44
39 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Pra Siklus (Kondisi Awal) Sebelum pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini, di SD Negeri Ujung- Ujung 02 kecamatan Pabelan kabupaten Semarang khususnya di kelas 4 pada mata pelajaran IPS guru lebih sering menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas. Perencanaan pembelajaran seperti pembuatan RPP ternyata tidak dilakukan oleh guru. Dalam kenyataanya guru hanya menggunakan RPP yang berasal dari pusat dan merupakan RPP tahun lalu yang hanya disimpan dalam almari. Kebiasaan guru ini akan berakibat pada pelaksaan pembelajaran di dalam kelas tidak menggunakan strategi pembelajaran yang sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai dan potensi yang dimiliki siswa. Pembelajaran dikelas menjadi didominasi pembicaraan oleh guru yang berakibat pembelajaran berlangsung menjadi 1 arah dan membuat siswa menjadi tidak aktif. Padahal tujuan dari pembelajaran IPS menuntut agar siswa dapat berpikir tingkat tinggi dan dapat memecahkan masalah yang ada dalam kehidupan Berdasarkan hasil wawancara guru juga tidak membuat lembar observasi karena memang pembelajaran yang dilakukan tidak untuk diobservasi. Perencanaan lain dalam pembelajaran guru tidak menggunakan media pembelajaran dan sumber belajar hanya menggunakan buku paket IPS yang dimiliki oleh setiap siswa. Perangkat pembelajaran IPS seharusnya guru bisa menggunakan masyarakat dan lingkungan sebagai media dan sumber belajar. Implementasi Guru dalam pembelajaran tidak sesuai dengan RPP, karena guru hanya berceramah menjelakan materi pembelajaran kemudian bertanya jawab dengan siswa dan diakhiri dengan pemberian tugas Padahal didalam RPP ditulis pembelajaran kelompok tetapi dalam implementasinya pembelajaran hanya didominasi oleh guru. Seharusnya pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas perlu dikembangan. Salah satu pengembangan yang dilakukan adalah dengan mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Keterampilan berpikir tingkat tinggi salah satunya adalah berpikir kritis yang menuntut siswa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN › bitstream › 123456789...BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Pra Siklus (Kondisi Awal) ... menggunakan RPP yang berasal

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 39

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    4.1 Deskripsi Pra Siklus (Kondisi Awal)

    Sebelum pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini, di SD Negeri Ujung-

    Ujung 02 kecamatan Pabelan kabupaten Semarang khususnya di kelas 4 pada

    mata pelajaran IPS guru lebih sering menggunakan metode ceramah, tanya

    jawab dan pemberian tugas. Perencanaan pembelajaran seperti pembuatan RPP

    ternyata tidak dilakukan oleh guru. Dalam kenyataanya guru hanya

    menggunakan RPP yang berasal dari pusat dan merupakan RPP tahun lalu yang

    hanya disimpan dalam almari. Kebiasaan guru ini akan berakibat pada pelaksaan

    pembelajaran di dalam kelas tidak menggunakan strategi pembelajaran yang

    sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai dan potensi yang dimiliki siswa.

    Pembelajaran dikelas menjadi didominasi pembicaraan oleh guru yang berakibat

    pembelajaran berlangsung menjadi 1 arah dan membuat siswa menjadi tidak

    aktif. Padahal tujuan dari pembelajaran IPS menuntut agar siswa dapat berpikir

    tingkat tinggi dan dapat memecahkan masalah yang ada dalam kehidupan

    Berdasarkan hasil wawancara guru juga tidak membuat lembar observasi karena

    memang pembelajaran yang dilakukan tidak untuk diobservasi. Perencanaan lain

    dalam pembelajaran guru tidak menggunakan media pembelajaran dan sumber

    belajar hanya menggunakan buku paket IPS yang dimiliki oleh setiap siswa.

    Perangkat pembelajaran IPS seharusnya guru bisa menggunakan masyarakat dan

    lingkungan sebagai media dan sumber belajar.

    Implementasi Guru dalam pembelajaran tidak sesuai dengan RPP, karena

    guru hanya berceramah menjelakan materi pembelajaran kemudian bertanya

    jawab dengan siswa dan diakhiri dengan pemberian tugas Padahal didalam RPP

    ditulis pembelajaran kelompok tetapi dalam implementasinya pembelajaran

    hanya didominasi oleh guru. Seharusnya pembelajaran yang dilakukan di dalam

    kelas perlu dikembangan. Salah satu pengembangan yang dilakukan adalah

    dengan mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Keterampilan

    berpikir tingkat tinggi salah satunya adalah berpikir kritis yang menuntut siswa

  • 40

    dapat mengidentifikasi masalah, merumuskan masalah, mengumpulkan data,

    menganalisis, memecahkan masalah, mengambil keputusan, mengevaluasi dan

    dan bagaimana seorang siswa mempresentasikan sesuatu. Ketika guru

    menjelaskan materi dari 18 siswa yang mendengarkan penjelasan guru hanya

    ada 4 siswa (22%) yang berani bertanya tentang materi yang disampaikan,

    sedangkan siswa yang lain cenderung jenuh tidak mendengarkan penjelasan

    guru. Dengan kondisi ini guru harus bisa mencari solusi dengan menggunakan

    model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dan juga meningkatakan

    keterampilan berpikir kritis siswa. Seharusnya guru hanya menjadi fasilitator

    siswa agar siswa membangun pengetahuannya sendiri sesuai pengalaman yang

    siswa dapatkan dengan melakukan pembelajaran yang mengajak siswa untut

    berpikir bukan mengajak siswa belajar untuk mendengarkan ceramah dari guru.

    Pada akhir pembelajaran IPS siswa diberi soal evaluasi oleh guru untuk

    dikerjakan. Soal evaluasi yang diberikan oleh guru diambil dari buku paket.

    Selesai mengerjakan soal latihan siswa, diminta untuk menukarkan hasil kerja

    siswa dengan teman sebangkunya. Secara bersama-sama hasil pekerjaan siswa

    dikoreksi. Padahal guru dalam pembelajaran dituntut untut dapat membuat soal

    evaluasi sendiri dengan memperhatikan materi pembelajaran dan karakteristik

    siswa sehingga evaluasi pembelajaran yang dilakukan dapat mencapai KKM.

    Dalam kegiatan penutup guru tidak melakukan refleksi pembelajaran. Padahal

    refleksi pembelajaran sangat penting bagi siswa.

    Dilihat dari hasil evaluasi di kelas 4, dengan Klasifikasi Ketuntasan

    Minimal (KKM) adalah ≥70. Dari 18 siswa terdapat 8 siswa yang memenuhi

    KKM (44,4%). Sementara itu 10 siswa yang mendapat nilai dibawah KKM

    (55,6%), Rata-rata nilai kelas adalah 69 dengan skor maksimal 82 dan skor

    minimal 56. Selanjutnya peneliti dan guru kelas berkolaborasi mencari masalah

    yang menyebabkan 55,6% siswa nilainya masih dibawah KKM. Berdasarkan

    hasil diskusi, salah satu penyebab ketuntasan belajar siswa yang rendah ini

    terjadi karena siswa kurang memiliki keterampilan berpikir kritis untuk

    mengikuti pembelajaran IPS yang dilakukan oleh guru. Berikut tabel yang

    menunjukkan kondisi ketuntasan hasil belajar IPS siswa pada Pra siklus:

  • 41

    Tabel 4.1Distribusi Ketuntasan Hasil Belajar IPS

    Siswa pada Pra siklus

    No. Standar Ketuntasan Jumlah Siswa PersentaseAngka Ketuntasan1.2.

    < 70 70

    Tidak tuntasTuntas

    108

    55,6%44,4%

    Jumlah 18 100%Sumber : Data Primer

    Berdasarkan tabel 4.1keterampilan berpikir kritis IPS pada pra siklus

    tentang mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan

    transportasi serta pengalaman menggunakannya menunjukkan ketuntasan siswa

    dengan KKM > 70 hanya 8 siswa (44,4%) dan yang tidak tuntas mencapai KKM

    sebanyak 10 siswa (55,6 Dari hasil tabel dapat digambarkan dengan diagram

    lingkaran sebagai berikut:

    Gambar Diagram Lingkaran 4.1 Distribusi KetuntasanHasil Belajar IPS pada Pra siklus

    Sumber : Data sekunder

    Berdasarkan data yang diperoleh, perlu upaya untuk menindak lanjutinya

    melalui penelitian tindakan kelas. Dari hasil diskusi observer dan guru

    memberikan kesimpulan untuk menerapkan strategi pembelajaran yang mampu

    membuat siswa aktif dan memberdayakan siswa dalam pembelajaran IPS dengan

    mengembangkan keterampilan siswa untuk berpikir kritis selain itu pendidikan

    karakter seperti kerjasama dan tanggung jawab harus diajarkan agar siswa

    menjadi siswa yang berpikir kritis dan berkarakter.

  • 42

    4.2 Deskripsi Pelaksanaan Siklus 1

    Pelaksanaan siklus 1 dengan Kompetensi Dasar mengenal permasalahan

    sosial di daerahnya Strategi pembelajaran yang akan digunakan dalam

    penelitian tindakan kelas yaitu dengan menggunakan model pembelajaran TPS

    yang akan dilaksanakan dalam tiga siklus (1 siklus 1 pertemuan) dengan rincian

    sebagai berikut :

    4.2.1 Perencanaan

    Perencanaan dilaksanakan dengan mengidentifikasi kebutuhan siswa

    serta masalah yang dihadapi guru dan siswa saat pembelajaran. Berdasarkan

    informasi yang diperoleh pada tahap observasi, maka dilakukan diskusi dengan

    guru kelas 4 mengenai materi pembelajaran yang akan disajikan serta alat

    penunjang lain yang perlu digunakan. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini

    adalah penyusunan perangkat pembelajaran, meliputi Rencana Pelaksanaan

    Pembelajaran (RPP) yang dibuat mengenai KD 2.4 mengenal permasalahan

    sosial di daerahnya, dengan indikator mengenal masalah sosial tentang

    kemiskinan dilapisan sosial masyarakat, kemudian menentukan tujuan sesuai

    indikator yang akan dicapai dengan menggunakan model pembelajaran TPS,

    media yang digunakan dalam pembelajaran ini antara lain materi pembelajaran

    tentang masalah sosial, buku paket IPS BSE kelas 4, Video tentang kejahatan,

    lingkungan sekitar desa Ujung-Ujung, dan selain itu juga perangkat evaluasi

    yang meliputi rubrik penilaian keterampilan berpikir kritis (disajikan dalam

    lampiran 1), rubrik penilaian karakter (disajikan dalam lampiran 1) dan lembar

    observasi pelaksanaan RPP (disajikan dalam lampiran 6).

    4.2.2 Implementasi Tindakan dan Observasi

    A. Pelaksanaan Tindakan

    Tindakan ini dilaksanakan pada hari sabtu, 13 April 2013, beberapa

    kegiatan sebagai berikut:

    Dalam tahap ini Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah

    disusun diterapkan dalam pembelajaran di kelas 4, yang terdiri dari 1 siklus

    terdiri dari 1 pertemuan yang berlangsung dengan 3 x 35 menit. Secara bersama-

  • 43

    sama dilakukan observasi pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan RPP tentang

    materi masalah kemiskinan dilapisan sosial masyarakat.

    Kegiatan awal yang dilakukan oleh guru meliputi beberapa kegiatan

    seperti yang telah didesain dalam RPP. Apersepsi mengawali pembelajaran pada

    pertemuan siklus pertama berupa pertanyaan tentang pengemis apakah

    merupakan orang miskin. Berdasarkan jawaban dari siswa guru menegaskan

    tujuan pembelajaran yang akan diajarkan yaitu masalah kemiskinan yang terjadi

    dilapisan sosial masyarakat. Guru menghubungkan materi dengan pengetahuan

    lain yang relevan. Selanjutnya guru menjelaskan model pembelajaran yang akan

    dilakukan, agar siswa tidak bingung ketika melakukan pembelajaran.

    Kegiatan selanjutnya yaitu kegiatan inti pembelajaran. Siswa menyimak

    video yang diputar mengenai kemiskinan dilapisan sosial masyarakat. Kemudian

    guru menyuruh siswa mengidentifikasi masalah yang ada dalam video tersebut.

    Guru bertanya jawab dengan siswa mengenai video tersebut kemudian

    menyuruh siswa berpikir mandiri untuk mengidentifikasi 2 masalah kemiskinan.

