Upload
si-minjul
View
95
Download
1
Embed Size (px)
Minggu, 05 Februari 2012
Asuhan Keperawatan Konjungtivitis
BAB IPENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Mata merupakan indera penglihatan pada manusia. Salah satu penyakit yang dapat
menyerang indra penglihatan yaitu konjungtivitis. Sebelumnya, pengertian dari konjungtiva
itu sendiri adalah membrana mukosa yang melapisi bagian dalam kelopak mata (palpebra)
dan berlanjut ke batas korneosklera permukaan anterior bola mata. Sedangkan pengertian
konjungtivitis adalah inflamasi konjungtiva yang ditandai dengan pembengkakan dan
eksudat. Pada konjungtivitis mata nampak merah, sehingga sering disebut mata merah.
sebagian orang mengira penyakit radang mata/mata merah hanya penyakit biasa cukup diberi
tetes mata biasa sudah cukup. padahal bila penyakit radang mata tidak segera
ditangani/diobati bisa menyebabkan kerusakan pada mata/gangguan pada mata dan
menimbulkan komplikasi seperti Glaukoma, katarak maupun ablasi retina. Dengan ini
semoga makalah yangkami buat dapat memusatkan pada pencegahan dan penatalaksanaan
infeksi / radang mata terdiri dari konjungtivitis. (Barbara C.Long, 1996)
1.2 TUJUAN
1.2.1 Untuk mengetahui perkembangan persepsi sensori pada lansia
1.2.2 untuk mengetahui anatomi dan fisiologi indera penglihatan.
1.2.3 untuk mengetahui pengertian, etiologi, dan patofisiologi konjungtivitis
1.2.4 untuk mengetahui farmakologi, penatalaksanaan medis dan gizi yang tepat pada
konjungtivitis
1.2.5 untuk mengetahui asuhan keperawatan pada konjungtivitis.
1.3 MANFAAT
1.3.1 dapat mengetahui anatomi serta fisiologi indera penglihatan pada lansia
1.3.2 dapat mengetahui lebih dalam patofisiologi kongjungtivitis
1.3.3 dapat mengetahui farmakologi dan implikasi keperawatan pada kongjungtivitis:
analgetik,antibiotic.
1.3.4 dapat mengetahui penatalaksanaan medic kongjungtivitis
1.3.5 dapat mengetahui gizi pada klien kongjungtivitis dan implikasi keperawatannya
1.3.6 dapat mengetahui dan mengerti asuhan keperawatannya pada pasien dengan konjungtivitis
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perkembangan persepsi sensori penglihatan pada dewasa
Persepsi adalah interpretasi yang tinggi terhadap lingkungan Manusia dan mengolah
proses informasi tersebut( Wilson D, 2000 ).
Mekanisme persepsi merupakan suatu peristiwa physical dan proses eksternal yang
membangkitkan persepsi yang mempengruhi mata, saraf di bagaian visual cortex, yang
memberikan efek ke lingkungan yang dapat mempengaruhi dan di pengaruhi oleh susunan
saraf pusat (Graham R, 1999)
Manusia secara umum menerima informasi dari Lingkungan lewat proses yang sama,
oleh karena itu dalam memahami Persepsi harus ada proses di mana ada informasi yang di
peroleh lewat memory organisme yang hidup. Fakta ini memudahkan peningkatan Persepsi
individu, adanya stimulus yang mempengaruhi individu yang mecetuskan suatu pengalaman
dari Organisme, sehingga timbul berpikir yang dalam proses perseptual merupakan proses
yang paling tinggi, seperti pada gambar 1: (Hill G, 2000).
B. Anatomi dan fisiologi indra penglihatan
a. Anatomi Mata
Bola mata (bubus oculi), atau organ penglihatan, berada pada kavitas orbita, dimana
organ ini dilindungi dari cedera dan pergerkan oleh otot-otot okular serta tulang (os
sphenoidale, zygomaticum, frontale, ethmoidale, lacrimale, dan maxilla). Selain itu, ada pula
struktur aksesorius yang berhubungan dengan mata, seperti otot-otot, fascia, alis, kelopak
mata, konjungtiva, dan badan lakrimal.
Ukuran bola mata lebih panjang pada diameter transversal dan antero-posterior daripada
diameter vertikal.Pada wanita, ketiga diameter tersebut lebih kecil daripada laki-
laki.Diameter antero-posterior pada bayi baru lahir berkisar 17.5 mm, dan saat pubertas
berkisar 20-21 mm. Bola mata terbenam dalam lemak di orbita, tetapi dipisahkan dari
jaringan tersebut oleh kantung membranosa tipis, fascia bulbi.
Mata adalah organ yang komplek, dimata terdapat reseptor khusus cahaya yang disebut
fotoreseptor.Setiap mata mempunyai satu lapisan reseptor, suatu sistem lensa untuk
memusatkan cahaya pada reseptor, dan sistem saraf untuk menghantarkan impuls dari
reseptor ke otak. Umumnya mata dilukiskan sebagai bola, tetapi sebetulnya lonjong dan
bukan bulat seperti bola. Bola mata mempunyai garis menengah kira-kira 2½ centimeter,
bagian depannya bening, serta terdiri dari tiga lapisan : Lapisan luar fibrus) yang merupakan
lapisan penyangga, Lapisantengah(vaskuler), Lapisan dalam, lapisan saraf.
Bola mata disusun oleh tiga lapisan, yaitu : sklera, koroid, dan retina. Lapisan terluar
yang kencang atau sklera tampak putih gelap dan ada yang bening yaitu pada bagian iris dan
pupil yang membantuk kornea.Lapisan tengan yaitu koroid mengandung pembuluh –
pembuluh darah yang arteriolnya masu kedalam badan siliar yang menempel pada ligamen
suspensori dan iris. Lapisan terdalam adalah retina yang tidak mempunyai bagian anterior
mengandung reseptor cahaya ( fotoreseptor ) yang terdiri dari sel batang dan sel kerucut.
