Upload
amiowkey659308130
View
227
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7/30/2019 lapkas tyfoid 1
1/26
DEMAM TYPOIDPaper ini untuk memenuhi persyaratan dalam laporan kasus
kepaniteraan klinik senior di SMF Ilmu Penyakit Dalam RSU. Prof.Dr. BoloniMedan
Di susun Oleh :
SULASTRI
PEMBIMBING :
Dr. Leonardo B Dairi, Sp.PD, KGEH
SMF ILMU PENYAKIT DALAM
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
RSU. PROF.DR. BOLONI MEDAN
2011
7/30/2019 lapkas tyfoid 1
2/26
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke Khadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya, akhirnya penulis dapat
menyelesaikan tugas paper ini tepat waktu dan sebaik-baiknya dalam
rangka melengkapi persyaratan Kepaniteraan Klinik Senior di bagian
Ilmu Penyakit Dalam RSU.Prof.Boloni Medan dengan judul DEMAM
TYPOID.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapatkan
bantuan, bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak dalam bentuk
moril maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada
dr.Leonardo B Dairi,Sp.PD,KGEH. yang telah banyak memberikan
bimbingan kepada penulis selama penulis melaksanakan KKS di
bagiam Ilmu Penyakit Dalam RSU.Prof.Boloni.
Semoga paper ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan pada umumnya dan ilmu kedokteran pada khususnya.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT jugalah segalanya dikembalikan.
Semoga amal kebaikan kita mendapat ridho dari Allah SWT.
Medan, Agustus 2011
7/30/2019 lapkas tyfoid 1
3/26
Penulis
DAFTAR ISIKata PengantarDaftar IsiBab I
Pendahuluan............1Bab II Pembahasan
Definisi.....................................................................................2
Epidemiologi............................................................................2Etiologi.....................................................................................2Patofisiologi..............................................................................4Klasifikasi Limfadenitis Tuberculosa.......................................6Gejala Klinik ............................................................................8Anamnesa Keterangan...............................................................9Pemeriksaan fisik.....................................................................10Pemeriksaan penunjang............................................................11Diagnosis .................................................................................12Penatalaksana ..........................................................................12Diagnosa Banding....................................................................14
Bab III penutupKesimpulan..........................................................................................15
Daftar pustakaStatus Pasien
7/30/2019 lapkas tyfoid 1
4/26
BAB I
PENDAHULUAN
Demam tifoid adalah suatu penyakit sistemik akut yang disebabkan oleh
Salmonella enterica serotype typhi, dapat juga disebabkan oleh Salmonella enterica
serotype paratyphi A, B, atau C(demam paratifoid). Demam tifoid ditandai antara lain
dengan demam tinggi yang terus menerus bisa selama 3-4 minggu, toksemia, denyut nadi
yang relatif lambat, kadang gangguan kesadaran seperti mengigau, perut kembung,
splenomegali dan leukopeni.
Di banyak negara berkembang, termasuk di Indonesia, demam tifoid masih tetap
merupakan masalah kesehatan masyarakat, berbagai upaya yang dilakukan untuk
memberantas penyakit ini tampaknya belum memuaskan. Sebaliknya di negara maju
seperti Amerika Serikat, Eropa dan Jepang misalnya, seiring dengan perbaikan
lingkungan, pengelolaan sampah dan limbah yang memadai dan penyediaan air bersih
yang cukup, mampu menurunkan insidensi penyakit ini secara dramatis. Di abad ke 19
demam tifoid masih merupakan penyebab kesakitan dan kematian utama di Amerika,
namun sekarang kasusnya sudah sangat berkurang.
Tingginya jumlah penderita demam tifoid tentu menjadi beban ekonomi bagi
keluraga dan masyarakat. Besarnya beban ekonomi tersebut sulit dihitung dengan pasti
mengingat angka kejadian demam tifoid secara tepat tak dapat diperoleh.
Insidensi demam tifoid secara tepat tidaklah diketahui mengingat tampilan
kliniknya yang bervariasi sehingga bila tanpa konfirmasi laboratorium, terbaurkan
dengan penyakit infeksi lainnya. Kultur darah sebagai pemeriksaan untuk mencari kuman
penyebab tidak selalu tersedia di setiap daerah dan setiap fasilitas kesehatan.
