lapkas tyfoid 1

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/30/2019 lapkas tyfoid 1

    1/26

    DEMAM TYPOIDPaper ini untuk memenuhi persyaratan dalam laporan kasus

    kepaniteraan klinik senior di SMF Ilmu Penyakit Dalam RSU. Prof.Dr. BoloniMedan

    Di susun Oleh :

    SULASTRI

    PEMBIMBING :

    Dr. Leonardo B Dairi, Sp.PD, KGEH

    SMF ILMU PENYAKIT DALAM

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI

    BANDAR LAMPUNG

    RSU. PROF.DR. BOLONI MEDAN

    2011

  • 7/30/2019 lapkas tyfoid 1

    2/26

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan ke Khadirat Allah SWT yang telah

    memberikan rahmat serta karunia-Nya, akhirnya penulis dapat

    menyelesaikan tugas paper ini tepat waktu dan sebaik-baiknya dalam

    rangka melengkapi persyaratan Kepaniteraan Klinik Senior di bagian

    Ilmu Penyakit Dalam RSU.Prof.Boloni Medan dengan judul DEMAM

    TYPOID.

    Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapatkan

    bantuan, bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak dalam bentuk

    moril maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini penulis

    mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada

    dr.Leonardo B Dairi,Sp.PD,KGEH. yang telah banyak memberikan

    bimbingan kepada penulis selama penulis melaksanakan KKS di

    bagiam Ilmu Penyakit Dalam RSU.Prof.Boloni.

    Semoga paper ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu

    pengetahuan pada umumnya dan ilmu kedokteran pada khususnya.

    Akhirnya hanya kepada Allah SWT jugalah segalanya dikembalikan.

    Semoga amal kebaikan kita mendapat ridho dari Allah SWT.

    Medan, Agustus 2011

  • 7/30/2019 lapkas tyfoid 1

    3/26

    Penulis

    DAFTAR ISIKata PengantarDaftar IsiBab I

    Pendahuluan............1Bab II Pembahasan

    Definisi.....................................................................................2

    Epidemiologi............................................................................2Etiologi.....................................................................................2Patofisiologi..............................................................................4Klasifikasi Limfadenitis Tuberculosa.......................................6Gejala Klinik ............................................................................8Anamnesa Keterangan...............................................................9Pemeriksaan fisik.....................................................................10Pemeriksaan penunjang............................................................11Diagnosis .................................................................................12Penatalaksana ..........................................................................12Diagnosa Banding....................................................................14

    Bab III penutupKesimpulan..........................................................................................15

    Daftar pustakaStatus Pasien

  • 7/30/2019 lapkas tyfoid 1

    4/26

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Demam tifoid adalah suatu penyakit sistemik akut yang disebabkan oleh

    Salmonella enterica serotype typhi, dapat juga disebabkan oleh Salmonella enterica

    serotype paratyphi A, B, atau C(demam paratifoid). Demam tifoid ditandai antara lain

    dengan demam tinggi yang terus menerus bisa selama 3-4 minggu, toksemia, denyut nadi

    yang relatif lambat, kadang gangguan kesadaran seperti mengigau, perut kembung,

    splenomegali dan leukopeni.

    Di banyak negara berkembang, termasuk di Indonesia, demam tifoid masih tetap

    merupakan masalah kesehatan masyarakat, berbagai upaya yang dilakukan untuk

    memberantas penyakit ini tampaknya belum memuaskan. Sebaliknya di negara maju

    seperti Amerika Serikat, Eropa dan Jepang misalnya, seiring dengan perbaikan

    lingkungan, pengelolaan sampah dan limbah yang memadai dan penyediaan air bersih

    yang cukup, mampu menurunkan insidensi penyakit ini secara dramatis. Di abad ke 19

    demam tifoid masih merupakan penyebab kesakitan dan kematian utama di Amerika,

    namun sekarang kasusnya sudah sangat berkurang.

    Tingginya jumlah penderita demam tifoid tentu menjadi beban ekonomi bagi

    keluraga dan masyarakat. Besarnya beban ekonomi tersebut sulit dihitung dengan pasti

    mengingat angka kejadian demam tifoid secara tepat tak dapat diperoleh.

    Insidensi demam tifoid secara tepat tidaklah diketahui mengingat tampilan

    kliniknya yang bervariasi sehingga bila tanpa konfirmasi laboratorium, terbaurkan

    dengan penyakit infeksi lainnya. Kultur darah sebagai pemeriksaan untuk mencari kuman

    penyebab tidak selalu tersedia di setiap daerah dan setiap fasilitas kesehatan.

