39
LAPORAN TUGAS PJBL ASMA BRONKIALE BLOK SISTEM RESPIRASI DISUSUN OLEH : NOVITHA ARIESSANDY R 0910720061

PJBL Respiratori.doc

Embed Size (px)

DESCRIPTION

PJBL Respiratori

Citation preview

LAPORAN TUGAS PJBL ASMA

LAPORAN TUGAS PJBL ASMA

BRONKIALE

BLOK SISTEM RESPIRASI

DISUSUN OLEH :

NOVITHA ARIESSANDY R

0910720061

JURUSAN ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS BRAWIJAYAMALANG2010I. DEFINISI ASMA Istilah asma berasal dari kata Yunani yang artinya terengah-engah dan berarti serangan nafas pendek. Nelson mendefinisikan asma sebagai kumpulan tanda dan gejala mengi dan atau batuk dengan karakteristik sebagai berikut; timbul secara episodik dan atau kronik, cenderung pada malam atau dini hari, musiman, adanya faktor pencetus diantaranya aktivitas fisik dan bersifat reversibel baik secara spontan maupun dengan penyumbatan, serta adanya riwayat asma atau atopi lain pada pasien atau keluarga.Asma Bronkial adalah penyakit pernafasan obstruktif yang ditandai oleh spasme akut otot polos bronkiolus. Hal ini menyebabkan obsktrusi aliran udara dan penurunan ventilasi alveolus.( Huddak & Gallo, 1997 )Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea dan bronchi berespon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu.( Smeltzer, 2002 : 611)

Asma adalah obstruksi jalan nafas yang bersifat reversibel, terjadi ketika bronkus mengalami inflamasi atau peradangan dan hiperresponsif.(Reeves, 2001 : 48)

Asma Bronkial adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh peningkatan respon dari saluran napas, terhadap bermacam-macam ransangan yang ditandai dengan penyempitan saluran napas disertai keluarnya lendir yang berlebihan dari kelenjar-kelenjar di dinding saluran napas, sehingga menimbulkan gejala batuk, mengi dan sesak.

Global Initiative for Asthma (GINA) mendefinisikan asma sebagai gangguan inflamasi kronik saluran nafas dengan banyak sel yang berperan, khususnya sel mast, eosinofil, dan limfosit T. Pada orang yang rentan inflamasi ini menyebabkan mengi berulang, sesak nafas, rasa dada tertekan dan batuk, khususnya pada malam atau dini hari.II. ETIOLOGI ASMA

Asma merupakan gangguan kompleks yang melibatkan faktor autonom, imunologis, infeksi, endokrin dan psikologis dalam berbagai tingkat pada berbagai individu. Faktor imunologi penderita asma ekstrinsik atau alergi, terjadi setelah pemaparan terhadap faktor lingkungan seperti debu rumah, polusi udara, bulu-bulu binatang ataupun ketombe. Bentuk asma inilah yang paling sering ditemukan pada usia 2 tahun pertama dan pada orang dewasa (asma yang timbul lambat), disebut intrinsik.

Faktor endokrin menyebabkan asma lebih buruk dalam hubungannya dengan kehamilan dan mentruasi atau pada saat wanita menopause, dan asma membaik pada beberapa anak saat pubertas. Faktor psikologis emosi dapat memicu gejala-gejala pada beberapa anak dan dewasa yang berpenyakit asma, tetapi emosional atau sifat-sifat perilaku yang dijumpai pada anak asma lebih sering dari pada anak dengan penyakit kronis lainnya. Aktivitas yang berlebihan juga dapat menjadi faktor pencetus timbulnya asma.III. EPIDEMOLOGI ASMA

Asma dapat timbul pada segala umur, dimana 30% penderita bergejala pada umur 1 tahun, sedangkan 80-90% anak yang menderita asma gejala pertamanya muncul sebelum umur 4-5 tahun26). Sebagian besar anak yang terkena kadang-kadang hanya mendapat serangan ringan sampai sedang, yang relatif mudah ditangani. Sebagian kecil mengalami asma berat yang berlarut-larut, biasanya lebih banyak yang terus menerus dari pada yang musiman. Hal tersebut yang menjadikannya tidak mampu dan mengganggu kehadirannya di sekolah, aktivitas bermain, dan fungsi dari hari ke hari.Asma sudah dikenal sejak lama, tetapi prevalensi asma tidak tinggi. Penelitian di Indonesia memberikan hasil yang bervariasi antara 3%-8%. Penelitian di Menado, Pelembang, Ujung Pandang, dan Yogyakarta memberikan angka berturut-turut 7,99%; 8,08%; 17% dan 4,8%.

Penelitian epidemiologi asma juga dilakukan pada siswa SLTP di beberapa tempat di Indonesia, tetapi belum dapat disimpulkan kecenderungan perubahan prevalensi berdasarkan bertambahnya usia karena sedikitnya penelitian dengan sasaran siswa SLTP, namun tampak terjadinya penurunan prevalensi asma sebanding dengan bertambahnya usia terutama setelah usia sepuluh tahun. Hal ini yang menyebabkan prevalensi asma pada orang dewasa lebih rendah jika dibandingkan dengan prevalensi asma pada anak.

