Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
39
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Pra Siklus (Kondisi Awal)
Sebelum pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini, di SD Negeri Ujung-
Ujung 02 kecamatan Pabelan kabupaten Semarang khususnya di kelas 4 pada
mata pelajaran IPS guru lebih sering menggunakan metode ceramah, tanya
jawab dan pemberian tugas. Perencanaan pembelajaran seperti pembuatan RPP
ternyata tidak dilakukan oleh guru. Dalam kenyataanya guru hanya
menggunakan RPP yang berasal dari pusat dan merupakan RPP tahun lalu yang
hanya disimpan dalam almari. Kebiasaan guru ini akan berakibat pada pelaksaan
pembelajaran di dalam kelas tidak menggunakan strategi pembelajaran yang
sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai dan potensi yang dimiliki siswa.
Pembelajaran dikelas menjadi didominasi pembicaraan oleh guru yang berakibat
pembelajaran berlangsung menjadi 1 arah dan membuat siswa menjadi tidak
aktif. Padahal tujuan dari pembelajaran IPS menuntut agar siswa dapat berpikir
tingkat tinggi dan dapat memecahkan masalah yang ada dalam kehidupan
Berdasarkan hasil wawancara guru juga tidak membuat lembar observasi karena
memang pembelajaran yang dilakukan tidak untuk diobservasi. Perencanaan lain
dalam pembelajaran guru tidak menggunakan media pembelajaran dan sumber
belajar hanya menggunakan buku paket IPS yang dimiliki oleh setiap siswa.
Perangkat pembelajaran IPS seharusnya guru bisa menggunakan masyarakat dan
lingkungan sebagai media dan sumber belajar.
Implementasi Guru dalam pembelajaran tidak sesuai dengan RPP, karena
guru hanya berceramah menjelakan materi pembelajaran kemudian bertanya
jawab dengan siswa dan diakhiri dengan pemberian tugas Padahal didalam RPP
ditulis pembelajaran kelompok tetapi dalam implementasinya pembelajaran
hanya didominasi oleh guru. Seharusnya pembelajaran yang dilakukan di dalam
kelas perlu dikembangan. Salah satu pengembangan yang dilakukan adalah
dengan mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Keterampilan
berpikir tingkat tinggi salah satunya adalah berpikir kritis yang menuntut siswa
40
dapat mengidentifikasi masalah, merumuskan masalah, mengumpulkan data,
menganalisis, memecahkan masalah, mengambil keputusan, mengevaluasi dan
dan bagaimana seorang siswa mempresentasikan sesuatu. Ketika guru
menjelaskan materi dari 18 siswa yang mendengarkan penjelasan guru hanya
ada 4 siswa (22%) yang berani bertanya tentang materi yang disampaikan,
sedangkan siswa yang lain cenderung jenuh tidak mendengarkan penjelasan
guru. Dengan kondisi ini guru harus bisa mencari solusi dengan menggunakan
model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dan juga meningkatakan
keterampilan berpikir kritis siswa. Seharusnya guru hanya menjadi fasilitator
siswa agar siswa membangun pengetahuannya sendiri sesuai pengalaman yang
siswa dapatkan dengan melakukan pembelajaran yang mengajak siswa untut
berpikir bukan mengajak siswa belajar untuk mendengarkan ceramah dari guru.
Pada akhir pembelajaran IPS siswa diberi soal evaluasi oleh guru untuk
dikerjakan. Soal evaluasi yang diberikan oleh guru diambil dari buku paket.
Selesai mengerjakan soal latihan siswa, diminta untuk menukarkan hasil kerja
siswa dengan teman sebangkunya. Secara bersama-sama hasil pekerjaan siswa
dikoreksi. Padahal guru dalam pembelajaran dituntut untut dapat membuat soal
evaluasi sendiri dengan memperhatikan materi pembelajaran dan karakteristik
siswa sehingga evaluasi pembelajaran yang dilakukan dapat mencapai KKM.
Dalam kegiatan penutup guru tidak melakukan refleksi pembelajaran. Padahal
refleksi pembelajaran sangat penting bagi siswa.
Dilihat dari hasil evaluasi di kelas 4, dengan Klasifikasi Ketuntasan
Minimal (KKM) adalah ≥70. Dari 18 siswa terdapat 8 siswa yang memenuhi
KKM (44,4%). Sementara itu 10 siswa yang mendapat nilai dibawah KKM
(55,6%), Rata-rata nilai kelas adalah 69 dengan skor maksimal 82 dan skor
minimal 56. Selanjutnya peneliti dan guru kelas berkolaborasi mencari masalah
yang menyebabkan 55,6% siswa nilainya masih dibawah KKM. Berdasarkan
hasil diskusi, salah satu penyebab ketuntasan belajar siswa yang rendah ini
terjadi karena siswa kurang memiliki keterampilan berpikir kritis untuk
mengikuti pembelajaran IPS yang dilakukan oleh guru. Berikut tabel yang
menunjukkan kondisi ketuntasan hasil belajar IPS siswa pada Pra siklus:
41
Tabel 4.1Distribusi Ketuntasan Hasil Belajar IPS
Siswa pada Pra siklus
No. Standar Ketuntasan Jumlah Siswa PersentaseAngka Ketuntasan1.2.
< 70 70
Tidak tuntasTuntas
108
55,6%44,4%
Jumlah 18 100%Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel 4.1keterampilan berpikir kritis IPS pada pra siklus
tentang mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan
transportasi serta pengalaman menggunakannya menunjukkan ketuntasan siswa
dengan KKM > 70 hanya 8 siswa (44,4%) dan yang tidak tuntas mencapai KKM
sebanyak 10 siswa (55,6 Dari hasil tabel dapat digambarkan dengan diagram
lingkaran sebagai berikut:
Gambar Diagram Lingkaran 4.1 Distribusi KetuntasanHasil Belajar IPS pada Pra siklus
Sumber : Data sekunder
Berdasarkan data yang diperoleh, perlu upaya untuk menindak lanjutinya
melalui penelitian tindakan kelas. Dari hasil diskusi observer dan guru
memberikan kesimpulan untuk menerapkan strategi pembelajaran yang mampu
membuat siswa aktif dan memberdayakan siswa dalam pembelajaran IPS dengan
mengembangkan keterampilan siswa untuk berpikir kritis selain itu pendidikan
karakter seperti kerjasama dan tanggung jawab harus diajarkan agar siswa
menjadi siswa yang berpikir kritis dan berkarakter.
42
4.2 Deskripsi Pelaksanaan Siklus 1
Pelaksanaan siklus 1 dengan Kompetensi Dasar mengenal permasalahan
sosial di daerahnya Strategi pembelajaran yang akan digunakan dalam
penelitian tindakan kelas yaitu dengan menggunakan model pembelajaran TPS
yang akan dilaksanakan dalam tiga siklus (1 siklus 1 pertemuan) dengan rincian
sebagai berikut :
4.2.1 Perencanaan
Perencanaan dilaksanakan dengan mengidentifikasi kebutuhan siswa
serta masalah yang dihadapi guru dan siswa saat pembelajaran. Berdasarkan
informasi yang diperoleh pada tahap observasi, maka dilakukan diskusi dengan
guru kelas 4 mengenai materi pembelajaran yang akan disajikan serta alat
penunjang lain yang perlu digunakan. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini
adalah penyusunan perangkat pembelajaran, meliputi Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang dibuat mengenai KD 2.4 mengenal permasalahan
sosial di daerahnya, dengan indikator mengenal masalah sosial tentang
kemiskinan dilapisan sosial masyarakat, kemudian menentukan tujuan sesuai
indikator yang akan dicapai dengan menggunakan model pembelajaran TPS,
media yang digunakan dalam pembelajaran ini antara lain materi pembelajaran
tentang masalah sosial, buku paket IPS BSE kelas 4, Video tentang kejahatan,
lingkungan sekitar desa Ujung-Ujung, dan selain itu juga perangkat evaluasi
yang meliputi rubrik penilaian keterampilan berpikir kritis (disajikan dalam
lampiran 1), rubrik penilaian karakter (disajikan dalam lampiran 1) dan lembar
observasi pelaksanaan RPP (disajikan dalam lampiran 6).
4.2.2 Implementasi Tindakan dan Observasi
A. Pelaksanaan Tindakan
Tindakan ini dilaksanakan pada hari sabtu, 13 April 2013, beberapa
kegiatan sebagai berikut:
Dalam tahap ini Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah
disusun diterapkan dalam pembelajaran di kelas 4, yang terdiri dari 1 siklus
terdiri dari 1 pertemuan yang berlangsung dengan 3 x 35 menit. Secara bersama-
43
sama dilakukan observasi pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan RPP tentang
materi masalah kemiskinan dilapisan sosial masyarakat.
Kegiatan awal yang dilakukan oleh guru meliputi beberapa kegiatan
seperti yang telah didesain dalam RPP. Apersepsi mengawali pembelajaran pada
pertemuan siklus pertama berupa pertanyaan tentang pengemis apakah
merupakan orang miskin. Berdasarkan jawaban dari siswa guru menegaskan
tujuan pembelajaran yang akan diajarkan yaitu masalah kemiskinan yang terjadi
dilapisan sosial masyarakat. Guru menghubungkan materi dengan pengetahuan
lain yang relevan. Selanjutnya guru menjelaskan model pembelajaran yang akan
dilakukan, agar siswa tidak bingung ketika melakukan pembelajaran.
Kegiatan selanjutnya yaitu kegiatan inti pembelajaran. Siswa menyimak
video yang diputar mengenai kemiskinan dilapisan sosial masyarakat. Kemudian
guru menyuruh siswa mengidentifikasi masalah yang ada dalam video tersebut.
Guru bertanya jawab dengan siswa mengenai video tersebut kemudian
menyuruh siswa berpikir mandiri untuk mengidentifikasi 2 masalah kemiskinan.
Selanjutnya guru membagi kelompok sesuai absen untuk menyuruh siswa
merumuskan masalah kemiskinan berdasarkan video yang sudah ditayangkan
bersama pasangannya dan hasil identifikasi masalah. Pada pertemuan ini
pasangan kelompok mendengarkan penjelasan guru mengenai rumusan masalah
yang sudah dibuat.
Kegiatan berpasangan selanjutnya adalah mengumpulkan data di
lingkungan masyarakat sekitar desa Ujung-Ujung yang didahului dengan
mendengarkan penjelasan dari guru. Siswa mengumpulkan data mengenai
masalah kemiskinan dengan melakukan wawancara dengan menanyakan bentuk
rumah, pekerjaan, pendapatan dan jumlah anggota keluarga dalam 1 rumah.
Guru membagikan lembar kerja siswa yang diberikan oleh guru untuk
dikerjakan bersama pasangannya. Pada kegiatan ini siswa bersama teman
diskusinya merencanakan tugas masing-masing untuk mencari dan
mengumpulkan data tentang sub topik yang diberikan oleh guru. Setelah data
terkumpul siswa kembali ke kelas untuk menganalisis data yang sudah
diperoleh. Data tersebut kemudian dikelompokkan sesuai jenisnya dan
44
dihubungkan dengan masalah kemiskinan dilapisan kemiskinan dilapisan sosial
masyarakat yang paling banyak ditemui. Selanjutnya siswa mencari 3 cara
mengatasi masalah kemiskinan, mengambil keputusan mengenai cara mengatasi
kemiskinan dengan mengevaluasi cara-cara yang sudah ditemukan.
Ketika semua kegiatan tersebut sudah dilakukan, guru segera memimpin
diskusi kelas dengan menyuruh setiap pasangan mempresentasikan hasil diskusi
kelompok didepan kelas. Siswa lain boleh bertanya dan menanggapi hasil
presentasi kelompok., sedangkan siswa lain menyimak diskusi yang terjadi
dikelas. Jika ada jawaban siswa yang kurang tepat guru segera menambahi atau
menegahi jaalannya diskusi. Kegiatan selanjutnya guru bersama dengan siswa
menarik kesimpulan dari kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Guru
memberikan penguatan tentang cara menangani masalah kemiskinan dilapisan
sosial masyarakat. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
tentang hal-hal yang belum jelas, dari materi yang telah dipelajari. Guru
mengadakan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan.
