Upload
rahmi-nurrosyid-p
View
18
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
pjbl
Citation preview
DAFTAR ISI
Sampul .............................................................................................................. i
Kata Pengantar.................................................................................................. ii
Daftar Isi ............................................................................................................ iii
BAB I : KONSEP KEPERAWATAN KESEHATAN KELUARGA
1.1 DEFINISI KESEHATAN KELUARGA 1
1.2 TIPE KELUARGA 2
1.2.1Keluarga Inti 3
1.2.2Keluarga Angkat 3
1.2.3Keluarga Asuh 4
1.2.4Keluarga Besar 4
1.2.5Keluarga Orang Tua Tunggal 4
1.2.6Keluarga Orang Tua Tiri 5
1.2.7Dewasa Lajang yang Tinggal Sendiri 5
1.2.8Keluarga Berinti Ganda 6
1.2.9Keluarga Non-Perkawinan Heteroseksual 6
1.2.10 Keluarga Gay dan Lesbian 6
1.3 TEORI STRUKTURAL-FUNGSIONAL 7
1.3.1Perspektif Teoritis yang Digunakan dalam Buku 7
1.3.2Pendekatan Struktural - Fungsional 8
1.3.3Konsep Struktur 10
1.4 FUNGSI KELUARGA12
1.4.1Konsep Fungsi Keluarga 12
1.4.2Perubahan pada Fungsi Keluarga 15
1.5 TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA 16
1.6 PERKEMBANGAN KELUARGA 23
1.6.1Konsep 23
1.6.2Karir Keluarga / Siklus Hidup Keluarga 23
1.6.3Two-Parent Nuclear Family Career atau Tingkatan Siklus Kehidupan 27
1.6.4Tahapan Siklus Hidup pada Keluarga dengan Perceraian 30
1.6.5Tahapan Siklus Hidup dalam Keluarga Tiri 31
1.6.6Tahapan Siklus Hidup Keluarga Lesbian/Gay 32
1.7 KEADAAN SOSIAL YANG MENGUBAH KASIH SAYANG KELUARGA 32
BAB I
KONSEP KEPERAWATAN KESEHATAN KELUARGA
1.1DEFINISI KESEHATAN KELUARGA
Keluarga memiliki beberapa arti tergantung pada orientasi teori yang
ditekankan oleh penemu. Berikut definisi keluarga menurut teori-teori yang telah
dikemukakan :
Pada teori yang berorientasi pada interaksi keluarga melihat keluarga
sebagai tempat untuk berinteraksi secara personal yang menekankan
pada karakteristim keluarga masing masing.
Pada teori yang berorientasi pada sistem prespektif secara umum
mengatakan bahwa keluarga sebagai sistem sosial terbuka kecil yang
terdiri atas satu kumpulan / set dari bagian interdependent yang tinggi
dan dipengaruhi baik oleh struktur internal maupun lingkungan eksternal.
Sedangkan menurut Census U.S Bureau menggunakan orientasi
tradisional untuk mengartikan sebuah keluarga yang terdiri dari orang
yang bepenelitian keluarga , ikatan bersama dan iikat oleh ikatan
pernikahan, ikatan darah, atau adopsi dan tinggal di dalam rumah yang
sama.
Namun pengertian keluarga dengan orientasi tradisional kini telah
dibatasi baik dari segi penerapan maupun inklusinya karena definisi dari
keluarga harus mencakup beragam bentuk mkeluarga saat ini dimana
pada definisi tradisional tidak diungkapkan.
Menurut Whall dimana pada konsep analisisnya tentang keluarga
sebagai satu unt perawatan dalam keperawatan mengartikan keluarga
sebagai suatu kelom[pok yang memiliki identitas diri yang terdiri dari 2
individu atau lebih yang berasosiasi dan dikarakteristikan oleh bentuk
yang spesial yang mungkin memiliki hubungan darah dan hukum
maupun tidak, tetapi memiliki fungsi pada suatu arah yang mendasari
mereka menjadi sebuah keluarga.
Oleh karena perbedaan inilah, salah satu cara yang paling meyakinkan untuk
mengartikan sebuah keluarga adalah menanyakan pendapat klien mengenai arti
keluarga menurut dirinya.
1
Kesehatan keluarga juga memiliki beberapa definisi yang berbeda bila
dipandang dari berbagai objektifitasnya, sebagai berikut :
Teori sistem mengasumsikan bahwa kesehatan keluarga merupakan
kesehatan yang lebih dari sekedar jumlah bagiannya (status kesehatan
dari anggota keluarga), namun pada litelatur yang ada istilah kesehatan
keluarga masih diartikan secara ambigu dimana kesehatan terkadang
hanya merujuk pada kesehatan individu tapi terkadang ia juga merujuk
pada kesehatan keluarga itu sendiri.
Pada penelitian keluarga, kesehatan keluarga dikonseptualisasikan
sebagai fungsi keluarga atau adaptasi keluarga, meskipun terdapat
variasi dalam definisi yang lebih luas
Menurut WHO, kesehatan keluarga berkonotasi pada fungsi relatif
keluarga sebagai agen sosial utama dalam promosi kesehatan dan
kesejahteraan.
Menurut kesehatan mental keluarga, kesehatan keluarga disebut sebagai
suatu proses internal keluarga atau dinamis seperti hubungan
interpersonal mereka. Fokus pada hubungan antara keluarga dan
subsistemnya adalah seperti subsistem orang tua dan anak, atau antara
keluarga dan anggotannya.
Jika mengadopsi dari sistem prespektif yang menekankan pada hasil
interaksi internal dan pertukaran antara keluarga dan lingkungannya,
kesehatan keluarga merupakan keseimbangan yang terjadi antara
pertumbuhan atau perubahan dan stabilitas atau keseimbangan dalam
keluarga.
1.2TIPE KELUARGA
Bentuk keluarga sangatlah beragam, sehingga untuk mempermudah
keluarga diklasifikasikan menjadi 2, yaitu tradisional dan nontradisoinal.
Berjalannya waktu membuat bentuk-bentuk keluarga juga dipengaruhi oleh
banyak factor seperti budaya keluarga dan strukturnya, perceraian, orangtua
tunggal (single parent), keluarga yang menikah kembali, dan pasangan dari luar
negeri. Karena bentuk keluarga yang berbeda tersebut, di bawah ini akan
dijelaskan tipe keluarga secara umum.
2
1.2.1 Keluarga Inti
Keluarga inti, yang terdiri dari suami, seorang ibu rumah tangga, dan
anak-anak yang pada 1950-an dan 1960-an hanya 8 persen dari seluruh
rumah tangga (Fields, 2001a). Hanya 52% anak-anak Amerika hidup dalam
keluarga inti tradisional saat ini. Persentase anak-anak yang tinggal di
keluarga inti bervariasi sesuai dengan ras dan etnis.
Dua variasi dalam keluarga inti: penghasil ganda / karir ganda dan
keluarga tak punya anak. Keluarga angkat dan jenis lain dari keluarga inti
tercatat dalam literatur sebagai keadaan dan kebutuhan khusus.
Dalam keluarga penghasil ganda, tantangan utama fokus pada: (1)
mengelola pekerjaan rumah tangga dan perawatan anak, (2) memiliki dua
pekerjaan, dan (3) hubungan keluarga.
Satu jenis keluarga inti varian tradisional adalah keluarga tanpa anak-
anak. Sekitar 5 persen atau lebih dari semua wanita yang pernah menikah di
Amerika Serikat yang secara sukarela tidak memiliki anak. Angka ini
diperkirakan naik 10 persen dalam waktu dekat bukan hanya karena
perkawinan tertunda dan pola melahirkan anak, tetapi karena banyaknya
karir dan pendidikan untuk wanita.
1.2.2 Keluarga Angkat
Adopsi adalah cara lain untuk membentuk sebuah keluarga. Dengan
mentransfer secara hukum tanggung jawab orang tua kandung ke orang tua
adopsi. Orang tua angkat dapat berbagi pengasuhan dan cinta mereka
dengan anak angkat mereka, sementara anak-anak yang diadopsi diberikan
sebuah keluarga yang sangat menginginkan mereka. Jenis lain dari adopsi
melalui technolgy. Keluarga angkat baru akan dibuat ketika anak-anak yang
diadopsi dicocokkan untuk warisan genetik yang sama, anak-anak lahir dari
orang tua pengganti, dan anak-anak yang lahir dari embrio kloning.
Dewasa ini memilih adopsi karena berbagai alasan. Sering, pasangan
yang tidak mampu untuk hamil anak biologis bersama-sama, tapi masih
ingin menjadi orang tua. Adopsi yang lebih umum sekarang dibanding masa
lalu adalah adopsi preferensial. Ini terjadi ketika beberapa atau orang
dewasa tunggal memutuskan untuk mengadopsi anak untuk alasan pribadi.
