Upload
linamafula
View
3.619
Download
2
Embed Size (px)
5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 1/72
LAPORAN TUGAS PJBL I
Konsep dan Asuhan Keperawatan pada Bayi Baru Lahir Beserta Kelainannya
Untuk Memenuhi Tugas pada Blok Sistem reproduksi dibimbing oleh Ns. Fransiska Imavike F,
S.Kep. M.Nurs
DISUSUN OLEH :
Lina Mafula (0910720050)
JURUSAN ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2011
5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 2/72
1. Karakteristik normal dan tanda-tanda vital pada bayi baru lahir
Karakteristik bayi baru lahir menurut Dasar dasar keperawatan Maternitas:
a) Terminologi : janin 6 minggu sampai lahir, neonatus, lahir sampai usia 1 bulan, bayi 1 bulan
samapi usia berjalan
b) Karakteristik umum
1. Bentuk tubuh dan pengukuran : besar kepala dan abdomen
2. Tingkat kesadaran : enam keadaan : menangis, tidur tenang, REM, terjaga aktif, tenang tidur
dan transisional
3. Kekenyalan fisiologis : tahanan pasif terhadap stresor
4. Imunitas : antibodi mengalir dari ibu melalui plasenta, tidak terdapat antibodi untuk pertusis
dan cacar
5.
Tanda-tanda vital bayi baru lahir: Suhu : 97,80F (36,50C)
Nadi : rata-rata 140x/menit dengan variasi berkisar 120-160x/menit,
frekuensi saat bayi tidur berbeda dari frekuensi saat bayi bangun. Pada usia satu minggu
frekuensi 128x/menit saat tidur dan 163x/menit saat bangun. Pada usia 1 bulan, frekuensi
138x/menit saat tidur dan 167x/menit saat bangun.
Pernapasan : 30-60x/menit dangkal dan ireguler, tidak ada retraksi atau bunyi
mendengkur, disertai apnea singkat (kurang dari15 detik)
Tekanan darah : 78/42 mmHg, tekanan darah sistolik bayi sering menurun (sekitar
15mmHg) selama satu jam pertama setelah lahir, menangis dan bergerakbiasanya
menyebabkan peningkatan tekanan darah sistolik
6. Kebutuhan dasar : bertahan, aman dan nyaman,memiliki dan dimiliki,penghargaan diri dan
aktualisasi diri
c) Karakteristik khusus
1. Kepala: pada presentasi vertex kepala biasanya mendatar pada dahi dengan puncak meninggi
dan membentuk titik pada ujung tulang parietal dan oksiput menurun tajam. tulang saling tindihsaat lahir dikarenakan tulang-tulang kranium tidak menyatu kemudian kembali ke posisi semula
(Wong, 2009)
2. Mata: cenderung menutup mata dengan kuat, air mata mungkin keluar saat lahir namun cairan
purulen yang keluar dari mata segera setelah lahir adalah abnormal (Wong, 2009)
5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 3/72
3. Telinga: puncak pina biasanya terletak pada bidang horizontal segaris dengan kantus mata, pina
sering kali menempel pada sisi kepala akibat tekanan dalam uterus
4. Hidung : hidung biasanya datar baru lahir dan memar sering terjadi
5. Mulut dan tenggorokan: defek eksterna mulut seperti celah bibir mudah dilihat, langit-langit
normalnya melengkung tinggi dan agak sempit, temuan yang sering adalah mutiara epstein yang
merupakan suatu kista epitel kecil putihsepanjang kedua sisi garis tengah palatum durum
(menghilang beberapa minggu)
6. Leher: leher bayi baru lahir pendek dan ditutpi oleh lipatan jaringan
7. Dada: bentuk dada BBL hampir selalu bulat karena diameter antero poterior dan lateralnya sama,
tulang rusuk sangat lentur dan sedikit retraksi intercostalis. Prosesus xifoideus biasanya terlihat
sebagai tonjolan kecil ujung sternum, sternum biasanya meninggi dan sedikit melengkung
8.
Abdomen : Kontur abdomen normal adalah silindris dan biasanya menonjol dengan beberapavena yang tampak. Bising usus terdengar dalam 15-20 menit setelah kelahiran.
9. Kulit:
Verniks kaseosa : pasta seperti keju
Milia : bintik-bintik pada wajah
Lanugo : rambut halus diseluruh tubuh
Deskuaminasi : pengelupasan kulit
Eritema toksikum : alergi kemerahan
Bercak mongolian : area berpigmen
Tanda lahir: (nevi)
Ikterik : kekuningan disebabkan oleh hiperhiperbilirubinemia
10. Rambut dan kuku : bervariasi
11. Payudara : mungkin mengalami perbesaran karena pengaruh hormon dari ibu
12. Genetalia:
Wanita : normalnya labia mayora, minora dan klitoris tampak edema. Hampir seluruh bayi baru
lahir perempuan memiliki himen. Cairan vagina mungkin ditemukan selama minggu pertama
kehidupan
Laki-laki :prepusium ketat, smegma merupakan suatu zat seperti keju sering ditemukan disekitar
gland penis. Lesi kecil,putih,keras yang dinamakan mutiara epitel dapat ditemukan diujung
preposium. Ereksi sering terjdi pada BBL. Skrotum besar, bengkak, dan menggantung
13. Sistem urinarius: berkemih pertama biasanya dalam 24jam
5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 4/72
14. Sistem pernapasan: atelektasis sampai bernafas berapa kali
15. Sistem sirkulasi : struktur jalan pintas janin menutup segera setelah lahir
16. Darah:
Hemoglobin : tinggi saat lahir, kemudian menurun
Vitamin K: penting untuk pembekuan, diberikan pada beberapa bayi
2. Adaptasi fisiologis pada semua system tubuh bayi baru lahir
Risiko bayi baru lahir disebabkan oleh lingkungan yang sangat kecil, gelap, hangat, penuh cairan
tanpa gravitasi dan kedap suara serta tidak adanya berubah setelah lahir, linkungan dengan raung yang
terang, dingin, bergravitasi, berisik, mungkin disertai nyeri, dan ruang terbuka. Perbedaan kondisi ini
membuat bayi baru lahir berupaya menyesuaikan dengan lingkungan yang sangat berbeda,memenuhi
tugas perkembangan memperoleh dan mempertahankan eksistensi fisik.
A. Faktor-faktor yang mempengaruhi adaptasi bayi baru lahir
Pengalaman antepartum ibu dan bayi baru lahir (misalnya, terpajan zat toksik dan sikap orang
tua terhadap kehamilan dan pengasuhan anak).
Pengalaman intrapartum ibu dan bayi baru lahir (misalnya, lama persalinan, tipe analgesic atau
anesthesia intrapartum)
Kapasitas fisiologi bayi baru lahir untuk melakukan transisi kehidupan ekstrauterin
Kemampuan petugas kesehatan untuk mengkaji dan merespon masalah dengan tepat pada
saat terjadi
B. Transisi ke kehidupan ekstrauterin
Konsep-konsep esensial
1. Memulai segera pernapasan dan perubahan dalam pola sirkulasi merupakan hal yang
esensial dalam kehidupan ektrauterin
2. Dalam 24 jam setelah lahir, system ginjal, GI, hematologi, metabolic, dan system neurologis
bayi baru lahir harus berfungsi secara memadai untuk maju kea rah, dan mempertahankan
kehidupan ekstrauterin
Adaptasi pernapasan
Penyesuaian paling kritis yang harus dialami bayi baru lahir ialah penyesuaian system
pernapasan. Paru-paru bayi cukup bulan mengandung sekitar 20ml cairan /kg. udara harus
diganti oleh cairan yang mengisi traktus respiratorius sampai alveoli. Pada kehamilan
pravaginam normal, sejumlah kecil cairan keluar dari trakea dan paru-paru bayi. Dalam 1 jam
5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 5/72
pertama kehidupan bayi, system limfatik paru secara kontinu mengeluarkan cairan dalam
jumlah besar. Pengeluaran cairan ini juga diakibatkan perbedaan tekanan dari alveoli sampai
jaringan interstisial dan sampai kapiler pembuluh darah (Bobak, 2005).
Pola pernapasan tertentu menjadi karakteristik bayi baru lahir normal yang aterm.
1. Pernapasan awal dipicu oleh factor-faktor fisik, sensorik, dan kimia.
- Factor-faktor fisik meliputi usaha yang diperlukan untuk mengembangkan paru-paru dan
mengisi alveolus yang kolaps
- Faktor-faktor sensorik meliputi suhu, bunyi, cahaya, suara, dan penurunan suhu
- Factor-faktor kimia meliputi perubahan dalam darah (misalnya penurunan kadar oksigen,
peningkatan kadar karbondioksida, dan penurunan pH) sebagai akibat asfiksia sementara
selama kelahiran
2.
Dangkal dan tidak teratur3. Frekuensi pernapasan bayi baru lahir berkisar antara 30-60x/menit
4. Sekresi lender mulut dapat menyebabkan bayi batuk dan muntah terutama selama 12-18
jam pertama
5. Bayi baru lahir lazimnya bernapas melalui hidung. Respon refleks terhadap obstruksi nasal,
membuka mulut untuk mempertahankan jalan napas, tidak ada pada sebagian besar bayi
sampai 3 minggu setelah kelahiran
6. Disertai apnea singkat paling sering terjadi selama siklus tidur aktif (REM), durasi dan
frekuensi apnea menurun siring dengan pertambahan usia. Apnea > 15 detik harus
dievaluasi
7. Lingkaran dada berukuran < 30-33 cm saat bayi lahir. Auskultasi dada bayi baru lahir akan
menghasilkan bunyi nafas yang bersih dank eras dan bunyi terdengat sangat dekat karena
jaringan pada dinding dada masih tipis.
8. Alveoli paru janin dilapisi surfaktan (Bobak, 2005).
Adaptasi Kardiovaskularisasi
janin sebelum janin lahir, darah arteri dari plasenta mengalir ke janin melalui vena umbilicus
dan dengan cepat mengalir ke hati kemudian masuk ke vena kava inferior. Darah mengalir
melalui foramen ovale dan masuk ke atrium kiri, tidak lama kemudian, darah muncul di aorta
dan arteri di daerah kepala. Sebagian darah mengalir melalui jalan pintas di hati dan menuju ke
duktus venosus. Sebagian besar darah vena dari tungkai bawah dan kepala masuk ke atrium
kanan, ventrikel kanan, dan kemudian menuju arteri pulmoner desenden dan duktus
5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 6/72
arteriosus. Dengan demikian foramen ovale dan duktus arteriosus berfungsi sebagai saluran
bypass, yang memungkinkan sejumlah besar darah campuran yang dikeluarkan jantung
kembali ke plasenta tanpa melalui paru-paru. Kira-kira 55% darah campuran, yang keluar dari
ventrikel, mengalir menuju plasenta, 35% darah mengalir ke jaringan tubuh dan 10% sisa
mengalir ke paru-paru. Setelah lahir , foramen ovale menutup dan menjadi sebuah ligamen,
arteri dan vena umbilikalis menutup dan menjadi ligament (Bobak, 2005).
Napas pertama yang dilakukan bayi baru lahir membuat paru-paru berkembang dan
menurunkan resistensi vaskuler pulmoner, sehingga darah paru mengalir. Tekanan arteri
pulmoner menurun. Rangkaian peristiwa ini merupakan mekanisme besar yang menyebabkan
tekanan atrium kanan menurun. Aliran darah pulmoner kembali meningkat ke jantung dan
masuk ke jantung bagian kiri, sehingga tekanan dalam atrium kiri meningkat. Perubahan
tekanan ini menyebabkan foramen ovale menutup, selama beberapa hari pertama kehidupan,tangisan dapat mengembalikan aliran darah melalui foramen ovale untuk sementara dan
mengakibatka sianosis ringan (Bobak, 2005).
Bila tekanan PO2 dalam darah arteri mencapai sekitar 50 mmHg, duktus arteriosus akan
konstriksi (PO2 janin 27 mmHg). Kemudian duktus arteriosus menutup dan menjadi
ligamentum. Tidakan mengklem dan memotong tali pusat membuat arteri umbilikalis, vena
umbilikalis, dan ductus venosus segera menutup dan berubah menjadi ligamentum (Bobak,
2005).
Menurut Stright (2004), adaptasi kardiovaskuler pada bayi baru lahir.
1. Berbagai perubahan anatomi berlangsung stelah lahir, beberapa perunahan terjadi dengan
cepat, dan sebagian lagi terjadi seiring dengan waktu.tabel
5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 7/72
2. Sirkulasi perifer lambat, yang menyebabkan akrosianosis (sianosis pada tangan dan kaki dan
sekitar mulut)
3. Denyut nadi adalah 120-160x/menit saat bangun dan 100x/menit saat tidur
4. Rata-rata tekanan darah adalah 80/46 mmHg dan bervariasi sesuai dengan ukuran dan
tingkat aktivitas bayi
5. Table berikut memberikan daftar nilai hematologi normal bayi baru lahir
Parameter Kisaran normal
Hemoglobin 15-20 g/dL
5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 8/72
Sel-sel darah merah 5,0-7,5 juta/mm3
Hematokrit 43%-61%
Sel-sel darah putih 10.000-30.000/mm3
Netrofil 40%-80%
Eosinofil 2%-3%
Limfosit 3%-10%
Monosit 6%-10%
Sel-sel darah putih yang
imatur
3%-10%
Trombosit 100.000-280.000/mm3
Retikulosit 3%-6%
Volume darah Pengkleman tali pusat dini : 78 mL/kg
Pengkleman tali pusat lambat : 98,6 mL/kg
Hari ketiga setelah pengkleman tali pusat dini : 82,3 mL/kg
Hari ketiga setelah pengkleman tali pusat lambat 92,6 mL/kg
Perubahan termoregulasi dan metabolic
1. Suhu bayi baru lahir dapat turun beberapa derajat setelah kelahiran karena lingkunga
eksternal lebih dingin daripada lingkungan di dalam uterus
2. Suplai subkutan yang terbatas dan area permukaan kulit yang besar dibanding dengan BB
menyebabkan bayi mudah menghantarkan panas pada lingkungan
3. Kehilangan panas yang cepat dalam lingkungan yang dingin terjadi melalui konduksi,
konveksi, radiasi, dan evaporasi
4. Trauma dingin/ cold stress (hipotermia) pada bayi baru lahir, dalam hubungannya dengan
asidosis metabolic, dapat bersifat mematikan bahkan pada bayi cukup bulan yang sehat.
Adaptasi Neurologis
Bayi baru lahir iduga belum matang dan belum terorganisai dan baru dapat menjalankan fungsi
pada tingkat batang otak. Pengkajian perilaku saraf neonates terutama merupakan evaluasi
refleks primitive dan tonus otot. Pertumbuhan otak setelah lahir mengikuti pola pertumbuhan
cepat, yang dapat diprediksi selama periode bayi sampai awal masa kanak-kanak. Pada khir
tahun pertama, pertumbuhan serebelum yang dimulai pada sekitar 30 minggu, berakhir
(Bobak, 2005).
5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 9/72
Adaptasi fisiologis BBL pada system neurologis
1. System neurologis bayi secara anatomic atau fisiologis belum berkembang sempurna
2. Bayi baru lahir menunjukkan gerakan-gerakan tidak terkoordinasi (muncul dalam bentuk
tremor sementara di mulut dan di dagu) tremor ini normal (perlu dibedakan antara tremor
normal dengan tremor akibat hipoglikemia dan gangguan SSP), pengaturan suhu yang labil,
control otot yang buruk, mudah terkejut, dan tremor pada ekstremitas
3. Perkembangan neonates terjadi cepat sewaktu bayi tumbuh, perilaku yang lebih kompleks
(misalnya control kepala, tersenyum, dan meraih dengan tujuan) akan berkembang
4. Apabila bayi baru lahir diletakkan di atas permukaan yang keras dengan wajah menghadap
ke bawah, bayi akan memutar kepalanya ke samping untuk mempertahankan jalan napas.
5. Refleks bayi baru lahir merupakan indikator penting perkembangan normal (table pada
sasaran belajar nomor 4) Adaptasi Gastrointestinal
Bayi baru lahir cukup bulan mampu menelan, mencerna, memetabolisme, dan
mengabsorbsi protein dan karbohidrat sederhana, serta mengemulsi lemak, kecuali amylase
pancreas. Pada bayi baru lahir dengan hidrasi yang adekuat membrane mukosa mulutnya
lembab dan berwarna merah muda. Umumnya, membrane mukosa tidak pucat atau sianosis.
Pengeluaran air liur sering terlihat selama beberapa jam pertama setelh lahir. Kista retensi
yaitu daerah kecil berwarna putih (mutiara Epstein), dapat ditemukan pada tepi gusi dan pada
pertemuan antara palatum durum dan palatum mole. palatum durum dan palatum mole
utuh.pipi terisi penuh dengan organ bakal pengisap yang telah berkembang (Bobak, 2005).
Suatu mekanisme khusus, terdapat pada bayi baru lahir normal yaitu mengoordinasi
refleks pernapasan, refleks mengisap, dan refleks menelan yang diperlukan pada pemberian
makanan. Bayi baru lahir melakukan 3-4 isapan kecil setiap kali mengisap. Aktivitas peristaltic
esophagus belum dikoordinasi selama beberapa hari pertama kehidupan. Saat bayi baru lahir,
tidak terdapat bakteri dalam saluran cerna. Segera setelah lahir, orifisium oral dan anal
memungkinkan bakteri dan udara masuk. Bising usus bayi dapat didengar 1 jam setelah lahir.
Flora normal usus membantu sintesis vit.K, asam folat, dan biotin. Kapasitas lambung
bervariasi dari 30-90 ml, tergantung ukuran bayi. Saat lahir, usus bayi bagian bawah penuh
dengan mekonium. Mekonium yang dibentuk selama janin dalam kandungan berasal dari
cairan amnion dan unsure-unsurnya, dari sekresi usus dari sel-sel mukosa (Bobak, 2005).
Adaptasi fisiologis pada system pencernaan menurut Stright (2004), yaitu
5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 10/72
1. Enzim-enzim digestif aktif pada waktu lahir dan dapat menyokong kehidupan ekstrauterin
pada kehamilan 36-38 minggu
2. Perkembangan otot dan refleks yang penting untuk menghantarkan makanan sudah
terbentuk waktu lahir
3. Pencernaan protein dan karbohidrat telah tercapai, pencernaan dan absorbsi lemak kurang
baik karena tidak adekuatnya enzim-enzim pancreas dan lipase
4. Kelenjar saliva imatur waktu lahir, sedikit saliva diolah sampai bayi berusia 3 bulan
5. Pengeluaran mekonium, yang merupakan tinja berwarna hitam kehijauan, lengket, dan
mengandung darah samar, diekskresikan dalam 24 jam pada 90% bayi baru lahir yang
normal
6. Variasi besar terjadi di antara bayi baru lahir tentang minat terhadap makanan, gejala-
gejala lapar, dan jumlah makanan yang ditelan pada setiap kali pemberian makan7. Beberapa bayi baru lahir menyusu segera bila diletakkan pada payudara, sebagian lainnya
memerlukan waktu 48 jam untuk menyusu secara efektif
8. Gerakan acak tangan ke mulut dan mengisap jar telah diamati di dalam uterus, tindakan-
tindakan ini berkembang baik pada waktu lahir dan diperkuat dengan rasa lapar.