IV. FAKTOR RESIKO ASMA

1. Asap Rokok

Pembakaran tembakau sebagai sumber zat iritan dalam rumah yang menghasilkan campuran gas yang komplek dan partikel-partikel berbahaya. Lebih dari 4500 jenis kontaminan telah dideteksi dalam tembakau, diantaranya hidrokarbon polisiklik, karbon monoksida, karbon dioksida, nitrit oksida, nikotin, dan akrolein.Anak-anak secara bermakna terpapar asap rokok. Sisi aliran asap yang terbakar lebih panas dan lebih toksik dari pada asap yang dihirup perokok, terutama dalam mengiritasi mukosa jalan nafas. Paparan asap tembakau pasif berakibat lebih berbahaya gejala penyakit saluran nafas bawah (batuk, lendir dan mengi) dan naiknya risiko asma dan serangan asma. Merokok dapat menaikkan risiko berkembangnya asma karena pekerjaan pada pekerja yang terpapar dengan beberapa sensitisasi di tempat bekerja. Namun hanya sedikit bukti-bukti bahwa merokok aktif merupakan faktor risiko berkembangnya asma secara umum.

2. Tungau Debu Rumah

Asma bronkiale disebabkan oleh masuknya suatu alergen misalnya tungau debu rumah yang masuk ke dalam saluran nafas seseorang sehingga merangsang terjadinya reaksi hipersentitivitas tipe I. Tungau debu rumah terdapat di tempat-tempat atau benda-benda yang banyak mengandung debu. Misalnya debu yang berasal dari karpet dan jok kursi, terutama yang berbulu tebal dan lama tidak dibersihkan, juga dari tumpukan koran-koran, buku-buku dan pakaian lama.

3. Jenis Kelamin

Jumlah kejadian asma pada anak laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan perempuan. Perbedaan jenis kelamin pada penderita asma bervariasi, tergantung usia dan mungkin disebabkan oleh perbedaan karakter biologi. Peningkatan risiko pada anak laki-laki mungkin disebabkan semakin sempitnya saluran pernapasan, peningkatan pita suara, dan mungkin terjadi peningkatan IgE pada laki-laki yang cenderung membatasi respon bernapas. Didukung oleh adanya hipotesis dari observasi yang menunjukkan tidak ada perbedaan ratio diameter saluran udara laki-laki dan perempuan setelah berumur 10 tahun, mungkin disebabkan perubahan ukuran rongga dada yang terjadi pada masa puber laki-laki dan tidak pada perempuan.

Predisposisi perempuan yang mengalami asma lebih tinggi pada laki-laki mulai ketika masa puber, sehingga prevalensi asma pada anak yang semula laki-laki lebih tinggi dari pada perempuan mengalami perubahan dimana nilai prevalensi pada perempuan lebih tinggi dari pada laki-laki. Aspirin lebih sering menyebabkan asma pada perempuan.4. Binatang Peliharaan

Binatang peliharaan yang berbulu seperti anjing, kucing, hamster, burung dapat menjadi sumber alergen inhalan. Sumber penyebab asma adalah alergen protein yang ditemukan pada bulu binatang di bagian muka dan ekskresi. Alergen tersebut memiliki ukuran yang sangat kecil (sekitar 3-4 mikron) dan dapat terbang di udara sehingga menyebabkan serangan asma, terutama dari burung dan hewan mamalia.

Untuk menghindari alergen asma dari binatang peliharaan, tindakan yang dapat dilakukan adalah:

Buatkan rumah untuk binatang peliharaan di halaman rumah, jangan biarkan binatang tersebut masuk dalam rumah,

Jangan biarkan binatang tersebut berada dalam rumah,

Mandikan anjing dan kucing setiap minggunya.

5. Jenis Makanan

Beberapa makanan penyebab alergi makanan seperti susu sapi, ikan laut, kacang, berbagai buah-buahan seperti tomat, strawberry, mangga, durian berperan menjadi penyebab asma. Makanan produk industri dengan pewarna buatan (misal: tartazine, metabisulfit (pengawet), monosodum glutamat-MSG (vetsin) juga bisa memicu asma. Penderita asma berisiko mengalami reaksi anafilaksis akibat alergi makanan fatal yang dapat mengancam jiwa. Makanan yang terutama sering mengakibatkan reaksi yang fatal tersebut adalah kacang, ikan laut dan telor.

Meskipun hubungan antara sensitivitas terhadap makanan tertentu dan perkembangan asma masih diperdebatkan, tetapi bayi yang sensitif terhadap makanan tertentu akan mudah menderita asma kemudian, anak-anak yang menderita enteropathy atau colitis karena alergi makanan tertentu akan cenderung menderita asma. Alergi makanan lebih kuat hubungannya dengan penyakit alergi secara umum dibanding asma.

6. Perabot Rumah Tangga

Bahan polutan indoor dalam ruangan meliputi :

Sumber polutan VOC berasal dari semprotan serangga, cat, pembersih, kosmetik, hairspray, deodorant, pewangi ruangan, segala sesuatu yang disemprotkan dengan aerosol sebagai propelan dan pengencer (solvent) seperti thinner.

Sumber formaldehid dalam ruangan adalah bahan bangunan, insulasi, furnitur, karpet. Paparan polutan formaldehid dapat mengakibatkan terjadinya iritasi pada mata dan saluran pernapasan bagian atas. Khususnya partikel debu disamping menyebabkan ketidak nyamanan juga dapat menyebabkan reaksi peradangan paru.

7. Perubahan Cuaca

Kondisi cuaca yang berlawanan seperti temperatur dingin, tingginya kelembaban dapat menyebabkan asma lebih parah, epidemik yang dapat membuat asma menjadi lebih parah berhubungan dengan badai dan meningkatnya konsentrasi partikel alergenik. Dimana partikel tersebut dapat menyapu pollen sehingga terbawa oleh air dan udara. Perubahan tekanan atmosfer dan suhu memperburuk asma sesak nafas dan pengeluaran lendir yang berlebihan. Ini umum terjadi ketika kelembaban tinggi, hujan, badai selama musim dingin. Udara yang kering dan dingin menyebabkan sesak di saluran pernafasan.8. Riwayat Penyakit Keluarga

Risiko orang tua dengan asma mempunyai anak dengan asma adalah tiga kali lipat lebih tinggi jika riwayat keluarga dengan asma disertai dengan salah satu atopi. Predisposisi keluarga untuk mendapatkan penyakit asma yaitu kalau anak dengan satu orangtua yang terkena mempunyai risiko menderita asma 25%, risiko bertambah menjadi sekitar 50% jika kedua orang tua asmatisk.