B. Hasil Observasi
Pada saat pelaksanaan proses pembelajaran siklus 1 berlangsung
,dilaksanakan observasi dengan meminta bantuan observer (teman sejawat )
untuk mengamati jalannya pembelajaran dari awal sampai akhir dengan cara
mengisi lembar pengamatan yang telah disediakan Hasil observasi/pengamatan
terhadap implementasi RPP (lampiran 6) pada siklus I ini melalui lembar
pengamatan yang telah disediakan. Item pernyataan pada lembar pengamatan
implementasi RPP sejumlah 33 item terdiri dari; perencanaan pembelajaran,
strategi pembelajaran, manajemen kelas dan penilaian.Item Adapun hasil
pengamatan implementasi RPP sebagai berikut:
Hasil dari lembar pengamatan implementasi RPP (lampiran 6) yaitu pada
perencanaan pembelajaran tersedia RPP, Indikator pembelajaran mengarah pada
pengembangan berpikir tingkat tinggi, kegiatan belajar menggambarkan
pembelajaran aktif. pada strategi pembelajaran menyampaikan apersepsi dan
tujuan pembelajaran, membantu siswa membangun pemahaman sendiri dengan
dibantu oleh penayangan video tentang kemiskinan semakin membuat siswa
45
tertarik. Guru memberikan kesempatan siswa untuk mengungkapkan pendapat,
menghubungkan masalah kejahatan dengan apa yang terjadi di masyarakat.
Kegiatan wawancara ketika mengumpulkan data sangat jarang dilakukan oleh
siswa sehingga pembelajaran dilakukan sambil bermain dan dapat lebih
mengenal masyarakat sekitar masyarakat desa Ujung-Ujung. Pada manajemen
kelas tata tertib kelas ada dan diterapkan dengan baik, kelas ditata dengan baik
sehingga memudahkan mobilitas, interaksi, dan komunikasi dalam kelas, waktu
untuk setiap langkah kegiatan dikelola dengan baik.
Sedangkan yang menjadi kelemahan diantaranya penyampaian tujuan
pembelajaran terlalu cepat. Manajemen waktu ketika pengumpulan data belum
sempurna. Pertanyaan yang harus ditanyakan siswa terlalu banyak padahal target
mencari 20 responden. Beberapa pasangan kelompok malah bermain daripada
melakukan wawancara. Kesimpulan belum dilakukan bersama siswa, penataan
tempat duduk harus lebih rapi lagi, pengelolaan waktu belum sempurna,
penghargaan terhadap siswa masih kurang.
Dari kelemahan dalam pembelajaran pada siklus 1, maka pada pertemuan
selanjutnya perlu mengatasi berbagai kelemahan tersebut untuk memperbaiki
proses pembelajaran. Usaha tersebut diantaranya berdiskusi dengan observer dan
guru mengenai kelemahan-kelemahan selama pembelajaran, hasil diskusi
tersebut diantaranya adalah penyampaian tujuan pembelajaran jangan terlalu
cepat, pengelolaan waktu lebih ditingkatkan, soal untuk wawancara dikurangi,
memberi teguran kepada siswa yang bermain, berikan kesimpulan bersama-sama
siswa, penataan tempat duduk harus lebih rapi lagi, pengelolaan waktu perlu
ditingkatkan penghargaan terhadap siswa yang menjawab pertanyaan benar
maupun salah. Keaktifan siswa dalam kelompok perlu ditingkatkan.
Penghargaan kepada siswa perlu dilakukan, agar siswa semakin termotivasi.
4.2.3 Refleksi
Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran pada siklus I maka
selanjutnya diadakan refleksi dalam bentuk diskusi atas segala kegiatan dalam
proses pembelajaran. Langkah selanjutnya adalah diadakan diskusiyang
digunakan untuk merefleksi pembelajaran yang dilakukan bersama guru kelas,
46
dan observer. Dalam diskusi berisi tentang evaluasi bagaimana pembelajaran
IPS melalui model pembelajaran TPS bagi guru kelas, observer, dan siswa.
Berdasarkan kegiatan yang dilaksanakan pada siklus I kemudian diambil
data secara kualitatif melalui penilaian proses yang terdiri dari penilaian tiap
indikator keterampilan berpikir kritis dari seluruh kelas, dan penilaian karakater
yang meliputu karakter kerjasama dan karakter tangung jawab. Dalam
penguasaan keterampilan berpikir kritis dibagi menjadi 3 klasifikasi yaitu tinggi,
sedang dan rendah (menurut Nana Sudjana, 2012:77). Berikut ini tabel distribusi
skor Keterampilan berpikir Kritis siswa disetiap tahap pembelajaran IPS pada
siklus 1.
Tabel 4.2Distribusi Klasifikasi Keterampilan Berpikir Kritis
Tahap Mengidentifikasi Siklus 1
No. Rentang skor Klasifikasi Frekuensi Persentase1. 75-100 Tinggi 6 33,3%2. 50-74 Sedang 9 50%3. 25-49 Rendah 3 16,7%Jumlah 18 100%
Sumber: data primer
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa pada tahap mengidentifikasi siswa yang
masuk dalam keterampilan berpikir kritis klasifikasi tinggi sebanyak 6 siswa
(33,3%), siswa yang masuk dalam klasifikasi sedang sebanyak 9 siswa (50%)
dan siswa yang masuk dalam klasifikasi rendah ber[ikir kritis dalam tahap
mengidentifikasi sebanyak 3 siswa (16,7%).
Tabel 4.3Distribusi Klasifikasi Keterampilan Berpikir Kritis
Tahap Merumuskan Masalah Siklus 1
No. Rentang skor Klasifikasi Frekuensi Persentase1. 75-100 Tinggi 8 44,4%2. 50-74 Sedang 6 33,3%3. 25-49 Rendah 4 22,2%Jumlah 18 100%
Sumber: data primer
47
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa pada tahap merumuskan masalah siswa
yang masuk dalam keterampilan berpikir kritis klasifikasi tinggi sebanyak 8
siswa (44,4%), siswa yang masuk dalam klasifikasi sedang sebanyak 6 siswa
(33,3%) dan siswa yang masuk dalam klasifikasi rendah sebanyak 4 siswa
(22,2%).
Tabel 4.4Distribusi Klasifikasi Keterampilan Berpikir Kritis
Tahap Mengumpulkan Data Siklus 1
No. Rentang skor Klasifikasi Frekuensi Persentase1. 75-100 Tinggi 4 22,2%2. 50-74 Sedang 8 44,4%3. 25-49 Rendah 6 33,3%Jumlah 18 100%
Sumber: data primer
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa pada tahap mengumpulkan data siswa
yang masuk dalam keterampilan berpikir kritis klasifikasi tinggi sebanyak 4
siswa (22,2%), siswa yang masuk dalam klasifikasi sedang sebanyak 8 siswa
(44,4%) dan siswa yang masuk dalam klasifikasi rendah dalam mengumpulakan
data sebanyak 6 siswa (33,3%).
Tabel 4.5Distribusi Klasifikasi Keterampilan Berpikir Kritis
Tahap Menganalisis Data Siklus 1
No. Rentang skor Klasifikasi Frekuensi Persentase1. 75-100 Tinggi 4 22,2%2. 50-74 Sedang 10 55,6%3. 25-49 Rendah 4 22,2%Jumlah 18 100%Sumber: data primer
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa pada tahap menganalisis data siswa yang
masuk dalam keterampilan berpikir kritis klasifikasi tinggi sebanyak 4 siswa
(22,2%), siswa yang masuk dalam klasifikasi sedang sebanyak 10 siswa (55,6%)
dan siswa yang masuk dalam klasifikasi rendah dalam menganalisis sebanyak 4
siswa (22,2%).
48
Tabel 4.6Distribusi Klasifikasi Keterampilan Berpikir Kritis
Tahap Menemukan Cara Menangani Masalah Siklus 1
No. Rentang skor Klasifikasi Frekuensi Persentase1. 75-100 Tinggi 6 33,3%2. 50-74 Sedang 10 55,6%3. 25-49 Rendah 2 11,1%Jumlah 18 100%
Sumber: data primer
Tabel 4.6 menunjukkan bahwa pada tahap memecahkan masalah siswa
yang masuk dalam keterampilan berpikir kritis klasifikasi tinggi sebanyak 6
siswa (33,3%), siswa yang masuk dalam klasifikasi sedang sebanyak 10 siswa
(55,6%) dan siswa dalam klasifikasi rendah sebanyak 2 siswa (11,1%).
Tabel 4.7Distribusi Klasifikasi Keterampilan berpikir Kritis
Tahap Pengambilan Keputusan Siklus 1
No. Rentang skor Klasifikasi Frekuensi Persentase1. 75-100 Tinggi 4 22,2%2. 50-74 Sedang 8 44,4%3. 25-49 Rendah 6 33,3%Jumlah 18 100%Sumber: data primer
Tabel 4.7 menunjukkan bahwa pada tahap pengambilan keputusan
mengenai cara menangani masalah terdapat siswa yang berada dalam
keterampilan berpikir kritis klasifikasi tinggi sebanyak 4 siswa (22,2%), siswa
yang masuk dalam klasifikasi sedang sebanyak 8 siswa (44,4%) dan siswa yang
masuk dalam klasifikasi rendah sebanyak 6 siswa (33,3%).
Tabel 4.8Distribusi Klasifikasi Keterampilan Berpikir Kritis
Tahap Mengevaluasi Siklus 1
No. Rentang Skor Klasifikasi Frekuensi Persentase1. 75-100 Tinggi 6 33,3%2. 50-74 Sedang 8 44,4%3. 25-49 Rendah 4 22,2%Jumlah 18 100%Sumber: data primer
49
Tabel 4.8 menunjukkan bahwa pada tahap mengevaluasi pemecahan
masalah yang masuk dalam keterampilan berpikir kritis klasifikasi tinggi
sebanyak 6 siswa (33,3%), siswa yang masuk dalam klasifikasi sedang sebanyak
8 siswa (44,4%) dan siswa berklasifikasi rendah sebanyak 4 siswa (22,2%).
Tabel 4.9Distribusi Klasifikasi Keterampilan Berpikir Kritis
Tahap Presentasi Siklus 1
No. Rentang skor Klasifikasi Frekuensi Persentase1. 75-100 Tinggi 4 22,2%2. 50-74 Sedang 8 44,4%3. 25-49 Rendah 6 33,3%Jumlah 18 100%Sumber: data primer
Tabel 4.9 menunjukkan bahwa pada tahap mempresentasikan siswa yang
masuk dalam keterampilan berpikir kritis klasifikasi tinggi sebanyak 4 siswa
(22,2%), siswa yang masuk dalam klasifikasi sedang sebanyak 8 siswa (44,4%)
dan siswa yang masuk dalam klasifikasi berpikir Kritis tingkat rendah sebanyak
6 siswa (33,3%).