    Di negara maju kasus demam tifoid terjadi secara sporadik dan sering juga berupa kasus

    impor atau bila ditelusuri ternyata ada riwayat kontak dengan karier kronik. Di negara

  • 7/30/2019 lapkas tyfoid 1

    5/26

    berkembang kasus ini endemik. Diperkirakan sampai dengan 90 - 95 % penderita

    dikelola sebagai penderita rawat jalan. Jadi data penderita yang dirawat di rumahsakit

    dapat lebih rendah 15 25 kali dari keadaan yang sebenarnya.

    Diseluruh dunia diperkirakan antara 16 16, 6 juta kasus baru demam tifoid ditemukan

    dan 600.000 diantaranya meninggal dunia. Di Asia diperkirakan sebanyak 13 juta kasus

    setiap tahunnya.

    Suatu penelitian epidemiologi di masyarakat Vietnam khususnya di delta Sungai

    Mekong, diperoleh angka insidensi 198 per 100.000 penduduk7 dan di Delhi India

    sebesar 980 per 100.000 penduduk. Suatu laporan di Indonesia diperoleh sekitar 310

    800 per 100.000 sehingga setiap tahun didapatkan antara 620.000 1.600.000 kasus. Di

    Jawa Barat menurut laporan tahun 2000 ditemukan 38.668 kasus baru yang terdiri atas

    18.949 kasus rawat jalan dan 19.719 kasus rawat inap.

  • 7/30/2019 lapkas tyfoid 1

    6/26

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. DEFINISI

    Demam tifoid (tifus abdominalis, enteric fever) adalah penyakit infeksi akut yang

    biasanya terdapat pada saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 7 hari,

    gangguan pada saluran pencernaan dengan atau tanpa gangguan kesadaran.3,4,5

    2.2. KRITERIA DIAGNOSIS

    Demam naik secara bertangga lalu menentap selama beberapa hari, demam

    terutama pada sore/malam hari.

    Sulit buang air besar atau diare, sakit kepala.

    Kesadaran berkabut, bradikardia relatif, lidah kotor, nyeri abdomen, hepatomegali,

    atau splenomegali.

    Kriteria Zulkarnaen:

    o Febris > 7 hari, naik perlahan, seperti anak tangga bisa remitten atau

    kontinua, disertai delirium/apatis, gangguan defekasi.

    o Terdapat 2 atau lebih :

    Lekopeni.

    Malaria -.

    Kelainan urine -.

  • 7/30/2019 lapkas tyfoid 1

    7/26

    o Terdapat 2 atau lebih :

    Penurunan kesadaran.

    Rangsang meningeal -.

    Perdarahan usus +.

    Bradikardi relatif.

    Splenomegali +.

    Diagnosa ditegakkan dari :

    o Riwayat dan gejala klinik sesuai untuk typhus (5 gejala kardinal dianggap

    sebagai positif, 3 gejala kardinal curiga).

    5 cardinal sign (Manson-Bahr (1985))

    1. Demam

    2. Ratio frekuensi nadi = suhu yang rendah (bradikardi relatif).

    3. Toxemia yang karakteristik.

    4. Splenomegali

    5. Rose spot

    Sign lainnya :

    1. Distensi abdomen.

    2. Pea soup stool.

    3. Perdarahan intestinal

  • 7/30/2019 lapkas tyfoid 1

    8/26

    o Biakkan Salmonella typhi +

    o Tes widal meningkat atau peninggian 4x pada 2 kali pemeriksaan.

    o Gall kultur+, Media SS agar.

    2.3. PATOGENESIS

    Benda tercemar kuman (tinja, muntah, keringat) => sistem pencernaan =>

    lambung, kuman akan berkurang oleh karena HCl => pada usus kecil, melakukan

    penetrasi & berbiak di kelenjar limfoid mesenterik => masuk ductus thoracicus =>masuk

    ke peredaran darah (bakteriemi I) => ditangkap oleh RES (sampai disini disebebut silent

    period/masa tunas) => kemudian di RES akan bermultiplikasi intraseluler => masuk kedalam peredaran darah (bakteriemi II) => beredar di seluruh tubuh => masuk ke dalam

    empedu & usus, di usus akan membuat luka di plaque payeri. Bila Salmonella typhi

    menetap di empedu/limpa dapat terjadi relaps/carrier.