Adaptasi Ginjal
Pada bayi baru lahir, hampir semua massa yang teraba di abdomen berasal dari ginjal. Fungsi
ginjal belum terbentuk pada tahun kedua kehidupan (Bobak, 2005).
Adaptasi Ginjal BBL
1. Laju filtrasi glomerulus secara relative rendah pada waktu lahir disebabkan oleh tidak
adekuatnya area permukaan kapiler glomerulus
2. Meskipun keterbatasan ini tidak mengancam bayi baru lahir yang normal, tetapi
menghambat kapasitas bayi untuk berespon terhadap stressor
3. Penurunan kemampuan untuk mengekskresikan obat-obatan dan kehilangan cairan yang
berlebihan mengakibatkan asidosis dan ketidakseimbangan cairan.
4. Sebagian besar bayi baru lahir berkemih dalam 24 jam pertama setelah lahir dan 2-6 x/hari
pada 1-2 hari pertama, setelah itu mereka berkemih 5-20 x dalam 24 jam.
5. Urine dapat keruh karena lender dan garam asam urat, noda kemerahan (debu batu bata)
dapat diamati pada popok karena Kristal asam urat
Adaptasi Hati
Adaptasi fisiologis pada system hepatica menurut Stright (2004) yaitu :
5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 11/72
1. Selama kehidupan janin dan sampai tingkat tertentu setelah lahir, hati terus membantu
pembentukan darah
2. Selama periode neonates, hati memproduksi zat yang essensial untuk pembekuan darah
3. Penyimpanan zat besi ibu cukup memadai bagi bayi sampai 5 bulan kehidupan ektrauterin,
pada saat ini bayi baru lahir menjadi rentan terhadap defisiensi zat besi
4. Hati juga mengontrol jumlah bilirubin tak terkonjugasi yang bersirkulasi, pigmen berasal
dari Hb dan dilepaskan bersamaan dengan pemecahan sel-sel darah merah
5. Bilirubin tak terkonjugasi dapat meninggalkan system vaskuler dan menembus jaringan
ekstravaskuler lainnya (missal kulit, sclera, dan membrane mukosa oral) mengakibatkan
warna kuning yang istilahnya adalah jaundice atau ikterus
6. Pada stress dingin yang lama, glikolisis anaerob terjadi, yang mengakibatkan peningkatan
produksi asam. Asidosis metabolic terjadi dan jika terdapat defek fungsi pernapasan,asidosis respiratorik dapat terjadi. Asam lemak yang berlebihan menggeses bilirubin dari
tempat-tempat pengikatan albumin. Peningkatan kadar bilirubin tidak berikatan yang
bersirkulasi mengakibatkan peningkatan risiko kernikterus bahkan pada kadar bilirubin
serum 10 mg/dL atau kurang.
Adaptasi system imun
Sel-sel yang menyuplai imunitas bayi berkembang pada awal kehidupan janin. Namun, sel-sel
ini tidak aktif selama beberapa bulan. Selama 3 bulan pertama kehidupan, bayi dilindungi oleh
kekebalan pasif yang diterima ibu. Barier alami seperti keasaman lambung atau produksi
pepsin dan tripsin yang tetap mempertahankan kesterilan usus halus, belum berkembang
dengan baik sampai 3 atau 4 minggu.
Adaptasi fisiologis system imun (Stright, 2004; Bobak, 2005)
1. Bayi baru lahir tidak dapat membatasi organism penyerang di pintu masuk
2. Imaturitas sejumlah system pelindung secara signifikan meningkatkan risiko infeksi pada
periode bayi baru lahir
- Respon inflamasi berkurang, baik secara kualitatif maupun kuantitatif
- Fagositosis lambat
- Keasaman lambung dan produksi pepsin dan tripsin belum berkembang sempurna sampai
usia 3-4 minggu
- IgA hilang dari saluran pernapasan dan perkemihan, kecuali jika bayi tersebut menyusu ASI,
IgA juga tidak terdapat dalam saluran GI
5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 12/72
3. Bayi mulai mensintesis IgG dan mencapai sekitar mencapai sekitar 40% kadar IgG orang
dewasa pada usia 1 tahun, sedangkan kadar orang dewasa dicapai pada usia 9 bulan.
4. Bayi yang menyusu mendapat kekebalan pasif dari kolostrum dan ASI.
5. Infeksi merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas selama periode neonates
Sistem Integumen
Semua struktur kulit bayi sudah terbentuk saat lahir, tetapi masih belum matang. Epidermis
dan dermis tidak terikat dengan baik dan sangat tipis. Verniks kaseosa juga berfusi dengan
epidermis dan berfungsi sebagai lapisan pelindung. Kulit bayi sangat sensitive dan dapat rusak
dengan mudah. Bayi cukup bulan memiliki kulit kemerahan (merah daging) beberapa jam
setelah lahir, setelah itu warna kulit memucat menjadi warna normal. Kulit sering terlihat
berbercak, terutama di sekitar ekstremitas. Tangan dan kaki terlihat sedikit sianotik. Warna
kebiruan ini disebabkan oleh ketidakstabilan vasomotor, statis kapiler, dan kadar Hb yangtinggi. Keadaan ini normal, bersifat sementara dan bertahan selama 7-10 hari, terutama bila
terpajan dingin (Bobak, 2005).
Sistem reproduksi
- Wanita
Saat lahir ovarium bayi berisi beribu-ribu sel germinal primitive. Sel-sel ini mengandung
komplemen lengkap ova yang matur karena tidak berbentuk oogonia lagi setelah bayi cukup
bulan lahir. Korteks ovarium (terdiri dari folikel primordial) membentuk bagian ovarium yang
lebih tebal daripada orang dewasa. Jumlah ovum berkurang sekitar 90% sejak bayi lahir
sampai dewasa.Peningkatan kadar estrogen selama hamil mengakibatkan pengeluaran suatu
cairan mukoid atau bercak darah melalui vagina (pseudomenstruasi). Genitalia eksterna
biasanya edematosa disetai pigmentasi lebih banyak (Bobak, 2005).
- Pria
Testis turun ke dalam skrotum pada 90% bayi baru lahir laki-laki. Walaupun presentasi ini
menurun pada kelahiran premature, pada usia 1 tahun insiden testis tidak turun pada semua
anak laki-laki berjumlah < 1%. Spermatogenesis tidak terjadi sampai pubertas. Preposium
yang ketat seringkali dijumpai pada BBL. Sebagai respon terhadap estrogen ibu, ukuran
genitalia eksterna BBL cukup bulan dapat meningkat begitupun dengan pigmentasinya
(Bobak, 2005).
System skelet
5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 13/72
Arah pertumbuhan sefalokaudal terbukti pada pertumbuhan tubuh secara keseluruhan. Kepala
bayi sukup blan berukuran ¼ panjang tubuh. Lengan sedikit lebih panjang daripada tungkai.
Wajah relative kecil terhadap ukuran tengkorak. Pada BBL, lutut saling berjauhan saat kaki
diluruskan dan tumit disatukan, sehingga tungkai bawah terlihat agak melengkung. Saat baru
lahir tidak terlihat lengkungan pada telapak kaki (Bobak, 2005).
3. Mekanisme kehilangan panas tubuh pada bayi baru lahir
Pengaturan Suhu:
Mekanisme pengaturan suhu tubuh pada bayi baru lahir masih belum efisien dan lemah,
sehingga penting untuk mempertahankan suhu tubuh agar tidak terjadi hipotermi. Proses kehilangan
panas pada bayi dapat melalui proses konveksi, evaporasi, radiasi dan konduksi. Hal ini dapat
dihindari bila bayi dilahirkan dalam lingkungan dengan suhu sekitar 25-28
0
C, dikeringkan dandibungkusdengan hangat. Simpanan lemak yang tersedia dapat digunakan sebagai produksi panas.
Bayi prematur atau berat badan sangat rendah rentan terhadap terjadinya hipotermia (Bobak, 2005).
Perbedaan antomi dan fisiologis antara bayi baru lahir dan orang dewasa ialah:
a. Insulasi suhu pada bayi baru lahir kurang, jika dibandingkan insulasi pada orang dewasa.
Pembuluh darah lebih dekat ke permukaan kulit. Perubahan temperatur lingkungan akan
mengubah termperatur darah, sehingga mempengaruhi pusat pengaturan suhu di
hipotalamus.
b. Rasio permukaan tubuh bayi baru lahir lebih besar terhadap berat badan. Posisi fleksii bayu
baru lahir diduga berfungsi sebagai sistem pengaman untuk mencegah pelepasan panas
karena sikap ini mengurangi pemajanan permukaan tubuh pada suhu lingkungan
c. Kontrol vosomotor bayi baru lahir belum berkembang dengan baik, kemampuan untuk
mengonstriksi pembuluh darah subkutan dan kulit sama baik pada bayi prematur dan pada
orang dewasa
d. Bayi baru lahir memproduksi panas terutama melalui upaya termogenesis tanpa menggigil
e. Kelenjar keringat bayi baru lahir hampir tidak berfungsi sampai minggu ke empat setelah bayi
lahir (Bobak, 2005).
Bayi normal mungkin mencoba untuk meningkatkan suhu tubuh dengan menangis atau
meningkatkan aktivitas motorik dalam berespon terhadap ketidaknyamanan karena suhu
lingkungan lebih rendah. Menangis meningkatkan beban kerja, dan penyerapan energi
(kalori) mungkin berlebihan, terutama pada bayi yang mengalami gangguan (Bobak, 2005).
5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 14/72
Stress Dingin adalah keadaan apabila suhu tubuh lebih rendah dari batas normal,
menyebabkan peningkatan pada aktivitas metabolik dan peningkatan penggunaan oksigen.
Pada keadaan kekurangan suplai oksigen, perubahan metabolisme aerob kepada anaerob
terjadi, menyebabkan efek samping hipoksia pada jaringan dan asidosis metabolik dari
penumpukan asam laktat. Selain itu, kebutuhan energi yang meningkat menyebabkan
penggunaan glukosa bertambah. Oleh itu, stress dingin ini dapat menyebabkan asidosis
metabolik dan hipoglikemia (Bobak, 2005).
Stress dingin (cold stress) menimbulkan masalah fisiologis dan metabolisme pada
semua bayi baru lahir, tanpa memandang usia kehamilan dan kondisi lain. Kecepatan
pernapasan meningkat sebagai respons terhadap kebutuhan oksigen ketika konsumsi
oksigen meningkat secara bermakna pada stress dingin. Konsumsi oksigen dan energii pada
bayi baru lahir yang mengalami stress dingin dialihkan dari fungsi untuk mempertahankanpertumbuhan, fungsi sel otak, dan fungsi jantung normal menjadi fungsi termogenesis agar
bayi tetap dapat hidup (Bobak, 2005).
Apabila bayi baru lahir tidak dapat mempertahankan tegangan oksigen yang adekuat,
terjadi vasokonstriksi yang mengganggu perfusi paru. Akibatnya kadar gas PO2 dalam darah
arteri menurundan pH darah merosot. Perubahan ini dapat menyebabkan distress
pernapasan atau sindrom distress pernapasan (respiratory distress syndrome) yang sudah
ada menjadi semakin berat. Hal ini juga dikenal dengan penyakit membran hialin. Selain itu,
penurunan perfusi paru dan tegangan oksigen dapat mempertahankan atau membuka
kembali pirau kanan ke kiri pada duktus arteriosus yang paten (Bobak, 2005).
Kecepatan metabolisme basal meningkat pada stress dingin . apabila stress dingin ini
memanjang, terjadi glikolisis anaerobik yang menyebabkan peningkatan produksi asam.
Terjadilah metabolik asidosis dan jika terdapat gangguan fungsi pernapasan, dapat terjadi
juga asidosis respiratorik. Kelebihan asam lemak menggeser bilirubin dari tempat ikatan
albumin. Hal ini menyebabkan kadar bilirubin tidak terikat meningkat dalam darah,keadaan
ini meningkatkan risiko terjadinya kernik-terus, walaupun kadar bilirubin serum sama atau
kurang dari 10 mg/dl (Bobak, 2005).
Tabel Mekanisme kehilangan panas pada bayi baru lahir
Definisi Implikasi Keperawatan
Konveksi : Aliran panas dari permukaan tubuh ke
udara yang lebih dingin
Pertahankan suhu udara di ruang rawat sekitar 24
C bungkus bayi untuk melindunginya dari dingin
5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 15/72
Radiasi : kehilangan panas dari permukaan tubuh ke
permukaan padat lain yang lebih dingin tanpa
kontak langsung satu sama lain, tetapi dalam kontak
yang relatif dekat
Letakkan tempat tidur bayi dan meja periksa jauh
dari jendela
Evaporasi : kehilangan panas yang terjadi ketika
cairan berubah menjadi gas (misalnya, evaporasi
dari kulit tubuh ), Penguapan yang tidak terlihat
disebut juga kehilangan air yang tidak dirasakan
(insesible water loss [ IWL])
Keringkan bayi setelah lahir, mandi dan keringkan
dengan cepat dalam lingkungan udara yang hangat
Konduksi : kehilangan panas dari permukaan tubuh
ke permukaan yang lebih dingin melalui kontak
langsung satu sama lain
Begitu lahir, bungkus bayi dengan selimut hangat
tempatkan di tempat tidur yang hangat
(Bobak, Lowdermilk, Jensen, 2005)
4. Macam-macam refleks fisiologis pada bayi baru lahir
Refleks-refleks yang ditimbulkan pada bayi dan anak, sebagian besar menunjukkan tahap perkembangan
susunan somatomotorik sehingga banyak sekali informasi yang dapat diperoleh dengan melakukan
pemeriksaan tersebut.
Table 1.Usia mulai dan menghilangnya refleks pada bayi dan anak normal
Jenis refleks Usia mulai Usia menghilang
Refleks MORO Sejak lahir 6 bulan
Refleks memegang (GRASP)
PALMAR
PLANTAR
Sejak lahir
Sejak lahir
6 bulan
9-10 bulan
Refleks SNOUT Sejak lahir 3 bulan
Refleks TONIC NECK Sejak lahir 5-6 bulan
Refleks berjalan (STEPPING) Sejak lahir 12 bulan
Reaksi penempatan taktil
(PLACING RESPONSE)
5 bulan -
Refleks Terjun (PARACHUTE) 8-9 bulan Seterusnya ada
Refleks LANDAU 3 bulan 21 bulan
a. Refleks MORO
5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 16/72
Releks moro timbul akibat dari rangsangan yang mendadak.
Caranya : Bayi dibaringkan terlentang, kemudian diposisikan setengah duduk dan disanggah oleh
kedua telapak tangan pemeriksa, secara tiba-tiba tapi hati-hati kepala bayi dijatuhkan 30-450
(merubah posisi badan anak secara mendadak). Refleks moro juga dapat ditimbulkan dengan
menimbulkan suara keras secara mendadak ataupun dengan menepuk tempat tidur bayi secara
mendadak ataupun dengan menepuk tempat tidur bayi secara mendadak.
Refleks moro dikatakan positif bila terjadi abduksi-ekstensi keempat ekstremitas dan
pengembangan jari-jari, kecuali pada falangs distal jari telunjuk dan ibu jari yang dalam keadaan
fleksi. Gerakan itu segera diikuti oleh adduksi-fleksi keempat ekstremitas. Refleks moro asimetri
menunjukkan adanya gangguan system neuromuscular antara lain pleksus brakhialis. Apabila
asimetri terjadi pada tangan dan kaki kita harus mencurigai adanya hemiparesis. Nyeri yang
hebat akibat fraktur klavikula atau humerus juga dapat memberikan hasil refleks MORO asimetri.Sedangkan refleks MORO menurun dapat ditemukan pada bayi dengan fungsi SSP yang tertekan
misalnya pada bayi yang mengalami hipoksia, perdarahan intracranial dan laserasi jaringan otak
akibat trauma persalinan, juga pada bayi hipotoni, hipertoni dan premature. Refleks moro
menghilang setelah bayi berusia > 6 bulan
b. Refleks PALMAR GRASP
Caranya: Bayi atau anak ditidurkan dalam posisi supinasi, kepala menghadap ke depan dan
tangan dalam keadaan setengah fleksi. Dengan memakai jari telunjuk pemeriksa menyentuh sisi
luar tangan menuju bagian tengah telapak tangan secara cepat dan hati-hati sambil menekan
permukaan telapak tangan.
Refleks palmar Grasp dikatakan positif apabila didapatkan fleksi seluruh jari (memegang
tangan pemeriksa). Refleks palmar grasp asimetris menunjukkan adanya kelemahan otot-otot
fleksor jari tangan yang dapat disebabkan akibat adanya palsi pleksus brakhialis inferior atau
yang disebut klumke’s paralyse. Refleks Palmar Grasp ini dijumpai sejak lahir dan menghilang
setelah usia 6 bulan. Refleks palmar grasp yang menetap setelah usia 6 bulan khas dijumpai
pada penderita cerebral palsy.
c. Refleks PLANTAR GRASP
Caranya : bayi atau anak ditidurkan dalam posisi supinasi kemudian ibu jari tangan pemeriksa
menekan pangkal ibu jari bayi atau anak di daerah plantar. Refleks plantar grasp dikatakan
positif apabila didapatkan fleksi plantar seluruh jari kaki. Refleks refleks plantar grasp negative
dijumpai pada bayi atau anak dengan kelainan pada medulla spinalis bagian bawah. Refleks ini
5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 17/72
dijumpai sejak lahir, mulai menghilang usia 9 bulan dan pada usia 10 bulan sudah menghilang
sama sekali.
d. Refleks SNOUT
Caranya : dilakukan perkusi pada daerah bibir atas. Refleks SNOUT dikatakan positif apabila
didapatkan respon berupa bibir atas dan bawah menyengir atau kontraksi otot-otot di sekitar
bibir dan di bawah hidung. Refleks SNOUT ini dijumpai sejak lahir dan menghilang setelah usia 3
bulan. Refleks SNOUT yang menetap pada anak besar menunjukkan adanya regresi SSP.
e. Refleks TONIC NECK
Caranya : bayi atau anak ditidurkan dalam posisi supinasi, kemudian kepalanya diarahkan
menoleh ke salah satu sis. Refleks ini dikatakan positif apabila lengan dan tungkai yang
dihadapi/ sesisi menjadi hipertoni dan ekstensi, sedangkan lengan dan tungkai sisi
lainnya/dibelakangi menjadi hipertoni dan fleksi. Refleks ini menghilang setelah usia 5-6 bulan.Refleks tonic neck yang masih mantap pada bayi berusia 4 bulan harus dicurigai abnormal. Dan
apabila masih bisa dibangkitkan setelah berusia 6 bulan atau lebih harus sudah dianggap
patologik. Gangguan yang terjadi biasanya pada ganglion basalis.
f. Refleks Berjalan (STEPPING)
Caranya; bayi dipegang pada daerah torax dengan kedua tangan pemeriksa. Kemudian
pemeriksa mendaratkan bayi dalam posisi berdiri di atas tempat periksa. Pada bayi berusia < 3
bulan, salah satu kaki yang menyentuh alas tempat periksa akan berjingkat sedangkan pada
yang berusia >3 bulan akan menapakkan kakinya. Kemudian diikuti oleh kaki lainnya dan kaki
yang sudah menyentuh alas periksa akan berekstensi seolah-olah melangkah untuk melakukan
gerakan berjalan otomatis. Refleks berjalan tidak dijumpai atau negative pada penderita
cerebral palsy, mental retardasi, hipotoni, hipertoni, dan keadaan dimana fungsi SSP tertekan.
g. Reaksi Penempatan Taktil (PLACING RESPONSE)
Caranya : seperti pada refleks berjalan, kemudian bagian dorsal kaki bayi disentuhkan pada tepi
meja periksa. Respon dikatakan positif bila bayi meletakkan kakinya pada meja periksa. Respon
negative dijumpai pada bayi dengan paralise ekstremitas bawah.
h. Refleks Terjun (PARACHUTE)
Caranya: Bayi dipegang pada daerah thorax dengan kedua tangan pemeriksa dan kemudian
diposisikan seolah-olah akan terjun menuju meja periksa dengan posisi kepala lebih rendah dari
kaki. Refleks terjun dikatakan positif apabila kedua lengan bayi diluruskan dan jari-jari kedua
tangan dikembangkan seolah-olah hendak mendarat di atas meja periksa dengan kedua
5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 18/72
tangannya. Refleks ini tidak dipengaruhi oleh kemampuan visual, karena pada bayi buta denga
fungsi motorik normal akan memberikan hasil yang positif. Refleks terjun mulai tampak pada
usia 8-9 bulan dan menetap. Refleks negative dijumpai pada bayi tetraplegi atau SSP yang
tertekan
(Suharso, dkk, 2005).
5. Pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir
DEFINISI
Merupakan pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh bidan, perawat, atau dokter untuk menilai
status kesehatan yang dilakukan pada saat bayi baru lahir, 24 jam setelah lahir, dan pada waktu
pulang dari Rumah Sakit.Dalam melakukan pemeriksaan fisik ini, sebaiknya bayi dalam keadaan
telanjang dibawah lampu terang, sehingga bayi tidak mudah kehilangan panas.
TUJUANSecara umum, tujuan dilakukannya pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir adalah untuk menilai
status adaptasi atau penyesuaian kehidupan intrauteri ke dalam kehidupan ekstrauteri serta
mencari kelainan pada bayi.
RIWAYAT BAYI BARU LAHIR
1. Identifikasi data : Nama, nomor pasien sakit, tanggal lahir, jenis kelamin, jenis pemberian
makanan.
2. Riwayat keluarga : Diabetes, kelainan kongenital, penyakit infeksi, kelaianan kardiopulmonal,
kesehatan ayah, saudara kandung dan anggota keluarga lain : kondisi medis atau sifat yang
“diturunkan dari generasi ke generasi dalam keluarga”, nenek moyang atau orang tua.
3. Data demografik orang tua : Usia, pendidikan, pekerjaan, latar belakang etnik dan ras.
4. Riwayat ibu
Graviditas, paritas, hari pertama haid hari terakhir haid (HPHT), taksiran partus (TP), komplikasi
kehamilan sebelumnya, riwayat ginekologi dan riwayatmedis/bedah, riwayat antepartum
(khususnya penyalahgunaan zat, diabetes gestasional, preeklamsia, perdarahan selama
kehamilan, polihidramnion atau oligohidramnion, infeksi atau penyakit lain, obat-obatan yang
dikonsumsi), lama dan lokasi perawatan prenatal, pengkajian kesejahteraan janin.
5. Hasil tes laboratorium ibu
Golongan darah dan faktor Rh, penapisan antibody, titer rubella, serologi, panel hepatitis, nilai
Hb dan Ht, pemeriksaan Tuberculosis (TB).
6. Persalinan dan pelahiran
5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 19/72
Tanggal dan waktu melahirkan ; usia gestasi saat melahirkan dengan menggunakan penanggalan
dan pemeriksaan USG, lama kala satu dan dua persalinan ; gawat janin atau asidosis ; demam
pada ibu ; ada meconium ; lama ketuban pecah ; presentasi ; komplikasi ; cara melahirkan ;
penggunaan alat bantu ; analgesia dan waktu ; anastesi dan komplikasinya ; ukuran plasenta,
warna dan bau ; inersi tali pusat ; dan penampilan tali pusat termasuk jumlah pembuluh darah
dan ukurannya (Kotor? Berbau?Kelainan?)
7. Periode segera setelah lahir
Nilai Apgar, resusitasi, tanda-tanda vital, suhu, status vitamin K ; kemampuan mengisap,
menyusu ; keterjagaan ; apakah sudah mengeluarkan air kemih atau mekonium ; apakah bayi
melonjak-lonjak ; mengeluarkan tangisan yang tidak lazim.
8. Hasil tes laboratorium
Kadar glukosa, golongan darah, factor Rh, tes Coomb, HctPEMERIKSAAN FISIK BAYI BARU LAHIR
1. Hitung frekuensi nafas
Pemeriksaan frekuensi nafas ini dilakukan dengan menghitung rata-rata pernapasan dalam 1
menit. Pemeriksaan ini dikatakan normal pada bayi baru lahir apabila frekuensinya antara 30-60
x/menit, tanpa adanya retraksi dada dan suara merintih saat ekspirasi, tetapi apabila bayi dalam
keadaan lahir kurang dari 2500 gram atau usia kehamilan 37 minggu, kemungkinan terdapat
adanya retraksi dada ringan. Jika pernapasan berhenti beberapa detik secara periodik, maka
masih dikatakan dalam batas normal.
2. Lakukan inspeksi pada warna bayi
Pemeriksaan ini berfungsi untuk mengetahui apakah ada warna pucat, ikterus, sianosis sentral
atau tanda lainnya.Bayi dalam keadaan aterm umumnya lebih pucat dibandingkan bayi dalam
keadaan praterm, mengingat kondisi kulitnya lebih tebal.
3. Hitung denyut jantung bayi dengan menggunakan stetoskop
Pemeriksaan denyut jantung untuk menilai apakah bayi mengalami gangguan yang
menyebabkan jantung dalam keadaan tidak normal, seperti suhu tubuh yang tidak normal,
perdarahan, atau gangguan nafas. Pemeriksaan denyut jantung ini dikatakan normal apabila
frekuensinya antara 100-160x/menit.
4. Ukur suhu aksila
Lakukan pemeriksaan suhu melalui aksila untuk menentukan apakah bayi dalam keadaan hipo
atau hipertermi. Dalam kondisi normal, suhu bayi antara 36,5 – , .
5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 20/72
5. Kaji postur dan gerakan
Pemeriksaan ini untuk menilai ada atau tidaknya epistotonus/ hiperekstensi tubuh yang
berlebihan dengan kepala dan tumit belakang, tubuh melengkung kedepan, adanya kejang /
spasme, serta tremor.
Pemeriksaan postur dalam keadaan normal apabila dalam keadaan istirahat kepalan tangan
longgar dengan lengan panggul dan lutut semifleksi. Selanjutnya pada bayi dengan berat
2500 gram atau usia kehamilan 37 minggu ekstremitasnya dalam keadaan sedikit ekstensi.
Apabila bayi tidak sungsang, di dalam kandungan bayi akan mengalami fleksi penuh pada
sendi panggul atau lutut/sendi lutut ekstensi penuh, sehingga kaki bisa mencapai mulut.
Selanjutnya gerakan ekstremitas bayi harusnya terjadi secara spontan dan simetris disertai
dengan gerakan sendi penuh dan pada bayi normal dapat sedikit gemetar.
6. Periksa tonus atau kesadaran bayi
Pemeriksaan ini berfungsi untuk melihat adanya letargi, yaitu penurunan kesadaran dimana bayi
dapat bangun lagi dengan sedikit kesulitan, ada tidaknya tonus otot yang lemah, mudah
terangsang, mengantuk, aktivitas berkurang, dan sadar.
7. Pemeriksaan kulit
berfungsi untuk melihat ada atau tidaknya kemerahan pada kulit atau pembengkakan,
postula (kulit melepuh), luka atau trauma, bercak atau tanda abnormal pada kulit, elastisitas
kulit, serta ada tidaknya ruam popok
Pemeriksaan ini normal apabila tanda seperti eritema toksikum ( titik merah dan pusat putih
kecil pada muka, tubuh, dan punggung) pada hari kedua atau selanjutnya, kulit tubuh yang
terkelupas pada hari pertama.
Kondisi kulit dapat mengindikasikan beberapa kondisi. Bayi postmatur memiliki kulit yang
lebih pusat, lebih tebal, yang tebal, yang dapat mengelupas. Bayi prematur memiliki kulit
tipis, rapuh, yang cenderung berwarna merah gelap yang mudah berdarah serta mudah
memar.
- Akrosianosis (sianosis pada ekstremitas) adalah kondisi yang normal selama satu hari.
Bintik-bintik seperti lobster dapat merupakan kondisi normal, terjadi akibat system
organ yang tidak matur.
- Sianosis. Kadang-kadang sulit dievaluasi karena polistemia pada bayi baru lahir; dapat
dimunculkan dengan menekan-nekan kulit bayi seperti saat memeriksa adanya ikterik.
5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 21/72
- Ikterik. Dikaji dengan cara menekan-nekan kulit sesaat. Dimulai dari kepala kemudian
kebawah -- catat kadarnya.
- Palor. Dapat mengindikasikan edema, asfiksia, atau shock. Kepala bayi, lengan kanan,
dan dada kanan berwarna merah muda, bagian tubuh lainnya pucat atau sianosis, jika
duktus belum menutup. Garis demarkasi menghilang jika duktus membuka dan tahanan
pembuluh darah perifer menurun.
- Pletora. Area merah terlihat pada membran mukosa, memudar pada telapak kaki dan
telapak tangan, dapat menunjukkan polisitemia.
- Bintik-bintik. Diakibatkan perubahan suhu kulit sementara, tetapi bisa juga karena
penyakit yang serius dan bayi yang memiliki kulit berbintik-bintik harus diobservasi
dengan cermat.
-
Terkena meconium. Verniks yang terkena meconium terjadi dalam 15 jam setelahterpajan meconium kuku-kuku jari terkena dalam 6 jam.
- Terkstur dan edema. Edema dapat dibedakan dari status nutrisi cukup dengan
keberadaan keriput halus dipergelangan tangan dan pergelangan kaki.
- Lesi, kelembapan, lanugo merupakan bukti trauma lahir, pigmentasi.
5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 22/72
5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 23/72
8. Pemeriksaan kepala dan leher
Pemeriksaan bagian kepala yang dapat diperiksa antara lain :
Kepala
Selama pemeriksaan kepala, periksa hal-hal berikut:
1) Bentuk dan kesimetrisan
2) Proporsi terhadap tubuh dan wajah
3) Lingkar kepala (diukur di titik di atas telinga). Lingkar ini akan berubah jika molase
hilang. Lingkar kepala normal adalah 32-38 cm pada rata-rata bayi cukup bulan.
5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 24/72
Lingkar kepala melebihi lingkar abdomen sampai usia kehamilan 32-36 minggu,
kemudian akan menjadi lebih kecil. Kepala yang berukuran sangat besar dapat
mengindikasikan hidrosefalus.
4) Sutura sagitalis, lambdoidalis, dan koronalis. Penutupan garis sutura prematur
disebut sinostosis kranial: sutura tidak menyatu jika sisi lain tertekan. Area-area
lunak pada tulang parietal di sepanjang sutura sagitalis disebut kraniotabes dan
terlihat pada bayi premature dan mereka yang mengalami kompresi uterus.
Kraniotabes biasanya tidak bermakna, tetapi harus diselidiki jika menetap. Area-area
lunak pada oksiput signifikan dan, jika ada, osteogenesis imperfekta, sindrom Down,
kretinisme, dan kondisi-kondisi lain harus disingkirkan.
5) Fontanel anterior berbentuk wajik memiliki ukuran 20 ±10 mm, tetapi ada banyak
variasi dan ukuran fontanel tidak signifikan. Fontanel menutup pada usia 9-16 bulan.Fontanel posterior, yang berbentuk segi tiga, dapat menutup pada saat bayi lahir
atau pada sekitar usia 4 bulan. Ukuran rata-ratanya adalah 1x1 cm. Fontanel harus
datar: penonjolan mengindikasikan peningkatan tekanan intrakranial dan depresi
mengindikasikan dehidrasi.
6) Terdapat molase (tumpang tindih tulang oksipital dan pelahiran, perdarahan
subperiosteum ini terbatas pada satu tulang, biasanya tulang parietal, dan tidak
menindih sutura. Sefalohematoma ini berlangsung sekitar 8 minggu.
7) Kaput suksedaneum adalah pembengkakan kulit kepala, yang terlihat melalui serviks.
Memar dapat terlihat. Kaput dapat menindih garis sutura.
Rambut
1) Tekstur, arah pertumbuhan.
2) Distribusi. Rambut di bawah lipatan leher mengesankan sindrom-sindrom yang
berhubungan dengan leher pendek dan/atau webbed neck.
3) Lesi kulit kepala. Aplasia kutis kongenita merupakan suatu kelainan kulit kepala.
4) Warna. Perhatikan keserasian dengan ras. Rambut merah pada bayi kulit hitam,
misalnya dapat menunjukkan albinisme. Perhatikan keseragaman. Sejumput rambut
putih tepat di atas kening, misalnya, dapat dihubungkan dengan ketulian dan
retardasi mental.
Wajah
5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 25/72
1) Bentuk dan ekspresi
2) Bulu mata dan alis mata
3) Simetris pada saat istirahat dan selama menangis dan mengisap. Ketidaksimetrisan dapat
terjadi akibat hypoplasia atau palsi pada saraf ketujuh.
Mata
Pemeriksaan mata untuk menilai adanya strabismus atau tidak, yaitu koordinasi gerakan
mata yang belum sempurna.Mata paling mudah diperiksa dengan mengangkat bayi dan
perlahan menggerakkannya ke depan dan ke belakang. Pada saat ini, bayi akan secara
spontas dan reflex membuka matanya.
1) Letak dan kesimetrisan. Mata yang terpisah jauh dapat dihubungkan dengan sindrom
kongenital.
2)
Ukuran. Ukuran yang normal adalah 2,5 cm. mata berukuran besar disebuthipertelorisme; sedangkan mata berukuran kecil disebut hipotelorisme. Keduanya
dihubungkan dengan sindrom kengenital.
3) Posisi. Lipatan ke atas atau ke bawah mengindikasikan sindrom kengenital.
4) Ukuran dan kejernihan kornea.
5) Warna iris. Pigmentasi penuh terjadi pada usia 10-12 bulan.
6) Sklera. Pada kondisi normal jernih, tetapi bisa berwarna kuning disertai ikterik,
hemoragik akibat trauma lahir, atau berwarna biru diserta osteogenesis imperfekta.
7) Konjungtiva. Perdarahan kecil sering terjadi. Peradangan bisa muncul akibat profilaksis
eritromisin.
8) Pupil. Sama dan reaktif setelah usia 2-3 minggu. Pupil berukuran 1,8-5,4 mm.
9) Refleks mengedipoptikal yang simetris. Cahaya terang menyebabkan kedua mata
mengedip dan kepala dorsifleksi. Tes refleks ini lebih sering dilakukan disbanding tes
ketajaman penglihatan. Penglihatan bayi baru lahir diperkirakan sekitar 20/600.
10) Mata boneka. Ketika kepala berpaling, mata bergerak dari garis tengah lalu melihat ke
atas; dinyatakan normal selama 10 hari.
11) Refleks merah. Tidak ada pada katarak.
12) Korneamenunjukkan reaksi terhadap cahaya dan mengikuti jejak cahaya.
13) Strabismus sementara (mata juling).
14) Ada lipatan epikantus. Dapat dihubungkan dengan defek kongenital.
15) Retina. Harus jernih pada pemeriksaan oftalmoskopik.
5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 26/72
16) Duktus lakrimalis. Harus paten.
17) Kelopak mata. Perhatikan edema atau ptosis (jatuh).
18) Glaucoma kongenital. Dibuktikan oleh fotofobia, air mata berlebihan, kornea buram,
atau mata terlihat lebar.
Telinga
Pemeriksaan telinga dapat dilakukan untuk menilai adanya gangguan pendengaran.
Dilakukan dengan membunyikan bel atau suara jika terjadi refleks terkejut, apabila tidak
terjadi refleks, maka kemungkinan akan terjadi gangguan pendengaran.
1) Simetris dan sejajar
2) Lipatan kulit atau lubang berlebih. Lipatan kulit pedunkulat dapat diikat kuat pada
bagian dasar dengan jahitan.
3)
Bentuk. Pembentukan kartilago mengindikasikan maturitas.4) Pendengaran. Bayi menengok kea rah bisikan; terlihat terkejut sebagai respons terhadap
suara keras. Khususnya pada kasus kelainan kepala dan leher, riwayat tuli pada keluarga,
berat lahir sangat rendah, asfiksia berat, infeksi janin, dan sindrom lain yang terkait
dengan tuli.
5) Otoskopi dilakukan dengan menarik daun telinga ke bawah. Verniks kaseosa terlihat di
dalam saluran luar atau cairan amnion terlihat di belakang membrane timpani berwarna
abu-abu kusam.
Hidung
1) Posisi dan bentuk. Posisi menyimpang dari garis tengah atau tulang hidung yang
mendatar atau bengkok dapat mengindikasikan sindrom kongenital.
2) Lubang hidung. Dikaji untuk melihat bentuk, kesimetrisan, dan kepatenan. Satu lubang
hidung tersumbat pada satu waktu dan pernapasan terlihat melalui lubang hidung yang
terbuka sehingga menyingkirkan kemungkinan atresia koanal --- penyumbatan nares
posterior --- yang menyebabkan gawat napas berat pada bayi. Lubang hidung yang besar,
menonjol, atau ketiadaan lubang hidung dapat terjadi pada kelainan kongenital.
Pemeriksaan hidung dapat dilakukan dengan cara melihat pola pernapasan, apakah bayi
bernapas melalui mulut, maka kemungkinan bayi mengalami obstruksi jalan napas
karena adanya atresia koana bilateral atau fraktur tulang hidung atau ensefalokel yang
menonjol ke nasofaring. Sedangkan pernapasan cuping hidung akan menunjukkan
5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 27/72
gangguan pada paru, lubang hidung kadang-kadang banyak mukosa. Apabila secret
makropurulen dan berdarah, perlu dipikirkan adanya penyakit sifilis kongenital dan
kemungkinan lain.
Mulut
1) Ukuran dan bentuk. Mulut seperti burung terlihat pada sindrom alcohol; mulut kecil,
mikrostomia, terlihat pada sindrom down; dan mulut yang lebar, makrostomia, terlihat
pada gangguan metabolik.
2) Menyeringai simetris.
3) Palatum melengkung utuh.
4) Ukuran dan fungsi uvula. Uvula yang bifid (terbelah dua) dapat dihubungkan dengan
sumbing palatum submukosa. Pada fungsi neurologis yang normal, uvula akan naik ketika
bayi menangis.5) Refleks. Refleks mengisap terlihat sejak usia kehamilan 32 minggu hingga 3-4 bulan.
Refleks rooting terlihat sejak usia kehamilan 34 minggu hingga 3-4 bulan. Refleks gag
harus ada.
6) Bibir. Harus terbentuk penuh. Filtrum yang memanjang (alur dari hidung hingga bibir
atas) dapat mengindikasikan sindrom kongenital.
7) Ukuran lidah. Makroglosia dihubungkan dengan hipotiroidisme.
8) Gusi. Gusi juga perlu diperiksa untuk menilai adanya pigmen pada gigi, apakah terjadi
penumpukan pigmenyang tidak sempurna. Gusi yang tumbuh sebelum waktunya jarang
ditemui pada mulut bayi baru lahir normal dan akan tanggal sebelum gigi susu muncul;
gigi juga dapat muncul pada beberapa sindrom kengenital.