Faktor ibu ternyata lebih kuat menurunkan asma dibanding dengan bapak. Orang tua asma kemungkinan 8-16 kali menurunkan asma dibandingkan dengan orang tua yang tidak asma, terlebih lagi bila anak alergi terhadap tungau debu rumah.V. PATOFISIOLOGI ASMA

VI. MANIFESTASI KLINIS ASMA

1. Stadium dini

Faktor hipersekresi yang lebih menonjol :a. Batuk dengan dahak bisa dengan maupun tanpa pilek

b. Rochi basah halus pada serangan kedua atau ketiga, sifatnya hilang timbul

c. Whezing belum ada

d. Belum ada kelainan bentuk thorak

e. Ada peningkatan eosinofil darah dan IG E

f. BGA belum patologisFaktor spasme bronchiolus dan edema yang lebih dominant :a. Timbul sesak napas dengan atau tanpa sputum

b. Whezing

c. Ronchi basah bila terdapat hipersekresi

d. Penurunan tekanan parsial O2

2. Stadium lanjut/kronik

a. Batuk, ronchi

b. Sesak nafas berat dan dada seolah olah tertekan

c. Dahak lengket dan sulit untuk dikeluarkan

d. Suara nafas melemah bahkan tak terdengar (silent Chest)

e. Thorak seperti barel chest

f. Tampak tarikan otot sternokleidomastoideus

g. Sianosis

h. BGA Pa O2 kurang dari 80%

i. Ro paru terdapat peningkatan gambaran bronchovaskuler kanan dan kiri

j. Hipokapnea dan alkalosis bahkan asidosis respiratorik

(Halim Danukusumo, 2000, hal 218-229)VII. JENIS ASMA

1. Asma ekstrinsik

Asma ekstrinsik adalah bentuk asma paling umum yang disebabkan karena reaksi alergi penderita terhadap allergen dan tidak membawa pengaruh apa-apa terhadap orang yang sehat.2. Asma intrinsik

Asma intrinsik adalah asma yang tidak responsif terhadap pemicu yang berasal dari allergen. Asma ini disebabkan oleh stres, infeksi dan kondisi lingkungan yang buruk seperti kelembaban, suhu, polusi udara dan aktivitas olahraga yang berlebihan.Jenis asma berdasarkan berat penyakitnya :

1. Asma Intermiten (asma jarang)

gejala kurang dari seminggu

serangan singkat

gejala pada malam hari < 2 kali dalam sebulan

2. Asma mild persistent (asma persisten ringan)

gejala lebih dari sekali seminggu serangan mengganggu aktivitas dan tidur

gejala pada malam hari > 2 kali sebulan

3. Asma moderate persistent (asma persisten sedang)

gejala setiap hari

serangan mengganggu aktivitas dan tidur gejala pada malam hari > 1 dalam seminggu

4. Asma severe persistent (asma persisten berat)

gejala setiap hari

serangan terus menerus

gejala pada malam hari setiap hari

terjadi pembatasan aktivitas fisik

Jenis asma berdasarkan serangan :

1. Serangan asma ringan dengan aktivitas masih dapat berjalan, bicara satu kalimat, bisa berbaring, tidak ada sianosis dan mengi kadang hanya pada akhir ekspirasi.2. Serangan asma sedang dengan pengurangan aktivitas, bicara memenggal kalimat, lebih suka duduk, tidak ada sianosis, mengi nyaring sepanjang ekspirasi dan kadang kadang terdengar pada saat inspirasi.3. Serangan asma berat dengan aktivitas hanya istirahat dengan posisi duduk bertopang lengan, bicara kata demi kata, mulai ada sianosis dan mengi sangat nyaring terdengar tanpa stetoskop.4. Serangan asma dengan ancaman henti nafas, tampak kebingunan, sudah tidak terdengar mengi dan timbul bradikardi.VIII. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK ASMA1. Pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan sputum

Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya:

Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal eosinopil.

Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari cabang bronkus.

Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.

Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat mukoid dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat mucus plug.

Pemeriksaan darah

Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.

Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.

Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas 15.000/mm3 dimana menandakan terdapatnya suatu infeksi.

Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E pada waktu serangan dan menurun pada waktu bebas dari serangan.2.Pemeriksaan RadiologiGambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah sebagai berikut:1. Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan bertambah.2. Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen akan semakin bertambah. 3.Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.4. Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada paru-paru.3. Pemeriksaan tes kulitDilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma.4.Scanning-ParuDengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara selama serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru.5.SpirometriUntuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara yang paling cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan bronkodilator. Pemeriksaan spirometer dilakukan sebelum dan sesudah pemberian bronkodilator aerosol (inhaler atau nebulizer) golongan adrenergik. Peningkatan FEV1 atau FVC sebanyak lebih dari 20% menunjukkan diagnosis asthma. Tidak adanya respon aerosol bronkodilator lebih dari 20%. Pemeriksaan spirometri tidak saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk menilai berat obstruksi dan efek pengobatan. Benyak penderita tanpa keluhan tetapi pemeriksaan spirometrinya menunjukkan obstruksi.IX. PENATALAKSANAAN MEDIS ASMA

Penatalaksanaan asma ada dua macam, tergantung berat ringannya serangan yang ditimbulkan.

