32
BAB I PENDAHULUAN Konjungtivitis adalah peradangan selaput bening yang menutupi bagian putih mata dan bagian dalam kelopak mata. Peradangan tersebut menyebabkan timbulnya berbagai macam gejala, salah satunya adalah mata merah. Konjungtivitis dapat disebabkan oleh virus, bakteri, alergi, atau kontak dengan benda asing, misalnya kontak lensa. 1 Konjungtivitis alergi merupakan bentuk radang konjungtiva akibat reaksi alergi terhadap noninfeksi, dapat berupa reaksi cepat seperti alergi biasa dan reaksi terlambat sesudah beberapa hari kontak seperti pada reaksi terhadap obat, bakteri, dan toksik. Merupakan reaksi antibodi humoral terhadap alergen. Biasanya dengan riwayat atopi. 1 Konjungtivitis alergi biasanya mengenai kedua mata. Tandanya, selain mata berwarna merah, mata juga akan terasa gatal. Gatal ini juga seringkali dirasakan dihidung. Produksi air mata juga berlebihan sehingga mata sangat berair. 10 Konjungtiva banyak sekali mengandung sel dari sistem kekebalan (mast sel) yang melepaskan senyawa kimia (mediator) dalam merespon terhadap berbagai rangsangan (seperti serbuk sari atau debu tungau). Mediator ini menyebabkan radang pada mata, yang mungkin sebentar atau bertahan lama. Sekitar 20% dari orang 1

konjungtivitis vernalis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

referat tentang konjungtivitis renalis

Citation preview

Page 1: konjungtivitis vernalis

BAB I

PENDAHULUAN

Konjungtivitis adalah peradangan selaput bening yang menutupi bagian

putih mata dan bagian dalam kelopak mata. Peradangan tersebut menyebabkan

timbulnya berbagai macam gejala, salah satunya adalah mata merah.

Konjungtivitis dapat disebabkan oleh virus, bakteri, alergi, atau kontak dengan

benda asing, misalnya kontak lensa.1

Konjungtivitis alergi merupakan bentuk radang konjungtiva akibat reaksi

alergi terhadap noninfeksi, dapat berupa reaksi cepat seperti alergi biasa dan

reaksi terlambat sesudah beberapa hari kontak seperti pada reaksi terhadap obat,

bakteri, dan toksik. Merupakan reaksi antibodi humoral terhadap alergen.

Biasanya dengan riwayat atopi.1 Konjungtivitis alergi biasanya mengenai kedua

mata. Tandanya, selain mata berwarna merah, mata juga akan terasa gatal. Gatal

ini juga seringkali dirasakan dihidung. Produksi air mata juga berlebihan sehingga

mata sangat berair.10

Konjungtiva banyak sekali mengandung sel dari sistem kekebalan (mast

sel) yang melepaskan senyawa kimia (mediator) dalam merespon terhadap

berbagai rangsangan (seperti serbuk sari atau debu tungau). Mediator ini

menyebabkan radang pada mata, yang mungkin sebentar atau bertahan lama.

Sekitar 20% dari orang memiliki tingkat konjungtivitis alergi.5 Konjungtivitis

alergi yang musiman dan yang berkelanjutan adalah jenis yang paling sering dari

reaksi alergi pada mata. Konjungtivitis alergi yang musiman sering disebabkan

oleh serbuk sari pohon atau rumput, oleh karenanya jenis ini timbul khususnya

pada musim semi atau awal musim panas. Serbuk sari gulma bertanggung jawab

pada gejala alergi mata merah pada musim panas dan awal musim gugur. Alergi

mata merah yang berkelanjutan terjadi sepanjang tahun; paling sering disebabkan

oleh tungau debu, bulu hewan, dan bulu unggas.5

Konjungtivitis vernalis adalah bentuk konjungtivitis alergi yang lebih

serius dimana penyebabnya tidak diketahui. Konjungtivitis vernalis paling sering

terjadi pada anak umur antara 3-25 tahun dengan prevalensi pada kedua jenis

kelamin sama dan sering terjadi pada anak dengan riwayat eksema, asma, atau

1

Page 2: konjungtivitis vernalis

alergi musiman. Konjungtivitis vernalis biasanya kambuh setiap musim semi dan

hilang pada musim gugur dan musim dingin. Banyak anak tidak mengalaminya

lagi pada umur dewasa muda.5

Penyebaran konjungtivitis vernalis merata di dunia, terdapat sekitar 0,1%

hingga 0,5% pasien dengan masalah tersebut. Penyakit ini lebih sering terjadi

pada iklim panas (misalnya di Italia, Yunani, Israel, dan sebagian Amerika

Selatan) daripada iklim dingin (seperti Amerika Serikat, Swedia, Rusia dan

Jerman).6 Umumnya terdapat riwayat keluarga yang bersifat alergi atopik

(turunan). Sekitar 65% pasien yang menderita konjungtivitis vernalis memiliki

satu atau lebih sanak keluarga setingkat yang memiliki penyakit turunan

(misalnya asma, hay fever, iritasi kulit turunan atau alergi selaput lendir hidung

permanen). Penyakit-penyakit turunan ini umumnya ditemukan pada pasien itu

sendiri.6

Semua penelitian tentang penyakit ini melaporkan bahwa biasanya kondisi

akan memburuk pada musim semi dan musim panas di belahan bumi utara, itulah

mengapa dinamakan konjungtivitis ”vernalis” (atau musim semi). Di belahan

bumi selatan penyakit ini lebih menyerang pada musim gugur dan musim dingin.