Reseptor cahaya melakukan synap dengan saraf - saraf bipolar diretina dan kemudian dengan
saraf – saraf ganglion diteruskan keserabut saraf optikus.Sel kerucut lebih sedikit dibanding
sel batang.Sel kerucut dapat ditemukan di dekat pusat retina dan diperkirakan menjadi
reseptor terhadap cahaya terang dan penglihatan warna.Sel – sel batang ditemukan banyak
pada daerah perifer retina yang merupakan reseptor terhadap gelap atau penglihatan
malam.Sel – sel batang mengandung rhodopsin yaitu suatu protein fotosintetif yang cepat
berkurang dalam cahaya terang.Regenerasi rhodopsin bersifat lambat tergantung pada
tersedianya vitamin A, mata memerlukan waktu untuk beradaptasi dari terang ke
gelap.Defisiensi vitamin A mempengaruhi kemampuan melihat dimalam hari.
• Ruangan pada mata
Bagian dalam bola mata terdiri dari 2 rongga ; anterior dan posterior. Rongga anterior
teletak didepan lensa, selanjutnya dibagi lagi kedalam dua ruang ; ruang anterior ( antara
kornea dan iris ) dan ruang posterior ( antara iris dan lensa ). Rongga anterior berisi cairan
bening yang dinamakan humor aqueous yang diproduksi dalam badan ciliary, mengalir
kedalam ruang posterior melewati pupil masuk keruang anterior dan dikeluarkan melalui
saluran schelmm yang menghubungkan iris dan kornea ( sudut ruang anterior ).
• Iris dan lensa
Iris adalah berwarna, membran membentuk cairan ( bundar ) mengandung dilator
involunter dan otot – otot spingter yang mengatur ukuran pupil. Pupil adalah ruangan
ditengah – tengah iris, ukuran pupil bervariasi dalam merespon intensitas cahaya dan
memfokuskan objek ( akomodasi ) untuk memperjelas penglihatan, pupil mengecil jika
cahaya terang atau untuk penglihatan dekat. Lensa mata merupakan suatu kristal, berbentuk
bikonfek ( cembung ) bening, terletak dibelakang iris, terbagi kedalam ruang anterior dan
posterior. Lensatersusun dari sel – sel epitel yang dibungkus oleh membrab elastis,
ketebalannya dapat berubah – ubah menjadi lensa cembung bila refraksi lebih besar.
• Otot – otot mata
Otot – otot mata terdiri dari dua tipe; ekstrinsik dan intrinsik. Otot – otot intrinsi
bersifat volunter ( dibawah sadar ), diluar bola mata yang mengontrol pergerakan diluar mata.
Otot – otot intrinsik bersifat involunter ( tidak disadari ) berada dalam badan ciliary yang
mengontrol ketebalan dan
ketipisan lensa, iris dan ukuran pupil.
• Sudut filtrasi
Sudut filtrasi ini terdapat didalam limbus kornea. Limbus adalah bagian yang dibatasi
oleh garis yang menghubungkan akhir dari membran descemet dan membran bowman lalu ke
posterior 0,75 mm, kemudian kedalam mengelilingi kanal schelmm dan trabekula sampai ke
COA. Akhir dari membran descemet disebut garis schwalbe.Limbus terdiri dari 2 lapisan
epitel dan stroma.Epitelnya dua kali setebal epitel kornea.Didalam stromanya terdapat serat –
serat saraf dan cabang akhir dari A. siliaris anterior. Bagian terpenting dari sudut foltrasi
adalah trabekula, yang terdiri dari :
1. Trabekula korneoskeral, serabutnya berasal dari lapisan dalam stroma kornea dan menuju
kebelakang, mengelilingi kanal schelmm untuk berinsersi pada sklera.
2. Trabekula uveal, serabut berasal dari lapisan dalam stroma kornea, menuju ke skleralspur
( insersi dari m. siliarir ) dan sebagian ke m. siliaris meridional.
3. serabut berasal dari akhir membran descemet ( garis schwalbe ), menuju kejaringan pengikat
m. siliaris radialis dan sirkularis.
4. Ligamentum pektinatum rudimenter, berasaal dari dataran depan iris menuju ke depan
trabekula. Trabekula terdiri dari jaringan kolagen, jaringan homogen, elastis, dan seluruhnya
diliputi endotel.Keseluruhannya merupakan spons yang tembus pandang, sehingga bila ada
darah dalam canal schelmm, dapat terlihat dari luar.
Saraf mata
Saraf optikus atau urat saraf kranial kedua adalah saraf sensorik untuk penglihatan.
Saraf penglihatan memiliki tiga pembungkus yang serupa dengan yang ada pada meningen
otak. Lapisan luarnya kuat dan pibrus serta bergabung dengan sklera, lapisan tengah halus
seperti arakhnoid, sementara lapisan dalam adalah vakuler (yang mengandung banyak
pembuluh darah).
Organ Aksesorius Mata (Organa Oculi Accessoria)
Organ aksesorius mata termasuk otot okular, fascia, alis, kelopak mata, konjungtiva, dan
aparatus lakrimal. Mata dilindungi dari kotoran dan benda asing oleh alis, bulu mata dan
kelopak mata. Konjungtiva adalah suatu membran tipis yang melapisi kelopak mata
( konjungtiva palpebra), kecuali darah pupil. Konjungtiva palpebra melipat kedalam dan
menyatu dengan konjungtiva bulbar membentuk kantung yang disebut sakus
konjungtiva.Walaupun konjungtiva transparan, bagian palpebra tampak merah muda karena
pantulan dari pembuluh – pembuluh darah yang ada didalamnya, pembuluh – pembuluh
darah kecil dapat dari konjungtiva bulbar diatas sklera mata.Konjungtiva melindungi mata
dan mencegah mata dari kekeringan.
Anatomi Konjungtiva
Konjungtiva merupakan membran mukosa tipis yang membatasi permukaan dalam dari
kelopak mata dan melipat ke belakang membungkus permukaan depan dari bola mata,
kecuali bagian jernih di tengah-tengah mata (kornea).
Membran ini berisi banyak pembuluh darah dan berubah merah saat terjadi inflamasi.
Konjungtiva terdiri dari tiga bagian:
1. konjungtiva palpebralis (menutupi permukaan posterior dari palpebra).
2. konjungtiva bulbaris (menutupi sebagian permukaan anterior bola mata).
3. konjungtiva forniks (bagian transisi yang membentuk hubungan antara bagian posterior
palpebra dan bola mata) (Alamsyah, 2007).