Pertama, non farmakologik (pengobatan tidak dengan obat-obatan) :

1. Memberikan pendidikan pada penderita mengenai penyakitnya sehingga pasien dapat menyikapi penyakitnya dengan baik.

1. 2.Menghindari penyebab atau pencetus serangan (allergen), dan kontrol lingkungan hidup pasien.

2. Latihan relaksasi, kontrol terhadap emosi dan lakukan senam atau olahraga yang bermanfaat memperkuat otot pernafasan, misalnya dengan berenang.

3. Fisioterapi, sehingga lendir mudah keluar.

Kedua, secara farmakologik (menggunakan obat-obatan)1. Memberikan pelonggar nafas, misalnya salbutamol, aminofilin, dll.

2. Memberikan pemelihara, misalnya prednisone, dexametason, dll.3. Memberikan pengencer lendir, misalnya bromhexin, ambroxol, dll. (Lufti, 2007)

Dalam panduan GINA (Global Initiative for Asthma) tahun 2002 yang dibuat oleh National Heart, Lung and Blood Institute & World Health Organization (NHBLI/WHO), disebutkan ada tujuh jurus ampuh untuk mengobati penyakit asma. Pertama, penyuluhan (edukasi) mengenai penyakit asma pada penderita asma dan keluarganya. Pengenalan tentang seluk beluk asma, bagaimana pengobatan serta pencegahan yang benar, akan membuat penderita dan keluarganya mengerti sehingga termotivasi untuk berusaha kuat mengatasi penyakitnya. Karena itu edukasi menjadi faktor kunci dalam pengobatan asma.

Kedua, mengetahui obat-obat asma, baik kegunaan maupun efek sampingnya. Terdapat dua jenis obat asma yaitu, obat-obat kerja cepat untuk mengatasi dengan segera serangan sesak nafas, dan obat-obat pencegahan jangka lama, untuk mengatasi peradangan saluran nafas. Yang termasuk obat sesak napas adalah obat-obat bronkodilator kerja cepat seperti, salbuterol Albuterol, metaproterenol, terbutaline, dan procaterol. Selain itu, obat golongan anti cholinergik, teofilin kerja cepat, suntikan adrenalin atau epinefrin juga dapat dijadikan pilihan. Obat pencegahan jangka lama yang dapat dipakai adalah kortikosteroid, cromoglycate, nedcromil, agonis B2 kerja lama, teofilin lepas lambat, dan leukotrien. Dari semua jenis obat yang tersedia, pemakaian obat inhalasi lebih diutamakan mengingat efeknya yang cepat, dosis yang kecil dan efek samping yang minimal meskipun diberikan dalam jangka panjang.

Ketiga, mengobati atau mengelola penyakit asma. Pengobatan tidak hanya dilakukan ketika serangan asma sedang berlangsung, tetapi juga saat tidak dalam serangan. Pengelolaan asma saat tidak dalam serangan dilakukan melalui pengobatan pencegahan dan latihan olah raga terpimpin. Namun, penderita asma dengan tipe persisten ringan, persisten sedang dan persisten berat, harus mendapatkan terapi pencegahan secara bertahap disesuaikan dengan klasifikasinya.

Keempat, mempelajari dan memahami faktor-faktor pencetus serangan asma (allergen) dan mengetahui cara mengendalikannya. Faktor-faktor pencetus ini dapat berbeda antara penderita yang satu dengan lainnya. Faktor-faktor yang sering dikatakan sebagai pemicu di antaranya adalah faktor alergen, emosi atau stres, infeksi, zat makanan, zat kimia, faktor fisik seperti perubahan cuaca, kegiatan jasmani, dan obat-obatan. Sebagian besar serangan asma dapat dicegah dengan menghindari faktor-faktor pencetus tersebut. Penderita yang gemar menghindar atau merubah perilaku untuk menjauhi factor pemicu, akan dengan mudah mencapai tujuan pengobatan asma.

Kelima, membuat rencana emergensi (Action Plan). Action plan terutama diperlukan ketika serangan asma akan kambuh, dan penderita membutuhkan pertolongan secepatnya. Penanganan dengan cepat dan tepat dapat dilakukan bila penderita dan keluarganya membuat rencana emergensi secara penyakit asmanya mulai tidak terkendali. Namun, bila penderita tidak mempunyai action plan, pengelolaan yang diberikan akan memakan waktu lebih lama, bahkan dapat terjadi tertulis bersama dokter, dan mengetahui kapan underdiagnosa atau overdiagnosa sehingga merugikan penderita.

Keenam, rehabilitasi dan peningkatan kebugaran jasmani dengan olah raga atau latihan jasmani terpimpin. Penderita asma sering mengalami sesak sehingga sebagian otot-otot pernafasan kerap digunakan, sementara sebagian otot yang lain tidak. Otot-otot pernafasan yang banyak digunakan akan membesar dan yang jarang digunakan akan melemah. Akibatnya, efisiensi dan koordinasi pernafasan menjadi kurang baik, fungsi paru serta pertahanan paru pun menurun. Selain itu penderita asma juga terkadang mengalami keterbatasan fisik atau membatasi pekerjaan fisik karena takut sesak, sehingga kebugaran jasmaninya berkurang. Dengan melakukan latihan jasmani secara teratur yang terpimpin, otot pernafasan akan kembali berfungsi normal, kenaikan kapasitas vital paru meningkat dan kebugaran jasmani pun menjadi lebih baik.