Akan tetapi, banyak pasien mengalami gejala sepanjang tahun, mungkin

disebabkan berbagai sumber alergi yang silih berganti sepanjang tahun.6

2

Page 3: konjungtivitis vernalis

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi & Fisiologi Konjungtiva

Konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis yang

membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan

permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbaris). Konjungtiva bersambungan

dengan kulit pada tepi kelopak (persambungan mukokutan) dan dengan epitel

kornea limbus.2

Konjungtiva mengandung kelenjar musin yang dihasilkan oleh sel goblet.

Musin bersifat membasahi bola mata terutama kornea.

Konjungtiva terdiri atas tiga bagian, yaitu :

a. Konjungtiva tarsal yang menutupi tarsus, konjungtiva tarsal sukar

digerakkan dari tarsus.

b. Konjungtiva bulbi menutupi sklera dan mudah digerakkan dari sklera di

bawahnya.

c. Konjungtiva fornises atau forniks konjungtiva yang merupakan tempat

peralihan konjungtiva tarsal dengan konjungtiva bulbi.

Konjungtiva bulbi dan forniks berhubungan dengan sangat longgar dengan

jaringan di bawahnya sehingga bola mata mudah bergerak.1

Gambar 1. Anatomi Konjungtiva11

3

Page 4: konjungtivitis vernalis

Secara histologis, konjungtiva terdiri atas lapisan :

a. Lapisan epitel konjungtiva, terdiri dari dua hingga lima lapisan sel

epitel silinder bertingkat, superficial dan basal. Lapisan epitel

konjungtiva di dekat limbus, di atas karankula, dan di dekat

persambungan mukokutan pada tepi kelopak mata terdiri dari sel-sel

epitel skuamosa.

b. Sel-sel epitel superfisial, mengandung sel-sel goblet bulat atau oval

yang mensekresi mukus. Mukus mendorong inti sel goblet ke tepi dan

diperlukan untuk dispersi lapisan air mata secara merata diseluruh

prekornea. Sel-sel epitel basal berwarna lebih pekat daripada sel-sel

superficial dan di dekat limbus dapat mengandung pigmen.

c. Stroma konjungtiva, dibagi menjadi lapisan adenoid (superficial) dan

lapisan fibrosa (profundus). Lapisan adenoid mengandung jaringan

limfoid dan dibeberapa tempat dapat mengandung struktur semacam

folikel tanpa sentrum germinativum. Lapisan adenoid tidak berkembang

sampai setelah bayi berumur 2 atau 3 bulan. Hal ini menjelaskan

mengapa konjungtivitis inklusi pada neonatus bersifat papiler bukan

folikuler dan mengapa kemudian menjadi folikuler. Lapisan fibrosa

tersusun dari jaringan penyambung yang melekat pada lempeng tarsus.

Hal ini menjelaskan gambaran reksi papiler pada radang konjungitiva.

Lapisan fibrosa tersusun longgar pada bola mata.

d. Kelenjar air mata aksesori (kelenjar Krause dan wolfring), yang struktur

dan fungsinya mirip kelenjar lakrimal, terletak di dalam stroma.

Sebagian besar kelenjar krause berada di forniks atas, dan sedikit ada di

forniks bawah. Kelenjar wolfring terletak ditepi atas tarsus atas.2

2.2 Definisi dan Etiologi

Konjungtivitis vernalis adalah peradangan konjungtiva bilateral dan

berulang (recurrence) yang khas, dan merupakan suatu reaksi alergi

(hipersensitivitas tipe I). Penyakit ini juga dikenal sebagai “catarrh musim semi”

dan “konjungtivitis musiman” atau “konjungtivitis musim kemarau”. Sering

terdapat pada musim panas di negeri dengan empat musim, atau sepanjang tahun

4

Page 5: konjungtivitis vernalis

di negeri tropis (panas).2,7 Konjungtivitis vernalis mengenai pasien usia muda 3-25

tahun dan kedua jenis kelamin sama. Namun, sering terjadi pada anak-anak,

biasanya dimulai sebelum masa pubertas dan berhenti sebelum usia 20.4 Terdapat

tiga tipe konjungtivitis vernalisis, antara lain tipe palpebra, tipe limbal, dan tipe

campuran.

2.3 Patofisiologi

Perubahan struktur konjungtiva erat kaitannya dengan timbulnya radang

insterstitial yang banyak didominasi oleh reaksi hipersensitivitas tipe I dan IV.

Pada konjungtiva akan dijumpai hiperemia dan vasodilatasi difus, yang dengan

cepat akan diikuti dengan hiperplasi akibat proliferasi jaringan yang menghasilkan

pembentukan jaringan ikat yang tidak terkendali. Kondisi ini akan diikuti oleh

hyalinisasi dan menimbulkan deposit pada konjungtiva sehingga terbentuklah

gambaran cobble stone. Jaringan ikat yang berlebihan ini akan memberikan warna

putih susu kebiruan sehingga konjungtiva tampak buram dan tidak berkilau.