Meskipun konjungtiva agak tebal, konjungtiva bulbar sangat tipis. Konjungtiva bulbar juga
bersifat dapat digerakkan, mudah melipat ke belakang dan ke depan. Pembuluh darah dengan
mudah dapat dilihat di bawahnya.Di dalam konjungtiva bulbar terdapat sel goblet yang
mensekresi musin, suatu komponen penting lapisan air mata pre-kornea yang memproteksi
dan memberi nutrisi bagi kornea (Alamsyah, 2007).
Kelenjar lakrimalis teletak pada sebelah atas dan lateral dari bola mata. Kelenjar lakrimalis
mengsekresi cairan lakrimalis. Air mata berguna untuk membasahi dan melembabkan kornea,
kelebihan sekresi akan dialirkan ke kantung lakrimalis yang terletak pada sisi hidung dekat
mata dan melalui duktus nasolakrimalis untuk kehidung.
Lacrimal apparatus ( apparatus lacrimalis )
Apparatus lakrimal terdiri dari :
(a) kelenjar lakrimal, yang mensekresikan air mata, dan duktus ekskretorinya, yang menyalurkan
cairan ke permukaan mata;
(b) duktus lakrimal, kantung (sac) lakrimal, dan duktus nasolakrimal, yang menyalurkan cairan
ke celah hidung.
- Lacrimal gland (glandula lacrimalis) terdapat pada fossa lakrimal, sisi medial prosesus
zigomatikum os frontal.Berbentuk oval, kurang lebih bentuk dan besarnya menyerupai
almond, dan terdiri dari dua bagian, disebut kelenjar lakrimal superior (pars orbitalis) dan
inferior (pars palpebralis).Duktus kelenjar ini, berkisar 6-12, berjalan pendek menyamping di
bawah konjungtiva.
- Lacrimal ducts (lacrimal canals), berawal pada orifisium yang sangat kecil, bernama puncta
lacrimalia, pada puncak papilla lacrimales, terlihat pada tepi ekstremitas lateral
lacrimalis.Duktus superior, yang lebih kecil dan lebih pendek, awalnya berjalan naik, dan
kemudian berbelok dengan sudut yang tajam, dan berjalan ke arah medial dan ke bawah
menuju lacrimal sac.Duktus inferior awalnya berjalan turun, dan kemudian hamper
horizontal menuju lacrimal sac.Pada sudutnya, duktus mengalami dilatasi dan disebut
ampulla.Pada setiap lacrimal papilla serat otot tersusun melingkar dan membentuk sejenis
sfingter.
- Lacrimal sac (saccus lacrimalis) adalah ujung bagian atas yang dilatasi dari duktus
nasolakrimal, dan terletak dalam cekungan (groove) dalam yang dibentuk oleh tulang
lakrimal dan prosesus frontalis maksila.Bentuk lacrimal sac oval dan ukuran panjangnya
sekitar 12-15 mm; bagian ujung atasnya membulat; bagian bawahnya berlanjut menjadi
duktus nasolakrimal.
- Nasolacrimal duct (ductus nasolacrimalis; nasal duct) adalah kanal membranosa,
panjangnya sekitar 18 mm, yang memanjang dari bagian bawah lacrimal sac menuju meatus
inferior hidung, dimana saluran ini berakhir dengan suatu orifisium, dengan katup yang tidak
sempurna, plica lacrimalis (Hasneri), dibentuk oleh lipatan membran mukosa. Duktus
nasolakrimal terdapat pada kanal osseous, yang terbentuk dari maksila, tulang lakrimal, dan
konka nasal inferior.
b. Fisiologi Penglihatan
1. Cahaya masuk ke mata dan di belokkan (refraksi) ketika melalui kornea dan struktur-struktur
lain dari mata (kornea, humor aqueous, lensa, humor vitreous) yang mempunyai kepadatan
berbeda-beda untuk difokuskan di retina, hal ini disebut kesalahan refraksi.
2. Mata mengatur (akomodasi) sedemikian rupa ketika melihat objek yang jaraknya bervariasi
dengan menipiskan dan menebalkan lensa. Pemglihatan dekat memerlukan kontraksi dari
badan ciliary, yang bisa memendekkan jarak antara kedua sisi badan ciliary yang diikuti
dengan relaksasi ligamen pada lensa.Lensa menjadi lebih cembung agar cahaya dapat
terfokuskan pada retina.Penglihatan yang terus menerus dapat menimbulkan ketegangan mata
karena kontraksi yang menetap (konstan) dari otot-otot ciliary.Hal ini dapat dikurangi dengan
seringnya mengganti jarak antara objek dengan mata.Akomodasi juga dinbantu dengan
perubahan ukuran pupil. Penglihatan dekat, iris akan mengecilkan pupil agar cahaya lebih
kuat melelui lensa yang tebal.
3. Cahaya diterima oleh fotoreseptor pada retina dan dirubah menjadi aktivitas listrik diteruskan
ke kortek. Serabut-serabut saraf optikus terbagi di optik chiasma (persilangan saraf mata
kanan dan kiri), bagian medial dari masing-masing saraf bersilangan pada sisi yang
berlawanan dan impuls diteruskan ke korteks visual.
4. Tekanan dalam bola mata (intra occular pressure/IOP)
Tekanan dalam bola mata dipertahankan oleh keseimbangan antara produksi dan pengaliran
dari humor aqueous.Pengaliran dapat dihambat oleh bendungan pada jaringan trabekula
(yang menyaring humor aquoeus ketika masuk kesaluran schellem) atau dfengan
meningkatnya tekanan pada vena-vena sekitar sclera yang bermuara kesaluran
schellem.Sedikit humor aqueous dapat maengalir keruang otot-otot ciliary kemudian ke ruang
suprakoroid.Pemasukan kesaluran schellem dapat dihambat oleh iris.Sistem pertahanan katup
(Valsava manuefer) dapat meningkatkan tekanan vena.Meningkatkan tekanan vena sekitar
sklera memungkinkan berkurangnya humor aquoeus yang mengalir sehingga dapat
meningkatkan IOP. Kadang-kadang meningkatnya IOP dapat terjadi karena stress emosional.
C. KONJUNGTIVITIS
Definisi
Konjungtivitis adalah suatu peradangan pada konjungtiva dan satu penyakit
berjangkit.
Konjungtivitis adalah peradangan konjungtiva akibat suatu proses infeksi atau respon
alergi
Masa Inkubasi
Waktu terekspos sampai kena penyakit 1-3 hari.