9) Membrane mukosa. Perhatikan kelembapan. Pengeluaran saliva yang berlebihan
mengindikasikan fistula trakeoesofagus atau atresia esophagus. Sariawan diidentifikasi
dengan adanya bercak putih dan abu-abu.
10) Dagu. Proporsinya harus tepat. Mikrognatia mengesankan sindrom Pierre-Robin.
Pemeriksaan mulut dapat dilakukan dengan melihat adanya kista yang ada pada mukosa
mulut.Pemeriksaan lidah dapat dinilai melalui warna dan kemampuan refleks
mengisap.Apabila ditemukan lidah yang menjulur keluar, dapat dilihat adanya kemumgkinan
kecacatan kongenital.Adanya bercak pada mukosa mulut, palatum, dan pipi biasanya disebut
sebagai monilia albicans.
Lidah
5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 28/72
1) Perhatikan ukuran, proporsi warna, lapisan pelindung, gerakan, tonus, panjang frenulum.
Leher
1) Bentuk, nodus limfoideus, keberadaan massa
2) Gerakan. Rentang pergerakan harus memungkinkan bayi memutar dagu ke tiap-tiap
bahu. Tortikolis kongenital (kepala menekuk ke salah satu bahu sementara dagu
mengarah ke bahu lain) ditemukan jika ada hematoma pada otot sternokleidomastoideus
akibat cedera lahir.
3) Lipatan atau penyelaputan kulit. Penyelaputan terjadi pada sindrom turner dan sindrom
kongenital lain.
4) Tiroid. Biasanya ditemukan di garis tengah tanpa nodul
5) Klavikula. Fraktur klavikula terjadi pada 1,7 – 2,9% bayi cukup bulan, walaupun banyak
fraktur tidak terdeteksi sampai kalus terbentuk di atas fraktur pada usia 2-3 minggu.Fraktur biasanya terjadi pada 2/3 bagian luar tulang dan dapat dipalpasi dengan bunyi
krepitasi, pembengkakan, nyeri tekan di sepanjang badan tulang. Penurunan gerakan
pada tangan yang terkena atau menolak disusui ketika bayi berbaring di sisi yang terkena
dapat mengindikasikan ketidaknyamanan.
Pemeriksaan leher dapat dilakukan dengan melihat pergerakan, apabila terjadi keterbatasan
dalam pergerakannya, maka kemungkinan terjadi kelainan pada tulang leher, misalnya
kelainan tiroid, hemangioma, dll.
9. Pemeriksaan ekstremitas
Pemeriksaan ini berfungsi untuk menilai ada tidaknya gerakan ekstremitas abnormal, asimetris,
posisi dan gerakan yang abnormal (menghadap ke dalam atau ke luar garis tangan), serta
menilai kondisi jari kaki, yaitu jumlahnya berlebih atau saling melekat.
10. Pemeriksaan dada
Bentuk dan kesimetrisan
Lingkar dada pada putting susu. Letak putting susu. Letak putting yang berjauhan terlihat
pada sindrom Turner. Pada bayi keturunan Kaukasia biasanya berhubungan dengan kelainan
ginjal.
Keberadaan jaringan payudara. Dipengaruhi oleh status nutrisi, simpanan lemak, dan
maturitas. Produksi susu (“witches milk ”) yang disebabkan oleh estrogen ibu berhenti setelah
1-2 minggu.
5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 29/72
Kesimetrisan pengembangan. Dada yang tidak mengembang simetris, menandakan hernia
diafragmatik, pneumotoraks, atau kerusakan nervus frenikus.
Pernapasan. Biasaya pernapasan abdomen pada bayi baru lahir ; frekuensi normalnya adalah
30-60 x/menit, dihitung selama 1 menit penuh. Frekuensi napas 60 x/menit
mengindikasikan adanya penyakit.
Bunyi jantung. Nada terdengar lebih tinggi daripada yang terdengar pada orang dewasa.
Sinus aritmia (varian teratur yang menyertai pernapasan) adalah temuan normal. Denyut
jantung rata-rata adalah 110-160 x/menit pada bayi cukup bulan yang sehat. Pada bayi
premature, denyut jantung rata-rata 140-150 x/menit pada saat istirahat.
Murmur. 60 % bayi baru lahir mengalami murmur. Sebagian besar murmur yang terdengar
pada hari-hari pertama kehidupan mencerminkan perubahan neonatal. Murmur yang
terdengar pada saat lahir memiliki resiko 1 : 12 karena penyakit jantung kongenital.
Titik impuls maksimum (PMI). Dalam kondisi normal terdapat di garis midklavikula kiri pada
ruang interkosta keempat, variasi dapat mengesankan kelainan jantung. Getaran yang
terpalpasi pada lengkung suprasternal menunjukkan stenosis aorta, stenosis paru valvular,
PDA, atau koarktasio aorta.
Nadi. Nadi sempit dan halus mengindikasikan gagal jantung kongenital atau stenosis aorta
berat ; denyut yang melonjak dapat mengindikasikan PDA.
Tekanan darah. Bagi bayi baru lahir sampai usia 7 hari, TD sistolik 96 mmHg merupakan
hipertensi signifikan dan TD 106 mmHg merupakan hipertensi berat. Untuk bayi usia 8-30
hari, TD sistolik 104 mmHg merupakan hipertensi signifikan dan TD 110 mmHg
merupakan hipertensi berat.
Perkusi. Dikaji dengan menggunakan 1 jari, paru bayi baru lahir pada kondisi normal
hiperresonan di seluruh bidang paru suara redup dapat mengindikasikan ada efusi atau
konsolidasi.
11. Pemeriksaan tali pusat
Pemeriksaan ini untuk melihat apakah ada kemerahan, bengkak, bernanah, berbau, atau lainnya
pada tali pusat.Pemeriksaan ini normal apabila warna tali pusat putih kebiruan pada hari
pertama dan mulai mongering atau mengecil dan lepas pada hari ke-7 hingga ke-10.
12. Pemeriksaan abdomen dan punggung
5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 30/72
Pemeriksaan pada abdomen ini meliputi pemeriksaan secara inspeksi untuk melihat
bentuk dari abdomen, apabila didapatkan abdomen membuncit, dapat diduga
kemungkinan disebabkan karena hepatosplenomegali atau cairan dalam rongga perut.
Pada perabaan, hati biasanya teraba 2-3 cm di bawah arkus kosta kanan, limfa teraba 1
cm dibawah arkus kosta kiri.
Pada palpasi ginjal dapat dilakukan dengan pengaturan posisi telentang dan tungkai bayi
dilipat agar otot-otot dinding perut dalam keadaan relaksasi, batas bawah ginjal dapat
diraba setinggi umbilicus diantara garis tengah dan tepi perut. Bagian-bagian ginjal
dapat diraba sekitar 2-3 cm. adanya pembesaran pada ginjal dapat disebabkan oleh
neoplasma, kelainan bawaan, atau thrombosis vena renalis.
Untuk menilai daerah punggung atau tulang belakang, cara pemeriksaannya adalah
dengan meletakkan bayi dalam posisi tengkurap. Raba sepanjang tulang belakang untuk
mencari ada atau tidaknya kelainan seperti spina bifida atau mielomeningeal (defek
tulang punggung, sehingga medulla spinalis dan selaput otak menonjol).
13. Pengukuran antopometri
Pada bayi baru lahir perlu dilakukan pengukuran antopometri seperti berat badan, dimana
berat badan yang normal adalah sekitar 2500-3500 gram, apabila ditemukan berat badan
2500 gram, maka dapat dikatakan bayi memiliki berat badan lahir rendah (BBLR). Akan
tetapi, apabila ditemukan bayi dengan berat badan lahir 3500 gram, maka bayi
dimasukkan dalam kelompok makrosomia.
Pengukuran antropometri lainnya adalah pengukuran panjang badan secara normal :
- panjang badan bayi baru lahir adalah 45-50 cm
- pengukuran lingkar kepala normalnya adalah 33-35 cm
- pengukuran lingkar dada normalnya adalah 30-33 cm.
Apabila ditemukan diameter kepala lebih besar 3 cm dari lingkar dada, maka bayi
mengalami hidrosefalus dan apabila diameter kepala lebih kecil 3 cm dari lingkar dada,
maka bayi tersebut mengalami mikrosefalus.
14. Pemeriksaan genitalia
Pemeriksaan genitalia ini berfungsi untuk mengetahui keadaan labium minor yang tertutup
oleh labia mayor, lubang uretra dan lubang vagina seharusnya terpisah, namun apabila
5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 31/72
ditemukan satu lubang maka didapatkan terjadinya kelainan dan apabila ada sekret pada
lubang vagina, hal tersebut karena pengaruh hormon.
Pada bayi laki-laki sering didapatkan fimosis, secara normal panjang penis pada bayi adalah
3-4 cm dan 1-1,3 cm untuk lebarnya, kelainan yang terdapat pada bayi adalah adanya
hipospadiayang merupakan defek di bagian ventral ujung penis atau defek sepanjang
penisnya. Epispadia merupakan kelainan defek pada dorsum penis.
15. Pemeriksaan urine dan tinja
Pemeriksaan urine dan tinja bermanfaat untuk menilai ada atua tidaknya diare serta kelainan
pada daerah anus.Pemeriksaan ini normal apabila bayi mengeluarkan feses cair antara 6-8 kali
per menit, dapat dicurigai apabila frekuensi meningkat serta adanya lendir atau darah.Adanya
perdarahan pervaginam pada bayi baru lahir dapat terjadi selama beberapa hari pada minggupertama kehidupan (MNH-JHPEGO, 2002).
(sumber : Wong Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Vol.1)
6. Cara menilai APGAR Score
Pertumbuhan dan perkembangan bayi di luar kandungan dapat dinilai dengan apgar. Sesaat
setelah bayi lahir, penolong persalinan biasanya langsung melakukan penilaian terhadap bayi tresebut.
Perangkat yang digunakan untuk menilai dinamakan skor apgar. Kata apgar diambil dari nama belakang
penemunya yaitu Dr. Virginia Apgar, skor ini dipublikasikan pada tahun 1952. Pada tahun 1962, seorang
ahli anak bernama Dr Joseph Butterfield membuat akronim dari APGAR yaitu Appearance (Warna kulit),
Pulse (denyut jantung), Grimace (Respon Refleks), Activity (tonus otot) and Respiration (Pernapasan).
A. DEFINISI
Suatu alat bantu yang berguna untuk mengevaluasi perlu tidaknya bayi mendapat resusitasi, yang
diterapkan pada 1 menit dan pada 5 menit setelah lahir yang terdiri dari 5 komponen yaitu
pernafasan, frek. jantung, warna, tonus otot & iritabilitas reflek.
Pada masing-masing komponen diberi skor 0, 1 atau 2
B.
DILAKUKAN PADA• 1 menit kelahiran
Skor Apgar 1 menit yaitu digunakan untuk mengidentifikasi perlu tidaknya resusitasi
segera.Sebagian besar bayi saat lahir berada dalam kondisi sempurna.
• Menit ke-5
5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 32/72
Skor Apgar 5 menit, dan terutama perubahan pada skor 1 dan 5 menit merupakan indeks yang
bermanfaat untuk menilai efektifitas upaya resusitasi.Usia gestasi merupakan faktor penting yang
mempengaruhi skor Apgar.
System Penentuan Skor Apgar yang Diterapkan pada 1 menit dan 5 menit Setelah Lahir
Sumber : Williams Manual of Obstetrics, edisi 23
C. PROSEDUR PENILAIAN APGAR
Pastikan pencahayaan baik
Catat waktu kelahiran, nilai APGAR pada 1 menit pertama dengan cepat & simultan. Jumlahkan
hasilnya
Lakukan tindakan dengan cepat & tepat sesuai dengan hasilnya
Ulangi pada menit kelima
Ulangi pada menit kesepuluh
Dokumentasikan hasil & lakukan tindakan yang sesuai
D. PENILAIANSetiap variabel dinilai : 0, 1 dan 2
Nilai tertinggi adalah 10
Nilai 7 –10 menunjukkan bahwa bayi dalam keadaan baik
Nilai 4 –6 pada 1 menit memperlhatkan depresi pernapasan, fleksiditas, dan warna
pucat hingga biru. Namun denyut jantung dan iritabilitas refles baik.
5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 33/72
Nilai 0 – 3 biasanya memperlihatkan denyut jantung yang lambat dan lemah serta
depresi atau tidak adanya respon refleks. Bayi ini sering mudah diidentifikasi dan resusitasi,
termasuk ventilasi buatan, harus segera dimulai.
Perhatian : SKOR APGAR TIDAK DAPAT DIGUNAKAN UNTUK MEMPERKIRAKAN PROGNOSIS
NEUROLOGIS JANGKA PANJANG.
(Sumber :Williams Manual of Obstetrics, edisi 21)
7. Kelainan-kelainan pada bayi baru lahir (meliputi definisi, epidemiologi, patofisiologi, factor risiko,
manifestasi klinis, pemeriksaan dignostik, dan penatalaksanaan medis)
1. LABIOSKIZIS & LABIOPALATOSKIZI
a. DEFINISI
Merupakan deformitas daerah mulut berupa celah atau sumbing atau pembentukan yang
kurang sempurna semasa embrional berkembang, bibir atas bagian kanan dan bagian kiri tidak tumbuhbersatu. Beratnya belahan dapat sangat bervariasi, mengenai salah satu bagian atau semua bagian dari
dasar cuping hidung, bibir, alveolus dan palatum durum serta molle. Suatu klasifikasi berguna membagi
struktur-struktur yang terkena menjadi :
1. Palatum primer meliputi bibir, dasar hidung, alveolus dan palatum durum dibelahan foramen
incisivum.
2. Palatum sekunder meliputi palatum durum dan molle posterior terhadap foramen.
Suatu belahan dapat mengenai salah satu atau keduanya, palatum primer dan palatum
sekunder dan dapat unilateral atau bilateral. Kadang-kadang terlihat suatu belahan submukosa, dalam
kasus ini mukosanya utuh dengan belahan mengenai tulang dan jaringan otot palatum.
5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 34/72
b. EPIDEMIOLOGI
Labioskizis & labiopalatoskizis sering dijumpai dengan insiden 1 dalam 700 kelahiran. Sebagian
besar merupakan kelianan sendiri tetapi kelainan ini merupakan bagian kelainan kromosom/ sindrom
malformasi yang lain. (David Hull&Derek. 2008)
c. ETIOLOGI
Di Amerika Serikat dan bagian barat Eropa, para peneliti melaporkan bahwa 40% orang yang
mempunyai riwayat keluarga labioskizis akan mengalami labioskizis. Kemungkinan seorang bayi
dilahirkan dengan labioskizis meningkat bila keturunan garis pertama (ibu, ayah, saudara kandung)
mempunyai riwayat labioskizis. Ibu yang mengkonsumsi alcohol dan narkotika, kekurangan vitamin
(terutama asam folat) selama trimester pertama kehamilan, atau menderita diabetes akan lebih
cenderung melahirkan bayi/ anak dengan labioskizis.
1.
Faktor genetik / keturunanDimana material genetik dalam kromosom yang mempengaruhi. Dimana dapat terjadi karena
mutasi gen ataupun kelainan kromosom. Pada setiap sel yang normal mempunyai 46 kromosom
yang terdiri dari 22 pasang kromosom non-sex (kromsom 1 s/d 22) dan 1 pasang kromosom sex
(kromosom X dan Y) yang menentukan jenis kelamin. Pada penderita bibir sumbing terjadi
trisomi 13 atau Sindroma Patau dimana ada 3 untai kromosom 13 pada setiap sel penderita,
sehingga jumlah total kromosom pada setiap selnya adalah 47. Jika terjadi hal seperti ini selain
menyebabkan bibir sumbing akan menyebabkan gangguan berat pada perkembangan otak,
jantung, dan ginjal. Namun kelianan ini sangat jarang terjadi dengan frekuensi 1 dari 8000-10000
bayi yang lahir.
2. Kelainan-kelainan yang dapat menimbulkan hipoksia.
3. Kurang nutrisi
Contohnya defisiensi Zn dan B6. Vitamin C pada waktu hamil, kekurangan asam folat.
4. Radiasi
5. Terjadi trauma pada kehamilan trimester pertama.
6. Infeksi pada ibu yang dapat mempengaruhi janin contohnya seperti infeksi Rubella dan sifilis,
toxoplasmosis dan klamidia.
7. Pengaruh obat teratogenik, termasuk jamu dan kontrasepsi hormonal, akibat toksisitas selama
kehamilan, misalnya kecanduan alkohol, terapi penitonin.
8. Multifaktoral dan mutasi genetik
9. Diplasia ektodermal
5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 35/72
d. KLASIFIKASI
1. Berdasarkan organ yang terlibat
Celah di bibir (labioskizis) Celah di langit (palatoskizis)
Celah di gusi (gnatoskizis) Celah dapat terjadi lebih dari satu organ
misal : terjadi di bibir dan langit-langit
(labiopalatoskizis)
2. Berdasarkan lengkap/tidaknya celah terbentuk
Unilateral Incomplete.
Jika celah sumbing terjadi hanya disalah satu sisi bibir dan tidak memanjang hingga ke hidung.
Unilateral Complete.
Jika celah sumbing yang terjadi hanya disalah satu sisi bibir dan memanjang hingga ke hidung.
Bilateral Complete.
Jika celah sumbing terjadi di kedua sisi bibir dan memanjang hingga ke hidung.
e. PATOFISIOLOGI
Labioskizis terjadi akibat kegagalan fusi atau penyatuan frominem maksilaris dengan frominem
medial yang diikuti disrupsi kedua bibir rahang dan palatum anterior. Masa krisis fusi tersebut terjadi
sekitar minggu keenam pasca konsepsi. Palastokizis terjadi akibat kegagalan fusi dengan septum nasi.
Gangguan palatum durum dan palatum molle terjadi sekitar kehamilan minggu ke 7 sampai minggu ke
12.
f. FAKTOR RESIKO
Faktor risiko adalah sesuatu yang meningkatkan kesempatan untuk mendapatkan penyakit.
Angka kejadian kelainan congenital sekitar 1/700 kelahiran dan merupakan salah satu kelainan
congenital yang serimg di temukan, kelainan ini berwujud sebagai labioskizis di sertai palatokizis 50%,
labioskizis saja 25%. Pada 25% dari kelompok ini di temukan adanya riwayat kelainan sumbing dalam
keturunan. Kejadian ini mungkin di sebabkan adanya factor toksik dan lingkungan yang mempengaruhi
gen.
g. MANIFESTASI KLINIS
Tanda gejala dari bibir sumbing yaitu:
Terjadi pemisahan langit – langit Infeksi telinga berulang
5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 36/72
Terjadi pemisahan bibir Berat badan tidak bertambah
Terjadi pemisahan bibir dan langit – langit Pada bayi terjadi regurgitasi nasal ketika
menyusui yaitu keluarnya air susu dari
hidung
h. Komplikasi
1) Di perkirakan sekitar 10% penderita labiopalastokizis akan menderita masalah
bicara, misalnya suara sengau.
2) Karena palastokizis dapat mengganggu pertumbuhan anatomi nasofarig dan sering
mengakibatkan pula terjadinya otitis media, serta gangguan pendengaran maka
kerjasama dengan pihak THT sangat di perlukan.