Proliferasi yang spesifik pada konjungtiva tarsal, oleh von Graefe disebut

pavement like granulations. Hipertrofi papil pada konjungtiva tarsal tidak jarang

mengakibatkan ptosis mekanik dan dalam kasus yang berat akan disertai keratitis

serta erosi epitel kornea.

Limbus konjungtiva juga memperlihatkan perubahan akibat vasodilatasi dan

hipertropi yang menghasilkan lesi fokal. Pada tingkat yang berat, kekeruhan pada

limbus sering menimbulkan gambaran distrofi dan menimbulkan gangguan dalam

kualitas maupun kuantitas stem cells limbus. Kondisi yang terakhir ini mungkin

berkaitan dengan konjungtivalisasi pada penderita keratokonjungtivitis dan di

kemudian hari berisiko timbulnya pterigium pada usia muda. Di samping itu, juga

terdapat kista-kista kecil yang dengan cepat akan mengalami degenerasi.3

Pada bentuk palpebral, jaringan epitel membesar pada beberapa area dan

menular ke area lainnya. Kadangkala, eosinofil (warna kemerahan) tampak kuat di

antara sel-sel jaringan epitel. Perubahan yang menonjol dan parah terjadi pada

substansi propria (jaringan urat). Pada tahap awal jaringan terinfiltrasi dengan

limfosit, sel plasma, eosinofil, dan basofil. Sejalan dengan perkembangan

penyakit, semakin banyak sel yang berakumulasi dan kolagen baru terbentuk,

sehingga menghasilkan bongkol-bongkol besar pada jaringan yang timbul dari

5

Page 6: konjungtivitis vernalis

lempeng tarsal. Terkait dengan perubahan-perubahan tersebut adalah adanya

pembentukan pembuluh darah baru dalam jumlah yang banyak. Peningkatan

jumlah kolagen berlangsung cepat dan menyolok.6

Pada bentuk limbal terdapat perubahan yang sama, yaitu:

perkembangbiakan jaringan ikat, peningkatan jumlah kolagen, dan infiltrasi sel

plasma, limfosit, eosinofil dan basofil ke dalam stroma. Penggunaan jaringan

yang dilapisi plastik yang ditampilkan melalui mikroskopi cahaya dan elektron

dapat memungkinkan beberapa observasi tambahan. Basofil sebagai ciri tetap dari

penyakit ini, tampak dalam jaringan epitel sebagaimana juga pada substansi

propria. Walaupun sebagian besar sel merupakan komponen normal dari substansi

propia, namun tidak terdapat jaringan epitel konjungtiva normal.6

Walaupun karakteristik klinis dan patologi konjungtivitis vernalis telah

digambarkan secara luas, namun patogenesis spesifik masih belum dikenali.6

2.4 Gambaran Histopatologi

Tahap awal konjungtivitis vernalisis ditandai oleh fase prehipertrofi. Dalam

kaitan ini, akan tampak pembentukan neovaskularisasi dan pembentukan papil

yang ditutup oleh satu lapis sel epitel dengan degenerasi mukoid dalam kripta di

antara papil serta pseudomembran milky white. Pembentukan papil ini

berhubungan dengan infiltrasi stroma oleh sel-sel PMN, eosinofil, basofil, dan sel

mast.

Hasil penelitian histopatologik terhadap 675 konjungtivitis vernalisis mata

yang dilakukan oleh Wang dan Yang menunjukkan infiltrasi limfosit dan sel

plasma pada konjungtiva. Prolifertasi limfosit akan membentuk beberapa nodul

limfoid. Sementara itu, beberapa granula eosinofilik dilepaskan dari sel eosinofil,

menghasilkan bahan sitotoksik yang berperan dalam kekambuhan konjungtivitis.

Dalam penelitian tersebut juga ditemukan adanya reaksi hipersensitivitas. Tidak

hanya di konjungtiva bulbi dan tarsal, tetapi juga di fornix, serta pada beberapa

kasus melibatkan reaksi radang pada iris dan badan siliar .

Fase vaskular dan selular dini akan segera diikuti dengan deposisi kolagen,

hialuronidase, peningkatan vaskularisasi yang lebih mencolok, serta reduksi sel

radang secara keseluruhan. Deposisi kolagen dan substansi dasar maupun seluler

6

Page 7: konjungtivitis vernalis

mengakibatkan terbentuknya deposit stone yang terlihat secara nyata pada

pemeriksaan klinis. Hiperplasia jaringan ikat meluas ke atas membentuk giant

papil bertangkai dengan dasar perlekatan yang luas. Kolagen maupun pembuluh

darah akan mengalami hialinisasi. Epiteliumnya berproliferasi menjadi 5–10 lapis

sel epitel yang edematous dan tidak beraturan. Seiring dengan bertambah

besarnya papil, lapisan epitel akan mengalami atrofi di apeks sampai hanya

tinggal satu lapis sel yang kemudian akan mengalami keratinisasi.

