22
Post: #1 12 Jan 2010 12:39 Tidak sedikit dari kita yang menderita alergi. Manifestasinya bermacam-macam, bisa rhinitis alergi (bersin, hidung mampet,pilek), urtikaria (biduran), konjunctivitis, dermatitis atau eksim, asma, dan lain sebagainya. Tiap orang memiliki sensitivitas yang tidak sama terhadap berbagai allergen. Untuk mengetahuinya, terdapat beberapa tes yang biasa dilakukan. 1. Skin Prick Test (Tes Tusuk Kulit) Tes ini bertujuan untuk memeriksa sensitivitas terhadap allergen hirup dan makanan, misalnya debu, bulu binatang, udang, dan lainnya. Caranya dengan menusukkan jarum khusus (panjang sekitar 2mm) yang telah berisi allergen pada kulit lengan bawah sisi bagian dalam. Hasilnya dapat diketahui dalam waktu 30 menit. Bila positif akan timbul bentol merah gatal. Persiapannya tubuh dalam kondisi sehat dan tidak minum obat anti alergi (anti histamin) selama 3-7 hari 2. Patch Test (Tes Tempel)

Literatur PJBL

Embed Size (px)

DESCRIPTION

pjbl literatur

Citation preview

Page 1: Literatur PJBL

   Post: #112 Jan 2010 12:39  

Tidak sedikit dari kita yang menderita alergi. Manifestasinya bermacam-macam, bisa rhinitis alergi (bersin, hidung mampet,pilek), urtikaria (biduran), konjunctivitis, dermatitis atau eksim, asma, dan lain sebagainya. Tiap orang memiliki sensitivitas yang tidak sama terhadap berbagai allergen. Untuk mengetahuinya, terdapat beberapa tes yang biasa dilakukan.

1. Skin Prick Test (Tes Tusuk Kulit)

Tes ini bertujuan untuk memeriksa sensitivitas terhadap allergen hirup dan makanan, misalnya debu, bulu binatang, udang, dan lainnya. Caranya dengan menusukkan jarum khusus (panjang sekitar 2mm) yang telah berisi allergen pada kulit lengan bawah sisi bagian dalam. Hasilnya dapat diketahui dalam waktu 30 menit. Bila positif akan timbul bentol merah gatal.Persiapannya tubuh dalam kondisi sehat dan tidak minum obat anti alergi (anti histamin) selama 3-7 hari

2. Patch Test (Tes Tempel)

Page 2: Literatur PJBL

Tes ini untuk mengetahui alergi kontak terhadap bahan kimia, misalnya pada penyakit dermatitis atau eksim dengan cara menempelkan patch pada daerah punggung. Hasilnya baru dapat dibaca setelah 48 jam. Bila positif akan timbul bercak merah dan melenting pada kulit.

Persiapannya 2 hari sebelum tes tidak boleh minum obat steroid. Daerah punggung harus bebas dari obat oles, krim, atau salep. Dan selama tes tidak boleh berkeringat, mandi, tidur harus telungkup, dan punggung tidak boleh bergesekan.

3. RAST (Radio Allergo Sorbent Test)

Tes ini dilakukan dengan cara mengambil sampel darah sebanyak 2 cc dan diproses dengan mesin khusus. Hasilnya dapat diketahui dalam 4 jam. Tujuannya untuk mengetahui alergi terhadap allergen hirup dan makanan. Keuntungan dari tes ini adalah dapat dilakukan pada usia berapapun dan tidak dipengaruhi obat-obatan.

Page 3: Literatur PJBL

4. Skin Test (Tes Kulit)

Tes ini dilakukan untuk mengetahui alergi terhadap bahan obat-obatan yang disuntikkan. Caranya dengan menyuntikkannya ke lapisan bawah kulit. Hasil tes dibaca setelah 15 menit. Bila positif akan timbol bentol merah dan gatal.

5. Tes Provokasi

Tes ini digunakan untuk mengetahui alergi terhadap obat yang diminum, makanan, dan allergen hirup, contohnya debu.