Di negara maju kasus demam tifoid terjadi secara sporadik dan sering juga berupa kasus
impor atau bila ditelusuri ternyata ada riwayat kontak dengan karier kronik. Di negara
7/30/2019 lapkas tyfoid 1
5/26
berkembang kasus ini endemik. Diperkirakan sampai dengan 90 - 95 % penderita
dikelola sebagai penderita rawat jalan. Jadi data penderita yang dirawat di rumahsakit
dapat lebih rendah 15 25 kali dari keadaan yang sebenarnya.
Diseluruh dunia diperkirakan antara 16 16, 6 juta kasus baru demam tifoid ditemukan
dan 600.000 diantaranya meninggal dunia. Di Asia diperkirakan sebanyak 13 juta kasus
setiap tahunnya.
Suatu penelitian epidemiologi di masyarakat Vietnam khususnya di delta Sungai
Mekong, diperoleh angka insidensi 198 per 100.000 penduduk7 dan di Delhi India
sebesar 980 per 100.000 penduduk. Suatu laporan di Indonesia diperoleh sekitar 310
800 per 100.000 sehingga setiap tahun didapatkan antara 620.000 1.600.000 kasus. Di
Jawa Barat menurut laporan tahun 2000 ditemukan 38.668 kasus baru yang terdiri atas
18.949 kasus rawat jalan dan 19.719 kasus rawat inap.
7/30/2019 lapkas tyfoid 1
6/26
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. DEFINISI
Demam tifoid (tifus abdominalis, enteric fever) adalah penyakit infeksi akut yang
biasanya terdapat pada saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 7 hari,
gangguan pada saluran pencernaan dengan atau tanpa gangguan kesadaran.3,4,5
2.2. KRITERIA DIAGNOSIS
Demam naik secara bertangga lalu menentap selama beberapa hari, demam
terutama pada sore/malam hari.
Sulit buang air besar atau diare, sakit kepala.
Kesadaran berkabut, bradikardia relatif, lidah kotor, nyeri abdomen, hepatomegali,
atau splenomegali.
Kriteria Zulkarnaen:
o Febris > 7 hari, naik perlahan, seperti anak tangga bisa remitten atau
kontinua, disertai delirium/apatis, gangguan defekasi.
o Terdapat 2 atau lebih :
Lekopeni.
Malaria -.
Kelainan urine -.
7/30/2019 lapkas tyfoid 1
7/26
o Terdapat 2 atau lebih :
Penurunan kesadaran.
Rangsang meningeal -.
Perdarahan usus +.
Bradikardi relatif.
Splenomegali +.
Diagnosa ditegakkan dari :
o Riwayat dan gejala klinik sesuai untuk typhus (5 gejala kardinal dianggap
sebagai positif, 3 gejala kardinal curiga).
5 cardinal sign (Manson-Bahr (1985))
1. Demam
2. Ratio frekuensi nadi = suhu yang rendah (bradikardi relatif).
3. Toxemia yang karakteristik.
4. Splenomegali
5. Rose spot
Sign lainnya :
1. Distensi abdomen.
2. Pea soup stool.
3. Perdarahan intestinal
7/30/2019 lapkas tyfoid 1
8/26
o Biakkan Salmonella typhi +
o Tes widal meningkat atau peninggian 4x pada 2 kali pemeriksaan.
o Gall kultur+, Media SS agar.
2.3. PATOGENESIS
Benda tercemar kuman (tinja, muntah, keringat) => sistem pencernaan =>
lambung, kuman akan berkurang oleh karena HCl => pada usus kecil, melakukan
penetrasi & berbiak di kelenjar limfoid mesenterik => masuk ductus thoracicus =>masuk
ke peredaran darah (bakteriemi I) => ditangkap oleh RES (sampai disini disebebut silent
period/masa tunas) => kemudian di RES akan bermultiplikasi intraseluler => masuk kedalam peredaran darah (bakteriemi II) => beredar di seluruh tubuh => masuk ke dalam
empedu & usus, di usus akan membuat luka di plaque payeri. Bila Salmonella typhi
menetap di empedu/limpa dapat terjadi relaps/carrier.