    Selanjutnya guru membagi kelompok sesuai absen untuk menyuruh siswa

    merumuskan masalah kemiskinan berdasarkan video yang sudah ditayangkan

    bersama pasangannya dan hasil identifikasi masalah. Pada pertemuan ini

    pasangan kelompok mendengarkan penjelasan guru mengenai rumusan masalah

    yang sudah dibuat.

    Kegiatan berpasangan selanjutnya adalah mengumpulkan data di

    lingkungan masyarakat sekitar desa Ujung-Ujung yang didahului dengan

    mendengarkan penjelasan dari guru. Siswa mengumpulkan data mengenai

    masalah kemiskinan dengan melakukan wawancara dengan menanyakan bentuk

    rumah, pekerjaan, pendapatan dan jumlah anggota keluarga dalam 1 rumah.

    Guru membagikan lembar kerja siswa yang diberikan oleh guru untuk

    dikerjakan bersama pasangannya. Pada kegiatan ini siswa bersama teman

    diskusinya merencanakan tugas masing-masing untuk mencari dan

    mengumpulkan data tentang sub topik yang diberikan oleh guru. Setelah data

    terkumpul siswa kembali ke kelas untuk menganalisis data yang sudah

    diperoleh. Data tersebut kemudian dikelompokkan sesuai jenisnya dan

  • 44

    dihubungkan dengan masalah kemiskinan dilapisan kemiskinan dilapisan sosial

    masyarakat yang paling banyak ditemui. Selanjutnya siswa mencari 3 cara

    mengatasi masalah kemiskinan, mengambil keputusan mengenai cara mengatasi

    kemiskinan dengan mengevaluasi cara-cara yang sudah ditemukan.

    Ketika semua kegiatan tersebut sudah dilakukan, guru segera memimpin

    diskusi kelas dengan menyuruh setiap pasangan mempresentasikan hasil diskusi

    kelompok didepan kelas. Siswa lain boleh bertanya dan menanggapi hasil

    presentasi kelompok., sedangkan siswa lain menyimak diskusi yang terjadi

    dikelas. Jika ada jawaban siswa yang kurang tepat guru segera menambahi atau

    menegahi jaalannya diskusi. Kegiatan selanjutnya guru bersama dengan siswa

    menarik kesimpulan dari kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Guru

    memberikan penguatan tentang cara menangani masalah kemiskinan dilapisan

    sosial masyarakat. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya

    tentang hal-hal yang belum jelas, dari materi yang telah dipelajari. Guru

    mengadakan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan.

    B. Hasil Observasi

    Pada saat pelaksanaan proses pembelajaran siklus 1 berlangsung

    ,dilaksanakan observasi dengan meminta bantuan observer (teman sejawat )

    untuk mengamati jalannya pembelajaran dari awal sampai akhir dengan cara

    mengisi lembar pengamatan yang telah disediakan Hasil observasi/pengamatan

    terhadap implementasi RPP (lampiran 6) pada siklus I ini melalui lembar

    pengamatan yang telah disediakan. Item pernyataan pada lembar pengamatan

    implementasi RPP sejumlah 33 item terdiri dari; perencanaan pembelajaran,

    strategi pembelajaran, manajemen kelas dan penilaian.Item Adapun hasil

    pengamatan implementasi RPP sebagai berikut:

    Hasil dari lembar pengamatan implementasi RPP (lampiran 6) yaitu pada

    perencanaan pembelajaran tersedia RPP, Indikator pembelajaran mengarah pada

    pengembangan berpikir tingkat tinggi, kegiatan belajar menggambarkan

    pembelajaran aktif. pada strategi pembelajaran menyampaikan apersepsi dan

    tujuan pembelajaran, membantu siswa membangun pemahaman sendiri dengan

    dibantu oleh penayangan video tentang kemiskinan semakin membuat siswa

  • 45

    tertarik. Guru memberikan kesempatan siswa untuk mengungkapkan pendapat,

    menghubungkan masalah kejahatan dengan apa yang terjadi di masyarakat.

    Kegiatan wawancara ketika mengumpulkan data sangat jarang dilakukan oleh

    siswa sehingga pembelajaran dilakukan sambil bermain dan dapat lebih

    mengenal masyarakat sekitar masyarakat desa Ujung-Ujung. Pada manajemen

    kelas tata tertib kelas ada dan diterapkan dengan baik, kelas ditata dengan baik

    sehingga memudahkan mobilitas, interaksi, dan komunikasi dalam kelas, waktu

    untuk setiap langkah kegiatan dikelola dengan baik.

    Sedangkan yang menjadi kelemahan diantaranya penyampaian tujuan

    pembelajaran terlalu cepat. Manajemen waktu ketika pengumpulan data belum

    sempurna. Pertanyaan yang harus ditanyakan siswa terlalu banyak padahal target

    mencari 20 responden. Beberapa pasangan kelompok malah bermain daripada

    melakukan wawancara. Kesimpulan belum dilakukan bersama siswa, penataan

    tempat duduk harus lebih rapi lagi, pengelolaan waktu belum sempurna,

    penghargaan terhadap siswa masih kurang.

    Dari kelemahan dalam pembelajaran pada siklus 1, maka pada pertemuan

    selanjutnya perlu mengatasi berbagai kelemahan tersebut untuk memperbaiki

    proses pembelajaran. Usaha tersebut diantaranya berdiskusi dengan observer dan

    guru mengenai kelemahan-kelemahan selama pembelajaran, hasil diskusi

    tersebut diantaranya adalah penyampaian tujuan pembelajaran jangan terlalu

    cepat, pengelolaan waktu lebih ditingkatkan, soal untuk wawancara dikurangi,

    memberi teguran kepada siswa yang bermain, berikan kesimpulan bersama-sama

    siswa, penataan tempat duduk harus lebih rapi lagi, pengelolaan waktu perlu

    ditingkatkan penghargaan terhadap siswa yang menjawab pertanyaan benar

    maupun salah. Keaktifan siswa dalam kelompok perlu ditingkatkan.

    Penghargaan kepada siswa perlu dilakukan, agar siswa semakin termotivasi.

    4.2.3 Refleksi

    Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran pada siklus I maka

    selanjutnya diadakan refleksi dalam bentuk diskusi atas segala kegiatan dalam

    proses pembelajaran. Langkah selanjutnya adalah diadakan diskusiyang

    digunakan untuk merefleksi pembelajaran yang dilakukan bersama guru kelas,

  • 46

    dan observer. Dalam diskusi berisi tentang evaluasi bagaimana pembelajaran

    IPS melalui model pembelajaran TPS bagi guru kelas, observer, dan siswa.

    Berdasarkan kegiatan yang dilaksanakan pada siklus I kemudian diambil

    data secara kualitatif melalui penilaian proses yang terdiri dari penilaian tiap

    indikator keterampilan berpikir kritis dari seluruh kelas, dan penilaian karakater

    yang meliputu karakter kerjasama dan karakter tangung jawab. Dalam

    penguasaan keterampilan berpikir kritis dibagi menjadi 3 klasifikasi yaitu tinggi,

    sedang dan rendah (menurut Nana Sudjana, 2012:77). Berikut ini tabel distribusi

    skor Keterampilan berpikir Kritis siswa disetiap tahap pembelajaran IPS pada

    siklus 1.

    Tabel 4.2Distribusi Klasifikasi Keterampilan Berpikir Kritis

    Tahap Mengidentifikasi Siklus 1

    No. Rentang skor Klasifikasi Frekuensi Persentase1. 75-100 Tinggi 6 33,3%2. 50-74 Sedang 9 50%3. 25-49 Rendah 3 16,7%Jumlah 18 100%

    Sumber: data primer

    Tabel 4.2 menunjukkan bahwa pada tahap mengidentifikasi siswa yang

    masuk dalam keterampilan berpikir kritis klasifikasi tinggi sebanyak 6 siswa

    (33,3%), siswa yang masuk dalam klasifikasi sedang sebanyak 9 siswa (50%)

    dan siswa yang masuk dalam klasifikasi rendah ber[ikir kritis dalam tahap

    mengidentifikasi sebanyak 3 siswa (16,7%).

    Tabel 4.3Distribusi Klasifikasi Keterampilan Berpikir Kritis

    Tahap Merumuskan Masalah Siklus 1

    No. Rentang skor Klasifikasi Frekuensi Persentase1. 75-100 Tinggi 8 44,4%2. 50-74 Sedang 6 33,3%3. 25-49 Rendah 4 22,2%Jumlah 18 100%

    Sumber: data primer

  • 47

    Tabel 4.3 menunjukkan bahwa pada tahap merumuskan masalah siswa

    yang masuk dalam keterampilan berpikir kritis klasifikasi tinggi sebanyak 8

    siswa (44,4%), siswa yang masuk dalam klasifikasi sedang sebanyak 6 siswa

    (33,3%) dan siswa yang masuk dalam klasifikasi rendah sebanyak 4 siswa

    (22,2%).

    Tabel 4.4Distribusi Klasifikasi Keterampilan Berpikir Kritis

    Tahap Mengumpulkan Data Siklus 1

    No. Rentang skor Klasifikasi Frekuensi Persentase1. 75-100 Tinggi 4 22,2%2. 50-74 Sedang 8 44,4%3. 25-49 Rendah 6 33,3%Jumlah 18 100%

    Sumber: data primer

    Tabel 4.4 menunjukkan bahwa pada tahap mengumpulkan data siswa

    yang masuk dalam keterampilan berpikir kritis klasifikasi tinggi sebanyak 4

    siswa (22,2%), siswa yang masuk dalam klasifikasi sedang sebanyak 8 siswa

    (44,4%) dan siswa yang masuk dalam klasifikasi rendah dalam mengumpulakan

    data sebanyak 6 siswa (33,3%).

    Tabel 4.5Distribusi Klasifikasi Keterampilan Berpikir Kritis

    Tahap Menganalisis Data Siklus 1

    No. Rentang skor Klasifikasi Frekuensi Persentase1. 75-100 Tinggi 4 22,2%2. 50-74 Sedang 10 55,6%3. 25-49 Rendah 4 22,2%Jumlah 18 100%Sumber: data primer

    Tabel 4.5 menunjukkan bahwa pada tahap menganalisis data siswa yang

    masuk dalam keterampilan berpikir kritis klasifikasi tinggi sebanyak 4 siswa

    (22,2%), siswa yang masuk dalam klasifikasi sedang sebanyak 10 siswa (55,6%)

    dan siswa yang masuk dalam klasifikasi rendah dalam menganalisis sebanyak 4

    siswa (22,2%).

  • 48

    Tabel 4.6Distribusi Klasifikasi Keterampilan Berpikir Kritis

    Tahap Menemukan Cara Menangani Masalah Siklus 1

    No. Rentang skor Klasifikasi Frekuensi Persentase1. 75-100 Tinggi 6 33,3%2. 50-74 Sedang 10 55,6%3. 25-49 Rendah 2 11,1%Jumlah 18 100%

    Sumber: data primer

    Tabel 4.6 menunjukkan bahwa pada tahap memecahkan masalah siswa

    yang masuk dalam keterampilan berpikir kritis klasifikasi tinggi sebanyak 6

    siswa (33,3%), siswa yang masuk dalam klasifikasi sedang sebanyak 10 siswa

    (55,6%) dan siswa dalam klasifikasi rendah sebanyak 2 siswa (11,1%).

    Tabel 4.7Distribusi Klasifikasi Keterampilan berpikir Kritis

    Tahap Pengambilan Keputusan Siklus 1

    No. Rentang skor Klasifikasi Frekuensi Persentase1. 75-100 Tinggi 4 22,2%2. 50-74 Sedang 8 44,4%3. 25-49 Rendah 6 33,3%Jumlah 18 100%Sumber: data primer

    Tabel 4.7 menunjukkan bahwa pada tahap pengambilan keputusan

    mengenai cara menangani masalah terdapat siswa yang berada dalam

    keterampilan berpikir kritis klasifikasi tinggi sebanyak 4 siswa (22,2%), siswa

    yang masuk dalam klasifikasi sedang sebanyak 8 siswa (44,4%) dan siswa yang

    masuk dalam klasifikasi rendah sebanyak 6 siswa (33,3%).

    Tabel 4.8Distribusi Klasifikasi Keterampilan Berpikir Kritis

    Tahap Mengevaluasi Siklus 1

    No. Rentang Skor Klasifikasi Frekuensi Persentase1. 75-100 Tinggi 6 33,3%2. 50-74 Sedang 8 44,4%3. 25-49 Rendah 4 22,2%Jumlah 18 100%Sumber: data primer

  • 49

    Tabel 4.8 menunjukkan bahwa pada tahap mengevaluasi pemecahan

    masalah yang masuk dalam keterampilan berpikir kritis klasifikasi tinggi

    sebanyak 6 siswa (33,3%), siswa yang masuk dalam klasifikasi sedang sebanyak

    8 siswa (44,4%) dan siswa berklasifikasi rendah sebanyak 4 siswa (22,2%).