Semoga bermanfaat..

drdjebrut

http://www.forumbebas.com/thread-102573.html

Page 4: Literatur PJBL

Apabila dilakukan dengan benar dan tepat, mulai dari persiapan hingga cara melakukan tes, semua jenis tes alergi memiliki tingkat akurasi mendekati 100%. Berikut beberapa jenis tes untuk mengetahui alergen.

Tes tusuk kulit (Skin Prick Test)

Gunanya: memeriksa alergi terhadap alergen yang dihirup (debu, tungau, serbuk bunga) dan alergen makanan (susu, udang, kepiting), hingga 33 jenis alergen atau lebih.Prosedur:

Untuk menjalani tes ini, usia anak minimal 3 tahun dan dalam keadaan sehat serta ia tidak baru meminum obat yang mengandung antihistamin (anti-alergi) dalam 3–7 hari (tergantung jenis obatnya).

Tes dilakukan di kulit lengan bawah sisi dalam. Kulit diberi alat khusus disebut ekstrak alergen yang diletakkan di atas kulit dengan cara diteteskan. Ekstrak alergen berupa bahan-bahan alami, misalnya berbagai jenis makanan, bahkan tepung sari.

Tidak menggunakan jarum suntik biasa tetapi menggunakan jarum khusus, sehingga tidak mengeluarkan darah atau luka, serta tidak menyakitkan.

Hasil tes diketahui dalam 15 menit. Bila positif alergi terhadap alergen tertentu, akan timbul bentol merah yang gatal di kulit.

Tes ini harus dilakukan oleh dokter yang betul-betul ahli di bidang alergi-imunologi karena tehnik dan interpretasi (membaca hasil tes) lebih sulit dibanding tes lain.

Tes tempel (Patch Test)

Gunanya: mengetahui alergi yang disebabkan kontak terhadap bahan kimia, misalnya pada kasus penyakit dermatitis atau eksim. Prosedur:

Dilakukan pada anak usia minimal 3 tahun. Dua hari sebelum tes, anak tidak boleh melakukan aktivitas yang

berkeringat atau mandi. Punggungnya pun tidak boleh terkena gesekan dan harus bebas dari obat oles, krim atau salep.

Tes akan dilakukan di kulit punggung. Caranya, dengan menempatkan bahan-bahan kimia dalam tempat khusus (finn chamber) lalu ditempelkan pada punggung anak. Selama dilakukan tes (48 jam), anak tidak boleh terlalu aktif bergerak.

Page 5: Literatur PJBL

Hasil tes didapat setelah 48 jam. Bila positif alergi terhadap bahan kimia tertentu, di kulit punggung akan timbul bercak kemerahan atau melenting.

Tes RAST (Radio Allergo Sorbent Test)

Gunanya: mengetahui alergi terhadap alergen hirup dan alergen makanan. Prosedur:

Dapat dilakukan pada anak usia berapa pun dan tidak menggunakan obat-obatan.

Dalam tes ini, sampel serum darah anak akan diambil sebanyak 2 cc, lalu diproses dengan mesin komputerisasi khusus. Hasilnya diketahui setelah 4 jam.

Tes Kulit Intrakutan

Gunanya: untuk mengetahui alergi terhadap obat yang disuntikkan.Prosedur:

Dilakukan pada anak usia minimal 3 tahun. Tes dilakukan di kulit lengan bawah dengan cara menyuntikkan obat

yang akan di tes di lapisan bawah kulit.

Hasil tes dapat dibaca setelah 15 menit. Bila positif, akan timbul bentol, merah dan gatal.

Tes Provokasi dan Eliminasi Makanan

Gunanya: mengetahui alergi terhadap makanan tertentu.Prosedur:

Dapat dilakukan pada anak usia berapa pun. Diagnosis alergi makanan dibuat berdasarkan diagnosis klinis, yaitu

anamnesis atau riwayat penyakit anak dan pemeriksaan yang cermat tentang riwayat keluarga, riwayat pemberian makanan dan tanda serta gejala alergi makanan sejak kecil.