3) Komplikasi yang sering terjadi pada penderiata labiopalatoskizis adalah Ototis media, Faringitis dan
Kekurangan gizi
i. PENATALAKSANAAN
Penanganan untuk bibir sumbing adalah dengan cara operasi. Operasi ini dilakukan setelah bayi
berusia 2 bulan, dengan berat badan yang meningkat, dan bebas dari infeksi oral pada saluran napas
dan sistemik. Dalam beberapa buku dikatakan juga untuk melakukan operasi bibir sumbing dilakukan
hukum Sepuluh (rules of Ten) yaitu, Berat badan bayi minimal 10 pon, Kadar Hb 10 g%, dan usianya
minimal 10 minggu dan kadar leukosit minimal 10.000/ui.
1. PERAWATAN
a. Menyusu ibu Menyusu adalah metode pemberian makan terbaik untuk seorang bayi dengan bibir
sumbing tidak menghambat pengahisapan susu ibu. Ibu dapat mencoba sedikit menekan payudara
untuk mengeluarkan susu. Dapat juga mnggunakan pompa payudara untuk mengeluarkan susu dan
memberikannya kepada bayi dengan menggunakan botol setelah dioperasi, karena bayi tidak menyusu
sampai 6 minggu.
b. Menggunakan alat khusus
1) Dot domba
Karena udara bocor disekitar sumbing dan makanan dimuntahkan melalui hidung, bayi tersebut
lebih baik diberi makan dengan dot yang diberi pegangan yang menutupi sumbing, suatu dot domba
(dot yang besar, ujung halus dengan lubang besar), atau hanya dot biasa dengan lubang besar.
2) Botol peras
Dengan memeras botol, maka susu dapat didorong jatuh di bagian belakang mulut hingga dapat
dihisap bayi.
5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 37/72
3) Ortodonsi
Pemberian plat/ dibuat okulator untuk menutup sementara celah palatum agar memudahkan
pemberian minum dan sekaligus mengurangi deformitas palatum sebelum dapat dilakukan tindakan
bedah definitive.
c. Posisi mendekati duduk dengan aliran yang langsung menuju bagian sisi atau belakang lidah bayi.
d. Tepuk-tepuk punggung bayi berkali-kali karena cenderung untuk menelan banyak udara
e. Periksalah bagian bawah hidung dengan teratur, kadang-kadang luka terbentuk pada bagian pemisah
lobang hidung
f. Suatu kondisi yang sangat sakit dapat membuat bayi menolak menyusu. Jika hal ini terjadi arahkan
dot ke bagian sisi mulut untuk memberikan kesempatan pada kulit yang lembut tersebut untuk sembuh
g. Setelah siap menyusu, perlahan-lahan bersihkan daerah sumbing dengan alat berujung kapas yang
dicelupkan dala hydrogen peroksida setengah kuat atau air.2. PENGOBATAN
a. Dilakukan bedah elektif yang melibatkan beberapa disiplin ilmu untuk penanganan selanjutnya. Bayi
akan memperoleh operasi untuk memperbaiki kelainan, tetapi waktu yang tepat untuk operasi tersebut
bervariasi.
b. Tindakan pertama dikerjakan untuk menutup celah bibir berdasarkan kriteria rule often yaitu umur >
10 mgg, BB > 10 pon/ 5 Kg, Hb > 10 gr/dl, leukosit > 10.000/ui
c. Tindakan operasi selanjutnya adalah menutup langitan/palatoplasti dikerjakan sedini mungkin (15-24
bulan) sebelum anak mampu bicara lengkap sehingga pusat bicara otak belum membentuk cara bicara.
Pada umur 8-9 tahun dilaksanakan tindakan operasi penambahan tulang pada celah alveolus/maxilla
untuk memungkinkan ahli ortodensi mengatur pertumbuhan gigi dikanan dan kiri celah supaya normal.
d. Operasi terakhir pada usia 15-17 tahun dikerjakan setelah pertumbuhan tulang-tulang muka
mendeteksi selesai.
e. Operasi mungkin tidak dapat dilakukan jika anak memiliki “kerusakan horseshoe” yang lebar. Dalam
hal ini, suatu kontur seperti balon bicara ditempl pada bagian belakang gigi geligi menutupi nasofaring
dan membantu anak bicara yang lebih baik.
f. Anak tersebut juga membutuhkan terapi bicara, karena langit-langit sangat penting untuk
pembentukan bicara, perubahan struktur, juga pada sumbing yang telah diperbaiki, dapat
mempengaruhi pola bicara secara permanen.
2. ATRESIA ESOFAGUS
a. DEFINISI
5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 38/72
Atresia esofagus adalah sekelompok kelainan kongenital yang mencakup gangguan kontinuitas
esofagus disertai atau tanpa adanya hubungan dengan trakea (Dr. Rovels Agber Maywell Iroth,2010).
Atresia berarti buntu, atresia esofagus adalah suatu keadaan tidak adanya lubang atau muara (buntu),
pada esofagus (+). Pada sebagian besar kasus atresia esofagus ujung esofagus buntu, sedangkan pada ¼
-1/3 kasus lainnya esophagus bagian bawah berhubungan dengan trakea setinggi karina (disebut sebagai
atresia esophagus dengan fistula). Kelainan lumen esophagus ini biasanya disertai dengan fistula
trakeoesofagus. Atresia esofagus sering disertai kelainan bawaan lain, seperti kelainan jantung, kelainan
gastrointestinal (atresia duodeni atresiasani), kelainan tulang (hemivertebrata).
b. EPIDEMIOLOGI
Insidensi atresia esofagus terjadi pada sekitar 1 dari 2500-3000 kelahiran. Kelainan ini tidak
diturunkan, walaupun terdapat kaitan dengan abnormalitas kromosomal. Tidak lebih dari 1% kasus
dimana terdapat riwayat orang tua dengan kelainan yang sama. . (Dr. Rovels Agber Maywell Iroth, 2010).Di Amerika Utara insiden dari Atresia Esofagus berkisar 1:3000-4500 dari kelahiran hidup, angka ini
makin lama makin menurun dengan sebab yang belum diketahui. Secara Internasional angka kejadian
paling tinggi terdapat di Finlandia yaitu 1:2500 kelahiran hidup. Atresia Esofagus 2-3 kali lebih sering
pada janin yang kembar. sektar 1/3 anak yang terkena lahir premature. Pada lebih 85 % kasus, fistula
antar trakea antara trakea dan esophagus distal menyertai atresia. Lebih jarang, atresia esophagus atau
fistula trakeoesophagus menjadi sendiri-sendiri dengan kombinasi yang aneh.
c. ETIOLOGI
Pemicu kelahiraan bawaan seperti atresia esophagus dapat di curigai :
1. Pada kasus polihidramnion ibu.
2. Bayi dalam keadaan premature
. 3. sindroma trisomi 21,13 dan 18 dengan dugaan penyebab genetik.
4. Kelainan pasase akibat gangguan pemisahan septum antara trachea dan esophagus
pada perkembangan intra uterin
d. KLASIFIKASI
Atresia esofagus disertai dengan fistula trakeoesofageal distal adalah tipe yang paling sering
terjadi. Variasi anatomi dari atresia esofagus menggunakan sistem klasifikasi Gross of Boston yang sudah
populer digunakan. Sistem ini berisi antara lain:
1. Tipe A – Atresia esofagus tanpa fistula; Atresia esofagus murni (10%).
Didapati proximal dan distal esofagus berakhir tanpa adanya hubungan dengan trakea. Segmen
proximal esofagus dilatasi dan dindingnya menebal, biasanya ujungnya terletak di posterior
5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 39/72
mediastinum setinggi vertebra thorakal 2. Esofagus distal pendek dan berakhir pada jarak yang berbeda-
beda diatas diafragma.
2. Tipe B – Atresia esofagus dengan TEF proximal (<1%)
Didapati adanya fistel trakeoesofagus, bukan pada ujung kantong esofagus yang dilatasi, tetapi kira-
kira 1-2 cm diatas dinding anterior esofagus
3. Tipe C – Atresia esofagus dengan TEF distal (85%)
Merupakan tipe yang paling umum dan sering ditemukan, dimana proximal dari esophagus
berdilatasi dan dinding muskularnya menebal, ujungnya terletak di superior mediastinum kira-kira
setinggi vertebra thorakal 3 atau 4. Esofagus bagian distal yang lebih tipis dan sempit masuk ke dinding
posterior dari trakea pada carina atau lebih sering 1 cm atau 2 cm lebih proximal.
4. Tipe D – Atresia esofagus dengan TEF proximal dan distal (<1%)
didapati adanya fistel pada kedua ujung proximal dan distal esofagus.5. Tipe E – TEF tanpa atresia esofagus; Fistula tipe H (4%)
disebut juga fistel H atau N sesuai dengan gambarannya, didapati adanya fistula antara esofagus
dengan trakea. Fistula biasanya sangat sempit sekitar 3-5 mm lebarnya dan biasanya terletak setinggi
daerah servikal bawah. Biasanya hanya ada satu fistula, tetapi dua atau lebih fistula bisa dijumpai.
6. Tipe F – Stenosis esofagus kongenital tanpa atresia (<1%)
Kelainan-kelainan dalam atresia esophagus
1. Kalasia
Adalah kelainan yang terjadi dibagian bawah esophagus (pada persambungan dengan lambung)
yang tidak dapat menutup rapat sehingga bayi sering regurgitasi bila di baringkan.
Penatalaksanaan :
Bayi harus dalam posisi duduk pada waktu di beri minum, dan jangan di baringkan segera setelah minum.
Biarkan ia dalam sikap duduk agak lama, baru kemudian dibaringkan miring ke kanan dengan kepala
lebih tinggi.
2. Akalasia
5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 40/72
Merupakan kebalikan dari kalasia; pada akalasia bagian distal esophagus tidak dapat membuka
dengan baik sehingga terjadi keadaan seperti stenosis atau atresia. Di sebut pula sebagai spasme kardio-
esophagus. Penyebaba akalasia adalah adanya kartilago traken yang tumbuh ektopik pada esophagus
bagian bawah. Pada pemeriksaan mikroskopis di temukan jaringan tulang rawan dalam lapisan otot
esophagus.
e. PATOFISIOLOGI
Pada perkembangan jaringan, terjadi gangguan pemisahan antara trakhea dan esopagus pada
minggu ke 4 sampai minggu ke 6 kehidupan embryonal. Resiko tinggi dapat terjadi pada ibu hamil
dengan hidramnion yaitu amniosentesis harus dicurigai. Beberapa teori menjelaskan bahwa masalah
pada kelainan ini terletak pada proses perkembangan esofagus. Trakea dan esofagus berasal dari embrio
yang sama. Selama minggu keempat kehamilan, bagian mesodermal lateral pada esofagus proksimal
berkembang. Pembelahan galur ini pada bagian tengah memisahkan esofagus dari trakea pada hari ke-26 masa gestasi
Motilitas dari esofagus selalu dipengaruhi pada atresia esofagus. Gangguan peristaltik esofagus
biasanya paling sering dialami pada bagian esofagus distal. Janin dengan atresia tidak dapat dengan
efektif menelan cairan amnion. Sedangkan pada atresia esofagus dengan fistula trakeoesofageal distal,
cairan amnion masuk melalui trakea ke dalam usus. Polihidramnion bisa terjadi akibat perubahan dari
sirkulasi amnion pada janin.
Neonatus dengan atresia tidak dapat menelan dan akan mengeluarkan banyak sekali air liur
atau saliva. Aspirasi dari saliva atau air susu dapat menyebabkan aspirasi pneumonia. Pada atresia
dengan distal TEF, sekresi dari gaster dapat masuk ke paru-paru dan sebaliknya, udara juga dapat bebas
masuk ke dalam saluran pencernaan saat bayi menangis ataupun mendapat ventilasi bantuan. Keadaan-
keadaan ini bisa menyebabkan perforasi akut gaster yang fatal. Diketahui bahwa bagian esofagus distal
tidak menghasilkan peristaltik dan ini menyebabkan disfagia setelah perbaikan esofagus dan dapat
menimbukan reflux gastroesofageal.
Trakea abnormal, terdiri dari berkurangnya tulang rawan trakea dan bertambahnya ukuran otot
transversal pada posterior trakea. Dinding trakea lemah sehingga mengganggu kemampuan bayi untuk
batuk yang akan mengarah pada munculnya pneumonia yang bisa berulang-ulang. Trakea juga dapat
kolaps bila diberikan makanan ataupun air susu dan ini akan menyebabkan pernapasan yang tidak
efektif, hipoksia atau bahkan bisa menjadi apnea.
f. GAMBARAN KLINIK
5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 41/72
Kelainan ini bisanya baru di ketahui setelah bayi berumur 2-3 minggu dengan gejala muntah
yang beberapa saat setelah minum.
TANDA DAN GEJALA :
1. Liur yang menetes terus menerus
2. Liur berbuih
3. Adanya aspirasi ketika bayi diberi minum
4. Bayi tampak sianosis akibat aspirasi yang dialami
5. Saat bayi diberi minum bayi akan mengalami batuk seperti tercekik
6. Muntah yang proyektil
7. Gejala pneumonia akibat regurgitasi air ludah dari esofagus yang buntu dan regurgitasi cairan
lambung melalui fistel ke jalan napas
8.
Perut kembung atau membuncit, karena udara melalui fistel masuk kedalam lambung dan usus9. Oliguria, karena tidak ada cairan yang masuk
10. Biasanya juga disertai dengan kelainan bawaan yang lain, seperti kelainan jantung, atresia
rectum atau anus
g. Komplikasi
Komplikasi dini, mencakup :
1. Kebocoran anastomosis
Terjadi 15-20% dari kasus. Penanganan dengan cara dilakukan thoracostomy sambil suction terus-
menerus dan menunggu penyembuhan dan penutupan anastomosis secara spontan, atau dengan
melakukan tindakan bedah darurat untuk menutup kebocoran.
2. Striktur anastomosis
Terjadi pada 30-40% kasus. Penanganannya ialah dengan melebarkan striktur yang ada secara
endoskopi.
3. Fistula rekuren
Komplikasi lanjut, mencakup :
1. Reflux Gastroesofageal
Terjadi pada 40% kasus. Penanganan mencakup medikamentosa dan fundoplication, yaitu tindakan
bedah dimana bagian atas lambung dibungkus ke sekitar bagian bawah esofagus.
2. Trakeomalasia
Terjadi pada 10% kasus. Penanganannya ialah dengan melakukan manipulasi terhadap aorta untuk
memberikan ruangan bagi trakea agar dapat mengembang.
5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 42/72
3. Dismotility Esofagus.
terjadi akibat kontraksi esofagus yang terganggu. Pasien disarankan untuk makan diselingin dengan
minum. (Dr. Rovels Agber Maywell Iroth, 2010)
h. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan Laboratorium
1.Darah Rutin : Terutama untuk mengetahui apabila terjadi suatu infeksi pada saluran pernapasan
akibat aspirasi makanan ataupun cairan.
2. Elektrolit : Untuk mengetahui keadaan abnormal bawaan lain yang menyertai.
3. Analisa Gas Darah Arteri : Untuk mengetahui apabila ada gangguan respiratorik terutama pada bayi.
4. BUM dan Serum Creatinin : Untuk mengetahui keadaan abnormal bawaan lain yang menyertai.
5. Kadar Gula Darah : Untuk mengetahui keadaan abnormal bawaan lain yang menyertai.Pemeriksaan lainnya
USG : Prenatal, ginjal X-Ray : Thorax, extremitas Echocardiography
I. PENATALAKSANAAN
Tindakan Sebelum Operasi
Atresia esofagus ditangani dengan tindakan bedah. Persiapan operasi untuk bayi baru lahir
mulai umur satu hari antara lain:
1. Cairan intravena mengandung glukosa untuk kebutuhan nutrisi bayi.
2. Pemberian antibiotik broad-spectrum secara intravena.
3. Suhu bayi dijaga agar selalu hangat dengan menggunakan inkubator, supine dengan posisi fowler,
kepala diangkat sekitar 45°.
4. NGT dimasukkan secara oral dan dilakukan suction rutin.
5. Monitor vital signs.
Tindakan Selama Operasi
Pada umumnya, operasi perbaikan atresia esofagus tidak dianggap sebagai hal yang darurat.
Tetapi satu pengecualian ialah bila bayi prematur dengan gangguan respiratorik yang memerlukan
dukungan ventilatorik. Udara pernapasan yang keluar melalui distal fistula akan menimbulkan distensi
lambung yang akan mengganggu fungsi pernapasan. Distensi lambung yang terus menerus kemudian
bisa menyebabkan ruptur dari lambung sehingga mengakibatkan tension pneumoperitoneum yang akan
lebih lagi memperberat fungsi pernapasan.
5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 43/72
Pada keadaaan diatas, maka tindakan pilihan yang dianjurkan ialah dengan melakukan ligasi
terhadap fistula trakeoesofageal dan menunda tindakan thoracotomy sampai masalah gangguan
respiratorik pada bayi benar-benar teratasi. Targetnya ialah operasi dilakukan 8-10 hari kemudian untuk
memisahkan fistula dan memperbaiki esofagus. Pada prinsipnya tindakan operasi dilakukan untuk
memperbaiki abnormalitas anatomi. Tindakan operasi dari atresia esofagus mencakup:
Operasi dilaksanakan dalam general endotracheal anesthesia dengan akses vaskular yang baik
dan menggunakan ventilator dengan tekanan yang cukup sehingga tidak menyebabkan distensi
lambung.
Bronkoskopi pre-operatif berguna untuk mengidentifikasi dan mengetahui lokasi fistula.
Posisi bayi ditidurkan pada sisi kiri dengan tangan kanan diangkat di depan dada untuk
dilaksanakan right posterolateral thoracotomy. Pada H-Fistula, operasi dilakukan melalui leher
karena hanya memisahkan fistula tanpa memperbaiki esofagus.
Operasi dilaksanakan thoracotomy, dimana fistula ditutup dengan cara diikat dan dijahit
kemudian dibuat anastomosis esofageal antara kedua ujung proximal dan distal dari esofagus.
Pada atresia esofagus dengan fistula trakeoesofageal, hampir selalu jarak antara esofagus
proximal dan distal dapat disambung langsung. Ini disebut dengan primary repair, yaitu apabila jarak
kedua ujung esofagus dibawah 2 ruas vertebra. Bila jaraknya 3-6 ruas vertebra, dilakukan delayed
primary repair. Operasi ditunda selama paling lama 12 minggu, sambil dilakukan suction rutin dan
pemberian makanan melalui gastrostomy, maka jarak kedua ujung esofagus akan menyempit kemudian
dilakukan primary repair. Apabila jarak kedua ujung esofagus lebih dari 6 ruas vertebra, maka dicoba
dilakukan tindakan diatas, apabila tidak bisa juga maka esofagus disambung dengan menggunakan
sebagian kolon.
Tindakan Setelah Operasi
Pasca operasi pasien diventilasi selama 5 hari. Suction harus dilakukan secara rutin. Selang kateter untuk
suction harus ditandai agar tidak masuk terlalu dalam dan mengenai bekas operasi tempat anastomosis
agar tidak menimbulkan kerusakan. Setelah hari ke-3 bisa dimasukkan NGT untuk pemberian makanan.
Penatalaksanaan KeperawatanSebelum dilakukan operasi, bayi diletakkan setengah duduk untuk mencegah terjadinya regurgitasi
cairan lambung kedalam paru. Cairan lambung harus sering diisap untuk mencegah aspirasi. Untuk
mencegah terjadinya hipotermia, bayi hendaknya dirawat dalam incubator agar mendapatkan
lingkungan yang cukup hangat. Posisinya sering di ubah-ubah, pengisapan lender harus sering dilakukan.