    Terjadinya febris diduga disebabkan oleh endotoksin (suatu lipopolisakarida penyebab

    leukopeni) yang bersama-sama Salmonella typhi merangsang leukosit di jaringan.

    Inflamasi merangsang pengeluaran zat pirogen.

    Pada fase bakteriemi (minggu ke I, 7 hari pertama) Salmonella ada di hati, limpa, ginjal,

    sumsum tulang, kantung empedu => bermanifestasi di usus (plaque payeri) dimana akan

    terjadi :

    Minggu I => membuat luka hiperemis pada plaque payeri.

    Minggu II => terjadi necrosis pada plaque payeri.

    Minggu III=> terbentuk tukak/ulcus yang ukurannya bervariasi dimana dapat terjadi

    perdarahan dan perforasi.

    Minggu IV=> dapat sembuh dengan sendirinya.

  • 7/30/2019 lapkas tyfoid 1

    9/26

    2.4. GEJALA KLINIS

    1. Masa inkubasi : 10 -14 hari (mungkin kurang dari 7 hari atau lebih dari 21 hari)

    2. Keluhan utama yang mencolok:

    o Panas yang makin tinggi terutama pada malam hari dan pagi hari, bila panas

    sering disertai delirium, demam dapat bersifat remitten dapat pula kontinua.

    Suhu meningkat dan bertahap seperti tangga, mencapai puncaknya pada hari

    ke 5, dapat mencapai 39o - 40oC.

    o Lemah badan, nyeri kepala di frontal.

    o Mual - anoreksia.

    o Gangguan defekasi :

    Obstipasi pada minggu I.

    Diare pada minggu II (peas soup diare).

    Karena peradangan kataral dari usus, sering disertai denganperdarahan dari selaput lendir usus, terutama ileum.

    o Insomnia.

    o Muntah.

    o Nyeri perut.

    o Apatis/bingung dapat diakibatkan toksik menjadi delirium yang akan menjadi

    meningismus (akhir minggu ke I).

    o Myalgia/atralgia.

    o Batuk.

    3. Nadi terjadi bradicardi relatif (normalnya frekuensi nadi akan meningkat sebanyak

    18x/menit pada setiap peningkatan suhu tubuh sebanyak 1o C, pada demam typoid

    denyut nadi akan lebih lambat dari perhitungan yang seharusnya), hal ini

    disebabkan oleh karena efek endotoksin pada miokard.

  • 7/30/2019 lapkas tyfoid 1

    10/26

    4.Lidah, typhoid tongue, dengan warna lidah putih kotor kecoklatan dengan ujung

    dan tepi hiperemis dan terdapat tremor.

    5.Thoraks, paru-paru dapat terjadi bronchitis/pneumonia, pada umumnya bersifat

    tidak produktif, terjadi pada minggu ke II atau minggu ke III, yang disebabkan

    oleh pneumococcus atau yang lainnya.

    6.Abdomen, agak cembung dan meteorismus.

    Splenomegali pada 70% dari kasus, dengan perabaan keras, mulai teraba pada

    akhir minggu ke I sampai minggu ke III, akan tetapi dapat juga lunak dan

    nyeri tekan positif.

    Hepatomegali pada 25% dari kasus, terjadi pada minggu ke II sampai dengan

    masa konvalesens.

    Kantung empedu, merupakan sumber kuman yang dapat tetap utuh, dapat

    terjadi kholesistitis akut terutama pada wanita tua dan gemuk. Karier sering

    terjadi pada penderita dengan kholesistitis kronik dan batu empedu.

    Meteorismus, kita harus hati-hati untuk tanda perforasi/adanya perdarahan

    pada usus.

    Perubahan terjadi pada bagian distal dari Ileum, Plaque payeri menunjukkan :

    Hiperplasti pada minggu ke I.

    Nekrose pada minggu ke II.

    Ulcerasi pada minggu ke III.

    Penyembuhan pada minggu ke IV.

    5.Kulit, Rose spot, adalah suatu rash yang khas untuk tipoid, terjadi pada akhir

    minggu ke I sampai minggu ke III terutama pada dinding dada dan perut. Hal ini

    terjadi karena infiltrasi oleh sel monosit pada ujung-ujung kapiler yang

    disebabkan oleh infiltrasi kuman Salmonella typhi pada kulit, yang menyebabkan

  • 7/30/2019 lapkas tyfoid 1

    11/26

    terjadinya proses radang, sehingga terjadi perembesan dari sel eritrosit, karena

    permeabilitas kapiler meningkat.

