21
PENDAHULUAN Rubella atau Campak Jerman merupakan penyakit anak menular yang lazim biasanya ditandai dengan gejala gejala utama ringan, ruam serupa dengan campak (rubeola) ringan atau demam skarlet, dan pembesaran serta riveri limfonodi pasca oksipital, retroaurikuler, dan servikalis posterior. Campak Jerman atau rubela ini biasanya hanya menyerang anak-anak sampai usia belasan tahun. Tapi, bila penyakit ini menyerang anak yang lebih tua dan dewasa, terutarna wanita dewasa, infeksi kadang kadang dapat berat, dengan manifestasi keterlibatan sendi dan purpura. Dan bila bila penyakit ini menyerang ibu yang sedang mengandung dalam tiga bulan pertama, bisa menyebabkan cacat bayi waktu dilahirkan. Rubella pada awal kehamilan dapat menyebabkan anomali kongenital berat. Sindrom rubella kongenital adalah penyakit menular aktif dengan keterlibatan multisistem, spektrum ekspresi klinis luas, dan periode infeksi aktif pasca lahir dengan pelepasan virus yang lama. 1 Rubella menjadi penting karena penyakit ini dapat menimbulkan kecacatan pada janin. Sindroma rubella congenital (Congenital Rubella Syndrome, CRS) terjadi pada 90% bayi yang dilahirkan oleh wanita yang terinfeksi rubella selama trimester pertama kehamilan; risiko kecacatan congenital ini menurun hingga kira- kira 10-20% pada minggu ke-16 dan lebih jarang terjadi bila ibu terkena infeksi pada usia kehamilan 20 minggu. Infeksi janin pada 1

Lapkas Panjang Koreksi(1)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

koreksi lapkas pediatri

Citation preview

Page 1: Lapkas Panjang Koreksi(1)

PENDAHULUAN

Rubella atau Campak Jerman merupakan penyakit anak menular yang lazim biasanya

ditandai dengan gejala gejala utama ringan, ruam serupa dengan campak (rubeola) ringan atau

demam skarlet, dan pembesaran serta riveri limfonodi pasca oksipital, retroaurikuler, dan

servikalis posterior. Campak Jerman atau rubela ini biasanya hanya menyerang anak-anak

sampai usia belasan tahun. Tapi, bila penyakit ini menyerang anak yang lebih tua dan dewasa,

terutarna wanita dewasa, infeksi kadang kadang dapat berat, dengan manifestasi keterlibatan

sendi dan purpura. Dan bila bila penyakit ini menyerang ibu yang sedang mengandung dalam

tiga bulan pertama, bisa menyebabkan cacat bayi waktu dilahirkan. Rubella pada awal kehamilan

dapat menyebabkan anomali kongenital berat. Sindrom rubella kongenital adalah penyakit

menular aktif dengan keterlibatan multisistem, spektrum ekspresi klinis luas, dan periode infeksi

aktif pasca lahir dengan pelepasan virus yang lama.1

Rubella menjadi penting karena penyakit ini dapat menimbulkan kecacatan pada janin.

Sindroma rubella congenital (Congenital Rubella Syndrome, CRS) terjadi pada 90% bayi yang

dilahirkan oleh wanita yang terinfeksi rubella selama trimester pertama kehamilan; risiko

kecacatan congenital ini menurun hingga kira-kira 10-20% pada minggu ke-16 dan lebih jarang

terjadi bila ibu terkena infeksi pada usia kehamilan 20 minggu. Infeksi janin pada usia lebih

muda mempunyai risiko kematian di dalam rahim, abortus spontan dan kecacatan congenital dari

sistem organ tubuh utama. Cacat yang terjadi bisa satu atau kombinasi dari jenis kecacatan

berikut seperti tuli, katarak, mikroftalmia, glaucoma congenital, mikrosefali, meningoensefalitis,

keterbelakangan mental, patent ductus arteriosus, defek septum atrium atau ventrikel jantung,

purpura, hepatosplenomegali, ikterus dan penyakit tulang radiolusen. Penyakit CRS yang sedang

dan berat biasanya sudah dapat diketahui ketika bayi baru lahir; sedangkan kasus ringan yang

mengganggu organ jantung atau tuli sebagian, bisa saja tidak terdeteksi beberapa bulan bahkan

hingga beberapa tahun setelah bayi baru lahir. Diabetes mellitus dengan ketergantungan insulin

diketahui sebagai manifestasi lambat dari CRS. Malformasi congenital dan bahkan kematian

janin bisa terjadi pada ibu yang menderita rubella tanpa gejala.1

Kelainan pada fetus mencapai 30% akibat infeksi rubela pada ibu hamil selama minggu

pertama kehamilan. Risiko kelainan pada fetus tertinggi (50-60%) terjadi pada bulan pertama