Penyebab
Konjungtiva bisa mengalami peradangan akibat:
a) Infeksi olah virus atau bakteri
b) Reaksi alergi terhadap debu, serbuk sari, bulu binatang
c) Iritasi oleh angin, debu, asap dan polusi udara lainnya; sinar ultraviolet dari las listrik atau
sinar matahari yang dipantulkan oleh salju.
d) Pemakaian lensa kontak, terutama dalam jangka panjang, juga bisa menyebabkan
konjungtivitis. Kadang konjungtivitis bisa berlangsung selama berbulan-bulan atau bertahun-
tahun.
e) Entropion atau ektropion
f) Kelainan saluran air mata
g) Kepekaan terhadap bahan kimia
h) Pemaparan oleh iritan
i) Infeksi oleh bakteri tertentu (terutama klamidia).
Gejala
a) Mata terasa kasar menggatalkan, merah dan mungkin berair.
b) Kelopak mata mungkin terlekat sewaktu bangun tidur.
c) Konjungtiva yang mengalami iritasi akan tampak merah dan mengeluarkan kotoran.
d) Konjungtivitis karena bakteri mengeluarkan kotoran yang kental dan berwarna putih.
e) Konjungtivitis karena virus atau alergi mengeluarkan kotoran yang jernih.
f) Kelopak mata bisa membengkak dan sangat gatal, terutama pada konjungtivitis karena alergi.
g) Gejala lainnya adalah: - mata berair - mata terasa nyeri - mata terasa gatal - pandangan kabur
- peka terhadap cahaya - terbentuk keropeng pada kelopak mata ketika bangun pada pagi hari.
Patofisiologi
Mikroorganisme (virus, bakteri, jamur), bahan alergen, iritasi menyebabkan kelopak mata
terinfeksi sehingga kelopak mata tidak dapat menutup dan membuka sempurna, karena mata
menjadi kering sehingga terjadi iritasi menyebabkan konjungtivitis.Pelebaran pembuluh
darah disebabkan karena adanya peradangan ditandai dengan konjungtiva dan sclera yang
merah, edema, rasa nyeri, dan adanya secret mukopurulent.Akibat jangka panjang dari
konjungtivitis yang dapat bersifat kronis yaitu mikroorganisme, bahan allergen, dan iritatif
menginfeksi kelenjar air mata sehingga fungsi sekresi juga terganggu menyebabkan
hipersekresi. Pada konjungtivitis ditemukan lakrimasi, apabila pengeluaran cairan berlebihan
akan meningkatkan tekanan intra okuler yang lama kelamaan menyebabkan saluran air mata
atau kanal schlemm tersumbat. Aliran air mata yang terganggu akan menyebabkan iskemia
syaraf optik dan terjadi ulkus kornea yang dapat menyebabkan kebutaan. Kelainan lapang
pandang yang disebabkan kurangnya aliran air mata sehingga pandangan menjadi kabur dan
rasa pusing.
Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan mata.
Pengobatan
Pengobatan tergantung kepada penyebabnya
a) Kelopak mata dibersihkan dengan air hangat.
b) Jika penyebabnya bakteri, diberikan tetes mata atau salep yang mengandung antibiotik.
c) Untuk konjungtivitis karena alergi, antihistamin per-oral (melalui mulut) bisa mengurangi
gatal-gatal dan iritasi. Atau bisa juga diberikan tetes mata yang mengandung corticosteroid.
d) Untuk memperbaiki posisi kelopak mata atau membukan saluran air mata yang tersumbat,
mungkin perlu dilakukan pembedahan.
Pencegahan
1) Konjungtivitis mudah menular, karena itu sebelum dan sesudah membersihkan atau
mengoleskan obat, penderita harus mencuci tangannya bersih-bersih.
2) Usahakan untuk tidak menyentuh mata yang sehat sesudah menangani mata yang sakit.
3) Jangan menggunakan handuk atau lap bersama-sama dengan penghuni rumah lainnya.
4) Gunakan lensa kontak sesuai dengan petunjuk dari dokter dan pabrik pembuatnya.
KLASIFIKASI KONJUNGTIVITIS
1) Konjungtivitis Bakteri
Definisi
Konjungtivitis bakteri adalah radang konjungtiva yang disebabkan oleh bakteri, mudah
menular.
Etiologi
Stafilokok, streptokok, corynebacterium diphtheriae, pseudomonas aeruginosa, neisseria
gonorrhoea, dan haemophilus influenzae.
Manisfestasi Klinis
Konjungtivita bulbi hiperemis, lakrimasi, eksudat dengan sekret mukopurulen terutama di
pagi hari, pseudoptosis akibat pembengkakan kelopak, kemosis, hipertrofi papil, folikel,
membran, pseudomembran, granulasi, flikten, mata seperti ada benda asing, dan
limfadenopati preaurikular.Kadang disertai keratitis dan blefaritis. Biasanya dari satu mata
akan menular ke mata yang lain dan dapat menjadi kronis.
Pemeriksaan Penunjang
Dilakukan pemeriksaan sediaan langsung dengan pewarnaan gram atau Giemsa untuk
mengetahui kuman penyebab dan uji sensitivitas. Untuk diagnosis pasti konjungtivitis gonore
dilakukan pemeriksaan sekret dengan pewarnaan metilen biru yang akan menunjukkan
diplokok dalam sel leukosit. Dengan pewarnaan Gram terlihat diplokok gram negatif intra
dan ekstraseluler.Pemeriksaan sensitivitas dilakukan agar darah dan coklat.
Komplikasi
Stafilokok dapat menyebabkan blefarokonjungtivitis, genokok menyebabkan perforasi kornea
dan endoftalmitis, dan meningokok dapat menyebabkan septikemia atau meningitis.
Penatalaksaan
Sebelum terdapat hasil pemeriksaan mikrobiologi, dapat diberikan antibiotik tunggal, seperti
gentamisin, kloramfenikol, folimiksin, etc. selama 3- 5 hari.Kemudian bila tidak memberikan
hasil yang baik, dihentikan dan menunggu hasil pemeriksaan.
Bila tidak ditemukan kuman dalam sediaan langsung, diberikan tetes mata antibiotik
spektrum luas tiap jam disertai obat salep mata untuk tidur atau salep mata 4 – 5 kali sehari.