Terjadinya febris diduga disebabkan oleh endotoksin (suatu lipopolisakarida penyebab
leukopeni) yang bersama-sama Salmonella typhi merangsang leukosit di jaringan.
Inflamasi merangsang pengeluaran zat pirogen.
Pada fase bakteriemi (minggu ke I, 7 hari pertama) Salmonella ada di hati, limpa, ginjal,
sumsum tulang, kantung empedu => bermanifestasi di usus (plaque payeri) dimana akan
terjadi :
Minggu I => membuat luka hiperemis pada plaque payeri.
Minggu II => terjadi necrosis pada plaque payeri.
Minggu III=> terbentuk tukak/ulcus yang ukurannya bervariasi dimana dapat terjadi
perdarahan dan perforasi.
Minggu IV=> dapat sembuh dengan sendirinya.
7/30/2019 lapkas tyfoid 1
9/26
2.4. GEJALA KLINIS
1. Masa inkubasi : 10 -14 hari (mungkin kurang dari 7 hari atau lebih dari 21 hari)
2. Keluhan utama yang mencolok:
o Panas yang makin tinggi terutama pada malam hari dan pagi hari, bila panas
sering disertai delirium, demam dapat bersifat remitten dapat pula kontinua.
Suhu meningkat dan bertahap seperti tangga, mencapai puncaknya pada hari
ke 5, dapat mencapai 39o - 40oC.
o Lemah badan, nyeri kepala di frontal.
o Mual - anoreksia.
o Gangguan defekasi :
Obstipasi pada minggu I.
Diare pada minggu II (peas soup diare).
Karena peradangan kataral dari usus, sering disertai denganperdarahan dari selaput lendir usus, terutama ileum.
o Insomnia.
o Muntah.
o Nyeri perut.
o Apatis/bingung dapat diakibatkan toksik menjadi delirium yang akan menjadi
meningismus (akhir minggu ke I).
o Myalgia/atralgia.
o Batuk.
3. Nadi terjadi bradicardi relatif (normalnya frekuensi nadi akan meningkat sebanyak
18x/menit pada setiap peningkatan suhu tubuh sebanyak 1o C, pada demam typoid
denyut nadi akan lebih lambat dari perhitungan yang seharusnya), hal ini
disebabkan oleh karena efek endotoksin pada miokard.
7/30/2019 lapkas tyfoid 1
10/26
4.Lidah, typhoid tongue, dengan warna lidah putih kotor kecoklatan dengan ujung
dan tepi hiperemis dan terdapat tremor.
5.Thoraks, paru-paru dapat terjadi bronchitis/pneumonia, pada umumnya bersifat
tidak produktif, terjadi pada minggu ke II atau minggu ke III, yang disebabkan
oleh pneumococcus atau yang lainnya.
6.Abdomen, agak cembung dan meteorismus.
Splenomegali pada 70% dari kasus, dengan perabaan keras, mulai teraba pada
akhir minggu ke I sampai minggu ke III, akan tetapi dapat juga lunak dan
nyeri tekan positif.
Hepatomegali pada 25% dari kasus, terjadi pada minggu ke II sampai dengan
masa konvalesens.
Kantung empedu, merupakan sumber kuman yang dapat tetap utuh, dapat
terjadi kholesistitis akut terutama pada wanita tua dan gemuk. Karier sering
terjadi pada penderita dengan kholesistitis kronik dan batu empedu.
Meteorismus, kita harus hati-hati untuk tanda perforasi/adanya perdarahan
pada usus.
Perubahan terjadi pada bagian distal dari Ileum, Plaque payeri menunjukkan :
Hiperplasti pada minggu ke I.
Nekrose pada minggu ke II.
Ulcerasi pada minggu ke III.
Penyembuhan pada minggu ke IV.
5.Kulit, Rose spot, adalah suatu rash yang khas untuk tipoid, terjadi pada akhir
minggu ke I sampai minggu ke III terutama pada dinding dada dan perut. Hal ini
terjadi karena infiltrasi oleh sel monosit pada ujung-ujung kapiler yang
disebabkan oleh infiltrasi kuman Salmonella typhi pada kulit, yang menyebabkan
7/30/2019 lapkas tyfoid 1
11/26
terjadinya proses radang, sehingga terjadi perembesan dari sel eritrosit, karena
permeabilitas kapiler meningkat.