1

Page 2: Lapkas Panjang Koreksi(1)

dan menurun menjadi 4-5% pada bulan keempat kehamilan ibu. Survei di Inggris (1970-1974)

menunjukkan insidens infeksi fetus sebesar 53% dengan rubela klinis dan hanya 19% yang

subklinis. Sekitar 85% bayi yang terinfeksi rubela kongenital mengalami defek. Anak laki laki

dan wanita sama sama terkena. Pada populasi yang rapat seperti institusi dan Asrama tentara,

hampir 100% dari individu yang rentan dapat terinfeksi. Pada kelompok keluarga penyebaran

virus kurang: 50-60% anggota keluarga yang rentan mendapat penyakit. Banyak infeksi yang

subklinis, dengan rasio 2:1 antara penyakit yang tidak tampak dengan penyakit yang tarnpak.

Rubella biasanya terjadi selama musim semi.2,3

Pemeriksaan serologis sebelum penggunaan vaksin rubella rnenunjukkan bahwa sekitar

80% populasi dewasa di Amerika Serikat dan benua lain mempunyai antibodi terhadap rubella.

Di populasi pulau, seperti populasi Trinidad dan Hawaii, hanya 20% dari orang dewasa yang

diperiksa dapat dideteksi antibodi. Ketika wabah rubella merebak di Amerika Serikat pada tahun

1967-1965, lebih 20,000 bayi telah dilahirkan cacat. Wabah Rubela juga dikatakan menyebabkan

sekurang-kurangnya 10,000 kasus keguguran dan bayi yang lahir mati saat dilahirkan.

Diperkirakan 25 % bayi yang terinfeksi rubela pada tiga bulan pertama usia kandungan

dilahirkan dengan satu jenis atau lebih kecacatan. Pada tahun 1989 – 1990 sejumlah kasus

rubella menyerang lebih banyak pada anak remaja di atas umur 15 tahun dan dewasa

diperkirakan karena kegagalan vaksinasi pada setiap individu. Resiko terserang rubella kembali

menurun untuk semua umur dan dilaporkan kasus di Amerika Serikat pada tahun 1999 sebanyak

267.1,3,4

2

Page 3: Lapkas Panjang Koreksi(1)

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi

Campak Jerman (Rubella, Campak 3 hari) adalah suatu infeksi virus menular, yang

menimbulkan gejala yang ringan (misalnya nyeri sendi dan ruam kulit). Biasanya terjadi pada

bayi dan anak-anak yang biasanya lebih parah dan terkait degan komplikasi yang lebih pada

orang dewasa. Jika menyerang wanita hamil (terutama pada saat kehamilan berusia 8-10

minggu), bisa menyebabkan keguguran, kematian bayi dalam kandungan atau kelainan bawaan

pada bayi1.

2. Epidemiologi

Dalam era prevaccine, rubella muncul terjadi di epidemi besar setiap 6-9 tahun, dengan

puncak yang lebih kecil diselingi setiap 3-4 tahun, dan yang paling umum di prasekolah usia dan

anak-anak usia sekolah. Selama epidemi rubella dari 1964-1965 ada diperkirakan 12,5 juta kasus

rubella terkait dengan 2.000 kasus ensefalitis, lebih dari 13.000 aborsi atau kematian perinatal,

dan 20.000 kasus CRS. Penyebaran endemik rubella telah dieliminasi di Negara Amerika;

penghapusan transmisi rubella di Amerika mungkin juga telah dicapai. Survei di Inggris (1970-

1974) menunjukkan insidens infeksi fetus sebesar 53% dengan rubela klinis dan hanya 19% yang

subklinis. Sekitar 85% bayi yang terinfeksi rubela kongenital mengalami defek. Anak laki laki

dan wanita sama sama terkena. Pada populasi yang rapat seperti institusi dan Asrama tentara,

hampir 100% dari individu yang rentan dapat terinfeksi. Pada kelompok keluarga penyebaran

virus kurang: 50-60% anggota keluarga yang rentan mendapat penyakit. Banyak infeksi yang

subklinis, dengan rasio 2:1 antara penyakit yang tidak tampak dengan penyakit yang tarnpak.