    Tabel 4.9Distribusi Klasifikasi Keterampilan Berpikir Kritis

    Tahap Presentasi Siklus 1

    No. Rentang skor Klasifikasi Frekuensi Persentase1. 75-100 Tinggi 4 22,2%2. 50-74 Sedang 8 44,4%3. 25-49 Rendah 6 33,3%Jumlah 18 100%Sumber: data primer

    Tabel 4.9 menunjukkan bahwa pada tahap mempresentasikan siswa yang

    masuk dalam keterampilan berpikir kritis klasifikasi tinggi sebanyak 4 siswa

    (22,2%), siswa yang masuk dalam klasifikasi sedang sebanyak 8 siswa (44,4%)

    dan siswa yang masuk dalam klasifikasi berpikir Kritis tingkat rendah sebanyak

    6 siswa (33,3%).

    Tabel distribusi klasifikasi keterampilan berpikir kritis siswa tiap tahap

    tersebut dapat digambarkan menggunakan diagram batang sebagai berikut:

    Gambar Diagram Batang 4.2 Distribusi Keterampilan BerpikirKritis Tiap Indikator Pembelajaran IPS Siklus 1

    Sumber: Data sekunder

  • 50

    Gambar 4.2 menunjukkan bahwa pada tahap mengidentifikasi 6 siswa

    (33,3%) berada pada klasifikasi keterampilan berpikir kritis tinggi, 9 siswa

    (50%) berada pada klasifikasi sedang dan siswa yang berada pada klasifikasi

    rendah sebanyak 3 siswa (16,7%). Pada tahap merumuskan masalah 8 siswa

    (72,2%) berada pada klasifikasi keterampilan berpikir kritis tinggi, 6 siswa

    (33,3%) berada pada klasifikasi sedang dan pada klasifikasi rendah sebanyak 4

    siswa (22,2%). Pada tahap mengumpulkan data sebanyak 4 siswa (22,2%)

    berada pada klasifikasi keterampilan berpikir kritis tinggi, 8 siswa (44,4%)

    berada pada klasifikasi sedang dan pada klasifikasi rendah sebanyak 6 siswa

    (33,3%). Pada tahap menganalisis data 4 siswa (22,2%) berada pada klasifikasi

    keterampilan berpikir kritis tinggi, 10 siswa (55,6%) berada pada klasifikasi

    sedang dan pada klasifikasi rendah sebanyak 4 siswa (22,2%). Pada tahap

    memecahkan masalah 6 siswa (33,3%) berada pada klasifikasi keterampilan

    berpikir kritis tinggi, 10 siswa (55,6%) berada pada klasifikasi sedang dan pada

    klasifikasi rendah sebanyak 2 siswa (11,1%). Pada tahap pengambilan keputusan

    4 siswa (22,2%) berada pada klasifikasi keterampilan berpikir kritis tinggi, 8

    siswa (44,4%) berada pada klasifikasi sedang dan pada klasifikasi rendah

    sebanyak 6 siswa (33,3%). Pada tahap mengevaluasi 6 siswa (33,3%) berada

    pada klasifikasi keterampilan berpikir kritis tinggi, 8 siswa (44,4%) berada pada

    klasifikasi sedang dan pada klasifikasi rendah sebanyak 4 siswa (22,2%). Pada

    tahap mempresetasikan 12 siswa (66,7%) berada pada klasifikasi keterampilan

    berpikir kritis tinggi, 4 siswa (22,3%) berada pada klasifikasi sedang dan pada

    klasifikasi rendah sebanyak 2 siswa (11,1%).

    Berdasarkan hasil observasi siklus 1, selain kegiatan dari keterampilan

    berpikir kritis, penelitian ini juga penilaian karakter yang menilai karakter

    kerjasama dan tanggung jawab. Klasifikasi dari masing-masing pengamatan

    penilaian karakter dibagai menjadi 3 klasifikasi yaitu baik, cukup dan kurang.

    Berikut tabel penilaian karakter kerjasama siswa kelas 4 pada pada pembelajaran

    IPS yang disajikan pada tabel 4.10 beikut:

  • 51

    Tabel 4.10Distribusi Klasifikasi Karakter Kerjasama Pada Pembelajaran IPS

    Siswa Kelas 4 pada Siklus 1

    No Klasifikasi Skor Frekuensi Persentase

    1 Baik 75-100 4 33,3%2 Cukup 50-74 10 44,4%3 Kurang 25-49 4 22,2%

    Jumlah 18 100%Data : Primer

    Dari tabel 4.10 tersebut terlihat tingkat siswa yang dapat berkarakter

    bekerjasama dalam 1 kelas. Karakter kerjasama siswa yang termasuk klasifikasi

    baik sebanyak 6 siswa (33,3%), siswa yang masuk klasifikasi cukup sebanyak 8

    siswa (44,4%), kemudian 4 siswa (22,2%) yang berada pada klasifikasi kurang.

    Terlihat siswa yang dapat bekerjasama klasifikasi baik hanya 4 siswa (22,2%).

    Tabel 4.11Distribusi Klasifikasi Karakter Tanggung jawab Pada Pembelajaran IPS

    Siswa Kelas 4 pada Siklus 1

    No Klasifikasi Skor Frekuensi Persentase

    1 Baik 75-100 6 27,8%2 Cukup 50-74 9 50%3 Kurang 25-49 3 22,2%

    Jumlah 18 100%Data : Primer

    Dari tabel 4.11 tersebut terlihat tingkat siswa yang dapat berkarakter

    dalam 1 kelas. Karakter siswa yang termasuk klasifikasi baik sebanyak 5 siswa

    (27,8%), siswa yang masuk klasifikasi cukup sebanyak 9 siswa (50%), kemudian

    siswa yang masuk klasifikasi kurang masih 4 orang (22,2%). Dari tabel di atas

    dapat digambarkan menggunakan diagram Batang sebagai berikut :

  • 52

    Gambar 4.4Diagram Batang Klasifikasi Penilaian Karakter

    Pembelajaran IPS Siswa Kelas 4 Siklus 1

    Sumber: data sekunderDari gambar diagram Batang tersebut siswa yang masuk dalam

    klasifikasi berkarakter kerja sama berada dalam klasifikasi baik sebanyak 4

    siswa (22,2%), klasifikasi cukup sebanyak 10 siswa (55,6%), dan yang berada

    pada klasifikasi kurang sebanyak 4 siswa (22,2%). Pada karakter tanggung

    jawab siswa yang berada pada klasifikasi baik sebanyak 6 siswa (33,3%), siswa

    yang berada di klasifikasi cukup hanya sebanyak 9 siswa (50%) dan yang berada

    pada klasifikasi kurang sebanyak 3 siswa (16,7%).

    Melihat hasil dari siklus 1 masih dirasa kurang karena belum mencapai

    indikator kinerja yang dibutuhkan semua indikator keterampilan berpikir kritis

    semua siswa (100%) masuk klasifikasi berpikir kritis tingkat tinggi dan penilaian

    karakter masih belum mencapai klasifikasi baik semua, maka selanjutnya perlu

    diadakan siklus ke 2.

    Berdasarkan dari hasil pengamatan pada siklus I maka secara

    keseluruhan hasil refleksi yang diperoleh pada proses pembelajaran siklus I

    untuk ditingkatkan pada siklus 1 adalah sebagai berikut:

    A. Kekuatan

    1. Tersedia RPP, indikator pembelajaran mengarah pada pengembangan

    berpikir tingkat tinggi

    2. Pada saat kegiatan awal guru menyampaikan apersepsi dan tujuan

    pembelajaran, membantu siswa membangun pemahaman sendiri,

  • 53

    memberikan kesempatan siswa untuk mengungkapkan pendapat, ada

    kesimpulan dan penguatan.

    3. Pelaksanaan RPP sudah runtut sesuai dengan yang direncanakan.

    4. Pembelajaran menggunakan media LCD proyektor sehingga siswa

    tertarik untuk mengikuti pembelajaran.

    5. siswa sudah mulai berani dan tidak malu-malu mengemukakan

    pendapatnya baik kepada guru maupun temannya lainnya yang sedang

    presentasi.

    6. Siswa semakin aktif berkomunikasi dengan siswa lainnya dan terjalin

    kerja sama yang baik dalam teman diskusinya.

    7. Siswa dapat menyimpulkan gagasan beberapa pendapat menjadi sebuah

    kesimpulan.

    B. Kekurangan

    1. Dalam awal pembelajaran kesiapan siswa juga harus diperhatikan

    terutama dalam pengaturan tempat duduk siswa.

    2. Harus memperhatikan waktu yang sudah dialokasikan agar implementasi

    model pembelajaran TPS dapat maksimal, guru belum sepenuhnya

    sebagai fasilitator yang baik dan kurang melibatkan siswa dalam

    membuat kesimpulan di akhir pembelajaran.

    3. Siswa belum berani menyampaikan pertanyaan yang berbobot baik

    kepada guru maupun teman lainnya yang sedang presentasi.

    4. Siswa masih ada yang bermain sewaktu kegiatan wawancara di

    lingkungan sekitar.

    C. Penyelesaian

    1. Perlu memperhatikan kesiapan siswa sebelum mengawali pembelajaran.

    2. Perlu perhatian dalam manajemen waktu pembelajaran sehingga

    pembelajaran dengan model pembelajaran dapat berlangsung maksimal.

    3. Semua siswa harus beraktifitas positif dalam pembelajaran sehingga

    siswa memperoleh manfaat pembelajaran terutama siswa dibimbing

    untuk berani menyampaikan pertanyaan yang berbobot.

  • 54

    4. Guru harus memberikan teguran kepada siswa yang bermain sewaktu

    pengumpulan data.

    4.3 Deskripsi Pelaksanaan Siklus 2

    Pelaksanaan siklus 2 dengan Kompetensi Dasar mengenal permasalahan

    sosial di daerahnya. Strategi pembelajaran yang akan digunakan dalam

    penelitian tindakan kelas yaitu dengan menggunakan model pembelajaran TPS

    dengan rincian sebagai berikut :

    4.3.1 Perencanaan

    Perencanaan dilaksanakan dengan mengidentifikasi kebutuhan siswa

    serta masalah yang dihadapi guru dan siswa saat pembelajaran. Berdasarkan

    informasi yang diperoleh pada pelaksanaan siklus 1, maka dilakukan diskusi

    dengan guru kelas 4 mengenai materi pembelajaran yang akan disajikan serta

    alat penunjang lain yang perlu digunakan. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap

    ini adalah penyusunan perangkat pembelajaran, meliputi Rencana Pelaksanaan

    Pembelajaran (RPP) yang dibuat mengenai KD 2.4 mengenal permasalahan

    sosial di daerahnya, dengan indikator mengenal masalah sosial tentang kejahatan

    dilapisan sosial masyarakat, kemudian menentukan tujuan sesuai indikator yang

    akan dicapai dengan menggunakan model pembelajaran TPS, media yang

    digunakan dalam pembelajaran ini antara lain materi pembelajaran tentang

    masalah sosial, buku paket IPS BSE kelas 4, Video tentang kejahatan,

    lingkungan sekitar desa Ujung-Ujung, dan selain itu juga perangkat evaluasi

    yang meliputi rubrik penilaian keterampilan berpikir kritis (disajikan dalam

    lampiran 2), rubrik penilaian karakter (disajikan dalam lampiran 2) dan lembar

    observasi pelaksanaan RPP (disajikan dalam lampiran 6).

    4.3.2 Implementasi Tindakan dan Observasi

    A. Implementasi Tindakan

    Tindakan ini dilaksanakan pada hari sabtu, 20 april 2013, beberapa kegiatan

    sebagai berikut:

  • 55

    Kegiatan awal yang dilakukan oleh guru meliputi beberapa kegiatan

    seperti yang telah didesain dalam RPP. Apersepsi mengawali pembelajaran pada

    pertemuan siklus kedua berupa pertanyaan tentang apakah pencopet merupakan

    orang jahat? Berdasarkan jawaban dari siswa guru bertanya jawab mengenai

    jawaban siswa dan menegaskan tujuan pembelajaran yang akan diajarkan yaitu

    masalah sosial tentang kejahatan yang terjadi dilapisan sosial masyarakat.