6.Ginjal, karena 25% - 30% dari penderita demam tifoid mengeksresikan
Salmonella typhi dalam air kemih pada stadium akut dari penyakit, maka
dianggap bahwa ginjal sering terjangkit. Tetapi kelainan ginjal yang menetap
jarang terjadi, seperti juga jarangnya karier air kemih.
7.Sistim syaraf pusat, dapat timbul encephalopathy dengan ring haemorrhagic,
trombus kapiler, demyelinasi perivaskuler, transverse myelitis dan Guillain Barre
syndrome. Meningitis purulenta telah dilaporkan. Penurunan pendengaran juga
sering ditemukan.
8.Lesi-lesi fokal, abses tifoid dapat terjadi dimana-mana:
Osteomyelitis.
Abses otak.
Abses limfa.
Eksudat pada kasus-kasus ini merupakan suatu PMN dan bukan mononuklear.
9.Status typhosa :
Toxic
Mengantuk
Apatis
Delirium
Incontinentia urine et alvi
Tremor halus: tangan dan lidah.
Gejala psikose sampai koma.
7/30/2019 lapkas tyfoid 1
12/26
2.5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan darah rutin.
Leukopeni (47% dari kasus) 2000 - 3000 sampai dengan 5000/mm3. Bila adaleukositosis (4% dari kasus) hati-hati ada penyulit, perforasi atau infeksi
sekunder.
Limfositosis relatif (pasien tetap leukopeni tetapi persentasi limfosit lebih
banyak dari normal).
Aneosinofilia.
2. Pemeriksaan bakteriologik
Biakan Gall, untuk diagnosa pasti! Biakan dapat diambil dari :
Sumsum tulang (90% ketelitian) pada minggu ke I dan minggu ke II.
Darah pada minggu ke I dan minggu ke II (70% - 90%) minggu ke II
sampai minggu ke III (30% - 40%).
Biakan pada agar SS bahan diambil dari :
Tinja pada minggu ke II sampai minggu ke III.
Urine pada minggu ke III sampai minggu ke IV.
Jangan menggunakan Gall culture, Rose spot boleh di Gall kultur.
Bila Gall positif diagnosa pasti dari tiphoid abdominalis, tetapi bila negatif
belum tentu bebas tiphoid abdominalis tergantung dari teknik pengambilan
bahan, waktu perjalanan penyakit, post vaksinasi.
7/30/2019 lapkas tyfoid 1
13/26
3. Pemeriksaan serologik
Test aglutinasi mikroskopik cepat, nilai positif bila terjadi penggumpalan,
pemeriksaan ini berguna untuk identifiksai pendahuluan pada biakan kuman.
Test Widal (Aglutinasi pengenceran pada tabung)
Yang diukur adalah aglutinasi antigen H (flagela, suatu protein yang
spesies spesifik), dan antigen O (somatik, suatu lipopolisakarida
(endotoksin) group spesifik)
Interpretasi hasil pemeriksaan:
Positif bila titer O meningkat lebih dari 1/160 atau
peningkatan > 4x pada pengambilan serum yang
berangkaian.
Nilai O 1/80 menunjukkan suggestif tifoid. sedangkan untuk
titer H nilai positif adalah > 1/800 semua hasil tersebut
dengan syarat tidak menerima vaksinasi typhoid dalam 6
bulan terakhir.
Peninggian titer H > 1/160 menunjukkan bahwa penderita
pernah divaksinasi atau terinfeksi Salmonella typhi.
Titer Vi (antigen kapsul) meninggi pada pembawa kuman
atau karier.
2.6. DIFERENSIAL DIAGNOSIS
1. Paratiphoid.
2. Malaria.
3. TBC millier.
7/30/2019 lapkas tyfoid 1
14/26
4. Influenza.
5. Dengue.
6. Rheumatic fever.
7. Sistemic lupus erimatosus.
8. Hepatitis.
2.7. KOMPLIKASI
1. Relaps,
febris timbul kembali setelah 10 hari afebris atau setelah 3 minggu diberikan
terapi kloramfenikol. Relaps kronik jarang terjadi tetapi dapat ditemukan setelah
beberapa bulan, terutama dengan penderita yang mendapat terapi tidak adekuat
(Manson-Bahr, 1985), limfa yang tetap teraba adalah gejala penting dari
impending relaps.