Pada limbus juga terjadi transformasi patologik yang sama berupa

pertumbuhan epitel yang hebat meluas, bahkan dapat terbentuk 30-40 lapis sel

(acanthosis). Horner-Trantas dot`s yang terdapat di daerah ini sebagian besar

terdiri atas eosinofil, debris selular yang terdeskuamasi, namun masih ada sel

PMN dan limfosit.

2.5 Manifestasi Klinis

Gejala yang mendasar adalah rasa gatal, manifestasi lain yang menyertai

meliputi mata berair, sensitif pada cahaya, rasa pedih terbakar, dan perasaan

seolah ada benda asing yang masuk. Penyakit ini cukup menyusahkan, muncul

berulang, dan sangat membebani aktivitas penderita sehingga menyebabkan ia

tidak dapat beraktivitas normal.6

Terdapat dua bentuk klinik konjungtivitis vernalisis, yaitu :

1. Bentuk palpebra, terutama mengenai konjungtiva tarsal superior. Terdapat

pertumbuhan papil yang besar (cobble stone) yang diliputi sekret yang

mukoid. Konjungtiva tarsal bawah hiperemi dan edema, dengan kelainan

kornea lebih berat dibanding bentuk limbal. Secara klinik papil besar ini

tampak sebagai tonjolan bersegi banyak dengan permukaan yang rata dan

dengan kapiler ditengahnya.

2. Bentuk limbal, hipertrofi papil pada limbus superior yang dapat membentuk

jaringan hiperplastik gelatin, dengan Trantas dot yang merupakan degenerasi

epitel kornea atau eosinofil di bagian epitel limbus kornea, terbentuknya

pannus, dengan sedikit eosinofil.1

7

Page 8: konjungtivitis vernalis

Gambar 2. Konjungtivitis vernalis

bentuk palpebral9

Gambar 3. Konjungtivitis vernalis

bentuk limba9

2.6 Diagnosis dan Diagnosis Banding

Anamnesis yang teliti mengenai keluhan pasien dan riwayat terdahulu

sangat penting dalam menegakkan diagnosis konjungtivitis vernalisis. Selanjutnya

diagnosis ditegakkan sesuai dengan gejala dan tanda klinis serta hasil pemeriksaan

mata. Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan berupa kerokan konjungtiva

untuk mempelajari gambaran sitologi. Hasil pemeriksaan menunjukkan banyak

eosinofil dan granula-granula bebas eosinofilik. Di samping itu, terdapat basofil

dan granula basofilik bebas. 3

Walaupun secara prinsip konjungtivitis vernalis sangat berbeda dengan

trakhom dan konjungtivitis demam rumput, namun seringkali gejalanya

membingungkan dengan dua penyakit tersebut. Trakhoma ditandai dengan

banyaknya serabut-serabut sejati yang terpusat, sedangkan pada konjungtivitis

vernalis jarang tampak serabut sejati. Pada trakhom, eosinofil tidak tampak pada

kikisan konjungtiva maupun pada jaringan, sedangkan pada konjungtivitis

vernalis, eosinofil memenuhi jaringan. Trakhom meninggalkan parut-parut pada

tarsal, sedangkan konjungtivitis vernalis tidak, kecuali bila terlambat ditangani.

Tanda konjungtivitis demam rumput adalah edema, sedangkan tanda

konjungtivitis vernalis adalah infiltrasi selular. Demam rumput memiliki

karakteristik sedikit eosinofil, tidak ada sel mastosit pada jaringan epitel, tidak ada

peningkatan sel mastosit pada substantia propria, dan tidak terdapat basofil,

sedangkan konjungtivitis vernalis memiliki karakteristik adanya tiga serangkai,

8

Page 9: konjungtivitis vernalis

yaitu: sel mastosit pada jaringan epitel, adanya basofil, dan adanya eosinofil pada

jaringan.6

Tabel 1. Diagnosis banding Trakoma, Konjungtivitis folikularis,Konjungtivitis vernalis.1

Pembanding Trakoma Konjungtivitis folikularis

Konjungitvitis vernalis

Gambaran lesi

(kasus dini) papula kecil atau bercak merah bertaburan dengan bintik putih-kuning (folikel trakoma). Pada konjungtiva tarsal (kasus lanjut) granula (menyerupai butir sagu) dan parut, terutama konjungtivatarsal atas

Penonjolan merah-muda pucat tersusun teratur seperti deretan “beads”

Nodul lebar datar dalam susunan “cobble stone” pada konjungtiva tarsal atas dan bawah, diselimuti lapisan susu

Ukuran lesi

Lokasi lesi

Penonjolan besar lesi konjungtiva tarsal atas dan teristimewa lipatan retrotarsal kornea-panus, bawah infiltrasi abu-abu dan pembuluh tarsus terlibat.

Penonjolan kecil terutama konjungtiva tarsal bawah dan forniks bawah tarsus tidak terlibat.

Penonjolan besar tipe tarsus atau palpebra; konjungtiva tarsus terlibat, forniks bebas. Tipe limbus atau bulbus; limbus terlibat forniks bebas, konjungtiva tarsus bebas (tipe campuran lazim) tarsus tidak terlibat.

Tipe sekresi Kotoran air berbusa atau “frothy” pada stadium lanjut.