Rubella biasanya terjadi selama musim semi. Pemeriksaan serologis sebelum penggunaan vaksin

rubella rnenunjukkan bahwa sekitar 80% populasi dewasa di Amerika Serikat dan benua lain

mempunyai antibodi terhadap rubella. Di populasi pulau, seperti populasi Trinidad dan Hawaii,

hanya 20% dari orang dewasa yang diperiksa dapat dideteksi antibodi. Ketika wabah rubella

merebak di Amerika Serikat pada tahun 1967-1965, lebih 20,000 bayi telah dilahirkan cacat.

Wabah Rubela juga dikatakan menyebabkan sekurang-kurangnya 10,000 kasus keguguran dan

bayi yang lahir mati saat dilahirkan. Diperkirakan 25 % bayi yang terinfeksi rubela pada tiga

bulan pertama usia kandungan dilahirkan dengan satu jenis atau lebih kecacatan. Pada tahun

3

Page 4: Lapkas Panjang Koreksi(1)

1989 – 1990 sejumlah kasus rubella menyerang lebih banyak pada anak remaja di atas umur 15

tahun dan dewasa diperkirakan karena kegagalan vaksinasi pada setiap individu. Resiko

terserang rubella kembali menurun untuk semua umur dan dilaporkan kasus di Amerika Serikat

pada tahun 1999 sebanyak 267. 1,2,3

3. Diagnosis

Tes diagnostik yang paling umum adalah rubella imunoglobulin enzim (Ig) M

Immunosorbent Assay. Rubela merupakan penyakit yang epidemik sehingga bila diselidiki

dengan cermat, dapat ditemukan kasus kontak atau kasus lain di dalam lingkungan penderita.

Sifat demam dapat membantu dalam menegakkan diagnosis, oleh karena demam pada rubela

jarang sekali di atas 38,5ºC. Pada infeksi tipikal, makula merah muda yang menyatu menjadi

eritema difus pada muka dan badan serta artralgia pada tangan penderita dewasa merupakan

petunjuk diagnosis rubela. Perubahan hematologik hanya sedikit membantu penegakan

diagnosis. Peningkatan sel plasma 5-20% merupakan tanda yang khas. Kadang-kadang terdapat

leukopenia pada awal penyakit yang dengan segera segera diikuti limfositosis relatif. Sering

terjadi penurunan ringan jumlah trombosit.1,3,4,6,14

Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan serologik yaitu adanya peningkatan titer

anibodi 4 kali pada hemaglutination inhibition test (HAIR) atau ditemukannya antibodi Ig M

yang spesifik untuk rubela. Titer antibodi mulai meningkat 24-48 jam setelah permulaan erupsi

dan mencapai puncaknya pada hari ke 6-12. selain pada infeksi primer, antibodi Ig M spesifik

rubela dapat ditemukan pula pada reinfeksi. Dalam hal ini adanya antibodi Ig M spesifik rubela

harus di interpretasi dengan hati-hati. Suatu penelitian telah menunjukkan bahwa telah tejadi

reaktivitas spesifik terhadapp rubela dari sera yang dikoleksi, setelah kena infeksi virus lain.1,3,4,14

Diagnosis prenatal dilakukan dengan memeriksa adanya IgM dari darah janin melalui

CVS ( chorionoc villus sampling ) atau kordosentesis. Konfirmasi infeksi fetus pada trimester I

dilakukan dengan menemukan adanya antigen spesifik rubella dan RNA pada CVS. Metode ini

adalah yang terbaik untuk isolasi virus pada hasil konsepsi.1,3,4,6

Berdasarkan gejala klinik dan temuan serologi, sindroma rubella kongenital (CRS,

Congenital Rubella Syndrome) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

4

Page 5: Lapkas Panjang Koreksi(1)

1. CRS confirmed. Defek dan satu atau lebih tanda/ gejala berikut :

Virus rubella yang dapat diisolasi.