Ketujuh, memonitor dan mengikuti perkembangan (follow up) penyakit penderita asma secara teratur. Hingga kini penyakit asma belum dapat disembuhkan, dan gejala asmanya sering bervariasi. Karena itu pengobatan harus dilakukan seumur hidup dan dimonitor serta diiikuti perkembangannya terus menerus. Hal ini diperlukan untuk melihat cocok tidaknya obat yang diberikan dalam mengendalikan asma. Dokter akan mengevaluasi apakah obat perlu ditambah, dikurangi atau dihentikan. Bila keadaan dan kebugaran jasmani penderita memang telah membaik, pengobatan dapat dihentikan. X. ASUHAN KEPERAWATAN ASMAPENGKAJIAN

IDENTITAS PASIEN

Nama

:

Umur

:

Jenis Kelamin

:

Agama

:

Suku/Bangsa

:

Status Pernikahan

:

Pendidikan

:

Pekerjaan

:

Alamat

:

Nomor Register

:

Tanggal MRS

:

Tanggal Pengkajian

:

Diagnosa Medis

:

PENANGGUNG JAWAB

Nama

:

Umur

:

Jenis Kelamin

:

Hubungan dengan Keluarga:

Pekerjaan

:

Alamat

:

KELUHAN UTAMA

keluhan sesak napas, keringat dingin.

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

a. Provocative / Palliative

Apa yang menyebabkan gejala?

Apa yang menguranginya?

b. Quality / Quantity

Bagaimana rasanya, tampilannya, atau suaranya?

Bagaimana anda merasakan sekarang?

Lebih parah atau lebih ringan dari yang dirasakan sebelumnya?

c. Regio / Radiasi

Di bagian mana gejala dirasakan?

Apakah menyebar?

d. Saveruty / Keparahan (scala)

Bagaimana intensitasnya (skala)?

Bagaimana pengaruhnya terhadap aktivitas?

e. Time / Waktu

Kapan hal itu mulai timbul dan bagaimana terjadinya?

Frekwensi?

Durasi?

RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU

Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru sebelumnya.

Kaji riwayat reaksi alergi atau sensitifitas terhadap zat/ faktor lingkungan.

Kaji riwayat pekerjaan pasien.RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

Orang tua?

Saudara kandung?

Penyakit keturunan yang ada?

Anggota keluarga yang meninggal?

Penyebab meninggal?

RIWAYAT PSIKOSOSIAL

Bahasa yang digunakan?

Persepsi pasien tentang penyakitnya?

Konsep diri

body image?

ideal diri?

harga diri?

peran diri?

personal identity?

Keadaan emosi? pasien merasa cemas, takut, dan gelisah.

Perhatian terhadap orang lain / lawan bicara?

Hubungan dengan keluarga?

Hubungan dengan saudara?

Kegemaran / hobby?

Mekanisme pertahanan diri?

Interaksi sosial?

Keterbatasan mobilitas fisik.

Susah bicara atau bicara terbata-bata.

Adanya ketergantungan pada orang lain.POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI

a. Pola Nutrisi

Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernapasan.

Penurunan berat badan karena anoreksia. BB : ? ; TB : ?b. Pola Eliminasi

c. Pola Aktivitas, Latihan, dan Bermain

Ketidakmampuan melakukan aktivitas karena sulit bernapas.

Adanya penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan melakukan aktivitas sehari-hari.

d. Pola Istirahat dan Tidur

e. Pola Kebersihan / Personal Hygiene

PEMERIKSAAN FISIK

a. Keadaan Umum

Compos mentis (kesadaran penuh)

GCS 4 5 6

b. Tanda-tanda Vital

Tensi: Adanya peningkatan tekanan darah. RR:

Nadi: Adanya peningkatan frekuensi jantung. Suhu:

c. Pemeriksaan ABC

PEMERIKSAAN HEAD TO TOE

a. Kepala dan Rambut

b. Mata

c. Hidung

d. Telinga

e. Mulut, Gigi, Lidah, Tonsil, dan Pharing

f. Leher dan tenggorokan

g. Dada atau Thorax

Paru-paru / Respirasi

Inspeksi :

Amati bentuk thorak.

Amati frekuensi nafas, irama, kedalamannya.

Amati tipe pernafasan : pursed lip breathing, pernafasan diafragma, penggunaan otot bantu pernafasan.

Tanda-tanda retraksi intercostalis, retraksi suprasternal

Gerakan dada

Adakah tarikan di dinding dada, cuping hidung, takipnea

Apakah ada tanda-tanda kesadaran menurun

Palpasi :

Gerakan pernafasan

Raba apakah dinding dada panas

Kaji vocal fremitus

Penurunan ekspansi dada

Auskultasi :

Adakah terdengar stridor

Adakah terdengar wheezing

Evaluasi bunyi nafas, frekuensi, kualitas, tipe, dan suara tambahan.

Perkusi :

Suara sonor / resonans merupakan karakteristik jaringan paru normal

Hipersonor, adanya tahanan udara

Pekak / flatness, adanya cairan dalam rongga pleura

Redup / dullness, adanya jaringan padat

Tympani, terisi udara

Jantung / kardiovaskuler dan Sirkulasi

Payudara dan Ketiak

Abdomen

h. Ekstremitas / Musculoskeletal

i. Genetalia dan Anus

j. Integument

Warna kulit atau membran mukosa normal/ abu-abu/ sianosis.

Kemerahan atau berkeringat.k. Neurology

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1) Pemeriksaan sputum

2) Pemeriksaan darah

3) Pemeriksaan radiologi

4) Pemeriksaan tes kulit

5) Elektrokardiografi

6) Scanning paru

7) Spirometri

ETIOLOGI MASALAH KEPERAWATAN ASMA

Asuhan keperawatan asma pada bayi :

1. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi mukus. Tujuan : jalan napas menjadi efektif.

