36
67 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Pengembangan Penelitian Hasil dari penelitian dan pengembangan ini adalah modul pembelajaran IPA Terpadu Tema Ekosistem dengan pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS) untuk meningkatkan kepedulian lingkungan dan kemampuan analisis. Bahan kajian Standar Kompetensi; “ mengagumi dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang aspek fisik dan kimiawi, kehidupan dalam ekosistem dan peranan manusia dalam lingkungan serta mewujudknnya dalam pengamatan ajaran agama yang dianutnya”. yang dikembangkan adalah Kompetensi Dasar 3.8 yaitu mendiskripsi interaksi antar mahkluk hidup dengan lingkungannya”, dan K.D. 3.9 yaitu “ mendiskripsikan pencemaran dan dampaknya bagi kehidupan”. Data hasil dari tahapan penelitian pengembangan ini melalui 4 tahapan yaitu pendefinisian (define), perancangan (design), pengembangan (develop) dan penyebaran (disseminate). a) Pendefinisian (Define) Tahap pendefinisian ini mencakup 8 langkah yaitu: analisis PISA, analisis 8 Standar Pendidikan Nasional, analisis Ujian Nasional, analisis Kurikulum, Analisis Proses Pembelajaran, analisis Bahan Ajar, analisis Kemampuan Analisis, dan Kepedulian Lingkungan. Berdasarkan hasil laporan beberapa lembaga internasional, perkembangan di Indonesia masih belum memuaskan. Hal ini tercermin dari hasil Study Programme For International Assesment (PISA) selama 4 periode evaluasi menunjukkan prestasi pelajar Indonesia bidang IPA mengalami penurunan. Jumlah anggota PISA terdiri dari 64 negara, prestasi pelajar Indonesia tahun 2003 peringkat 38, tahun 2006 peringkat 50, tahun 2009 peringkat 60 dan tahun 2012 peringkat 64 (Lampiran 2: 106) Hasil analisis pemenuhan Standar Nasional Pendidikan meliputi 8 poin, di SMP Negeri 1 Sragen, antara lain: (1) Standar Kompetensi Lulusan (1,39); (2) Standar Isi (4,67); (3) Standar Proses (1,86); (4) Standar Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (0,93); (5) Standar Sarana dan Prasarana; (6) Standar Pengelolaan; (7) Standar Pembiayaan Pendidikan; (8) Standar Penilaian Pendidikan (3,25).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi … · 67 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Pengembangan Penelitian Hasil dari penelitian dan pengembangan

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

67

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Pengembangan Penelitian

Hasil dari penelitian dan pengembangan ini adalah modul pembelajaran IPA

Terpadu Tema Ekosistem dengan pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS) untuk

meningkatkan kepedulian lingkungan dan kemampuan analisis. Bahan kajian Standar

Kompetensi; “ mengagumi dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang aspek fisik dan

kimiawi, kehidupan dalam ekosistem dan peranan manusia dalam lingkungan serta

mewujudknnya dalam pengamatan ajaran agama yang dianutnya”. yang dikembangkan

adalah Kompetensi Dasar 3.8 yaitu “mendiskripsi interaksi antar mahkluk hidup dengan

lingkungannya”, dan K.D. 3.9 yaitu “ mendiskripsikan pencemaran dan dampaknya

bagi kehidupan”. Data hasil dari tahapan penelitian pengembangan ini melalui 4 tahapan

yaitu pendefinisian (define), perancangan (design), pengembangan (develop) dan

penyebaran (disseminate).

a) Pendefinisian (Define)

Tahap pendefinisian ini mencakup 8 langkah yaitu: analisis PISA, analisis 8

Standar Pendidikan Nasional, analisis Ujian Nasional, analisis Kurikulum, Analisis

Proses Pembelajaran, analisis Bahan Ajar, analisis Kemampuan Analisis, dan

Kepedulian Lingkungan.

Berdasarkan hasil laporan beberapa lembaga internasional, perkembangan di

Indonesia masih belum memuaskan. Hal ini tercermin dari hasil Study Programme For

International Assesment (PISA) selama 4 periode evaluasi menunjukkan prestasi pelajar

Indonesia bidang IPA mengalami penurunan. Jumlah anggota PISA terdiri dari 64

negara, prestasi pelajar Indonesia tahun 2003 peringkat 38, tahun 2006 peringkat 50,

tahun 2009 peringkat 60 dan tahun 2012 peringkat 64 (Lampiran 2: 106)

Hasil analisis pemenuhan Standar Nasional Pendidikan meliputi 8 poin, di SMP

Negeri 1 Sragen, antara lain: (1) Standar Kompetensi Lulusan (1,39); (2) Standar Isi

(4,67); (3) Standar Proses (1,86); (4) Standar Pendidikan dan Tenaga Kependidikan

(0,93); (5) Standar Sarana dan Prasarana; (6) Standar Pengelolaan; (7) Standar

Pembiayaan Pendidikan; (8) Standar Penilaian Pendidikan (3,25).

68

Wawancara dilakukan kepada wakasek kurikulum dan guru mata pelajaran IPA

yang berkaitan dengan delapan komponen Standar Nasional Pendidikan (SNP). Hasil

yang diperoleh dari kegiatan tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4. 1. Capaian Skor Pemenuhan 8 SNP Jumlah

Indi-

kator

Skor

ideal

Kon-

tri-

busi

Imple-

mentasi

SNP

gap Skor

% Skor % % Min Max Mean

Standar

I

8 24 11,11 21 9,72 1,39 2 3 2,63

Standar

II

10 30 13,89 20 9,26 4,63 1 3 2,00

Standar

III

12 36 16,67

32 14,81 1,86 2 3 2,67

Standar

IV

11 33 15,28 31 14,35 0,93 2 3 2,82

Standar V 11 33 15,28 33 15,28 0 3 3 3,00

Standar

VI

4 12 5,56 12 5,56 0 3 3 3,00

Standar

VII

3 9 4,17 9 4,17 0 3 3 3,00

Standar

VIII

13 39 18,06 32 14,81 3,25 1 3 2,46

Total 72 216 100 190 87,96 12,04

Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukkan capaian skor pemenuhan delapan komponen

Standar Nasional Pendidikan (SNP) di SMP Negeri 1 Sragen adalah 87,96% sehingga

dapat dikategorikan sangat baik. Namun, masih terdapat gap antara skor ideal dengan

skor pencapaian di lapangan yaitu sebesar 12,04%. Skor gap tersebut berasal dari

kontribusi beberapa komponen SNP yang memperoleh skor 1 dan 2. Komponen standar

yang paling banyak memiliki gap adalah standar proses, standar penilaian, dan standar

kompetensi lulusan dengan persentase 4,69%; 3,25%; dan 1,86%. Standar proses

berkaitan langsung dengan proses belajar mengajar di sekolah, sumber belajar/ bahan

ajar, serta perangkat dan media pembelajaran yang digunakan oleh guru.

Hasil analisis Ujian Nasional (UN) di SMP Negeri 1 Sragen ditujukan untuk

mengetahui capaian nilai IPA sebagaimana disajikan pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Tabel Nilai Ujian Nasional (NUN) IPA SMP N 1 Sragen

Tahun Ajaran Rata-rata Nilai Peringkat Tk. Kabupaten

2012/2013

2013/2014

2014/2015

8.02

8.25

8.08

1

2

1

Sumber: kurikulum SMP Negeri 1 Sragen

69

Berdasarkan Tabel 4.2 menunjukkan analisis hasil UN 2014/2015 pada tema

Ekosistem rata-rata skor yang diperoleh siswa SMP Negeri 1 Sragen dan hasil UN IPA

mempunyai rata-rata tergolong rendah dibanding dengan mata pelajaran lain yang

masuk dalam Ujian Nasional.

Berdasarkan hasil analisis kurikulum pembelajaran IPA di SMP Negeri 1 Sragen

pada tahun penelitian mengacu pada Kurikulum 2013. Dalam Kurikulum 2013

pembelajaran IPA menggunakan IPA Terpadu, meskipun sudah terpadu proses

keterpaduan tidak diperhatikan. Kompetensi dasar dan standar kompetensi disajikan

secara terpisah antara kajian sains itu sendiri. Akibatnya peserta didik tetap tidak

mengerti bahwa materi yang dipelajarinya itu ada kaitan yang dekat dengan materi yang

lain. Sebagai akibatnya mengalami kesulitan dalam menyusun desain pembelajaran IPA

Terpadu.

Hasil analisis tema Ekosistem mencakup 2 Kompetensi Dasar yaitu K.D. 3.8.

Mendiskripsikan Interaksi antar Mahkluk Hidup dan Lingkungan dan K.D. 3.9.

Dampak Pencemaran bagi Kehidupan disajikan pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Analisis Materi Tema Ekosistem Terhadap Pemberdayaan

Kemampuan Analisis.

Tema Kajian Materi Pemberdayaan Kemampuan Analisis

Siswa

Ekosistem Interaksi mahkluk hidup

dengan lingkungan

Pencemaran

Materinya belum memberdayakan

Kemampuan analisis siswa karena

hanya memberikan informasi materi.

Berdasarkan Tabel 4.3 menunjukkan bahwa materi tema Ekosistem belum

memberdayakan kemampuan analisis peserta didik, materi hanya memberikan informasi

kurang memberikan kesempatan peserta didik untuk berpikir ( menganalisis).

Hasil analisis bahan ajar, digunakan di SMP Negeri 1 Sragen diperoleh hasil

bahwa materinya sudah lengkap juga disertai dengan contoh-contoh namun masih

bersifat umum. Bahan ajar tersebut lebih dominan pada materi dan latihan soal, belum

mengoptimalkan kemampuan analisis peserta didik melalui diskusi dan eksperimen,

serta mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari peserta didik. Bahan ajar tersebut

juga tidak dilengkapi dengan gambar/simbol dengan warna yang menarik dan bahasa

70

yang digunakan kurang komunikatif. Bahan ajar tersebut umumnya belum

memanfaatkan dengan potensi sekolah, potensi lingkungan di sekitar peserta didik, serta

karakteristik peserta didik.

Hasil observasi kegiatan laboratorium di SMP Negeri 1 Sragen menunjukkan

pemakaian belum optimal. Ruang laboratorium difungsikan untuk kelas, karena

keterbatasan jumlah ruang kelas. Dampaknya peserta didik kurang dilatih ketrampilan

proses sains yang mendukung pengembangan kemampuan analisis peserta didik.

Hasil analisis proses pembelajaran di kelas: a). Pembelajaran menggunakan

metode konvensional atau berpusat pada guru sehingga keterlibatan siswa dalam

kegiatan pembelajaran masih rendah; b). Siswa kurang bersemangat dalam belajar IPA

terlihat dari aktivitas siswa pada saat proses pembelajaran hanya duduk dan mendengar;

c). Siswa merasa pembelajaran IPA merupakan pelajaran yang sulit dan tumit sehingga

terkadang membosankan.

Hasil analisa kemampuan analisis peserta didik di SMP Negeri 1 Sragen

menunjukkan masih perlu ditingkatkan, dapat dilihat dari hasil pretest menggunakan

soal analisis (C4) Bloom khususnya pada materi Ekosistem menunjukkan hasil belum

optimal, nilai rata-rata diperoleh 74,5. Data berupa nilai rata-rata (Lampiran 4).