Prognosis
Konjungtivitis bakteri yang disebabkan oleh mikroorganisme tertentu, seperti haemophilus
influenzae, adalah penyakit swasima. Bila tidak diobati akan sembuh dengan sendirinya
dalam waktu 2 minggu. Dengan pengobatan biasanya akan sembuh dalam 1 -3 hari.
2) Konjungtivitis Alergika
Definisi
Konjungtivitis Alergika adalah suatu peradangan alergi pada konjungtiva (selaput yang
menutupi kelopak mata bagian dalam dan permukaan luar mata). Pada sebagian besar
penderita, konjungtivitis alergika merupakan bagian dari sindroma alergi yang lebih luas,
misalnya rinitis alergika musiman. Tetapi konjungtivitis alergika bisa terjadi pada seseorang
yang mengalami kontak langsung dengan zat-zat di dalam udara, seperti serbuk sari, spora
jamur, debu dan bulu binatang.
Penyebab
Alergi cenderung merupakan penyakit keturunan.
Gejala
Reaksi alergi menyebabkan pelepasan histamin dan pelebaran pembuluh darah di dalam
konjungtiva.Bagian putih mata menjadi merah dan bengkak, mata terasa gatal dan
berair.Kelopak mata membengkak dan merah.
Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.Pada cairan hidung
banyak ditemukan eosinofilia (salah satu jenis sel darah putih).Tes kulit terhadap alergen
yang diduga menjadi penyebab terjadinya reaksi alergi menunjukkan hasil positif.
Pengobatan
a) Antihistamin per-oral merupakan pengobatan utama untuk konjungtivitis alergika.
Antihistamin juga bisa diberikan dalam bentuk tetes mata, yang biasanya dikombinasikan
dengan vasokonstriktor untuk mengurangi kemerahan.Tetapi antihistaminnya sendiri maupun
sesuatu di dalam larutan tetes mata kadang bisa memperburuk reaksi alergi yang terjadi,
sehingga biasanya lebih disukai antihistamin per-oral.
b) Kromolin (juga tersedia dalam bentuk tetes mata) terutama digunakan sebagai pencegahan
jika penderita akan mengadakan kontak dengan suatu alergen. Tetes mata yang mengandung
kortikosteroid bisa digunakan pada kasus yang berat, tetapi bisa menyebabkan komplikasi
(misalnya glaukoma).
c) Jika pengobatan lainnya tidak memberikan hasil yang memuaskan, maka dianjurkan untuk
menjalani immunoterapi alergen.
Pencegahan
a) Mencuci mata dengan cairan pencuci mata yang lunak bisa membantu mengurangi iritasi.
b) Penderita sebaiknya menghindari bahan yang dapat menyebabkan reaksi alergi. Selama
terjadi konjungtivitis, sebaiknya lensa kontak tidak dipasang.
3) Konjungtivitis Neonatorum
Definisi
Konjungtivitis Neonatorum (Oftalmia Neonatorum) adalah suatu infeksi pada konjungtiva
(bagian putih mata) dan selaput yang melapisi kelopak mata.
Penyebab
Konjungtivitis neonatorum didapat ketika bayi melewati jalan lahir dan organisme
penyebabnya adalah bakteri yang biasanya ditemukan di vagina.
a) Paling sering menyebabkan konjungtivitis neonatorum adalah Chlamydia. Bakteri lainnya
adalah Streptococcus pneumoniae, Hemophilus influenzae dan Neisseria gonorrhoeae
(bakteri penyebab gonore).
b) Virus juga bisa menyebabkan konjungtivitis neonatorum, yang paling sering adalah virus
herpes simpleks.
Gejala
a) Konjungtivitis karena Chlamydia biasanya timbul dalam waktu 5-14 hari setelah bayi lahir.
Infeksinya bisa ringan atau berat dan menghasilkan nanah (bisa sedikit ataupun banyak).
b) Konjungtivitis karena bakteri lainnya mulai timbul pada hari ke 4-21, bisa disertai ataupun
tanpa pembentukan nanah.
c) Konjungtivitis karena bakteri gonore timbul pada hari ke 2-5 atau mungkin lebih awal
(terutama jika selaput ketuban telah pecah sebelum waktunya dan infeksi sudah mulai timbul
sebelum bayi lahir).
d) Infeksi herpes simpleks bisa hanya menyerang mata atau bisa juga mengenai mata dan bagian
tubuh lainnya.
e) Apapun penyebabnya, kelopak mata dan bagian putih mata biasanya membengkak. Jika
kelopak mata dibuka, maka nanah akan mengalir keluar.
f) Jika pengobatan ditunda, maka bisa terbentuk luka terbuka pada kornea sehingga bisa terjadi
gangguan penglihatan.
Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan mata. Untuk menentukan
organisme penyebabnya, contoh nanah diperiksa dengan mikroskop atau dibiakkan.
Pengobatan
a) Untuk mengobati konjungtivitis karena bakteri, diberikan salep yang mengandung polimiksin
dengan basitrasin, eritromisin atau tetrasiklin, yang dioleskan langsung ke mata.
b) 50% bayi yang menderita konjungtivitis klamidia juga menderita infeksi klamidia di bagian
tubuh lainnya, kaena itu juga diberikan eritromisin per-oral (melalui mulut).
c) Konjungtivitis karena virus herpes diobati dengan obat tetes mata atau salep trifluridin dan
salep idoksuridin. Juga diberikan obat anti virus asiklovir dengan pertimbangan bahwa virus
telah menyebar atau akan menyebar ke otak dan organ lainnya.
d) Salep kortikosteroid tidak diberikan karena akan memperburuk infeksi klamidia maupun
infeksi virus herpes.
Pencegahan
Untuk mencegah konjungtivitis, kepada bayi baru lahir secara rutin diberikan salep atau tetes
mata perak nitrat, eritromisin atau tetrasiklin.Kepada bayi yang ibunya menderita gonore
diberikan suntikan antibiotik seftriakson.