    Selanjutnya guru menjelaskan model pembelajaran TPS yang akan dilakukan,

    agar siswa tidak bingung ketika melakukan pembelajaran.

    Kegiatan selanjutnya yaitu kegiatan inti pembelajaran. Siswa menyimak

    video yang diputar mengenai kejahatan dilapisan sosial masyarakat. Kemudian

    guru menyuruh siswa mengidentifikasi masalah yang ada dalam video

    tersebut.Guru bertanya jawab dengan siswa mengenai video tersebut kemudian

    menyuruh siswa berpikir mandiri untuk mengidentifikasi 2 masalah kejahatan.

    Kegiatan selanjutnya guru membagi kelompok sesuai absen dan menyuruh siswa

    merumuskan masalah kejahatan berdasarkan video yang sudah ditayangkan

    bersama pasangannya. Pada pertemuan ini pasangan kelompok mendengarkan

    penjelasan guru mengenai rumusan masalah yang sudah dibuat.

    Kegiatan berpasangan selanjutnya adalah mengumpulkan data di

    lingkungan masyarakat sekitar desa Ujung-Ujung yang didahului dengan

    mendengarkan penjelasan dari guru. Siswa mengumpulkan data mengenai

    masalah kejahatan dengan melakukan wawancara dengan menanyakan tindak

    kejahatan yang pernah dialami dan menanyakan tindak kejahatan yang paling

    meresahkan. Guru membagikan lembar kerja siswa yang diberikan oleh guru

    untuk dikerjakan bersama pasangannya. Pada kegiatan ini siswa bersama teman

    diskusinya merencanakan tugas masing-masing untuk mencari dan

    mengumpulkan data tentang sub topik yang diberikan oleh guru. Setelah data

    terkumpul siswa kembali ke kelas untuk menganalisis data yang sudah

    diperoleh. Data tersebut kemudian dikelompokkan sesuai jenisnya dan

    dihubungkan dengan masalah kejahatan dilapisan kejahatan dilapisan sosial

    masyarakat yang paling banyak ditemui. Selanjutnya siswa mencari 3 cara

  • 56

    mengatasi masalah kejahatan, mengambil keputusan mengenai cara mengatasi

    kejahatan dengan mengevaluasi cara-cara yang sudah ditemukan.

    Ketika semua kegiatan tersebut sudah dilakukan, guru segera memimpin

    diskusi kelas dengan menyuruh setiap pasangan mempresentasikan hasil diskusi

    kelompok. Siswa lain boleh bertanya dan menanggapi hasil penyampaian hasil

    diskusi kelompok. Sedangkan siswa lain menyimak diskusi yang terjadi dikelas.

    Sewaktu hasil jawaban siswa dirancang guru mengingatkan atau meluruskan

    jawaban siswa. Kegiatan selanjutnya guru bersama dengan siswa menarik

    kesimpulan dari kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Guru memberikan

    penguatan tentang cara menangani masalah kejahatan dilapisan sosial

    masyarakat. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang

    hal-hal yang belum jelas, dari materi yang telah dipelajari. Guru mengadakan

    refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan agar materi pemebelajaran

    dapat dipahamai siswa lebih baik .

    B. Hasil Observasi

    Pada saat pelaksanaan proses pembelajaran siklus 2 berlangsung

    ,dilaksanakan observasi dengan meminta bantuan observer (teman) untuk

    mengamati jalannya pembelajaran dari awal sampai akhir dengan cara mengisi

    lembar pengamatan yang telah disediakan Hasil observasi/pengamatan terhadap

    implementasi RPP (lampiran 3) pada siklus 2 ini melalui lembar pengamatan

    yang telah disediakan. Item pernyataan pada lembar pengamatan implementasi

    RPP sejumlah 33 item terdiri dari; perencanaan pembelajaran, strategi

    pembelajaran, manajemen kelas dan penilaian.Item Adapun hasil pengamatan

    implementasi RPP sebagai berikut:

    Hasil dari lembar pengamatan implementasi RPP (lampiran 3) yaitu pada

    perencanaan pembelajaran tersedia RPP, Indikator pembelajaran mengarah pada

    pengembangan berpikir tingkat tinggi, kegiatan belajar menggambarkan

    pembelajaran aktif. pada strategi pembelajaran menyampaikan apersepsi dan

    tujuan pembelajaran, membantu siswa membangun pemahaman sendiri dengan

    dibantu oleh penayangan video tentang kejahatan semakin membuat siswa

    tertarik. Guru memberikan kesempatan siswa untuk mengungkapkan pendapat,

  • 57

    menghubungkan masalah kejahatan dengan apa yang terjadi di masyarakat. Pada

    kegiatan awal siswa antusias menyimak tujuan pembelajaran, siswa menjawab

    pertanyaan apersepsi. Pada kegiatan inti siswa serius memperhatikan materi

    yang dijelaskan, kegiatan wawancara sudah dibiasakan siswa ketika

    mengumpulkan data. Siswa sudah tidak banyak bermain lagi, mereka mendapat

    kesibukan dengan melakukan wawancara. Pada manajemen kelas tata tertib

    kelas ada dan diterapkan dengan baik, kelas ditata dengan baik sehingga

    memudahkan mobilitas, interaksi, dan komunikasi dalam kelas, waktu untuk

    setiap langkah kegiatan dikelola dengan baik. siswa dengan cepat membentuk

    kelompok, siswa aktif bertanya, siswa aktif dalam kegiatan kelompok, siswa

    berani mengungkapkan pendapat sewaktu diadakan diskusi kelas. Pada kegiatan

    penutup siswa memberikan kesimpulan dengan bimbingan guru.

    Sedangkan yang menjadi kelemahan diantaranya penyampaian tujuan

    pembelajaran terlalu cepat. Beberapa pasangan kelompok masih ada yang

    memilih bermain daripada melakukan wawancara ,tetapi setelah mendapat

    teguran mereka mengumpulkan data kembali. Kesimpulan belum dilakukan

    bersama siswa, penataan tempat duduk sudah bagus tetapi masih kurang rapi

    lagi, pengelolaan waktu belum sempurna, penghargaan terhadap siswa masih

    kurang.

    Dari kelemahan dalam pembelajaran pada siklus pertama, maka pada

    pertemuan selanjutnya perlu mengatasi berbagai kelemahan tersebut untuk

    memperbaiki proses pembelajaran. Usaha tersebut diantaranya berdiskusi

    dengan guru dan observer mengenai kelemahan-kelemahan selama

    pembelajaran, hasil diskusi tersebut diantaranya adalah penyampaian tujuan

    pembelajaran jangan terlalu cepat, pengelolaan waktu lebih ditingkatkan, soal

    untuk wawancara dikurangi, memberi teguran kepada siswa yang bermain,

    berikan kesimpulan bersama-sama siswa, penataan tempat duduk harus lebih

    rapi lagi, pengelolaan waktu perlu ditingkatkan penghargaan terhadap siswa

    yang menjawab pertanyaan benar maupun salah. Keaktifan siswa dalam

    kelompok perlu ditingkatkan. Penghargaan kepada siswa perlu dilakukan, agar

    siswa semakin termotivasi dalam melaksanakan pembelajaran.

  • 58

    4.3.3 Refleksi

    Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran pada siklus 2 maka

    selanjutnya diadakan refleksi dalam bentuk diskusi atas segala kegiatan dalam

    proses pembelajaran. Langkah selanjutnya adalah diadakan diskusiyang

    digunakan untuk merefleksi pembelajaran yang dilakukan bersama guru kelas,

    dan observer. Dalam diskusi berisi tentang evaluasi bagaimana pembelajaran

    IPS melalui model pembelajaran TPS bagi guru kelas, observer, dan siswa.

    Berdasarkan kegiatan yang dilaksanakan pada siklus 2 kemudian diambil

    data secara kualitatif melalui penilaian proses yang terdiri dari penilaian tiap

    indikator keterampilan berpikir kritis dari seluruh kelas, dan penilaian karakater.

    Dalam penguasaan keterampilan berpikir kritis dibagi menjadi 3 klasifikasi yaitu

    tinggi, sedang dan rendah. Berikut ini tabel distribusi skor Keterampilan berpikir

    Kritis siswa disetiap tahap pembelajaran IPS pada siklus 2.

    Tabel 4.12Distribusi Klasifikasi Keterampilan berpikir Kritis

    Tahap Mengidentifikasi Siklus 2

    No. Rentang skor Klasifikasi Frekuensi Persentase1. 75-100 Tinggi 15 83,3%2. 50-74 Sedang 3 16,7%Jumlah 18 100%

    Sumber: data primer

    Tabel 4,12 menunjukkan bahwa pada tahap mengidentifikasi siswa yang

    masuk dalam keterampilan berpikir kritis klasifikasi tinggi sebanyak 13

    siswa(83,3%), siswa yang masuk dalam klasifikasi sedang sebanyak 5 siswa

    (16,7%) dan tidak ada siswa yang masuk dalam klasifikasi rendah .

    Tabel 4.13Distribusi Klasifikasi Keterampilan berpikir Kritis

    Tahap Merumuskan Masalah Siklus 2

    No. Rentang skor Klasifikasi Frekuensi Persentase1. 75-100 Tinggi 12 66,7%2. 50-74 Sedang 6 33,3%Jumlah 18 100%

    Sumber: data primer

  • 59

    Tabel 4.13 menunjukkan bahwa pada tahap merumuskan masalah siswa

    yang masuk dalam keterampilan berpikir kritis klasifikasi tinggi sebanyak 12

    siswa (66,7%), siswa yang masuk dalam klasifikasi sedang sebanyak 6 siswa

    (33,3%) dan dan tidak ada siswa yang masuk dalam klasifikasi rendah .

    Tabel 4.14Distribusi Klasifikasi Keterampilan Berpikir Kritis

    Tahap Mengumpulkan Data Siklus 2

    No. Rentang skor Klasifikasi Frekuensi Persentase1. 75-100 Tinggi 10 55,6%2. 50-74 Sedang 8 44,4%Jumlah 18 100%

    Sumber: data primer

    Tabel 4.14 menunjukkan bahwa pada tahap mengumpulkan data siswa

    yang masuk dalam keterampilan berpikir kritis klasifikasi tinggi sebanyak 10

    siswa (55,6%), siswa yang masuk dalam klasifikasi sedang sebanyak 8 siswa

    (44,4%) dan dan tidak ada siswa yang masuk dalam klasifikasi rendah .

    Tabel 4.15Distribusi Klasifikasi Keterampilan Berpikir Kritis

    Tahap Menganalisis Data Siklus 2

    No. Rentang skor Klasifikasi Frekuensi Persentase1. 75-100 Tinggi 14 77,8%2. 50-74 Sedang 4 22.3%Jumlah 18 100%Sumber: data primer

    Tabel 4.15 menunjukkan bahwa pada tahap menganalisis data siswa yang

    masuk dalam keterampilan berpikir kritis klasifikasi tinggi sebanyak 14 siswa

    (77,8%), siswa yang masuk dalam klasifikasi sedang sebanyak 4 siswa (22,2%)

    dan dan tidak ada siswa yang masuk dalam klasifikasi rendah .

    Tabel 4.16Distribusi Skor Keterampilan Berpikir Kritis

    Tahap Menemukan Cara Menangani Masalah Siklus 2

    No. Rentang skor Klasifikasi Frekuensi Persentase1. 75-100 Tinggi 10 55,6%2. 50-74 Sedang 8 44,4%Jumlah 18 100%

    Sumber: data primer

  • 60

    Tabel 4.16 menunjukkan bahwa pada tahap memecahkan masalah siswa

    yang masuk dalam keterampilan berpikir kritis klasifikasi tinggi sebanyak 10

    siswa (55,6%), siswa yang masuk dalam klasifikasi sedang sebanyak 8 siswa

    (44,4%) dan dan tidak ada siswa yang masuk dalam klasifikasi rendah.

    Tabel 4.17Distribusi Klasifikasi Keterampilan Berpikir Kritis

    Tahap Pengambilan Keputusan Siklus 2

    No. Rentang skor Klasifikasi Frekuensi Persentase1. 75-100 Tinggi 12 66,7%2. 50-74 Sedang 6 33,3%Jumlah 18 100%Sumber: data primer

    Tabel 4.17 menunjukkan bahwa pada tahap merumuskan masalah siswa

    yang masuk dalam keterampilan berpikir kritis klasifikasi tinggi sebanyak 12

    siswa (66.7), siswa yang masuk dalam klasifikasi sedang sebanyak 6 siswa

    (33,3%) dan tidak ada siswa yang masuk dalam klasifikasi rendah .