Hasil analisis kepedulian lingkungan peserta didik melalui angket dan observasi

menunjukkan bahwa kepedulian terhadap lingkungan masih rendah, ditandai ada

sebagaian peserta didik yang masih membuang sampah tidak pada tempatnya.

Kesimpulan dari hasil analisa studi pendahuluan tersebut di atas yang

permasalahan paling menonjol terdapat pada bahan ajar. Melihat permasalahan yang

tersebut di atas, maka perlu dikembangkan bahan ajar berupa modul Terpadu tema

Ekosistem dengan pendekatan jelajah alam sekitar untuk meningkatkan kepedulian

lingkungan dan kemampuan analisis

b) Perancangan (Design)

Draf awal disusun berdasarkan analisis kebutuhan, kurikulum, analisis materi,

observasi dan tujuan penyusunan modul. Analisis kebutuhan digunakan sebagai

rujukan pemilihan media dan pendekatan yang dibutuhkan guru dan siswa. yaitu

diarahkan pada pengembangan modul IPA Terpadu Tema Ekosistem dengan

pendekatan JAS untuk meningkatkan kepedulian lingkungan dan kemampuan analisis.

71

Berdasarkan hasil studi pendahuluan maka dapat dilakukan perencanaan

pembelajaran sebagai berikut: a). SK yang dipilih untuk dikembangkan adalah Standar

Kompetensi 4 dengan Kompetensi Dasar yang dipilih adalah 3.8 yaitu Menjelaskan

Keterkaitan antar mahkluk hidup dengan Lingkungannya; b). Tujuan pembelajaran yang

dikembangkan sesuai dengan hakikat sains yaitu tujuan kognitif, afektif, dan

psikomotorik; c). Bahan ajar yang dikembangkan berupa modul. Modul berisi rangkaian

kegiatan belajar yang dirancang secara sistematis yang memungkinkan siswa untuk

belajar mandiri. Namun, dalam modul ini juga diberikan kesempatan untuk siswa

bereksperimen dan berdiskusi dalam kelompok sehingga selain dapat digunakan untuk

belajar mandiri, modul ini juga dapat melatih siswa untuk bekerja sama,

menyumbangkan pendapat, dan saran dalam diskusi kelompok. Modul yang

dikembangkan terdiri dari tiga kegiatan belajar yaitu lingkungan, pencemaran, dan

pemanasan global. Setiap kegiatan terdiri atas bagian-bagian berikut: 1) Standar

Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan indikator; 2) asah pemahaman; 3) wacana; 7) info

sains; 8) rangkuman; 9) wawasan sains; 10) evaluasi; 11) petunjuk penilaian, tugas

individu, dan refleksi diri; 12) kunci jawaban dan pembahasan, daftar pustaka, serta

glosarium.

Selain itu, dalam modul ini juga dilengkapi dengan petunjuk penggunaan dan

peta konsep di bagian awal modul. Daftar pustaka dan kunci jawaban terdapat dibagian

akhir modul: a). Model pembelajaran yang dipilih agar peserta didik lebih aktif dan

berhubungan dengan lingkungan selama pembelajaran adalah IPA terpadu berorientasi

JAS yang menuntut siswa untuk melakukan prediksi/ dugaan sementara terhadap

permasalahan yang diberikan oleh guru, kemudian melakukan pengamatan atau

eksperimen untuk membuktikan hasil pengamatan, dan menjelaskan kesesuaian hasil

pengamatan/ eksperimen dengan hasil prediksi; b). Pembelajaran IPA erat kaitannya

dengan lingkungan. Lingkungan dapat dijadikan sebagai sumber belajar IPA karena

adanya gejala-gejala di alam dapat memunculkan persoalan-persoalan sains. Khususnya

pada materi ekosistem, lingkungan dapat dijadikan sebagai contoh riil dalam

mempelajari permasalahan dan upaya penanggulangan yang dapat dilakukan sehingga

memudahkan siswa dalam memahami konsep sehingga akan meningkatkan hasil belajar

siswa.

72

Setelah bahan-bahan yang diperlukan dalam pengembangan modul terkumpul,

selanjutnya peneliti membuat desain modul sesuai dengan tahapan IPA terpadu

berorientasi JAS yang telah diintegrasikan dalam komponen modul. Produk yang

dihasilkan berupa modul IPA Terpadu berorientasi JAS pada tema Ekosistem. Modul

terdiri atas bagian awal, inti, dan penutup.

Bagian awal terdiri atas judul modul, petunjuk penggunaan modul, dan peta

konsep. Bagian inti terdiri atas identitas mata pelajaran, standar kompetensi, kompetensi

dasar, indikator, tujuan pembelajaran, asah pemahaman, wacana, permasalahan,

rancangan percobaan, dan Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk pemecahan masalah,

rangkuman, dan wawasan sains yang berisi informasi peneliti dalam bidang sains atau

informasi yang berhubungan dengan materi. Bagian penutup terdiri atas evaluasi,

petunjuk penilaian, refleksi diri, tugas individu, daftar pustaka, kunci jawaban dan

pembahasan, serta glosarium. Desain awal modul yang telah dikembangkan terdapat

komponen-komponen sebagai berikut: a). Halaman Sampul, pada halaman sampul

terdiri atas komponen sebagai berikut: (1) judul modul yaitu modul pembelajaran IPA

Terpadu; (2) materi Ekosistem; (3) gambar/ ilustrasi kondisi lingkungan; (4) Sasaran/

pengguna modul yaitu siswa kelas VII SMPN 1 Sragen; (5) Nama pembuat modul; (6)

Tulisan lembaga seperti Pendidikan Sains, Fakultas Pascasarjana, dan Universitas

Sebelas Maret, dan Tahun modul disusun; b). Kata Pengantar, memuat informasi

tentang peran modul IPA Terpadu berorientasi JAS pada tema Ekosistem dalam proses

pembelajaran serta penjelasan singkat tentang nama dan ruang lingkup isi modul; c).

Daftar Isi, memuat bagian-bagian atau komponen modul yang dilengkapi dengan

nomor halaman; d). Petunjuk Penggunaan Modul, memuat panduan tatacara

menggunakan modul bagi siswa, yaitu langkah-langkah yang harus dilakukan untuk

mempelajari modul secara benar, serta perlengkapan, seperti sarana prasarana/ fasilitas

yang harus dipersiapkan sesuai dengan kebutuhan belajar; e). Standar Kompetensi dan

Kompetensi Dasar, standar kompetensi yang akan dipelajari pada modul ini yaitu

menganalisis hubungan antara komponen ekosistem, perubahan materi dan energi serta

peranan manusia dalam keseimbangan ekosistem sedangkan kompetensi dasar yang

harus dikuasai oleh peserta didik yaitu menjelaskan keterkaitan antara kegiatan manusia

dengan masalah perusakan/ pencemaran lingkungan dan pelestarian alam; f). Indikator

Pembelajaran, memuat indikator yang harus dicapai siswa dalam pembelajaran sesuai

73

dengan materi yang dipelajari yang terdiri dari indikator kognitif, psikomotor, dan

afektif. Namun, dalam modul yang dikembangkan hanya dicantumkan indikator

kognitif; g) Wacana/ Materi, berisi uraian pengetahuan/konsep/prinsip tentang

kompetensi yang sedang dipelajari; h) Permasalahan, wacana yang memuat deskripsi

permasalahan di lingkungan sekitar; i) Info Sains, memuat materi pembelajaran sesuai

dengan kegiatan yang sedang dipelajari; j) Rangkuman dan Wawasan Sains, memuat

rangkuman materi yang telah dipelajari serta pada wawasan sains memuat tentang

penemuan atau penelitian yang berkaitan dengan materi yang dipelajari sehingga dapat

menambah pengetahuan siswa; k). Evaluasi, berisi sepuluh soal tes pilihan ganda; l)

Petunjuk Penilaian, berisi petunjuk untuk menilai hasil evaluasi yang telah dikerjakan

siswa; m) Tugas Individu, berisi instruksi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa

berupa rangkuman, laporan, maupun pengamatan; n) Refleksi Diri, penjelasan atau

ketentuan untuk dapat mempelajari materi selanjutnya; o) Kunci Jawaban dan

Pembahasan, berisi jawaban tes pilihan ganda yang diberikan pada setiap kegiatan

pembelajaran yang dilengkapi dengan pembahasan/penjelasan secara singkat; p).

Daftar Pustaka, semua referensi/pustaka yang digunakan sebagai acuan pada saat

penyusunan modul; q) Glosarium, memuat daftar istilah penting yang disertai dengan

penjelasnnya.

3. Pengembangan (Develop)

Tahap ini bertujuan untuk menghasilkan draf II modul pembelajaran IPA

berdasarkan masukan para validator ahli, praktisi (guru IPA) dan siswa. Tahap-tahap

pengembangan ini adalah:

a) Validasi modul, tahap selanjutnya adalah validasi. Validasi pertama (draft I)

dilakukan oleh validator ahli dan praktisi meliputi validasi instrumen pembelajaran dan

aspek dalam modul (materi, keterbacaan, dan penyajian). Data hasil pengujian pertama

ini meliputi data hasil validasi oleh dua orang ahli dan praktisi. Validasi aspek

keterbacaan, materi, dan penyajian modul oleh ahli Bahasa modul disajikan pada Tabel

4.4.

74

Tabel 4.4. Hasil Validasi Modul oleh Validator Ahli Bahasa

No. Aspek Rata-rata Kategori

Keterbacaan

1. Bahasa Indonesia yang baik dan benar 3 Baik

2. Peristilahan 3,5 Baik

3. Kejelasan bahasa 3 Baik

4. Kesesuaian bahasa 3,25 Baik

Rata-rata 3,17 Baik

Materi

1. Kelengkapan materi 3,25 Baik

2. Keakuratan materi 3 Baik

3. Kegiatan yang mendukung pembelajaran 3,33 Baik

4. Kemutakhiran materi 3,5 Baik

5. Materi dapat meningkatkan kompetensi

sains siswa

3,13 Baik

6. Materi mengikuti sistematika keilmuan 3,25 Baik

7. Materi mengembangkan keterampilan dan

kemampuan berpikir

3 Baik

Rata-rata 3,2 Baik

Penyajian

1. Organisasi penyajian umum 3,5 Baik

2. Penyajian mempertimbangkan

kebermaknaan dan kebermanfaatan

3,5 Baik

3. Melibatkan siswa secara aktif 3 Baik

4. Tampilan umum 3,17 Baik

5. Variasi dan cara penyampaian informasi 3 Baik

6. Anatomi modul pelajaran 3,75 Sangat Baik

7. Memperhatikan kode etik dan hak cipta 3,5 Baik

Rata-rata 3,36 Baik

Berdasarkan Tabel 4.4 menunjukkan hasil Validator Ahli diperoleh rata-rata 3,17

untuk aspek keterbacaan, aspek materi 3,2 sedangkan aspek penyajian 3,36. Hal tersebut

menunjukkan bahwa secara keseluruhan modul pembelajaran sudah dalam kategori

“Baik”.