Tabel distribusi klasifikasi keterampilan berpikir kritis siswa tiap tahap
tersebut dapat digambarkan menggunakan diagram batang sebagai berikut:
Gambar Diagram Batang 4.2 Distribusi Keterampilan BerpikirKritis Tiap Indikator Pembelajaran IPS Siklus 1
Sumber: Data sekunder
50
Gambar 4.2 menunjukkan bahwa pada tahap mengidentifikasi 6 siswa
(33,3%) berada pada klasifikasi keterampilan berpikir kritis tinggi, 9 siswa
(50%) berada pada klasifikasi sedang dan siswa yang berada pada klasifikasi
rendah sebanyak 3 siswa (16,7%). Pada tahap merumuskan masalah 8 siswa
(72,2%) berada pada klasifikasi keterampilan berpikir kritis tinggi, 6 siswa
(33,3%) berada pada klasifikasi sedang dan pada klasifikasi rendah sebanyak 4
siswa (22,2%). Pada tahap mengumpulkan data sebanyak 4 siswa (22,2%)
berada pada klasifikasi keterampilan berpikir kritis tinggi, 8 siswa (44,4%)
berada pada klasifikasi sedang dan pada klasifikasi rendah sebanyak 6 siswa
(33,3%). Pada tahap menganalisis data 4 siswa (22,2%) berada pada klasifikasi
keterampilan berpikir kritis tinggi, 10 siswa (55,6%) berada pada klasifikasi
sedang dan pada klasifikasi rendah sebanyak 4 siswa (22,2%). Pada tahap
memecahkan masalah 6 siswa (33,3%) berada pada klasifikasi keterampilan
berpikir kritis tinggi, 10 siswa (55,6%) berada pada klasifikasi sedang dan pada
klasifikasi rendah sebanyak 2 siswa (11,1%). Pada tahap pengambilan keputusan
4 siswa (22,2%) berada pada klasifikasi keterampilan berpikir kritis tinggi, 8
siswa (44,4%) berada pada klasifikasi sedang dan pada klasifikasi rendah
sebanyak 6 siswa (33,3%). Pada tahap mengevaluasi 6 siswa (33,3%) berada
pada klasifikasi keterampilan berpikir kritis tinggi, 8 siswa (44,4%) berada pada
klasifikasi sedang dan pada klasifikasi rendah sebanyak 4 siswa (22,2%). Pada
tahap mempresetasikan 12 siswa (66,7%) berada pada klasifikasi keterampilan
berpikir kritis tinggi, 4 siswa (22,3%) berada pada klasifikasi sedang dan pada
klasifikasi rendah sebanyak 2 siswa (11,1%).
Berdasarkan hasil observasi siklus 1, selain kegiatan dari keterampilan
berpikir kritis, penelitian ini juga penilaian karakter yang menilai karakter
kerjasama dan tanggung jawab. Klasifikasi dari masing-masing pengamatan
penilaian karakter dibagai menjadi 3 klasifikasi yaitu baik, cukup dan kurang.
Berikut tabel penilaian karakter kerjasama siswa kelas 4 pada pada pembelajaran
IPS yang disajikan pada tabel 4.10 beikut:
51
Tabel 4.10Distribusi Klasifikasi Karakter Kerjasama Pada Pembelajaran IPS
Siswa Kelas 4 pada Siklus 1
No Klasifikasi Skor Frekuensi Persentase
1 Baik 75-100 4 33,3%2 Cukup 50-74 10 44,4%3 Kurang 25-49 4 22,2%
Jumlah 18 100%Data : Primer
Dari tabel 4.10 tersebut terlihat tingkat siswa yang dapat berkarakter
bekerjasama dalam 1 kelas. Karakter kerjasama siswa yang termasuk klasifikasi
baik sebanyak 6 siswa (33,3%), siswa yang masuk klasifikasi cukup sebanyak 8
siswa (44,4%), kemudian 4 siswa (22,2%) yang berada pada klasifikasi kurang.
Terlihat siswa yang dapat bekerjasama klasifikasi baik hanya 4 siswa (22,2%).
Tabel 4.11Distribusi Klasifikasi Karakter Tanggung jawab Pada Pembelajaran IPS
Siswa Kelas 4 pada Siklus 1
No Klasifikasi Skor Frekuensi Persentase
1 Baik 75-100 6 27,8%2 Cukup 50-74 9 50%3 Kurang 25-49 3 22,2%
Jumlah 18 100%Data : Primer
Dari tabel 4.11 tersebut terlihat tingkat siswa yang dapat berkarakter
dalam 1 kelas. Karakter siswa yang termasuk klasifikasi baik sebanyak 5 siswa
(27,8%), siswa yang masuk klasifikasi cukup sebanyak 9 siswa (50%), kemudian
siswa yang masuk klasifikasi kurang masih 4 orang (22,2%). Dari tabel di atas
dapat digambarkan menggunakan diagram Batang sebagai berikut :
52
Gambar 4.4Diagram Batang Klasifikasi Penilaian Karakter
Pembelajaran IPS Siswa Kelas 4 Siklus 1
Sumber: data sekunderDari gambar diagram Batang tersebut siswa yang masuk dalam
klasifikasi berkarakter kerja sama berada dalam klasifikasi baik sebanyak 4
siswa (22,2%), klasifikasi cukup sebanyak 10 siswa (55,6%), dan yang berada
pada klasifikasi kurang sebanyak 4 siswa (22,2%). Pada karakter tanggung
jawab siswa yang berada pada klasifikasi baik sebanyak 6 siswa (33,3%), siswa
yang berada di klasifikasi cukup hanya sebanyak 9 siswa (50%) dan yang berada
pada klasifikasi kurang sebanyak 3 siswa (16,7%).
Melihat hasil dari siklus 1 masih dirasa kurang karena belum mencapai
indikator kinerja yang dibutuhkan semua indikator keterampilan berpikir kritis
semua siswa (100%) masuk klasifikasi berpikir kritis tingkat tinggi dan penilaian
karakter masih belum mencapai klasifikasi baik semua, maka selanjutnya perlu
diadakan siklus ke 2.
Berdasarkan dari hasil pengamatan pada siklus I maka secara
keseluruhan hasil refleksi yang diperoleh pada proses pembelajaran siklus I
untuk ditingkatkan pada siklus 1 adalah sebagai berikut:
A. Kekuatan
1. Tersedia RPP, indikator pembelajaran mengarah pada pengembangan
berpikir tingkat tinggi
2. Pada saat kegiatan awal guru menyampaikan apersepsi dan tujuan
pembelajaran, membantu siswa membangun pemahaman sendiri,
53
memberikan kesempatan siswa untuk mengungkapkan pendapat, ada
kesimpulan dan penguatan.
3. Pelaksanaan RPP sudah runtut sesuai dengan yang direncanakan.
4. Pembelajaran menggunakan media LCD proyektor sehingga siswa
tertarik untuk mengikuti pembelajaran.
5. siswa sudah mulai berani dan tidak malu-malu mengemukakan
pendapatnya baik kepada guru maupun temannya lainnya yang sedang
presentasi.
6. Siswa semakin aktif berkomunikasi dengan siswa lainnya dan terjalin
kerja sama yang baik dalam teman diskusinya.
7. Siswa dapat menyimpulkan gagasan beberapa pendapat menjadi sebuah
kesimpulan.
B. Kekurangan
1. Dalam awal pembelajaran kesiapan siswa juga harus diperhatikan
terutama dalam pengaturan tempat duduk siswa.
2. Harus memperhatikan waktu yang sudah dialokasikan agar implementasi
model pembelajaran TPS dapat maksimal, guru belum sepenuhnya
sebagai fasilitator yang baik dan kurang melibatkan siswa dalam
membuat kesimpulan di akhir pembelajaran.
3. Siswa belum berani menyampaikan pertanyaan yang berbobot baik
kepada guru maupun teman lainnya yang sedang presentasi.
4. Siswa masih ada yang bermain sewaktu kegiatan wawancara di
lingkungan sekitar.
C. Penyelesaian
1. Perlu memperhatikan kesiapan siswa sebelum mengawali pembelajaran.
2. Perlu perhatian dalam manajemen waktu pembelajaran sehingga
pembelajaran dengan model pembelajaran dapat berlangsung maksimal.
3. Semua siswa harus beraktifitas positif dalam pembelajaran sehingga
siswa memperoleh manfaat pembelajaran terutama siswa dibimbing
untuk berani menyampaikan pertanyaan yang berbobot.
54
4. Guru harus memberikan teguran kepada siswa yang bermain sewaktu
pengumpulan data.
4.3 Deskripsi Pelaksanaan Siklus 2
Pelaksanaan siklus 2 dengan Kompetensi Dasar mengenal permasalahan
sosial di daerahnya. Strategi pembelajaran yang akan digunakan dalam
penelitian tindakan kelas yaitu dengan menggunakan model pembelajaran TPS
dengan rincian sebagai berikut :
4.3.1 Perencanaan
Perencanaan dilaksanakan dengan mengidentifikasi kebutuhan siswa
serta masalah yang dihadapi guru dan siswa saat pembelajaran. Berdasarkan
informasi yang diperoleh pada pelaksanaan siklus 1, maka dilakukan diskusi
dengan guru kelas 4 mengenai materi pembelajaran yang akan disajikan serta
alat penunjang lain yang perlu digunakan. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap
ini adalah penyusunan perangkat pembelajaran, meliputi Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang dibuat mengenai KD 2.4 mengenal permasalahan
sosial di daerahnya, dengan indikator mengenal masalah sosial tentang kejahatan
dilapisan sosial masyarakat, kemudian menentukan tujuan sesuai indikator yang
akan dicapai dengan menggunakan model pembelajaran TPS, media yang
digunakan dalam pembelajaran ini antara lain materi pembelajaran tentang
masalah sosial, buku paket IPS BSE kelas 4, Video tentang kejahatan,
lingkungan sekitar desa Ujung-Ujung, dan selain itu juga perangkat evaluasi
yang meliputi rubrik penilaian keterampilan berpikir kritis (disajikan dalam
lampiran 2), rubrik penilaian karakter (disajikan dalam lampiran 2) dan lembar
observasi pelaksanaan RPP (disajikan dalam lampiran 6).
4.3.2 Implementasi Tindakan dan Observasi
A. Implementasi Tindakan
Tindakan ini dilaksanakan pada hari sabtu, 20 april 2013, beberapa kegiatan
sebagai berikut:
55
Kegiatan awal yang dilakukan oleh guru meliputi beberapa kegiatan
seperti yang telah didesain dalam RPP. Apersepsi mengawali pembelajaran pada
pertemuan siklus kedua berupa pertanyaan tentang apakah pencopet merupakan
orang jahat? Berdasarkan jawaban dari siswa guru bertanya jawab mengenai
jawaban siswa dan menegaskan tujuan pembelajaran yang akan diajarkan yaitu
masalah sosial tentang kejahatan yang terjadi dilapisan sosial masyarakat.
Selanjutnya guru menjelaskan model pembelajaran TPS yang akan dilakukan,
agar siswa tidak bingung ketika melakukan pembelajaran.
Kegiatan selanjutnya yaitu kegiatan inti pembelajaran. Siswa menyimak
video yang diputar mengenai kejahatan dilapisan sosial masyarakat. Kemudian
guru menyuruh siswa mengidentifikasi masalah yang ada dalam video
tersebut.Guru bertanya jawab dengan siswa mengenai video tersebut kemudian
menyuruh siswa berpikir mandiri untuk mengidentifikasi 2 masalah kejahatan.
Kegiatan selanjutnya guru membagi kelompok sesuai absen dan menyuruh siswa
merumuskan masalah kejahatan berdasarkan video yang sudah ditayangkan
bersama pasangannya. Pada pertemuan ini pasangan kelompok mendengarkan
penjelasan guru mengenai rumusan masalah yang sudah dibuat.
Kegiatan berpasangan selanjutnya adalah mengumpulkan data di
lingkungan masyarakat sekitar desa Ujung-Ujung yang didahului dengan
mendengarkan penjelasan dari guru. Siswa mengumpulkan data mengenai
masalah kejahatan dengan melakukan wawancara dengan menanyakan tindak
kejahatan yang pernah dialami dan menanyakan tindak kejahatan yang paling
meresahkan. Guru membagikan lembar kerja siswa yang diberikan oleh guru
untuk dikerjakan bersama pasangannya. Pada kegiatan ini siswa bersama teman
diskusinya merencanakan tugas masing-masing untuk mencari dan
mengumpulkan data tentang sub topik yang diberikan oleh guru. Setelah data
terkumpul siswa kembali ke kelas untuk menganalisis data yang sudah
diperoleh. Data tersebut kemudian dikelompokkan sesuai jenisnya dan
dihubungkan dengan masalah kejahatan dilapisan kejahatan dilapisan sosial
masyarakat yang paling banyak ditemui. Selanjutnya siswa mencari 3 cara
56
mengatasi masalah kejahatan, mengambil keputusan mengenai cara mengatasi
kejahatan dengan mengevaluasi cara-cara yang sudah ditemukan.