Bayi hendaknya dirangsang untuk menangis agar paru berkembang.
5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 44/72
3. ATRESIA REKTI & ANUS
A. DEFINISI
Atresia ani atau anus imperforate adalah tidak terjadinya perforasi membran yang memisahkan
bagian entoderm mengakibatkan pembentukan lubang anus yang tidak sempurna. Anus tampak rata
atau sedikit cekung ke dalam atau kadang berbentuk anus namun tidak berhubungan langsung
dengan rectum. (sumber Purwanto. 2001 RSCM). Malformasi anorektal (anus imperforata) adalah
malformasikongenital di mana rectum tidak mempunyai lubang keluar. Anus tidak ada, abnormal
atau ektopik. Kelainan anorektal umum pada laki-laki dan perempuan memperlihatkan hubungan
kelainan anorektal rendah dan tinggi diantara usus, muskulus levator ani, kulit, uretra dan vagina.
(Wong, 2003)
B.
EPIDEMIOLOGIInsiden 1:5000 kelahiran yang dapat muncul sebagai sindroma VACTRERL (Vertebra, Anal, Cardial,
Esofageal, Renal, Limb).
C. ETIOLOGI
Penyebab dari penyakit ini adalah:
1. Malformasi Anus
Gangguan pertumbuhan dan fusi serta pembentukan anus dari tonjolan embrionik.
2. Malformasi Rektum
Gangguan pemisahan kloaka menjadi rektum dan sinus urogenital serta gangguan perkembangan
septum anorektal yang memisahkannya (terjadi fistel). (Mansjoer, 2000)
Atresia dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
1. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi lahir tanpa lubang dubur
2. Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu/3 bulan
3. Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik didaerah usus, rektum bagian distal
serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara minggu keempat sampai keenam usia kehamilan.
D. KLASIFIKASI
Secara fungsional, pasien atresia rekti dan anus dapat dibagi menjadi 2 kelompok besar yaitu :
1. Yang tanpa anus tetapi dengan dekompresi adequate traktus gastrointestinalis dicapai melalui
saluran fistula eksterna. Kelompok ini terutama melibatkan bayi perempuan dengan fistula rectovagina
atau rectofourchette yang relatif besar, dimana fistula ini sering dengan bantuan dilatasi, maka bisa
didapatkan dekompresi usus yang adequate sementara waktu.
5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 45/72
2. Yang tanpa anus dan tanpa fistula traktus yang tidak adequate untuk jalam keluar tinja. Pada
kelompok ini tidak ada mekanisme apapun untuk menghasilkan dekompresi spontan kolon, memerlukan
beberapa bentuk intervensi bedah segera. Pasien bisa diklasifikasikan lebih lanjut menjadi 3 sub
kelompok anatomi yaitu :
a) Anomali rendah
Rectum mempunyai jalur desenden normal melalui otot puborectalis, terdapat sfingter internal dan
eksternal yang berkembang baik dengan fungsi normal dan tidak terdapat hubungan dengan saluran
genitourinarius
b) Anomali intermediet
Rectum berada pada atau di bawah tingkat otot puborectalis; lesung anal dan sfingter eksternal berada
pada posisi yang normal.
c) Anomali tinggiUjung rectum di atas otot puborectalis dan sfingter internal tidak ada. Hal ini biasanya berhungan
dengan fistuls genitourinarius – retrouretral (pria) atau rectovagina (perempuan). Jarak antara ujung
buntu rectum sampai kulit perineum lebih dari1 cm.
Klasifikasi pada anorektal menurut insidennya, antara lain:
a.Yang sering pada laki-laki
1. Fistula pirenium (kutaneus) : cacat paling sederhana pada kedua jenis kelamin. Penderita mempunyai
lubang kecil terletak di perineum, sebelah anterior dari titik pusat, sfingter eksterna didekat skrotum
pada pria / vulva pada perempuan.
2. Fistula rektrovesika : pada penderita dengan fistula rektrovesika, rektum berhubungan dengan
saluran kencing pada setinggi leher vesika urinaria.
3. Fistula rektrouretra : pada kasus fistula rektrouretra, rektum berhubungan dengan bagian bawah
uretra (uretra bulbar) atau bagian atas uretra (uretra prostat).
4. Anus imperforate tanpa vistula : mempunyai karakteristik sama pada kedua jenis kelamin Rectum
tertutup sama sekali dan biasanya ditemukan kira-kira 2 cm di atas kulit perineum
5. Atresium rektum : jarang terjadi, hanya 1% dari anomaly anorektum. Cacat ini mempunyai kesamaan
karakteristik padakedua jenis kelamin. Tanda yang unik pada cacat ini adalah bahwa penderita
mempunyai kanal anul & anus yang normal. Ada obstruksi sekitar 2 cm di atas batas kulit.
b. Yang sering pada permpuan
1. Kloaka persisten
5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 46/72
2. Pada kasus kloaka persisten ini , rectum, vagina dan saluran kencing bertemu dalam satu saluran
bersama. Perineum mempunyai satu lubang yang terletak sedikit di belakang klitoris.
3. Fistula vestibular
4. Adalah cacat yang sering ditemukan pada perempuan. Rectum bermuara ke dalam vestibula kelamin
perempuan sedikit diluar salaput dara.
Klasifikasi malformasi anorektal berdasarkan atas hubungan rektum dengan otot puborektal :
a. Kelainan letak rendah (low anomalies)
Pada letak ini rektum menyambung pada otot puborektal,spinter interna dan eksterna fungsi
berkembang normal, tidak ada hubungan dengan traktus genitourinaria.
b. Kelainan letak sedang (intermedieat anomalies)
Rektum terletak dibawah otot puborektal, terdapat cekungan anus, dan posisi spinter eksterna normal.
c. Kelainan letak tinggi (high anomalies)Akhir rektum terletak diatas otot puborektal, tidak terdapat spinter interna dan terdapat hubungan
dengan genitourinaria pada laki-laki fistula rektouretra, pada perempuan rektovaginal.
E.PATOFISIOLOGI
Patofisiologi Menurut (Betz,2002)
Anus dan rectum berkembang dari embrionik bagian belakang. Ujung ekor dari bagian belakang
berkembang menjadi kloaka yang merupakan bakal genitoury dan struktur anorektal. Terjadi stenosis
anal karena adanya penyempitan pada kanal anorektal. Terjadi atresia anal karena tidak ada
kelengkapan migrasi dan perkembangan struktur kolon antara 7 dan 10 mingggu dalam perkembangan
fetal.
Kegagalan migrasi dapat juga karena kegagalan dalam agenesis sacral dan abnormalitas pada
uretra dan vagina. Tidak ada pembukaan usus besar yang keluar anus menyebabkan fecal tidak dapat
dikeluarkan sehungga intestinal mengalami obstruksi.
G.TANDA & GEJALA
Malformasi anorektal mempunyai manifestasi klinis sebagai berikut:
1. Perut kembung, sedang muntah timbul kemudian.
2. Cairan muntah mula-mula hijau kemudian bercampur tinja.
3. Kejang usus.
4. Bising usus meningkat.
5. Distensi abdomen.
6. Keluar mekonium baik dari vagina atau bersama urine (tergantung letak fistel).
5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 47/72
7. Mekonium keluar pada anus seperti pasta gigi. (Betz, 2002)
Manifestasi klinis yang terjadi pada atresia rekti dan anus adalah kegagalan lewatnya mekonium
setelah bayi lahir, tidak ada atau stenosis kanal rectal, adanya membran anal dan fistula eksternal pada
perineum (Suriadi,2001). Gejala lain yang nampak diketahui adalah jika bayi tidak dapat buang air besar
sampai 24 jam setelah lahir, gangguan intestinal, pembesaran abdomen, pembuluh darah di kulir
abdomen akan terlihat menonjol (Adele,1996)
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan radiologis : Dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya obstruksi intestinal.
Sinar X terhadap abdomen : Dilakukan untuk menentukan kejelasan keseluruhan bowel dan
untuk mengetahui jarak pemanjangan kantung rectum dari sfingternya.
Ultrasound terhadap abdomen :Digunakan untuk melihat fungsi organ internal terutama
dalam system pencernaan dan mencari adanya faktor reversible seperti obstruksi oleh
karena massa tumor.
CT Scan :Digunakan untuk menentukan lesi.
Pyelografi intra vena : Digunakan untuk menilai pelviokalises dan ureter.
Pemeriksaan fisik rectum : Kepatenan rectal dapat dilakukan colok dubur dengan
menggunakan selang atau jari.
Rontgenogram abdomen dan pelvis juga bisa digunakan untuk mengkonfirmasi adanya fistula
yang berhubungan dengan traktus urinarius.
Pewarnaan radiopak dimasukkan kedalam traktus urinarius, misalnya suatu sistouretrogram
mikturasi akan memperlihatkan hubungan rektourinarius dan kelainan urinarius.
Pemeriksaan urin, perlu dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat mekonium.
I. PENATALAKSANAAN
Pembedahan
a. Untuk kelainan dilakukan kolostomi, kemudian anoplasti perineal yaitu dibuat anus permanen
(prosedur penarikan perineum abnormal) dilakukan pada bayi berusia 12 bulan.
b. Aksisi membran anal (membuat anus buatan)
Fiktusi yaitu dengan melakukan kolostomi sementara dan setelah 3 bulan dilakukan korksi sekaligus
(pembuat anus permanen)
Manajemen keperawatan
1. Tindakan perawatan sebelum operasi
a. Bantu dalam mempertahankan kondisi untuk klien sebelum operasi :
5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 48/72
Makan biasanya diberikan, catatan setiap ada muntah, warna jumlah
NGT dipasangkan, ukuran dedistensi abdomen
Monitor cairan parenteral
2. Tindakan perawatan post operasi
a. Beri perawatan post operasi dengan baik, observasi kemungkinan adanya komplikasi
b. Memberikan perawatan anoplasty perineal yang baik, mencegah infeksi dari suture linu, yang
tercepat penyembuhan:
Jangan meletakkan apapun pada rectum
Biarkan perineum terbuka
Rubah posisi kiri kanan
Posisi panggul ditegalkan jika akan melakukan pembersihan atau perawatan
c. Melakukan perawatan colostomy dengan baik
Cegah exoriasi dan iritasi
observasi dan catat ukuran, frekwensi, karekteristik feces
d. Mempertahankan nutrisi yang adekuat untuk mencegah dehidrasi ketidakseimbangan elektrolit
Oral fediny biasanya diberikan beberapa jam post anoplasti
diberikan setelah peristaltik usus
NGT pada awal post operasi digunakan
Monitor cairan parenteral
e. Health Education
Orang tua diberi penjelasan bagaimana melakukan perawatan colostomy
Bantu orang tua klien untuk dapat mengerti situasi anaknya bila tambah usia / besar
f. Ketidakmampuan mengontrol feces
g. Perlu toilet training
4. HIRSCHPRUNG
A. DEFINISI
Hirschprung adalah merupakan suatu anomali kongenital dengan karakteristik tidak adanya syaraf-
syaraf pada satu bagian intestin. Hal ini menyebabkan adanya obstruksi intestin mekanis akibat dari
motilitas segmen yang tidak adekuat. (Panduan Belajar Keperawatan Pediatrik, Mary E Muscarl).
B. EPIDEMIOLOGI
Penyakit hirschprung terjadi 1 diantara 5000 kelahiran hidup. Insidens penyakit ini tiga atau empat
kali lebih sering pada laki-laki daripada perempuan. Insidens meningkat pada saudara kandung dan
5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 49/72
turunan dari anak yang terkena. Hirschprung paling sering terjadi pada anak dengan sindrom down.
Penyakit ini menyebabkan 15% sampai 20% obtruksi pada neonates (cecily lynn betz dan Linda A.
2009)
B. ETIOLOGI
Faktor genetik
Penyakit Hirschsprung disebabkan karena kegagalan migrasi sel-sel saraf parasimpatis
myentericus dari cephalo ke caudal. Sehingga sel ganglion selalu tidak ditemukan dimulai dari
anus dan panjangnya bervariasi keproksimal.
Anatomi dan fisiologi kolon
Sistem saraf otonomik intrinsik pada usus terdiri dari 3 pleksus :
1. Pleksus Auerbach : terletak diantara lapisan otot sirkuler dan longitudinal
2. Pleksus Henle : terletak disepanjang batas dalam otot sirkuler
3. Pleksus Meissner : terletak di sub-mukosa
Pada penderita penyakit Hirschsprung, tidak dijumpai ganglion pada ketiga pleksus tersebut
C. PATOFISIOLOGI
Dasar patofisiologi dari Hirschprung adalah tidak adanya gelombang propulsive dan
abnormalitas atau hilangnya relaksasi dari sphincter anus internus yang disebabkan aganglionosis,
hipoganglionosis atau disganglionosis pada usus besar.
1. Hipoganglionosis
Pada proximal segmen dari bagian aganglion terdapat area hipoganglionosis. Area tersebut
dapat terisolasi. Hipoganglionosis adalah keadaan dimana jumlah sel ganglion kurang dari 10 kali
dari jumlah normal dan kerapatan sel berkurang 5 kali dari jumlah normal.
2. Imaturitas dari sel ganglion
Sel ganglion yang imatur dengan dendrite yang kecil dikenali dengan pemeriksaan LDH (laktat
dehidrogenase). Sel saraf imatur tidak memiliki sitoplasma yang dapat menghasilkan
dehidrogenase. Sehingga tidak terjadi diferensiasi menjadi sel Schwann’s dan sel saraf lainnya.
3. Kerusakan sel ganglion
Aganglionosis dan hipoganglionosis yang didapatkan dapat berasal dari vaskular atau
nonvascular. Yang termasuk penyebab nonvascular adalah infeksi Trypanosoma cruzi (penyakit
Chagas), defisiensi vitamin B1, infeksi kronis seperti Tuberculosis. Kerusakan iskemik pada sel
ganglion karena aliran darah yang inadekuat, aliran darah pada segmen tersebut, akibat
tindakan pull through secara Swenson, Duhamel, atau Soave.
5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 50/72
D. KLASIFIKASI
Hirschsprung dikategorikan berdasarkan seberapa banyak colon yang terkena. Tipe Hirschsprun disease
meliputi:
Ultra short segment: Ganglion tidak ada pada bagian yang sangat kecil dari rectum.
Short segment: Ganglion tidak ada pada rectum dan sebagian kecil dari colon.
Long segment: Ganglion tidak ada pada rectum dan sebagian besar colon.
Very long segment: Ganglion tidak ada pada seluruh colon dan rectum dan kadang sebagian
usus kecil.
E. DIAGNOSA
Diagnosis penyakit ini dapat dibuat berdasarkan adanya konstipasi pada neonatus. Gejala
konstipasi yang sering ditemukan adalah terlambatnya mekonium untuk dikeluarkan dalam waktu 48
jam setelah lahir. Gejala lain yang biasanya terdapat adalah: distensi abdomen, gangguan pasaseusus, poor feeding, vomiting. Apabila penyakit ini terjdi pada neonatus yang berusia lebih tua maka
akan didapatkan kegagalan pertumbuhan. Hal lain yang harus diperhatikan adalah jika didapatkan
periode konstipasi pada neonatus yang diikuti periode diare yang massif kita harus mencurigai
adanya enterokolitis. Pada bayi yang lebih tua penyakit hirschsprung akan sulit dibedakan dengan
kronik konstipasi dan enkoperesis. Faktor genetik adalah faktor yang harus diperhatikan pada semua
kasus.
F. MANIFESTASI KLINIS
1. Pada bayi yang baru lahir, kebanyakan gejala muncul 24 jam pertama kehidupan. Dengan gejala
yang timbul: distensi abdomen dan bilious emesis. Tidak keluarnya mekonium pada 24 jam
pertama kehidupan.
2. Muntah berisi empedu, karena makanan terlalu banyak dicolon sehingga makanan naik
3. Distensi abdomen, karena makanan tertahan di sigmoid colon.
4. Enggan menyusu
5. Demam.
6. Adanya feses yang menyemprot pas pada colok dubur merupakan tanda yang khas. Bila telah
timbul enterokolitis nikrotiskans, terjadi distensi abdomen hebat dan diare berbau busuk yang
dapat berdarah.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnostik utama pada penyakit hirschprung adalah dengan pemeriksaan :
1. Barium edema
5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 51/72
Ada beberapa tanda dari penyakit Hirschsprung yang dapat ditemukan pada pemeriksaan barium
enema, yang paling penting adalah zona transisi. Posisi pemeriksaan dari lateral sangat penting
untuk melihat dilatasi dari rektum secara lebih optimal. Retensi dari barium pada 24 jam dan
disertai distensi dari kolon ada tanda yang penting tapi tidak spesifik.
2. Anorectal manometry
untuk mendiagnosis penyakit hirschsprung, gejala yang ditemukan adalah kegagalan relaksasi
sphincter ani interna ketika rectum dilebarkan dengan balon. Keuntungan metode ini adalah
dapat segera dilakukan dan pasien bisa langsung pulang karena tidak dilakukan anestesi umum.
Metode ini lebih sering dilakukan pada pasien yang lebih besar dibandingkan pada neonatus.
3. Biopsi rectal
Merupakan “gold standard ” untuk mendiagnosis penyakit hirschprung. Pada bayi baru lahir
metode ini dapat dilakukan dengan morbiditas minimal karena menggunakan suction khususuntuk biopsy rectum. Untuk pengambilan sample biasanya diambil 2 cm diatas linea dentate dan
juga mengambil sample yang normal jadi dari yang normal ganglion hingga yang aganglionik.
Metode ini biasanya harus menggunakan anestesi umum karena contoh yang diambil pada
mukosa rectal lebih tebal.
H. PENATALAKSANAAN
Terapi terbaik pada bayi dan anak dengan Hirschsprung tergantung dari diagnosis yang tepat
dan penanganan yang cepat. Keputusan untuk melakukan Pulltrough ketika diagnosis ditegakkan
tergantung dari kondisi anak dan respon dari terapi awal. Decompresi kolon dengan pipa besar, diikuti
dengan washout serial, dan meninggalkan kateter pada rektum harus dilakukan. Antibiotik spektrum
luas diberikan, dan mengkoreksi hemodinamik dengan cairan intravena. Pada anak dengan keadaan
yang buruk, perlu dilakukan colostomy.
Dewasa ini ditunjukkan bahwa prosedur pull-through primer dapat dilakukan secara aman
bahkan pada periode neonatus. Pendekatan ini mengikuti prinsip terapi yang sama seperti pada
prosedur bertingkat melindungi pasien dari prosedur pembedahan tambahan. Banyak dokter bedah
melakukan diseksi intra abdominal menggunakan laparoskop. Cara ini terutama banyak pada periode
neonatus yang dapat menyediakan visualisasi pelvis yang baik. Pada anak-anak dengan distensi usus
yang signifikan adalah penting untuk dilakukannya periode dekompresi menggunakan rectal tube jika
akan dilakukan single stage pull-through. Pada anak-anak yang lebih tua dengan kolon hipertrofi,
distensi ekstrim, kolostomi dilakukan dengan hati-hati sehingga usus dapat dekompresi sebelum
5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 52/72
dilakukan prosedur pull-through. Namun, harus ditekankan, tidak ada batas umur pada prosedur pull-
through.