3
1.2.3 Keluarga Asuh
Asuh adalah layanan kesejahteraan anak di mana anak-anak
ditempatkan di rumah-rumah terpisah dari orang tua kandung mereka untuk
memastikan keselamatan, emosional dan kesejahteraan fisik mereka. Anak-
anak ditempatkan di panti asuhan ketika orang tua tidak peduli atau anak-
anak mereka dianggap tidak layak. Dalam banyak kasus, penempatan
bersifat sementara dan anak-anak kembali ke orang tua kandung.
Masalah serius yang berkaitan dengan keluarga asuh adalah kesulitan
dalam mencari panti asuhan yang baik. Penggantian orang tua asuh tidak
memadai untuk perawatan anak dan pelayanan kesehatan dan kurangnya
asuransi jaminan sosial bagi orang tua asuh yang disebut sebagai pembuat
masalah genting panti asuhan (Barth. 2001).
1.2.4 Keluarga Besar
Keluarga besar tradisional adalah satu di mana beberapa susunan
bagian rumah tangga terdiri dari orangtua, saudara, atau kerabat dekat
lainnya. Jenis keluarga ini lebih sering pada kelas pekerja dan keluarga
imigran baru. Keluarga besar, lebih luas didefinisikan oleh US Bureau of
Census adalah sebuah rumah di mana anak hidup dengan setidaknya satu
orang tua dan seseorang di luar keluarga inti, baik kerabat atau non kerabat.
1.2.5 Keluarga Orang Tua Tunggal
Keluarga orang tua tunggal adalah sebuah rumah tangga hanya ada
satu orang tua, ibu (83 persen keluarga) atau ayah (17 persen keluarga) (US
Bureau of sensus, 1998). Keluarga tradisional orang tua tunggal adalah di
mana satu kepala keluarga adalah janda, bercerai, ditinggalkan, atau
terpisah. Keluarga non tradisional orang tua tunggal adalah di mana satu
kepala keluarga belum pernah menikah.
Faktor yang terkait dengan peningkatan pesat dalam jumlah keluarga
satu-induk (1) tingginya tingkat perceraian, (2) jumlah besar bantuan
keuangan kepada satu orang tua keluarga dengan anak tergantung, (3)
hilangnya stigma terkait dengan ibu menikah, dan (4) pertumbuhan yang
4
luar biasa dalam jumlah dan proporsi kelahiran yang terjadi untuk ibu tidak
pernah menikah.
1.2.6 Keluarga Orang Tua Tiri
Walaupun perceraian semakin umum, kecenderungan ini telah disertai
dengan tingginya tingkat pernikahan kembali. Pernikahan kembali digunakan
untuk menyertakan beberapa jenis hubungan kedua pasangan mungkin
dalam pernikahan kedua atau pernikahan tingkat tinggi atau pernikahan
mungkin pernikahan ulang hanya salah satu mitra. (Coleman, Ganong, &
Halus, 2001). Pria menikah lagi lebih tinggi daripada perempuan. Afrika,
Amerika dan Hispanik menikah lagi lebih rendah dibandingkan kulit putih.
Kebanyakan pernikahan kembali cenderung berlangsung cepat setelah
pernikahan sebelum akhir.
Tingginya tingkat perkawinan ulang telah menghasilkan pertumbuhan
dramatis dalam orang tua tiri atau keluarga campuran. Keluarga-keluarga ini
juga dikenal sebagai "keluarga menikah lagi," di mana mungkin ada atau
tidak anak-anak, dan "keluarga dibentuk kembali." Biasanya, jenis keluarga
yang terdiri dari ibu, anak-anak kandungnya, dan ayah tirinya. Sekitar
sepertiga dari anak-anak di AS akan hidup dalam keluarga atau orang tua tiri
menikah lagi sebelum mereka mencapai usia dewasa. (Bumpass, Raley, &
Sweet, 1995).
1.2.7 Dewasa Lajang yang Tinggal Sendiri
Jumlah orang yang hidup sendiri juga telah meningkat. Menurut
Census 2000, jumlah orang Amerika yang tinggal sendiri bertambah hampir
dua kali jumlah penduduk, catatan untuk 26 persen dari semua susunan
hidup. Dominan wanita lansia hidup sendiri, namun peningkatan besar
dalam hidup sendiri adalah di antara orang dewasa berusia 20-an dan 30-
an. (Glick, 1998b; US Biro sensus, 2000c).
Banyak klien kesehatan di rumah, terutama yang lebih tua, individu
sakit kronis atau cacat, adalah orang-orang lajang yang tinggal sendirian.
Walaupun orang-orang soliter tidak muncul untuk masuk ke dalam definisi
5
teks dari keluarga, mereka mungkin memiliki anggota keluarga besar,
saudara, atau anak-anak yang mereka identifikasi sebagai keluarga mereka.
1.2.8 Keluarga Berinti Ganda
Keluarga berinti ganda mengacu pada keluarga pasca bercerai di
mana anak adalah anggota dari sebuah sistem keluarga yang terdiri dari dua
rumah tangga inti, ibu dan ayah, dengan berbagai tingkat kerjasama dan
waktu yang dihabiskan di setiap rumah tangga (Ahrons & Perlmutter, 1982).
Dengan gerakan menuju kesetaraan peran, meningkatkan partisipasi oleh
beberapa ayah dalam mengasuh anak, dan meningkatnya kesadaran
hilangnya menjadi orangtua dan konsekuensi negatif kepada anak-anak bila
tidak ada kontak ayah, berbagai cara coparenting aktif telah muncul.
Terjadi peningkatan perhatian yang diberikan kepada coparenting dan
hak asuh bersama. Namun demikian, pengaturan keluarga ini hanya terlihat
di antara sebagian kecil dari keluarga bercerai.
1.2.9 Keluarga Non-Perkawinan Heteroseksual
Ada pertumbuhan substansial dalam jumlah pasangan AS hidup
bersama belum menikah (US Bureau of the Census, 2000; Koeninn 1997).
Gelombang kohabitasi muncul pada tahun 1960 dan terus meningkat,
dengan lebih dari 100 persen peningkatan nasional dalam jumlah kumpul
kebo unit rumah tangga 1970-2000. Tren ini terus berlanjut. Di era
sebelumnya, kohabitasi limite untuk orang yang sangat kaya, mereka di
teater, dan sangat miskin. Tapi sekarang, kohabitasi telah menjadi bentuk
keluarga nontradisional jauh lebih dapat diterima untuk orang dewasa muda
sebelum dan di antara pernikahan. (Koeninn, 1997; Weiss, 1988).
Bahkan, kohabitasi telah dipandang sebagai proses normatif yang
mengarah ke pernikahan. Hal ini tidak hanya orang-orang muda yang hidup
bersama tanpa menikah, orang tua dan janda pada orang yang bercerai juga
sudah mulai hidup bersama, sering untuk persahabatan dan untuk berbagi
sumber daya keuangan yang terbatas. (Goldenberg & Goldenberg, 2002).
1.2.10 Keluarga Gay dan Lesbian
6
Tidak ada konsekuensi mengenai apa yang merupakan keluarga gay
dan lesbian. Allen dan Demo (1995), definisi yang disajikan di sini karena
luas dan inklusi dari keragaman gay dan lesbian keluarga. Mereka
berpendapat bahwa keluarga gay dan lesbian mengacu pada "kehadiran
dua orang atau lebih yang berbagi orientasi sesama jenis, atau kehadiran
setidaknya satu orang dewasa lesbian atau gay membesarkan seorang
anak.
1.3TEORI STRUKTURAL-FUNGSIONAL
1.3.1 Perspektif Teoritis yang Digunakan dalam Buku
Melihat bunga rampai teori yang disajikan dalam bab 3 (teori
keperawatan, teori terapi keluarga, dan teori-teori ilmu sosial keluarga),
beberapa teori ilmu sosial keluarga tampaknya menjadi yang terbaik, yang
paling kuat perspektif teoritis untuk digunakan dalam keperawatan keluarga.
Penulis percaya, hal ini antara lain teori struktural-fungsional (structural-
functional theory), teori perkembangan (developmental theory), dan teori
sistem umum (general systems theory). Menerapkan tiga model teoritis
umum di samping beberapa teori rentang yang lebih menengah mendorong
perawat keluarga untuk berlatih lebih holistik dan melakukan perawatan
menyeluruh pada keluarga.
Perspektif struktural-fungsional yang diterapkan untuk keluarga agar
dapat bersifat komprehensif dan mampu mengakui interaksi penting antara
keluarga dan lingkungan internal dan eksternal. Pendekatan pembangunan
diperlukan untuk memberikan informasi pembangunan keluarga dan pola
pembagian tugas, untuk memeriksa perubahan dalam kehidupan keluarga
dari waktu ke waktu, dan untuk menilai bagaimana keluarga menangani
tugas-tugas perkembangannya. Pendekatan sistem umum diterapkan pada
keluarga juga diperlukan untuk menilai proses adaptasi dan komunikasi
dalam keluarga. Teori perkembangan keluarga dan sistem yang diperlukan
untuk memandu praktek karena struktural-analisis fungsional cenderung
untuk menyajikan pandangan statis dari keluarga, sedangkan teori sistem
baik perkembangan dan umum menangani perubahan dari waktu ke waktu
yang lebih baik. Selain itu, sebuah perspektif struktural-fungsional sedikit
7
menjelaskan tentang pentingnya pertumbuhan, perubahan, dan
ketidakseimbangan dalam keluarga, sementara teori sistem umum
menjelaskan proses ini lebih lengkap dan meyakinkan.