Selanjutnya, untuk memastikan makanan penyebab alergi, digunakan metode Provokasi Makanan Secara Buta (Double Blind Placebo Control Food Chalenge atau DBPCFC), yang merupakan standar baku. Namun karena cara DBPCFC ini rumit dan butuh biaya serta waktu tidak sedikit, beberapa pusat layanan alergi anak melakukan modifikasi terhadap metode ini. Salah satunya, dengan melakukan “Eliminasi Provokasi Makanan Terbuka Sederhana”. Caranya: dalam diet sehari-hari anak, dilakukan eliminasi (dihindari) beberapa makanan penyebab

Page 6: Literatur PJBL

alergi selama 2–3 minggu. Setelah itu, bila sudah tidak ada keluhan alergi, maka dilanjutkan dengan provokasi makanan yang dicurigai. Selanjutnya, dilakukan diet provokasi 1 bahan makanan dalam 1 minggu dan bila timbul gejala dicatat. Disebut sebagai penyebab alergi bila dalam 3 kali provokasi menimbulkan gejala. Tak perlu takut anak akan kekurangan gizi, karena selain eliminasi diet ini bersifat sementara, anak dapat diberi pengganti makanan yang ditiadakan yang memiliki kandungan nutrisi setara.

Tes Provokasi Obat

Gunanya: mengetahui alergi terhadap obat yang diminum.Prosedur:

Dapat dilakukan pada anak usia berapa pun. Metode yang digunakan adalah DBPC (Double Blind Placebo Control)

atau uji samar ganda. Caranya, pasien minum obat dengan dosis dinaikkan secara bertahap, lalu ditunggu reaksinya dengan interval 15–30 menit.

Dalam satu hari, hanya boleh satu macam obat yang dites. Bila perlu dilanjutkan dengan tes obat lain, jaraknya minimal satu minggu, bergantung dari jenis obatnya.

http://www.kaskus.us/showthread.php?t=8850861

Skin Scraping/Tzanck SmearTest indications: Detection and characterization of inflammatory/infectious processes of the skin, especially herpetic infections.

Methodology: Routine cytopathologic evaluation.Performed: Monday-Friday.Reported: 1 day.

Specimen required: Direct smear of material collected from a skin lesion, usually a vesicle.

Supplies: Two (or more) clean glass sides fixative (95% ethanol), skin scraping spatula, and Cytology test request form.

Collection procedure: 1. Label the slides with the patient’s first and last name, date of birth and specimen source

Page 7: Literatur PJBL

in pencil on the frosted end and place in a container filled with 95% ethanol so the slides are completely covered. 2. Gently scrape the area of abnormality. If the abnormal lesion is a vesicle, remove the covering and scrape both at the base of the vesicle and around the rim. 3. Remove one of the slides from the fixative. Quickly and evenly smear the collected material on one of the glass slides.4. Immediately re-immerse the slide in fixative. Repeat the process with the second slide, if necessary, for better diagnostic yield. 5. Repeat the process for additional area if necessary. After collection, leave the slides in the 95% ethanol. 6. Submit the specimen and the completed test request form to the Cytopathology Laboratory.

Transport: Each specimen should be placed in a clearly labeled container that is leak proof. Place specimen inside a biohazard transport bag. Paper requisition(s) that accompany the specimen or slides in fixative should be placed in the outside pocket of the biohazard bag to avoid exposure to any leakage of fixative.

Causes for rejection: Incomplete patient requisitions, unlabeled/incorrectly labeled specimen, frozen specimen, incorrect test ordered for specimen, specimen in incorrect or expired fixative, specimen from unauthorized person.

http://www.pathlabsofark.com/skinscraptzan.html

Tzanck test

Definition

The Tzanck test is a method of testing sores for the herpes simplex virus (which causes cold sores, fever blister, or genital sores), or varicella-zoster virus (which causes chickenpox and "shingles").

Alternative Names Herpes skin test; Chicken pox skin test

How the Test is Performed

The sore is scraped and the scraping is put on a slide and stained. The health care provider then examines it under a microscope.

How to Prepare for the Test

There is no special preparation necessary.

Page 8: Literatur PJBL

How the Test Will Feel

When the sore is scraped or rubbed, there may be mild discomfort.

Why the Test is Performed

The test may help diagnose or confirm an infection with one of these two viruses. This test cannot distinguish between these two viruses.

Normal Results

No presence of herpes-infected cells in the scraping is normal.