5. OBSTRUKSIBILIARIS
A. DESKRIPSI
Antara hati dan usus halus terdapat saluran yang berfungsi sebagai tempat mengalirnya empedu
yang di produksi hati menuju usus. Jika saluran ini tersumbat, maka hal ini disebut sebagai obstruksi
biliaris (Sarjadi, 2000). Penyebab obstruksi biliaris adalah tersumbatnya saluran empedu sehingga
empedu tidak dapat mengalir kedalam usus untuk dikeluarkan ( sebagai strekobilin ) didalam feses
(Ngastiyah, 2005).
B. ETIOLOGI
Batu empedu Radang duktus biliaris komunis yang menyebabkan
striktura
Karsinoma duktus biliaris Ligasi yang tidak sengaja pada duktus biliaris komunis
Karsinoma kaput panksreas
(Sarijadi,2000).
C. PATOFISIOLOGI
Sumbatan saluran empedu dapat terjadi karena kelainan pada dinding misalnya ada tumor,
atau penyempitan karena trauma(iatrogenik). Batu empedu dan cacing askariasis sering dijumpai
sebagai penyebab sumbatan didalam lumen saluran. Pankreatitis, tumor caput pankreas, tumor
kandung empedu atau anak sebar tumor ganas di daerah ligamentum hepato duodenale dapat
menekan saluran empedu dari luar menimbulkan gangguan aliran empedu. (Reskoprodjo, 1995)
Beberapa keadaan yang jarang dijumpai sebagai penyebab sumbatan antara lain kista
koledokus, abses amuba pada lokasi tertentu, di ventrikel duodenum dan striktur sfingter papila
vater. (Reskoprojo,1995). Kurangnya bilirubin dalam saluran usus bertanggung jawab atas tinja
pucat biasanya dikaitkan dengan obstruksi empedu. Penyebab gatal (pruritus) yang berhubungan
dengan obstruksi empedu tidak jelas. Sebagian percaya mungkin berhubungan dengan akumulasi
asam empedu di kulit. Lain menyarankan mungkin berkaitan dengan pelepasan opioid endogen(Judarwanto,2009).
Penyebab obstruksi biliaris adalah tersumbatnya saluran empedu sehingga empedu tidak dapat
mengalir kedalam usus untuk dikeluarkan ( sebagai strekobilin ) didalam feses. (Ngastiyah, 2005)
Kemungkinan penyebab saluran empedu tersumbat meliputi:
1. Kista dari saluran empedu
5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 53/72
2. Lymp node Diperbesar dalam porta hepatis
3. Batu empedu
4. Peradangan dari saluran-saluran empedu
5. Trauma cedera termasuk dari operasi kandung empedu
6. Tumor dari saluran-saluran empedu atau pankreas
7. tumor yang telah menyebar ke sistem empedu (Zieve David,2009)
D. MANIFESTASI KLINIS
1. Gambaran klinis gejala mulai terlihat pada akhir minggu pertama yakni bayi ikterus
2. Kemudian feses bayi berwarna putih agak keabu-abuan dan liat seperti dempul
3. Urine menjadi lebih tua karena mengandung urobilinogen
4. Perut sakit di sisi kanan atas
5. Demam6. Mual dan muntah (Zieve David,2009)
E. DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik, adanya tanda ikterus atau
kuning pada kulit, pada mata dan di bawah lidah. Pada pemeriksaan perut, hati teraba membesar
kadang juga disertai limfa yang membesar.
Pemeriksaan Laboratorium dan Imaging
1. Pemeriksaan darah (terdapat peningkatan kadar bilirubin)
Pemeriksaan darah dilakukan pemeriksaan fungsi hati khususnya terdapat peningkatan kadar
bilirubin direk. Disamping itu dilakukan pemeriksaan albumin, SGOT, SGPT, alkali fosfatase,
GGT. Dan faktor pembekuan darah.
2. Rontgen perut (tampak hati membesar)
3. Kolangiogram atau kolangiografi intraoperatif
Yaitu dengan memasukkan cairan tertentu ke jaringan empedu untuk mengetahui kondisi
saluran empedu. Pemeriksaan kolangiogram intraoperatif dilakukan dengan visualisasi
langsung untuk mengetahui patensi saluran bilier sebelum dilakukan operasi Kasai.
4. Breath test
Dilakukan untuk mengukur kemampuan hati dalam memetabolisir sejumlah obat. Obat-obat
tersebut ditandai dengan perunut radioaktif, diberikan per-oral (ditelan) maupun intravena
(melalui pembuluh darah). Banyaknya radioaktivitas dalam pernafasan penderita
menunjukkan banyaknya obat yang dimetabolisir oleh hati.
5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 54/72
5. USG
Menggunakan gelombang suara untuk menggambarkan hati, kandung empedu dan saluran
empedu. Pemeriksaan ini bagus untuk mengetahui kelainan struktural, seperti tumor. USG
merupakan pemeriksaan paling murah, paling aman dan paling peka untuk memberikan
gambaran dari kandung empedu dan saluran empedu.
6. Imaging radionuklida (radioisotop)
Menggunakan bahan yang mengandung perunut radioaktif, yang disuntikkan ke dalam tubuh
dan diikat oleh organ tertentu.
7. Scanning hati
8. Koleskintigrafi
Menggunakan zat radioaktif yang akan dibuang oleh hati ke dalam saluran empedu.
Pemeriksaan ini digunakan untuk mengetahui peradangan akut dari kandung empedu(kolesistitis).
9. CT scan
10. MRI
11. Kolangiopankreatografi endoskopik retrograd
Merupakan suatu pemeriksaan dimana suatu endoskopi dimasukkan ke dalam mulut,
melewati lambung dan usus dua belas jari, menuju ke saluran empedu. Suatu zat radiopak
kemudian disuntikkan ke dalam saluran empedu dan diambil foto rontgen dari saluran
empedu. Pemeriksaan ini menyebabkan peradangan pada pankreas ( pankreatitis) pada 3-
5% penderita.
12. Kolangiografi transhepatik perkutaneus
Menggunakan jarum panjang yang dimasukkan melalui kulit ke dalam hati, kemudian
disuntikkan zat radiopak ke dalam salah satu dari saluran empedu. Bisa digunakan USG
untuk menuntun masuknya jarum. Rontgen secara jelas menunjukkan saluran empedu,
terutama penyumbatan di dalam hati.
13. Kolangiografi operatif
Menggunakan zat radiopak yang bisa dilihat pada rontgen. Selama suatu pembedahan, zat
tersebut disuntikkan secara langsung kedalam saluran empedu. Foto rontgen akan
menunjukkan gambaran yang jelas dari saluran empedu.
14. Foto rontgen sederhana
sering bisa menunjukkan suatu batu empedu yang berkapur.
5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 55/72
15. Pemeriksaan Biopsi hati
Untuk melihat struktu organ hati apakah terdapat sirosis hati atau kompilkasi lainnya.
Laparotomi biasanya dilakukan sebelum bayi berumur 2 bulan.
16. Laparotomi (biasanya dilakukan sebelum bayi berumur 2 bulan). (Indonesia, USA &
internasional berkumpul, 2000)
F. PENCEGAHAN
Dapat mengetahui setiap faktor risiko yang dimiliki, sehingga bisa mendapatkan prompt
diagnosis dan pengobatan jika saluran empedu tersumbat. Penyumbatan itu sendiri tidak dapat
dicegah. (Attasaranya S, Fogel EL,2008). Dalam hal ini bidan dapat memberikan pendidikan
kesehatan pada orang tua untuk mengantisipasi setiap faktor resiko terjadinya obstruksi biliaris
(penyumbatan saluran empedu), dengan keadaan fisik yang menunjukan anak tampak ikterik, feses
pucat dan urine berwarna gelap (pekat). (Sarjadi,2000) G. PENATALAKSANAAN
Pada dasarnya penatalaksanaan pasien dengan obstruksi biliaris bertujuan untuk
menghilangkan penyebab sumbatan atau mengalihkan aliran empedu. Tindakan tersebut dapat
berupa tindakan pembedahan misalnya pengangkatan batu atau reseksi tumor. Dapat pula
upaya untuk menghilangkan sumbatan dengan tindakan endoskopi baik melalui papila vater
atau dengan laparoskopi. (Reksoprodjo, 1995)
Bila tindakan pembedahan tidak mungkin dilakukan untuk menghilangkan penyebab
sumbatan, dilakukan tindakan drenase yang bertujuan agar empedu yang terhambat dapat
dialirkan. Drenase dapat dilakukan keluar tubuh misalnya dengan pemasangan pipa naso bilier ,
pipa T pada duktus koledokus, atau kolesistostomi. Drenase interna dapat dilakukan dengan
membuat pintasan bilio digestif. Drenase interna ini dapat berupa kelesisto-jejunostomi,
koledoko-duodenostomi, koledoko-jejunustomi atau hepatiko-jejunustomi. (Reksoprodjo, 1995)
Penatalaksanaan Keperawatan
Pertahankan kesehatan bayi (pemberian makan yang cukup gizi sesuai dengan kebutuhan, serta
menghindarkan kontak infeksi). Berikan penjelasan kepada orang tua bahwa keadaan kuning
pada bayinya berbeda dengan bayi lain yang kuning karena hiperbilirubinemia biasa yang dapat
hanya dengan terapi sinar atau terapi lain. Pada bayi ini perlu tindakan bedah karena
terdapatnya penyumbatan ( Ngastiyah, 2005).
Penatalaksanaan Medisnya ialah dengan operasi ( Ngastiyah, 2005).
6. Omphalokel
5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 56/72
A. DEFINISI
Omphalokel secara bahasa berasal dari bahasa yunani omphalos yang berarti umbilicus tali pusat
dan cele yang berarti bentuk hernia. Omphalokel diartikan sebagai suatu defek sentral dinding abdomen
pada daerah cincin umbilikus (umbilical ring) atau cincin tali pusar sehingga terdapat herniasi organ-
¬organ abdomen dari cavum abdomen namun masih dilapiasi oleh suatu kantong atau selaput. Selaput
terdiri atas lapisan amnion dan peritoneum. Diantara lapisan tersebut kadang-kadang terdapat lapisan
wharton's jelly.
B. ETIOLOGI
Penyebab pasti terjadinya omphalokel belum jelas sampai sekarang. Beberapa faktor resiko atau
faktor-faktor yang berperan menimbulkan terjadinya omphalokel diantaranya adalah infeksi,
penggunaan obat dan rokok pada ibu hamil, defisiensi asam folat, hipoksia, pengunaan salisilat, kelainan
genetik serta polihidramnion. Walaupun omphalokel pernah dilaporkan terjadi secara herediter, namun
sekitar 50-70 % penderita berhubungan dengan sindrom kelainan kongenital yang lain Sindrom kelainan
kongenital yang sering berhubungan dengan omphalokel diantaranya:
1. Syndrome of upper midline development atau thorako abdominal syndrome (pentalogy of
Cantrell) berupa upper midline omphalocele, anterior diaphragmatic hernia, sternal cleft,
cardiac anomaly berupa ektopic cordis dan vsd.
2. Syndrome of lower midline development benzpa bladder (hipogastric omphalocele) a.tau
cloacal extrophv, inferforate anus, colonie atresia, vesicointestinal fistula, sacrovenebral
anomaly dan menin.wmyelocele dan sindrom-sindrom vang lain seperti Beckwith-Wiedemann
syndrome, Reiger syndrome, Prune-belly syndrome dan sindrom-sindrome kelainan kromosom
seperti yang telah disebutkan.
C. PATOFISIOLOGI
Pada janin usia 5 – 6 minggu isi abdomen terletak di luar embrio di rongga selom. Pada usia 10
minggu terjadi pengembangan lumen abdomen sehingga usus dari extra peritoneum akanmasuk
ke rongga perut. Bila proses ini terhambat maka akan terjadi kantong di pangkal umbilikus yang
berisi usus, lambung kadang hati. Dindingnya tipis terdiri dari lapisan peritoneum dan lapisanamnion yang keduanya bening sehingga isi kantong tengah tampak dari luar, keadaan ini disebut
omfalokel. Bila usus keluar dari titik terlemah di kanan umbilikus, usus akan berada di luar rongga
perut tanpa dibungkus peritoneum dan amnion, keadaan ini disebut gastroschisis
D.DIAGNOSIS
5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 57/72
Diagnosis omphalokel adalah sederhana, namun perlu waktu khusus sebelum operasi dikerjakan,
pemeriksaan fisik secara iengkap dan perlu suatu rontgen dada serta ekokardiogram pada saat lahir,
ornphalokel diketahui sebagai defek dinding abdomen pada dasar cincin urnbilikus. Defek tersebut lebih
dari 4 cm (bila defek kurang dari 4 cm secara umum dikenal sebagai hernia umbilikalis ) dan dibungkus
oleh suatu kantong membran atau amnion. Pada 10°,o sampai 18°,10, kantong mungkin ruptur dalam
rahim atau sekitar 4° o saat proses kelahiran. Omphalokel raksasa (gnant omphalocele) mempunyai
suatu kantong vani), menempati harnpir seluruh dinding, abdomen, berisi hampir semua organ
intraabdomen dan berhubungan dengan tidak berkembangnya r ongga peritoneum serta hipoplasi
pulrnoner.
Diagnosis omphalokel ditegakkan berdasarkan gambaran klinis dan dapat ditegakkan pada
waktu prenatal dan pada waktu postnatal
a.
Diagnosis prenatalDiagnosis prenatal terhadap omphalokel sering ditegakkan dengan bantuan USG. Defek dinding
abdomen janin biasanya dapat dideteksi pada saat minggu ke 13 kehamilan, dimana pada saat tersebut
secara normal seharusnya usus telah masuk seluruhnya kedalam kavum abdomen janin.
b. Diagnosis postnatal (setelah kelahiran)
Gambaran klinis bayi baru lahir dengan omphalokel ialah terdapatnya defek sentral dinding
abdomen pada daerah tali pusat. Defek bervarasi ukurannya, dengan diameter mulai 4 cm sampai
dengan 12 cm, mengandung herniasi organ¬-organ abdomen baik solid maupaun berongga dan
masih dilapisi oleh selaput atau kantong serta tampak tali pusat berinsersi pada puncak kantong.
Kantong atau ,elaput tersusun atas 2 lapisan yaitu lapisan luar berupa selaput amnion dan lapisan
dalam berupa peritoneum. Diantara lapisan tersebut kadang-kadang terdapat lapisan Warton's
jelly. Warton's jelly adalah jaringan mukosa yang merupakan hasil deferensiasi dari jaringan
mesenkimal (mesodermal).
E. KLASIFIKASI
Klasifikasi Omphalokel menurut Moore ada 3,yaitu:
1. Tipe 1 : diameter defek < 2,5 cm
2. Tipe 2 : diameter defek 2,5 - 5 cm
3. Tipe 3) : diameter defek > 5 cm
Suatu defek yang sempit dengan kantong yang kecil mungkin tak terdiagnosis saat lahir. Dalam
kasus ini timbul bahaya tersendiri bila kantong terpit klem dan sebagian isinya berupa usus,
bagiannya teriris saat ligasi tali pusat. Bila omphalokel dibiarkarn tampa penanganan,
5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 58/72
bungkusnya akan mengering dalam beberapa hari dan akan tampak retak-retak. Pada saat
tersebut akan menjalar infeksi dibawah lapisan yang mengering dan berkrusta. Kadang dijumpai
lapisan tersebut akan terpecah dan usus akan prolap.
F. KOMPLIKASI
Komplikasi dini merupakan infeksi pada kantong yang mudah terjadi pada permukaan yang
telanjang. Kelainan kongenital dinding perut ini mungkin disertai kelainan bawaan lain yang
memperburuk prognosis.
G.PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan prenatal
Apabila terdiagnosa omphalokel pada masa prenatal maka sebaiknya dilakukan informed
consent pada orang tua tentan; keadaa.n janin, resiko tehadap ibu, dan prognosis. Informed consent
sebaiknya melibatkan All kandungan, ahli anak dan ahli bedah anak. Keputusan akhir dibutuhkan guna
perencanaan dan penatalaksanaan berikutnya bempa melanjutkan kehamilan atau mengakhiri
kehamilan. Bila melanjutkan kehamilan sebaiknya dilakukan abservasi melaui pemeriksaan USG berkala
juga ditentukan tempat dan cara melahirkan. Selama kehamilan omphalokel mungkin berkurang
ukurannya atau bahkan nzptur sehingga mempengaruhi prognosis.
2.Penatalaksanan postnatal (setelah kelahiran)
Penatalaksannan postnatal meliputi penatalaksanaan segera setelah lahir (immediate postnatal),
kelanjutan penatalakasanaan awal apakah berupa operasi atau nonoperasi (konservatif) dan
penatalaksanaan postoperasi. Secara umum penatalaksanaan bayi dengan omphalokele dan gastroskisis
adalah hampir sama.
Bayi sebaiknya dilahirkan atau segera dirujuk ke suatu pusat yang memiliki fasilitas perawatan
intensif neonatus dan bedah anak. Bayi-bayi dengan omphalokel biasanya mengalami lebih sedikit
kehilangan panas tubuh sehingga lebih sedikit kehilangan panas tubuh sehingga lebih membutuhkan
resusitasi awal cariran dibanding bayi dengan gastrokisis.
Penatalaksanaan segera bayi dengan omphalokel adalah sbb:
1.
Tempatkan bayi pada ruangan vang asaeptik dan hangat untuk mencegah kehilangan cairan,hipotermi dan infeksi.
2. Posisikan bayi senyaman mungkin dan lembut untuk menghindari bayi menagis dan air
swallowing. Posisi kepala sebaiknya lebih tinggi untuk memperlancar drainase.
3. Lakukan penilaian ada/tidaknva distress respirasi yang mungkin membutuhkan alai bantu
verltilasi seperti intubasi endotrakeal. Beberapa macam alat bantu ventilasi seperti mask
5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 59/72
tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan masuknya udara kedalam traktus
gastrointestinal
4. Pasang pipa nasogastrik atau pipa orogastrik untuk mengeluarkan udara dan cairan dari
sistem usus sellinop dapat mencegah muntah, mencegah aspirasi, mengurangi distensi dan
tekanan (dekompresi) dalam sistem usus sekaligus mengurangi tekanan intra abdomen,
demikian pula perlu dipasang rectal tube untuk irigasi dan untuk dekompresi sistem usus.
5. Pasang kateter uretra untuk mengurangi distensi kandung kencing dan mengurangi tekanan
intra abdomen.
6. Pasang jalur intra vena (sebaiknva pada ektremitas atas) untuk pemberian cairan dan nutrisi
parenteral sehingga dapat menjaga tekanan intravaskuler dan menjaga kehilangan protein
vang mun(jkin terjadi karena ganggLlan sistem usus, dan untuk pemberian antibitika broad
spektrum.7. Lakukan monitoring dan stabilisiasi suhu, status asam basa, cairan dan elektrolit.
8. Pemeriksaan darah lain seperti fungsi ginal, glukosa dan hematokrit perlu dilakukan guna
persiapan operasi bila diperlukan
9. Evaluasi adanya kelainan kongenital lain yang ditunjang oleh pemeriksaan rongent thoraks
dan ekhokardiogram.