1.3.2 Pendekatan Struktural - Fungsional
Kerangka struktural-fungsional adalah kerangka utama teoritis acuan
dalam sosiologi (Leslie & Korman, 1989; Smith, 1995), khususnya di bidang
keluarga dan sosiologi medis. Diterapkan pada keluarga, ruang lingkup
kerangka kerja sangat luas. Keluarga dipandang sebagai sistem sosial yang
terbuka dan sebagai subsistem dalam masyarakat untuk reproduksi dan
sosialisasi anak-anak serta stabilisasi kepribadian dewasa (Doherty, Boss,
LaRossa, Schumm & Steinmetz, 1993). Hubungan antara keluarga dan
sistem sosial lainnya (misalnya, sistem perawatan kesehatan, sistem
pendidikan) dan keluarga dalam sistem sosial yang lebih besar diperiksa
(Dickinson & Leming, 1995). Sebuah deskripsi struktural (dimensi
organisasi) keluarga dan fungsi keluarga ditekankan dalam buku sebagai
kerangka kerja untuk melakukan penilaian keperawatan keluarga.
Menurut Eshleman (1974), pendekatan struktural-fungsional berawal
pada cabang fungsionalis psikologi (khususnya psikologi Gestalt), dalam
antropologi sosial (seperti yang diperagakan dalam tulisan-tulisan
Malinowski dan Radcliffe - Brown), dan dalam sosiologi (terutama dijelaskan
oleh teori sistem sosial seperti Parsons). Posisi Gestalt menekankan bahwa
seseorang harus melihat secara keseluruhan dan bagian-bagiannya,
mengeksplorasi keterkaitan antara seluruh dan bagian-bagiannya. Pemikiran
sepanjang baris yang sama, antropolog sosial telah menyimpulkan bahwa
seseorang tidak dapat memahami aspek tertentu dari kehidupan sosial
terpisah dari lingkungan umum (Eshleman, 1974).
Fungsionalis struktural melihat keluarga, salah satu lembaga sosial
masyarakat, sebagai "fungsional" atau untuk kongruen dengan masyarakat.
Pada tahun 1950, teori (Parsons & Beal, 1955; Parsons, 1951)
membayangkan kecocokan antara masyarakat dan keluarga, lembaga dasar
yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Dengan
masyarakat yang heterogen mangalami perubahan, hal ini menunjukkan
8
keadaan harmonis, gambar yang stabil dari hubungan antara masyarakat
dan keluarga telah berubah. Namun demikian, stabilitas dan ketertiban
dalam sistem dipandang sebagai hal yang alami dan diinginkan dalam
fungsionalisme struktural, sedangkan konflik dan gangguan dipandang
sebagai penyimpangan dan disfungsional dalam sistem (Broderick, 1993).
Neofunctionalis (orang-orang yang telah memodifikasi deskripsi teori
Parsons) telah dimasukkan ke dalam keluarga mengenai pengertian konflik
(perjuangan antara anggota keluarga) dan "keseimbangan bergerak" atau
perubahan. Dengan menambahkan gagasan ini untuk struktural-
fungsionalisme, beberapa pembatasan yang jelas dari teori dikurangi
(Kingsburry & Scanzoni, 1993).
Sebagian besar literatur sosiologis yang berlaku untuk pendekatan
struktural-fungsional untuk keluarga yang menggunakan pendekatan yang
lebih makroskopik, melihat keluarga sebagai subsistem dari pesanan
masyarakat. Dari perspektif ini, struktural-fungsionalisme dapat dianggap
bentuk paling awal dari teori sistem (Broderick, 1993). Asumsi-asumsi umum
yang dibuat adalah sebagai berikut (Leslie & Korman, 1989; Parsons &
Bales, 1955):
1. Keluarga adalah sebuah sistem sosial dengan kebutuhan fungsional.
2. Keluarga adalah kelompok kecil yang memiliki fitur genetik tertentu
umumnya untuk semua kelompok-kelompok kecil.
3. Keluarga sebagai sistem sosial yang memiliki fungsi dalam melayani
individu dan masyarakat.
4. Individu bertindak sesuai dengan norma dan nilai-nilai internal yang
dipelajari terutama dalam keluarga melalui sosialisasi.
Studi keluarga menggunakan perspektif struktural-fungsional telah
menunjukkan bahwa ekonomi dan teknologi sangat penting sebagai penentu
struktur dan fungsi keluarga. Selain itu, perubahan ideologi dan budaya yang
terkait dengan individualisme, otonomi, dan peran gender yang sangat
penting dalam memahami pengaturan struktural dan dinamika keluarga
(Smith, 1995).
9
Perspektif struktural-fungsional adalah kerangka yang sangat berguna
untuk menilai kehidupan keluarga karena memungkinkan sistem keluarga
untuk diperiksa secara holistik (sebagai satu unit), di bagian-bagian (sebagai
subsistem atau dimensi) dan interaksionalitas (sebagai sistem berinteraksi
dengan lembaga-lembaga lain, seperti sistem pendidikan dan kesehatan,
kelompok referensi keluarga, dan masyarakat yang lebih luas). Macini dan
Orthner (1998), pendidik keluarga, mengingatkan profesional keluarga yang
baik perspektif mikro dan makroskopik diperlukan ketika bekerja dengan
keluarga. Mereka menjelaskan bahwa "memahami keluarga adalah untuk
mengetahui tentang dinamika internal orang, untuk mengetahui sesuatu
tentang habitat umum, apakah itu nilai-nilai masyarakat, kondisi ekonomi
saat ini, atau dukungan pemerintah untuk keluarga".
Teori struktural-fungsional menyediakan dua perspektif.
teori struktural-fungsional, kemudian dipilih bersama dengan teori sistem
umum dan teori perkembangan, dianggap sebagai kerangka kerja, karena
penggunaannya memberikan perspektif yang komprehensif dan holistik
untuk tujuan penilaian. Intinya berpusat pada keperawatan keluarga yang
melibatkan pemahaman dinamika keluarga dan semua kekuatan, baik
internal maupun eksternal, yang mempengaruhi keluarga. Untuk
pemahaman ini, teori struktural-fungsional berfungsi sebagai kerangka kerja,
khususnya dalam membimbing penilaian keluarga.
1.3.3 Konsep Struktur
Pendekatan struktural-fungsional menganalisis karakteristik struktural
susunan keluarga, bagian-bagian yang membentuk keseluruhan, dan fungsi
untuk masyarakat dan subsistemnya. Struktur keluarga mengacu pada
bagaimana keluarga diorganisasikan, cara menyusun unit, dan bagaimana
unit-unit ini berhubungan satu sama lain. Dimensi atau definisi, konsep ini
tentang struktur keluarga bervariasi. Beberapa struktur teori dasar pada jenis
bentuk keluarga (misalnya, nuklir dibandingkan diperpanjang), tipe struktur
kekuasaan (misalnya, matriarki dibandingkan patriarki), atau pola
perkawinan (misalnya, eksogami dibandingkan endogami) ( Eshleman,
10
1974). Cara lain untuk melihat struktur keluarga adalah dengan
menggambarkan subsistem sebagai dimensi struktural (Minuchin, 1974).
Dengan asumsi bahwa keluarga adalah jenis khusus dari kelompok
kecil, dimensi struktural diidentifikasi oleh teori kelompok kecil yang relevan
untuk menilai kelompok tersebut. Parad dan Caplan (1965), dalam
menganalisis sebuah keluarga di bawah tekanan (stress), telah
mengidentifikasi tiga dimensi struktural, yang mereka sebut sebagai gaya
hidup keluarga. Gaya hidup keluarga mengacu pada "pola yang cukup stabil
pada organisasi keluarga, dibagi menjadi tiga elemen yang saling
bergantung dari sistem nilai, jaringan komunikasi, dan sistem peran" (Parad
& Caplan, hal.55). Dimensi struktural keempat telah ditambahkan dalam
kekuasaan elemen struktural dan pengambilan-pengambilan struktur Parad
dan Caplan. Untuk mengulang, kemudian, empat dimensi struktural dasar
yang dimasukkan di bawah struktur keluarga dan yang diuraikan di dalam
bab-bab terpisah, yaitu :
1. Struktur peran
2. Struktur nilai
3. Proses komunikasi
4. Struktur pembuatan kekuasaan (power) dan keputusan
Semua unsur-unsur ini saling terkait erat dan berinteraksi. Ketika salah
satu aspek dari struktur internal keluarga dipengaruhi oleh masukan (input)
dari lingkungan eksternal, maka pengolahan masukan ini dalam sistem
keluarga juga akan mempengaruhi dimensi struktural lainnya. Keterkaitan
dan ketergantungan keluarga terlihat ketika seorang profesional perawatan
kesehatan keluarga mengamati bagaimana perilaku keluarga tertentu sering
menjadi indikator kekuatan atau disfungsi dalam beberapa atau semua
elemen struktural dalam keluarga.