Mukoid atau purulen

Bergetah, bertali, seperti susu

Pulasan Kerokan epitel dari konjungtiva dan kornea memperlihatkan ekfoliasi, proliferasi, inklusi seluler.

Kerokokan tidak karakteristik (Koch-Weeks, Morax-Axenfeld, mikrokokus kataralis stafilokokkus, pneumokokkus)

Eosinofil karakteristik dan konstan pada sekresi

Penyulit atau sekuela

Kornea: panus, kekeruhan kornea, xerosis, kornea

Kornea: ulkus kornea

Palpebra:

Kornea: infiltrasi kornea (tipe limbal)

Palpebra:

9

Page 10: konjungtivitis vernalis

Konjungtiva: simblefaron

Palpebra: ektropion atau entropion trikiasis

blefaritis, ektropion

pseudoptosis (tipe tarsal)

2.7 Komplikasi

Dapat menimbulkan keratitis epitel atau ulkus kornea superfisial sentral atau

parasentral, yang dapat diikuti dengan pembentukan jaringan sikatriks yang

ringan. Penyakit ini juga dapat menyebabkan penglihatan menurun. Kadang-

kadang didapatkan panus, yang tidak menutupi seluruh permukaan kornea.

Perjalanan penyakitnya sangat menahun dan berulang, sering menimbulkan

kekambuhan terutama di musim panas.5

2.8 Penatalaksanaan

Karena konjungtivitis vernalisis adalah penyakit yang sembuh sendiri, perlu

diingat bahwa medikasi yang dipakai terhadap gejala hanya memberi hasil jangka

pendek, berbahaya jika dipakai jangka panjang.2 Penatalaksanaan konjungtivitis

vernalisis berdasarkan luasnya symptom yang muncul dan durasinya, yaitu :

1. Terapi Non-medikamentosa

Dalam hal ini mencakup tindakan-tindakan konsultatif yang membantu

mengurangi keluhan pasien berdasarkan informasi hasil anamnesis. Beberapa

tindakan tersebut antara lain:

- Menghindari tindakan menggosok-gosok mata dengan tangan atau jari

tangan, karena telah terbukti dapat merangsang pembebasan mekanis dari

mediator-mediator sel mast. Di samping itu, juga untuk mencegah

superinfeksi yang pada akhirnya berpotensi ikut menunjang terjadinya

glaukoma sekunder dan katarak.

- Pemakaian mesin pendingin ruangan berfilter;

- Menghindari daerah berangin kencang yang biasanya juga membawa

serbuksari;

- Menggunakan kaca mata berpenutup total untuk mengurangi kontak

dengan alergen di udara terbuka. Pemakaian lensa kontak justru harus

dihindari karena lensa kontak akan membantu retensi allergen;

- Kompres dingin di daerah mata;

10

Page 11: konjungtivitis vernalis

- Pengganti air mata (artifisial). Selain bermanfaat untuk cuci mata juga

berfungsi protektif karena membantu menghalau allergen;

- Memindahkan pasien ke daerah beriklim dingin yang sering juga disebut

sebagai climato-therapy.

2. Terapi Medikamentosa

Untuk terapi topikal dapat diberikan terapi medikamentosa yakni:

- anti alergi dan vasokonstriksi mata (vernacel) 3x/hari

- asam chromoglicate tetes mata (Conver) 3x/hari

- steroid tetes mata (Xitrol, Tobroson) 3x/hari

Pada kasus yang lebih parah, bisa juga digunakan steroid sistemik seperti

prednisolone asetat, prednisolone fosfat, atau deksamethason fosfat 2–3 tablet 4

kali sehari selama 1-2 minggu. Satu hal yang perlu diingat dalam kaitan dengan

pemakaian preparat steroid adalah “gunakan dosis serendah mungkin dan

sesingkat mungkin”.

Antihistamin, baik lokal maupun sistemik, dapat dipertimbangkan sebagai

pilihan lain, karena kemampuannya untuk mengurangi rasa gatal yang dialami

pasien. Apabila dikombinasi dengan vasokonstriktor, dapat memberikan kontrol

yang memadai pada kasus yang ringan atau memungkinkan reduksi dosis.

3. Terapi Bedah

Terapi pembedahan exterpasi cobble stone apabila terdapat cobble stone

yang besar dan mengganggu. Namun, terapi ini kini sudah ditinggalkan mengingat

banyaknya efek samping dan terbukti tidak efektif, karena dalam waktu dekat

akan tumbuh lagi. 3,6

2.9 Prognosis

Prognosis penderita konjungtivitis baik karena sebagian besar kasus dapat

sembuh spontan. Namun, kondisi ini dapat terus berlanjut dari waktu ke waktu,

dan semakin memburuk selama musim-musim tertentu.8

BAB III

LAPORAN KASUS

11

Page 12: konjungtivitis vernalis

3.1 Identitas Penderita

Nama : Luh Dinda Juliani

Umur : 9 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Dauh Puri, Denpasar Barat