    6.Ginjal, karena 25% - 30% dari penderita demam tifoid mengeksresikan

    Salmonella typhi dalam air kemih pada stadium akut dari penyakit, maka

    dianggap bahwa ginjal sering terjangkit. Tetapi kelainan ginjal yang menetap

    jarang terjadi, seperti juga jarangnya karier air kemih.

    7.Sistim syaraf pusat, dapat timbul encephalopathy dengan ring haemorrhagic,

    trombus kapiler, demyelinasi perivaskuler, transverse myelitis dan Guillain Barre

    syndrome. Meningitis purulenta telah dilaporkan. Penurunan pendengaran juga

    sering ditemukan.

    8.Lesi-lesi fokal, abses tifoid dapat terjadi dimana-mana:

    Osteomyelitis.

    Abses otak.

    Abses limfa.

    Eksudat pada kasus-kasus ini merupakan suatu PMN dan bukan mononuklear.

    9.Status typhosa :

    Toxic

    Mengantuk

    Apatis

    Delirium

    Incontinentia urine et alvi

    Tremor halus: tangan dan lidah.

    Gejala psikose sampai koma.

  • 7/30/2019 lapkas tyfoid 1

    12/26

    2.5. PEMERIKSAAN PENUNJANG

    1. Pemeriksaan darah rutin.

    Leukopeni (47% dari kasus) 2000 - 3000 sampai dengan 5000/mm3. Bila adaleukositosis (4% dari kasus) hati-hati ada penyulit, perforasi atau infeksi

    sekunder.

    Limfositosis relatif (pasien tetap leukopeni tetapi persentasi limfosit lebih

    banyak dari normal).

    Aneosinofilia.

    2. Pemeriksaan bakteriologik

    Biakan Gall, untuk diagnosa pasti! Biakan dapat diambil dari :

    Sumsum tulang (90% ketelitian) pada minggu ke I dan minggu ke II.

    Darah pada minggu ke I dan minggu ke II (70% - 90%) minggu ke II

    sampai minggu ke III (30% - 40%).

    Biakan pada agar SS bahan diambil dari :

    Tinja pada minggu ke II sampai minggu ke III.

    Urine pada minggu ke III sampai minggu ke IV.

    Jangan menggunakan Gall culture, Rose spot boleh di Gall kultur.

    Bila Gall positif diagnosa pasti dari tiphoid abdominalis, tetapi bila negatif

    belum tentu bebas tiphoid abdominalis tergantung dari teknik pengambilan

    bahan, waktu perjalanan penyakit, post vaksinasi.

  • 7/30/2019 lapkas tyfoid 1

    13/26

    3. Pemeriksaan serologik

    Test aglutinasi mikroskopik cepat, nilai positif bila terjadi penggumpalan,

    pemeriksaan ini berguna untuk identifiksai pendahuluan pada biakan kuman.

    Test Widal (Aglutinasi pengenceran pada tabung)

    Yang diukur adalah aglutinasi antigen H (flagela, suatu protein yang

    spesies spesifik), dan antigen O (somatik, suatu lipopolisakarida

    (endotoksin) group spesifik)

    Interpretasi hasil pemeriksaan:

    Positif bila titer O meningkat lebih dari 1/160 atau

    peningkatan > 4x pada pengambilan serum yang

    berangkaian.

    Nilai O 1/80 menunjukkan suggestif tifoid. sedangkan untuk

    titer H nilai positif adalah > 1/800 semua hasil tersebut

    dengan syarat tidak menerima vaksinasi typhoid dalam 6

    bulan terakhir.

    Peninggian titer H > 1/160 menunjukkan bahwa penderita

    pernah divaksinasi atau terinfeksi Salmonella typhi.

    Titer Vi (antigen kapsul) meninggi pada pembawa kuman

    atau karier.