4) Konjungtivitis Gonokokal
Bayi baru lahir bisa mendapatkan infeksi gonokokus pada konjungtiva dari ibunya ketika
melewati jalan lahir. Karena itu setiap bayi baru lahir mendapatkan tetes mata (biasanya
perak nitrat, povidin iodin) atau salep antibiotik (misalnya eritromisin) untuk membunuh
bakteri yang bias menyebabkan konjungtivitis gonokokal. Dewasa bisa mendapatkan
konjungtivitis gonokokal melalui hubungan seksual (misalnya jika cairan semen yang
terinfeksi masuk ke dalam mata). Biasanya konjungtivitis hanya menyerang satu mata.Dalam
waktu 12-48 jam setelah infeksi mulai, mata menjadi merah dan nyeri.Jika tidak diobati bisa
terbentuk ulkus kornea, abses, perforasi mata bahkan kebutaan.Untuk mengatasi
konjungtivitis gonokokal bisa diberikan tablet, suntikan maupun tetes mata yang
mengandung antibiotik.
5) Keratokonjungtivitis Vernalis
Definisi
Keratokonjungtivitis Vernalis adalah peradangan konjungtiva yang berulang (musiman).
Penyebab
Konjungtivitis vernal terjadi akibat alergi dan cenderung kambuh pada musim panas.
Keratokonjungtivitis vernal sering terjadi pada anak-anak, biasanya dimulai sebelum masa
pubertas dan berhenti sebelum usia 20.
Gejala
Gejalanya berupa:
- gatal hebat
- mata merah dan berair
- peka terhadap cahaya (fotofobia)
- kotoran mata yang kental dan lengket.
Konjungtiva di bawah kelopak mata membengkak dan berwarna pink pucat sampai keabuan,
sedangkan konjungtiva lainnya tampak berwarna putih susu. Konjungtiva yang melapisi bola
mata tampak menebal dan keabuan.
Kadang terjadi kerusakan pada sebagian kecil kornea yang menyebabkan nyeri dan fotofobia
hebat.Keseluruhan gejala biasanya menghilang pada musim dingin.
Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan mata.
Pengobatan
Jangan menggisik mata karena bisa menyebabkan iritasi lebih lanjut.
Kompres dingin bisa mengurangi gejala.Tetes mata antialergi seperti cromoline, lodoxamind,
ketorolac dan levokabastin merupakan pengobatan yang paling aman.Antihistamin oral juga
bisa membantu meringankan gejala.Corticosteroid bisa mengurangi peradangan, tetapi
sebaiknya tidak digunakan lebih dari beberapa minggu karena bisa menyebabkan peningkatan
tekanan pada mata, katarak dan infeksi opportunistik.
D. DIET
Pasien dengan Konjungtivitis dapat diberikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein. Agar
system kekebalan tubuh dapat ditingkatkan serta dimungkinkan untuk tidak terjadi
penyebaran infeksi sistemik. Serta pemberian retinol (vitamin A) dapat mengurangi infeksi.
E. FARMAKOLOGI
Obat yang diberikan pada penderita konjungtivitis adalah golongan Antibiotika.
F. PENATALAKSANAAN MEDIS
Bila konjungtivitis disebabkan oleh mikroorganisme, pasien harus diajari bagaimana cara
menghindari kontraminasi mata yang sehat atau mata orang lain. Perawat dapat memberikan
intruksi pada pasien untuk tidak menggosok mata yang sakit dan kemudian menyentuh mata
yang sehat, mencuci tangan setelah setiap kali memegang mata yang sakit, dan menggunakan
kain lap, handuk, dan sapu tangan baru yang terpisah untuk membersihkan mata yang sakit.
Asuhan khusus harus dilakukan oleh personal asuhan kesehatan guna mengindari penyebaran
konjungtivitis antar pasien. Irigasi mata dengan larutan garam normal dilakukan untuk
membuang kotoran purulen yang terkumpul.
G. ASUHAN KEPERAWATAN KONJUNGTIVITIS
Kasus
Tn. S (40 tahun), datang ke poli dengan keluhan nyeri pada kedua matanya. Dari hasil
pemeriksaan fisik ditemukan mata klien tampak hiperemia, berair dan kotor. Klien
mengatakan saat bangun tidur matanya lengket, terdapat purulent, dan pandangan klien
sedikit kabur.
Analisa Data
Data Problem Etiologi
DS:
Pasien mengatakan nyeri pada
kedua matanya.
DO:
Hasil PF ditemukan: mata
klien tampak hiperemia,
berair dan kotor.
Nyeri Akut Agen Cedera Biologi
DS:
Pasien mengatakan saat
bangun tidur matanya
lengket, dan pandangan klien
sedikit kabur.
DO:
Hasil PF ditemukan: mata
klien tampak hiperemia,
berair dan kotor.
Gangguan Persepsi Sensori
(Visual)
Perubahan Penerimaan
Sensori
Terdapat purulent.
Prioritas Diagnosa
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologi ditandai dengan pasien mengatakan
nyeri pada kedua matanya, dan hasil PF ditemukan: mata klien tampak hiperemia, berair dan
kotor.
2. Gangguan persepsi sensori (visual) berhubungan dengan perubahan penerimaan sensori
ditandai dengan pasien mengatakan saat bangun tidur matanya lengket, dan pandangan klien
sedikit kabur, hasil PF ditemukan: mata klien tampak hiperemia, berair dan kotor, serta
terdapat purulent.
IntervensiTgl/Jam NO
DP
Tujuan Intervensi Rasional Ttd
Senin,
06
Februar
i 2012
08.00
1 Nyeri akut dapat
teratasi sdetelah
dilakukan tindakan
keperawatan selama
3x24 jam, dengan
kriteria hasil:
Tidak nyeri pada kedua
kelopak mata pasien.
Mata pasien tidak
hiperemia.
Mata pasien tidak berair.
Mata pasien tidak kotor.
1. Monitor TTV
(TD, RR, Nadi,
Suhu) tiap 8 jam.
2. Monitor scala
nyeri (PQRST).
1. Mengukur tanda-tanda
vital dapat membantu
mengetahui adanya
perubahan RR, Nadi,
dan Suhu pasien,
karena pasien
konjungtivitis dengan
masalah nyeri,
metabolisme dalam
tubuhnya sering
berubah-ubah karena
adanya infeksi pada
telinga.
2. Mengukur scala nyeri
dapat membantu untuk
mengetahui kualitas
dan kuantitas nyeri
yang di rasakan pasien
sehingga dapat
diberikan tindakan dan
3. Monitor kondisi
mata pasien.
4. Ajarkan tehnik
relaksasi.
5. Kolaborasi dengan
dokter untuk
pemberian obat
antihistamin.