Hasil Validasi modul oleh Praktisi disajikan pada Tabel 4.5

Tabel 4.5. Hasil Validasi Modul Oleh Praktisi

No. Aspek Rata-rata Kategori

Keterbacaan

1. Bahasa Indonesia yang baik dan benar 3,5 Baik

2. Peristilahan 3,5 Baik

3. Kejelasan bahasa 4 Sangat Baik

4. Kesesuaian bahasa 4 Sangat Baik

Rata-rata 3,75 Sangat Baik

Materi

1. Kelengkapan materi 3,75 Baik

75

2. Keakuratan materi 4 Baik

3. Kegiatan yang mendukung pembelajaran 4 Baik

4. Kemutakhiran materi 4 Sangat Baik

5. Materi dapat meningkatkan kompetensi

sains siswa

3,75 Sangat Baik

6. Materi mengikuti sistematika keilmuan 3,75 Sangat Baik

7. Materi mengembangkan keterampilan dan

kemampuan berpikir

4 Sangat Baik

Rata-rata 3,87 Sangat Baik

Penyajian

1. Organisasi penyajian umum 4 Sangat Baik

2. Penyajian mempertimbangkan

kebermaknaan dan kebermanfaatan

4 Sangat Baik

3. Melibatkan siswa secara aktif 4 Sangat Baik

4. Tampilan umum 3,83 Sangat Baik

5. Variasi dan cara penyampaian informasi 4 Sangat Baik

6. Anatomi modul pelajaran 4 Sangat Baik

7. Memperhatikan kode etik dan hak cipta 4 Sangat Baik

Rata-rata 3,96 Sangat Baik

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa rata-rata yang diperoleh dari aspek keterbacaan

3,75, materi 3,87, dan penyajian 3,96. Berdasarkan penilaian oleh praktisi modul

tersebut masuk dalam kategori “Sangat Baik”.

Validasi Intrumen Pembelajaran oleh Validator Ahli Perangkat Pembelajaran

disajikan pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6 Hasil Validasi Modul Oleh Ahli Perangkat Pembelajaran

No. Aspek Rata-rata Kategori

Silabus

1. Perumusan tujuan pembelajaran 3 Baik

2. Pemilihan dan pengorganisasian materi 3,38 Baik

3. Kegiatan yang mendukung 3 Baik

4. Model dan metode pembelajaran 3,13 Baik

5. Penilaian hasil belajar 3,16 Baik

Rata-rata 3,15 Baik

RPP

1. Perumusan tujuan pembelajaran 3 Baik

2. Pemilihan dan pengorganisasian materi 3,38 Baik

3. Kegiatan yang mendukung 3,17 Baik

4. Model dan metode pembelajaran 3,38 Baik

5. Penilaian hasil belajar 3 Baik

Rata-rata 3,21 Baik

Lembar Observasi Kinerja Siswa

1. Aspek yang diamati sesuai dengan SK, KD,

dan indicator

3,5 Baik

2. Aspek yang diamati meliputi kognitif,

afektif, dan psikomotor

3,5 Baik

3. Aspek yang dinilai mudah diamati 3,5 Baik

Lanjutan Tabel 4.5

76

4. Kesesuaian aspek dengan penskoran 3 Baik

5. Aspek yang diamati dapat disimpulkan

dengan rata-rata skor

3,5 Baik

6. Kemampuan yang diukur tidak terlalu

banyak

3 Baik

7. Aspek yang diamati dapat didefinisikan

dengan jelas

3 Baik

8. Aspek yang diamati dapat diulang penilaian 3,5 Baik

9. Urutan kriteria aspek yang diamati sesuai

dengan urutan yang diamati

3 Baik

10. Aspek yang diamati sudah relevan dengan

kriteria yang sudah ada

3,5 Baik

Rata-rata 3,3 Baik

Tabel 4.6 menunjukkan bahwa penilaian silabus 3,15, RPP 3,21, dan lembar

observasi 3,3 sehingga dapat disimpulkan bahwa instrumen pembelajaran dalam

kategori “Baik”.

Validasi Intrumen Pembelajaran oleh Praktisi disajikan pada Tabel 4.7.

Tabel. 4.7 Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran Oleh Praktisi

No. Aspek Rata-rata Kategori

Silabus

1. Perumusan tujuan pembelajaran 3,83 Sangat Baik

2. Pemilihan dan pengorganisasian materi 4 Sangat Baik

3. Kegiatan yang mendukung 3,67 Sangat Baik

4. Model dan metode pembelajaran 3,88 Sangat Baik

5. Penilaian hasil belajar 4 Sangat Baik

Rata-rata 3,88 Sangat Baik

RPP

1. Perumusan tujuan pembelajaran 4 Sangat Baik

2. Pemilihan dan pengorganisasian materi 4 Sangat Baik

3. Kegiatan yang mendukung 3,67 Sangat Baik

4. Model dan metode pembelajaran 3,88 Sangat Baik

5. Penilaian hasil belajar 4 Sangat Baik

Rata-rata 3,91 Sangat Baik

Lembar Observasi Kinerja Siswa

1. Aspek yang diamati sesuai dengan SK, KD,

dan indicator

4 Sangat Baik

2. Aspek yang diamati meliputi kognitif,

afektif, dan psikomotor

4 Sangat Baik

3. Aspek yang dinilai mudah diamati 4 Sangat Baik

4. Kesesuaian aspek dengan penskoran 4 Sangat Baik

5. Aspek yang diamati dapat disimpulkan

dengan rata-rata skor

3,5 Sangat Baik

6. Kemampuan yang diukur tidak terlalu

banyak

4 Sangat Baik

7. Aspek yang diamati dapat didefinisikan

dengan jelas

4 Sangat Baik

Lanjutan Tabel 4.6

77

8. Aspek yang diamati dapat diulang penilaian 4 Sangat Baik

9. Urutan kriteria aspek yang diamati sesuai

dengan urutan yang diamati

4 Sangat Baik

10. Aspek yang diamati sudah relevan dengan

kriteria yang sudah ada

3,5 Sangat Baik

Rata-rata 3,9 Sangat Baik

Berdasarkan Tabel 4.7 menunjukkan bahwa rata-rata penilaian silabus adalah

3,88; RPP sebesar 3,91; dan lembar observasi kinerja sebesar 3,9. Hal tersebut

menunjukkan bahwa instrumen pembelajaran dalam kategori “Sangat Baik”. Secara

keseluruhan dapat disimpulkan bahwa modul dan perangkat pembelajaran sudah layak

untuk diuji coba secara terbatas, tetapi memerlukan beberapa perbaikan.

b) Revisi Produk Tahap I

Berdasarkan validasi yang telah dilakukan oleh validator ahli dan praktisi

diperoleh beberapa masukan/ saran untuk perbaikan/revisi modul sebelum diuji dalam

skala terbatas. Saran serta perbaikan tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8 Saran dan Hasil Revisi Tahap I

No. Saran Revisi Tahap I

1. Materi disesuaikan dengan perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi dan

disertai contoh-contoh yang mudah

dipahami.

Materi telah disesuaikan dengan

perkembangan IPTEK dan

ditambahkan contoh-contoh yang

mudah dipahami siswa.

2. Materi dibuat agar lebih aplikatif bagi

siswa

Materi telah dibuat lebih aplikatif

sehingga dapat diterapkan dalam

kehidupan sehari-hari.

3. Materi terlalu sedikit sehingga perlu

ditambahkan.

Materi telah ditambahkan.

4. Materi perlu dicantumkan sumber/catatan

kaki.

Sumber/catatan kaki telah

ditambahkan.

5. Indikator pada modul tidak perlu

dicantumkan semua.

Indikator yang dicantumkan pada

modul hanya indikator kognitif.

6. Gambar dalam modul harus dicantumkan

sumbernya.

Gambar dalam modul sudah

dicantumkan sumbernya.

7. Diberikan tambahan peta konsep pada tiap

sub bab, tidak hanya peta konsep secara

keseluruhan.

Peta konsep telah ditambahkan per

sub bab materi yaitu pencemaran air,

udara, dan tanah.

8. Diberikan gambaran modul dengan

penjelasan singkat agar siswa mudah

memahami cara penggunaan modul.

Gambaran modul telah ditambahkan

beserta penjelasan singkat.

9. Petunjuk penggunaan tidak hanya dibuat

untuk siswa tetapi perlu ditambahkan

petunjuk penggunaan bagi guru.

Petunjuk penggunaan bagi guru telah

ditambahkan.

10. Setiap komponen modul diberikan Setiap komponen modul telah

Lanjutan Tabel 4.7

78

gambar/simbol tertentu agar lebih

menarik.

diberikan gambar/ simbol supaya

lebih menarik.

11. Setiap komponen modul diberikan kolom

yang berisi kata/instruksi sehingga

mempermudah siswa dalam meggunakan

modul.

Kolom yang berisi instruksi telah

ditambahkan dalam setiap

komponen.

12. Menyamakan indikator dan tujuan yang

ada di RPP dan silabus.

Indikator dan tujuan yang ada di

silabus dan RPP sudah disamakan.

Berdasarkan Tabel 4.8 menunjukkan bahwa masukan dari ahli dan praktisi,

telah dilakukan beberapa perbaikan untuk modul dan perangkat pembelajaran yang akan

digunakan dalam uji terbatas. Perbaikan untuk modul adalah dengan penambahan

materi yang disesuaikan dengan perkembangan IPTEK, selain itu tampilan modul mulai

dari cover beserta isinya dibuat lebih berwarna dan disertai gambar agar lebih menarik.

c) Hasil Pegujian Tahap II (Uji Coba Terbatas)

Uji coba terbatas dilakukan terhadap sepuluh orang siswa. Data diperoleh dari

angket dan wawancara tanggapan siswa terhadap modul. Hasil dari angket uji coba

terbatas dapat dilihat pada Tabel 4.9. (Lampiran 6).

Tabel 4.9 Hasil Uji Coba Terbatas

No. Aspek Rata-rata Kategori

1. Materi 3,36 Baik

2. Penyajian 3,53 Sangat Baik

3. Keterbacaan 3,53 Sangat Baik

Tabel 4.9 menunjukkan skor rata-rata untuk aspek materi adalah 3,66 dengan

kategori “Baik”, aspek penyajian memperoleh rata-rata 3,53 dengan kategori “Sangat

Baik”, dan aspek keterbacaan memperoleh rata-rata 5,53 dengan kategori “Sangat

Baik”. Hasil wawancara terhadap siswa menunjukkan bahwa: 1) sebelumnya siswa

pernah diberikan modul tetapi hanya berupa modul latihan soal; 2) rata-rata siswa

mengatakan bahwa modul IPA terpadu berorientasi JAS menarik dan membuat mereka

ingin mempelajari materi Ekosistem; 3) isi dari modul mudah dipahami; 4) menurut

siswa modul ini dapat mengembangkan kemampuan berpikir dan memecahkan masalah;

5) materi di dalam modul cukup membantu dan membuka wawasan baru bagi siswa

khususnya pada materi Ekosistem; 6) langkah-langkah dalam modul sudah jelas dan

detail sehingga mudah untuk dipelajari dan dilakukan; 7) gambar dalam modul sudah

Lanjutan Tabel 4.8

79

jelas dan menarik karena berwarna; 8) bahasa yang digunakan sudah cukup jelas,

komunikatif, dan mudah dipahami; 9) materi sudah lengkap dan dihubungkan dengan

kondisi lingkungan sekitar; 10) beberapa siswa mengatakan jika soal di dalam modul

cukup sulit.

Berdasarkan hasil angket dan wawancara terhadap siswa diperoleh beberapa

saran/masukan sebagai berikut: 1) terdapat beberapa siswa yang menyatakan bahwa

perlu diberi tambahan pada materi. Namun, ada juga yang menyarankan agar materi dan

bahasa dalam modul dibuat lebih ringkas; 2) ilustrasi/gambar dibuat sejelas mungkin

agar lebih mudah dipahami oleh siswa. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa

modul sudah layak untuk diuji coba lapangan, tetapi memerlukan beberapa perbaikan.