    2.6. DIFERENSIAL DIAGNOSIS

    1. Paratiphoid.

    2. Malaria.

    3. TBC millier.

  • 7/30/2019 lapkas tyfoid 1

    14/26

    4. Influenza.

    5. Dengue.

    6. Rheumatic fever.

    7. Sistemic lupus erimatosus.

    8. Hepatitis.

    2.7. KOMPLIKASI

    1. Relaps,

    febris timbul kembali setelah 10 hari afebris atau setelah 3 minggu diberikan

    terapi kloramfenikol. Relaps kronik jarang terjadi tetapi dapat ditemukan setelah

    beberapa bulan, terutama dengan penderita yang mendapat terapi tidak adekuat

    (Manson-Bahr, 1985), limfa yang tetap teraba adalah gejala penting dari

    impending relaps.

    Insidensi 10% - 20%.

    Patogenesa :

    o Penderita diserang oleh banyak strain tetapi hanya satu strain

    yang bermanifestasi, sedang strain yang lainnya bersembunyi,

    waktu relaps disebabkan oleh kuman yang tersembunyi.

    o Chloramfenikol menghambat atau memperlambat

    pembentukkan antibodi, sehingga memudahkan relaps tapi

    justru relaps pada titer antibodi yang tinggi hal ini dibuktikan

    dengan titer widal, yaitu penularan bukan oleh karena

    kekebalan.

    o Salmonella typhi istirahat dalam sel dan baru aktif pada saat sel

    tubuh tersebut mati.

  • 7/30/2019 lapkas tyfoid 1

    15/26

    2. Perdarahan usus,

    biasanya timbul pada hari ke 14 - ke 21 dari perjalanan penyakit. Dapat berupa

    perdarahan yang minimal sampai perdarahan tersembunyi yang masif. Yang

    ditandai dengan :

    o Penurunan suhu mendadak.

    oTanda-tanda shock.

    Tensi turun mendadak sampai dibawah normal.

    Nadi cepat dan kecil.

    Sianosis.

    Tachypnoe.

    Kulit dingin dan lembab.

    o Perdarahan per ani yang tidak selalu tampak.

    3. Perforasi usus,

    Biasanya muncul pada akhir minggu ke III, umumnya terjadi di daerah sekitar

    60cm dari bagian akhir ileum. Dengan gejala yang kita dapatkan adalah:

    o KU buruk.

    o

    Reaksi tubuh dan mental menjadi lambat.

    o Tiba-tiba menjadi gelisah dan mengeluh nyeri perut.

    o Muntah-muntah.

    http://c/Documents%20and%20Settings/interne2/definisi_shock.htmhttp://c/Documents%20and%20Settings/interne2/definisi_shock.htm
  • 7/30/2019 lapkas tyfoid 1

    16/26

    o Suhu tiba-tiba turun.

    o Pernafasan cepat dan hanya menggunakan otot-otot intercostal.

    o Dinding perut tegang, defence musculare, terutama di perut sebelah kanan(pada lokasi ileum).

    o Pekak hati menghilang.

    o Perkusi menjadi tympani.

    o Bising usus menurun sampai hilang.

    o Foto R BNO : tampak udara bebas dalam rongga perut terutama dibawah

    diafragma. Preperitoneal fat hilang karena terdapat oedem dan

    pengumpulan exudat.

    4. Miokarditis,

    keluhan klinis terjadi pada minggu ke II sampai minggu ke III, berupa

    o Takikardia.

    o Nadi kecil dan lemah.

    o Bunyi jantung redup.

    o Gallop rhythm.

    o Tekanan darah turun atau peningkatan tekanan vena tanpa ada gejaladekompresi lain.

    5. Cholecystitis

    6. Thypoid toxic,

    Secara klinis terjadi perubahan mental yang terdiri dari disorientasi, kebingungan,

    delirium > 5 hari, yang dapat diikuti dengan/tanpa munculnya gejala neurologis :

  • 7/30/2019 lapkas tyfoid 1

    17/26

    afasia, ataxia, perubahan refleks, konvulsi dan lain-lainnya. Thypoid toxic dapat

    dibagi menjadi :

    Meningocerebral

    Demam > 6 hari dan menjadi delirium, setengah sadar atau tidak

    sadar.

    Selalu ada kaku kuduk.

    Tanda kernig dapat positif atau negatif.

    Refleks tendo menjadi meninggi terutama APR.

    Liquor cerebro spinal normal.

    Prognosa: dapat sembuh sempurna!

    Encephalitis diffus

    Demam tinggi diikuti penurunan kesadaran.

    Refleks tendo dapat positif atau menurun, refleks dinding perut

    negatif.

    Rangsang meningen negatif.

    Setelah berlangsung lebih dari 1 minggu akan sembuh sempurna.