Kriteria hasil :

Sesak berkurang, batuk berkurang, klien dapat mengeluarkan sputum, wheezing berkurang/hilang, vital dalam batas normal keadaan umum baik.No.INTERVENSIRASIONAL

1.Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, misalnya : wheezing, ronkhi.Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas. Bunyi nafas redup dengan ekspirasi mengi (empysema), tak ada fungsi nafas (asma berat).

2.Kaji / pantau frekuensi pernafasan catat rasio inspirasi dan ekspirasi.Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan selama strest/adanya proses infeksi akut. Pernafasan dapat melambat dan frekuensi ekspirasi memanjang dibanding inspirasi.

3.Kaji pasien untuk posisi yang aman, misalnya : peninggian kepala tidak duduk pada sandaran.Peninggian kepala tidak mempermudah fungsi pernafasan dengan menggunakan gravitasi.

4.Observasi karakteristik batuk, menetap, batuk pendek, basah. Bantu tindakan untuk keefektipan memperbaiki upaya batuk.Batuk dapat menetap tetapi tidak efektif, khususnya pada klien lansia, sakit akut/kelemahan.

5.Berikan air hangat.

Penggunaan cairan hangat dapat menurunkan spasme bronkus.

6.Kolaborasi obat sesuai indikasi.

Bronkodilator spiriva 11 (inhalasi).Membebaskan spasme jalan nafas, mengi dan produksi mukosa.

2. Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru.Tujuan : Pola nafas kembali efektif.

Kriteria hasil :

Pola nafas efektif, bunyi nafas normal atau bersih, TTV dalam batas normal, batuk berkurang, ekspansi paru mengembang.No.INTERVENSIRASIONAL

1.Kaji frekuensi kedalaman pernafasan dan ekspansi dada. Catat upaya pernafasan termasuk penggunaan otot bantu pernafasan / pelebaran nasal.Kecepatan biasanya mencapai kedalaman pernafasan bervariasi tergantung derajat gagal.

2.Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas seperti krekels, wheezing.Ronki dan wheezing menyertai obstruksi jalan nafas / kegagalan pernafasan.

3.Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi.Duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan pernafasan.

4.Observasi pola batuk dan karakter sekret.Kongesti alveolar mengakibatkan batuk sering/iritasi.

5.Dorong/bantu pasien dalam nafas dan latihan batuk.

Dapat meningkatkan/banyaknya sputum dimana gangguan ventilasi dan ditambah ketidak nyaman upaya bernafas.

6.. Kolaborasi

- Berikan oksigen tambahan

- Berikan humidifikasi tambahan misalnya : nebulizerMemaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas, memberikan kelembaban pada membran mukosa dan membantu pengenceran sekret.

3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.

Tujuan : Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi.

Kriteria hasil :

Keadaan umum baik, mukosa bibir lembab, nafsu makan baik, tekstur kulit baik, klien menghabiskan porsi makan yang disediakan, bising usus 6-12 kali/menit, berat badan dalam batas normal.No.INTERVENSIRASIONAL

1.Kaji status nutrisi klien (tekstur kulit, rambut, konjungtiva).Menentukan dan membantu dalam intervensi selanjutnya.

2.Jelaskan pada klien tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh.Peningkatan pengetahuan klien dapat menaikan partisipasi bagi klien dalam asuhan keperawatan.

3.Timbang berat badan dan tinggi badan.

Penurunan berat badan yang signifikan merupakan indikator kurangnya nutrisi.

4.Anjurkan klien minum air hangat saat makan.Air hangat dapat mengurangi mual.

5.Anjurkan klien makan sedikit-sedikit tapi sering.Memenuhi kebutuhan nutrisi klien.

6.Kolaborasi

- Konsul dengan tim gizi/tim mendukung nutrisi.- Berikan obat sesuai indikasi.

- Vitamin B squrb 21.- Antiemetik rantis 21-Menentukan kalori individu dan kebutuhan nutrisi dalam pembatasan.

-Defisiensi vitamin dapat terjadi bila protein dibatasi.

-Untuk menghilangkan mual / muntah.

Asuhan keperawatan asma pada anak :

1. Gangguan pertukaran gas, tidak efektif bersihan jalan napas berhubungan dengan bronkospasme dan udema mukosa.Tujuan :- anak akan menunjukkan perbaikan pertukaran gas ditandai dengan : tidak ada wheezing dan retraksi, batuk menurun, warna kulit kemerahan.- anak tidak menunjukkan gangguan ketidakseimbangan asam basa yang ditandai dengan saturasi oksigen 95 %.

No.INTERVENSIRASIONALL

1.Kaji RR, auskultasi bunyi napassebagai sumber data adanya perubahan sebelum dan sesudah perawatan diberikan

2.Beri posisi high fowler atau semi-fowlermengembangkan ekspansi paru

3.Dorong anak untuk latihan napas dalam dan batuk efektifmembantu membersihkan mucus dari paru dan napas dalam memperbaiki oksigenasi

4.Lakukan suction jika perlumembantu mengeluarkan secret yang tidak dapat dikeluarkan oleh anak sendiri

5.Lakukan fisioterapimembantu pengeluaran sekresi, meningkatkan ekspansi paru

6.Berikan oksigen sesuai program

memperbaiki oksigenasi dan mengurangi sekresi

7.Monitor peningkatan pengeluaran sputumsebagai indikasi adanya kegagalan pada paru

8.Berikan bronchodilator sesuai indikasiotot pernapasan menjadi relaks dan steroid mengurangi inflamasi