Hasil uji coba terbatas dapat dilihat selengkapnya pada (Lampiran 6 : 172).

d) Revisi Produk Tahap II

Setelah diuji coba secara terbatas, terdapat beberapa masukan dari siswa.

Perbaikan telah dilakukan sesuai dengan saran dan masukan yang telah didapatkan.

Tabel 4.10. Saran dan Revisi Tahap II

No. Saran Revisi Tahap II

1. Ada beberapa siswa yang menyatakan

bahwa perlu diberi tambahan pada materi.

Namun, ada juga yang menyarankan agar

materi dan bahasa dalam modul dibuat

lebih ringkas

Beberapa bagian dari materi telah

ditambahkan agar lebih lengkap, dan

dibuat dengan bahasa yang jelas agar

lebih mudah dipahami siswa.

2. Ilustrasi/gambar dibuat sejelas mungkin

agar lebih mudah dipahami oleh siswa.

Ilustrasi/gambar telah dibuat lebih

jelas.

Berdasarkan Tabel 4.10 menunjukkan bahwa materi dan bahasa dalam modul

dibuat lebih ringkas dan ilustrasi atau gambar dibuat lebih jelas. Revisi taha kedua

materi telah ditambahkan agar lebih lengkap dan bahasa diperbaiki sehingga lebih jelas

dan mudah dipahami oleh siswa. Ilustrasi dan gambar telah dibuat lebih jelas.

e) Hasil Pengujian Ketiga (Uji Coba Lapangan)

Uji coba lapangan menggunakan 32 sampel yaitu kelas 7A. Data yang

diperoleh dalam tahap uji coba lapangan meliputi data keterlaksanaan pembelajaran,

respon siswa terhadap modul pembelajaran, dan data hasil belajar yang meliputi ranah

80

kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Data yang diperoleh dapat dijabarkan sebagai

berikut:

1) Keterlaksanaan Pembelajaran

Data keterlaksanaan sintaks pada tahap uji coba lapangan yang telah dilakukan

disajikan pada Tabel 4.11.

Tabel 4.11 Keterlaksanaan Sintaks Pembelajaran IPA Terpadu berorientasi JAS

Pertemuan Pengamat (%) Rata-rata (%) Kategori

Aktivitas Guru I II

I 85,71 82,14 83,93 Sangat Baik

II 92,85 92,85 92,85 Sangat Baik

III 100 92,86 96,43 Sangat Baik

Aktivitas Siswa

I 75 75 75 Baik

II 91,67 88,89 90,28 Sangat Baik

III 97,22 94,44 95,83 Sangat Baik

Tabel 4.11 menunjukkan persentase keterlaksanaan sintaks pembelajaran guru

dan siswa yang diperoleh dari dua pengamat. Rerata yang diperoleh aktivitas guru pada

pertemuan I adalah 83,93%, pertemuan II adalah 92,85%, dan pertemuan III adalah

96,43%. Berdasarkan rerata yang diperoleh pada setiap pertemuan maka dapat

dikategorikan “Sangat Baik”. Rerata yang diperoleh aktivitas siswa pada pertemuan I

adalah 75% dengan kategori “Baik”, pada pertemuan II adalah 92,85%, dan pertemuan

III adalah 96,43% sehingga dapat dikategorikan “Sangat Baik”.

Data keterlaksanaan sintaks selengkapnya dapat dilihat pada (Lampiran 7).

2) Data Hasil Belajar Siswa

i) Tes Kognitif

Deskripsi data hasil belajar kognitif yang diperoleh dari nilai pretest dan

postest disajikan pada Tabel 4.12.

Tabel 4.12 Deskripsi Data Hasil Belajar Kognitif Siswa

Jenis Tes Jumlah

siswa

Mean Standar

Deviasi

Maksimum Minimum

Pretest 32 64,41 7,890 87 60

Postest 32 81,44 8,654 93 50

81

Berdasarkan Tabel 4.12 dapat dilihat bahwa rerata sebelum diberikan

pembelajaran dengan modul adalah 64,41 dengan standar deviasi 7,89; nilai minimum

yang diperoleh adalah 60; dan nilai maksimum yang diperoleh 87. Mean sesudah

diberikan modul pembelajaran adalah 81,44 dengan standar deviasi 8,654; nilai

maksimum yang diperoleh adalah 93; dan nilai minimum yang diperoleh 60. Data

deskripsi hasil belajar kognitif selengkapnya dapat dilihat pada (Lampiran 9).

Nilai pretest dan postest tersebut kemudian dihitung tingkat kenaikan hasil

belajarnya untuk mengetahui keefektifan pembelajaran dengan modul. Rumus yang

digunakan adalah rumus N-gain ternormalisasi. Berdasarkan hasil perhitungan N-gain

ternormalisasi diperoleh rata-rata kenaikan hasil belajar dari 32 orang siswa adalah 0,45.

Menurut kriteria Hake (1998: 1) nilai tersebut menunjukkan bahwa kenaikan hasil

belajar siswa dalam kategori “Sedang“.Setelah dilakukan perhitungan N-gain

ternormalisasi, hasil belajar selanjutnya diuji prasyarat sebelum dilakukan uji t. Data

selengkapnya dapat dilihat pada (Lampiran 10).

Ringkasan hasil analisis nilai pretest dan postest hasil belajar disajikan pada

Tabel 4.13.

Tabel 4.13. Ringkasan Hasil Analisis Nilai Pretest dan Postest

Uji Jenis Uji Hasil Keputusan Kesimpulan

Normalitas Kolmogorof-

Smirnov

Sig pretest= 0,621

Sig postest= 0,502

Ho diterima Data normal

Homogenitas Levene’s test Sig 0.372 Ho diterima Data

homogeny

Hasil Pretes-

Postes

Paired

sample

t-test

thitung = -8,464

p= 0,00

Ho ditolak Hasil tidak

sama (ada

beda)

Berdasarkan Tabel 4.13 diperoleh ringkasan hasil analisis nilai siswa diketahui

bahwa normalitas data yang diuji dengan Kolmogorof-Smirnov, diperoleh taraf

signifikansi sebesar 0,621 untuk pretes dan 0,502 untuk postes, kedua nilai tersebut

lebih besar dari α = 0,05 sehingga Ho diterima, yang berarti data nilai pretest dan

postest berdistribusi normal. Uji homogenitas diperoleh taraf signifikansi sebesar 0,372

yang berarti signifikansi > 0,05 sehingga Ho diterima, yang berarti variansi setiap

sampel sama (homogen).

Data nilai pretest dan postest yang telah diketahui bahwa distribusinya normal

dan homogen selanjutnya dianalisis dengan uji paired sample t-test (Uji t dua sampel

berpasangan). Berdasarkan perhitungan diperoleh thitung= -8,464 dengan probabilitas

82

sebesar 0,000 (p < 0,05), maka Ho ditolak. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan nilai hasil belajar siswa sebelum diberikan modul pembelajaran dengan nilai

hasil belajar siswa setelah diberikan modul pembelajaran. Merujuk pada hasil analisis

tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pemberian modul berorientasi IPA terpadu

berorientasi JAS pada materi pencemaran ini dapat meningkatkan hasil belajar kognitif

siswa. Berdasarkan mean ± SD diperoleh bahwa rata-rata nilai postest (81,44) lebih

tinggi daripada nilai pretest (61,41), sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

siswa semakin baik atau mengalami peningkatan. Data selengkapnya mengenai analisis

hasil belajar kognitif dapat dilihat pada (Lampiran 9).

ii) Hasil Belajar Psikomotorik

Penilaian hasil belajar psikomotorik dilakukan pada setiap pelaksanaan

pembelajaran dan pada pertemuan terakhir dilakukan wawancara dan observasi unjuk

kerja. Penilaian psikomotorik siswa selama pelaksanaan pembelajaran menggunakan

lembar observasi yang dilakukan oleh dua orang pengamat, sedangkan untuk penilaian

unjuk kerja menggunakan wawancara dan lembar observasi yang dilakukan oleh guru.

Data hasil penilaian hasil belajar psikomotorik dapat dilihat pada Tabel 4.14.

Tabel 4.14 Hasil Belajar Psikomotorik

Jumlah Siswa Pertemuan I (%) Pertemuan II

(%)

Pertemuan III

(%)

32 87,34 89,45 89,84

Berdasarkan Tabel 4.14 diketahui bahwa hasil belajar psikomotorik pada

pertemuan I materi pencemaran air adalah 87,34%, pertemuan II materi pencemaran

udara sebesar 89,45%, dan materi pencemaran tanah pada pertemuan ketiga sebesar

89,84%. Hal tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar psikomotor siswa termasuk

dalam kategori “Sangat Baik”. Data hasil belajar psikomotorik selengkapnya dapat

dilihat pada (Lampiran 11).

iii) Hasil Belajar Afektif

83

Penilaian hasil belajar afektif dilakukan pada setiap pelaksanaan pembelajaran.

Penilaian afektif siswa selama pelaksanaan pembelajaran menggunakan lembar

observasi yang dilakukan oleh dua orang pengamat Data hasil penilaian yang disajikan

merupakan hasil penilaian lembar observasi afektif dapat dilihat pada Tabel 4.15.

Tabel 4.15 Hasil Belajar Afektif

Jumlah Siswa Pertemuan I (%) Pertemuan II

(%)

Pertemuan III

(%)

32 81,51 84,11 84,4

Berdasarkan Tabel 4.15 diketahui bahwa hasil belajar afektif pada pertemuan I

adalah 81,51%, pertemuan II sebesar 84,11%, dan pertemuan ketiga sebesar 84,4%. Hal

tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar psikomotor siswa termasuk dalam kategori

“Sangat Baik”. Data hasil belajar Afektif selengkapnya dapat dibaca pada (Lampiran

12).

3) Data Penilaian Modul oleh Siswa

Penilaian modul oleh siswa dilakukan dengan menggunakan angket dan

kuisioner. Data hasil analisis angket disajikan pada Tabel 4.16.

Tabel 4.16 Hasil Analisis Angket Penilaian Modul

No. Aspek Rata-rata Kategori

1. Materi 3,3 Baik

2. Penyajian 3,3 Baik

3. Keterbacaan 3,2 Baik

Berdasarkan Tabel 4.16 diperoleh rerata dari aspek materi sebesar 3,3; aspek

penyajian sebesar 3,3 dan aspek keterbacaan sebesar 3,2 sehingga dapat digolongkan

dalam kategori “Baik”. (Lampiran 8).

Menurut hasil kuisioner siswa secara umum diperoleh hasil sebagai berikut: 1)

siswa pernah mengggunakan modul pembelajaran sebelumnya tetapi tidak berwarna dan

kurang menarik karena lebih banyak latihan soal-soal; 2) modul yang dikembangkan

membuat siswa ingin mempelajari materi pencemaran; 3) bahasa yang jelas dan

komunikatif membuat modul ini mudah dipahami; 4) adanya permasalahan dan

praktikum melatihkan siswa dalam pemecahan masalah; 5) menambah wawasan dan

84

mempermudah materi pencemaran; 6) langkah-langkah pembelajaran cukup mudah

dilakukan; 7) penggunaan gambar yang berwarna membuat modul lebi menarik; 8)

bahasa sudah komunikatif, jelas, dan mudah dipahami; 9) materi dalam modul sudah

cukup lengkap; 10) beberapa siswa ada yang menjawab soal mudah dikerjakan tetapi

ada beberapa juga yang menjawab jika soal latihan pada modul sulit. Data hasil

kuisioner siswa selengkapnya dapat dilihat pada (Lampiran 8).