6. Kolaborasi dengan
dokter untuk
pemberian obat
tetes mata / salep
mata.
terapi yang sesuai.
3. Memeriksa kondisi
mata pasien dapat
membantu untuk
mengetahui adanya
hiperemis, mata berair
dan kotor pada pasien
yang menyebabkan
nyeri yang dirasakan
pasieen sehingga
diberikan terapi yang
tepat.
4. Tehnik relaksasi dapat
membantu untuk
mengurangi nyeri yang
dirasakan pasien
sehingga pasien tidak
terusan focus pada
nyerinya dan merasa
lebih nyaman.
5. Pemberian
antihistamin dapat
membantu untuk
menekan alergi pada
mata pasien sehingga
mengurangi/
meringankan gejala
yang akan timbul.
6. Pemberian obat tetes
atau salep mata maka
dapat membantu untuk
mengurangi hiperemis,
mata berair dan
membersihkan kotoran
pada mata pasien yang
menyebabkan nyeri.
Senin,
06
Februar
i 2012
08.00
2 Gangguan persepsi
sensori visual dapat
teratasi setelah
dilakukan tindakan
keperawata selama
7x24 jam, dengan
kriteria hasil:
Mata pasien tidak
lengket saat bangun
tidur
Pasien dapat melihat
dengan jelas.
Pandangan pasien tidak
kabur.
Mata pasien tidak
hiperemia.
Mata pasien tidak berair.
Mata pasien tidak kotor.
Tidak terdapat purulent.
1. Monitor kondisi
mata pasien.
2. Anjurkan pasien
untuk tidak
menggaruk atau
mengucek
matanya.
3. Anjurkan pasien
untuk membasuh
kelopak matanya
dengan air hangat
saat bangun tidur.
1. Memeriksa kondisi
mata pasien dapat
membantu untuk
mengetahui adanya
hiperemia, dan mata
kotor bahkan purulent
pada mata pasien yang
menyebabkan
penglihatan pasien
sedikit kabur sehingga
diberikan tindakan dan
terapi yang tepat.
2. Dengan tidak
menggaruk/ tidak
mengucek mata. Maka
dapat membantu untuk
meminimalkan
terjadinya infeksi ke
arah yang lebih buruk.
3. Dengan membasuh
kelopak mata dengan
air hangta saat bangun
tidur, maka dapat
membantu untuk
melunakkan dan
membersihkan purulent
yang mengeras yang
menyebabkan kelopak
mata pasien lengket
sehingga mudah untuk
4. Kolaborasi dengan
dokter untuk
pemberian obat
tetes / salep mata.
di buka.
4. Pemberian obat tetes/
salep mata maka dapat
membantu untuk
membersihkan kotoran
pada mata pasien
karena infeksi yang
menyebabkan
penglihatan pasien
sedikit kabur sehingga
mempercepat proses
penyembuhan.
H. Keterampilan melakukan Pemeriksaan fisik system persepsi sensori pada dewasa
1) Palpebrae
Edema palpebra mudah tampak, cairan edema mudah terkumpul di palpebrae karena jaringan
palpebrae sangat longgar dan lebih tampak bila pasien bangun tidur atau terbaring lama.
Sesuai dengan hukum gravitasi, bila edema tidak menyeluruh bisa terjadi edema palpebrae
hilang/berkurang setelah pasien beraktivitas dengan posisi tegak kerena kemudian cairan
terkumpul di ekstremitas bawah.
2) Sklera dan konjungtiva
Teknik memeriksa sklera dengan dua jari menarik palpebrae, pasien melihat ke bawah.
Radang pada konjungtiva bisa terjadi, baik pada konjungtiva bulbi maupun konjungtiva
palpebrae.Keadaan anemik bisa diperiksa pada warna yang pucat pada konjungtiva palpebrae
inferior.Perdarahan sub-konjungtival bisa juga terjadi baik pada konjungtiva bulbi maupun
palpebrae. Rembesan darah di konjungtiva palpebrae akan menimbulkan warna kebiruan di
seluruh kelopak mata, disebut black eye atau brill hematom bila mengenai kedua mata.
3) Tekanan Bola Mata / Tekanan Intra Okuler (TIO)
Dengan dua jari telunjuk memeriksa memandingkan TIO bola mata kiri dan kanan
dengan cara tekanan berganti pada bola mata atas dengan kelopak mata tertutup merasakan
tekanan intra okular, yang normal kiri sama dengan kanan.
Menggunakan Tonometri (oleh dokter), untuk menentukan TIO.Normal TIO kurang dari
20 mmHg.
4) Pupil dan refleks cahaya
Pupil normal berbentuk bulat, sama besar (=isokor) diameter kira-kira 3 mm. Bila disinari
diameternya akan mengecil kiri dan kanan yang disebut refleks cahaya langsung dan tak
langsung.
5) Visus/ketajaman penglihatan
Visus/ketajaman penglihatan diperiksa pada setiap mata, kiri dan kanan satu per
satu.Digunakan Optotype Snellen yang dipasang pada jarak 6 meter dari penderita. Teknik
pemeriksaan: pasien diminta menyebut huruf atau angka yang ditunjuk oleh pemeriksa.
Kemampuan menyebut sampai deretan huruf yang mana, tercantum di tepi Optotype Snellen.
o Visus mata Emetrop diberi angka 6/6
o Visus 6/60 hanya bisa menghitung jari-jari dari jarak 6 meter
o Visus 6/300 hanya bisa melihat gerak jari-jari dari jarak 6 meter
o Visus 6/tak terhingga hanya bisa melihat terang-gelap
o Mata buta/anopsia tidak bisa melihatterang sama sekali
6) Gunakan oftalmoskop untuk melihat keadaan mata
7) Isihara, menentukan warna
I. Keterampilan memberikan tetes mata dan salep mata
Definisi
memberikan obat – obat tertentu ke dalam mata dengan cara meneteskan secara lokal pada
mata pasien.
Tujuan :
1) Pelaksanakan tindakan pengobatan mata sesuai dengan program
2) Mencegah kekeringan bola mata
3) Membuat dilatasi pupil untuk pemeriksaan struktur internal mata
4) Membuat lemah otot lensa mata untuk pengukuran retraksi mata.