    Encephalitis akut

    Tiba-tiba hiperpireksia.

    Tidak sadar dan kejang umum 24 jam setelah onset.

  • 7/30/2019 lapkas tyfoid 1

    18/26

    Bisa timbul kejang ulang.

    Prognosa : buruk!

    Meningitis akut

    Liquor cerebro spinal : jernih dengan pleositosis ringan.

    Electro encephalograph : gambaran encephalopati.

    7. Hepatitis typhosa

    8. Pneumotyphoid

    9. Pankreatitis typhosa

    10.Carrier typhosa,

    setelah 6 bulan diperiksa 3 x berturut-turut selang 1 bulan masih tetap positif

    (pada pemeriksaan faeces yang dibiakkan).

    2.8. PENATALAKSANAAN

    1. Terapi secara umum

    1. Non medikamentosa

    Perawatan :

    Bed rest total sampai dengan bebas demam 1 minggu tetapi

    sebaiknya sampai akhir minggu ke III oleh karena bahayaperdarahan dan perforasi.

    Tujuannya untuk :

    Mempercepat penyembuhan.

    Mencegah perforasi usus.

  • 7/30/2019 lapkas tyfoid 1

    19/26

    Karena banyak gerak akan menyebabkan gerakan

    peristaltik meningkat, dengan peningkatan peristaltik maka

    akan terjadi peningkatan dari aktifitas pembuluh darah, hal

    ini akan meningkatkan kadar toksin yang masuk ke dalam

    darah, dapat menyebabkan peningatan dari suhu tubuh.

    Mobilisasi berangsur-angsur dilakukan setelah pasien 3 hari

    bebas demam.

    Dietetik:

    Harus cukup kalori, protein, cairan dan elektrolit.

    Mudah dicerna dan halus.

    Kebutuhan 2500 kkal, 100 gr protein, 2 - 3 liter cairan.

    Typhoid diet I : Bubur susu/cair tidak diberikan pada

    pasien yang demam tanpa komplikasi.

    Typhoid diet II : Bubur saring.

    Typhoid diet III : Bubur biasa.

    Typhoid diet IV : Nasi tim.

    Prinsip pengelolaan dietetik pada typhoid padat dini,

    rendah serat/rendah selulosa.

    Typoid diet biasanya dimulai dari TD II, setelah 3 hari

    bebas demam menjadi TD III, sampai 3 hari kemudian

    dapat diganti kembali menjadi TD IV.

    Harus diberikan rendah serat karena pada typoid

    abdominalis ada luka di ileum terminale bila banyak

    selulosa maka akan menyebabkan peningkatan kerja usus,

    hal ini menyebabkan luka makin hebat.

    2. Medika mentosa: Antibiotik

    Drug of Choice adalah Chloramfenicol dengan dosis 4 x

    500 mg/hari selama 7 hari afebris atau sampai 1 minggu

    bebas demam.

  • 7/30/2019 lapkas tyfoid 1

    20/26

    Kontra indikasi :

    Tidak boleh diberikan pada wanita hamil

    trisemester 3.

    Grey baby syndrome.

    Partus premature.

    Kematian intrauterine (IUFD).

    Jangan berikan pada pasien yang

    leukositnya kurang dari 2000.

    Pengobatan dianggap gagal (chloramfenicol

    resisten) bila dalam 10 hari pemberian pasien tetap

    demam, gunakan antibiotik yang lain.

    Cotrimoxazole, dengan dosis 400 mg 2 x 2 tablet/hari

    sampai 7 hari afebris.RSHS2 x 3 tablet.

    Waktu yang diperlukan untuk penurunan suhu sama

    dengan chloramfenicol.

    Tidak terjadi krisis toksik.

    Gejala lebih cepat hilang.

    Dapat digunakan untuk pasien yang toksik dan

    delirium.

    Lebih unggul dalam mencegah relaps.

    Efek samping yang perlu diperhatikan adalah

    trombositopenia, untuk menghindarkannya kita

    berikan asam folic.

    Amphicillin, dosis 3 - 4 x (0.5 - 1 gram)/hari selama 15

    hari (RSHS)

    Digunakan untuk tifoid abdominalis ringan dan

    untuk karier.

    Amoxicilin, dosis 4 x 1 gr(untuk ukuran kecil) - 6 gr (untuk

    ukuran besar)/hari.

    Untuk kasus karier 6 gr/hari selama 6 minggu

    Golongan Quinolon.