Contoh kasusnya adalah sebagai berikut. Seorang suami, dengan
cara yang otoriter, menanyakan pada istri dan anak - anaknya tentang
kapan dan apa yang akan disajikan untuk makan malam. Sang ibu
kemudian terlihat mengarahkan anak-anak untuk mempersiapkan masing-
masing bagian-bagian tertentu yang ditetapkan dari makanan. Ibu dan anak-
11
anak melaksanakan keinginan ayah tanpa komentar atau tanda perasaan.
Tidak ada komunikasi lain yang tercatat. Kita bisa melihat dari satu sketsa ini
(dan ini harus diverifikasi oleh pengamatan lebih lanjut dari keluarga) bahwa
sosok penguasa dalam situasi ini adalah ayah, perannya adalah salah satu
dari seseorang yang keras, komandan pemimpin keluarga, yang mungkin
membutuhkan dan memiliki banyak pengendalian atas keluarganya (karena
bahkan rincian dikendalikan). Pola komunikasi di sini adalah satu arah
( ayah pada ibu dan anak-anak, ibu pada anak-anak) dan benar-benar
menjadi tugas yang berpusat. Tidak ada perasaan atau berbagi pikiran yang
diamati. Sekali lagi berspekulasi tentang situasi ini, peristiwa yang kongruen
dengan struktur nilai keluarga. Salah satu nilai sentral untuk keluarga ini
mungkin akan menjadi dominasi laki-laki, sedangkan nilai terkait lain
mungkin menghormati dan ketaatan kepada orang tua.
Struktur keluarga akhirnya dievaluasi oleh seberapa baik keluarga
mampu memenuhi fungsi keluarganya, karena tujuannya penting untuk
anggota keluarganya sendiri dan masyarakat. Struktur keluarga berfungsi
untuk memfasilitasi pencapaian fungsi keluarga, karena konservasi dan
alokasi sumber daya adalah tugas utama untuk struktur keluarga. Karena
hubungan yang penting ini, fungsi harus dilihat bersama-sama dengan
struktur keluarga.
1.4FUNGSI KELUARGA
1.4.1 Konsep Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga biasa didefinisikan sebagai hasil atau konsekuensi
dari struktur sebuah keluarga. Institusi sosial ada karena untuk menyediakan
nilai dan fungsi bagi anggotanya dan masyarakatyang merupakan bagian dari
institusi tersebut. Fungsi dasar dari keluarga adalah untuk menemukan
kebutuhan masing-masing individu dalam keluarga atau yang lebih luas lagi
yaitu masyarakat. Fungsi vital dari sebuah keluarga adalah melahirkan
anggota keluarga baru (fungsi reproduksi) dan melatih masing-masing
individu dalam keluarga untuk berpartisipasi aktif dalam masyarakat (fungsi
sosialisasi) (Kingsburg&Scanzoni, 1993)
12
Lima fungsi keluarga yang sering muncul ketika proses pengkajian dan
intervensi dengan keluarga :
a. Fungsi afektif (fungsi pemeliharaan personal)
Fungsi afektif adalah dasar utama bagi pembentukan dan keberlanjutan
keluarga dan ini menggantikan satu fungsi utama di dalam keluarga.
Ketika banyak pekerjaan yang dilakukan di luar rumah, banyak usaha
yang dilakukan oleh setiap keluarga untuk memenuhi kebutuhan anggota
keluarga untuk meningkatkan kassih sayang dan pemahaman satu sama
lain.Kemampuan untuk melakukan hal ini merupakan kunci yang
menentukan apakah sebuah keluarga akan tetap utuh atau melebur.
Seperti yang dikatakan Duvall (1977), Kebahagiaan keluarga dapat diukur
dengan kekuatan cinta dari keluarga itu sendiri. Masing-masing anggota
keluarga harus dapat menemukan kasih sayang dengan anggota keluarga
lainnya, karena hal tersebut merupakan penghargaan bagi setiap
kehidupan keluarga. Peran utama orang dewasa dalam keluarga, fungsi
ini disepakati dengan pendapat keluarga dan menjaga kebutuhan
sosioemosional dari semua anggota keluarga. Ini menyangkut
pemeliharaan moral. Fungsi ini akan membentuk kepribadian orang-orang
dewasa dan menemukan kebutuhan psikologis anggota keluarga.
b. Fungsi sosialisasi
Inti dari fungsi sosialisasi adalah membentuk anak-anak menjadi individu
yang mampu berpartisipasi dalam lingkungan dan masyarakat.
Sosialisasi dalam keluarga merupakan hal yang umum. Ini bertujuan
untuk belajar dari pengalaman yang ada dalam keluarga untuk
mengajarkan pada anak-anak bagaimana peran seorang ayah dan ibu.
Keluarga memiliki tanggung jawab utama, yaitu untuk membentuk
seorang individu dari bayi menjadi seseorang yang mampu berpartisipasi
di masyarakat. Lebih dari itu, sosialisasi seharusnya tidak hanya diartikan
sebagai pembentukan bayi dan pola asuh anak , tapi lebih sebagai proses
kehidupan yang panjang yang mencakup internalisasi nilai dan norma
yang tepat untuk menjadi seorang remaja, orang tua, karyawan pada
pekerjaan baru, kakek-nenek dan seorang yang sudah pensiun.
13
Singkatnya, sosialisasi merupakan proses pembelajaran terhadap
budaya. Karena pemberian fungsi ini meningkat di sekolah, fasilitas
perawatan anak dan tempat rekreasi serta institusi diluar keluarga , peran
keluarga semakin sedikit dalam hal sosialisasi, sehingga sebaiknya orang
tua tetap memberikan wadah dan pengetahuan mengenai budaya
leluhurnya kepada anak-anaknya. Kohlberg (1970) menjelaskan bahwa
proses perkembangan moral anak dimiliki dari wadah yang ada di dalam
keluarga. Perkembanganmoral dilihat sebagai suatu proses yang mirip
dengan tahap perkembangan emosional dan kognitif. Peran (figur) orang
tua mampu mempengaruhi perkembangan moral anak baik dari segi
positf maupun negatif.
Penempatan sosial adalah aspek lain dari fungsi sosialisasiPembahasan
status anak-anak mengacu kepada tradisi turun temurun, nilai dan
keistimewaan dari keluarga meskipun saat ini tradisi tidak mendominasi
pola orang-orang amerika. Sejak lahir seorang anak secara otomatis
mnerima langsung status keluarganya, etnis, ras, kebangsaan, agama,
ekonomi, politik dan pendidikan. Suatu keluarga memperkenalkan
anaknya kepada kelas sosial mereka, menanamkan aspirasi yang
berkaitan. Sebagai tambahan, sebuah keluarga memiliki tanggung jawab
untuk menyediakan sosialisasi yang bermanfaat dan pengalaman
pendidikan yang membuat anggota keluarga tersebut menganggap
sebuah pekerjaan dan peran dalam kelompok yang konsisten dengan
harapan dalam status. Mengajarkan orang tua tentang cara mengasuh
anak dan cara-cara mereka mengatasi masalah dalam keluarga adalah
komponen utama dalam perawatan kesehatan keluarga, dimulai dari
bimbingan genetik dan reproduktif berlanjut selama masa sebelum hamil
dan perawatan anak, dan berlanjut seterusnya. Perhatian utama tentang
masalah kesehatan dan masalah keluarga dimana perawat keluarga
dapat membantu keluarga dijelaskan dalam berbagai tahapan
kelangsungan hidup keluarga.
c. Fungsi Reproduksi
14
Salah satu fungsi utama keluarga adalah memastikan keberlanjutan
generasi dalam keluarga. Dahulu pernikahan dan keluarga dibentuk untuk
mengatur dan mengontrol perilaku seksual. Aspek ini (mengatur dan
megontrol perilaku seksual, kontrasepsi dan reproduksi) saat ini fungsinya
menjadi kurang penting dalam keluarga. Sampai saat ini reproduksi
merupakan fungsi utama dari sebuah keluarga.
d. Fungsi Perawatan Kesehatan
Fungsi fisik dari keluarga ditemukan dengan kemampuan orang tua
menyediakan makan, pakaian, tempat tinggal, perawatan kesehatan dan
menjaga dari serangan yang berbahaya. Perawatan kesehatan (yang
dipengaruhi oleh status kesehatan anggota keluarga) adalah fungsi yang
paling relevan untuk perawat keluarga.
e. Fungsi Ekonomi
Fungsi ekonomi meliputi usaha-usaha yang dilakuakan oleh keluarga
untuk mencukupi kebutuhan (keuangan, ruangan, dan barang-barang
kebutuhan) dan proses pembuatan keputusan mengenai ketepatan
alokasinya. Pengkajian sumber-sumber ekonomi oleh perawat dengan
sumber data yang relevan dari kemampuan keluarga untuk mengalokasikan
dana dengan tepat dalam mencukupi kebutuhan seperti pakaian, makan,
tempat tinggal dan perawatan kesehatan secara adekuat. Karena fungsi ini
dapat dikatakan sulit untuk keluarga yang kurang mampu untuk memenuhi
kepuasannya, perawat keluarga harus dapat menerima tanggung jawab
dalam membantu keluarga-keluarga tersebut untuk mendapatkan sumber
yang tepat dimana mereka bisa mengamankan informasi yang dibutuhkan,
pekerjaan, bimbingan vokasional, dan bantuan keuangan.