2. Ketidakefektifan pola napas yang berhubungan dengan peningkatan kerja pernapasan, hipoksemia, dan ancaman gagal napas

Tujuan : dalam waktu 1 x 24 jam setelah diberikan intervensi pola napas menjadi efektif

Kriteria : perbaikan pernapasan dan oksigen adekuatNo.INTERVENSIRASIONAL

1.Kaji fungsi pernapasan, catat kecepatan pernapasan, dispnea dll

Distress pernapasan dan perubahan tanda vital dapat terjadi akibat stress fisiologi atau dapat menunjukkan terjadinya hipoksia

2.Beri posisi semifowler atau fowler tinggi

Peningkatan ekspansi paru dan penurunan upaya bernapas

3.Kaji dan awasi secara rutin kulit dan membran mukosa pasien

Sianosis mungkin perifer atau sentral keabu-abuan dan sianosis sentral mengindikasikan beratnya hipoksemia

4.Awasi tanda-tanda vital dan irama jantungTakhikardia, disritmia, dan perubahan tekanan darah dapat menunjukkan efek hipoksemia sistemik pada fungsi jantung

3. Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan b.d. distress GITujuan : Anak akan menunjukkan penurunan distress GI ditandai dengan:Penurunan nausea dan vomiting, adanya perbaikan nutrisi / intake.No.INTERVENSIRASIONAL

1.Berikan porsi makan kecil tapi sering 5 6 kali sehari dengan makanan yang disukainyaMakanan kecil tapi sering menyediakan energi yang dibutuhkan , lambung tidak terlalu penuh, sehingga memberikan kesempatan untuk penyerapan makanan. Makanan yang disukai mendorong anak untuk makan dan meningkatkan intake

2.Berikan makanan halus, rendah lemak, gunakan warnaMakanan berbumbu dan tinggi lemak dapat meningkatkan distress pada GI sehingga sulit dicerna

3.Anjurkan menghindari makanan yang menyebabkan alergiDapat menimbulkan serangan akut pada anak yang sensitive

Asuhan keperawatan asma pada dewasa :

1. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi mukus.Tujuan

: Jalan nafas kembali efektif.Kriteria hasil:Sesak berkurang, batuk berkurang, klien dapat mengeluarkan sputum, wheezing berkurang/hilang, vital dalam batas normal keadaan umum baik.

No.INTERVENSIRASIONAL

1.Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, misalnya :

wheezing, ronkhi.

Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas. Bunyi nafas redup dengan ekspirasi mengi (empysema), tak ada fungsi nafas (asma berat).

2.Kaji / pantau frekuensi pernafasan catat rasio inspirasi dan ekspirasi.Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan selama strest/adanya proses infeksi akut.

Pernafasan dapat melambat dan frekuensi ekspirasi memanjang disbanding inspirasi.

3.Kaji pasien untuk posisi yang aman, misalnya : peninggian kepala tidak duduk pada sandaranPeninggian kepala tidak mempermudah fungsi pernafasan dengan menggunakan gravitasi.

4.Observasi karakteristik batuk, menetap, batuk pendek, basah. Bantu tindakan untuk keefektipan memperbaiki upaya batuk.

Batuk dapat menetap tetapi tidak efektif, khususnya pada klien lansia, sakit akut/kelemahan.

5.Berikan air hangat.Penggunaan cairan hangat dapat menurunkan spasme bronkus.

6.Kolaborasi obat sesuai indikasi. Bronkodilator spiriva 11 (inhalasi).

Membebaskan spasme jalan nafas, mengi dan produksi mukosa.

2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.

Tujuan : Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi.Kriteria hasil : Keadaan umum baik, mukosa bibir lembab, nafsu makan baik, tekstur kulit baik, klien menghabiskan porsi makan yang disediakan, bising usus 6-12 kali/menit, berat badan dalam batas normal.No.INTERVENSIRASIONAL

1.Kaji status nutrisi klien (tekstur kulit, rambut, konjungtiva).Menentukan dan membantu dalam intervensi selanjutnya

2.Jelaskan pada klien tentang pentingnya nutrisi bagi tubuhPeningkatan pengetahuan klien dapat menaikan partisipasi bagi klien dalam asuhan keperawatan

3.Timbang berat badan dan tinggi badanPenurunan berat badan yang signifikan merupakan indicator kurangnya nutrisi

4.Anjurkan klien minum air hangat saat makanAir hangat dapat mengurangi mual

5.Anjurkan klien makan sedikit-sedikit tapi seringMemenuhi kebutuhan nutrisi klien

6.Kolaborasi:

Antiemetik rantis 21

Konsul dengan tim gizi/tim mendukung nutrisi.

Vitamin B squrb 21.

untuk menghilangkan mual / muntah.

menentukan kalori individu dan kebutuhan nutrisi dalam pembatasan.

defisiensi vitamin dapat terjadi bila protein dibatasi

3. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi

Tujuan : Pengetahuan klien tentang proses penyakit menjadi bertambah.