What Abnormal Results Mean

The results are immediately available. If herpes-infected cells are detected, the patient has been infected with one or the other of the following:

Herpes simplex (which causes cold sores, fever blister, or genital sores) Varicella-zoster virus (which causes chickenpox and "shingles").

Risks

There are no risks with this test.

Considerations

There is a high rate of false-negative results even when the virus is present.

http://adam.about.net/encyclopedia/Tzanck-test.htm

Metode PCR

Page 11: Literatur PJBL

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK GANGGUAN SISTEM INTEGUMENT 1. BIOPSI KULIT.Mendapatkan jaringan untuk dilakukan pemeriksaan mikroskopik dengan cara eksisi dengan scalpel atau alat penusuk khusus ( skin punch) dengan mengambil bagian tengah jaringan.INDIKASIPada nodul yang asal nya tidak jelas untuk mencegah malignitas. Dengan warna dan bentuk yang tidak lazim.Pembentukan lepuh.

2. PATCH TESTUntuk mrngenali substansi yang menimbulkan alergi pada pasien dibawah plester khusus ( exclusive putches )INDKASIDermatitis, gejalak kemerahan, tonjolan halus, gatal- gatal. Reaksi + lemah.Blister yang halus, papula dan gatal –gatal yang hebat reaksi + sedang.Blister/bullae, nyeri, ulserasi reaksi + kuat.

Penjelasan pada pasien sebelum dan sesudah pelksanaan patch test.

Page 12: Literatur PJBL

Jangan menggunakan obat jenis kortison selam satu minggu sebelum tgl pelaksanaan.Sample masing – masing bahan tes dalam jumlah yang sedikit dibubuhkan pada plester berbentuk cakaram kemudian ditempel pada punggung,dengan jumlah ynag bervariasi.( 20 – 30 buah.)Pertahankan agar daerah punggung tetap kering pada saat plester masih menempel.Prosedur dilaksanakan dalam waktu 30 menit.2- 3 hari setelah tes plester dilepas kemudian lokasi dievaluasi.

3. PENGEROKAN KULIT.Sampel kulit dikerok dari lokasi lesi, jamur, yang dicurigai.dengan menggunakan skatpel yang sudah dibasahi dengan minyak sehingga jaringan yang dikerok menempel pada mata pisau hasil kerokan dipindahkan ke slide kaca ditutup dengan kaca objek dan dipriksa dengan mikroskop.

4. PEMERIKSAAN CAHAYA WOOD ( LIGHT WOOD).Menggunakan cahaya UV gelombang panjang yang disebut black light yang akan menghasilakan cahaya berpedar berwarna ungu gelap yang khas.cahaya akan terlihat jelas pada ruangan yang gelap, digunakan untuk memebedakan lesi epidermis dengan dermis dan hipopigmentasi dengan hiperpigmentasi.

5. APUS TZANCK.Untuk memeriksa sel – sel kulit yang mengalami pelepuhan.INDIKASIHerpes zoster,varisella, herpes simplek dan semua bentuk pemfigus.Secret dari lesi yang dicurigai dioleskan pada slide kaca diwarnai dan periksa.

Polymerase Chain Reaction:

Dasar Teknik Amplifikasi DNAOleh: Fatchiyah

Universitas Brawijaya

Reaksi Polimerase Berantai atau dikenal sebagai Polymerase Chain Reaction (PCR), merupakan suatu proses sintesis enzimatik untuk mengamplifikasi nukleotida secara in vitro. Metoda PCR dapat meningkatkan jumlah urutan DNA ribuan bahkan jutaan kali dari jumlah semula, sekitar 106-107 kali. Setiap urutan basa nukleotida yang diamplifikasi akan menjadi dua kali jumlahnya. Pada setiap n siklus PCR akan diperoleh 2n kali banyaknya DNA

Page 13: Literatur PJBL

target. Kunci utama pengembangan PCR adalah menemukan bagaimana cara amplifikasi hanya pada urutan DNA target dan meminimalkan amplifikasi urutan non-target.

Penggunaan PCR telah berkembang secara cepat seirama dengan perkembangan biologi molekuler. PCR digunakan untuk identifikasi penyakit genetik, infeksi oleh virus, diagnosis dini penyakit seperti AIDS, Genetic profiling in forensic, legal and bio-diversity applications, biologi evolusi, Site-directed mutagenesis of genes dan mRNA Quantitation di sel ataupun jaringan.