1.4.2 Perubahan pada Fungsi Keluarga
Fungsi yang dibawa keluarga untuk masyarakat selalu berubah setiap
waktu. Fungsi khusus telah berubah sebagai akibat dari perubahan sosial
dan ekonomi. Jika satu keluarga menilai keluarga di Amerika seperti yang
ada sebelum industrialisasi-ketika kehidupan bertani dan budaya sangat
mendominassi dan membandingkan keluarga selama periode tersebut
15
dengan keluarga yang saat ini memberikan efek yang sangat besar pada
fungsi keluarga yang menjadi sangat nyata.
Terbukti bahwa industrialisasi, urbanisasi dan dan kemajuan teknologi
telah memaksa keluarga maupun institusi di masyarakat untuk menerima
keadaan tersebut. Dalam perubahan di fungsi keluarga nilai keluarga dan
peralihan waktu dari transisi fungsi keluarga telah diubah secara terang-
terangan. Dalam menjelaskan transfer dari fungsi keluarga kepada institusi-
institusi sosial, Demos (1970) menjelaskan bahwa keluarga pada masa pre
industrial mendapatkan fasilitas workshop gereja panti asuhan , sekolah,
dan rumah sakit jiwa. Saat ini banyak orang tua yang tinggal berjauhan
dengan rumah mereka sendiri atau di lingkungan unntuk orang-orang tua.
Daripada harus bergantung pada keluarga, bantuan ekonomi sudah
disediakan kepada orang tua , orang yang tidak memiliki pekerjaan, orang
yang memiliki kekurangan fisik, dan orang yang bergantung pada keamanan
sosial dan/atau program kesejahteraan. Generasi muda tidak dibiasakan di
rumah tapi disekolahkan atau mendapatkan pengetahuan dari media massa,
pasangan dan berbagai macam asosiasi dan kelompok. Aktivitas-aktivitas
yang terjadi secara alami dalam rumah atau melibatkan seluruh keluarga
sekarang terjadi di lain tempat dan melibatkan hanya beberapa anggota
keluarga, misalnya aktivitas ekonomi yang biasanya dilakukan oleh
penghuni rumah saat ini menjadi tanggung jawab seorang kepala keluarga,
seseorang yang menarik dirinya keluar dari rumah dan jauh dari kehidupan
keluarga. Saat ini, dengan angka pertumbuhan pasangan (orang tua) yang
bekerja, keduanya terlibat dalam aktivitas ekonomi. Fungsi afektif dari
keluarga menjadi fungsi utama dalam keluarga. Hubungan kekerabatan
saling teriakat, meskipun pada awalnya dianggap “lemah” atau “tidak ada”
karena permintaan yang terbentuk dari industrialisasi dan urbanisasi, lalu
menjadi “ada”. Mengingat urbanisasi karakter yang adil dari kehidupan
publik, orang sering melihat keluarga mereka untuk penyemangat dan
dukungan daripada masa sebelumnya
1.5TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA
16
Tiap individu memiliki tugas perkembangan yang harus mereka capai
untuk memenuhi semua tahapan perkembangan dan agar semua tahapan
perkembangan berhasil dilewati. Tiap tahapan perkembangan keluarga memiliki
tugas perkembangan yang spesifik atau peranan yang diharapkan. Tugas
perkembangan keluarga menunjukkan untuk pertumbuhan yang responsibilitas
yang harus mereka capai dengan melewati tiap-tiap tahap perkembangan.
Tahap-tahap perkembangan yang harus mereka lewati adalah :
a. Ketentuan biologi,
b. Budaya (yang sangat penting) dan
c. Aspirasi-aspirasi mereka dan nilai-nilai (Duvall, 1997; Klein dan White,
1996).
Tugas perkembangan keluarga termasuk tugas atau peranan spesifik yang
diharapkan untuk tiap tahapan yang harus memenuhi lima fungsi dasar
keluarga, yaitu:
a. Fungsi yang afektif ( fungsi yang mempertahankan kepribadian)
b. Sosialisasi dan fungsi penempatan sosial
c. Fungsi pemeliharaan kesehatan dimana dalam hal ini adalah ketentuan
dan pembagian kebutuhan fisik
d. Pemeliharaan kesehatan dan,
e. fungsi ekonomi.
Menurut Duvall’s ada delapan tahapan dalam proses kehidupan
keluarga :
a. Memulai sebuah keluarga (tahapan pernikahan)
Sebelum memulai sebuah keluarga, keluarga mengalami tahap transisi.
Berikut ini tugas perkembangan keluarga dalam tahap transisi :
Tabel 1. Keluarga dalam Tahap Transisi
Tugas Perkembangan Perhatian dalam Promosi Kesehatan
17
Terpisah dari
keluarga asal
Mulai mengenal
hubungan teman
sebaya
Memiliki pekerjaan
dan penghasilan
sendiri
Perencanaan keluarga.
Kontrol kelahiran.
Mencegah penyakit menular
seksual.
Praktik seksual yang aman.
Kecelakaan .
HIV.
Hepatitis C.
Bunuh diri.
Kesehatan mental.
Praktik kesehatan (tidur, nutrisi,
aktivitas).
Tabel 2. Memulai Sebuah Keluarga
Tugas perkembangan Perhatian dalam Promosi Kesehatan
Pernikahan (dua orang
yang disatukan dalam
ikatan pernikahan).
Hubungan harmonis
dengan sanak
keluarga.
Perencanaan keluarga
(membahas tentang
bagaimana menjadi
orang tua)
Edukasi dan konseling tentang
perencanaan keluarga.
Edukasi dan konseling tentang
prenatal
b. Childbearing Families (anak tertua masih berusia 30 bulan)
Tabel 3. Childbearing Families
Tugas perkembangan Perhatian dalam Promosi Kesehatan
Setting up keluarga baru
sebagai kesatuan yang
stabil (integrasi kelahiran
seorang bayi masuk ke
Persiapan untuk kelahiran.
Transisi menjadi orang tua.
Perawatan bayi.
18
dalam sebuah keluarga).
Tugas perkembangan
dalam mendamaikan
perselisihan dan
berbagai kebutuhan
anggota keluarga.
Mempertahankan
hubungan pernikahan.
Mengembangkan
hubungan dengan
menambahkan peranan
orang tua dan peranan
kakek-nenek.
Perawatan kesejahteraan bayi.
Pengenalan awal dan
penanganan yang tepat
terhadap masalah kesehatan
fisik dengan anak.
Imunisasi.
Perkembangan dan
pertumbuhan yang normal.
Tindakan yang aman.
Keluarga berencana.
Interaksi keluarga.
Praktik kesehatan yang baik
(tidur, nutrisi, aktivitas fisik).
c. Keluarga dengan Anak Usia Pra Sekolah (anak tertua berusia dua
setengah tahun sampai usia enam tahun).
Keluarga sekarang tumbuh dalam hal jumlah maupun kompleksitasnya.
Anak-anak pra sekolah butuh untuk menggali dunia di sekitar mereka dan
orang tua membutuhkan privasi mereka sendiri.
Tabel 4. Keluarga dengan Anak Usia Pra Sekolah
Tugas Perkembangan Perhatian dalam Promosi Kesehatan
Pertemuan anggota
keluarga yang
dibutuhkan dimana
sebuah rumah butuh
privasi, jarak maupun
keamanan.
Anak-anak
membutuhkan
sosialisasi.
Mempertahankan
hubungan yang sehat
dengan keluarga
Communicable disease pada
anak-anak.
Pencegahan terhadap bahaya
dan keamanan rumah (jatuh,
terbakar, keracunan).
Hubungan pernikahan.
Keluarga berencana.
Kebutuhan dalam hal
pertumbuhan dan
erkembangan anak
Isu-isu terkait dengan orang
19
(pasangan dan orang
tua-anak) dan di luar
keluarga( keluarga dan
komunitas).
tua.
Kekerasan pada anak dan
menelantarkan anak.
Praktik kesehatan yang baik
(tidur, nutrisi, aktivitas fisik).
d. Keluarga dengan Anak Usia Sekolah (anak tertua berusia enam sampai
tiga belas tahun).
Tahap ini dimulai dengan anak pertama masuk ke sekolah full time,
biasanya pada usia lima tahun dan diakhiri ketika anak sudah mulai masa
pubertas yaitu sekitar usia tiga belas tahun. Pada tahap ini sudah mulai
tampak kesibukan dimana anak-anaka sudah mulai memiliki aktivitasnya
sendiri-sendiri dan sudah mulai tertarik dengan aktivitas kehidupan yang
lain dan sekolah. Orang tua memiliki kesibukannya sendiri-sendiri.Tugas
perkembangan keluarga adalah dimana salah satu yang paling penting
adalah orang tua sudah mulai untuk mengenalkan kepada anak dalam
hal memajukan prestasi sekolah. Tugas keluarga yang paling signifikan
adalah mempertahankan status pernikahan karena pada tahap ini
hubungan pernikahan sudah mulai kurang. Dalam tahap ini komunikasi
yang terbuka dan dukungan suami istri merupakan suatu yang penting
pada tahap perkembangan keluarga dengan anak usia sekolah.