Pekerjaan : Pelajar

Agama : Hindu

Suku Bangsa : Bali

3.2 Anamnesis

Keluhan utama : Mata merah

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang dengan keluhan mata merah yang dirasakan sejak 2 hari

yang lalu. mata merah dirasakan pada kedua mata pasien dan terus memerah

hingga hari ini. Mata terasa semakin memerah bila pasien bermain di luar rumah

dan dikucek-kucek. Merah pada mata berkurang bila pasien tidak bermain ke luar

rumah atau bermain sepeda di siang hari. Mata merah disertai dengan rasa gatal,

rasa gatal ini dirasakan terus menerus oleh pasien dan dirasa sangat mengganggu

sehingga pasien sering mengucek matanya. Pasien juga mengeluhkan banyak

kotoran mata terutama pada pagi hari setelah bangun tidur yang berwarna putih

dan lengket seperti lendir. Pasien juga mengatakan matanya dirasakan seperti

terdapat pasir. Pasien juga mengeluhkan pembengkakan pada kedua kelopak mata

pasien. Rasa nyeri pada kedua mata, silau dan pandangan kabur disangkal oleh

pasien

Riwayat Penyakit Dahulu dan Pengobatan

Pasien sebelumnya pernah mengalami keluhan yang sama kurang lebih 3

bulan yang lalu dan pernah mendapat pengobatan di RSUP Sanglah. Pasien

memiliki riwayat asma. Riwayat alergi makanan atau obat disangkal oleh pasien.

Riwayat trauma maupun kemasukan benda asing sebelumnya disangkal. Riwayat

pemakaian obat tetes mata sebelumnya juga disangkal.

12

Page 13: konjungtivitis vernalis

Riwayat Keluarga

Tidak ada keluarga pasien yang mengalami keluhan yang sama dengan

pasien. Ibu pasien memilii riwayat asma.

Riwayat Sosial

Pasien adalah pelajar sekolah dasar yang kesehariannya adalah belajar di

sekolah dan bermain di kompleks rumahnya lingkungan tempat bermain pasien

agak berdebu dan pasien sering bermain sepeda bersama teman-temannya.

3.3 Pemeriksaan Fisik

3.3.1 Pemeriksaan Fisik Umum

Kesadaran : Compos mentis

Tekanan darah : tde

Nadi : 80 x / menit

Temperatur aksila : tde

3.3.2 Pemeriksaan Fisik Khusus (Lokal pada Mata)

Okuli Dekstra (OD) Okuli Sinistra

Visus

Refraksi/Pin Hole

6/7,5

Tidak dilakukan

6/7,5

tidak dilakukan

Supra cilia

Madarosis

Sikatriks

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Palpebra superior

Edema

Hiperemi

Enteropion

Ekteropion

Benjolan

ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Palpebra inferior

Edema ada ada

13

Page 14: konjungtivitis vernalis

Hiperemi

Enteropion

Ekteropion

Benjolan

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Pungtum lakrimalis

Pungsi

Benjolan

Tidak dilakukan

Tidak ada

Tidak dilakukan

Tidak ada

Konjungtiva palpebra superior

Sekret mata

Hiperemi

Folikel

Papil

Sikatriks

Benjolan

ada, mukoid

ada

Tidak ada

ada, cobble stone

Tidak ada

Tidak ada

ada, mukoid

ada

Tidak ada

ada, cobble stone

Tidak ada

tidak ada

Konjungtiva palpebra inferior

Sekret mata

Hiperemi

Folikel

Papil

Sikatriks

Benjolan

ada, berserabut

ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

ada, berserabut

ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

tidak ada

Konjungtiva bulbi

Kemosis

Hiperemi

- Konjungtiva

- Silier

Perdarahan di bawah konjungtiva

Pterigium

ada

Ada, CVI +

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

ada

Ada. CVI +

Ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

14

Page 15: konjungtivitis vernalis

Pingueculae

Sklera

Warna

Pigmentasi

Putih

Tidak ada

Putih

Tidak ada

Limbus

Arkus senilis Tidak ada Tidak ada

Kornea

Odem

Infiltrat

Ulkus

Sikatriks

Keratik presifitat

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Kamera okuli anterior

Kejernihan

Kedalaman

Jernih

Normal

Jernih

Normal

Iris

Warna

Koloboma

Sinekia anterior

Sinekia posterior

Coklat

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Coklat

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Pupil

Bentuk

Regularitas

Refleks cahaya langsung

Refleks cahaya konsensual

Bulat

Reguler

Ada

Ada

Bulat

Reguler

Ada

Ada

Lensa

Kejernihan

Dislokasi/subluksasi

Jernih

Tidak ada

Jernih

Tidak ada

15

Page 16: konjungtivitis vernalis

Pemeriksaan Lain

OD Pemeriksaan OS

Negatif Tes Fluoresin Negatif

3.4 Resume

Pasien perempuan, 9 tahun mengeluh merah pada kedua mata sejak 2 hari

sebelum dilakukan pemeriksaaan, disertai dengan rasa gatal, kotoran mata juga

dikeluhkan terutama pada pagi hari setelah bangun tidur yang berwarna putih dan

lengket seperti lendir. Pasien juga mengatakan matanya dirasakan seperti terdapat

pasir dan dirasa bengkak pada kedua kelopak mata pasien. Rasa nyeri pada kedua

mata, silau dan pandangan kabur disangkal oleh pasien.