Persiapan alat :
a) Daftar obat,
b) obat tetes mata atau saleb yang telah ditentukan,
c) tissue
d) Piala ginjal/bengkok
e) Kassa steris dan plester k/p,kapas bulat
f) sarung tangan
g) Kapas basah (NaCl 0,9% atau air matang)
Fase kerja
- petugas cuci tangan
- memakai sarung tangan
- mengatur posisi pasien,hiperekstensi
- membersihkan kelopak mata dan bulu mata dari dalam ke luar dengan kapas basah sekali
usap
Pemberian obat tetes mata :
a) Tangan kiri membuka kelopak mata bawah,kemudian meneteskan obat dalam jumlah dosis
sesuai advis dokter.
b) Melepaskan tangan yang membuka kelopak mata bawah,pasien dianjurkan untuk menutup
dan mengedip –ngedipkan mata.
c)Membersihkan air mata yang keluar dengan tissue,bila perlu dibalut/ditutup dengan kain kassa
steril dan di plester.
Pemberian salep mata:
a) Menganjurkan pasien melihata ke atas
b) Menekan tuba obat saleb mata sehingga obat merata tipis pada konjungtiva bawah
c) Menganjurkan pasien melihat ke bawah
d) Menekan tube obat saleb mata sehingga obat merata tipis pada konjungtiva atas
e) Menganjurkan pasien menutup mata
f) Menganjurkan pasien untuk menggosok bola mata dengan gerakan sirkuler dengan kapas
bulat
- Melepas sarung tangan
- Rapikan pasien
Hal – hal yang perlu diperhatikan:
1) bila obat yang tersedia tidak mempunyai pengatur tetes mata,maka harus menggunakan pipet
untuk meneteskan obat.
2) Meneteskan obat tidak boleh langsung ke kornea karena dapat merusak kornea
3) pasien tidak boleh mengosok – gosokkan mata setelah penetesan
4) pada waktu membuka botol tutupnya di letakkan secara terbalik untuk mencegah
kontaminasi
5) pada anak – anak saat memberi saleb atau tetes mata sebaiknya kepala harus di pegang untuk
mencegah cidera.
Keterampilan melakukan irigasi mata
Definisi
Irigasi mata adalah tindakan membersihkan atau mengeluarkan cairan,secret,bahan kimia dan
benda asing yang masuk ke dalam mata atau ada di dalam mata.irigasi dilakukan selama 15
menit secara berkelanjutan.
Persiapan alat
a) Cairan irigasi sesuai pesanan medik: NaCl 0,9%,suhu cairan 37 derajat celciusSpuit 10 CC
steril tanpa jarum
b) Bengkok,handuk,perlak,lidi kapas,kapas bulat,kassa steril
c) sarung tangan steril,kom steril untuk cairan irigasi,korentas steril,plester dan gunting.
Fase kerja
- Mencuci tangan
- Menjaga privasi pasien
- Mengatur posisi pasien duduk atau tidur miring ke arah mata yang di irigasi
- Meletakkan perlak dan handuk di bawah kepala dan bahu pasien
- Memakai sarung tangan steril
- Meletakkan bengkok di samping mata yang akan di irigasi untuk menampung cairan irigasi
- Menutup telinga dengan kapas bulat yang sudah dibasahi dengan cairan NaCl,bersihkan
dengan lembut batas kelopak mata dan bulu mata dari kantus dalam ke kantus luar.isi spuit 10
cc dengan cairan irigasi
- Menarik kelopak mata bawah dengan tangan yang tidak dominan untuk memaparkan
kantung konjungtiva
- Memberikan tekanan pada tulang orbital dan tulang prominens di bawah alis,jangan
menekan mata
- Tangan dominan mengalirkan cairan irigasi dengan tekanan rendah ke kantung kojungtiva
bawah dan kantus dalam ke arah kantus luar dengan jarak 2 cm
- Menganjurkan pasien untuk melihat ke atas dan menutup mata secara periodik
- Melakukan irigasi sampai bersih
- Mengeringkan kelopak mata dan daerah wajah dengan kapas bulat
- Melepas kapas penutup telinga
- Menutup mata dengan kassa steril
- Melepas sarung tangan steril.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Jadi, Konjungtivitis adalah suatu peradangan pada konjungtiva dan satu penyakit
berjangkit dan juga Konjungtivitis adalah peradangan konjungtiva akibat suatu proses infeksi
atau respon alergi. Berbagai macam etiologi yang dapatmenyebabkan konjungtivitis ini, serta
terbagi atas berbagai klasifikasi yang dapat dibedakan dari tanda gejala dan penyebab.
3.2 SARAN
Dengan adanya pembuatan makalah kami, semoga dapat mempermudah dan dapat
dimengerti sehinga penyakit konjungtivitis ini dapat di cegah, jika pun sudah terjadi atau
yang sudah menderita penyakit ini dalam makalah kami ini obat serta penatalaksaan, asuhan
keperarawatan dapat membantu pembaca dan mempermudah. Kami sebagai tim penyusun
mengharapkan juga untuk kritik dan saran dalam makalah yang telah kami buat dalam
pengembangan yang lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
otter & perry. 2005. Buku ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktek ed-4.
Jakarta : EGC
Pearce, evelyn C.2006. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta :PT gramedia
pustaka utama
Corwin, Elisabeth J. 2000. Patofisiologi. Jakarta : EGC
Santosa, budi. 2005-2006. Panduan diagnosa keperawatan nanda.prima medika.
Augustinus, Andi Santosa. 2000. Pemeriksaan Fisik Ed-5. Jakarta : St. Carolus.
http:// asuhan-keperawatan-pada-pasien-konjungtivitis.com
http:/asuhan-keperawatan-konjungtivitis.com/2010/11/.html
Pathway
Etiologi
Mikroorganisme (virus, bakteri,jamur), bahan alergen, iritasi
Kelopak mata
tidak dapat menutup dan membuka dengan sempurna
mata kering
konjungtivitis
rx. Ag-Ab merangsang hipotalamus suhu tubuh Hipertermi
pelebaran pembuluh darah pengeluaran zat iritatif
sklera dan konjungtiva merah, edema, nyeri
adanya sekret mukopurulent Nyeri akut
konjungtivitis kronis
menginfeksi kelenjar air mata
hipersekresi
lakrimasi
pengeluaran cairan berlebih
TIO
Sal.air mata/kanal schlemn tersumbat pandangan kabur, pusing
Gangguanpersepsi sensori visual
Ulkus kornea kebutaan