    Tabel 4.18Distribusi Klasifikasi Keterampilan Berpikir Kritis

    Tahap Mengevaluasi Siklus 2

    No. Rentang skor Klasifikasi Frekuensi Persentase1. 75-100 Tinggi 14 77,8%2. 50-74 Sedang 4 22,2%Jumlah 18 100%Sumber: data primer

    Tabel 4.18 menunjukkan bahwa pada tahap merumuskan masalah siswa

    yang masuk dalam keterampilan berpikir kritis klasifikasi tinggi sebanyak 14

    siswa (77,8%), siswa yang masuk dalam klasifikasi sedang sebanyak 4 siswa

    (22,2%) dan tidak ada siswa yang masuk dalam klasifikasi rendah .

    Tabel 4.19Distribusi Klasifikasi Keterampilan Berpikir Kritis

    Tahap Presentasi Siklus 2

    No. Rentang skor Klasifikasi Frekuensi Persentase1. 75-100 Tinggi 12 66,7%2. 50-74 Sedang 6 33,3%Jumlah 18 100%Sumber: data primer

  • 61

    Tabel 4.19 menunjukkan bahwa pada tahap merumuskan masalah siswa

    yang masuk dalam keterampilan berpikir kritis klasifikasi tinggi sebanyak 16

    siswa (88,9%), siswa yang masuk dalam klasifikasi sedang sebanyak 2 siswa

    (11,1%) dan tidak ada siswa yang masuk dalam klasifikasi rendah .

    Tabel distribusi klasifikasi Keterampilan berpikir Kritis tiap

    indikator siswa tersebut dapat digambarkan menggunakan diagram batang

    sebagai berikut:

    Gambar Diagram Batang 4.3 Distribusi Keterampilan BerpikirKritis Tiap Indikator Pembelajaran IPS Siklus 2

    Sumber: Data sekunder

    Gambar 4.3 menunjukkan bahwa pada tahap mengidentifikasi 15 siswa

    (83,3%) berada pada klasifikasi keterampilan berpikir kritis tinggi, 3 siswa

    (16,7%) berada pada klasifikasi sedang dan tidak ada yang masuk pada

    klasifikasi rendah. Pada tahap merumuskan masalah 12 siswa (66,7%) berada

    pada klasifikasi keterampilan berpikir kritis tinggi, 6 siswa (33,3%) berada pada

    klasifikasi sedang dan tidak ada yang masuk pada klasifikasi rendah. Pada tahap

    mengumpulkan data sebanyak 10 siswa (55,6%) berada pada klasifikasi

    keterampilan berpikir kritis tinggi, 8 siswa (44,4%) berada pada klasifikasi

    sedang dan tidak ada yang masuk pada klasifikasi rendah. Pada tahap

  • 62

    menganalisis data 14 siswa (77,8%) berada pada klasifikasi keterampilan

    berpikir kritis tinggi, 4 siswa (22,2%) berada pada klasifikasi sedang dan tidak

    ada yang masuk pada klasifikasi rendah. Pada tahap memecahkan masalah 10

    siswa (55,6%) berada pada klasifikasi keterampilan berpikir kritis tinggi, 8 siswa

    (44,4%) berada pada klasifikasi sedang dan tidak ada yang masuk pada

    klasifikasi rendah. Pada tahap pengambilan keputusan 12 siswa (66,7%) berada

    pada klasifikasi keterampilan berpikir kritis tinggi, 6 siswa (33,3%) berada pada

    klasifikasi sedang dan tidak ada yang masuk pada klasifikasi rendah. Pada tahap

    mengevaluasi 14 siswa (77,8%) berada pada klasifikasi keterampilan berpikir

    kritis tinggi, 4 siswa (22,2%) berada pada klasifikasi sedang dan tidak ada yang

    masuk pada klasifikasi rendah. Pada tahap mempresetasikan 12 siswa (66,7%)

    berada pada klasifikasi keterampilan berpikir kritis tinggi, 6 siswa (33,3%)

    berada pada klasifikasi sedang dan tidak ada yang masuk pada klasifikasi

    rendah.

    Berdasarkan hasil observasi siklus 2, kegiatan selain dari penilaian

    keterampilan berpikir kritis, penelitian ini juga penilaian karakter yang menilai

    karakter kerjasama dan tanggung jawab. Klasifikasi dari penilaian karakter ada 3

    yaitu baik, cukup dan kurang. Berikut tabel penilaian karakter siswa kelas 4 pada

    tabel 4.20 beikut:

    Tabel 4.20Distribusi Klasifikasi Karakter Kerjasama Pada Pembelajaran IPS

    Siswa Kelas 4 pada Siklus 2

    No Klasifikasi Skor Frekuensi Persentase

    1 Baik 75-100 12 66,7%2 Cukup 50-74 6 33,3%

    Jumlah 18 100%Data : Primer

    Dari tabel 4.20 tersebut terlihat tingkat siswa yang dapat berkarakter

    bekerjasama dalam 1 kelas. Karakter kerjasama siswa yang termasuk klasifikasi

    baik sebanyak 12 siswa (66,7%), siswa yang masuk klasifikasi cukup sebanyak 6

    siswa (33,3%), kemudian sudah tidak ada siswa yang berada pada klasifikasi

    kurang.

  • 63

    Tabel 4.21Distribusi Klasifikasi Karakter Tanggung jawab Pada

    Pembelajaran IPS Siswa Kelas 4 pada Siklus 2

    No Klasifikasi Skor Frekuensi Persentase

    1 Baik 75-100 15 83,3%2 Cukup 50-74 3 16,7%

    Jumlah 18 100%Data : Primer

    Dari tabel 4.21 tersebut terlihat tingkat siswa yang dapat berkarakter

    dalam 1 kelas. Karakter tanggung jawab siswa yang berada pada klasifikasi baik

    sebanyak 13 siswa (72,2%), siswa yang masuk klasifikasi cukup sebanyak 5

    siswa (27,8%), kemudian sudah tidak ada siswa yang berada pada klasifikasi

    kurang.Dari tabel di atas dapat digambarkan menggunakan diagram Batang

    sebagai berikut :

    Gambar 4.4Diagram Batang Klasifikasi Penilaian Karakter

    Pembelajaran IPS Siswa Kelas 4 Siklus 2

    Sumber: data sekunderDari gambar diagram Batang tersebut siswa yang masuk dalam

    klasifikasi berkarakter kerja sama berada dalam klasifikasi baik sebanyak 12

    siswa (66,7%), klasifikasi cukup sebanyak 6 siswa (33,3%), dan sudah tidak ada

    lagi yang berada pada klasifikasi kurang. Pada karakter tanggung jawab siswa

    yang berada pada klasifikasi baik sebanyak 15 siswa (83.3), siswa yang berada

    di klasifikasi cukup hanya sebanyak 3 siswa dan sudah atidak terlihat siswa yang

    berada pada klasifikasi kurang.

  • 64

    Melihat hasil dari siklus 2 masih dirasa kurang karena belum mencapai

    indikator kinerja yang dibutuhkan semua indikator keterampilan berpikir kritis

    semua siswa (100%) masuk klasifikasi berpikir kritis tingkat tinggi dan penilaian

    karakter masih belum mencapai klasifikasi baik semua, maka selanjutnya perlu

    diadakan siklus ke 3.

    Berdasarkan dari hasil pengamatan pada siklus I maka secara

    keseluruhan hasil refleksi yang diperoleh pada proses pembelajaran siklus I

    untuk ditingkatkan pada siklus 1 adalah sebagai berikut:

    A. Kekuatan

    1. Tersedia RPP, indikator pembelajaran mengarah pada pengembangan

    berpikir tingkat tinggi

    2. Pada saat kegiatan awal guru menyampaikan apersepsi dan tujuan

    pembelajaran, membantu siswa membangun pemahaman sendiri,

    memberikan kesempatan siswa untuk mengungkapkan pendapat, ada

    kesimpulan dan penguatan.

    3. Pelaksanaan RPP sudah runtut sesuai dengan yang direncanakan.

    4. Pembelajaran menggunakan media LCD proyektor sehingga siswa

    tertarik untuk mengikuti pembelajaran.

    5. Siswa sudah mulai berani dan tidak malu-malu mengemukakan

    pendapatnya baik kepada guru maupun temannya lainnya yang sedang

    presentasi.

    6. Siswa semakin aktif berkomunikasi dengan siswa lainnya dan terjalin

    kerja sama yang baik dalam teman diskusinya.

    7. Siswa belum berani menyampaikan pertanyaan yang berbobot baik

    kepada guru maupun teman lainnya yang sedang presentasi.

    8. Siswa dapat menyimpulkan gagasan beberapa pendapat menjadi sebuah

    kesimpulan.

    9. Siswa sudah serius sewaktu kegiatan wawancara di lingkungan sekitar.

    B. Kekurangan

    1. Dalam awal pembelajaran kesiapan siswa juga harus diperhatikan

    terutama dalam pengaturan tempat duduk siswa.

  • 65

    2. Harus memperhatikan waktu yang sudah dialokasikan agar implementasi

    model pembelajaran TPS dapat maksimal, guru belum sepenuhnya

    sebagai fasilitator yang baik dan kurang melibatkan siswa dalam

    membuat kesimpulan di akhir pembelajaran.

    C. Penyelesaian

    1. Perlu memperhatikan kesiapan siswa sebelum mengawali pembelajaran.

    2. Perlu perhatian dalam manajemen waktu pembelajaran sehingga

    pembelajaran dengan model pembelajaran dapat berlangsung maksimal.

    4.4 Deskripsi Pelaksanaan Siklus 3

    Pelaksanaan siklus 3 dengan Kompetensi Dasar mengenal permasalahan

    sosial di daerahnya. Strategi pembelajaran yang akan digunakan dalam

    penelitian tindakan kelas yaitu dengan menggunakan model pembelajaran TPS

    dengan rincian sebagai berikut :

    4.4.1 Perencanaan

    Perencanaan dilaksanakan dengan mengidentifikasi kebutuhan siswa

    serta masalah yang dihadapi guru dan siswa saat pembelajaran. Berdasarkan

    informasi yang diperoleh pada pelaksanaan siklus 2, maka dilakukan diskusi

    dengan guru kelas 4 mengenai materi pembelajaran yang akan disajikan serta

    alat penunjang lain yang perlu digunakan. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap

    ini adalah penyusunan perangkat pembelajaran, meliputi Rencana Pelaksanaan

    Pembelajaran (RPP) yang dibuat mengenai KD 2.4 mengenal permasalahan

    sosial di daerahnya, dengan indikator mengenal masalah sosial tentang

    kenakalan remaja dilapisan sosial masyarakat, kemudian menentukan tujuan

    sesuai indikator yang akan dicapai dengan menggunakan model pembelajaran

    TPS, media yang digunakan dalam pembelajaran ini antara lain materi

    pembelajaran tentang masalah sosial, buku paket IPS BSE kelas 4, Video

    tentang kenakalan remaja, lingkungan sekitar desa Ujung-Ujung, dan selain itu

    juga perangkat evaluasi yang meliputi rubrik penilaian keterampilan berpikir

    kritis (disajikan dalam lampiran 3), rubrik penilaian karakter (disajikan dalam

  • 66

    lampiran 3) dan lembar observasi pelaksanaan RPP (disajikan dalam lampiran

    6).

    4.4.2 Implementasi Tindakan dan Observasi

    A. Implementasi Tindakan

    Tindakan ini dilaksanakan pada hari sabtu, 27 April 2013, beberapa

    kegiatan sebagai berikut:

    Kegiatan awal yang dilakukan oleh guru meliputi beberapa kegiatan

    seperti yang telah didesain dalam RPP. Apersepsi mengawali pembelajaran pada

    pertemuan siklus kedua berupa pertanyaan tentang apakah anak SMP yang

    merokok merupakan anak nakal? Berdasarkan jawaban dari siswa guru bertanya

    jawab mengenai jawaban siswa dan menegaskan tujuan pembelajaran yang akan

    diajarkan yaitu masalah sosial tentang kenakalan remaja yang terjadi dilapisan

    sosial masyarakat. Selanjutnya guru menjelaskan model pembelajaran TPS yang

    akan dilakukan, agar siswa tidak bingung ketika melakukan pembelajaran.

    Kegiatan selanjutnya yaitu kegiatan inti pembelajaran. Siswa menyimak

    video yang diputar mengenai kenakalan remaja dilapisan sosial masyarakat.