Pemeriksaan lokal

OD Pemeriksaan OS

6/7,5 Visus 6/7,5

Edema Palpebra Edema

Papil (+),Sekret (+) Konjungtiva Palpebra Papil (+),Sekret (+)

hiperemi (+) hiperemi (+)

CVI (+), kemosis (+) Konjungtiva Bulbi CVI(+), kemosis (+)

Jernih Kornea Jernih

Dalam Kamera Okuli Anterior Dalam

Bulat,regular,sentral Iris/Pupil Bulat,regular,sentral

Positif Refleks Pupil Positif

Jernih Lensa Jernih

Positif Refleks Fundus Positif

Negatif Tes Fluoresin Negatif

3.5 Diagnosis Banding

1. ODS Konjungtivitis Vernalis Tipe Palpebra

2. ODS Konjungtivitis Trachoma

16

Page 17: konjungtivitis vernalis

3.6 Diagnosis Kerja

ODS Konjungtivitis Vernalis Tipe Palpebra

3.7 Usulan Pemeriksaan

- Pengecatan gram/ giemsa/KOH swab

3.8 Terapi

Vernacel eyesdrop 6 x 1 tetes / hari ODS

Becom C tab 1 x 1

CTM Tab 2 x 1

Kontrol poliklinik 1 minggu kemudian

KIE

3.9 Prognosis

Dubius ad bonam

17

Page 18: konjungtivitis vernalis

BAB IV

PEMBAHASAN

Konjungtivitis vernalis adalah peradangan konjungtiva bilateral dan

berulang (recurrence) yang khas, dan merupakan suatu reaksi alergi

(hipersensitivitas tipe I). Penyakit ini juga dikenal sebagai “catarrh musim semi”,

“konjungtivitis musiman” atau “konjungtivitis musim kemarau”. Pada kasus ini

pasien merupakan anak perempuan dengan usia 9 tahun, dan memiliki riwayat

asma. Hal ini sesuai dengan teori kepustakaan yang menyebutkan bahwa

konjungtivitis vernalis paling sering terjadi pada anak umur antara 3-25 tahun

dengan prevalensi pada kedua jenis kelamin sama dan sering terjadi pada anak

dengan riwayat eksema, asma, atau alergi musiman. Konjungtivitis vernalis

biasanya kambuh setiap musim semi dan hilang pada musim gugur dan musim

dingin. Banyak anak tidak mengalaminya lagi pada umur dewasa muda.

Pasien datang dengan keluhan mata merah pada kedua mata sejak 2 hari

sebelum dilakukan pemeriksaaan, disertai dengan rasa gatal, kotoran mata juga

dikeluhkan terutama pada pagi hari setelah bangun tidur yang berwarna putih dan

lengket seperti lendir. Pasien juga mengatakan matanya dirasakan seperti terdapat

pasir dan dirasa bengkak pada kedua kelopak mata pasien. Rasa nyeri pada kedua

mata, silau dan pandangan kabur disangkal oleh pasien. Hal ini sesuai dengan

teori pada kepustakaan, di mana gejala-gejala konjungtivitis vernalis meliputi rasa

gatal, mata merah, mata berair, rasa pedih terbakar, dan perasaan seolah ada benda

asing yang masuk. Gejala-gejala ini cukup menyusahkan, muncul berulang, dan

sangat membebani aktivitas penderita sehingga menyebabkan ia tidak dapat

beraktivitas normal.

Pada pemeriksaan mata didapatkan visus mata kanan dan kiri normal,

edema palpebra pada kedua kelopak mata kanan dan kiri, papil cobble stone pada

konjungtiva tarsalis superior kedua mata, CVI dan kemosis positif pada

18

Page 19: konjungtivitis vernalis

konjungtiva bulbi kedua mata, dan terdapat sekret mukoid pada permukaan

konjungtiva palpebra. Pada pemeriksaan sklera, kornea, bilik mata depan, iris,

pupil, lensa, dan refleks fundus tidak ditemukan adanya kelainan. Tanda-tanda

pada pemeriksaan fisik mata pada pasien ini sesuai dengan tanda-tanda

konjungtivitis vernalis berdasarkan kepustakaan.

Konjungtivitis vernalis pada dasarnya merupakan suatu reaksi alergi

(hipersensitivitas tipe I). Pada reaksi hipersensitivitas tipe I terjadi pelepasan

mediator sel mast (histamin) yang dapat memicu vasodilatasi, peningkatan

permeabilitas pembuluh darah, rasa gatal, dan peningkatan produksi mukus dari

sel-sel goblet pada lapisan konjungtiva. Vasodilatasi arteri konjungtiva posterior

yang memasok darah ke konjungtiva bulbi mengakibatkan penampakan mata

merah yang dominan ditemukan pada fornix. Peningkatan permeabilitas

pembuluh darah mengakibatkan terjadinya edema palpebra dan kemosis. Keluhan

lain seperti nyeri, silau dan penurunan visus tidak dijumpai pada pasien, karena

proses patologis dari penyakit ini tidak melibatkan media refraksi seperti kornea,

bili mata depan dan lensa. Pada pasien ini dijumpai adanya papil pada kedua

konjungtiva tarsalis posterior. Papil terbentuk sebagai respon terhadap peradangan

yang ditandai oleh infiltrasi sel-sel radang (limfosit, eosinofil, basofil dan sel

mast), neovaskularisasi, deposit jaringan ikat kolagen dan terjadinya hiperplasia

sel-sel epitel konjungtiva. Pada pemeriksaan dengan menggunakan tes fluorosens

tidak ditemukan adanya tanda-tanda erosi epitel pada kornea.