Tabel 5. Keluarga dengan Anak Usia Sekolah
Tugas perkembangan Perhatian dalam Promosi Kesehatan
Sosialisasi terhadap
anak yang meliputi
promosi prestasi
sekolah hubungan
yang baik dengan
teman sebaya.
Mempertahankan
hubungan pernikahan.
Memenuhi kebutuhan
Tantangan kesehatan anak
(penglihatan, pendengaran,
berbicara).
Kesehatan gigi.
Kekerasan pada anak dan
menelantarkannya.
Communicable disease.
Kondisi kronis.
Masalah dalam tingkah laku.
20
fisik untuk kesehatan
anggota keluarga.
Praktik kesehatan yang baik
(tidur, nutrisi, aktivitas fisik).
e. Keluarga dengan Anak Remaja (anak tertua berusia tiga belas tahun
sampai usia dua puluh tahun).
Tabel 6. Keluarga dengan Anak Remaja
Tugas Perkembangan Perhatian dalam Promosi Kesehatan
Menyeimbangkan
kebebasan dengan
tanggung jawab
sebagai remaja yang
sudah mature dan
menjadi semakin
mengurus
kebutuhan sendiri.
Kembali focus
terhadap hubungan
pernikahan.
Komunikasi yang
terbuka antara orang
tua dan anak.
Kecelakaan (dalam
mengemudi).
Cedera olahraga.
Penyalahgunaan obat-obatan
dan alkohol.
Mengontrol kelahiran.
Kehamilan yang tidak diduga.
Pendidkan seksual.
Hubungan pernikahan.
Hubungan orang tua-remaja
Praktik kesehatan yang baik
f. Keluarga yang Menghasilkan Dewasa Muda
Tahap ini dikarakterisasikan dengan anak pertama meninggalkan rumah
orang tua dan diakhiri dengan “empty nest” ketika anak terakhir
meninggalkan rumah.
Tabel 7. Keluarga yang Menghasilkan Dewasa Muda
Tugas Perkembangan Perhatian dalam Promosi Kesehatan
Lingkungan
keluarga yang
semakin luas ketika
dewasa muda
Komunikasi terkait persoalan
antara orang tua dan dewasa
muda.
Masalah peranan transisi
21
memasukkan
anggota baru
melalui pernikahan.
Memulai dan
mengatur
hubungan
pernikahan yang
baru.
Orang tua (suami-
istri) ssudah mulai
timbul penuaan dan
penyakit.
untuk suami dan istri.
Timbulnya masalah kesehatan
kronis.
Perencanaan keluarga untuk
dewasa muda.
Menopause.
Timbul efek yang berhubungan
dengan minum-minuman
dalam waktu lama, merokok
dan diet yang tidak sehat.
Gaya hidup
g. Orang Tua pada Usia Pertengahan
Tahap ini biasanya dimulai ketika usia orang tua antara 45 sampai 55
tahun.
Tabel 8. Orang Tua pada Usia Pertengahan
Tugas perkembangan Perhatian dalam Promosi Kesehatan
Memberikan promosi
kesehatan lingkungan.
Mempertahankan
kenyamanan dan
hubungan yang penuh
arti dengan orang tua
dan anak.
Memperkuat hubungan
pernikahan.
Praktik kesehatan yang baik.
Hubungan pernikahan.
Komunikasi dan memperkuat
hubungan dengan anak, menantu,
cucu dan orang tua.
Caregiver.
Penyesuaian dengan perubahan
fisiologi pada usia tua.
h. Keluarga dengan Usia Tua
Tabel 9. Keluarga dengan Usia Tua
Tugas perkembanganPerhatian dalam Promosi
Kesehatan
22
Mempertahanakan
rencana hidup yang
menyenangkan.
Mengatur untuk
mengurangi
penghasilan.
Mempertahankan
hubungan
pernikahan.
Mengatur untuk
kehilangan salah satu
pasangan.
Mempertahankan
ikatan keluarga.
Meningkatakan fungsi akibat
ketidakmampuan (gangguan
mobilitas maupun karena
penyakit kronis pada usia tua)
Gangguan mobilitas.
Penyakit kronis.
Berkurangnya kegiatan fisik dan
fungsi.
Pelayanan perawatan jangka
lama.
Caregiving
Isolasi social.
Kesedihan/duka cita/depresi.
Gangguan kognitif.
1.6PERKEMBANGAN KELUARGA
1.6.1 Konsep
Perkembangan keluarga muncul berdasarkan observasi pada
kelompok keluarga dengan umur panjang dan riwayat yang wajar yang dikaji
untuk diintepretasikan secara penuh dan akurat (Roodgers, 1973). Tiga
asumsi dasar terhadap teori perkembangan keluarga diuraikan oleh Aldous
(1996), yaitu:
a. Perilaku keluarga adalah hasil pengalaman masa lalu dari anggota
keluarga yang digunakan pada masa sekarang dan sebagai
ekspektasi mereka untuk masa yang akan datang.
b. Keluarga berkembang dan berubah selama waktu tertentu dalam cara
yang sama dan konsisten.
c. Keluarga dan anggotanya melakukan tuganya pada waktu tertentu
yang diatur oleh mereka sendiri, budaya, dan sosial.
1.6.2 Karir Keluarga / Siklus Hidup Keluarga
Berikut adalah beberapa pandangan secara teoritis oleh ilmuwan terhadap
perkembangan keluarga :
23
Duvall (1957)Feldman
(1961)Roodgers (1964)
Carter &
McGoldrick (1980)
1. Pasangan
tanpa anak
(Becoming
famillies)
1. Awal
pernikahan
(tanpa
anak)
1. Pasangan
tanpa anak
1. Between
families: the
unattached
young adult
2. Bergabungnny
a keluarga
melalui
pernikahan:
pasangan baru
2. Anak tertua
(pertama)
berusia
kurang dari
30 bulan
(Childbearin
g families)
2. Anak
tertua
adalah
bayi
(infant)
2. Semua anak
berusia kurang
dari 36 bulan
3. Keluarga
dengan anak
muda (infant
hingga usia
sekolah)
3. Anak tertua
(pertama)
berusia 2,5
hingga 5
tahun
(Families
with
preschool
children).
3. Anak
tertua
adalah
anak usia
prasekolah
3. Anak usia
prasekolah
dengan anak
tertua berusia
3-6 tahun dan
anak paling
muda berusia
berusia di
bawah 3 tahun
4. Semua anak
berusia 3-6
tahun
24
4. Anak tertua
dengan usia
mulai dari 5
hingga 13
tahun
(Families
with school-
aged
children).
4. Semua
anak
adalah
anak usia
sekolah
5. School-aged
family with
infants
6. School-aged
family with
preshooler
7. Semua anak
berusia 3-6
tahun
5. Anak tertua
dengan usia
mulai dari 13
hingga 20
tahun.
5. Anak
tertua
beranjak
remaja,
anak yang
lain anak
usia
sekolah
8. Teenage family
with infants
9. Teenage family
with
preschooler
10.Teenage family
with school-
agers
11.Semua anak
berusia 13-20
tahun
4. Keluarga
dengan
adolescents
6. Ketika anak
pertama
meninggalka
n rumah
hingga anak
yang yang
terakhir.
6. Satu atau
beberapa
anak
meninggal
kan rumah
dan satu
atau
beberapa
anak yang
lain tetap
12.Young adult
family with
infants
13.Young adult
family with
preschoolers
14.Young adult
family with
school-agers
15.Young adult
5. Launching
children and
moving on
25
berada di
rumah
family with
teenagers
16.Semua anak
berusia lebih
dari 20 tahun
7. Kekosongan
dalam
rumah.
7. Semua
anak
meninggal
kan rumah
17.Launching
family with
infants
18.Launching
family with
preschoolers
19.Launching
family with
school-agers
20.Launching
family with
teenagers
21.Anak termuda
berusia lebih
dari 20 tahun
22.Ketika semua
anak
meninggalkan
rumah
8. Ketika salah
satu
pasangan
(suami/istri)
atau
keduanya
meninggal.