1.1 Teknik Dasar Amplifikasi PCRPenemuan awal dari teknik PCR didasarkan pada tiga waterbaths yang mempunyai temperatur yang berbeda. Thermal-cycler pertama kali dipublikasikan pada tahun 1986, akan tetapi DNA polymerase awal yang digunakan masih belum thermostable, dan harus ditambahkan disetiap siklusnya. Kelemahan lain temperature 37°C yang digunakan bias dan menyebabkan non-specific priming, sehingga menghasilkan produk yang tidak dikehendaki. Taq DNA polymerase yang diisolasi dari bakteri Thermus aquaticus (Taq) dikembangkan pada tahun 1988.  Ensim ini tahan sampai temperature mendidih 100°C, dan aktifitas maksimal pada temperatur 92-95°C.

Proses PCR merupakan proses siklus yang berulang meliputi denaturasi, annealing dan ekstensi oleh enzim DNA polimerase. Sepasang primer oligonukleotida yang spesifik digunakan untuk membuat hibrid dengan ujung-5’ menuju ujung-3’ untai DNA target dan mengamplifikasi untuk urutan yang diinginkan. Dasar siklus PCR ada 30-35 siklus meliputi:

–        denaturation (95°C), 30 detik

–        annealing (55–60°C), 30 detik

–        extension (72°C), waktu tergantung panjang pendeknya ukuran DNA yang diinginkan  sebagai produk amplifikasi.

Peningkatan jumlah siklus PCR diatas 35 siklus tidak memberikan efek yang positif.

1.1.1 Denaturasi untai ganda DNA

Denaturasi untai ganda DNA merupakan langkah yang kritis selama proses PCR. Temperatur yang tinggi pada awal proses menyebabkan pemisahan untai ganda DNA. Temperatur pada tahap denaturasi pada kisaran 92-95ºC, suhu 94ºC merupakan pilihan standar.

Temperatur denaturasi yang tinggi membutuhkan kandungan GC yang tinggi dari DNA template, tetapi half-life dari Taq DNA Polymerase menekan secara tajam pada temperatur sekitar 95ºC.

1.1.2 Primer Annealing

Primer Annealing, pengenalan (annealing) suatu primer terhadap DNA target tergantung pada panjang untai, banyaknya kandungan GC, dan konsentrasi primer itu sendiri. Optimalisasi

Page 14: Literatur PJBL

temperatur annealing dimulai dengan menghitung Melting Temperature (Tm) dari ikatan primer dan DNA template.  Cara termudah menghitung untuk mendapatkan melting-temperatur yang tepat menggunakan rumus Tm = {(G+C)x4} +{ (A+T)x2}. Rumus standar dapat dilihat di subbab primer pada komponen PCR. Sedang temperatur annealing biasanya 5ºC ddibawah Tm primer yang sebenarnya. Secara praktis, Tm ini dipengaruhi oleh komponen buffer, konsentrasi primer dan DNA template.

1.1.3 DNA Polymerase extension

Pada tahap extension ini terjadi proses pemanjangan untai baru DNA, dimulai dari posisi primer yang telah menempel di urutan basa nukleotida DNA target akan bergerak dari ujung 5’ menuju ujung 3’ dari untai tunggal DNA. Proses pemanjangan atau pembacaan informasi DNA yang diinginkan sesuai dengan panjang urutan basa nukleotida yang ditargetkan. Pada setiap satu kilobase (1000bp) yang akan diamplifikasi memerlukan waktu 1 menit. Sedang bila kurand dari 500bp hanya 30 detik dan pada kisaran 500 tapi kurang dari 1kb perlu waktu 45 detik, namun apabila lebih dari 1kb akan memerlukan waktu 2 menit di setiap siklusnya (lihat contoh pada tabel 2).  Adapun temperatur ekstensi berkisar antara 70-72°C.