Ketika semua kegiatan tersebut sudah dilakukan, guru segera memimpin
diskusi kelas dengan menyuruh setiap pasangan mempresentasikan hasil diskusi
kelompok. Siswa lain boleh bertanya dan menanggapi hasil penyampaian hasil
diskusi kelompok. Sedangkan siswa lain menyimak diskusi yang terjadi dikelas.
Sewaktu hasil jawaban siswa dirancang guru mengingatkan atau meluruskan
jawaban siswa. Kegiatan selanjutnya guru bersama dengan siswa menarik
kesimpulan dari kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Guru memberikan
penguatan tentang cara menangani masalah kejahatan dilapisan sosial
masyarakat. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang
hal-hal yang belum jelas, dari materi yang telah dipelajari. Guru mengadakan
refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan agar materi pemebelajaran
dapat dipahamai siswa lebih baik .
B. Hasil Observasi
Pada saat pelaksanaan proses pembelajaran siklus 2 berlangsung
,dilaksanakan observasi dengan meminta bantuan observer (teman) untuk
mengamati jalannya pembelajaran dari awal sampai akhir dengan cara mengisi
lembar pengamatan yang telah disediakan Hasil observasi/pengamatan terhadap
implementasi RPP (lampiran 3) pada siklus 2 ini melalui lembar pengamatan
yang telah disediakan. Item pernyataan pada lembar pengamatan implementasi
RPP sejumlah 33 item terdiri dari; perencanaan pembelajaran, strategi
pembelajaran, manajemen kelas dan penilaian.Item Adapun hasil pengamatan
implementasi RPP sebagai berikut:
Hasil dari lembar pengamatan implementasi RPP (lampiran 3) yaitu pada
perencanaan pembelajaran tersedia RPP, Indikator pembelajaran mengarah pada
pengembangan berpikir tingkat tinggi, kegiatan belajar menggambarkan
pembelajaran aktif. pada strategi pembelajaran menyampaikan apersepsi dan
tujuan pembelajaran, membantu siswa membangun pemahaman sendiri dengan
dibantu oleh penayangan video tentang kejahatan semakin membuat siswa
tertarik. Guru memberikan kesempatan siswa untuk mengungkapkan pendapat,
57
menghubungkan masalah kejahatan dengan apa yang terjadi di masyarakat. Pada
kegiatan awal siswa antusias menyimak tujuan pembelajaran, siswa menjawab
pertanyaan apersepsi. Pada kegiatan inti siswa serius memperhatikan materi
yang dijelaskan, kegiatan wawancara sudah dibiasakan siswa ketika
mengumpulkan data. Siswa sudah tidak banyak bermain lagi, mereka mendapat
kesibukan dengan melakukan wawancara. Pada manajemen kelas tata tertib
kelas ada dan diterapkan dengan baik, kelas ditata dengan baik sehingga
memudahkan mobilitas, interaksi, dan komunikasi dalam kelas, waktu untuk
setiap langkah kegiatan dikelola dengan baik. siswa dengan cepat membentuk
kelompok, siswa aktif bertanya, siswa aktif dalam kegiatan kelompok, siswa
berani mengungkapkan pendapat sewaktu diadakan diskusi kelas. Pada kegiatan
penutup siswa memberikan kesimpulan dengan bimbingan guru.
Sedangkan yang menjadi kelemahan diantaranya penyampaian tujuan
pembelajaran terlalu cepat. Beberapa pasangan kelompok masih ada yang
memilih bermain daripada melakukan wawancara ,tetapi setelah mendapat
teguran mereka mengumpulkan data kembali. Kesimpulan belum dilakukan
bersama siswa, penataan tempat duduk sudah bagus tetapi masih kurang rapi
lagi, pengelolaan waktu belum sempurna, penghargaan terhadap siswa masih
kurang.
Dari kelemahan dalam pembelajaran pada siklus pertama, maka pada
pertemuan selanjutnya perlu mengatasi berbagai kelemahan tersebut untuk
memperbaiki proses pembelajaran. Usaha tersebut diantaranya berdiskusi
dengan guru dan observer mengenai kelemahan-kelemahan selama
pembelajaran, hasil diskusi tersebut diantaranya adalah penyampaian tujuan
pembelajaran jangan terlalu cepat, pengelolaan waktu lebih ditingkatkan, soal
untuk wawancara dikurangi, memberi teguran kepada siswa yang bermain,
berikan kesimpulan bersama-sama siswa, penataan tempat duduk harus lebih
rapi lagi, pengelolaan waktu perlu ditingkatkan penghargaan terhadap siswa
yang menjawab pertanyaan benar maupun salah. Keaktifan siswa dalam
kelompok perlu ditingkatkan. Penghargaan kepada siswa perlu dilakukan, agar
siswa semakin termotivasi dalam melaksanakan pembelajaran.
58
4.3.3 Refleksi
Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran pada siklus 2 maka
selanjutnya diadakan refleksi dalam bentuk diskusi atas segala kegiatan dalam
proses pembelajaran. Langkah selanjutnya adalah diadakan diskusiyang
digunakan untuk merefleksi pembelajaran yang dilakukan bersama guru kelas,
dan observer. Dalam diskusi berisi tentang evaluasi bagaimana pembelajaran
IPS melalui model pembelajaran TPS bagi guru kelas, observer, dan siswa.
Berdasarkan kegiatan yang dilaksanakan pada siklus 2 kemudian diambil
data secara kualitatif melalui penilaian proses yang terdiri dari penilaian tiap
indikator keterampilan berpikir kritis dari seluruh kelas, dan penilaian karakater.
Dalam penguasaan keterampilan berpikir kritis dibagi menjadi 3 klasifikasi yaitu
tinggi, sedang dan rendah. Berikut ini tabel distribusi skor Keterampilan berpikir
Kritis siswa disetiap tahap pembelajaran IPS pada siklus 2.
Tabel 4.12Distribusi Klasifikasi Keterampilan berpikir Kritis
Tahap Mengidentifikasi Siklus 2
No. Rentang skor Klasifikasi Frekuensi Persentase1. 75-100 Tinggi 15 83,3%2. 50-74 Sedang 3 16,7%Jumlah 18 100%
Sumber: data primer
Tabel 4,12 menunjukkan bahwa pada tahap mengidentifikasi siswa yang
masuk dalam keterampilan berpikir kritis klasifikasi tinggi sebanyak 13
siswa(83,3%), siswa yang masuk dalam klasifikasi sedang sebanyak 5 siswa
(16,7%) dan tidak ada siswa yang masuk dalam klasifikasi rendah .
Tabel 4.13Distribusi Klasifikasi Keterampilan berpikir Kritis
Tahap Merumuskan Masalah Siklus 2
No. Rentang skor Klasifikasi Frekuensi Persentase1. 75-100 Tinggi 12 66,7%2. 50-74 Sedang 6 33,3%Jumlah 18 100%
Sumber: data primer
59
Tabel 4.13 menunjukkan bahwa pada tahap merumuskan masalah siswa
yang masuk dalam keterampilan berpikir kritis klasifikasi tinggi sebanyak 12
siswa (66,7%), siswa yang masuk dalam klasifikasi sedang sebanyak 6 siswa
(33,3%) dan dan tidak ada siswa yang masuk dalam klasifikasi rendah .
Tabel 4.14Distribusi Klasifikasi Keterampilan Berpikir Kritis
Tahap Mengumpulkan Data Siklus 2
No. Rentang skor Klasifikasi Frekuensi Persentase1. 75-100 Tinggi 10 55,6%2. 50-74 Sedang 8 44,4%Jumlah 18 100%
Sumber: data primer
Tabel 4.14 menunjukkan bahwa pada tahap mengumpulkan data siswa
yang masuk dalam keterampilan berpikir kritis klasifikasi tinggi sebanyak 10
siswa (55,6%), siswa yang masuk dalam klasifikasi sedang sebanyak 8 siswa
(44,4%) dan dan tidak ada siswa yang masuk dalam klasifikasi rendah .
Tabel 4.15Distribusi Klasifikasi Keterampilan Berpikir Kritis
Tahap Menganalisis Data Siklus 2
No. Rentang skor Klasifikasi Frekuensi Persentase1. 75-100 Tinggi 14 77,8%2. 50-74 Sedang 4 22.3%Jumlah 18 100%Sumber: data primer
Tabel 4.15 menunjukkan bahwa pada tahap menganalisis data siswa yang
masuk dalam keterampilan berpikir kritis klasifikasi tinggi sebanyak 14 siswa
(77,8%), siswa yang masuk dalam klasifikasi sedang sebanyak 4 siswa (22,2%)
dan dan tidak ada siswa yang masuk dalam klasifikasi rendah .
Tabel 4.16Distribusi Skor Keterampilan Berpikir Kritis
Tahap Menemukan Cara Menangani Masalah Siklus 2
No. Rentang skor Klasifikasi Frekuensi Persentase1. 75-100 Tinggi 10 55,6%2. 50-74 Sedang 8 44,4%Jumlah 18 100%
Sumber: data primer
60
Tabel 4.16 menunjukkan bahwa pada tahap memecahkan masalah siswa
yang masuk dalam keterampilan berpikir kritis klasifikasi tinggi sebanyak 10
siswa (55,6%), siswa yang masuk dalam klasifikasi sedang sebanyak 8 siswa
(44,4%) dan dan tidak ada siswa yang masuk dalam klasifikasi rendah.
Tabel 4.17Distribusi Klasifikasi Keterampilan Berpikir Kritis
Tahap Pengambilan Keputusan Siklus 2
No. Rentang skor Klasifikasi Frekuensi Persentase1. 75-100 Tinggi 12 66,7%2. 50-74 Sedang 6 33,3%Jumlah 18 100%Sumber: data primer
Tabel 4.17 menunjukkan bahwa pada tahap merumuskan masalah siswa
yang masuk dalam keterampilan berpikir kritis klasifikasi tinggi sebanyak 12
siswa (66.7), siswa yang masuk dalam klasifikasi sedang sebanyak 6 siswa
(33,3%) dan tidak ada siswa yang masuk dalam klasifikasi rendah .
Tabel 4.18Distribusi Klasifikasi Keterampilan Berpikir Kritis
Tahap Mengevaluasi Siklus 2
No. Rentang skor Klasifikasi Frekuensi Persentase1. 75-100 Tinggi 14 77,8%2. 50-74 Sedang 4 22,2%Jumlah 18 100%Sumber: data primer
Tabel 4.18 menunjukkan bahwa pada tahap merumuskan masalah siswa
yang masuk dalam keterampilan berpikir kritis klasifikasi tinggi sebanyak 14
siswa (77,8%), siswa yang masuk dalam klasifikasi sedang sebanyak 4 siswa
(22,2%) dan tidak ada siswa yang masuk dalam klasifikasi rendah .
Tabel 4.19Distribusi Klasifikasi Keterampilan Berpikir Kritis
Tahap Presentasi Siklus 2
No. Rentang skor Klasifikasi Frekuensi Persentase1. 75-100 Tinggi 12 66,7%2. 50-74 Sedang 6 33,3%Jumlah 18 100%Sumber: data primer
61
Tabel 4.19 menunjukkan bahwa pada tahap merumuskan masalah siswa
yang masuk dalam keterampilan berpikir kritis klasifikasi tinggi sebanyak 16
siswa (88,9%), siswa yang masuk dalam klasifikasi sedang sebanyak 2 siswa
(11,1%) dan tidak ada siswa yang masuk dalam klasifikasi rendah .
Tabel distribusi klasifikasi Keterampilan berpikir Kritis tiap
indikator siswa tersebut dapat digambarkan menggunakan diagram batang
sebagai berikut:
Gambar Diagram Batang 4.3 Distribusi Keterampilan BerpikirKritis Tiap Indikator Pembelajaran IPS Siklus 2
Sumber: Data sekunder
Gambar 4.3 menunjukkan bahwa pada tahap mengidentifikasi 15 siswa
(83,3%) berada pada klasifikasi keterampilan berpikir kritis tinggi, 3 siswa
(16,7%) berada pada klasifikasi sedang dan tidak ada yang masuk pada
klasifikasi rendah. Pada tahap merumuskan masalah 12 siswa (66,7%) berada
pada klasifikasi keterampilan berpikir kritis tinggi, 6 siswa (33,3%) berada pada
klasifikasi sedang dan tidak ada yang masuk pada klasifikasi rendah. Pada tahap
mengumpulkan data sebanyak 10 siswa (55,6%) berada pada klasifikasi
keterampilan berpikir kritis tinggi, 8 siswa (44,4%) berada pada klasifikasi
sedang dan tidak ada yang masuk pada klasifikasi rendah. Pada tahap
62
menganalisis data 14 siswa (77,8%) berada pada klasifikasi keterampilan
berpikir kritis tinggi, 4 siswa (22,2%) berada pada klasifikasi sedang dan tidak
ada yang masuk pada klasifikasi rendah. Pada tahap memecahkan masalah 10
siswa (55,6%) berada pada klasifikasi keterampilan berpikir kritis tinggi, 8 siswa
(44,4%) berada pada klasifikasi sedang dan tidak ada yang masuk pada
klasifikasi rendah. Pada tahap pengambilan keputusan 12 siswa (66,7%) berada
pada klasifikasi keterampilan berpikir kritis tinggi, 6 siswa (33,3%) berada pada
klasifikasi sedang dan tidak ada yang masuk pada klasifikasi rendah. Pada tahap
mengevaluasi 14 siswa (77,8%) berada pada klasifikasi keterampilan berpikir
kritis tinggi, 4 siswa (22,2%) berada pada klasifikasi sedang dan tidak ada yang
masuk pada klasifikasi rendah. Pada tahap mempresetasikan 12 siswa (66,7%)
berada pada klasifikasi keterampilan berpikir kritis tinggi, 6 siswa (33,3%)
berada pada klasifikasi sedang dan tidak ada yang masuk pada klasifikasi
rendah.
Berdasarkan hasil observasi siklus 2, kegiatan selain dari penilaian
keterampilan berpikir kritis, penelitian ini juga penilaian karakter yang menilai
karakter kerjasama dan tanggung jawab. Klasifikasi dari penilaian karakter ada 3
yaitu baik, cukup dan kurang. Berikut tabel penilaian karakter siswa kelas 4 pada
tabel 4.20 beikut:
Tabel 4.20Distribusi Klasifikasi Karakter Kerjasama Pada Pembelajaran IPS
Siswa Kelas 4 pada Siklus 2
No Klasifikasi Skor Frekuensi Persentase
1 Baik 75-100 12 66,7%2 Cukup 50-74 6 33,3%
Jumlah 18 100%Data : Primer
Dari tabel 4.20 tersebut terlihat tingkat siswa yang dapat berkarakter
bekerjasama dalam 1 kelas. Karakter kerjasama siswa yang termasuk klasifikasi
baik sebanyak 12 siswa (66,7%), siswa yang masuk klasifikasi cukup sebanyak 6
siswa (33,3%), kemudian sudah tidak ada siswa yang berada pada klasifikasi
kurang.
63
Tabel 4.21Distribusi Klasifikasi Karakter Tanggung jawab Pada
Pembelajaran IPS Siswa Kelas 4 pada Siklus 2
No Klasifikasi Skor Frekuensi Persentase
1 Baik 75-100 15 83,3%2 Cukup 50-74 3 16,7%
Jumlah 18 100%Data : Primer
Dari tabel 4.21 tersebut terlihat tingkat siswa yang dapat berkarakter
dalam 1 kelas. Karakter tanggung jawab siswa yang berada pada klasifikasi baik
sebanyak 13 siswa (72,2%), siswa yang masuk klasifikasi cukup sebanyak 5
siswa (27,8%), kemudian sudah tidak ada siswa yang berada pada klasifikasi
kurang.Dari tabel di atas dapat digambarkan menggunakan diagram Batang
sebagai berikut :
Gambar 4.4Diagram Batang Klasifikasi Penilaian Karakter
Pembelajaran IPS Siswa Kelas 4 Siklus 2
Sumber: data sekunderDari gambar diagram Batang tersebut siswa yang masuk dalam
klasifikasi berkarakter kerja sama berada dalam klasifikasi baik sebanyak 12
siswa (66,7%), klasifikasi cukup sebanyak 6 siswa (33,3%), dan sudah tidak ada
lagi yang berada pada klasifikasi kurang. Pada karakter tanggung jawab siswa
yang berada pada klasifikasi baik sebanyak 15 siswa (83.3), siswa yang berada
di klasifikasi cukup hanya sebanyak 3 siswa dan sudah atidak terlihat siswa yang
berada pada klasifikasi kurang.
64
Melihat hasil dari siklus 2 masih dirasa kurang karena belum mencapai
indikator kinerja yang dibutuhkan semua indikator keterampilan berpikir kritis
semua siswa (100%) masuk klasifikasi berpikir kritis tingkat tinggi dan penilaian
karakter masih belum mencapai klasifikasi baik semua, maka selanjutnya perlu
diadakan siklus ke 3.
Berdasarkan dari hasil pengamatan pada siklus I maka secara
keseluruhan hasil refleksi yang diperoleh pada proses pembelajaran siklus I
untuk ditingkatkan pada siklus 1 adalah sebagai berikut:
A. Kekuatan
1. Tersedia RPP, indikator pembelajaran mengarah pada pengembangan
berpikir tingkat tinggi
2. Pada saat kegiatan awal guru menyampaikan apersepsi dan tujuan
pembelajaran, membantu siswa membangun pemahaman sendiri,
memberikan kesempatan siswa untuk mengungkapkan pendapat, ada
kesimpulan dan penguatan.
3. Pelaksanaan RPP sudah runtut sesuai dengan yang direncanakan.
4. Pembelajaran menggunakan media LCD proyektor sehingga siswa
tertarik untuk mengikuti pembelajaran.
5. Siswa sudah mulai berani dan tidak malu-malu mengemukakan
pendapatnya baik kepada guru maupun temannya lainnya yang sedang
presentasi.
6. Siswa semakin aktif berkomunikasi dengan siswa lainnya dan terjalin
kerja sama yang baik dalam teman diskusinya.
7. Siswa belum berani menyampaikan pertanyaan yang berbobot baik
kepada guru maupun teman lainnya yang sedang presentasi.
8. Siswa dapat menyimpulkan gagasan beberapa pendapat menjadi sebuah
kesimpulan.
9. Siswa sudah serius sewaktu kegiatan wawancara di lingkungan sekitar.
B. Kekurangan
1. Dalam awal pembelajaran kesiapan siswa juga harus diperhatikan
terutama dalam pengaturan tempat duduk siswa.
65
2. Harus memperhatikan waktu yang sudah dialokasikan agar implementasi
model pembelajaran TPS dapat maksimal, guru belum sepenuhnya
sebagai fasilitator yang baik dan kurang melibatkan siswa dalam
membuat kesimpulan di akhir pembelajaran.
C. Penyelesaian
1. Perlu memperhatikan kesiapan siswa sebelum mengawali pembelajaran.
2. Perlu perhatian dalam manajemen waktu pembelajaran sehingga
pembelajaran dengan model pembelajaran dapat berlangsung maksimal.
4.4 Deskripsi Pelaksanaan Siklus 3
Pelaksanaan siklus 3 dengan Kompetensi Dasar mengenal permasalahan
sosial di daerahnya. Strategi pembelajaran yang akan digunakan dalam
penelitian tindakan kelas yaitu dengan menggunakan model pembelajaran TPS
dengan rincian sebagai berikut :
4.4.1 Perencanaan
Perencanaan dilaksanakan dengan mengidentifikasi kebutuhan siswa
serta masalah yang dihadapi guru dan siswa saat pembelajaran. Berdasarkan
informasi yang diperoleh pada pelaksanaan siklus 2, maka dilakukan diskusi
dengan guru kelas 4 mengenai materi pembelajaran yang akan disajikan serta
alat penunjang lain yang perlu digunakan. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap
ini adalah penyusunan perangkat pembelajaran, meliputi Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang dibuat mengenai KD 2.4 mengenal permasalahan
sosial di daerahnya, dengan indikator mengenal masalah sosial tentang
kenakalan remaja dilapisan sosial masyarakat, kemudian menentukan tujuan
sesuai indikator yang akan dicapai dengan menggunakan model pembelajaran
TPS, media yang digunakan dalam pembelajaran ini antara lain materi
pembelajaran tentang masalah sosial, buku paket IPS BSE kelas 4, Video
tentang kenakalan remaja, lingkungan sekitar desa Ujung-Ujung, dan selain itu
juga perangkat evaluasi yang meliputi rubrik penilaian keterampilan berpikir
kritis (disajikan dalam lampiran 3), rubrik penilaian karakter (disajikan dalam
66
lampiran 3) dan lembar observasi pelaksanaan RPP (disajikan dalam lampiran
6).
4.4.2 Implementasi Tindakan dan Observasi
A. Implementasi Tindakan
Tindakan ini dilaksanakan pada hari sabtu, 27 April 2013, beberapa
kegiatan sebagai berikut:
Kegiatan awal yang dilakukan oleh guru meliputi beberapa kegiatan
seperti yang telah didesain dalam RPP. Apersepsi mengawali pembelajaran pada
pertemuan siklus kedua berupa pertanyaan tentang apakah anak SMP yang
merokok merupakan anak nakal? Berdasarkan jawaban dari siswa guru bertanya
jawab mengenai jawaban siswa dan menegaskan tujuan pembelajaran yang akan
diajarkan yaitu masalah sosial tentang kenakalan remaja yang terjadi dilapisan
sosial masyarakat. Selanjutnya guru menjelaskan model pembelajaran TPS yang
akan dilakukan, agar siswa tidak bingung ketika melakukan pembelajaran.
Kegiatan selanjutnya yaitu kegiatan inti pembelajaran. Siswa menyimak
video yang diputar mengenai kenakalan remaja dilapisan sosial masyarakat.
Kemudian guru menyuruh siswa mengidentifikasi masalah yang ada dalam
video tersebut. Guru bertanya jawab dengan siswa mengenai video tersebut
kemudian menyuruh siswa berpikir mandiri untuk mengidentifikasi 2 masalah
kenakalan remaja. Kegiatan selanjutnya guru membagi kelompok sesuai
absen.menyuruh siswa merumuskan masalah kenakalan remaja berdasarkan
video yang sudah ditayangkan bersama pasangannya. Pada pertemuan ini
pasangan kelompok mendengarkan penjelasan guru mengenai rumusan masalah
yang sudah dibuat.
Kegiatan berpasangan selanjutnya adalah mengumpulkan data di
lingkungan masyarakat sekitar desa Ujung-Ujung yang didahului dengan
mendengarkan penjelasan dari guru. Siswa mengumpulkan data mengenai
masalah kenakalan remaja dengan melakukan wawancara dengan menanyakan
tindak kenakalan remaja yang pernah dialami dan menanyakan tindak kenakalan
remaja yang paling meresahkan. Guru membagikan lembar kerja siswa yang
67
diberikan oleh guru untuk dikerjakan bersama pasangannya. Pada kegiatan ini
siswa bersama teman diskusinya merencanakan tugas masing-masing untuk
mencari dan mengumpulkan data tentang sub topik yang diberikan oleh guru.
Setelah data terkumpul siswa berpasangan kembali ke kelas untuk menganalisis
data yang sudah diperoleh. Data tersebut kemudian dikelompokkan sesuai
jenisnya dan dihubungkan dengan masalah kenakalan remaja dilapisan sosial
masyarakat yang paling banyak ditemui. Selanjutnya siswa mencari 3 cara
mengatasi masalah kenakalan remaja, mengambil keputusan mengenai cara
mengatasi kenakalan remaja dengan mengevaluasi cara-cara yang sudah
ditemukan. Kegiatan ini siswa dituntut harus bisa bekerjasama dengan
pasangannya,
Ketika semua kegiatan tersebut sudah dilakukan, guru segera memimpin
diskusi kelas dengan menyuruh setiap pasangan mempresentasikan hasil diskusi
kelompok. Siswa lain boleh bertanya dan menanggapi hasil penyampaian hasil
diskusi kelompok. Sedangkan siswa lain menyimak diskusi yang terjadi dikelas.
Setelah diskusi kelas berjalan baik dan sudah tidak ada lagi yang dipertanyakan
guru memberikan penegasan pemecahan masalah mengenai cara mengatasi
masalah. Kegiatan selanjutnya guru bersama dengan siswa menarik kesimpulan
dari kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Guru memberikan penguatan
tentang cara menangani masalah kenakalan remaja dilapisan sosial masyarakat.
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang hal-hal yang
belum jelas, dari materi yang telah dipelajari. Guru mengadakan refleksi
terhadap pembelajaran yang telah dilakukan.
B. Hasil Observasi
Pada saat pelaksanaan proses pembelajaran siklus 3 berlangsung
,dilaksanakan observasi dengan meminta bantuan observer (teman) untuk
mengamati jalannya pembelajaran dari awal sampai akhir dengan cara mengisi
lembar pengamatan yang telah disediakan Hasil observasi/pengamatan terhadap
implementasi RPP (lampiran 6) pada siklus III ini melalui lembar pengamatan
yang telah disediakan. Item pernyataan pada lembar pengamatan implementasi
RPP sejumlah 33 item terdiri dari; perencanaan pembelajaran, strategi
68
pembelajaran, manajemen kelas dan penilaian.Item Adapun hasil pengamatan
implementasi RPP sebagai berikut:
Kegiatan pembelajaran pada siklus ketiga guru dalam kegiatan
pembelajaran sudah maksimal, kesiapan siswa dalam pembelajaran sangat baik,
terlihat tanpa menunggu perintah guru siswa sudah menyiapkan alat
pembelajarannya. Guru memberikan perhatian kepada 2 siswa yang sering
membuat gaduh, sehingga pembelajaran benar-benar berjalan lancar. Dalam
kegiatan membuka pembelajaran guru sudah memberikan apersepsi yang dapat
memancing motivasi siswa sehingga tujuan pembelajaran sudah tersampaikan
dengan jelas dan baik. Dalam kegiatan inti pembelajaran, guru terlihat sudah
baik dalam menguasai materi pembelajaran dengan mengaitkan materi pada
realita kehidupan siswa, strategi yang dilakukan semakin baik yaitu alokasi
waktu sudah sesuai yang direncanakan, pelaksanaan langkah model
pembelajaran TPS sudah maksimal. Guru bertindak sebagai fasilitator yaitu
menanggapi dan memberikan pertanyaan pada siswa yang sedang presentasi dan
mengajak siswa menyimpulkan materi dari setiap presentasi, guru sudah
terampil dalam memanfaatkan media dan melibatkan siswa dalam pembelajaran.
Kegiatan siswa bekerja berpasangan sudah baik dari merumuskan masalah
sampai mempresentasikan hasil pemecahan masalah. Dalam kegiatan penutup
guru, guru sudah melibatkan siswa untuk menyimpulkan materi pelajaran
dengan baik dan sudah mengadakan refleksi setelah pembelajaran selesai.
Selanjutnya dengan adanya penerapan model pembelajaran TPS dan
peningkatan kegiatan guru dalam pembelajaran berpengaruh positif bahwa siswa
tidak hanya diam dan mendengarkan penjelasan guru, namun siswa mulai
tertarik rasa ingin tahunya sehingga siswa mencatat hal-hal penting dari
penjelasan guru, sebagian banyak siswa berani menyampaikan pendapat dan
pertanyaan kepada guru maupun siswa lainnya, siswa mampu merangkai
informasi dan data yang didapat menjadi sebuah kesimpulan dengan bahasa
siswa sendiri sehingga dalam kegiatan ini sekaligus siswa terlihat semangat dan
bekerja sama mengembangkan cara berpikir sebaik mungkin.
69
4.4.3 Refleksi
Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran pada siklus 3 maka
selanjutnya diadakan refleksi dalam bentuk diskusi atas segala kegiatan dalam
proses pembelajaran. Langkah selanjutnya adalah diadakan diskusi yang
digunakan untuk merefleksi pembelajaran yang dilakukan bersama guru kelas,
dan observer. Dalam diskusi berisi tentang evaluasi bagaimana pembelajaran
IPS melalui model pembelajaran TPS bagi guru kelas, observer, dan siswa.
Berdasarkan kegiatan yang dilaksanakan pada siklus 3 kemudian diambil
data secara kualitatif melalui penilaian proses yang terdiri dari penilaian tiap
indikator keterampilan berpikir kritis dari seluruh kelas dan penilaian karakater.
Dalam penguasaan keterampilan berpikir kritis dibagi menjadi 3 klasifikasi yaitu
tinggi, sedang dan rendah.
Hasil observasi terhadap keterampilan berpikir kritis terlihat sangat baik
di setiap tahap. Pada siklus 3 pada tahap identifikasi seluruh siswa (100%)
masuk kedalam klasifikasi keterampilan berpikir kritis tinggi. Pada tahap
merumuskan maslah seluruh siswa (100%) mencapai klasifikasi tinggi. Pada
tahap mengumpulkan data seluruh siswa (100%) mencapai klasifikasi tinggi.
Pada tahap menganalisis data seluruh siswa (100%) mencapai klasifikasi tinggi.
Pada tahap memecahkan masalah seluruh siswa (100%) mencapai klasifikasi
tinggi. Pada tahap pengambilan keputusan seluruh siswa (100%) mencapai
klasifikasi tinggi. Pada tahap evaluasi seluruh siswa (100%) mencapai klasifikasi
tinggi. Hasil serupa juga tampak pada tahap presentasi bahwa seluruh siswa
masuk kedalam klasifikasi memeilili keterampilan berpikir kritis tinggi.
Persentase ini sudah memenuhi klasifikasi yang ingin dicapai sebesar 100% dari
seluruh siswa berada pada memiliki keterampilan berpikir kritis yang berada
pada klasifikasi tinggi.
Berdasarkan kegiatan yang dilaksanakan pada siklus 3 terjadinya
peningkatan perkembangan keterampilan berpikir kritis siswa dalam
pembelajaran IPS, berdasarkan data observasi mencapai 18 siswa (100%) masuk
ke dalam klasifikasi berpikir kritis tingkat tinggi pada setiap tahap, hal ini berarti
indikator kinerja sudah tercapai dan tidak perlu diadakan siklus selanjutnya.
70
Berdasarkan hasil dari hasil pemgamatan pada siklus 3 maka secara
keseluruhan hasil refleksi antara lain :
A. Kekuatan
1. Pelaksanaan RPP sudah runtut sesuai dengan yang direncanakan
2. Ruang, alat, dan media pembelajaran serta kesiapan siswa sudah
disiapkan dengan baik
3. Selalu ada apersepsi yang dapat memotivasi siswa, dan tujuan
pembelajaran tersampaikan dengan baik dan jelas pada setiap pertemuan
4. Penguasaan materi sudah maksimal dan dikaitkan dengan realitas
kehidupan, strategi pembelajaran juga sudah baik, tujuan sesuai dengan
kompetensi yang akan dicapai, dapat menguasai kelas, dapat
menghasilkan pesan menarik, dan siswa selalu dilibatkan dalam
pembelajaran
5. Rasa ingin tahu siswa berkembang dengan baik yaitu siswa
mendengarkan penjelasan guru dengan mencatat hal-hal yang penting
atas kesadaran siswa sendiri
6. Sebagian banyak siswa sudah berani untuk mengajukan pertanyaan
berbobot maupun pendapatnya dan tidak malu-malu saat mengemukakan
baik kepada guru maupun temannya lainnya yang sedang presentasi
7. Siswa mampu mengembangkan keterampilan yang dimiliki secara
maksimal yang dapat dilihat dari karya-karyanya berupa gambar yang
bagus dan bermakna
8. Siswa sangat aktif berkomunikasi dan bekerja sama dengan siswa lainnya
9. Siswa dapat menyimpulkan gagasan beberapa pendapat menjadi sebuah
kesimpulanyang tepat
10. Alokasi yang direncanakan sudah sesuai dengan yang dilaksanakan
B. Rekomendasi
1. Strategi pembelajaran sudah baik untuk membuat siswa terlibat aktif dan
mengembangkan keterampilan berpikir kritis dalam pembelajaran dengan
71
kegiatan teman diskusinya yang menuntut kerja sama siswa meskipun
masih ada siswa yang perlu diperhatikan lebih khusus.
2. Penghargaan untuk siswa yang berani menjawab dan menyampaikan
pendapat perlu ditingkatkan.
4.5 Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil tindakan yang telah dilakukan dapat diketahui telah
terjadi peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa melalui model
pembelajaran TPS pada mata pelajaran IPS dengan kompetensi mengenal
permasalahan sosial di daerah bagi siswa kelas 4 SD Negeri Ujung-Ujung 02
kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang pada semester 2 tahun ajaran
2012/2013. Hasil dari observasi kemudian dikelompokkan menurut hasil skor
masing masing tahap dari pembelajaran. Keterampilan berpikir kritis dibagi
menjadi 3 klasifikasi yaitu klasifikasi berpikir kritis tinggi dengan menggunakan
skor 75-100, klasifikasi sedang dengan skor 50-74 dan klasifikasi berpikir kritis
rendah dengan perolehan skor dibawah 50. Selain melihat dari keterampilan
berpikir kritis, penelitian ini juga menilai karakter siswa, sehingga dalam
berpikir kritis kritis siswa juga berkarakter. Dalam penelitian karakter yang
digunakan adalah kerjasama dan tanggung jawab. Penilaian karakter juga dibagi
menjadi 3 klasifikasi yaitu baik dengan skor 75-100, klasifikasi cukup dengan
skor 50-74 dan klasifikasi kurang dengan perolehan skor dibawah 50.
Perbandingan klaisifikasi tindakan yang telah dilakukan tersebut dapat dilihat
pada tabel 4.22 berikut:
72
Tabel 4.22Perbandingan Klasifikasi Keterampilan Berpikir Kritis Tiap Tahap
Pada Pembelajaran IPS Siklus1, Siklus 2, Siklus 3
No. Keterampilanberpikir kritis
Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3
Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Tinggi
1. Identifikasi 6 9 3 15 3 18
2. Perumusan Masalah 8 6 4 12 6 18
3. Pengumpulan Data 2 12 4 10 8 18
4. Analisis Data 4 10 4 14 4 18
5. Menemukan caramenangani masalah 6 10 2 10 8 18
6. PengambilanKeputusan 4 8 6 12 6 18
7. Evaluasi caramenangani masalah 6 8 4 14 4 18
8. Presentasi 4 8 6 12 6 18
Sumber : data primer
Dari tabel di atas terlihat adanya peningkatan keterampilan berpikir
kritis siswa pada setiap tahap pada pembelajaran IPS. Pada siklus 1 pada tahap
identifikasi dari siklus 1 klasifikasi siswa masih ada yang berada pada 3
klasifikasi. Pada siklus 2 siswa hanya ada pada klasifikasi tinggi dan rendah.
Pada siklus 3 semua siswa sudah berada pada klasifikasi tinggi. Untuk melihat
perbandingan peningkatan dari masing-masing siklus dapat pada tabel distribusi
klasifikasi keterampilan berpikir kritis tinggi. Indikator kinerja pada penelitian
ini semua siswa berada diklasifikasi tinggi pada keterampilan berpikir kritis.
Perbandingan klaisifikasi tinggi pada keterampilan berpikir kritis yang telah
dilakukan tersebut dapat dilihat pada tabel 4.23 berikut:
73
Tabel 4.23Perbandingan Keterampilan Berpikir Kritis Klasifikasi tinggi Tiap Tahap
Pada Pembelajaran IPS Siklus1, Siklus 2, Siklus 3
No Indikator keterampilanberpikir kritis siklus 1 siklus 2 siklus 3
1. Identifikasi 6 15 182. perumusan masalah 8 12 183. pengumpulan data 4 10 184. analisis data 4 14 185. pemecahan masalah 6 10 186. pengambilan keputusan 4 12 187. Evaluasi 6 14 188. Presentasi 4 16 18
Sumber: Data primer
Berdasarkan tabel 4.23 dapat terlihat perbandingan keterampilan
berpikir kritis klasifikasi tinggi tiap siklus dan tiap tahap pembelajaran Pada
tahap mengidentifikasi pada siklus 1 terdapat 6 siswa, siklus 2 terdapat 15 siswa
dan di siklus 3 terdapat 18 siswa (100%). Pada tahap perumusan masalah pada
siklus 1 terdapat 8 siswa, siklus 2 terdapat 12 siswa dan di siklus 3 terdapat 18
siswa (100%). Pada tahap pengumpulan data pada siklus 1 terdapat 8 siswa,
siklus 2 terdapat 12 siswa dan di siklus 3 terdapat 18 siswa (100%). Pada tahap
analisis data pada siklus 1 terdapat 4 siswa, siklus 2 terdapat 14 siswa dan di
siklus 3 terdapat 18 siswa (100%). Pada Tahap Menemukan Cara Menangani
Masalah pada siklus 1 terdapat 6 siswa, siklus 2 terdapat 10 siswa dan di siklus 3
terdapat 18 siswa (100%). Pada tahap pengambilan keputusan pada siklus 4
terdapat 8 siswa, siklus 2 terdapat 14 siswa dan di siklus 3 terdapat 18 siswa
(100%). Pada tahap evaluasi pada siklus 1 terdapat 6 siswa, siklus 2 terdapat 14
siswa dan di siklus 3 terdapat 18 siswa (100%). Pada tahap presentasi pada
siklus 1 terdapat 4 siswa, siklus 2 terdapat 16 siswa dan di siklus 3 terdapat 18
siswa (100%). Perbandingan klaisifikasi tinggi pada keterampilan berpikir kritis
yang telah dilakukan tersebut dapat dilihat pada gambar 4.6 berikut:
74
Gambar 4.5Diagram Batang Perbandingan Keterampilan Berpikir Kritis Klasifikasi
tinggi Pembelajaran IPS Siswa Kelas 4 Tiap Siklus
Sumber : data sekunder
Berdasarkan gambar 4.6 dapat diketahui bahwa melalui model
pembelajaran TPS terjadi peningkatan keterampilan berpikir kritis dari siklus I
siswa tidak masih berada dalam klasifikasi berpikir kritis tingkat rendah sampai
akhirnya siswa dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis disetiap
pertemuan pembelajaran dengan kenaikan pada siklus 2 dan 3 sesuai dengan
indikator kinerja yang diinginkan.
Kegiatan pembelajaran selain mengobservasi keterampilan berpikir
kritis, kegiatan observasi karakter siswa juga dilihat. Pada penelitian ini karakter
yang diamati adalah karakter kerjasama dan tanggung jawab. Perbandingan pada
masing-masing karakter dapat dilihat di tabel 4.24 berikut:
Tabel 4.24Perbandingan Karakter Siswa Tiap Siklus
No. Karaktersiklus 1 siklus 2 siklus 3
baik cukup kurang baik cukup baik1. Kerjasama 4 10 4 12 6 182. Tanggung
jawab 6 9 3 15 3 18
Sumber: data primer
75
Berdasarkan tabel 4.24 dapat terlihat perbandingan klasifikasi karakter
kerjasama dan tanggung jawab tiap siklus. Karakter kerjasama pada siklus 1
berklasifikasi baik terdapat 4 siswa, cukup 10 siswa dan kurang 4 siswa.Karakter
tanggung jawab pada siklus 1 klasifikasi baik terdapat 6 siswa, cukup 9 siswa
dan kurang terdapat 3 siswa. Pada siklus 2 karakter kerjasama dan tanggung
jawab siswa sudah tida ada yang masuk klasifikasi kurang. Siklus 2 karakter
kerjasama klasifikasi baik 12 dan klasifikasi cukup 6 siswa. Karakter tanggung
jawab klasifikasi baik terdapat 15 siswa dan cukup 3 siswa. Pada siklus 3
klasifikasi karakter kerjasama dan tanggung jawab semua siswa masuk ke
klasifikasi baik. Perbandingan klaisifikasi tinggi pada keterampilan berpikir
kritis yang telah dilakukan tersebut dapat dilihat pada gambar 4.6 berikut:
Gambar 4.6Diagram Batang Perbandingan Karakter Siswa Kelas 4
Siklus1, Siklus 2, Siklus 3
Sumber: data sekunder
Dalam menggunakan model pembelajaran TPS siswa mulai aktif dalam
pembelajaran tidak hanya diam dan mendengarkan, siswa bekerja sama dengan
siswa lainnya, berani mengemukakan pendapat maupun pertanyaan berdasarkan
bukti yang sudah diperoleh, serta mengembangkan keterampilannya untuk
menghasilkan sebuah kesimpulan, Siswa dapat memecahkan masalah dan
mengambil suatu keputusan yang sesuai dengan bukti. Peningkatan keterampilan
76
berpikir kritis tersebut berdampak pada peningkatan cara berpikir kritis. Selain
meningkatkan keterampilan berpikir siswa, juga meningkatkan karakter siswa
yang bekerjasama dan bertanggung jawab pada mata pelajaran IPS dengan
kompetensi dasar mengenal masalah sosial di daerah setempat siswa kelas 4 SD
Negeri Ujung-Ujung 02 pada semester 2 tahun pelajaran 2012/2013.
4.6 Pembahasan Hasil Penelitian
4.6.1 Pembahasan Siklus I
Fokus perbaikan pada penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar
siswa melalui model pembelajaran TPS. Dengan mengemukakan bahwa m ini
merupakan strategi yang menarik untuk digunakan jika materi yang akan
dipelajari dapat dibagi menjadi beberapa bagian dan materi tersebut tidak
mengharuskan urutan penyampaian. Kelebihan strategi ini adalah dapat
melibatkan seluruh siswa dalam belajar dan sekaligus mengajarkan kepada orang
lain.
Berdasarkan hasil penelitian, kegiatan pembelajaran di kelas 4 SD Negeri
Ujung-Ujung02 kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang terlihat bahwa ada
peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa. Setelah diadakan pembelajaran
dengan model pembelajaran TPS, kemudian dilakukan penilaian melalui
pengamatan ketika pembelajaran sedang berlangsung. Data yang didapat
kemudian didiskusikan bersama guru kelas dan observer.
Dari hasil observasi menunjukkan bahwa pada tahap mengidentifikasi 6
siswa (33,3%) berada pada klasifikasi keterampilan berpikir kritis tinggi, 9 siswa
(50%) berada pada klasifikasi sedang dan siswa yang berada pada klasifikasi
rendah sebanyak 3 siswa (16,7%). Pada tahap merumuskan masalah 8 siswa
(72,2%) berada pada klasifikasi keterampilan berpikir kritis tinggi, 6 siswa
(33,3%) berada pada klasifikasi sedang dan pada klasifikasi rendah sebanyak 4
siswa (22,2%). Pada tahap mengumpulkan data sebanyak 4 siswa (22,2%)
berada pada klasifikasi keterampilan berpikir kritis tinggi, 8 siswa (44,4%)
berada pada klasifikasi sedang dan pada klasifikasi rendah sebanyak 6 siswa
(33,3%). Pada tahap menganalisis data 4 siswa (22,2%) berada pada klasifikasi
77
keterampilan berpikir kritis tinggi, 10 siswa (55,6%) berada pada klasifikasi
sedang dan pada klasifikasi rendah sebanyak 4 siswa (22,2%). Pada tahap
memecahkan masalah 6 siswa (33,3%) berada pada klasifikasi keterampilan
berpikir kritis tinggi, 10 siswa (55,6%) berada pada klasifikasi sedang dan pada
klasifikasi rendah sebanyak 2 siswa (11,1%). Pada tahap pengambilan keputusan
4 siswa (22,2%) berada pada klasifikasi keterampilan berpikir kritis tinggi, 8
siswa (44,4%) berada pada klasifikasi sedang dan pada klasifikasi rendah
sebanyak 6 siswa (33,3%). Pada tahap mengevaluasi 6 siswa (33,3%) berada
pada klasifikasi keterampilan berpikir kritis tinggi, 8 siswa (44,4%) berada pada
klasifikasi sedang dan pada klasifikasi rendah sebanyak 4 siswa (22,2%). Pada
tahap mempresetasikan 12 siswa (66,7%) berada pada klasifikasi keterampilan
berpikir kritis tinggi, 4 siswa (22.3%) berada pada klasifikasi sedang dan pada
klasifikasi rendah sebanyak 2 siswa (11,1%). didapatkan bahwa 6 siswa (33%)
diklasifikasikan berpikir kritis tingkat rendah, 8 siswa (44%) diklasifikasikan
berpikir kritis tingkat sedang dan 4 siswa (22%) diklasifikasikan masuk kedalam
berpikir kritis tingat tinggi.
Selain melihat keterampilan berpikir kritis, hasil observasi karakter siswa
yang masuk dalam klasifikasi berkarakter kerja sama berada dalam klasifikasi
baik sebanyak 4 siswa (22,2%), klasifikasi cukup sebanyak 10 siswa (55,6%),
dan yang berada pada klasifikasi kurang sebanyak 4 siswa (22,2%). Pada
karakter tanggung jawab siswa yang berada pada klasifikasi baik sebanyak 6
siswa (33.3), siswa yang berada di klasifikasi cukup hanya sebanyak 9 siswa
(50%) dan yang berada pada klasifikasi kurang sebanyak 3 siswa (16,7%).
Hasil tersebut belum memenuhi klasifikasi yang ingin dicapai sebesar
100% dari seluruh siswa diklasifikasikan sangat berpikir kritis tingkat sedang,
sehingga perlu dilaksanakan tindakan siklus 2
Perolehan hasil pada siklus I ini masih belum optimal, beberapa
kekurangan dalam penelitian tindakan siklus I ini antara lain Dalam awal
pembelajaran kesiapan siswa juga harus diperhatikan terutama dalam pengaturan
tempat duduk siswa. Harus memperhatikan waktu yang sudah dialokasikan agar
implementasi model pembelajaran TPS dapat maksimal, guru belum sepenuhnya
78
sebagai fasilitator yang baik dan kurang melibatkan siswa dalam membuat
kesimpulan di akhir pembelajaran. Siswa belum berani menyampaikan
pertanyaan yang berbobot baik kepada guru maupun teman lainnya yang sedang
presentasi. Semua siswa harus beraktifitas positif dalam pembelajaran sehingga
siswa memperoleh manfaat pembelajaran melalui model pembelajaran TPS ini.