8. Pasangan
tua
23.Meninggalnya
pasangan
24.Meninggalnya
salah satu
pasangan
hingga
meninggalnya
pasangan yang
6. Keluarga
dengan sisa
hidup
26
lain
1.6.3 Two-Parent Nuclear Family Career atau Tingkatan Siklus
Kehidupan
a. Stage I: Beginning Families
Pembentukan pasangan ditandai dengan dimulainya keluarga baru
dari bentuk keluarga asal ke sebuah hubungan intim baru. Tingkatan
ini juga disebut fase pernikahan. Menurut sensus di United State pada
tahun 2000-an, pasangan baru tersebut mungkin tinggal dipinggiran
kota, tinggal di rumahnya sendiri, dan memiliki tingkat pendidikan yang
lebih tinggi. Ketika dua individu bergabung menjadi satu kesatuan, hal
yang paling diperhatikan adalah menyiapkan segala sesuatu yang
baru untuk hidup bersama. Peran masing-masing mereka akan
berubah dan masing-masing dari mereka akan menerima fungsi peran
yang baru. Kesuksesan mereka dalam membangun hubungan
tergantung pada akomodasi bersama yang yang didiskusikan dan
saling melengkapi atau kebutuhan dan minat yang sama.
b. Stage II: childbearing Families
Tingkatan yang kedua dimulai dengan lahirnya anak pertama dan
berlanjut hingga anak tersebut berusia 30 bulan. Peralihan menjadi
orang tua adalah kunci dari tahapan ini. Kelahiran anak pertama ini
membuat sebuah keluarga menjadi sistem yang permanen untuk
pertaman kali dengan tiga anggota keluarga. Meskipun peran orang
menjadi hal yang paling penting namun akan ditemukan banyak
kondisi yang sangat menegangkan terhadap perubahan tersebut.
Sebuah ketidakseimbangan akan menjadi suatu hal yang tidak
mungkin dihindari sebagai keluarga yang mengalami perubahan
tahapan dalam kehidupan. Miller dan Myers-Walls dalam studinya
mengidentifikasi stresor yang paling sering ditemukan pada orang tua
baru adalah kebebasan personal karena kewajibannya sebagai orang
tua, kurangnya waktu dan perkawanan dalam pernikahan. Dua faktor
penting yang berkontribusi terhadap kesulitan peran sebagai orang tua
27
adalah banyak orang yang tidak menyiapkan diri mereka sebagai
orang tua dan banyaknya yang dihapus (Szafran, 1996).
c. Stage III: Families with Preschool Children
Tahapan yang ketiga adalah ketika anak pertama berusia sekitar 2,5
tahun dan berakhir ketika dia berusia 5 tahun. Keluarga tersebut
sekarang beranggotakan sekitar 3 hingga 5 orang, dengan posisi
suami sebagai ayah, istri sebagai ibu, anak laki-laki sebagai saudara
laki-laki, dan anak perempuan sebagai saudara perempuan. Tahapan
keluarga ini terlihat sibuk dan banyak tuntutan. Kedua orang tua
memiliki banyak tuntutan disetiap waktunya, ini mungkin ibunya juga
bekerja baik separuh waktu maupun penuh. Anak usia prasekolah
harus dipelajari pada tahapan ini terutama dalam hal kebebasan.
Mereka harus cukup menerima otonomi dan kecukupan untuk bisa
menangani dirinya sendiri tanpa bantuan orang tua di beberapa
tempat.
d. Stage IV: Families with School-Aged Children
Tahapan ini dimulai ketika anak pertama mulai masuk sekolah,
biasanya berusia 5 tahun termasuk ketika mereka berasa di masa
pubertas yaitu sekitar usia 13 tahun. Pada tahap ini biasanya keluarga
mencapai angka anggota keluarga yang maksimal. Pada tahapan ini
anak sudah mulai memiliki tugas atau ketertarikan sendiri terkait
aktivitas baik kehidupan maupun sekolahnya, begitu pula dengan
orang tuanya yang memiliki kesibukan sendiri. Pada tahapan ini tugas
orang tua adalah siap untuk menghadapi perpisahan anak atau
sederhananya orang tua bisa membiarkan anak tersebut pergi terkait
lingkungan sebayanya. Pada tahap ini orang tua akan mendapat
tekanan yang hebat dari komunitas anak di luar baik dari sistem
sekolah maupun teman sejawatnya yang membuat anak
menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Hal ini cenderung
mempengaruhi keluarga kelas menengah untuk menekankan nilai-nilai
tradisional terhadap prestasi dan produktivitas, dan membuat keluarga
tersebut merasa diasingkan dari komunitas anak.
28
e. Stage V: Families with Teenagers
Tahapan ini dimulai ketika anak pertama berusia 13 tahun dan
biasanya berakhir sekitar 6 hingga 7 tahun selanjutnya. Masa tahapan
ini bisa lebih cepat apabila anak meninggalkan rumah lebih awal atau
tinggal di rumah yaitu sekitar usia lebih dari 19 atau 20 tahun. Anak
yang lain biasanya masih berusia sekolah. Tugas keluarga pada tahap
ini adalah melepaskan ketergantungan anak terhadap keluarga untuk
memberikan tanggung jawab yang lebih besar dan kebebasan sebagai
persiapan anak menjadi sosok dewasa muda.
f. Stage VI: Families Launching Young Adults
Karakteristik tahapan ini adalah anak pertama mulai meninggalkan
rumah hingga terjadi kekosongan dalam rumah. Tahap ini dapat
berlangsung sangat cepat atau lumayan lama tergantung bagaimana
anak-anak dalam keluarga tersebut atau anak-anak yang belum
menikah tinggal di rumah setelah mereka menyelesaikan sekolah atau
perkuliahannya. Sama halnya dengan stage V, yaitu masa tahapan ini
berlangsung sekitar 6 hingga 7 tahun. Tugas perkembangan keluarga
pada tahap ini adalah mengembalikan tugas-tugas keluarga yang
sebelumnya ikut dibebankan kepada anak-anak menjadi tugas kedua
orang tua kembali. Tujuan keluarga adalah mengorganisasikan
kembali keluarga menjadi unit yang berkelanjutan sementara anak-
anak menjadi matang sebagai dewas muda dalam kehidupannya
sendiri.
g. Stage VII: Middle-Aged Parents
Tahapan ini dimulai dari keluarnya anak terakhir dari rumah hingga
salah satu dari pasangan (suami/istri) meninggal dunia. Tahapan ini
biasanya dimulai ketika oranng tua berusia 45 hingga 55 tahum hingga
salah satu dari pasangan (suami/istri) meninggal dunia, biasanya
terjadi 16 hingga 18 tahun sesudahnya. Tahapan keluarga ini
termasuk perubahan dalam kecocokan pernikahan (biasanya kebih
baik), pembagian kekuatan antara suami dan istri (lebih berbagi), dan
pembagian dalam peran (peningkatan diferensiasi peran) (Leslie &
29
Korman, 1989). Pada tahap in pula banyak keluarga yang mancapai
peningkatan status kepuasan dan ekonomi (Rollins & Feldman, 1970).
Untuk beberapa pasangan, mereka biasanya mendapatkan kesulitan
terhadap masalah penuaan, kehilangan anak, dan perasaan mereka
sendiri akan kegagalan dalam parenting dan pekerjaan (Leslie &
Korman, 1989).
h. Stage VIII: Families in Retirement and Old Age
Pada tahap akhir ini akan terjadi tahap kehilangan antar pasangan
yang berakhir dengan kematian salah satu atau kedua pasangan
(suami/istri). Persepsi untuk tahapan ini berbeda secara signifikan
diantara keluarga tua. Beberapa dari mereke merasa sengsara namun
beberapa dari mereka merasa hal ini adalah hal yang terbaik
sepanjang hidupnya. Meskipun kebanyakan kasus tergantung pada
sumber finansial dan pencapaian kepuasaan dalam rumah, masalah
status kesehatan juga menjadi prediktor terhadap kebahagiaan hidup
orang lanjut usia (Brubaker, 1990; Quinn, 1993).
1.6.4 Tahapan Siklus Hidup pada Keluarga dengan Perceraian
Fase Perubahan Proses Emosional
Masa Perceraian
1. Keputusan untuk
bercerai
Penerimaan terhadap
ketidakmampuan untuk
menyelesaikan ketegangan dalam
pernikahan yang cukup untuk
melanjutkan hubungan.
2. Rencana untuk
memutuskan sebuah
sistem
Mendukung susunan atau rencana
untuk tetap hidup terhadap semua
bagian dalam sistem.
3. Perpisahan Kesediaan untuk melanjutkan
hubungan co-parental yang kooperatif
dan bersama-sama dalam finansial
untuk anak-anak.
30
Bekerja sebagai resolusi
(penyelesaian) terhadap penerimaan
suami atau isteri.
4. Perceraian Bekerja lebih banyak untuk
menanggulangi rasa tersakiti, marah,
salah, dll.
Masa Setelah Perceraian
1. Single-parent (custodial) Kesediaan untuk memelihara
kewajiban finansial, tetap
berhubungan dengan mantan, dan
memfasilitasi anak berhubungan
dengan mantan dan keluarganya.
2. Single-parent
(noncustodial)
Kesediaan untuk memelihara
hubungan parental dengan mantan
dan memfasilitasi hubungan parental
anak dengan mantan.
1.6.5 Tahapan Siklus Hidup dalam Keluarga Tiri
a. Tahap memasuki hubungan (keluarga) yang baru.
Masa pemulihan terhadap kehilangan pada pernikahan yang pertama.
b. Tahap mengonsep dan merencanakan pernikahan dan keluarga baru.