  • 7/30/2019 lapkas tyfoid 1

    21/26

    Ciprofloksasin, dosis 2 x 750 mg sampai 4 minggu,

    untuk menanggulangi karier, karena pasien dapat

    menularkan secara fecal - oral (typhoid mary).

    Tidak boleh diberikan pada pasien dengan usia

    kurang dari 15 tahun, karena bisa menyebabkan

    penutupan epifise tulang lebih cepat.

    Keuntungan dari Quinolon:

    Waktu yang diperlukan untuk terapi lebih

    pendek.

    Bersifat bakterisida.

    Hati-hati akan terjadi reaksi harxheimer reaction yang

    merupakan reaksi yang hebat dari pemberian awal dari

    antibiotic pada perderita typhoid, oleh karena

    dilepaskannya secara mendadak dalam jumlah besar,

    antigen dari kuman typhoid.(reaksi seperti anafilaktik syok,

    dimana pasien dapat jatuh kedalam keadaan komatous)

    Simptomatik:

    Analgetik antipiretik (DOC : parasetamol)

    Jangan menggunakan asam salisilat, karena bisa

    menyebabkan hiperhidrosis.

    Jangan pada penderita hepatitis.

    Dapat merangsang mukosa usus.

    Efek anti piretik dapat berlebihan.

    Menghambat efek dari chloramfenicol.

    Laxantia dan enema, untuk memudahkan buang air besar.

    Hati-hati perdarahan dan perforasi.

    Muntah-muntah

    Prochlorperazine (Stemetil) dengan dosis 3 x 5mg

    atau 3 x 10 mg.

    Prometazine (Phenergan) dengan dosis 3 x 25 mg.

    Diare

  • 7/30/2019 lapkas tyfoid 1

    22/26

    Diphenoxylate hydrochloride (Lomotil, Reasec) 4 x

    2 tab

    Meteorismus

    Intake diganti dengan parenteral

    Gunakan stomach tube dan aspirasi tiap jam.

    Supportif

    Kortikosteroid

    Hanya dianjurkan untuk penderita dengan toksemia

    berat dan hiperpireksi berat.

    Tidak boleh dipergunakan secara rutin.

    Harus dihindarkan dalam minggu ke III karena bila

    ada perdarahan kita tidak tahu dari penyakit atau

    dari kortikosteroid.

    Memperpendek deman dan gejala cepat hilang.

    Menghambat pembentukkan immunitas sehingga

    mudah untuk relaps.

    Dosis : Hari ke I : Hidrokortison 200 mg im

    Prednison 3 x 15 mg

    Hari ke II : Prednison 3 x 10 mg

    Hari ke III : Prednison 3 x 5 mg

    Hari ke IV : Prednison 3 x 5 mg

    Hari ke V : Prednison 1 x 5 mg.

    Roborantia

    Vitamin B dan vitamin C.

  • 7/30/2019 lapkas tyfoid 1

    23/26

    Terapi untuk karier yang gagal pengobatan dengan

    medikamentosa kita lakukan cholecystectomy.

    Perforasi usus.

    1. Cito operasi !

    2. Persiapan :

    Puasakan pasien.

    Infus dengan Ringer Lactat.

    Berikan Antibiotika dosis tinggi.

    Gunakangastric suction untuk kompresi.

    3. Prognosa :

    Mortalitas 20% - 50%, dimana hal ini dipengaruhi oleh:

    Umur.

    Keadaan umum sebelum pembedahan.

    Diagnosa yang lambat (>24 jam).

    Terdapat sepsis intraperitoneal.

    Perforasi ulang atau penyulit lainnya.

    Toxic typhoid

    1. Pasang maag slang (NGT) dan akan digunakan untuk pemberian nutrisi :

  • 7/30/2019 lapkas tyfoid 1

    24/26

    Untuk keadaan yang berat sekali gunakan TD I.

    Untuk keadaan yang tidak berat kita gunakan TD II yang telah

    diblender dahulu.

    2. Pasang infus, untuk pemberian kemicetin 3 - 4 x 1 gr/hari secara IV, bila

    sudah membaik berikan peroral dengna dosis 4 x 2 tablet selama 2

    minggu.

    3. Kortikosteroid

    Berikan kalmethasone yang dilarutkan dalam NaCl 0,9% atau

    dextran 5% atau Ringer Lactat.

    1 mg kalmethasone dilarutkan dalam 2 cc larutan.