Insidensi 10% - 20%.
Patogenesa :
o Penderita diserang oleh banyak strain tetapi hanya satu strain
yang bermanifestasi, sedang strain yang lainnya bersembunyi,
waktu relaps disebabkan oleh kuman yang tersembunyi.
o Chloramfenikol menghambat atau memperlambat
pembentukkan antibodi, sehingga memudahkan relaps tapi
justru relaps pada titer antibodi yang tinggi hal ini dibuktikan
dengan titer widal, yaitu penularan bukan oleh karena
kekebalan.
o Salmonella typhi istirahat dalam sel dan baru aktif pada saat sel
tubuh tersebut mati.
7/30/2019 lapkas tyfoid 1
15/26
2. Perdarahan usus,
biasanya timbul pada hari ke 14 - ke 21 dari perjalanan penyakit. Dapat berupa
perdarahan yang minimal sampai perdarahan tersembunyi yang masif. Yang
ditandai dengan :
o Penurunan suhu mendadak.
oTanda-tanda shock.
Tensi turun mendadak sampai dibawah normal.
Nadi cepat dan kecil.
Sianosis.
Tachypnoe.
Kulit dingin dan lembab.
o Perdarahan per ani yang tidak selalu tampak.
3. Perforasi usus,
Biasanya muncul pada akhir minggu ke III, umumnya terjadi di daerah sekitar
60cm dari bagian akhir ileum. Dengan gejala yang kita dapatkan adalah:
o KU buruk.
o
Reaksi tubuh dan mental menjadi lambat.
o Tiba-tiba menjadi gelisah dan mengeluh nyeri perut.
o Muntah-muntah.
http://c/Documents%20and%20Settings/interne2/definisi_shock.htmhttp://c/Documents%20and%20Settings/interne2/definisi_shock.htm7/30/2019 lapkas tyfoid 1
16/26
o Suhu tiba-tiba turun.
o Pernafasan cepat dan hanya menggunakan otot-otot intercostal.
o Dinding perut tegang, defence musculare, terutama di perut sebelah kanan(pada lokasi ileum).
o Pekak hati menghilang.
o Perkusi menjadi tympani.
o Bising usus menurun sampai hilang.
o Foto R BNO : tampak udara bebas dalam rongga perut terutama dibawah
diafragma. Preperitoneal fat hilang karena terdapat oedem dan
pengumpulan exudat.
4. Miokarditis,
keluhan klinis terjadi pada minggu ke II sampai minggu ke III, berupa
o Takikardia.
o Nadi kecil dan lemah.
o Bunyi jantung redup.
o Gallop rhythm.
o Tekanan darah turun atau peningkatan tekanan vena tanpa ada gejaladekompresi lain.
5. Cholecystitis
6. Thypoid toxic,
Secara klinis terjadi perubahan mental yang terdiri dari disorientasi, kebingungan,
delirium > 5 hari, yang dapat diikuti dengan/tanpa munculnya gejala neurologis :
7/30/2019 lapkas tyfoid 1
17/26
afasia, ataxia, perubahan refleks, konvulsi dan lain-lainnya. Thypoid toxic dapat
dibagi menjadi :
Meningocerebral
Demam > 6 hari dan menjadi delirium, setengah sadar atau tidak
sadar.
Selalu ada kaku kuduk.
Tanda kernig dapat positif atau negatif.
Refleks tendo menjadi meninggi terutama APR.
Liquor cerebro spinal normal.
Prognosa: dapat sembuh sempurna!
Encephalitis diffus
Demam tinggi diikuti penurunan kesadaran.
Refleks tendo dapat positif atau menurun, refleks dinding perut
negatif.
Rangsang meningen negatif.
Setelah berlangsung lebih dari 1 minggu akan sembuh sempurna.
Encephalitis akut
Tiba-tiba hiperpireksia.
Tidak sadar dan kejang umum 24 jam setelah onset.