Penerimaan terhadap ketakutannya sendiri, pasangan baru, dan anak-
anak baru terhadap pernikahan baru serta membentuk keluarga baru.
Penerimaan kebutuhan akan waktu dan kesabaran dalam
penyesuaian diri terhadap kompleksitas dan ambiguitas dalam hal:
1) Peran baru yang lebih banyak
2) Batasan: jarak, waktu, keanggotaan, dan kewibawaan
3) Masalah afektif: perasaan bersalah, konflik kesetiaan, keinginan
bersama, dan luka masa lalu yang tidak bisa disembuhkan.
c. Tahap remarriage dan reconstitusion of family.
31
Resolusi akhir untuk pasangan sebelumnya dan keluarga yang utuh
serta penerimaan terhadap perbedaan model keluarga dengan
batasan yang dapat didiskusikan.
1.6.6 Tahapan Siklus Hidup Keluarga Lesbian/Gay
a. Tahap: Couple formation
Pasangan perlu pembedaan ketika mereka mulai menunjukkan
ketertarikan sampai mereka memutuskan untuk menjalin hubungan
yang sebenarnya.
b. Tahap: Ongoing couplehood
Pasangan memulai mengkombinasikan keinginan dan membangun
stabilitas.
c. Tahap: Middle years
Pasangan mulai membuat komitmen yang tetap.
d. Tahap: Generativitity
Pencapaian pasangan untuk berasosiasi dengan pasangan sendiri
dan mempertahankan keberadaan mereka yang sulit dan terbatas.
e. Tahap: Couple over 60
Pasangan mulai menghadapi perubahan hidup, seperti kematian,
penyakit, dan kehidupan menjanda.
1.7KEADAAN SOSIAL YANG MENGUBAH KASIH SAYANG KELUARGA
Perubahan sosial baru-baru ini dan yang sedang terjadi mengubah
kehidupan keluarga secara drastis. Bukti yang ditemukan dan perubahan besar
pada keluarga di Amerika berasal dari data demografi primer yang dikumpulkan
oleh, U.S. Bureau of the Census. Beberapa data yang ditemukan adalah sebagai
berikut.
a. Tren ekonomi
Tren ekonimi yang paling jelas terjadi baru-baru ini adalah peningkatan
biaya pada semua aspek kehidupan keluarga. Tren ekonomi yang terjadi
di U.S baru-baru ini adalah adanya perbedaan yang sangat besar antara
keluarga miskin dan keluarga kaya. Kemiskinan menjadi lebih besar pada
32
keluarga berkulit hitam dan Hispanik, dan juga lebih tinggi pada keluarga
imigran, anak-anak dan keluarga kelas pekerja,
b. Kemajuan Teknologi
Di bawah kemajuan teknologi termasuk ledakan pengetahuan;
peningkatan kemampuan untuk memperpanjang hidup; polusi lingkungan
(air, udara, makanan dan bunyi) dan ;protes lingkungan ; penggunakan
energi nuklir elektronik, otomatisasi ; kemajuan kontrol kelahiran; dan
revolusi bioteknologi, secara otomatis membuat perubahan besar pada
kehidupan keluarga.
c. Tren Demografi
Demografi yang utama dan karakteristik umum populasi mempengaruhi
tipe pelayanan wajib keluarga dan untuk siapa pelayanan ini seharusnya
di targetkan (lihat tabel 10).
Percepatan Pertumbuhan Populasi
Diprediksikan pertumbuhan populasi di U.S. akan merosot, tetapi itu tidak
terduga.
Pertambahan Populasi
Pertambahan populasi akan memberikan dampak besar pada keluarga
dan pada pelayanan kesehatan. Jumlah dari orang-orang yang cacat dan
mempunyai penyakit kronik, akan memiliki dampak signifikan pada
keluarga mereka.
d. Tren Sosiokulturan: Perubahan Rasial dan Percampuran Etnik
Perubahan dramatik juga terjadi pada rasial atau etnik potrait di U.S.
Pertumbuhan dia Afrika-Amerika seharusnya sedikit lebih tinggi angka
fertilitasnya, sementara pertumbuhan di Asian lebih tinggi pada tingkat
imigrasinya. Pada tahun 2000 estimasi populasi kelahiran-orang asing
mencapai 30 ribu di U.S. Itu merupakan 10% dari populasi di U.S.
Sedangkan yang mempengaruhi tingkat imigrasi di Asia adalah
bagaimana konsentrasi mereka yang berkumpul pada kota besar dan di
seluruh bagian U.S. seperti di Los Angeles dan New York.
e. Perubahan pada Keluarga
1) Decline in Household Size
33
Penurunan yang terjadi pada keluarga dan kehidupan berumah tangga
adalah pokok utama pada tren demografi.
2) Penundaan Pernikahan dan Penurunan Jumlah Pernikahan
Presentase wanita yang pernah menikah pada umur 20 sampai 24
tahun menurun kira-kira dengan jumlah 32% diantara tahun 1975 dan
1998 untuk kulit putih dan African-American. Hal-hal yang
menyebabkan tingginya angka untuk menunda pernikahan adalah
banyak wanita yang bekerja, banyak pasangan muda yang tinggal
bersama sebelum mereka menikah, dan banyak pula dewasa muda
yang bersekolah dalam waktu yang lama.
3) Tingginya Jumlah Perceraian
Tingginya angka perceraian dimulai pada tahun 1940 sampai 1998.
Peningkatan ini khususnya bertambah banyak pada tahun 1970.
Tetapi hal ini menurun pada tahun 1980. 50% mereka yang menikah
berakhir dengan perceraian. Kebanyakan dari pihak pria memilih
menikah lagi dibandingan pihak wanita. Banyak wanita yang
mengalami perceraian hidup dengan kemiskinan atau menjadi lebih
beresiko mengalami kemiskinan karena keadaan ekonomi yang
merugikan.
4) Rendahnya Jumlah Pernikahan Kembali
Dinyatakan bahwa penurunan presentasi pihak wanita menikah
kembali setelah perceraian. Hal ini tidak sesuai untuk pihak pria,
karena pihak pria yang menikah kembali lebih banyak daripada pihak
wanita. Sekitar 70% dari wanita kulit putih menikah kembali pada umur
40 sampai 40 tahun, sementara 50 sampai 54% dari wanita African-
American dan Hispanik menikah lagi pada umur 40 sampai 44 tahun.
5) Peningkatan Angka Kelahiran Pertama pada Ibu Tua
Berdasarkan laporan dari National Center for Health Statictics
menunjukan pada tahun 1948 peningkatan signifikan dari angkat
kelahiran pertama pada Ibu Tua pada umur 30 sampai 34 tahun dan
khusunya pada umur 35 sampai 39 tahun. Wanita cenderung
diedukasi lebih baik dan selama dia hamil dia menerima prenatal care.
34
Peningkatan dramatis pada kelahiran pertama diantara wanita tua
memberi kecenderungan hasil tren demografi yang lain. Yang
pertama, menunda untuk menikah lebih banyak pada orang muda;
yang kedua, penundaan pernikahan yang tajam menyebabkan
kelahiran pertama pada wanita usia 20 tahunan menurun, sehingga
banyak wanita usia 30 atau lebih tua tidak memiliki anak.
6) Peningkatan Rencana Kehidupan Masa Kanak-Kanak dan Single
Parents Family
Peningkatan presentase anak (sekitar 25%) mengalami perubahan
rencana pada susunan hidup—sebuah situasi yang mempengaruhi
saran untuk kebaikan anak. Perubahan tersebut termasuk tingkat
perbedaan rencana kehidupan seperti hidup dengan kedua orang tua,
orang tua kandung dan orang tua tiri, single parent dan lain-lain.
Keluarga single parent secara signifikan mengalami peningkatan.
7) Perubahan Norma Gender
Sejak tahun 1980-an, beberapa studies dan penulis feminist
mengalamatkan isu dari femininity dan masculinity dan dampak
mereka terhadap kekuatan keluarga dan peran dalam hubungan.
Gender dalam hubungan berdasarkan pada kekuatan, perbedaan
kekuatan yang jelas terdapat pada lelaki. Wanita menjadi edukator,
bekerja di luar rumah dan berperan sebagai provider, bagaimana pun
peran mereka dalam keluarga meningkat dan norma mengenai peran
wanita dan laki-laki di keluarga berubah. Wanita menjadi lebih bebas
untuk memilih gaya hidup dan tipe keluarga yang mereka inginkan.
8) Peningkatan Wanita Karir
Wanita karir memiliki pengaruh pada keluarga. Disisi lain itu
memberikan keluarga standar kehidupan yang lebih tinggi. Wanita
yang bekerja mempunyai waktu yang lebih sedikit untuk anggota
keluarga.
9) Peningkatan Keluarga Heterogenik
Tidak pernah terekan dalam sejarah adanya ketenangan pada
keluarga heterogenik, dilihat dari adanya multiple sikap, kebiasaan,
35
nilai dan gaya hidup yang berbeda. Pada kehidupan sosial, kebiasaan
dan perbedaan budaya mereflesikan jenis kondisi keluarga.
36