    8 jam pertama berikan 3 mg/kgBB secara IV.

    30 ml diberikan dalam infus pada 6 - 8 jam kedua dan selanjutnya

    diberikan 1 mg/kgBB diberikan 6 x (1 ampul kalmethasone = 4 ml)

    dalam waktu 2 hari.

    Jangan diberikan pada akhir minggu ke II atau ke III karena bisa

    merangsang gaster menambah bahaya terjadinya perforasi.

    Minggu ke I boleh diberikan karena kalau ada melena pada minggu

    ke I pasti oleh kortikosteroid, sedangkan pada minggu ke II atau ke

    III, kita tidak tahu penyebab dari melena karena bisa dari perforasi

    atau karena obat.

    Bila ada septik shock berikan dopamin 2 ampul (1 amp = 200 mg)

    larutkan dalam dextrose 5% dengan kecepatan 8 tetes permenit

    sampai shock teratasi ganti dengan Dextran saja 10 tetes per menit.

  • 7/30/2019 lapkas tyfoid 1

    25/26

    3. Prognosa,

    sangat bervariasi, dapat menjadi jelek dan angka kematian tinggi bila

    terdapat gangguan SSP.

    BAB III

    KESIMPULAN

    Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut disebabkan oleh kuman gram negatif

    Salmonella typhi.

    Manifestasi klinik pada umumnya bersifat lebih ringan dan lebih bervariasi.

    Demam adalah gejala yang paling konstan di antara semua penampakan klinis.

    Dalam minggu pertama, keluhan dan gejala menyerupai penyakit infeksi akut

    pada umumnya seperti demam, sakit kepala, mual, muntah, nafsu makan menurun, sakit

    perut, diare atau sulit buang air beberapa hari, sedangkan pemeriksaan fisik hanya

    didapatkan suhu tubuh meningkat dan menetap. Suhu meningkat terutama sore dan

    malam hari.

    Setelah minggu ke dua maka gejala menjadi lebih jelas demam yang tinggi terus

    menerus, nafas berbau tak sedap, kulit kering, rambut kering, bibir kering pecah-pecah

    /terkupas, lidah ditutupi selaput putih kotor, ujung dan tepinya kemerahan dan tremor,pembesaran hati dan limpa dan timbul rasa nyeri bila diraba, perut kembung. nampak

    sakit berat, disertai gangguan kesadaran dari yang ringan letak tidur pasif, acuh tak acuh

    (apatis) sampai berat (delirium, koma).

  • 7/30/2019 lapkas tyfoid 1

    26/26

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Widodo Darmowandoyo. Demam Tifoid. Dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak

    Infeksi dan Penyakit Tropis. Edisi pertama. 2002. Jakarta ;Bagian Ilmu Kesehatan

    Anak FKUI: 367-375

    2. Alan R. Tumbelaka. Diagnosis dan Tata laksana Demam Tifoid. Dalam Pediatrics

    Update. Cetakan pertama. 2003. Jakarta ;Ikatan Dokter Anak Indonesia: 37-46

    3. http://www.sehatgroup.web.id/guidelines/isiGuide.asp?guideID=36

    4. http://www.kabarindonesia.com/berita.php?

    pil=3&jd=Mutiara+Diagnosis+Demam+Tifoid&dn=20080905020143

    5. http://koaskamar13.wordpress.com/metode-diagnostik-demam-tifoid-pada-anak/

    6. http://www.infopenyakit.com/2008/08/penyakit-demam-tifoid.html

    http://www.sehatgroup.web.id/guidelines/isiGuide.asp?guideID=36http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=3&jd=Mutiara+Diagnosis+Demam+Tifoid&dn=20080905020143http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=3&jd=Mutiara+Diagnosis+Demam+Tifoid&dn=20080905020143http://koaskamar13.wordpress.com/metode-diagnostik-demam-tifoid-pada-anak/http://www.infopenyakit.com/2008/08/penyakit-demam-tifoid.htmlhttp://www.sehatgroup.web.id/guidelines/isiGuide.asp?guideID=36http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=3&jd=Mutiara+Diagnosis+Demam+Tifoid&dn=20080905020143http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=3&jd=Mutiara+Diagnosis+Demam+Tifoid&dn=20080905020143http://koaskamar13.wordpress.com/metode-diagnostik-demam-tifoid-pada-anak/http://www.infopenyakit.com/2008/08/penyakit-demam-tifoid.html