Tabel 1 Amplifikasi Geometrik (X=2 n)

Siklus PCR Jumlah Relatif Molekul

1 2

2 4

3 8

4 16

5 32

6 64

10 1.024

20 1. 048.576

30 1.073.741.824

II. Komponen PCR

Page 15: Literatur PJBL

Pada reaksi PCR diperlukan DNA template, primer spesifik, ensim DNA polimerase yang thermostabil,  buffer PCR, ion Mg 2+,  dan thermal cycler.

2.1 Template DNA

Ukuran target amplifikasi biasanya kurang dari 1000 pasangan basa (bp) atau 1KB, Hasil amplifikasi yang efisien antara 100-400bp. Walaupun kemungkinan hasil amplifikasi lebih dari 1 kB tetapi prosesnya kurang efisien, karena produk yang panjang rentan terhadap inhibitor yang mempengaruhi kerja ensim DNA polymerase dan waktu yang diperlukan lebih lama. Hal ini  dapat menyebabkan hasil amplifikasi yang tidak diinginkan.

2.2 Primers

Primer disusun dari sintesis oligonukleotida sepanjang 15-32bp dan primer ini harus mampu mengenali urutan yang akan diamplifikasi. Untuk standar amplifikasi sepasang primer akan mempunyai kisaran pasangan basa sekitar 20 basa panjangnya pada tiap primernya. Kandungan GC harus antara 45-60%. Annealing temperatur antara primer yang digunakan harus berkisar antara 1°C. Ujung 3’ dari setiap primer harus G atau C, akan tetapi hindari susunan nukleotida G/C berturut-turut tiga pada ujung ini, misal CCG, GCG, GGC, GGG, CCC, GCC. Pada penentuan atau penyusunan sepasang primer, penting diperhatikan urutan primer tidak saling komplementer sehingga membentuk dimer-primers, berikatan satu sama lain, atau membentuk hairpins. Hal lainnya hindari menyusun primer pada daerah DNA repetitif.

2.3 Taq DNA polymerase

Enzim ini bersifat thermostabil dan diisolasi dari Thermus aquaticus. Aktivitas polimerisasi DNAnya dari ujung-5’ ke ujung-3’ dan aktivitas enzimatik ini mempunyai waktu paruh sekitar 40 menit pada 95ºC. Biasanya untuk setiap 100μl volume reaksi ditambahkan 2.0-2.5 unit.

2.4 PCR buffer dan konsentrasi Mg2+

Buffer standar untuk PCR tersusun atas 50mM KCl, 10mM Tris-Cl (pH8.3) dan 1.5mM MgCl2. Buffer standard ini akan bekerja dengan baik untuk DNA template dan primer dengan kondisi tertentu, tetapi mungkin tidak optimum dengan kombinasi yang lain.  Produk PCR buffer ini terkadang dijual dalam bentuk tanpa atau dengan MgCl2.

Konsentrasi ion magnesium dalam PCR buffer merupakan faktor yang sangat kritikal, karena kemungkinan dapat mempengaruhi proses annealing primer, temperatur dissosiasi untai DNA template, dan produk PCR. Hal ini disebabkan konsentrasi optimal ion Mg2+ itu sangat rendah. Hal ini penting untuk preparasi DNA template yang tidak mengandung konsentrasi chelating agent yang tinggi, seperti EDTA atau phosphat. Ion Mg2+ yang bebas bila terlalu rendah atau tidak ada, maka biasanya tidak menghasilkan produk akhir PCR, sedang bila terlalu banyak ion Mg2+yang bebas akan menghasilkan produk PCR yang tidak diinginkan.

Page 16: Literatur PJBL

2.5 Nucleotides (dNTPs)

Konsentrasi yang biasanya digunakan untuk setiap dNTP adalah 200 μM. Pada konsentrasi ini penting untuk mengatur konsentrasi ke-empat dNTP pada titik estimasi Km untuk setiap dNTP. 50mM, harus selalu diatur pH7.0. Konsentrasi yang tinggi akan menimbulkan ketidakseimbangan dengan enzim polymerase. Sedang pada konsentrasi rendah akan memberikan ketepatan dan spesifitas yang tinggi tanpa mereduksi hasil akhir. Total konsentrasi dNTP dan ion saling terkait dan tidak akan merubah secara bebas.