1. Penyempurnaan (Revisi III)

Berdasarkan hasil uji lapangan diperoleh beberapa saran dari siswa untuk perbaikan

modul yang disajikan pada Tabel 4.17.

Tabel 4.17 Saran dan Revisi Tahap III

No. Saran Revisi Tahap III

1. Gambar diperjelas, karena ada beberapa

bagian yang kabur (tidak jelas)

Gambar sudah diperjelas

2. Cover dibuat lebih menarik Cover telah diubah agar lebih

menarik.

3. Soal dalam modul dibuat lebih mudah

untuk dipahami

Soal-soal disertai kunci jawaban dan

penjelasan.

4. Penyebaran (Disseminate)

a. Kelayakan Produk Pengembangan

Berdasarkan hasil yang diperoleh saat uji coba ahli diperoleh hasil bahwa rata-rata

aspek keterbacaan oleh ahli adalah 3,17 dan oleh pakar sebesar 3,75. Rata-rata aspek

materi oleh ahli adalah 3,2 dan oleh pakar sebesar 3,87 sedangkan rata rata-rata aspek

penyajian oleh ahli adalah 3,36 dan oleh pakar sebesar 3,96. Secara umum kriteria

modul menurut ahli adalah “Baik” dan menurut praktisi adalah “Sangat Baik”, sehingga

modul tersebut sudah layak untuk diujicobakan dalam uji terbatas.

Skor paling tinggi adalah pada aspek penyajian, hal tersebut dikarenakan dalam

penyajian modul menggunakan gambar serta warna yang menarik. Gambar dan warna

dapat dijadikan daya tarik dan mengurangi kebosanan saat membaca modul. Sistematika

penyajian pada modul runtut meliputi bagian pendahuluan, isi, dan penutup. Materi

disajikan secara sistematis dan logis, serta mengaitkan konsep yang dipelajari dengan

kehidupan sehari-hari.

85

Aspek materi modul cukup baik, tetapi disarankan untuk ditambah dengan materi

yang berkaitan dengan lingkungan. Aspek ini memiliki nilai yang cukup tinggi karena

materi disajikan dengan bahasa yang interaktif, serta dapat meningkatkan kompetensi

sains siswa. Materi disajikan dari yang sederhana ke materi yang lebih sulit,

menekankan pada pengalaman langsung dan dapat mengembangkan kemampuan siswa

dalam pemecahan masalah. Aspek keterbacaan memiliki rata-rata yang paling rendah

karena masih terdapat kesalahan dalam penulisan dan EYD, serta belum dicantumkan

petunjuk-petunjuk pada setiap langkah pembelajaran. Namun, hal tersebut telah

diperbaiki.

Berdasarkan uji coba terbatas aspek materi modul memiliki rata-rata 3,36; aspek

penyajian 3,53 dan aspek keterbacaan 3,53. Dapat disimpulkan bahwa aspek penyajian

dan keterbacaan mendapatkan rata-rata tertinggi. Secara umum, modul dalam kriteria

baik dan layak untuk diterapkan. Hal tersebut menunjukkan respon positif siswa

terhadap modul yang dikembangkan. Menurut siswa, modul yang dikembangkan sudah

baik dan siswa lebih mudah dalam mempelajari materi pencemaran karena disajikan

menggunakan modul IPA terpadu berorientasi JAS dan pendekatan lingkungan.

Uji coba lapangan didapatkan rata-rata aspek materi, penyajian, dan keterbacaan

berturut-turut adalah 3,3; 3,3; dan 3,2. Aspek materi dan penyajian mendapatkan rata-

rata tertinggi. Hal tersebut karena dalam modul sudah dilengkapi dengan

gambar/ilustrasi serta warna yang menarik. Selain itu, sudah dicantumkan materi yang

lengkap di dalam modul.

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, menurut validasi ahli, uji terbatas,

dan uji lapangan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa modul IPA

Terpadu berorientasi JAS ini dalam kategori yang baik/ layak. Berdasarkan respon yang

diterima, siswa menanggapi penggunaaan modul tersebut secara positif. Siswa menjadi

lebih tertarik untuk mempelajari IPA karena materi yang dikemukakan berkaitan erat

dengan lingkungan di sekitar siswa. Materi yang berkaitan langsung dengan lingkungan

membuat siswa lebih mudah dalam memahaminya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat

Ozdemir dkk. (2011: 169), yang mengemukakan bahwa IPA terpadu berorientasi JAS

dapat meningkatkan motivasi terhadap pembelajaran sains dan membantu

menghilangkan miskonsepsi bagi calon guru dan bagi pendidik.

86

Menurut siswa modul yang dikembangkan mudah dipahami, sajian materi

dalam modul sudah cukup lengkap, permasalahan yang dikemukakan berkaitan erat di

lingkungan sekitar siswa, dan modul disajikan secara berwarna, serta dilengkapi dengan

gambar-gambar. Hal tersebut senada dengan pendapat Suratsih dkk. (2009: 176), yang

mengemukakan bahwa siswa merasa senang dengan adanya modul yang dikaitkan

dengan fenomena di sekitar karena merasa mendapat pengalaman baru dalam

menerapkan pengetahuan yang dimiliki untuk melakukan analisis terhadap kejadian

sehari-hari yang ada di lingkungannya.

b. Keefektifan Modul IPA Terpadu Berorientasi JAS

Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam uji coba lapangan menunjukkan hasil

perhitungan N-gain ternormalisasi diperoleh rata-rata kenaikan hasil belajar dari 32

orang siswa adalah 0,45. Berdasarkan kriteria Hake (1998: 1), kenaikan hasil belajar

siswa dalam kategori “Sedang“. Hal tersebut menunjukkan bahwa dengan

diterapkannya pembelajaran menggunakan modul IPA terpadu berorientasi JAS

berdampak pada kenaikan hasil belajar siswa walaupun kenaikan tersebut tidak dalam

kategori tinggi.

Kenaikan hasil belajar tersebut disebabkan karena dalam penggunaan modul

ini menuntut siswa untuk belajar secara aktif dalam bentuk kelompok melalui tahap

memprediksi, mengobservasi, dan menjelaskan hasil. Budiono dan Susanto (2006: 86)

mengemukakan bahwa cara yang makin baik dalam menggunakan modul adalah siswa

aktif mempelajarinya bersama dengan teman sementara guru melakukan pengecekan

secara intensif dan memberikan bantuan kepada siswa yang kesulitan dalam

mempelajari modul secara individual. Berdasarkan analisis hasil belajar setiap siklusnya

terdapat peningkatan hasil belajar dan kemandirian siswa. Selain itu, dengan adanya

modul ini siswa juga dapat belajar secara mandiri. Hal tersebut sesuai dengan pendapat

Johnson (2009: 152), yang mengemukakan bahwa pembelajaran mandiri adalah proses

belajar yang mengajak siswa melakukan tindakan mandiri yang melibatkan terkadang

satu orang atau biasanya satu kelompok. Tindakan mandiri dirancang untuk

menghubungkan pengetahuan akademik siswa dengan kehidupan sehari-hari sehingga

tujuan yang bermakna dapat tercapai. Siswa dengan pembelajaran mandiri mungkin

87

memilih mendapatkan informasi dengan jalan mengamati, mendengarkan, membaca

atau berdiskusi.

c. Hasil Belajar Peserta Didik

Setelah dilakukan perhitungan N-gain ternormalisasi, hasil belajar selanjutnya

diuji prasyarat sebelum dilakukan uji lanjut. Berdasarkan hasil analisis nilai siswa

diketahui bahwa normalitas data yang diuji dengan Kolmogorof-Smirnov, diperoleh

taraf signifikansi sebesar 0,621 untuk pretest dan 0,502 untuk postest, kedua nilai

tersebut lebih besar dari α = 0,05 sehingga Ho diterima yang berarti data nilai pretest

dan postest berdistribusi normal. Uji homogenitas diperoleh taraf signifikansi sebesar

0,372, yang berarti signifikansi > 0,05 sehingga Ho diterima, yang berarti variansi

setiap sampel sama (homogen). Data nilai pretes dan postes yang telah diketahui bahwa

distribusinya normal dan homogen selanjutnya dianalisis dengan uji Paired Sample t-

test (Uji t dua sampel berpasangan). Berdasarkan perhitungan diperoleh thitung= -8,464,

dengan probabilitas sebesar 0,000 (p < 0,05), maka Ho ditolak.

Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nilai hasil belajar siswa

sebelum diberikan modul pembelajaran dengan nilai hasil belajar siswa setelah

diberikan modul pembelajaran. Merujuk pada hasil analisis tersebut maka dapat

disimpulkan bahwa pemberian modul berorientasi JAS pada tema Ekosistem ini dapat

meningkatkan/ berpengaruh terhadap hasil belajar kognitif siswa. Wenno (2010: 186)

mengemukakan bahwa melakukan pembelajaran dengan modul membuat siswa lebih

mudah memahami konsep/ materi sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.

Pembelajaran yang baik dan menyenangkan adalah pembelajaran yang memberikan

kesempatan kepada siswa tentang ide/gagasan yang dimiliki. Proses pembelajaran

tersebut akan mendorong siswa untuk terlibat secara aktif dan membangun

pengetahuan, sikap, serta perilaku.

B. Pembahasan

1. Pendefinisian (Define)

a. Karakteristik Pengembangan Modul IPA Terpadu Berorientasi JAS

Pengembangan Modul IPA Terpadu Berorientasi JAS pada tema Ekosistem

menggunakan model pengembangan yang dipakai adalah model pengembangan 4-D

88

mengacu pada S. Thiagarajan (1974:5). Model pengembangan 4-D terdiri 4 tahap, yaitu:

1. Pendifinisian (Define); 2. Perancangan (Design); 3. Pengembangan (Develop); 4.

Penyebaran (Disseminate).

Alasan menggunakan model ini adalah: (a) perangkat pembelajaran model 4-D

lebih runtut; (b) adanya tahapan validasi dan ujicoba yang menjadikan draft lebih

sempurna; (c) langkah-langkah pengembangan logis; dan (d) tahapan lebih sederhana

dibandingkan model yang lain.

b. Kelayakan Produk Modul IPA Terpadu Berorientasi JAS

Berdasarkan hasil yang diperoleh saat uji coba ahli diperoleh hasil bahwa rata-rata

aspek keterbacaan oleh ahli adalah 3,17 dan oleh pakar sebesar 3,75. Rata-rata aspek

materi oleh ahli adalah 3,2 dan oleh pakar sebesar 3,87 sedangkan rata rata-rata aspek

penyajian oleh ahli adalah 3,26 dan oleh pakar sebesar 3,96. Secara umum kriteria

modul menurut ahli adalah “Baik” dan menurut praktisi adalah “Sangat Baik”, sehingga

modul tersebut sudah layak untuk diujicobakan dalam uji terbatas.

Skor paling tinggi adalah pada aspek penyajian, hal tersebut dikarenakan dalam

penyajian modul menggunakan gambar serta warna yang menarik. Gambar dan warna

dapat dijadikan daya tarik dan mengurangi kebosanan saat membaca modul. Sistematika

penyajian pada modul runtut meliputi bagian pendahuluan, isi, dan penutup. Materi

disajikan secara sistematis dan logis, serta mengaitkan konsep yang dipelajari dengan

kehidupan sehari-hari.