7/30/2019 lapkas tyfoid 1
18/26
Bisa timbul kejang ulang.
Prognosa : buruk!
Meningitis akut
Liquor cerebro spinal : jernih dengan pleositosis ringan.
Electro encephalograph : gambaran encephalopati.
7. Hepatitis typhosa
8. Pneumotyphoid
9. Pankreatitis typhosa
10.Carrier typhosa,
setelah 6 bulan diperiksa 3 x berturut-turut selang 1 bulan masih tetap positif
(pada pemeriksaan faeces yang dibiakkan).
2.8. PENATALAKSANAAN
1. Terapi secara umum
1. Non medikamentosa
Perawatan :
Bed rest total sampai dengan bebas demam 1 minggu tetapi
sebaiknya sampai akhir minggu ke III oleh karena bahayaperdarahan dan perforasi.
Tujuannya untuk :
Mempercepat penyembuhan.
Mencegah perforasi usus.
7/30/2019 lapkas tyfoid 1
19/26
Karena banyak gerak akan menyebabkan gerakan
peristaltik meningkat, dengan peningkatan peristaltik maka
akan terjadi peningkatan dari aktifitas pembuluh darah, hal
ini akan meningkatkan kadar toksin yang masuk ke dalam
darah, dapat menyebabkan peningatan dari suhu tubuh.
Mobilisasi berangsur-angsur dilakukan setelah pasien 3 hari
bebas demam.
Dietetik:
Harus cukup kalori, protein, cairan dan elektrolit.
Mudah dicerna dan halus.
Kebutuhan 2500 kkal, 100 gr protein, 2 - 3 liter cairan.
Typhoid diet I : Bubur susu/cair tidak diberikan pada
pasien yang demam tanpa komplikasi.
Typhoid diet II : Bubur saring.
Typhoid diet III : Bubur biasa.
Typhoid diet IV : Nasi tim.
Prinsip pengelolaan dietetik pada typhoid padat dini,
rendah serat/rendah selulosa.
Typoid diet biasanya dimulai dari TD II, setelah 3 hari
bebas demam menjadi TD III, sampai 3 hari kemudian
dapat diganti kembali menjadi TD IV.
Harus diberikan rendah serat karena pada typoid
abdominalis ada luka di ileum terminale bila banyak
selulosa maka akan menyebabkan peningkatan kerja usus,
hal ini menyebabkan luka makin hebat.
2. Medika mentosa: Antibiotik
Drug of Choice adalah Chloramfenicol dengan dosis 4 x
500 mg/hari selama 7 hari afebris atau sampai 1 minggu
bebas demam.
7/30/2019 lapkas tyfoid 1
20/26
Kontra indikasi :
Tidak boleh diberikan pada wanita hamil
trisemester 3.
Grey baby syndrome.
Partus premature.
Kematian intrauterine (IUFD).
Jangan berikan pada pasien yang
leukositnya kurang dari 2000.
Pengobatan dianggap gagal (chloramfenicol
resisten) bila dalam 10 hari pemberian pasien tetap
demam, gunakan antibiotik yang lain.
Cotrimoxazole, dengan dosis 400 mg 2 x 2 tablet/hari
sampai 7 hari afebris.RSHS2 x 3 tablet.
Waktu yang diperlukan untuk penurunan suhu sama
dengan chloramfenicol.
Tidak terjadi krisis toksik.
Gejala lebih cepat hilang.
Dapat digunakan untuk pasien yang toksik dan
delirium.
Lebih unggul dalam mencegah relaps.
Efek samping yang perlu diperhatikan adalah
trombositopenia, untuk menghindarkannya kita
berikan asam folic.
Amphicillin, dosis 3 - 4 x (0.5 - 1 gram)/hari selama 15
hari (RSHS)
Digunakan untuk tifoid abdominalis ringan dan
untuk karier.
Amoxicilin, dosis 4 x 1 gr(untuk ukuran kecil) - 6 gr (untuk
ukuran besar)/hari.
Untuk kasus karier 6 gr/hari selama 6 minggu
Golongan Quinolon.