Adanya IgM spesifik rubella

Menetapnya IgG spesifik rubella.

2. CRS compatible. Terdapat defek tetapi konfirmasi laboratorium tidak lengkap.

Didapatkan 2 defek dari item a atau masing-masing satu dari item a dan b.

a. Katarak dan/ atau glaukoma kongenital, penyakit jantung kongenital, tuli,

retinopati.

1. Purpura, splenomegali, kuning, mikrosefali, retardasi mental, meningo

ensefalitis, penyakit tulang radiolusen.

2.CRS possible. Defek klinis yang tidak memenuhi kriteria untuk CRS

compatible.

3. CRI ( Congenital Rubella Infection ). Temuan serologi tanpa defek.

4. Stillbirths. Stillbirth yang disebabkan rubella maternal

5. Bukan CRS. Temuan hasil laboratorium tidak sesuai dengan CRS:

Tidak adanya antibodi rubella pada anak umur < 24 bulan dan pada ibu.6,15

4. Diagnosis Banding

Penyakit yang memberikan gejala klinis dan eksantema yang menyerupai rubela adalah:

a. Penyakit virus : campak, roseola infantum, eritema mononukleosis infeksiosa dan Pityriasis

rosea.1,3

5

Page 6: Lapkas Panjang Koreksi(1)

b. Penyakit bakteri : scarlet fever (Skarlatina).1,3

c. Erupsi obat : ampisilin, penisilin, asam salisilat, barbiturat, INH, fenotiazin dan diuretik tiazid.

Bercak erupsi rubela yang berkonfluensi sulit dibedakan dari morbili, kecuali bila ditemukan

bercak koplik yang karakteristik untuk morbili. Erupsi rubela cepat menghilang sedangkan erupsi

morbili menetap lebih lama. Bila terjadi kemerahan difus dan tampak bercak-bercak berwarna

lebih gelap diatasnya, perlu dibedakan dari scarlet fever. Tidak seperti scarlet fever, pada rubela

daerah perioral terkena.1,3,14

Erupsi pada infeksi mononukleosis dapat menyerupai rubela derajat berat, namun

penyakit itu dimulai dengan difteroid atau Plaut-Vincent-like tonsilitis, demam lebih tinggi,

pembesaran kelenjar getah bening umum serta pembesaran hepar dan limpa.1,3,14

Pada sifilis stadium dua ditemukan juga eksantema yang menyerupai rubela, disertai pembesaran

kelenjar getah bening umum, kadang-kadang perlu pemeriksaan serologik untuk sifilis. Erupsi

obat menyerupai rubela yang dapat disertai pembesaran kelenjar getah bening disebabkan

terutama oleh senyawa hidantoin. Pada kasus yang meragukan dapat dilakukan pemeriksaan

hemogram dan serologik.1,3,14

5. Etiologi

Rubella disebabkan oleh suatu RNA virus, genus Rubivirus, famili Togaviridae. Virus

dapat diisolasi dari biakan jaringan penderita. Secara fisiko-kimiawi virus ini sama dengan

anggota virus lain dari famili tersebut, tetapi virus rubela secara serologik berbeda. Pada waktu

terdapat gejala klinis virus ditemukan pada sekret nasofaring, darah, feses dan urin. Virus rubela

tidak mempunyai pejamu golongan intervetebrata dan manusia merupakan satu-satunya pejamu

golongan vertebrata. Cara Penularannya melalui kontak dengan sekret nasofaring dari orang

terinfeksi. Infeksi terjadi melalui droplet atau kontak langsung dengan penderita. Pada

lingkungan tertutup seperti di asrama calon prajurit, semua orang yang rentan dan terpajan bisa

terinfeksi. Bayi dengan CRS mengandung virus pada sekret nasofaring dan urin mereka dalam

jumlah besar, sehingga menjadi sumber infeksi. Penyebab rubella atau campak Jerman adalah

virus rubella. Meski virus penyebabnya berbeda, namun rubella dan campak (rubeola)

mempunyai beberapa persamaan. Rubella dan campak merupakan infeksi yang menyebabkan

6

Page 7: Lapkas Panjang Koreksi(1)

kemerahan pada kulit pada penderitanya. Perbedaannya, rubella atau campak Jerman tidak

terlalu menular dibandingkan campak yang cepat sekali penularannya. Penularan rubella dari

penderitanya ke orang lain terjadi melalui percikan ludah ketika batuk, bersin dan udara yang

terkontaminasi. Virus ini cepat menular, penularan dapat terjadi sepekan (1 minggu) sebelum

timbul bintik-bintik merah pada kulit si penderita, sampai lebih kurang sepekan setelah bintik

tersebut menghilang. Namun bila seseorang tertular, gejala penyakit tidak langsung tampak.

Gejala baru timbul kira-kira 14 – 21 hari kemudian. Selain itu, campak lebih lama proses

penyembuhannya sementara rubella hanya 3 hari, karena itu pula rubella sering disebut campak 3

hari.1,4,5,6

Gambar 1. Virus Rubella.6

6. Patofisiologi

Mekanisme virus untuk cedera sel dan kematian di postnatal atau bawaan

rubella tidak dipahami dengan baik. Penularan terjadi melalui droplet, dari nasofaring atau

rute pernafasan. Selanjutnya virus rubela memasuki aliran darah. Namun terjadinya erupsi di

kulit belum diketahui patogenesisnya. Viremia mencapai puncaknya tepat sebelum timbul

erupsi di kulit. Di nasofaring virus tetap ada sampai 6 hari setelah timbulnya erupsi dan

kadang-kadang lebih lama. Selain dari darah dan sekret nasofaring, virus rubela telah

diisolasi dari kelenjar getah bening, urin, cairan serebrospinal, ASI, cairan sinovial dan paru.

7

Page 8: Lapkas Panjang Koreksi(1)

Penularan dapat terjadi biasanya dari 7 hari sebelum hingga 5 hari sesudah timbulnya erupsi.

Daya tular tertinggi terjadi pada akhir masa inkubasi, kemudian menurun dengan cepat, dan

berlangsung hingga menghilangnya erupsi. Ruam nampak akibat titer serum antibody

meningkat dan mempengaruhi antigen-antibodi dan berinteraksi di kulit. Virus telah dapat

ditemukan diseluruh kulit baik yang terlibat maupun yang tidak selama masa infeksi, dan

penyebarannya karena factor lain yang mungkin berperan dalam patogenesis eksantem.

Antibody HAI mencapai puncaknya pada hari 12 – 14 setelah timbulnya ruam dan akan

kembali stabil setelah kira-kira 2 minggu kemudian. Virus rubella mempunya 3 polipeptida

mayor yang mencakup 1 kapsid protein dan 2 amplop glikoprotein E1 dan E2. Antibodi anti-

E1 mungkin memegang peranan utama dalam respon serologik.1,3,7,8

7. Manifestasi Klinis

Keluhan yang dirasakan biasanya lebih ringan dari penyakit campak. Bercak-bercak

mungkin juga akan timbul tapi warnanya lebih muda dari campak biasa. Biasanya, bercak

timbul pertama kali di muka dan leher, berupa titik-titik kecil berwarna merah muda. Dalam

waktu 24 jam, bercak tersebut menyebar ke badan, lengan, tungkai, dan warnanya menjadi

lebih gelap. Bercak-bercak ini biasanya hilang dalam waktu 1 sampai 4 hari.3,9

Tanda-tanda dan gejala Infeksi rubella dimulai dengan adanya demam ringan selama 1

atau 2 hari (99 - 100 Derajat fahrenheit atau 37.2 - 37.8 derajat celcius) dan kelenjar getah

bening yang membengkak dan perih, biasanya di bagian belakang leher atau di belakang

telinga. Pada hari kedua atau ketiga, bintik-bintik (ruam) muncul di wajah dan menjalar ke

arah bawah. Di saat bintik ini menjalar ke bawah, wajah kembali bersih dari bintik-bintik.

Bintik-bintik ini biasanya menjadi tanda pertama yang dikenali oleh para orang tua. Ruam

rubella dapat terlihat seperti kebanyakan ruam yang diakibatkan oleh virus lain. Terlihat

sebagai titik merah atau merah muda, yang dapat berbaur menyatu menjadi sehingga

terbentuk tambalan berwarna yang merata. Bintik ini dapat terasa gatal dan terjadi hingga

tiga hari. Dengan berlalunya bintik-bintik ini, kulit yang terkena kadangkala megelupas

halus. Gejala lain dari rubella, yang sering ditemui pada remaja dan orang dewasa, termasuk:

sakit kepala, kurang nafsu makan, conjunctivitis ringan (pembengkakan pada kelopak mata

dan bola mata), hidung yang sesak dan basah, kelenjar getah bening yang membengkak di 8

Page 9: Lapkas Panjang Koreksi(1)

bagian lain tubuh, serta adanya rasa sakit dan bengkak pada persendian (terutama pada

wanita muda). Banyak orang yang terkena rubella tanpa menunjukkan adanya gejala apa-

apa.4,9,10

Berbeda dengan rubeola, tidak ada fotofobia. Angka sel darah putih normal atau sedikit

menurun, trombositopeni jarang, dengan atau tanpa purpura. Terutama pada wanita yang

lebih tua dan wanita dewasa, poliartritis dapat terjadi dengan artralgia, pembengkakan, nyeri

dan efusi tetapi biasanya tanpa sisa apapun. Setiap sendi dapat terlibat, tetapi sendi-sendi

kecil tangan paling sering terkena. Lamanya biasanya beberapa hari; jarang artritis ini

menetap selama berbulan-bulan. Parestesia juga telah dilaporkan. Pada satu epidemi-

orkidalgia dilaporkan pada sekitar 8% orang laki-laki usia perguruan tinggi yang terinfeksi.

Ketika rubella terjadi pada wanita hamil, dapat terjadi sindrom rubella bawaan, yang

potensial menimbulkan kerusakan pada janin yang sedang tumbuh. Anak yang terkena

rubella sebelum dilahirkan beresiko tinggi mengalami keterlambatan pertumbuhan,

keterlambatan mental, kesalahan bentuk jantung dan mata, tuli, dan problematika hati, limpa

dan sumsum tulang. Penularan Virus rubella menular dari satu orang ke orang lain melalui

sejumlah kecil cairan hidung dan tenggorokan.1,3,10

Pada janin, infeksi rubella dapat menyebabkan abortus bila terjadi pada trisemester I.

mula-mula replikasi virus terjadi dalam jaringan janin, dan menetap dalam kehidupan janin, dan

mempengaruhi pertumbuhan janin sehingga menimbulkan kecacatan atau kelainan yang lain.

Infeksi ibu pada trisemester kedua juga dapat menyebabkan kelainan yang luas pada organ.

Menetapnya virus dan interaksi antara virus dan sel di dalam uterus dapat menyebabkan kelainan

yang luas pada periode neonatal, seperti anemia hemolitika dengan hematopoiesis ekstra

meduler, hepatitis, nefritis interstitial, ensefalitis, pankreatitis interstitial dan osteomielitis.

Masa inkubasi berlangsung sekitar 10 hari, tapi bisa berkisar antara 7-18 hari dari saat terpajan

sampai timbul gejala demam, biasanya 14 hari sampai timbul ruam. Jarang sekali lebih lama dari

19-21 hari. IG untuk perlindungan pasif yang diberikan setelah hari ketiga masa inkubasi dapat

memperpanjang masa inkubasi.11,12

Gejala rubella kongenital dapat dibagi dalam 3 kategori :

9

Page 10: Lapkas Panjang Koreksi(1)

1. Sindroma rubella kongenital yang meliputi 4 defek utama yaitu :

a Gangguan pendengaran tipe neurosensorik. Timbul bila infeksi terjadi

sebelum umur kehamilan 8 minggu. Gejala ini dapat merupakan satu-

satunya gejala yang timbul.

b Gangguan jantung meliputi PDA, VSD dan stenosis katup pulmonal.

c Gangguan mata : katarak dan glaukoma. Kelainan ini jarang berdiri

sendiri.

d Retardasi mental dan beberapa kelainan lain.

e Purpura trombositopeni ( Blueberry muffin rash )

f Hepatosplenomegali, meningoensefalitis, pneumonitis, dan lain-lain

2. Extended – sindroma rubella kongenital.. Meliputi cerebral palsy, retardasi mental,

keterlambatan pertumbuhan dan berbicara, kejang, ikterus dan gangguan imunologi

( hipogamaglobulin ).

3. Delayed - sindroma rubella kongenital. Meliputi panensefalitis, dan Diabetes Mellitus

tipe-1, gangguan pada mata dan pendengaran yang baru muncul bertahun-tahun

kemudian.13

Masa inkubasi

Masa inkubasi adalah 14-21 hari. Dalam beberapa laporan lain waktu inkubasi minimum

12 hari dan maksimum 17 sampai 21 hari. Tanda yang paling khas adalah adenopati

retroaurikuler, servikal posterior, dan di belakang oksipital. Enantem mungkin muncul tepat

sebelum mulainya ruam kulit. Ruam ini terdiri dari bintik-bintik merah tersendiri pada palatum

molle yang dapat menyatu menjadi warna kemerahan jelas pada sekitar 24jam sebelum ruam.14

Masa prodromal

10

Page 11: Lapkas Panjang Koreksi(1)

Pada anak biasanya erupsi timbul tanpa keluhan sebelumnya; jarang disertai gejala dan tanda

masa prodromal. Namun pada remaja dan dewasa muda masa prodromal berlangsung 1-5 hari

dan terdiri dari demam ringan, sakit kepala, nyeri tenggorok, kemerahan pada konjungtiva,

rinitis, batuk dan limfadenopati. Gejala ini segera menghilang pada waktu erupsi timbul. Gejala

dan tanda prodromal biasanya mendahului 1-5 hari erupsi di kulit. Pada beberapa penderita

dewasa gejala dan tanda tersebut dapat menetap lebih lama dan bersifat lebih berat. Pada 20%

penderita selama masa prodromal atau hari pertama erupsi timbul suatu enantema, tanda

Forschheimer, yaitu makula atau petekiia pada palatum molle. Pembesaran kelenjar limfe bisa

timbul 5-7 hari sebelum timbul eksantema, khas mengenai kelenjar suboksipital, postaurikular

dan servikal dan disertai nyeri tekan.14

Masa eksantema

Seperti pada rubeola, eksantema mulai retro-aurikular atau pada muka dan dengan cepat meluas

secara kraniokaudal ke bagian lain dari tubuh. Mula-mula berupa makula yang berbatas tegas

dan kadang-kadang dengan cepat meluas dan menyatu, memberikan bentuk morbiliform. Pada

hari kedua eksantem di muka menghilang, diikuti hari ke-3 di tubuh dan hari ke-4 di anggota

gerak. Pada 40% kasus infeksi rubela terjadi tanpa eksantema. Meskipun sangat jarang, dapat

terjadi deskuamasi posteksantematik. Limfadenopati merupakan suatu gejala klinis yang penting

pada rubela. Biasanya pembengkakan kelenjar getah bening itu berlangsung selama 5-8 hari.

Pada penyakit rubela yang tidak mengalami penyulit sebagian besar penderita sudah dapat

bekerja seperti biasa pada hari ke-3. sebagian kecil penderita masih terganggu dengan nyeri

kepala, sakit mata, rasa gatal selama 7-10 hari.14

8. Pengobatan

Pada umumnya tidak ada pengobatan yang spesifik baik Rubella maupun CRS.

Adamantanamin hidrokhlorida (amantadin) telah dilaporkan efektif in vitro dalam menghambat

stadium awal infeksi rubella pada sel yang dibiakkan. Upaya untuk mengobati anak yang sedang

menderita rubela kongenital dengan obat ini tidak berhasil. Karena amantadin tidak dianjurkan

pada wanita hamil, penggunaannya amat terbatas. Interferon dan isoprinosin telah digunakan

dengan hasil yang terbatas.1,3

11

Page 12: Lapkas Panjang Koreksi(1)

9. Pencegahan

Pada orang yang rentan, proteksi pasif dari atau pelemahan penyakit dapat diberikan

secara bervariasi dengan injeksi intramuskuler globulin imun serum (GIS) yang diberikan

dengan dosis besar (0,25 – 0,50 mL/kg atau 0,12-0,20 mL/lb) dalam 7-8 hari pasca pemajanan.

Efektivitas globulin imun tidak dapat diramalkan. Tampaknya tergantung pada kadar antibodi

produk yang digunakan dan pada faktor yang belum diketahui. Manfaat GIS telah dipertanyakan

karena pada beberapa keadaan ruam dicegah dan manifestasi klinis tidak ada atau minimal

walaupun virus hidup dapat diperagakan dalam darah. Bentuk pencegahan ini tidak terindikasi,

kecuali pada wanita hamil nonimun.1,3,4

10. Prognosis

Kornplikasi relatif tidak lazim pada anak. Neuritis dan artritis kadang-kadang terjadi.