Aspek materi modul cukup baik, tetapi disarankan untuk ditambah dengan materi

yang berkaitan dengan lingkungan. Aspek ini memiliki nilai yang cukup tinggi karena

materi disajikan dengan bahasa yang interaktif, serta dapat meningkatkan kompetensi

sains siswa. Materi disajikan dari yang sederhana ke materi yang lebih sulit,

menekankan pada pengalaman langsung dan dapat mengembangkan kemampuan siswa

dalam pemecahan masalah. Aspek keterbacaan memiliki rata-rata yang paling rendah

karena masih terdapat kesalahan dalam penulisan dan EYD, serta belum dicantumkan

petunjuk-petunjuk pada setiap langkah pembelajaran. Namun, hal tersebut telah

diperbaiki.

Berdasarkan uji coba terbatas aspek materi modul memiliki rata-rata 3,36; aspek

penyajian 3,53 dan aspek keterbacaan 3,53. Dapat disimpulkan bahwa aspek penyajian

89

dan keterbacaan mendapatkan rata-rata tertinggi. Secara umum, modul dalam kriteria

baik dan layak untuk diterapkan. Hal tersebut menunjukkan respon positif siswa

terhadap modul yang dikembangkan. Menurut siswa, modul yang dikembangkan sudah

baik dan siswa lebih mudah dalam mempelajari materi pencemaran karena disajikan

menggunakan modul IPA terpadu berorientasi JAS dan pendekatan lingkungan.

Uji coba lapangan didapatkan rata-rata aspek materi, penyajian, dan keterbacaan

berturut-turut adalah 3,3; 3,3; dan 3,2. Aspek materi dan penyajian mendapatkan rata-

rata tertinggi. Hal tersebut karena dalam modul sudah dilengkapi dengan

gambar/ilustrasi serta warna yang menarik. Selain itu, sudah dicantumkan materi yang

lengkap di dalam modul.

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, menurut validasi ahli, uji terbatas,

dan uji lapangan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa modul IPA

Terpadu berorientasi JAS ini dalam kategori yang baik/ layak. Berdasarkan respon yang

diterima, siswa menanggapi penggunaaan modul tersebut secara positif. Siswa menjadi

lebih tertarik untuk mempelajari IPA karena materi yang dikemukakan berkaitan erat

dengan lingkungan di sekitar siswa. Materi yang berkaitan langsung dengan lingkungan

membuat siswa lebih mudah dalam memahaminya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat

Ozdemir dkk. (2011: 169), yang mengemukakan bahwa IPA terpadu berorientasi JAS

dapat meningkatkan motivasi terhadap pembelajaran sains dan membantu

menghilangkan miskonsepsi bagi calon guru dan bagi pendidik.

Menurut siswa modul yang dikembangkan mudah dipahami, sajian materi

dalam modul sudah cukup lengkap, permasalahan yang dikemukakan berkaitan erat di

lingkungan sekitar siswa, dan modul disajikan secara berwarna, serta dilengkapi dengan

gambar-gambar. Hal tersebut senada dengan pendapat Suratsih dkk. (2009: 176), yang

mengemukakan bahwa siswa merasa senang dengan adanya modul yang dikaitkan

dengan fenomena di sekitar karena merasa mendapat pengalaman baru dalam

menerapkan pengetahuan yang dimiliki untuk melakukan analisis terhadap kejadian

sehari-hari yang ada di lingkungannya.

c. Keefektifan Modul IPA Terpadu Berorientasi JAS

Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam uji keefektifan modul IPA Terpadu

tema Ekosistem dengan pendekatan Jelajah Alam Sekitar untuk Meningkatkan

90

Kepedulian Lingkungan dan Kemampuan Analisis, diperoleh hasil perhitungan N-gain

ternormalisasi diperoleh rata-rata kenaikan hasil belajar dari 32 orang siswa adalah 0,45.

Berdasarkan kriteria Hake (1998: 1), kenaikan hasil belajar siswa dalam kategori

“Sedang“. Hal tersebut menunjukkan bahwa dengan diterapkannya pembelajaran

menggunakan modul IPA terpadu berorientasi JAS berdampak pada kenaikan hasil

belajar siswa walaupun kenaikan tersebut tidak dalam kategori tinggi.

Kenaikan kemampuan analisis dan kepedulian lingkungan karena dalam

penggunaan modul ini menuntut siswa untuk belajar secara aktif dalam bentuk

kelompok melalui tahap memprediksi, mengobservasi, dan menjelaskan hasil. hakikat

belajar dan pembelajaran IPA konstruktivisme memiliki pandangan dalam kaitannya

dengan pengalaman belajar. Pertama, belajar IPA adalah menyusun pengetahuan dari

pengalaman konkret, aktivitas kolaboratif dan reflektif serta interpretasi. Kedua,

mengajar IPA adalah menata lingkungan agar siswa termotivasi dalam menggali makna

serta menghargai ketidakmenentuan. Ketiga, siswa akan memiliki pemahaman yang

berbeda terahadap lingkugan tergantung pada pengalamannya dan perspektif yang

dipakai dalam menginterprestasikannya (Slavin,1994: 225).

Berdasarkan tahap perkembangan kognitif Piaget, berarti anak SMP berada pada

peralihan antara tahap operasional konkret menuju tahap operasional formal. Pada tahap

operasional konkret peserta didik bernalar secara logis berdasarkan kejadian-kejadian

konkret, sedangkan dalam tahap operasional formal peserta didik sudah mulai

memikirkan pengalaman di luar pengalaman konkret dan memikirkannya secara

abstrak, idealis dan logis. Membelajarkan IPA kepada peserta didik, guru hendaknya

mengetahui tentang hakikat IPA terlebih dahulu. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan

hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau

prinsip-prinsip saja akan tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pembelajaran

IPA di SMP diajarkan secara terpadu sejalan dengan hakikat IPA.

2. Tahap Perancangan (Design)

Pada tahap perencanaan telah dilakukan analisis kebutuhan, analisis kurikulum,

analisis materi, observasi dan tujuan penyusunan modul. Analisis kebutuhan digunakan

sebagai rujukan pemilihan media dan pendekatan yang dibutuhakan guru dan siswa.

91

Analisis kurikulum meliputi penentuan Standar Kompetensi dan kompetensi Dasar yang

dijadikan dasar untuk menentukan pengembangan indikator dan merumuskan tujuan

yang akan dicapai.

Modul disusun berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dirumuskan terlebih dahulu.

Menurut Gandasari (2010: 9), modul adalah suatu unit desain pembelajaran yang isinya

relatif singkat dan spesifik, yang disusun untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Perumusan tujuan pembelajaran secara jelas, spesifik dalam bentuk kelakuan siswa

yang dapat diamati dan diukur ini merupakan langkah pertama dalam pengembangan

modul menurut Nasution (2000) cit Suratsih (2010: 12).

Modul disusun dengan dilengkapi gambar dan ilustrasi sehingga akan menambah

daya tarik modul. Gambar merupakan salah satu jenis alat bantu atau media yang dapat

menentukan dalam proses pembelajaran. Teks yang disajikan disertai ilustrasi gambar

akan mudah dipahami. Gambar akan memberikan informasi tentang tema teks, yang

selanjutnya peserta didik dapat membuat hipotesis tentang isi teks bacaan. Gambar

mempunyai banyak kelebihan . menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rifai (1997) cit

Sukiman (2012: 87), gambar bisa menyampaikan banyak pesan, bersifat konkret dan

dapat membatasi ruang dan waktu. Gambar yang baik menurut Arief S. Sadiman (2006)

cit Sukiman (2012: 88) harus memenuhi beberapa syarat antara lain: (1) autentik yaitu

gambar harus jujur melukiskan situasi seperti orang melihat sebenarnya, (2) sederhana

yaitu komposisi gambar cukup jelas menunjukkan poin-poin pokok dalam gambar, dan

(3) mengandung gerak atau perbuatan. Gambar dalam modul ini diambil dari beberapa

foto yang mudah ditemui di sekitar peserta didik sehingga mempermudah pemahaman

pesan terhadap gambar. Seperti menurut Purwanto (2007: 116) foto merupakan ilustrasi

yang baik untuk bahan ajar, yang menunjukkan realita atau wujud sebenarnya.

Modul dengan pendekatan JAS dalam tiap kegiatannya diberikan simbol tertentu.

Menurut Purwanto (2012: 117), simbol adalah bentuk sajian grafis yang menonjolkan

ide atau konsep. Simbol yang baik dapat denga mudah dimengerti peserta didik. Tujuan

pemberian simbol untuk menarik perhatian dan mempermudah peserta didik

menemukan komponen yang dimaksud. Simbol semua komponen berkarakter berbeda,

disesuaikan dengan karakter komponen.

Modul dikembangkan untuk menarik perhatian penggunanya selama

pembelajaran. Modul tersedia informasi mengenai manfaat pelajaran, cara penggunaan

92

modul sehingga pengguna memperoleh kemudahan dalam mempelajari modul. Hal ini

dapat dilakukan dengan adanya penjelasan tentang penggunaan materi pelajaran

tersebut dalam situasi nyata (Depdiknas, 2008: 10). Demikian juga dalam penulisan

judul disajikan dengan menarik dan memberikan gambaran tentang materi yang dibahas

(Depdiknas 2008: 21).

Materi yang disajikan dalam modul merupakan materi yang kontekstual dan

mudah ditemui dalam kehidupan sehri-hari sehingga peserta didik dapat menerapkan

konsep yang dipelajari. Tujuan akhir mempelajari modul ini antara lain: 1) perilaku

yang diharapkan yaitu peserta didik mempunyai sikap peduli lingkungan, menjaga

kebersihan sekitarnya, 2) kriteria keberhasilan yaitu kualitas dapat dilihat dari

terbentuknya kompetensi peserta didik dari segi pengetahuan, sikap dan ketrampilan, 3)

kondisi keberhasilan jika peserta didik lebih aktif dan semangat dalam proses

pembelajaran.

Peserta didik disediakan umpan balik sehingga dapat memantau hasil belajar dan

mendapatkan perbaikan. Jika peserta didik belum berhasil mencapai kriteria ketuntasan

belajar ditetapkan peserta didik diharapkan mempelajari lagi materi tersebut, tanpa atau

bantuan guru. Hal ini sesuai dengan salah satu ciri khas modul yaitu pembelajaran

mandiri. Belajar mandiri dapat dipandang sebagai proses atau produk. Sebagai proses,

belajar mandiri sebagai cara mencapai tujuan pendidikan di mana peserta didik

diberikan kemandirian yang relatif lebih besar dalam kegiatan pembelajaran. Belajar

mandiri sebagai produk bahwa setelah mengikuti pembelajaran tertentu peserta didik

menjadi seorang pebelajar mandiri.

Materi dalam modul disajikan dengan kalimat yang sederhana agar peserta didik

mudah mempelajari. Seperti pendapat Purwanto (2012: 137) bahwa kalimat sederhana

paling banyak dipahami dan disenangi orang. Penjelasan materi diberi tambahan

gambar dan contoh penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Penggunaan serapan dalam

bahasa asing proporsinya sedikit dan berfungsi sebagai penjelas. Penggunaan ejaan

yang baku, istilah benar, keterangan dan sumber gambar serta kejelasan gambar lebih

mempermudah peserta didik mempelajari materi.

Daftar istilah yang sulit serta pengertiannya tercantum dalam glosarium. Bagian

indeks memuat daftar istilah penting dan halamannya. Indeks mempermudah peserta

didik menemukan kata yang dimaksud. Bagian selanjutnya adalah daftar pustaka yang

93

berisi sumber buku, jurnal penelitian, rujukan online dan gambar yang digunakan

sebagai referensi penulisan modul.

3. Pengembangan (Develop)

Berdasarkan hasil validasi ahli tentang penilaian modul dan perangkat

pembelajaran, modul memiliki kategori yang baik, tetapi masih memerlukan banyak

perbaikan. Hasil validasi praktisi tentang modul dan perangkat pembelajaran diperoleh

kategori sangat baik. Menurut Sungkono (2003:10) contoh adalah benda, ilustrasi,

angka, gambar dan lain-lain yang mewakili/mendukung konsep yang disajikan. Contoh

bertujuan untuk memantapkan pemahaman pembaca tentang fakta/ data, konsep,

prinsip, generalisasi/ dalil, hukum, teori, nilai, prosedur/ metode, keterampilan dan

masalah. Prinsip dalam penyajian contoh hendaknya: relevan dengan isi uraian;

konsistensi istilah, konsep, dalil, dan peran; logis (masuk akal); sesuai dengan realitas;

dan bermakna. Petunjuk penggunaan dan gambaran modul yang disertai dengan kolom-

kolom instruksi telah ditambahkan agar guru dan siswa lebih mudah dalam

menggunakan modul pembelajaran.

Perbaikan telah dilakukan sesuai dengan saran dan masukan dari ahli. Materi telah

ditambahkan sesuai dengan perkembangan IPTEK dengan bahasa yang lebih

komunikatif disertai dengan contoh-contoh sehingga siswa mudah memahami. Sumber

dan catatan kaki telah ditambahkan, peta konsep dibuat tiap sub bab, dan diberikan

gambaran umum penggunaan modul bagi siswa dan guru. Setiap komponen modul

sudah diberikan gambar atau simbol supaya lebih menarik. Hal tersebut sesuai dengan

yang dikemukakan oleh Prastowo (2012: 125), yang menyatakan bahwa gambar-

gambar dapat mendukung dan memperjelas isi materi sehingga menimbulkan daya tarik

dan mengurangi kebosanan bagi pembaca.

a) Uji Coba Terbatas

Berdasarkan hasil validasi siswa tentang penilaian modul, modul memiliki

kategori yang sangat baik. Namun, masih memerlukan beberapa perbaikan. Perbaikan

telah dilakukan sesuai dengan saran dan masukan dari siswa. Materi telah diperbaiki

dan gambar dibuat lebih jelas. Depdiknas (2008: 6) menyatakan bahwa dalam

penyusunan materi harus memperhatikan kedalaman dan keluasan cakupan materi.

94

Keluasan materi menggambarkan seberapa banyak materi-materi yang dimasukkan,

sedangkan kedalaman materi menyangkut rincian konsep-konsep yang terkandung di

dalamnya yang harus dipelajari oleh siswa. Materi pembelajaran perlu diidentifikasi

secara tepat agar pencapaian kompetensi siswa dapat diukur. Selain itu, dengan

mengidentifikasi jenis-jenis materi yang akan dibelajarkan, guru akan mendapatkan

ketepatan dalam pemilihan metode pembelajaran.

Kondisi lapangan pada tahap uji coba terbatas ditemukan beberapa kendala

yaitu siswa belum pernah menggunakan modul berbasis JAS pada tema Ekosistem

karena siswa biasanya hanya menggunakan modul yang lebih banyak latihan soal-soal

dan masih asing dengan modul berbasis JAS. Berdasarkan hal tersebut, peneliti harus

menjelaskan terlebih dahulu langkah-langkah pembelajaran IPA terpadu berorientasi

JAS. Hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 2, 4 dan 6, Lampiran 12 halaman 184. Saat

uji coba terbatas, siswa mengisi angket dan kuisioner yang berisi penilaian terhadap

modul yang dikembangkan, tetapi sebelumnya siswa diberikan kesempatan untuk

membaca dan mempelajari isi modul tersebut. Selain itu, dalam pengisian kuisioner,

disertai dengan wawancara untuk mengetahui tanggapan siswa secara langsung.

Namun, terdapat kendala karena beberapa siswa yang tidak mencantumkan alasan

dalam kuisioner serta tidak memberikan saran perbaikan.

b) Revisi Produk Tahap II

Berdasarkan hasil uji terbatas didapatkan berbagai saran antara lain berkaitan

dengan penambahan materi dan kejelasan gambar. Materi sudah ditambahkan dengan

bahasa yang jelas dan efektif. Prastowo (2012: 123) mengemukakan bahwa kalimat

yang digunakan harus sederhana, singkat, jelas, dan efektif. Gambar yang disajikan

harus relevan dengan materi dan mendukung isi materi. Saran yang diberikan oleh siswa

dalam uji terbatas ini hanya sebatas saran teknis penyajian, dan tidak menyangkut pada

konten modul.

c) Uji Coba Tahap III

Berdasarkan hasil uji coba terbatas tentang penilaian modul, modul memiliki

kategori yang sangat baik. Uji lapangan ini diperoleh data antara lain data hasil belajar

dan tanggapan siswa terhadap modul.

95

1) Hasil Belajar Siswa

Hasil belajar kognitif diperoleh data pretest dan postest. Menurut kenaikan

hasil belajar kognitif yang telah dianalisis menurut kriteria Hake (1999: 1) kenaikan

hasil belajar berkategori “Sedang”. Hal tersebut menunjukkan bahwa nilai pretest dan

postest siswa tidak terlalu berbeda jauh. Hal tersebut disebabkan materi Ekosistem

cukup mudah dan berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Namun, ketuntasan

siswa tidak 100% karena ada 5 orang siswa yang memiliki nilai di bawah KKM.

Hasil analisis dari uji prasyarat menunjukkan data terdistribusi normal dan

homogen, dan setelah diuji dengan paired sample t-test hasilnya terdapat perbedaan.

Hal ini membuktikan bahwa hasil belajar kognitif sebelum dan setelah diterapkannya

modul berbeda secara signifikan. Terdapat kenaikan hasil belajar kognitif siswa, yang

dapat dilihat dari nilai rata-rata siswa saat pretes dan postes. Penggunaan modul IPA

Terpadu berorientasi JAS yang menuntut siswa untuk melakukan observasi, dan

menjelaskan hasil observasi akan membantu siswa dalam berbagai bentuk belajar,

dengan demikian siswa akan lebih mudah memahami materi dan berperan aktif selama

proses pembelajaran. Pembelajaran dengan pendekatan JAS mendorong peserta didik

untuk lebih aktif dalam melakukan pengamatan, eksperimen, berdiskusi, dan

komunikatif dalam menjelaskan hasil eksperimen sehingga mendorong peningkatan

hasil belajar siswa.

Kegiatan pembelajaran diawali dengan pengarahan oleh guru (dapat dilihat pada

Lampiran 13 halaman, Gambar 1). Selanjutnya, siswa melaksanakan pembelajaran

sesuai dengan tahapan-tahapan di dalam modul, mulai dari mengamati, melakukan

eksperimen, mengerjakan LKS dengan berdiskusi, dan mengemukakan hasil diskusi.

Guru berfungsi sebagai fasilitator yang membimbing pelaksanaan diskusi, praktikum,

serta memberikan konfirmasi. (Lampiran 11).

Namun, di dalam uji lapangan ditemukan beberapa kendala antara lain: 1) di

dalam kelompok terdapat beberapa orang yang lebih dominan, dan ada anggota

kelompok yang tidak aktif; 2) pada pertemuan pertama memerlukan waktu yang cukup

lama karena terdapat dua praktikum; 3) tidak jarang ada yang bermain-main dengan

teman saat praktikum; 4) hanya beberapa orang saja yang dapat mempresentasikan hasil

diskusi karena waktu yang terbatas. Pada pertemuan I siswa kurang terkondisi dengan

96

baik, karena siswa belum terbiasa melakukan praktikum dan belum terbiasa dengan

bahan yang digunakan untuk praktikum sehingga sewaktu praktikum filtrasi, banyak

yang tidak mencuci bahan-bahan yang digunakan dan hasilnya air menjadi keruh; 6)

untuk pertemuan kedua dan ketiga siswa telah terkondisi dengan baik saat melakukan

praktikum; dan 7) terdapat beberapa siswa yang mengumpulkan tugas dan modul tidak

tepat waktu.

Gulo (2004: 130) mengemukakan di dalam kelompok, sesorang berbicara, yang

lain mendengar, ada juga yang bertanya, dan ada yang menjawab. Diskusi kelompok

berjalan dengan lancar jika ditunjang dengan sumber informasi seperti buku, atau

narasumber. Kadang-kadang ada anggota kelompok yang berfungsi sebagai narasumber

bagi kelompoknya, tetapi ada juga yang tidak berbicara, tidak menyumbang pendapat

sehingga menjadikan kelompok kurang efisien. Johnson (2009: 166) berpendapat

bahwa setiap pengetahuan yang dimiliki seseorang dalam kelompok akan menjadi

output bagi anggota kelompok lain, dan output ini akan menjadi input bagi yang lain.

Jika setiap individu yang berbeda mambangun hubungan dengan cara tersebut, maka

akan terbentuk suatu sistem yang baik di dalam kelompok.

Berdasarkan hasil analisis, nilai afektif siswa mengalami peningkatan. Hal

tersebut terjadi karena siswa mulai terbiasa dengan modul yang dikembangkan. Siswa

juga lebih aktif bekerja sama dengan teman saat praktikum dan diskusi. Depdiknas

(2003: 6) mengemukakan bahwa diskusi merupakan salah satu kondisi belajar yang

sesuai dengan filosofi konstruktivisme karena dalam diskusi siswa dapat

mengunggkapkan gagasan, melakukan penelitian secara sederhana, demonstrasi, juga

kegiatan lain yang memberikan ruang kepada siswa untuk dapat mempertanyakan,

memodifikasi, atau mempertajam gagasannya. Nilai rata-rata aspek afektif disetiap

pertemuan mengalami peningkatan karena peserta didik terlibat secara aktif dalam

pembelajaran. Hal tersebut diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahayu

dkk (2013: 133), mengungkapkan bahwa pengembangan perangkat modul IPA terpadu

berorientasi JAS dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Modul IPA terpadu

berorientasi JAS dapat meningkatkan hasil belajar karena peserta didik dapat

menggunakan pengetahuan yang telah dimiliki untuk menjelaskan suatu konsep.

Pengalaman peserta didik didapatkan setelah melakukan tahapan modul. Tahapan

tersebut menuntut peserta didik melakukan pengujian terhadap hasil prediksi

97

sebelumnya, kemudian dibahas oleh peserta didik sehingga peserta didik mendapatkan

pengetahuan secara langsung berdasarkan pengalaman mereka sendiri. Nilai rata-rata

aspek afektif disetiap pertemuan mengalami peningkatan karena peserta didik terlibat

secara aktif dalam pembelajaran.