10. Bila bayi akan dirujuk sebaiknya bayi ditempatkan dalam suatu inkubator hangat dan
ditambah oksigen
3. Penatalaksanaan nonnoperasi (konservatif)
Penatalaksanaan omphalokel secara konservatif dilakukan pada kasus omphalokel besar atau
terdapat perbedaan yang besar antara volume organ-organ intraabdomen yang mengalami herniasi
atau eviserasi dengan rongga abdomen seperti pada giant omphalocele atau terdapat status klinis bayi
yang buruk sehingga ada kontra indikasi terhadap operasi atau pembiusan seperti pada bayi¬bayi
prematur yang memiliki hyaline membran disease atau bayi yang memiliki kelainan kongenital berat
yang lain seperti gagal jantung. Pada giant ornphalocele bisa terjadi hernias] dari seluruh organ-organ
intraabdomen dan dinding abdomen berkernbang sangat buruk, sehingga sulit dilakukan penutupan
(operasi/repair) secara primer dan dapat mernbahayakan bayi. Beberapa All, walaupun demikian,
perllah mencoba rnelakukan operasi pada giant otnphalocele secara primer dengan moditikasi dan
berhasil. Tindakan nonaperatif secara sederhana dilakukan dengan dasar merangsang epitelisasi dari
kanton- atau selaput. Suatu saat setelah -ranulasi terbentuk maka dapat dilakukan skin graft yang
5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 60/72
nantinya akan terbentuk hernia ventralis yang akan dinepair pada waktu kemudian dan setelah status
kardiorespirasi membaik.
Beberapa obat yang biasa digunakan untuk merangsang epitelisasi adalah 0.25% merbromin
(mercurochrome), 0,25% silver nitrat, silver sulvadiazine dan povidone iodine (betadine). Obat-obat
tersebut merupakan agen antiseptik yang pada awalnya memacu pembentukan eskar bakteriostatik dan
perlahan-lahan akan 'terangsang epitelisasi. Obat tersebut berupa krim dan dioleskan pada permukaan
selaput atau kantumg dengan elastik dressing yang sekaligus secara perlahan dapat menekan dari
mengurangi isi kantong.
Tindakan nonoperatif lain dapat berupa penekanan secara eksternal pada kanong. Beberapa
material yang biasa digunakan ialah Ace wraps, Velcro binder, in poliamid mesh yang dilekatkan pada
kulit. Glasser (2003) menyatakan bahwa tinakan nonoperatif pada omphalokel memerlukan waktu yang
lama, membutuhkan nutrisi yang banyak dan angka metabolik yang tinggi serta omphalokel dapatruptur sehingga dapat menimbulkan infeksi organ-organ abdomen.
Indikasi terapi non bedah adalah:
1. Bayi dengan ompalokel raksasa (giant ornphalocele) dan kelainan penyerta yang mengancam jiwa
dimana penanganannva harus didahulukan daripada umphalokelnya.
2. Neonatus dengan kelainan yang menimbulkan komplikasi bila dilakukan pembedahan.
3. Bayi dengan kelainan lain vang berat yang sangat mempengaruhi daya tahan hidup.
4. Penatalaksanaan dengan operasi
Tujuan mengembalikan organ visera abdomen ke dalam rongga abdomen dan menutup defek.
Dengan adanya kantong yang intak, tak diperlukan operasi emergensi, sehingga seluruh pemeriksaan
fisik dan pelacakan kelainan lain yang mungkin ada dapat dikerjakan. Operasi dilakukan setelah tercapai
resusitasi dan status hemodinamik stabil. Operasi dapat bersifat darurat bila terdapat ruptur kantong
dan obstruksi usus.
8. Asuhan keperawatan pada bayi baru lahir
FORMAT PENGKAJIAN BAYI BARU LAHIR
Nama Mahasiswa: Rumah Sakit:
Nama Ayah-Ibu: Tanggal Pengkajian:
Alamat: Jam Pengkajian:
Riwayat Persalinan
BB/TB Ibu:...........kg/ ............cm, Persalinan di:...........
5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 61/72
Keadaan Bayi Saat Lahir
Lahir tanggal:................. Jam:............. Jenis kelamin:.............
Kelahiran: tunggal/ gemelli
Nilai APGAR
TANDA NILAI JUMLAH
0 1 2
Denyut
jantung
○□ Tidak ada ○□ <100 ○□ >100
Usaha napas ○□ Tidak ada ○□ Lambat ○□ Menangis
kuat
Tonus otot ○□ Lumpuh ○□
Ekstremitas
fleksi sedikit
○□ Gerakan
aktif
Iritabilitas
refleks
○□Tidak
bereaksi
○□ Gerakan
sedikit
○□ Reaksi
melawan
Warna ○□ Biru/
pucat
○□ Tubuh
kemerahan
tangan dan
kaki biru
○□
Kemerahan
Keterangan: ○ penilaian menit ke-3, □ penilaian menit ke-5
Tindakan resusitasi.................
Plasenta: Berat............... Talipusat: Panjang............
Ukuran................... Jumlah pembuluh darah...............
Kelainan.....................................
Pengkajian Fisik
Umur........hari.........jam
Berat Badan:..............gr
Panjang Badan:..........cm
Suhu:........°C
Lingkar kepala:..........cm
Lingkar dada:............cm
Mulut □ Simetris
□ Palatum mole
□ Palatum curum
□ Gigi
Hidung □ Lubang hidung
5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 62/72
Lingkar perut:...........cm
KEPALA
Bentuk kepala □ Bulat
□ Lain-lain
□ Molding
□ Kaput
□ Cephalhematom
Ubun-ubun Besar
Kecil
Sutura
Mata Posisi................
□ Kotoran□ Perdarahan
Teinga Posisi.................
Bentuk................
□ Lubang telinga
□ Keluaran
Jantung & paru-paru □ Normal
Bunyi napas □ Ngorok
□ Lain-lain
Bunyi napas .................x/menit
Denyut jantung .................x/menit
Perut □ Lembek
□ Kembung
□ Benjolan
Bising usus.......x/menit
Lanugo...........................
Vernix..............................
Mekonium............................
PUNGGUNG
Keadaan punggung □ Simetris
□ Asimetris
□ Keluaran
□ Pernapasan cuping radung
Leher □ Pergerakan leher
TUBUH
Warna □ Pink
□ Pucat
□ Sianosis
□ Kuning
Pergerakan □ Aktif
□ Kurang
Dada □ Simetris
□ Asimetris□ Retraksi
□ Seesaw
STATUS NEUROLOGI
Refleks □ Tendon
(dinilai semua) □ Moro
□ Rooting
□ Menghisap
□ Babinski
□ Menggenggam
□ Menangis
□ Berjalan
□ Tonus leher
NUTRISI
Jenis makanan □ ASI
□ PASI
□ Lian-lain
ELIMINASI
BAB Pertama: tgl........... jam......
BAK pertama: tgl........... jam.......
DATA LAIN YANG MENUNJANG
5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 63/72
□ Pilonidal dimple
Fleksibilitas tulang punggung
□ Kelainan.............
GENITALIA
Laki-laki □ Normal
□ Hypospadius
□ Epispadius
Testis..................
Perempuan
Labia minora □ Menonjol
□ Tertutup labia
mayorKeluaran................
Anus Kelainan.................
EKSTREMITAS
Jari tangan □ Kelainan..............
□ Kelainan...............
Pergerakan □ Tidak efektif
□ Asimetris
□ Tremor
□ Rotasi paha
Nadi Brachial...............
Femoral...............
Posisi Kaki.....................
Tangan.................
(Lab, psikososial, dll)
KESIMPULAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan mukus yang berlebih
2. Hipotermia berhubungan dengan evaporasi kulit pada lingkungan dingin
3. Resiko infeksi berhubungan dengan imun yang diperoleh tidak adekuat
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan mukus yang berlebih
Dibuktikan dengan:
5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 64/72
Adanya suara tambahan
Perubahan pada kecepatan pernapasan
Perubahan pada irama pernapasan
Sianosis
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan bersihan jalan
napas kembali efektif dan pasien dapat mempertahankan patensi jalan napas
Kriteria hasil:
Pasien dapat mempertahankan kepatenan jalan napas.
RR bayi 30-60 kali/menit
INTERVENSI RASIONAL
Pantau TTV secara ketat, laporkan
setiap tanda distres pernapasan
Tanda distres pernapasan meliputi
takipnea, grunting, lubang hidung
megar, retraksi interkostal, stridor,
suara napas abnormal, sianosis atau
palor
Perhatikan pada pemberian posisi
bayi yang benar untuk memudahkan
drainase sekresi, terutama setelah
menyusu
Untuk mempertahankan patensi jalan
napas. American Academy of
Pediatrics (1996b)
merekomendasikan posisi telentang
selama tidur untuk bayi baru lahir
sehat. Rekomendasi ini didasarkan
pada kemungkinan tidur tengkurap
dan kejadian sindrom kematian bayi
mendadak
Sediakan selalu spuit penghisap di
dekat bayi.
Digunakan jika sewaktu-waktu
diperlukan pengisapan. Spuit
pengisap yang telah dipakai harus
diganti setiap 24 jam di RS dan
dididihkan selama 10 menit sebelum
digunakan lagi dirumah untuk
5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 65/72
menghilangkan kontaminasi bakteri.
Untuk menghindari aspirasi cairan
amnion atau mukus, bersihkan
dahulu faring, kemudian salurang
hidung untuk mencegah
terdorongnya sekresi ke dalam bronki
Sediakan penghisap mekanis jika
dibutuhkan
Apabila diperlukan pengambilan
sekresi yang lebih kuat dapat
digunakan pengisap mekanis
Perhatikan alat dan penggunaannya
secara benar dan tepat
Penggunaan kateter berukuran tepat
dan teknik pengisapan yang benar
sangat penting untuk menghindari
kerusakan dan edema mukosa.
Pengisapan yang lembut diperlukan
untuk menghindari bradikardia
reflektoris, laringospasmus, dan
aritmia jantung akibat rangsang vagal.
Pengisapan orofaringeal dilakukan
selama 5 detik, dengan waktu yang
cukup di antara pengisapan untuk
memungkinkan bayi teroksigensi
kembali.
Kosongkan lambung secara rutin
dengan selang makan
Pada beberapa ruang perawatan bayi,
lambung secara rutin dikosongkan
dengan selang makan untuk
membuang cairan amnion, darah dan
mukus, yang dapat menyebabkandistensi abdomen dan mengganggu
pernapasan. Memasukkan kateter ke
dalam lambung juga akan
menyingkirkan atresia esofagus.
2. Hipotermia berhubungan dengan evaporasi kulit pada lingkungan dingin
5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 66/72
Dibuktikan dengan:
Suhu tubuh di bawah rentang normal
Kulit dingin
Sianosis pada bantalan kuku
Pallor/pucat
Menggigil
Capillary refill lambat
Takikardia
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan hipotermia bisa teratasi
Kriteria hasil:
Pasien dapat mempertahankan kestabilan suhu tubuh.
Terbebas dari komplikasi mis., gagal jantung, infeksi/gagal napas, fenomena tromboembolik.
Suhu tubuh dalam rentang normal antara Aksilar-36,5°-37°C (97,9°-98° F) pada pengukuran
aksilar
INTERVENSI RASIONAL
Keringkan kulit dan rambut dengan
handuk hangat dan tempatkan bayi
di ruangan yang dihangatkan,
berikan penutup kepala, dan
selimuti bayi.
Menjaga panas tubuh bayi baru lahir.
Penyebab utama kehilangan panas
pada bayi baru lahir adalah konduksi,
konveksi, evaporasi dan radiasi.
Cairan amnion yang membasahi kulit
akan memudahkan evaporasi,
terutama jika disertai dengan
ruangan persalinan yang dingin.
Letakkan bayi sangat dekat dengan
ibu, seprti dalam dekapannya atau di
atas perutnya segera setelah
kelahiran.
Bermanfaat secara fisik baik untuk
mempertahankan panas maupun
menumbuhkan keterikatan maternal.
Jika bayi ditempatkan di dalam
inkubator, tempatkan inkubator jauh
Untuk menghindarkan kehilangan
panas melalui radiasi. Penempatan
5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 67/72
dari dinding, jendela, dan unit
ventilasi.
inkubator dekat dengan jendela yang
dingin, lorong yang kering, atau unit
dengan pendingin udara akan
mendinginkan dinding inkubator yang
akhirnya merembet ke tubuh bayi.
Tempatkan bayi pada permukaan
tertutup dan terlapisi yang mampu
memberikan isolasi dengan kain dan
selimut bukan meletakkan bayi
langsung ke meja keras.
Untuk mencegah kehilangan panas
secara konduksi. Konduksi adalah
kehilangan panas dari tubuh akibat
kontak langsung kulit dengan benda
padat yang lebih dingin
3. Risiko infeksi berhubungan dengan imunitas yang diperoleh tidak adekuat
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan risiko infeksi tidak muncul
Kriteria hasil:
Pasien terlindungi dari infeksi dan cedera
Pasien terbebas dari tanda-tanda infeksi
INTERVENSI RASIONAL
Cuci tangan secara seksama oleh
semua individu yang terlibat dalam
asuhan bayi
Untuk mencegah infeksi silang
Lakukan perawatan mata dengan
larutan perak nitrat (1%), salep atau
tetes mata eritromisin (0,5%), salep
atau tetes mata tetrasiklin (1%)
(lebih disukai dalam bentuk ampul
atau tabung dosis tunggal).
Penanganan profilaksis mata
terhadap oftalmia neonatorum,
konjungtivitas infeksiosa. Chlamydia
trachomatis merupakan penyebab
utama oftalmia neonatorum di AS.
Perak nitrat efektif terhadap
konjungtivitis gonokokus.
Antibiotika topikal seperti tetrasiklin
dan eritomisin, perak nitrat dan
larutan providone-iodine 2,5% tidak
5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 68/72
terbukti efektif untuk mengatasi
konjungtivitis chlamydia. Kir oral
eritomisin 14 hari atau sulfonamida
oral dapat diberikan untuk
konjungtivitis chlamydia (American
Academy of Pediatrics and American
College of Obstetrician and
Gynecologists, 1997). Dianjurkan juga
bahwa profilaksis mata diberikan
pada BBL melalui sesar jika terjadi
infeksi intrauterin asending.
PEDOMAN PROFILAKSIS OFTALMIANEONATORUM
Bersihkan kelopak mata
dengan kapas steril dan air
steril jika perlu.
Buka kelopak mata dan
berikan 2 tetes atau 1 sampai
2 cm ( ½ inci) salep pada
setiap kantong konjungtiva.
Lakukan pemijatan pada
kelopak mata untuk
meyakinkan obat telah rata.
Usap kelebihan obat dari
mata dengan kapas steril 1
menit setelah pemberian.
Jangan membilas matadengan salin normal steril.
Berikan vitamin K dalam dosis
intramuskular tunggal 0,5 sampai 1
mg segera setelah lahir.
Untuk mencegah penyakit
perdarahan BBL. Normalnya vitamin
K disintesis oleh flora usus. Akan
5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 69/72
tetapi, karena usus bayi masih steril
pada saat lahir dan kandungan
vitamin K dalam ASI rendah, maka
jelas ketersediaannya tidak
mencukupi selama 3 sampai 4 hari
pertama. Fungsi vitamin K adalah
sebagai katalis pada sintesis
protrombin dalam hati, yang
diperlukan untuk pembekuan darah
dan koagulasi. Otot vastus lateralis
direkomendasikan sebagai tempat
penyuntikan, tetapi dapat jugadigunakan otot ventrogluteal (bukan
dorsogluteal) (Beecroft &
Kongelbeck, 1994)
Berikan vaksin Hepatitis B (HBV) Untuk mengurangi insidensi HBV
pada anak-anak dan konsekuensi
seriusnya, sirosis dan kanker hati di
usia dewasa, amak pemberian dosis
pertama dari tiga dosis vaksin HBV
dianjurkan sejak kelahiran dan usia 2
hari pada semua BBL. Injeksi
diberikan di otot vastus lateralis. Otot
ini digunakan karena berhubungan
dengan respons imun yang lebih baik
dibandingkan otot di daerah
dorsogluteal (American Academy of
Pediatrics, 2000). Pemberian sukrosa
oral pada bayi dapat mengurangi
nyeri injeksi (Allen, White, dan
Walburn, 1996).
Bayi prematur yang lahir dari wanita
5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 70/72
HbsAG-negatif harus divaksinasi tepat
sebelum dipulangkan, diberikan jika
BB 2000 gr atau lebih; vaksinasi harus
ditunda sampai usia 2 bulan jika
Bblahir kurang dari 2000 gr. Bayi yang
lahir dari ibu HbsAG-positif harus
diiumunisasi dalam 12 jam setelah
kelahiran dengan vaksin HBV dan
imunoglobulin hepatitis B (HBIG)
pada tempat yang berbeda, tanpa
mempertimbangkan usia gestasional
atau BB lahir (American Academy of Pediatrics, 2000)
Lakukan penapisan/skrining penyakit
pada bayi baru lahir
Sejumlah kelainan genetik dapat
terdeteksi dalam peride setelah lahir.
Lakukan penapisan pendengaran
bayi baru lahir universal
American Aacademy of Pediatrics
(1999b) merekomendasikan bahwa
semua RS bersalin menetapkan
progrma untuk menapis semua bayi
bayu lahir sebelum pemulangan
untuk mendeteksi adanya ketulian
dengan memeriksa respons batang
otak auditori atau evoked otoacoustic
ernissions. Diperkirakan bahwa
penapisan terhadap faktor risiko
tinggi saja gagal mengidentfikasi
hampir 50% dari semua bayi barulahir dengan ketulian bawaan. Bayi
baru lahir yang gagal pada penapisan
awal harus didokumentasikan dan
dirujuk untuk uji lanjutan sebelum
usia 3 bulan.
5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 71/72
Mandikan bayi. Saat memandikan bayi, perawat
dapat menyelesaikan lebih dari
sekedar higiene umum. Ketika itu,
sangat tepat bagi kita untuk
mengobservasi tingkah laku bayi,
keadaan bangun, kesiagaan, dan
aktivitas muskularnya. Memandikan
biasanya dilakukan setelah TTV stabil,
terutama suhu.
5/11/2018 Print Pjbl 1 Lina - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/print-pjbl-1-lina 72/72
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, Lowdermilk, Jensen. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas E/4.Alih bahasa: Maria A.
Wijayarini,S.Kp & dr.Peter I.Anugerah. Jakarta : EGC
Hamilton, persis mary, 1995. Dasar Dasar Keperawatan Maternitas Ed 6. Alih bahasa :Ni Luh Gede
Yasmin Asih, SKp. Jakarta : EGC
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta :
Salemba Medika.
Leveno, Kenneth J., Cunningham, F Garry., Gant, Norman F, et al. 2009. Obstetri William : Panduan
Ringkas, Edisi 21. Jakarta : EGC.
May, K.A dan Mahlmeister L.R. 1994. Maternal and Neonatal Nursing : Family-centered Care (3rd ed).
Philadelphia : J.B. Lippincott
Saifudin, Abdul Bahri.2000.Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal . Jakarta:Yayasan Bina PustakaSarwono
Sinclair, Constance. 2009. Buku Saku Kebidanan. Jakarta : EGC.
Stright, Barbara R Alih bahasa Maria A. Wijayarini. 2004. Keperawatan Ibu-Bayi Baru Lahir Edisi 3.
Jakarta:EGC
Suharso, Darto. Achmad Y Herjana.Erny. 2005. Pemeriksaan Neurologis Pada Bayi dan Anak .
Disampaikan pada lokakarya Tumbuh Kembang Anak Divisi Neuropediatri FK Unair.
Wong, Dona L et al. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong alih bahasa Agus Suratna dkk.
Jakarta : EGC