2.6 PCR Thermal Cycler

PCR thermal cycler pertama kali dikembangkan oleh perusahaan PerkinElmer sebagai pemegang paten asli. Pada saat ini telah diproduksi berbagai macam tipe alat PCR thermal cycler ini dari berbagai perusahaan yang bergerak dalam bioteknologi. Walaupun nama masing-masing alat itu

berbeda tetapi prinsip kerjanya sama.

Sumber: Fatchiyah, 2005, PCR: Dasar teknik Amplifikasi DNA dan Applikasinya

Biopsi

Biopsi adalah pengangkatan sejumlah jaringan tubuh yang kemudian akan dikirim ke laboratorium untuk diperiksa. Biopsi kebanyakan dlakukan untuk mengetahui adanya kanker. Bagian apapun dari tubuh, seperti kulit, organ tubuh maupun benjolan dapat diperiksa. X-ray, CT scan ataupun ultrasound dapat dilakukan terlebih dahulu untuk mengalokasikan area biopsi. Biopsi dapat dilakukan juga dengan  proses pembedahan. Dokter anda akan membahas hasil biopsi bersama-sama dengan anda pada kunjungan berikutnya, dan menjelaskan tentang tindakan2 yang harus diambil jika perlu.

 

 

Informasikan kepada staff rumah sakit jika Anda memiliki alergi terhadap obat-obatan, makanan atau apapun juga.

Page 17: Literatur PJBL

Jika Anda sedang hamil, atau ada kemungkinan Anda hamil, beritahukan kepada staff rumah sakit sebelum tes dilakukan.

Datanglah tepat waktu untuk menjalani tes ini. Anda mungkin diminta untuk datang 30 menit lebih cepat dari jadwal pemeriksaan. Biopsi sederhana memakan waktu kurang lebih 15 menit. Akan lebih lama jika diperlukan untuk melakukan beberapa bisopsi ataupun x-ray.

Persiapan Jangan mengkonsumsi aspirin atau ibuprofen selama 1 minggu sebelum biopsi dilakukan

Konsultasikan pada dokter apakah Anda harus tetap menkonsumsi obat-obatan yang diresepkan untuk Anda

Selama Pemeriksaan Anda akan dibaringkan di atas meja periksa dengan memakai gaun rumah sakit.

X-ray, CT scan atau ultrasonografi mungkin akan dilakukan terlebih dahulu untuk menentukan lokasi biopsi.

Lokasi biopsi dibersihkan.

Obat bius dimasukkan ke dalam tubuh. Anda akan merasakan sakit menyengat ringan.

Saat area biopsi sudah terbius, jarum kecil akan dimasukkan ke area yang akan diteliti.

Sebagian jaringan-jaringan atau sel-sel diambil. Dalam beberapa kasus, pembedahan kecil dapat dilakukan agar jaringan atau benjolan dapat diambil untuk diperiksa.

Beritahu dokter anda jika Anda merasa tidak nyaman.

Setelah itu jarum akan diangkat.

Daerah biopsi akan ditekan lalu akan dipasang kassa kecil. Jika dilakukan pembedahan , maka akan dilakukan penjahitan.

Setelah Pemeriksaan Kemungkinan akan ada memar, rasa tidak nyaman ataupun bengkak di tempat biopsi dilakukan.

Jika perlu, pakailah obat penghilang rasa sakit yang tidak mengandung aspirin.

Letakkan es batu secukupnya di atas luka untuk mengurangi memar dan bengkak.

Hindari aktivitas berat ataupun mengangkat beban lebih dari 2,5 kg selama 24 jam. Perlahan-lahan Anda dapat melakukan aktivitas normal kecuali ada pemberitahuan sebelumnya dari dokter.

Page 18: Literatur PJBL

Hasil tes akan dikirim langsung ke dokter Anda. Dokter Anda akan memberitahukan hasilnya kepada Anda.

Beritahukan dokter anda jika : Terjadi pendarahan, keluarnya cairan, bengkak yang bertambah, kemerahan atau adanya rasa

hangat di tempat biopsi dilakukan

Sakit tidak berkurang setelah mengkonsumsi obat penghilang rasa sakit.

Hubungi staff rumah sakit jika ada yang Anda ingin tanyakan.