4.6.2 Pembahasan Siklus 2
Perbaikan pada siklus dari kegiatan refleksi teridentifikasi bahwa dalam
dalam awal pembelajaran kesiapan siswa juga harus diperhatikan terutama
dalam pengaturan tempat duduk siswa. Mengawasi siswa dalam mencari data
agar tidak bermain-main.Harus memperhatikan waktu yang sudah dialokasikan
agar implementasi model pembelajaran TPS dapat maksimal, kegiatan diskusi
kelas harus mengaktifkan semua siswa.Guru belum sepenuhnya sebagai
fasilitator yang baik dan kurang melibatkan siswa dalam membuat kesimpulan di
akhir pembelajaran. Siswa belum berani menyampaikan pertanyaan yang
berbobot baik kepada guru maupun teman lainnya yang sedang presentasi.
Selanjutnya pada siklus 2 penelitian perbaikan keterampilan berpikir
kritis siswa difokuskan pada kekurangan di siklus 1 Selama proses
pembelajaran, siswa tampak lebih beraktifitas positif. Hasil instrumen penilaian
pada siklus 2 menunjukkan bahwa pada tahap mengidentifikasi 15 siswa
(83,3%) berada pada klasifikasi keterampilan berpikir kritis tinggi, 3 siswa
(16,7%) berada pada klasifikasi sedang dan tidak ada yang masuk pada
klasifikasi rendah. Pada tahap merumuskan masalah 12 siswa (66,7%) berada
pada klasifikasi keterampilan berpikir kritis tinggi, 6 siswa (33,3%) berada pada
klasifikasi sedang dan tidak ada yang masuk pada klasifikasi rendah. Pada tahap
mengumpulkan data sebanyak 10 siswa (55,6%) berada pada klasifikasi
keterampilan berpikir kritis tinggi, 8 siswa (44,4%) berada pada klasifikasi
sedang dan tidak ada yang masuk pada klasifikasi rendah. Pada tahap
menganalisis data 14 siswa (77,8%) berada pada klasifikasi keterampilan
berpikir kritis tinggi, 4 siswa (22,2%) berada pada klasifikasi sedang dan tidak
ada yang masuk pada klasifikasi rendah. Pada tahap memecahkan masalah 10
79
siswa (55,6%) berada pada klasifikasi keterampilan berpikir kritis tinggi, 8 siswa
(44,4%) berada pada klasifikasi sedang dan tidak ada yang masuk pada
klasifikasi rendah. Pada tahap pengambilan keputusan 12 siswa (66,7%) berada
pada klasifikasi keterampilan berpikir kritis tinggi, 6 siswa (33,3%) berada pada
klasifikasi sedang dan tidak ada yang masuk pada klasifikasi rendah. Pada tahap
mengevaluasi 14 siswa (77,8%) berada pada klasifikasi keterampilan berpikir
kritis tinggi, 4 siswa (22,2%) berada pada klasifikasi sedang dan tidak ada yang
masuk pada klasifikasi rendah. Pada tahap mempresetasikan 12 siswa (66,7%)
berada pada klasifikasi keterampilan berpikir kritis tinggi, 6 siswa (33,3%)
berada pada klasifikasi sedang dan tidak ada yang masuk pada klasifikasi
rendah.
Selain melihat keterampilan berpikir kritis, hasil observasi karakter siswa
Siswa yang berada dalam klasifikasi berkarakter kerja sama berada dalam
klasifikasi baik sebanyak 12 siswa (66,7%), klasifikasi cukup sebanyak 6 siswa
(33,3%), dan sudah tidak ada lagi yang berada pada klasifikasi kurang. Pada
karakter tanggung jawab siswa yang berada pada klasifikasi baik sebanyak 15
siswa (83.3), siswa yang berada di klasifikasi cukup hanya sebanyak 3 siswa dan
sudah atidak terlihat siswa yang berada pada klasifikasi kurang.
Sampai pada perbaikan siklus 2, sudah tidak ditemukan siswa yang siswa
bermain sesukanya sendiri dan sering mengganggu siswa lain yang sedang
mengerjakan tugas. Dari kondisi guru sudah bekerja keras menegur perilaku
siswa namun setelah guru berkeliling, siswa ini tidak membuat kegaduhan lagi.
4.6.3 Pembahasan Siklus 3
Perbaikan keterampilan berpikir kritis siswa pada siklus 3 menunjukkan
hasil penilaian keterampilan berpikir kritis, baik peran guru dan persentase
pembelajaran. Namun demikian keterampilan berpikir kritis siswa belum
maksimal. Dari kegiatan refleksi teridentifikasi bahwa dalam awal pembelajaran
kesiapan siswa masih harus diperhatikan Masih ada siswa yang membuat gaduh
dan perlu diperhatikan
80
Selanjutnya pada siklus 3 penelitian perbaikan keterampilan berpikir
kritis siswa difokuskan pada kekurangan di siklus 2. Selama proses
pembelajaran, siswa tampak lebih beraktifitas positif. Hasil instrumen penilaian
pada siklus 3 diketahui bahwa seluruh tahap dari mengidentifikasi, merumuskan
masalah, mengumpulkan data, menganalisis, memecahkan masalah, mengambil
keputusan, mengevaluasi dan mempresentasikan diklasifikasikan berpikir kritis
tingkat tinggi. Penilaian karakter juga terlihat terjadi peningkatan semua siswa
masuk dalam klasifikasi berkarakter baik. dari hasil penilaian siklus 3. Semua
siswa (100%) pada siklus 3 mencapai target indikator kinerja yang sudah
ditentukan.
4.6.4 Pembahasan Perbandingan Siklus 1, Siklus 2, dan Siklus 3
Pada siklus 1 kondisi pembelajaran siswa masih seperti kondisi pra
siklus, siswa pasif dalam pembelajaran. Dapat dilihat siswa siswa masih ada
yang berada pada klasifikasi rendah. Pada siklus 2 sudah tidak ada lagi siswa
yang berada pada klasifikasi rendah ,tetapi masih ada yang berada di klasifikasi
sedang. Pada siklus 3 akhirnya semua siswa (100%) sudah berada pada
klasifikasi tinggi pada masing-masing tahap pembelajaran. Berikut pembahasan
peningkatan keterampilan berpikir kritis pada klasifikasi tinggi.
Pada tahap mengidentifikasi siswa yang berada pada klasifikasi tinggi
pada siklus 1 sebanyak 6 siswa (33,3%), pada siklus 2 meningkat sebesar 50%
menjadi 15 siswa (83,3%) dan pada siklus 3 meningkat lagi sebesar 16,7%
menjadi 18 siswa (100%) berada pada klasifikasi tinggi. Pada tahap merumuskan
masalah siswa yang berada pada klasifikasi tinggi pada siklus 1 sebanyak 8
siswa (44,4%), pada siklus 2 meningkat sebesar 22,2% menjadi 12 siswa
(66,7%) dan pada siklus 3 meningkat sebesar 33,3% menjadi 18 siswa (100%)
berada pada klasifikasi tinggi. Pada tahap mengumpulkan data siswa yang
berada pada klasifikasi tinggi pada siklus 1 sebanyak 4 siswa (22,2%), pada
siklus 2 meningkat sebesar 33,3% menjadi 10 siswa (55,6%) dan pada siklus 3
meningkat sebesar 44,4% menjadi 18 siswa (100%) berada pada klasifikasi
tinggi. Pada tahap menganalisis data siswa yang berada pada klasifikasi tinggi
81
pada siklus 1 sebanyak 4 siswa (22,2%), pada siklus 2 meningkat sebesar 55,5%
menjadi 14 siswa (77,8%) dan pada siklus 3 meningkat sebesar 22,2% menjadi
18 siswa (100%) berada pada klasifikasi tinggi. Pada Tahap Menemukan Cara
Menangani Masalah siswa yang berada pada klasifikasi tinggi pada siklus 1
sebanyak 6 siswa (33,3%), pada siklus 2 meningkat sebesar 22,2% menjadi 10
siswa (55,6%) dan pada siklus 3 meningkat sebesar 44,4% menjadi 18 siswa
(100%) berada pada klasifikasi tinggi. Pada tahap mengambil keputusan siswa
yang berada pada klasifikasi tinggi pada siklus 1 sebanyak 4 siswa (22,2%),
pada siklus 2 meningkat sebesar 44,4% menjadi 12 siswa (66,6%) dan pada
siklus 3 meningkat sebesar 33,3% menjadi 18 siswa (100%) berada pada
klasifikasi tinggi. Pada tahap evaluasi siswa yang berada pada klasifikasi tinggi
pada siklus 1 sebanyak 6 siswa (33,3%), pada siklus 2 meningkat sebesar 44,4%
menjadi 14 siswa (77,8%) dan pada siklus 3 meningkat sebesar 22,2% menjadi
18 siswa (100%) berada pada klasifikasi tinggi. Pada tahap presentasi siswa
yang berada pada klasifikasi tinggi pada siklus 1 sebanyak 4 siswa (22,2%),
pada siklus 2 meningkat sebesar 66,7% menjadi 16 siswa (88,9%) dan pada
siklus 3 meningkat sebesar 11,1% menjadi 18 siswa (100%) berada pada
klasifikasi tinggi. Frekuensi siswa pada karakter kerjasama pada siklus 1
berklasifikasi baik terdapat 4 siswa (22,2%), meningkat sebesar 44,4% menjadi
12 siswa (66,7%) dan pada siklus 3 meningkat sebesar 33,3% menjadi 18 siswa
(100%). Jumlah siswa pada karakter tanggung jawab pada siklus 1 berklasifikasi
baik terdapat 6 siswa (33,3%), meningkat sebesar 50% menjadi 15 siswa
(83,3%) dan pada siklus 3 meningkat sebesar 16,7% menjadi 18 siswa (100%).
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini terbukti bahwa model
pembelajaran think pair share (TPS) yang dilaksanakan di kelas 4 SD Negeri
Ujung-Ujung 02 Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang meningkatkan
keterampilan berpikir kritis siswa.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitria Ratnasari
pada tahun 2010 yang berjudul “Penerapan Pembelajaran Dengan Pola
Pemberdayaan Berpikir Melalui Pertanyaan (PBMP) Dengan Metode
Kooperatif Model Think Pair Share (TPS) Untuk Meningkatkan Keterampilan
82
Berpikir Kritis Dan Hasil Belajar Biologi Siswa SMA Negeri 2 Blitar”, dan
penelitian yang dilakukan oleh Nilasari Firda Kurnia pada tahun 2010 yang
berjudul “Implementasi Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share (TPS) Untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada MataDiklat Siklus
Akuntansi Kelas X AK SMK PGRI 6 Malang”. Kedua penelitian itu mempunyai
hasil bahwa model pembelajaran TPS dapat meningkatkan keterampilan berpikir
kritis.
Model pembelajaran TPS dapat meningkatkan keterampilan berpikir
krtis karena pada saat terjadi pembelajaran siswa banyak memiliki waktu untuk
berpikir mengenai mengidentifikasi, menrumuskan masalah, mengumpulkan
data, menganalisis, memecahkan masalah, mengambil keputusan, mengevaluasi
dan menpresentasikan. Semua tahap tersebut dilakukan siswa samabil berpikir
mandiri dan berdiskusi bertukar pendapat dengan pasangan, hal ini membuat
komunikasi antar siswa semakin baik. Dalam kelompok siswa hanya berdua ,hal
ini membuat siswa yang tadinya kurang aktif menjadi aktif. Setelah siswa dapat
berpikir berpasangan, siswa mempresentasikan hasil pikiran mereka ke semua
siswa, sehingga mereka bisan salaing bertukar pikiran saling mengkritik dan
menaggapi satu sama lain, hal ini membuat pembelajaran berpusat pada siswa
dan pembelajaran dikelas terasa lebih baik.