    Kemudian guru menyuruh siswa mengidentifikasi masalah yang ada dalam

    video tersebut. Guru bertanya jawab dengan siswa mengenai video tersebut

    kemudian menyuruh siswa berpikir mandiri untuk mengidentifikasi 2 masalah

    kenakalan remaja. Kegiatan selanjutnya guru membagi kelompok sesuai

    absen.menyuruh siswa merumuskan masalah kenakalan remaja berdasarkan

    video yang sudah ditayangkan bersama pasangannya. Pada pertemuan ini

    pasangan kelompok mendengarkan penjelasan guru mengenai rumusan masalah

    yang sudah dibuat.

    Kegiatan berpasangan selanjutnya adalah mengumpulkan data di

    lingkungan masyarakat sekitar desa Ujung-Ujung yang didahului dengan

    mendengarkan penjelasan dari guru. Siswa mengumpulkan data mengenai

    masalah kenakalan remaja dengan melakukan wawancara dengan menanyakan

    tindak kenakalan remaja yang pernah dialami dan menanyakan tindak kenakalan

    remaja yang paling meresahkan. Guru membagikan lembar kerja siswa yang

  • 67

    diberikan oleh guru untuk dikerjakan bersama pasangannya. Pada kegiatan ini

    siswa bersama teman diskusinya merencanakan tugas masing-masing untuk

    mencari dan mengumpulkan data tentang sub topik yang diberikan oleh guru.

    Setelah data terkumpul siswa berpasangan kembali ke kelas untuk menganalisis

    data yang sudah diperoleh. Data tersebut kemudian dikelompokkan sesuai

    jenisnya dan dihubungkan dengan masalah kenakalan remaja dilapisan sosial

    masyarakat yang paling banyak ditemui. Selanjutnya siswa mencari 3 cara

    mengatasi masalah kenakalan remaja, mengambil keputusan mengenai cara

    mengatasi kenakalan remaja dengan mengevaluasi cara-cara yang sudah

    ditemukan. Kegiatan ini siswa dituntut harus bisa bekerjasama dengan

    pasangannya,

    Ketika semua kegiatan tersebut sudah dilakukan, guru segera memimpin

    diskusi kelas dengan menyuruh setiap pasangan mempresentasikan hasil diskusi

    kelompok. Siswa lain boleh bertanya dan menanggapi hasil penyampaian hasil

    diskusi kelompok. Sedangkan siswa lain menyimak diskusi yang terjadi dikelas.

    Setelah diskusi kelas berjalan baik dan sudah tidak ada lagi yang dipertanyakan

    guru memberikan penegasan pemecahan masalah mengenai cara mengatasi

    masalah. Kegiatan selanjutnya guru bersama dengan siswa menarik kesimpulan

    dari kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Guru memberikan penguatan

    tentang cara menangani masalah kenakalan remaja dilapisan sosial masyarakat.

    Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang hal-hal yang

    belum jelas, dari materi yang telah dipelajari. Guru mengadakan refleksi

    terhadap pembelajaran yang telah dilakukan.

    B. Hasil Observasi

    Pada saat pelaksanaan proses pembelajaran siklus 3 berlangsung

    ,dilaksanakan observasi dengan meminta bantuan observer (teman) untuk

    mengamati jalannya pembelajaran dari awal sampai akhir dengan cara mengisi

    lembar pengamatan yang telah disediakan Hasil observasi/pengamatan terhadap

    implementasi RPP (lampiran 6) pada siklus III ini melalui lembar pengamatan

    yang telah disediakan. Item pernyataan pada lembar pengamatan implementasi

    RPP sejumlah 33 item terdiri dari; perencanaan pembelajaran, strategi

  • 68

    pembelajaran, manajemen kelas dan penilaian.Item Adapun hasil pengamatan

    implementasi RPP sebagai berikut:

    Kegiatan pembelajaran pada siklus ketiga guru dalam kegiatan

    pembelajaran sudah maksimal, kesiapan siswa dalam pembelajaran sangat baik,

    terlihat tanpa menunggu perintah guru siswa sudah menyiapkan alat

    pembelajarannya. Guru memberikan perhatian kepada 2 siswa yang sering

    membuat gaduh, sehingga pembelajaran benar-benar berjalan lancar. Dalam

    kegiatan membuka pembelajaran guru sudah memberikan apersepsi yang dapat

    memancing motivasi siswa sehingga tujuan pembelajaran sudah tersampaikan

    dengan jelas dan baik. Dalam kegiatan inti pembelajaran, guru terlihat sudah

    baik dalam menguasai materi pembelajaran dengan mengaitkan materi pada

    realita kehidupan siswa, strategi yang dilakukan semakin baik yaitu alokasi

    waktu sudah sesuai yang direncanakan, pelaksanaan langkah model

    pembelajaran TPS sudah maksimal. Guru bertindak sebagai fasilitator yaitu

    menanggapi dan memberikan pertanyaan pada siswa yang sedang presentasi dan

    mengajak siswa menyimpulkan materi dari setiap presentasi, guru sudah

    terampil dalam memanfaatkan media dan melibatkan siswa dalam pembelajaran.

    Kegiatan siswa bekerja berpasangan sudah baik dari merumuskan masalah

    sampai mempresentasikan hasil pemecahan masalah. Dalam kegiatan penutup

    guru, guru sudah melibatkan siswa untuk menyimpulkan materi pelajaran

    dengan baik dan sudah mengadakan refleksi setelah pembelajaran selesai.

    Selanjutnya dengan adanya penerapan model pembelajaran TPS dan

    peningkatan kegiatan guru dalam pembelajaran berpengaruh positif bahwa siswa

    tidak hanya diam dan mendengarkan penjelasan guru, namun siswa mulai

    tertarik rasa ingin tahunya sehingga siswa mencatat hal-hal penting dari

    penjelasan guru, sebagian banyak siswa berani menyampaikan pendapat dan

    pertanyaan kepada guru maupun siswa lainnya, siswa mampu merangkai

    informasi dan data yang didapat menjadi sebuah kesimpulan dengan bahasa

    siswa sendiri sehingga dalam kegiatan ini sekaligus siswa terlihat semangat dan

    bekerja sama mengembangkan cara berpikir sebaik mungkin.

  • 69

    4.4.3 Refleksi

    Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran pada siklus 3 maka

    selanjutnya diadakan refleksi dalam bentuk diskusi atas segala kegiatan dalam

    proses pembelajaran. Langkah selanjutnya adalah diadakan diskusi yang

    digunakan untuk merefleksi pembelajaran yang dilakukan bersama guru kelas,

    dan observer. Dalam diskusi berisi tentang evaluasi bagaimana pembelajaran

    IPS melalui model pembelajaran TPS bagi guru kelas, observer, dan siswa.

    Berdasarkan kegiatan yang dilaksanakan pada siklus 3 kemudian diambil

    data secara kualitatif melalui penilaian proses yang terdiri dari penilaian tiap

    indikator keterampilan berpikir kritis dari seluruh kelas dan penilaian karakater.

    Dalam penguasaan keterampilan berpikir kritis dibagi menjadi 3 klasifikasi yaitu

    tinggi, sedang dan rendah.

    Hasil observasi terhadap keterampilan berpikir kritis terlihat sangat baik

    di setiap tahap. Pada siklus 3 pada tahap identifikasi seluruh siswa (100%)

    masuk kedalam klasifikasi keterampilan berpikir kritis tinggi. Pada tahap

    merumuskan maslah seluruh siswa (100%) mencapai klasifikasi tinggi. Pada

    tahap mengumpulkan data seluruh siswa (100%) mencapai klasifikasi tinggi.

    Pada tahap menganalisis data seluruh siswa (100%) mencapai klasifikasi tinggi.

    Pada tahap memecahkan masalah seluruh siswa (100%) mencapai klasifikasi

    tinggi. Pada tahap pengambilan keputusan seluruh siswa (100%) mencapai

    klasifikasi tinggi. Pada tahap evaluasi seluruh siswa (100%) mencapai klasifikasi

    tinggi. Hasil serupa juga tampak pada tahap presentasi bahwa seluruh siswa

    masuk kedalam klasifikasi memeilili keterampilan berpikir kritis tinggi.

    Persentase ini sudah memenuhi klasifikasi yang ingin dicapai sebesar 100% dari

    seluruh siswa berada pada memiliki keterampilan berpikir kritis yang berada

    pada klasifikasi tinggi.

    Berdasarkan kegiatan yang dilaksanakan pada siklus 3 terjadinya

    peningkatan perkembangan keterampilan berpikir kritis siswa dalam

    pembelajaran IPS, berdasarkan data observasi mencapai 18 siswa (100%) masuk

    ke dalam klasifikasi berpikir kritis tingkat tinggi pada setiap tahap, hal ini berarti

    indikator kinerja sudah tercapai dan tidak perlu diadakan siklus selanjutnya.

  • 70

    Berdasarkan hasil dari hasil pemgamatan pada siklus 3 maka secara

    keseluruhan hasil refleksi antara lain :

    A. Kekuatan

    1. Pelaksanaan RPP sudah runtut sesuai dengan yang direncanakan

    2. Ruang, alat, dan media pembelajaran serta kesiapan siswa sudah

    disiapkan dengan baik

    3. Selalu ada apersepsi yang dapat memotivasi siswa, dan tujuan

    pembelajaran tersampaikan dengan baik dan jelas pada setiap pertemuan

    4. Penguasaan materi sudah maksimal dan dikaitkan dengan realitas

    kehidupan, strategi pembelajaran juga sudah baik, tujuan sesuai dengan

    kompetensi yang akan dicapai, dapat menguasai kelas, dapat

    menghasilkan pesan menarik, dan siswa selalu dilibatkan dalam

    pembelajaran

    5. Rasa ingin tahu siswa berkembang dengan baik yaitu siswa

    mendengarkan penjelasan guru dengan mencatat hal-hal yang penting

    atas kesadaran siswa sendiri

    6. Sebagian banyak siswa sudah berani untuk mengajukan pertanyaan

    berbobot maupun pendapatnya dan tidak malu-malu saat mengemukakan

    baik kepada guru maupun temannya lainnya yang sedang presentasi

    7. Siswa mampu mengembangkan keterampilan yang dimiliki secara

    maksimal yang dapat dilihat dari karya-karyanya berupa gambar yang

    bagus dan bermakna

    8. Siswa sangat aktif berkomunikasi dan bekerja sama dengan siswa lainnya

    9. Siswa dapat menyimpulkan gagasan beberapa pendapat menjadi sebuah

    kesimpulanyang tepat

    10. Alokasi yang direncanakan sudah sesuai dengan yang dilaksanakan

    B. Rekomendasi

    1. Strategi pembelajaran sudah baik untuk membuat siswa terlibat aktif dan

    mengembangkan keterampilan berpikir kritis dalam pembelajaran dengan

  • 71

    kegiatan teman diskusinya yang menuntut kerja sama siswa meskipun

    masih ada siswa yang perlu diperhatikan lebih khusus.

    2. Penghargaan untuk siswa yang berani menjawab dan menyampaikan

    pendapat perlu ditingkatkan.

    4.5 Hasil Penelitian

    Berdasarkan hasil tindakan yang telah dilakukan dapat diketahui telah

    terjadi peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa melalui model

    pembelajaran TPS pada mata pelajaran IPS dengan kompetensi mengenal

    permasalahan sosial di daerah bagi siswa kelas 4 SD Negeri Ujung-Ujung 02

    kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang pada semester 2 tahun ajaran

    2012/2013. Hasil dari observasi kemudian dikelompokkan menurut hasil skor

    masing masing tahap dari pembelajaran. Keterampilan berpikir kritis dibagi

    menjadi 3 klasifikasi yaitu klasifikasi berpikir kritis tinggi dengan menggunakan

    skor 75-100, klasifikasi sedang dengan skor 50-74 dan klasifikasi berpikir kritis

    rendah dengan perolehan skor dibawah 50. Selain melihat dari keterampilan

    berpikir kritis, penelitian ini juga menilai karakter siswa, sehingga dalam

    berpikir kritis kritis siswa juga berkarakter. Dalam penelitian karakter yang

    digunakan adalah kerjasama dan tanggung jawab. Penilaian karakter juga dibagi

    menjadi 3 klasifikasi yaitu baik dengan skor 75-100, klasifikasi cukup dengan

    skor 50-74 dan klasifikasi kurang dengan perolehan skor dibawah 50.

    Perbandingan klaisifikasi tindakan yang telah dilakukan tersebut dapat dilihat

    pada tabel 4.22 berikut:

  • 72

    Tabel 4.22Perbandingan Klasifikasi Keterampilan Berpikir Kritis Tiap Tahap

    Pada Pembelajaran IPS Siklus1, Siklus 2, Siklus 3

    No. Keterampilanberpikir kritis

    Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3

    Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Tinggi

    1. Identifikasi 6 9 3 15 3 18

    2. Perumusan Masalah 8 6 4 12 6 18

    3. Pengumpulan Data 2 12 4 10 8 18

    4. Analisis Data 4 10 4 14 4 18

    5. Menemukan caramenangani masalah 6 10 2 10 8 18

    6. PengambilanKeputusan 4 8 6 12 6 18

    7. Evaluasi caramenangani masalah 6 8 4 14 4 18

    8. Presentasi 4 8 6 12 6 18

    Sumber : data primer

    Dari tabel di atas terlihat adanya peningkatan keterampilan berpikir

    kritis siswa pada setiap tahap pada pembelajaran IPS. Pada siklus 1 pada tahap

    identifikasi dari siklus 1 klasifikasi siswa masih ada yang berada pada 3

    klasifikasi. Pada siklus 2 siswa hanya ada pada klasifikasi tinggi dan rendah.

    Pada siklus 3 semua siswa sudah berada pada klasifikasi tinggi. Untuk melihat

    perbandingan peningkatan dari masing-masing siklus dapat pada tabel distribusi

    klasifikasi keterampilan berpikir kritis tinggi. Indikator kinerja pada penelitian

    ini semua siswa berada diklasifikasi tinggi pada keterampilan berpikir kritis.

    Perbandingan klaisifikasi tinggi pada keterampilan berpikir kritis yang telah

    dilakukan tersebut dapat dilihat pada tabel 4.23 berikut:

  • 73

    Tabel 4.23Perbandingan Keterampilan Berpikir Kritis Klasifikasi tinggi Tiap Tahap

    Pada Pembelajaran IPS Siklus1, Siklus 2, Siklus 3

    No Indikator keterampilanberpikir kritis siklus 1 siklus 2 siklus 3

    1. Identifikasi 6 15 182. perumusan masalah 8 12 183. pengumpulan data 4 10 184. analisis data 4 14 185. pemecahan masalah 6 10 186. pengambilan keputusan 4 12 187. Evaluasi 6 14 188. Presentasi 4 16 18

    Sumber: Data primer

    Berdasarkan tabel 4.23 dapat terlihat perbandingan keterampilan

    berpikir kritis klasifikasi tinggi tiap siklus dan tiap tahap pembelajaran Pada

    tahap mengidentifikasi pada siklus 1 terdapat 6 siswa, siklus 2 terdapat 15 siswa

    dan di siklus 3 terdapat 18 siswa (100%). Pada tahap perumusan masalah pada

    siklus 1 terdapat 8 siswa, siklus 2 terdapat 12 siswa dan di siklus 3 terdapat 18

    siswa (100%). Pada tahap pengumpulan data pada siklus 1 terdapat 8 siswa,

    siklus 2 terdapat 12 siswa dan di siklus 3 terdapat 18 siswa (100%). Pada tahap

    analisis data pada siklus 1 terdapat 4 siswa, siklus 2 terdapat 14 siswa dan di

    siklus 3 terdapat 18 siswa (100%). Pada Tahap Menemukan Cara Menangani

    Masalah pada siklus 1 terdapat 6 siswa, siklus 2 terdapat 10 siswa dan di siklus 3

    terdapat 18 siswa (100%). Pada tahap pengambilan keputusan pada siklus 4

    terdapat 8 siswa, siklus 2 terdapat 14 siswa dan di siklus 3 terdapat 18 siswa

    (100%). Pada tahap evaluasi pada siklus 1 terdapat 6 siswa, siklus 2 terdapat 14

    siswa dan di siklus 3 terdapat 18 siswa (100%). Pada tahap presentasi pada

    siklus 1 terdapat 4 siswa, siklus 2 terdapat 16 siswa dan di siklus 3 terdapat 18

    siswa (100%). Perbandingan klaisifikasi tinggi pada keterampilan berpikir kritis

    yang telah dilakukan tersebut dapat dilihat pada gambar 4.6 berikut:

  • 74

    Gambar 4.5Diagram Batang Perbandingan Keterampilan Berpikir Kritis Klasifikasi

    tinggi Pembelajaran IPS Siswa Kelas 4 Tiap Siklus

    Sumber : data sekunder

    Berdasarkan gambar 4.6 dapat diketahui bahwa melalui model

    pembelajaran TPS terjadi peningkatan keterampilan berpikir kritis dari siklus I

    siswa tidak masih berada dalam klasifikasi berpikir kritis tingkat rendah sampai

    akhirnya siswa dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis disetiap

    pertemuan pembelajaran dengan kenaikan pada siklus 2 dan 3 sesuai dengan

    indikator kinerja yang diinginkan.

    Kegiatan pembelajaran selain mengobservasi keterampilan berpikir

    kritis, kegiatan observasi karakter siswa juga dilihat. Pada penelitian ini karakter

    yang diamati adalah karakter kerjasama dan tanggung jawab. Perbandingan pada

    masing-masing karakter dapat dilihat di tabel 4.24 berikut:

    Tabel 4.24Perbandingan Karakter Siswa Tiap Siklus

    No. Karaktersiklus 1 siklus 2 siklus 3

    baik cukup kurang baik cukup baik1. Kerjasama 4 10 4 12 6 182. Tanggung

    jawab 6 9 3 15 3 18

    Sumber: data primer

  • 75

    Berdasarkan tabel 4.24 dapat terlihat perbandingan klasifikasi karakter

    kerjasama dan tanggung jawab tiap siklus. Karakter kerjasama pada siklus 1

    berklasifikasi baik terdapat 4 siswa, cukup 10 siswa dan kurang 4 siswa.Karakter

    tanggung jawab pada siklus 1 klasifikasi baik terdapat 6 siswa, cukup 9 siswa

    dan kurang terdapat 3 siswa. Pada siklus 2 karakter kerjasama dan tanggung

    jawab siswa sudah tida ada yang masuk klasifikasi kurang. Siklus 2 karakter

    kerjasama klasifikasi baik 12 dan klasifikasi cukup 6 siswa. Karakter tanggung

    jawab klasifikasi baik terdapat 15 siswa dan cukup 3 siswa. Pada siklus 3

    klasifikasi karakter kerjasama dan tanggung jawab semua siswa masuk ke

    klasifikasi baik. Perbandingan klaisifikasi tinggi pada keterampilan berpikir

    kritis yang telah dilakukan tersebut dapat dilihat pada gambar 4.6 berikut:

    Gambar 4.6Diagram Batang Perbandingan Karakter Siswa Kelas 4

    Siklus1, Siklus 2, Siklus 3

    Sumber: data sekunder

    Dalam menggunakan model pembelajaran TPS siswa mulai aktif dalam

    pembelajaran tidak hanya diam dan mendengarkan, siswa bekerja sama dengan

    siswa lainnya, berani mengemukakan pendapat maupun pertanyaan berdasarkan

    bukti yang sudah diperoleh, serta mengembangkan keterampilannya untuk

    menghasilkan sebuah kesimpulan, Siswa dapat memecahkan masalah dan

    mengambil suatu keputusan yang sesuai dengan bukti. Peningkatan keterampilan

  • 76

    berpikir kritis tersebut berdampak pada peningkatan cara berpikir kritis. Selain

    meningkatkan keterampilan berpikir siswa, juga meningkatkan karakter siswa

    yang bekerjasama dan bertanggung jawab pada mata pelajaran IPS dengan

    kompetensi dasar mengenal masalah sosial di daerah setempat siswa kelas 4 SD

    Negeri Ujung-Ujung 02 pada semester 2 tahun pelajaran 2012/2013.

    4.6 Pembahasan Hasil Penelitian

    4.6.1 Pembahasan Siklus I

    Fokus perbaikan pada penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar

    siswa melalui model pembelajaran TPS. Dengan mengemukakan bahwa m ini

    merupakan strategi yang menarik untuk digunakan jika materi yang akan

    dipelajari dapat dibagi menjadi beberapa bagian dan materi tersebut tidak

    mengharuskan urutan penyampaian. Kelebihan strategi ini adalah dapat

    melibatkan seluruh siswa dalam belajar dan sekaligus mengajarkan kepada orang

    lain.

    Berdasarkan hasil penelitian, kegiatan pembelajaran di kelas 4 SD Negeri

    Ujung-Ujung02 kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang terlihat bahwa ada

    peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa. Setelah diadakan pembelajaran

    dengan model pembelajaran TPS, kemudian dilakukan penilaian melalui

    pengamatan ketika pembelajaran sedang berlangsung. Data yang didapat

    kemudian didiskusikan bersama guru kelas dan observer.

    Dari hasil observasi menunjukkan bahwa pada tahap mengidentifikasi 6

    siswa (33,3%) berada pada klasifikasi keterampilan berpikir kritis tinggi, 9 siswa

    (50%) berada pada klasifikasi sedang dan siswa yang berada pada klasifikasi

    rendah sebanyak 3 siswa (16,7%). Pada tahap merumuskan masalah 8 siswa

    (72,2%) berada pada klasifikasi keterampilan berpikir kritis tinggi, 6 siswa

    (33,3%) berada pada klasifikasi sedang dan pada klasifikasi rendah sebanyak 4

    siswa (22,2%). Pada tahap mengumpulkan data sebanyak 4 siswa (22,2%)

    berada pada klasifikasi keterampilan berpikir kritis tinggi, 8 siswa (44,4%)

    berada pada klasifikasi sedang dan pada klasifikasi rendah sebanyak 6 siswa

    (33,3%). Pada tahap menganalisis data 4 siswa (22,2%) berada pada klasifikasi

  • 77

    keterampilan berpikir kritis tinggi, 10 siswa (55,6%) berada pada klasifikasi

    sedang dan pada klasifikasi rendah sebanyak 4 siswa (22,2%). Pada tahap

    memecahkan masalah 6 siswa (33,3%) berada pada klasifikasi keterampilan

    berpikir kritis tinggi, 10 siswa (55,6%) berada pada klasifikasi sedang dan pada

    klasifikasi rendah sebanyak 2 siswa (11,1%). Pada tahap pengambilan keputusan

    4 siswa (22,2%) berada pada klasifikasi keterampilan berpikir kritis tinggi, 8

    siswa (44,4%) berada pada klasifikasi sedang dan pada klasifikasi rendah

    sebanyak 6 siswa (33,3%). Pada tahap mengevaluasi 6 siswa (33,3%) berada

    pada klasifikasi keterampilan berpikir kritis tinggi, 8 siswa (44,4%) berada pada

    klasifikasi sedang dan pada klasifikasi rendah sebanyak 4 siswa (22,2%). Pada

    tahap mempresetasikan 12 siswa (66,7%) berada pada klasifikasi keterampilan

    berpikir kritis tinggi, 4 siswa (22.3%) berada pada klasifikasi sedang dan pada

    klasifikasi rendah sebanyak 2 siswa (11,1%). didapatkan bahwa 6 siswa (33%)

    diklasifikasikan berpikir kritis tingkat rendah, 8 siswa (44%) diklasifikasikan

    berpikir kritis tingkat sedang dan 4 siswa (22%) diklasifikasikan masuk kedalam

    berpikir kritis tingat tinggi.

    Selain melihat keterampilan berpikir kritis, hasil observasi karakter siswa

    yang masuk dalam klasifikasi berkarakter kerja sama berada dalam klasifikasi

    baik sebanyak 4 siswa (22,2%), klasifikasi cukup sebanyak 10 siswa (55,6%),

    dan yang berada pada klasifikasi kurang sebanyak 4 siswa (22,2%). Pada

    karakter tanggung jawab siswa yang berada pada klasifikasi baik sebanyak 6

    siswa (33.3), siswa yang berada di klasifikasi cukup hanya sebanyak 9 siswa

    (50%) dan yang berada pada klasifikasi kurang sebanyak 3 siswa (16,7%).

    Hasil tersebut belum memenuhi klasifikasi yang ingin dicapai sebesar

    100% dari seluruh siswa diklasifikasikan sangat berpikir kritis tingkat sedang,

    sehingga perlu dilaksanakan tindakan siklus 2

    Perolehan hasil pada siklus I ini masih belum optimal, beberapa

    kekurangan dalam penelitian tindakan siklus I ini antara lain Dalam awal

    pembelajaran kesiapan siswa juga harus diperhatikan terutama dalam pengaturan

    tempat duduk siswa. Harus memperhatikan waktu yang sudah dialokasikan agar

    implementasi model pembelajaran TPS dapat maksimal, guru belum sepenuhnya

  • 78

    sebagai fasilitator yang baik dan kurang melibatkan siswa dalam membuat

    kesimpulan di akhir pembelajaran. Siswa belum berani menyampaikan

    pertanyaan yang berbobot baik kepada guru maupun teman lainnya yang sedang

    presentasi. Semua siswa harus beraktifitas positif dalam pembelajaran sehingga

    siswa memperoleh manfaat pembelajaran melalui model pembelajaran TPS ini.

    4.6.2 Pembahasan Siklus 2

    Perbaikan pada siklus dari kegiatan refleksi teridentifikasi bahwa dalam

    dalam awal pembelajaran kesiapan siswa juga harus diperhatikan terutama

    dalam pengaturan tempat duduk siswa. Mengawasi siswa dalam mencari data

    agar tidak bermain-main.Harus memperhatikan waktu yang sudah dialokasikan

    agar implementasi model pembelajaran TPS dapat maksimal, kegiatan diskusi

    kelas harus mengaktifkan semua siswa.Guru belum sepenuhnya sebagai

    fasilitator yang baik dan kurang melibatkan siswa dalam membuat kesimpulan di

    akhir pembelajaran. Siswa belum berani menyampaikan pertanyaan yang

    berbobot baik kepada guru maupun teman lainnya yang sedang presentasi.

    Selanjutnya pada siklus 2 penelitian perbaikan keterampilan berpikir

    kritis siswa difokuskan pada kekurangan di siklus 1 Selama proses

    pembelajaran, siswa tampak lebih beraktifitas positif. Hasil instrumen penilaian

    pada siklus 2 menunjukkan bahwa pada tahap mengidentifikasi 15 siswa

    (83,3%) berada pada klasifikasi keterampilan berpikir kritis tinggi, 3 siswa

    (16,7%) berada pada klasifikasi sedang dan tidak ada yang masuk pada

    klasifikasi rendah. Pada tahap merumuskan masalah 12 siswa (66,7%) berada

    pada klasifikasi keterampilan berpikir kritis tinggi, 6 siswa (33,3%) berada pada

    klasifikasi sedang dan tidak ada yang masuk pada klasifikasi rendah. Pada tahap

    mengumpulkan data sebanyak 10 siswa (55,6%) berada pada klasifikasi

    keterampilan berpikir kritis tinggi, 8 siswa (44,4%) berada pada klasifikasi

    sedang dan tidak ada yang masuk pada klasifikasi rendah. Pada tahap

    menganalisis data 14 siswa (77,8%) berada pada klasifikasi keterampilan

    berpikir kritis tinggi, 4 siswa (22,2%) berada pada klasifikasi sedang dan tidak

    ada yang masuk pada klasifikasi rendah. Pada tahap memecahkan masalah 10

  • 79

    siswa (55,6%) berada pada klasifikasi keterampilan berpikir kritis tinggi, 8 siswa

    (44,4%) berada pada klasifikasi sedang dan tidak ada yang masuk pada

    klasifikasi rendah. Pada tahap pengambilan keputusan 12 siswa (66,7%) berada

    pada klasifikasi keterampilan berpikir kritis tinggi, 6 siswa (33,3%) berada pada

    klasifikasi sedang dan tidak ada yang masuk pada klasifikasi rendah. Pada tahap

    mengevaluasi 14 siswa (77,8%) berada pada klasifikasi keterampilan berpikir

    kritis tinggi, 4 siswa (22,2%) berada pada klasifikasi sedang dan tidak ada yang

    masuk pada klasifikasi rendah. Pada tahap mempresetasikan 12 siswa (66,7%)

    berada pada klasifikasi keterampilan berpikir kritis tinggi, 6 siswa (33,3%)

    berada pada klasifikasi sedang dan tidak ada yang masuk pada klasifikasi

    rendah.

    Selain melihat keterampilan berpikir kritis, hasil observasi karakter siswa

    Siswa yang berada dalam klasifikasi berkarakter kerja sama berada dalam

    klasifikasi baik sebanyak 12 siswa (66,7%), klasifikasi cukup sebanyak 6 siswa

    (33,3%), dan sudah tidak ada lagi yang berada pada klasifikasi kurang. Pada

    karakter tanggung jawab siswa yang berada pada klasifikasi baik sebanyak 15

    siswa (83.3), siswa yang berada di klasifikasi cukup hanya sebanyak 3 siswa dan

    sudah atidak terlihat siswa yang berada pada klasifikasi kurang.

    Sampai pada perbaikan siklus 2, sudah tidak ditemukan siswa yang siswa

    bermain sesukanya sendiri dan sering mengganggu siswa lain yang sedang

    mengerjakan tugas. Dari kondisi guru sudah bekerja keras menegur perilaku

    siswa namun setelah guru berkeliling, siswa ini tidak membuat kegaduhan lagi.

    4.6.3 Pembahasan Siklus 3

    Perbaikan keterampilan berpikir kritis siswa pada siklus 3 menunjukkan

    hasil penilaian keterampilan berpikir kritis, baik peran guru dan persentase

    pembelajaran. Namun demikian keterampilan berpikir kritis siswa belum

    maksimal. Dari kegiatan refleksi teridentifikasi bahwa dalam awal pembelajaran

    kesiapan siswa masih harus diperhatikan Masih ada siswa yang membuat gaduh

    dan perlu diperhatikan

  • 80

    Selanjutnya pada siklus 3 penelitian perbaikan keterampilan berpikir

    kritis siswa difokuskan pada kekurangan di siklus 2. Selama proses

    pembelajaran, siswa tampak lebih beraktifitas positif. Hasil instrumen penilaian

    pada siklus 3 diketahui bahwa seluruh tahap dari mengidentifikasi, merumuskan

    masalah, mengumpulkan data, menganalisis, memecahkan masalah, mengambil

    keputusan, mengevaluasi dan mempresentasikan diklasifikasikan berpikir kritis

    tingkat tinggi. Penilaian karakter juga terlihat terjadi peningkatan semua siswa

    masuk dalam klasifikasi berkarakter baik. dari hasil penilaian siklus 3. Semua

    siswa (100%) pada siklus 3 mencapai target indikator kinerja yang sudah

    ditentukan.

    4.6.4 Pembahasan Perbandingan Siklus 1, Siklus 2, dan Siklus 3

    Pada siklus 1 kondisi pembelajaran siswa masih seperti kondisi pra

    siklus, siswa pasif dalam pembelajaran. Dapat dilihat siswa siswa masih ada

    yang berada pada klasifikasi rendah. Pada siklus 2 sudah tidak ada lagi siswa

    yang berada pada klasifikasi rendah ,tetapi masih ada yang berada di klasifikasi

    sedang. Pada siklus 3 akhirnya semua siswa (100%) sudah berada pada

    klasifikasi tinggi pada masing-masing tahap pembelajaran. Berikut pembahasan

    peningkatan keterampilan berpikir kritis pada klasifikasi tinggi.

    Pada tahap mengidentifikasi siswa yang berada pada klasifikasi tinggi

    pada siklus 1 sebanyak 6 siswa (33,3%), pada siklus 2 meningkat sebesar 50%

    menjadi 15 siswa (83,3%) dan pada siklus 3 meningkat lagi sebesar 16,7%

    menjadi 18 siswa (100%) berada pada klasifikasi tinggi. Pada tahap merumuskan

    masalah siswa yang berada pada klasifikasi tinggi pada siklus 1 sebanyak 8

    siswa (44,4%), pada siklus 2 meningkat sebesar 22,2% menjadi 12 siswa

    (66,7%) dan pada siklus 3 meningkat sebesar 33,3% menjadi 18 siswa (100%)

    berada pada klasifikasi tinggi. Pada tahap mengumpulkan data siswa yang

    berada pada klasifikasi tinggi pada siklus 1 sebanyak 4 siswa (22,2%), pada

    siklus 2 meningkat sebesar 33,3% menjadi 10 siswa (55,6%) dan pada siklus 3

    meningkat sebesar 44,4% menjadi 18 siswa (100%) berada pada klasifikasi

    tinggi. Pada tahap menganalisis data siswa yang berada pada klasifikasi tinggi

  • 81

    pada siklus 1 sebanyak 4 siswa (22,2%), pada siklus 2 meningkat sebesar 55,5%

    menjadi 14 siswa (77,8%) dan pada siklus 3 meningkat sebesar 22,2% menjadi

    18 siswa (100%) berada pada klasifikasi tinggi. Pada Tahap Menemukan Cara

    Menangani Masalah siswa yang berada pada klasifikasi tinggi pada siklus 1

    sebanyak 6 siswa (33,3%), pada siklus 2 meningkat sebesar 22,2% menjadi 10

    siswa (55,6%) dan pada siklus 3 meningkat sebesar 44,4% menjadi 18 siswa

    (100%) berada pada klasifikasi tinggi. Pada tahap mengambil keputusan siswa

    yang berada pada klasifikasi tinggi pada siklus 1 sebanyak 4 siswa (22,2%),

    pada siklus 2 meningkat sebesar 44,4% menjadi 12 siswa (66,6%) dan pada

    siklus 3 meningkat sebesar 33,3% menjadi 18 siswa (100%) berada pada

    klasifikasi tinggi. Pada tahap evaluasi siswa yang berada pada klasifikasi tinggi

    pada siklus 1 sebanyak 6 siswa (33,3%), pada siklus 2 meningkat sebesar 44,4%

    menjadi 14 siswa (77,8%) dan pada siklus 3 meningkat sebesar 22,2% menjadi

    18 siswa (100%) berada pada klasifikasi tinggi. Pada tahap presentasi siswa

    yang berada pada klasifikasi tinggi pada siklus 1 sebanyak 4 siswa (22,2%),

    pada siklus 2 meningkat sebesar 66,7% menjadi 16 siswa (88,9%) dan pada

    siklus 3 meningkat sebesar 11,1% menjadi 18 siswa (100%) berada pada

    klasifikasi tinggi. Frekuensi siswa pada karakter kerjasama pada siklus 1

    berklasifikasi baik terdapat 4 siswa (22,2%), meningkat sebesar 44,4% menjadi

    12 siswa (66,7%) dan pada siklus 3 meningkat sebesar 33,3% menjadi 18 siswa

    (100%). Jumlah siswa pada karakter tanggung jawab pada siklus 1 berklasifikasi

    baik terdapat 6 siswa (33,3%), meningkat sebesar 50% menjadi 15 siswa

    (83,3%) dan pada siklus 3 meningkat sebesar 16,7% menjadi 18 siswa (100%).

    Hipotesis tindakan dalam penelitian ini terbukti bahwa model

    pembelajaran think pair share (TPS) yang dilaksanakan di kelas 4 SD Negeri

    Ujung-Ujung 02 Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang meningkatkan

    keterampilan berpikir kritis siswa.

    Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitria Ratnasari

    pada tahun 2010 yang berjudul “Penerapan Pembelajaran Dengan Pola

    Pemberdayaan Berpikir Melalui Pertanyaan (PBMP) Dengan Metode

    Kooperatif Model Think Pair Share (TPS) Untuk Meningkatkan Keterampilan

  • 82

    Berpikir Kritis Dan Hasil Belajar Biologi Siswa SMA Negeri 2 Blitar”, dan

    penelitian yang dilakukan oleh Nilasari Firda Kurnia pada tahun 2010 yang

    berjudul “Implementasi Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share (TPS) Untuk

    Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada MataDiklat Siklus

    Akuntansi Kelas X AK SMK PGRI 6 Malang”. Kedua penelitian itu mempunyai

    hasil bahwa model pembelajaran TPS dapat meningkatkan keterampilan berpikir

    kritis.

    Model pembelajaran TPS dapat meningkatkan keterampilan berpikir

    krtis karena pada saat terjadi pembelajaran siswa banyak memiliki waktu untuk

    berpikir mengenai mengidentifikasi, menrumuskan masalah, mengumpulkan

    data, menganalisis, memecahkan masalah, mengambil keputusan, mengevaluasi

    dan menpresentasikan. Semua tahap tersebut dilakukan siswa samabil berpikir

    mandiri dan berdiskusi bertukar pendapat dengan pasangan, hal ini membuat

    komunikasi antar siswa semakin baik. Dalam kelompok siswa hanya berdua ,hal

    ini membuat siswa yang tadinya kurang aktif menjadi aktif. Setelah siswa dapat

    berpikir berpasangan, siswa mempresentasikan hasil pikiran mereka ke semua

    siswa, sehingga mereka bisan salaing bertukar pikiran saling mengkritik dan

    menaggapi satu sama lain, hal ini membuat pembelajaran berpusat pada siswa

    dan pembelajaran dikelas terasa lebih baik.