Pada kasus ini didiagnosis banding dengan konjungtivitis trachoma. Pada

konjungtivitis trachoma gambaran lesi pada kasus dini didapatkan adanya papula

kecil atau bercak merah bertaburan dengan bintik putih-kuning (folikel trakoma).

Pada konjungtiva tarsal (kasus lanjut) granula (menyerupai butir sagu) dan parut,

terutama konjungtiva tarsal atas. Sedangkan pada konjungtivitis vernalis

didapatkan gambaran nodul lebar datar dalam susunan “cobble stone” pada

konjungtiva tarsal atas dan bawah, diselimuti lapisan susu. Ukuran lesi dan lokasi

lesi pada konjungtivitis trachoma berupa penonjolan besar lesi konjungtiva tarsal

atas dan teristimewa lipatan retrotarsal kornea-panus, bawah infiltrasi abu-abu dan

pembuluh tarsus terlibat, sedangkan pada konjungtivitis vernalis berupa

penonjolan besar tipe tarsus atau palpebra; konjungtiva tarsus terlibat, forniks

19

Page 20: konjungtivitis vernalis

bebas. Tipe limbus atau bulbus; limbus terlibat forniks bebas, konjungtiva tarsus

bebas (tipe campuran lazim) tarsus tidak terlibat. Tipe cairan sekresi pada

konjungtivitis trachoma stadium lanjut berupa kotoran air berbusa atau “frothy”,

sedangkan pada konjungtivitis vernalis bergetah, bertali, seperti susu.

Terapi yang diberikan pada kasus ini antara lain berupa Vernacel eyesdrop 6

x 1 tetes / hari ODS, Becom C tab 1 x 1, CTM Tab 2 x 1, Kontrol poliklinik 1

minggu kemudian dan KIE. Konjungtivitis vernalis merupakan penyakit yang

sembuh sendiri sehingga medikasi yang dipakai terhadap gejala hanya memberi

hasil jangka pendek, berbahaya jika dipakai jangka panjang. Pada pasien ini

diberikan Vernacel eyesdrop yang memiliki fungsi sebagai anti alergi dan

vasokontriksi pembuluh darah. Sedangkan CTM merupakan antihistamin yang

berfungsi untuk mengurangi rasa gatal yang dialami pasien. Apabila antihistamin

dikombinasi dengan vasokonstriktor, dapat memberikan kontrol yang memadai

pada kasus yang ringan atau memungkinkan reduksi dosis. Pada pasien juga

diberikan Becom C yaitu vitamin C yang berfungsi untuk reepitelisasi. Pasien

juga disarankan untu kontrol ke poliklinik minggu depan untuk menilai respon

dari terapi yang diberikan dan diberikan KIE antara lain:

- Menghindari tindakan menggosok-gosok mata dengan tangan atau jari

tangan, karena telah terbukti dapat merangsang pembebasan mekanis dari

mediator-mediator sel mast. Di samping itu, juga untuk mencegah

superinfeksi yang pada akhirnya berpotensi ikut menunjang terjadinya

glaukoma sekunder dan katarak.

- Pemakaian mesin pendingin ruangan berfilter;

- Menghindari daerah berangin kencang yang biasanya juga membawa

serbuksari;

- Menggunakan kaca mata berpenutup total untuk mengurangi kontak

dengan alergen di udara terbuka. Pemakaian lensa kontak justru harus

dihindari karena lensa kontak akan membantu retensi alergen.

Prognosis penderita konjungtivitis baik karena sebagian besar kasus dapat sembuh

spontan.

20

Page 21: konjungtivitis vernalis

BAB V

KESIMPULAN

Konjungtivitis vernalis adalah bentuk konjungtivitis alergi yang paling

sering terjadi pada anak umur antara 3-25 tahun dengan prevalensi pada kedua

jenis kelamin sama. Konjungtivitis vernalis sering terjadi pada anak dengan

riwayat eksema, asma, atau alergi musiman. Gejala yang mendasar adalah rasa

gatal, manifestasi lain yang menyertai meliputi mata berair, rasa pedih terbakar,

dan perasaan seolah ada benda asing yang masuk. Terdapat dua tipe konjungtivitis

vernalis, yaitu tipe palpebral dan tipe lumbal. Diagnosis ditegakkan sesuai dengan

gejala dan tanda klinis serta hasil pemeriksaan mata. Pemeriksaan laboratorium

yang dilakukan berupa kerokan konjungtiva untuk mempelajari gambaran sitologi

dengan hasil pemeriksaan menunjukkan banyak eosinofil dan granula-granula

bebas eosinofilik. Konjungtivitis vernalisis adalah penyakit yang sembuh sendiri

namun bersifat kambuhan, di mana medikasi yang dipakai terhadap gejala hanya

memberi hasil jangka pendek. Prognosis penderita konjungtivitis vernalis

umumnya baik.

21