanda kelelahanDS:-

Distosia↓

Tonus otot menurun↓

Obstruksi mekanis pada penurunan janin

↓Resiko tinggi cedera maternal

Resiko tinggi cedera maternal b/d intervensi penanganan distosia

3. DO: -DS: Klien menyatakan cemas karena persalinannya lama

Distosia↓

Rencana tindakan SC↓

Krisis situasi↓

Ketokolamin meningkat↓

Stress↓

Ansietas

Ansietas b/d kemajuan persalinan yang lambat

Page 14: PJBL DYSTOSIA

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut b/d distosia, prosedur obstetri

2. Resiko tinggi cedera maternal b/d intervensi penanganan distosia

3. Ansietas b/d kemajuan persalinan yang lambat

4. INTERVENSI

1. Nyeri akut b/d distosia, prosedur obstetri.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam nyeri

klien berkurang.

Kriteria Hasil:

1. Klien tidak merasakan nyeri lagi

2. Klien tampak rileks

Intervensi :

1. Tentukan sifat, lokasi dan durasi nyeri, kaji kontraksi uterus dan nyeri

tekan abdomen.

R/ Membantu dalam mendiagnosa dan memilih tindakan, penekanan

kepala pada servik yang berlangsung lama akan menyebabkan nyeri.

2. Kaji intensitas nyeri klien dengan skala nyeri.

R/ Setiap individu mempunyai tingkat ambang nyeri yang berbeda,

dengan skala dapat diketahui intensitas nyeri klien.

3. Berikan lingkungan yang nyaman dan tenang serta bantu klien dalam

menggunakan metode relaksasi.

R/ Teknik relaksasi dapat mengalihkan perhatian dan mengurangi rasa

nyeri.

4. Kuatkan dukungan sosial/ dukungan keluarga.

R/ Dengan kehadiran keluarga akan membuat klien nyaman, dan dapat

mengurangi tingkat kecemasan dalam melewati persalinan.

5. Kolaborasi pemberian narkotik atau sedative sesuai instruksi dokter.

R/ Pemberian narkotik atau sedative dapat mengurangi nyeri hebat.

2. Resiko tinggi cedera maternal b/d intervensi penanganan distosia

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam tidak

terjadi cedera pada ibu

Page 15: PJBL DYSTOSIA

Kriteria hasil :

1. Tidak ada laserasi derajat 3 atau 4

2. Tidak ada rupture

Intervensi :

1. Tinjau ulang riwayat persalinan, awitan dan durasi.

R/ Membantu dalam mengidentifikasi kemungkinan penyebab,

kebutuhan pemeriksaan diagnostik dan intervensi yang tepat.

2. Catat waktu/jenis obat, hindari pemberian narkotik dan anastesi blok

epidural sampai serviks dilatasi 4 cm.

R/ Sedatif yang diberikan terlalu dini dapat menghambat atau

menghentikan persalinan.

3. Evaluasi tingkat keletihan yang menyertai, serta aktifitas dan istirahat

sebelum awitan persalinan.

R/ Kelelahan ibu yang berlebihan menimbulkan disfungsi sekunder,

atau mungkin akibat dari persalinan lama.

4. Kaji pola kontraksi uterus secara manual atau secara elektronik.

R/ Disfungsi kontraksi dapat memperlama persalinan,meningkakan

resiko komplikasi maternal/janin.

5. Catat penonjolan, posisi janin dan presentase janin.

R/ Digunakan sebagai indikator dalam mengidentifikasi persalinan yang

lama.

3. Ansietas b/d kemajuan persalinan yang lambat

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam ansietas

yang dialami klien terkontrol/ terkendali.

Kriteria hasil :

1. Klien mampu mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan

teknik untuk mengontrol cemas

2. Klien menunjukkan ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas

mengalami penurunan kecemasan

Intervensi :

1. Kaji tingkat kecemasan.

R/ Setiap individu mempunyai tingkat ambang kecemasan yang

berbeda.

Page 16: PJBL DYSTOSIA

2. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedu.r

R/ Dengan mengetahui prosedur tindakan kecemasan klien dapat

berkurang.

3. Berikan lingkungan yang nyaman dan tenang serta bantu klien dalam

menggunakan metode relaksasi.

R/ Teknik relaksasi dapat mengalihkan perhatian dan mengurangi rasa

cemas.

4. Kuatkan dukungan sosial/ dukungan keluarga.

R/ Dengan kehadiran keluarga akan membuat klien nyaman, dan dapat

mengurangi tingkat kecemasan dalam melewati persalinan.

5. Berikan obat untuk mengurangi kecemasan sesuai indikasi.

R/ Dapat menurunkan kecemasan pada klien.

PATOFISIOLOGI

Page 17: PJBL DYSTOSIA

DAFTAR PUSTAKA

Page 18: PJBL DYSTOSIA

Bobak. 2004. Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC

Chandranita, ida ayu, dkk. 2009. Buku Ajar Patologi Obstetric Untuk Mahasiswa

Kebidanan. Jakarta:EGC

Farrer, Helen. 2001. Perawatan meternitas edisi II. Jakarta: EGC

Prawirohardjo. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawihardjo

Wiknojosastro, Hanifa. 1992. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawihardjo