Upload
nilarosalina
View
114
Download
10
Embed Size (px)
Citation preview
Konjungtivitis Viral
Etiologi
1. Konjungtivitis Adenoviral
Patogenesis
Konjungtivitis viral paling sering disebabkan oleh adenovirus. Infeksi dapat terjadi
secara sporadik atau bisa juga terjadi dalam epidemi di lingkungan seperti di tempat
kerja (rumah sakit), sekolah, atau kolam renang. Penyebaran penyakit yang sangat
menular ini difasilitasi oleh kemampuan partikel virus untuk bertahan hidup pada
permukaan yang kering selama berminggu-minggu, dan pembelahan virus dapat terjadi
beberapa hari sebelum gejala klinis muncul. Transmisi dapat melalui kontak respiratori
atau sekresi mata, termasuk misalnya melalui handuk yang terkontaminasi.2
Derajat Presentasi Klinis
Spektrum konjungtivitis viral bervariasi mulai dari yang ringan hingga yang berat.2
a. Konjungtivitis folikular non-spesifik
Spektrum ini merupakan yang tersering dan disebabkan oleh adenovirus dari beberapa
varian serologi. Keterlibatan mata biasanya lebih ringan dibanding infeksi adenovirus
lainnya meskipun biasanya disertai gejala sistemik seperti sakit tenggorokan atau rasa
panas dingin.
b. Pharyngoconjunctival fever (PCF)
Spektrum ini disebabkan oleh adenovirus 3, 4, dan 7. Penyebarannya melalui droplet,
biasanya dalam satu keluarga dengan infeksi saluran napas atas. Pada 30% kasus disertai
dengan keratitis namun biasanya tidak parah.
c. Epidemic keratokonjunctivitis (EKC)
Disebabkan oleh adenovirus serovar 8, 19, 37. Spektrum ini merupakan spektrum yang
terparah dan pada 80% kasus disertai dengan keratitis.
d. Konjungtivitis adenoviral yang kronik/berulang
Karakter khasnya yaitu adanya lesi folikular/papiler yang kronik dan non-spesifik, jarang
terjadi, namun apabila terjadi dapat berlangsung hingga bertahun-tahun.
Tanda2
1. Edema kelopak dan nyeri limfadenopati preaurikuler
2. Hipermi dan folikel pada konjungtiva
3. Inflamasi yang dapat bersamaan dengan perdarahan hemorage (biasanya berupa
petekie pada infeksi adenovirus), kemosis, dan membran (jarang), serta
pseudomembran.
4. Pseudomembran dan membran dapat meninggalkan bekas luka ringan
5. Keratitis pada infeksi adenovirus ditunjukkan dengan hal-hal sebagai berikut :
a. Mikrokista epitelial (non-staining) pada tahap awal
b. Punctate epithelial keratitis dalam waktu 7-10 hari dari onset gejala dan
menghilang dalam 2 minggu.
c. Infiltrat fokal berwarna putih pada subepitel atau anterior stroma sebagai respon
imun terhadap virus, dam dapat tetap ada atau kembali ada dalam beberapa bulan
atau tahun.
6. Uveitis anterior ringan
Diagnosis Banding
a. Konjungtivitis hemoragik akut
Biasanya terjadi di daerah tropis dan biasanya disebabkan oleh enterovirus dan
coxsackievirus. Penyakit ini memiliki onset yang cepat dan akan menghilang dalam
waktu 1-2 minggu, adanya hemoragik subkonjungtiva merupakan karakteristik
khusus.2
b. Herpes Simplex Virus
Biasanya menyebabkan konjungtivitis folikuler, biasanya pada infeksi primer,
unilateral, dan disertai vesikel pada kulit.
c. Infeksi Virus Sistemik
Biasanya infeksi virus yang sering terjadi pada anak-anak, seperti varisela, campak,
cacar dapat disertai dengan konjungtivitis folikuler
2. Konjungtivitis Moluskum Kontagiosum
Moluskum kontagiosum merupakan infeksi kulit yang disebabkan oleh poxvirus double-
stranded yang biasanya menyerang anak-anak dengan puncak kejadian pada usia 2 dan 4
tahun. Transmisinya melalui kontak, dengan autoinokulasi subsekuen.2
Gejala berupa iritasi okular unilateral kronik dengan sedikit sekret
Tanda: nodul pucat menyerupai lilin pada margin palpebra, konjungtivitis folikular dan
sekret mukoid ringan, nodul bulbar dan lesi kunateus multipel mungkin timbul pada
pasien imunosupresan. Bila tidak diobati dapat menjadi keratitis dan bahkan pannus.
Lesi umumnya self-limiting pada pasien immunokompoten. Meski begitu, perlu
dilakukan removal karena adanya konjungtivitis sekunder.
3. Blefarokonjungtivitis Varicella-Zoster
Hyperemia dan konjungtivitis infiltrate disertai dengan erupsi vesikuler khas sepanjang
penyebaran dermatom nervus trigeminus cabang oftalmika adalah khas herpes zoster.
Konjungtivitisnya biasanya papiler, namun pernah ditemukan folikel, pseudomembran, dan
vesikel temporer, yang kemudian berulserasi. Limfonodus preaurikuler yang nyeri tekan
terdapat pada awal penyakit. parut pada palpebra, entropion, dan bulu mata salah arah
adalah sekuele. 1
4. Konjungtivitis Ricketsia
Semua ricketsia dianggap patogen bagi manusia, dapat menyerang konjungtiva.
Demam disertai hiperemi konjungtiva yang hebat. Pengobatan dengan tetrasiklin atau
kloramfenikol sistemik dapat menyembuhkan. Demam Marseilles sering disertai
konjungtivitis ulseratif atau granulomatosa dan limfonodus preaurikuler yang tampak
jelas. Tifus endemik berkaitan dengan tanda-tanda konjugtiva yang umumnya ringan
dan bervariasi.
1. Schwab IR, Dawson CR. Conjuctiva. In: Vaughan DG, Asbury T, Riordan-Eva P.
General Ophthalmology. 17th ed. 2007. New York: Appleton & Lange.
2. Viral Konjungtivitis. Clinical ophthalmology- a systemic approach. Kanski JJ,
Bowling B edisi ke-7. Edinburgh: Elsevier Sanders. 2011.