Resistensi terhadap infeksi bakteri sekunder tidak berubah. Ensefalitis serupa dengan ensefalitis

yang ditemukan pada rubeola yang terjadi pada sekitar 1/6.000 kasus. Prognosis rubella anak

adalah baik; sedang prognosis rubella kongenital bervariasi menurut keparahan infeksi. Hanya

sekitar 30% bayi dengan ensefalitis tampak terbebas dari defisit neuromotor, termasuk sindrom

autistik. Kebanyakan penderitanya akan sembuh sama sekali dan mempunyai kekebalan seumur

hidup terhadap penyakit ini. Namun, dikhawatirkan adanya efek teratogenik penyakit ini, yaitu

kemampuannya menimbulkan cacat pada janin yang dikandung ibu yang menderita rubella.

Cacat bawaan yang dibawa anak misalnya penyakit jantung, kekeruhan lensa mata, gangguan

pigmentasi retina, tuli, dan cacat mental. Penyakit ini kerap pula membuat terjadinya

keguguran.1,3,4

DAFTAR PUSTAKA

1. Kliegman R, Stanton B, Geme J, Schor N. Nelson Text Book Of Pediatric. Philadelphia.

ELSEVIER, 2016.

12

Page 13: Lapkas Panjang Koreksi(1)

2. Rudolph AM, Rudolph CD, HostetterMK, Lister G, Siegel NJ. Rudolph’s Pediatrics.

McGraw-Hill. 2003.

3. Filippis AMP, Icenogle J, Matus CR, Andrus JK. Enhanced Laboratory Surveillance For

The Ellemination Of Rubella And Congenital Rubella Syndrome In The Americas. JID

2011:204 (Suppl 2).

4. Koel KM, Gupta DK. Hutchison’s Paediatric. New Delhi. Jaypee, 2012.

5. McLean H, Redd S, Abernathy E, Icnogle J, Wallace G. Congenital Rubella Sindrom:

Chapter15. VPD Surveillance Manual, 5th Edition, 2012.

6. Gnansia RE. Congenital Rubella Syndrome. Orphanet Encyclopedia, November 2004

7. Robertson SE, Featherstone DA, Dobo MG, Hers BS. Rubella And Congenital Rubella

Syndrome: Global Update. Rev Panam Salud Publica/Pan Am J Public Health 14(5),

2003.

8. Nasiri R, Yoseffi J, Khajedaloe M, Yazdi MS, Delgoshaei F. Congenital Rubella

Syndrome after Rubella Vaccination in 1-4 weeks Periconceptional Period. Indian

Journal of Pediatrics, Volume 76—March, 2009.

9. Langiano E, Ferrara M, Lanni L, Atrei P, Martellucci G, De Vito E. Rubella

seroprevalence in childbearing age women: a cross sectional study in the province of

Frosinone, Central Southern Italy. Italian Journal Of Public Health, Vol 6, No 3, 2009.

10. Filippis ANB, Icenogle J, Matuz CR, Andrus JK. Enhanced Laboratory Surveillance for

the Elimination of Rubella and Congenital Rubella Syndrome in the Americas. Oxford

Journals, 2011.

11. Bosma TJ, Corbett KM, O’Shea S, Banatvala JE, Best JM. PCR for detection of rubella

virus RNA in clinical samples. Journal Of Clinical Microbiology, May 1995, p. 1075-

1079.

12. McLean H, Redd S, Abemathy E, Icenogle, Wallace G. Rubella. VPD Surveillance

Manual, 5th Edition, 2012 Rubella: Chapter 14-1.13

Page 14: Lapkas Panjang Koreksi(1)

13. Chen M, Zhu Z, Liu D, Huang G, Huang F, etc. Rubella epidemic caused by genotype 1E

rubella viruses in Beijing, China, in 2007–2011.

14. Schoub BD, Harris BN, McAnerney J, Blumberg L. Rubella in South Africa: an

impending Greek tragedy. SAMJ, S. Afr. med. j. vol.99 n.7 Cape Town Jul. 2009.

15. Nicholas J. Congenital Rubella Syndrome. Vestlandet Resource Centre, July 2000.

14