Kriteria hasil : Mencari tentang proses penyakit :

Klien mengerti tentang definisi asma

Klien mengerti tentang penyebab dan pencegahan dari asma

Klien mengerti komplikasi dari asmaNo.INTERVENSIRASIONAL

1.Diskusikan aspek ketidak nyamanan dari penyakit, lamanya penyembuhan, dan harapan kesembuhanInformasi dapat menaikkan koping dan membantu menurunkan ansietas dan masalah berlebihan

2.Berikan informasi dalam bentuk tertulis dan verbalKelemahan dan depresi dapat mempengaruhi kemampuan untuk mangasimilasi informasi atau mengikuti program medic

3.Tekankan pentingnya melanjutkan batuk efektif atau latihan pernafasanSelama awal 6-8 minggu setelah pulang, pasien beresiko besar untuk kambuh dari penyakitnya

4.Identifikasi tanda atau gejala yang memerlukan pelaporan pemberi

perawatan kesehatanUpaya evaluasi dan intervensi tepat waktu dapat mencegah meminimalkan komplikasi

5. Buat langkah untuk meningkatkan kesehatan umum dan kesejahteraan,

misalnya : istirahat dan aktivitas seimbang, diet baikMenaikan pertahanan alamiah atau imunitas, membatasi terpajan pada pathogen

Asuhan keperawatan asma pada lansia :

1. Tidak efektifnya kebersihan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi mukus.Tujuan : Jalan nafas kembali efektif.Kriteria Hasil : Sesak berkurang Batuk berkurang Klien dapat mengeluarkan sputum Wheezing berkurang/hilang TTV dalam batas normal keadaan umum baik.No.INTERVENSIRASIONAL

1.Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, misalnya : mengi, erekeis, ronkhi.Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas. Bunyi nafas redup dengan ekspirasi mengi (empysema), tak ada fungsi nafas (asma berat).

2.Kaji / pantau frekuensi pernafasan catat rasio inspirasi dan ekspirasi.

Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dpat ditemukan pada penerimaan selama strest/adanya proses infeksi akut. Pernafasan dapat melambat dan frekuensi ekspirasi memanjang dibanding inspirasi.

3.Kaji pasien untuk posisi yang aman, misalnya : peninggian kepala tidak duduk pada sandaran.Peninggian kepala tidak mempermudah fungsi pernafasan dengan menggunakan gravitasi.

4.Observasi karakteristik batuk, menetap, batuk pendek, basah. Bantu tindakan untuk keefektipan memperbaiki upaya batuk.Batuk dapat menetap tetapi tidak efektif, khususnya pada klien lansia, sakit akut/kelemahan

5.Berikan air hangat.

Penggunaan cairan hangat dapat menurunkan spasme bronkus.

6. Kolaborasi obat sesuai indikasi. Bronkodilator spiriva 11 (inhalasi).Membebaskan spasme jalan nafas, mengi dan produksi mukosa.

2. Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru.Tujuan : Pola nafas kembali efektif.Kriteria Hasil : Pola nafas efektif Bunyi nafas normal atau bersih TTV dalam batas normal Batuk berkurang Ekspansi paru mengembang.No.INTERVENSIRASIONAL

1.Kaji frekuensi kedalaman pernafasan dan ekspansi dada. Catat upaya pernafasan termasuk penggunaan otot bantu pernafasan / pelebaran nasal.Kecepatan biasanya mencapai kedalaman pernafasan bervariasi tergantung derajat gagal nafas. Expansi dada terbatas yang berhubungan dengan atelektasis dan atau nyeri dada.

2.Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas seperti crekels, mengi.Ronki dan mengi menyertai obstruksi jalan nafas / kegagalan pernafasan.

3.Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi.Duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan pernafasan.

4.Observasi pola batuk dan karakter sekret.Kongesti alveolar mengakibatkan batuk sering/iritasi.

5.Dorong/bantu pasien dalam nafas dan latihan batuk. Dapat meningkatkan/banyaknya sputum dimana gangguan ventilasi dan ditambah ketidak nyaman upaya bernafas.

6.Kolaborasio Berikan oksigen tambahan.o Berikan humidifikasi tambahan misalnya : nebulizer.Memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas, memberikan kelembaban pada membran mukosa dan membantu pengenceran sekret.

3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.Tujuan : Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi.Kriteria Hasil : Keadaan umum baik Mukosa bibir lembab Nafsu makan baik Tekstur kulit baik Klien menghabiskan porsi makan yang disediakan Bising usus 6-12 kali/menit Berat badan dalam batas normal.No.INTERVENSIRASIONAL

1.Kaji status nutrisi klien (tekstur kulit, rambut, konjungtiva).Menentukan dan membantu dalam intervensi lanjutnya.

2.Jelaskan pada klien tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh.Petikan pengetahuan klien dapat menaikan partisi bagi klien dalam asuhan keperawatan.

3.Timbang berat badan dan tinggi badan.Penurunan berat badan yang signipikan merupakan indikator kurangnya nutrisi.

4.Anjurkan klien minum air hangat saat makan.Air hangat dapat mengurangi mual.

5.Anjurkan klien makan sedikit-sedikit tapi sering.Memenuhi kebutuhan nutrisi klien.

6. Kolaborasio Consul dengan tim gizi/tim mendukung nutrisi.o Berikan obat sesuai indikasi.o Vitamin B squrb 21.o Antiemetik rantis 21

Menentukan kalori individu dan kebutuhan nutrisi dalam pembatasan. Defisiensi vitamin dapat terjadi bila protein dibatasi. Untuk menghilangkan mual / muntah.

DAFTAR PUSTAKAArif Mansyoer(1999). Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga. Jilid I. Media Acsulapius. FKUI. Jakarta.Doengoes, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : EGC.Heru Sundaru(2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi Ketiga. BalaiPenerbit FKUI. Jakarta.

Hudack&gallo(1997). Keperawatan Kritis Edisi VI Vol I. Jakarta. EGC.Smeltzer and Bare. 2000. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Vol 3. Jakarta : EGC.Tucker, SM(1998). Standar Perawatan Pasien. Jakarta. EGC.lingkungan

Polutan indoor

Polutan oudoor

Asap pabrik,

Sampah industri,

Knalpot mobil,motor

Asap dapur,

Pewangi ruangan,

Asap obat nyamuk

Respon sensitive system paru

Reaksi saluran napas

Hujan,

Udara kering,

Kelembaban