7/30/2019 lapkas tyfoid 1
21/26
Ciprofloksasin, dosis 2 x 750 mg sampai 4 minggu,
untuk menanggulangi karier, karena pasien dapat
menularkan secara fecal - oral (typhoid mary).
Tidak boleh diberikan pada pasien dengan usia
kurang dari 15 tahun, karena bisa menyebabkan
penutupan epifise tulang lebih cepat.
Keuntungan dari Quinolon:
Waktu yang diperlukan untuk terapi lebih
pendek.
Bersifat bakterisida.
Hati-hati akan terjadi reaksi harxheimer reaction yang
merupakan reaksi yang hebat dari pemberian awal dari
antibiotic pada perderita typhoid, oleh karena
dilepaskannya secara mendadak dalam jumlah besar,
antigen dari kuman typhoid.(reaksi seperti anafilaktik syok,
dimana pasien dapat jatuh kedalam keadaan komatous)
Simptomatik:
Analgetik antipiretik (DOC : parasetamol)
Jangan menggunakan asam salisilat, karena bisa
menyebabkan hiperhidrosis.
Jangan pada penderita hepatitis.
Dapat merangsang mukosa usus.
Efek anti piretik dapat berlebihan.
Menghambat efek dari chloramfenicol.
Laxantia dan enema, untuk memudahkan buang air besar.
Hati-hati perdarahan dan perforasi.
Muntah-muntah
Prochlorperazine (Stemetil) dengan dosis 3 x 5mg
atau 3 x 10 mg.
Prometazine (Phenergan) dengan dosis 3 x 25 mg.
Diare
7/30/2019 lapkas tyfoid 1
22/26
Diphenoxylate hydrochloride (Lomotil, Reasec) 4 x
2 tab
Meteorismus
Intake diganti dengan parenteral
Gunakan stomach tube dan aspirasi tiap jam.
Supportif
Kortikosteroid
Hanya dianjurkan untuk penderita dengan toksemia
berat dan hiperpireksi berat.
Tidak boleh dipergunakan secara rutin.
Harus dihindarkan dalam minggu ke III karena bila
ada perdarahan kita tidak tahu dari penyakit atau
dari kortikosteroid.
Memperpendek deman dan gejala cepat hilang.
Menghambat pembentukkan immunitas sehingga
mudah untuk relaps.
Dosis : Hari ke I : Hidrokortison 200 mg im
Prednison 3 x 15 mg
Hari ke II : Prednison 3 x 10 mg
Hari ke III : Prednison 3 x 5 mg
Hari ke IV : Prednison 3 x 5 mg
Hari ke V : Prednison 1 x 5 mg.
Roborantia
Vitamin B dan vitamin C.
7/30/2019 lapkas tyfoid 1
23/26
Terapi untuk karier yang gagal pengobatan dengan
medikamentosa kita lakukan cholecystectomy.
Perforasi usus.
1. Cito operasi !
2. Persiapan :
Puasakan pasien.
Infus dengan Ringer Lactat.
Berikan Antibiotika dosis tinggi.
Gunakangastric suction untuk kompresi.
3. Prognosa :
Mortalitas 20% - 50%, dimana hal ini dipengaruhi oleh:
Umur.
Keadaan umum sebelum pembedahan.
Diagnosa yang lambat (>24 jam).
Terdapat sepsis intraperitoneal.
Perforasi ulang atau penyulit lainnya.
Toxic typhoid
1. Pasang maag slang (NGT) dan akan digunakan untuk pemberian nutrisi :
7/30/2019 lapkas tyfoid 1
24/26
Untuk keadaan yang berat sekali gunakan TD I.
Untuk keadaan yang tidak berat kita gunakan TD II yang telah
diblender dahulu.
2. Pasang infus, untuk pemberian kemicetin 3 - 4 x 1 gr/hari secara IV, bila
sudah membaik berikan peroral dengna dosis 4 x 2 tablet selama 2
minggu.
3. Kortikosteroid
Berikan kalmethasone yang dilarutkan dalam NaCl 0,9% atau
dextran 5% atau Ringer Lactat.
1 mg kalmethasone dilarutkan dalam 2 cc larutan.
8 jam pertama berikan 3 mg/kgBB secara IV.
30 ml diberikan dalam infus pada 6 - 8 jam kedua dan selanjutnya
diberikan 1 mg/kgBB diberikan 6 x (1 ampul kalmethasone = 4 ml)
dalam waktu 2 hari.
Jangan diberikan pada akhir minggu ke II atau ke III karena bisa
merangsang gaster menambah bahaya terjadinya perforasi.
Minggu ke I boleh diberikan karena kalau ada melena pada minggu
ke I pasti oleh kortikosteroid, sedangkan pada minggu ke II atau ke
III, kita tidak tahu penyebab dari melena karena bisa dari perforasi
atau karena obat.
Bila ada septik shock berikan dopamin 2 ampul (1 amp = 200 mg)
larutkan dalam dextrose 5% dengan kecepatan 8 tetes permenit
sampai shock teratasi ganti dengan Dextran saja 10 tetes per menit.
7/30/2019 lapkas tyfoid 1
25/26
3. Prognosa,
sangat bervariasi, dapat menjadi jelek dan angka kematian tinggi bila
terdapat gangguan SSP.
BAB III
KESIMPULAN
Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut disebabkan oleh kuman gram negatif
Salmonella typhi.
Manifestasi klinik pada umumnya bersifat lebih ringan dan lebih bervariasi.
Demam adalah gejala yang paling konstan di antara semua penampakan klinis.
Dalam minggu pertama, keluhan dan gejala menyerupai penyakit infeksi akut
pada umumnya seperti demam, sakit kepala, mual, muntah, nafsu makan menurun, sakit
perut, diare atau sulit buang air beberapa hari, sedangkan pemeriksaan fisik hanya
didapatkan suhu tubuh meningkat dan menetap. Suhu meningkat terutama sore dan
malam hari.
Setelah minggu ke dua maka gejala menjadi lebih jelas demam yang tinggi terus
menerus, nafas berbau tak sedap, kulit kering, rambut kering, bibir kering pecah-pecah
/terkupas, lidah ditutupi selaput putih kotor, ujung dan tepinya kemerahan dan tremor,pembesaran hati dan limpa dan timbul rasa nyeri bila diraba, perut kembung. nampak
sakit berat, disertai gangguan kesadaran dari yang ringan letak tidur pasif, acuh tak acuh
(apatis) sampai berat (delirium, koma).
7/30/2019 lapkas tyfoid 1
26/26
DAFTAR PUSTAKA
1. Widodo Darmowandoyo. Demam Tifoid. Dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak
Infeksi dan Penyakit Tropis. Edisi pertama. 2002. Jakarta ;Bagian Ilmu Kesehatan
Anak FKUI: 367-375
2. Alan R. Tumbelaka. Diagnosis dan Tata laksana Demam Tifoid. Dalam Pediatrics
Update. Cetakan pertama. 2003. Jakarta ;Ikatan Dokter Anak Indonesia: 37-46
3. http://www.sehatgroup.web.id/guidelines/isiGuide.asp?guideID=36
4. http://www.kabarindonesia.com/berita.php?
pil=3&jd=Mutiara+Diagnosis+Demam+Tifoid&dn=20080905020143
5. http://koaskamar13.wordpress.com/metode-diagnostik-demam-tifoid-pada-anak/
6. http://www.infopenyakit.com/2008/08/penyakit-demam-tifoid.html
http://www.sehatgroup.web.id/guidelines/isiGuide.asp?guideID=36http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=3&jd=Mutiara+Diagnosis+Demam+Tifoid&dn=20080905020143http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=3&jd=Mutiara+Diagnosis+Demam+Tifoid&dn=20080905020143http://koaskamar13.wordpress.com/metode-diagnostik-demam-tifoid-pada-anak/http://www.infopenyakit.com/2008/08/penyakit-demam-tifoid.htmlhttp://www.sehatgroup.web.id/guidelines/isiGuide.asp?guideID=36http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=3&jd=Mutiara+Diagnosis+Demam+Tifoid&dn=20080905020143http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=3&jd=Mutiara+Diagnosis+Demam+Tifoid&dn=20080905020143http://koaskamar13.wordpress.com/metode-diagnostik-demam-tifoid-pada-anak/http://www.infopenyakit.com/2008/08/penyakit-demam-tifoid.html