Hasil belajar psikomotor juga mengalami kenaikan pada tiap pertemuan

karena siswa telah terbiasa dengan metode praktikum, maka keterampilan siswa dalam

penggunaan alat juga semakin baik. Depdiknas (2003: 7) mengemukakan bahwa

pelajaran sains memfokuskan kegiatan pada penemuan dan pengolahan informasi

melalui kegiatan mengamati, mengukur, mengajukan pertanyaan, mengklasifikasi,

memecahkan masalah, dan sebagainya. Hal senada juga dikemukakan oleh Rahayu dkk

(2013: 133), bahwa nilai rata-rata aspek psikomotorik mengalami peningkatan karena

peserta didik terlibat aktif dan lebih terarah saat praktikum. Modul IPA terpadu

berorientasi JAS menjadikan peserta didik lebih siap saat akan melakukan praktikum

karena sebelumnya peserta didik harus membaca teori sehingga dapat membuat prediksi

yang rasional. Selain itu, peserta didik juga berinteraksi dengan lingkungan, alat dan

bahan, sehingga peserta didik dapat menguji prediksi melalui pengamatan dan

mengemukakan penjelasan tentang fenomena yang mereka hadapi.

Pendidikan IPA, pada hakikatnya menekankan adanya interaksi antara peserta

didik dengan objek yang dipelajari. Interaksi tersebut akan memberikan kesempatan

bagi peserta didik untuk belajar, mengembangkan keterampilan, kepribadian, dan

mengenal permasalahan IPA serta pengkajiannya (Djohar cit. Suratsih, 2010: 8). Oleh

karena itu, proses belajar IPA akan mengembangkan tiga ranah yaitu ranah kognitif,

afektif, dan psikomotorik. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Carin dan

Sund cit.Wenno, bahwa sains adalah (1) scientific attitudes yaitu keyakinan, nilai-nilai,

pendapat, objektif, jujur dan lain-lain; (2) scientific process yaitu cara khusus dalam

penyelidikan untuk memecahkan masalah, misalnya membuat hipotesis, melaksanakan

eksperimen, mengumpulkan data, mengevaluasi data, mengukur, dan sebagainya; (3)

scientific product adalah berupa fakta, teori, prinsip, hukum, teori, dan lain-lain.

Hal senada juga dikemukakan oleh Sund dan Trowbridge cit. Mundilarto

(2005: 4), bahwa guru harus memberikan kesempatan sebanyak mungkin kepada para

siswa untuk berpikir dan menggunakan akalnya. Siswa dapat melakukan hal tersebut

dengan jalan terlibat secara langsung dalam berbagai kegiatan, seperti diskusi kelas,

98

pemecahan masalah, maupun bereksperimen. Siswa jangan hanya dijadikan objek yang

pasif dengan beban hafalan berbagai macam konsep, tetapi perlu dibiasakan

memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut

dengan ide-ide. Pemecahan masalah merupakan aspek penting di dalam proses

pembelajaran sains, di samping menyangkut penerapan konsep atau pengetahuan yang

telah diperoleh melalui proses belajar, tetapi juga merupakan wahana untuk

memperoleh pengetahuan baru. Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam

pembelajaran dapat tercermin dalam bahasa dan cara berpikir siswa. Siswa SMP

termasuk dalam perkembangan kognitif tahap operasional formal. Siswa pada tahap

tersebut akan berpikir secara logis dan teoritis formal berdasarkan proporsi dan

hipotesis serta mampu dalam mengambil keputusan.perkembangan kognitif pada tahap

operasional formal menekankan pada kegiatan siswa yang aktif dalam mengkonstruk

pengetahuannya. Guru sebaiknya memberikan kesempatan pada siswa agar belajar

sesuai dengan tahap perkembangannya. Guru sebagai fasilitator harus mampu

membantu siswa untuk berinteraksi dengan lingkungannya dengan sebaik-baiknya.

2) Kuisioner Tanggapan Siswa Terhadap Modul

Berdasarkan hasil kuisioner diperoleh beberapa saran dan masukan yang

berkaitan dengan kejelasan gambar. Beberapa gambar kurang jelas dikarenakan hasil

print out yang tidak baik, untuk itu perlu dilakukan perbaikan agar modul yang

dikembangkan menjadi lebih baik. Selain itu, terdapat beberapa siswa yang mengatakan

soal latihan dalam modul cukup sulit. Sungkono (2003: 11) mengemukakan bahwa

latihan adalah berbagai bentuk kegiatan belajar yang harus dilakukan oleh siswa setelah

membaca uraian sebelumnya. Latihan bergunanya untuk memantapkan pengetahuan,

keterampilan, nilai, dan sikap tentang fakta/data, konsep, prinsip, generalisasi/dalil,

teori, prosedur, dan metode. Tujuan latihan ini agar siswa benar-benar belajar secara

aktif dan akhirnya menguasai konsep yang sedang dibahas dalam kegiatan belajar

tersebut. Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyusunan latihan:

relevan dengan materi yang disajikan; sesuai dengan kemampuan siswa; bervariasi,

misalnya tes, tugas, dan eksperimen; dan bermakna.

Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan perbaikan dengan melengkapi kunci

jawaban dan penjelasan sehingga siswa lebih mudah dalam memahaminya.

99

Sungkono (2011 : 12) mengemukakan bahwa kunci jawaban tes formatif pada

umumnya diletakkan di bagian paling akhir suatu modul. Tujuannya agar siswa benar-

benar berusaha mengerjakan tes tanpa melihat kunci jawaban terlebih dahulu. Lembar

ini berisi jawaban dari soal-soal yang telah diberikan. Jawaban siswa terhadap tes yang

ada diketahui benar atau salah dapat dilakukan dengan cara mencocokkannya dengan

kunci jawaban yang ada pada lembar ini. Tujuannya adalah agar siswa mengetahui

tingkat penguasaannya terhadap isi kegiatan belajar tersebut. Di samping itu, pada

bagian ini berisi petunjuk tentang cara siswa memberi nilai sendiri pada hasil

jawabannya.

3) Penyempurnaan produk

Produk yang telah diuji coba lapangan kemudian diperbaiki sesuai dengan

saran siswa. Perbaikan yang dilakukan kaitannya dalam hal kejelasan gambar dan dibuat

lebih menarik. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Prastowo (2012: 124) yang

mengemukakan bahwa gambar-gambar yang dapat mendukung dan memperjelas isi

materi sangat dibutuhkan karena selain memperjelas uraian materi, gambar atau simbol

juga dapat menambah daya tarik, serta mengurangi kebosanan siswa untuk mempelajari

modul.

4. Penyebaran (Disseminate)

a) Kelayakan Modul IPA Terpadu Berorientasi JAS

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, menurut validasi ahli, uji terbatas,

dan uji lapangan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa modul IPA

terpadu berorientasi JAS ini dalam kategori yang baik/ layak. Menurut siswa modul

yang dikembangkan mudah dipahami, sajian materi dalam modul sudah cukup lengkap,

permasalahan yang dikemukakan berkaitan erat di lingkungan sekitar siswa, dan modul

disajikan secara berwarna serta dilengkapi dengan gambar-gambar. Prastowo (2012:

124) yang mengemukakan bahwa gambar-gambar yang dapat mendukung dan

memperjelas isi materi sangat dibutuhkan karena selain memperjelas uraian materi,

gambar atau simbol juga dapat menambah daya tarik, serta mengurangi kebosanan

siswa untuk mempelajari modul.

100

Modul IPA terpadu berorientasi JAS dapat digunakan untuk menggali

pengetahuan awal siswa kemudian merekonstruksi ke dalam pemahaman baru yang

didapat dari hasil observasi. IPA terpadu berorientasi JAS melatihkan siswa dalam

memprediksi hasil dari beberapa peristiwa, kemudian siswa melaksanakan kegiatan dan

mencocokkan setiap konflik antara prediksi dengan hasil observasi. (Ruiz dkk., 2004:

17).

Hal senada juga dikemukakan oleh Suparno (2007: 13) yang mengemukakan

bahwa dalam pandangan konstruktivis, belajar adalah proses yang aktif yaitu siswa

membangun sendiri pengetahuan yang dimiliki. Implikasi teori Vygotsky dalam

pembelajaran menggunakan modul ini adalah, selain digunakan sebagai bahan ajar

mandiri, modul ini juga terintegrasi dalam pembelajaran melalui diskusi dan eksperimen

yang dilakukan dalam kelompok kecil. Pemberian bantuan berupa petunjuk, peringatan,

dorongan yang dilakukan oleh guru selama tahap awal pembelajaran dilakukan agar

semakin lama siswa dapat mengambil alih tanggung jawab secara mandiri. Pengetahuan

dibentuk oleh siswa melalui pemecahan masalah yang dikaitkan dengan lingkungan, hal

tersebut erat kaitannya dengan pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-hari sehingga

diharapkan siswa memperoleh pembelajaran yang bermakna.

b) Keefektifan Modul IPA Terpadu Berorientasi JAS

Berdasarkan kriteria Hake (1998: 1), menunjukkan bahwa kenaikan hasil

belajar siswa dalam kategori “Sedang“. Hal tersebut menunjukkan bahwa dengan

diterapkannya pembelajaran menggunakan modul IPA terpadu berorientasi JAS

berdampak pada kenaikan hasil belajar siswa, walaupun kenaikan tersebut tidak dalam

kategori tinggi. Ali (2005: 135) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa

pembelajaran dengan modul lebih efektif dalam proses belajar mengajar ipa

dibandingkan pengajaran secara konvensional, karena dengan modul siswa diberikan

kesempatan untuk belajar sesuai dengan langkah, kemampuan, dan kebutuhan siswa

sehingga terjadi peningkatan hasil belajar siswa pada kelas yang diberikan pembelajaran

dengan modul. Pendekatan pembelajaran dengan modul membagi konten/ materi yang

luas menjadi sub unit yang lebih kecil dan disertai dengan penjelasan, sehingga

menimbulkan motivasi dan ketertarikan bagi siswa. Pembelajaran dengan modul dapat

digunakan secara individu atau dalam kelompok kecil.

101

Implikasi dari pengembangan modul IPA terpadu berorientasi JAS

memungkinkan siswa berinteraksi dengan lingkungan, sehingga akan diperoleh

pengalaman belajar yang bersifat pengetahuan, keterampilan motorik, dan sikap, serta

kebermaknaan dalam belajar. Penyampaian awal tentang materi yang akan dipelajari

selanjutnya akan membuat siswa lebih siap secara mental untuk mempelajari materi

tersebut. Oleh sebab itu, modul pembelajaran sebaiknya dibagikan sebelum dilakukan

pembelajaran di kelas. Selain itu, modul IPA terpadu berorientasi JAS juga memuat

materi dengan sistematika penulisan materi yang bersifat umum ke materi yang bersifat

khusus dan dilengkapi dengan contoh-contoh.

c) Hasil Belajar Siswa

Berdasarkan hasil analisis ranah kognitif, dapat disimpulkan bahwa pemberian

modul berorientasi IPA terpadu berorientasi JAS pada tema Ekosistem ini dapat

meningkatkan/ berpengaruh terhadap hasil belajar kognitif siswa. Wenno (2010: 186)

mengemukakan bahwa melakukan pembelajaran dengan modul membuat siswa lebih

mudah memahami konsep/ materi sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.

Pembelajaran yang baik dan menyenangkan adalah pembelajaran yang memberikan

kesempatan kepada siswa tentang ide/ gagasan yang dimiliki. Proses pembelajaran

tersebut akan mendorong siswa untuk terlibat secara aktif dan membangun

pengetahuan, sikap, serta perilaku.

Rahayu dkk. (2013: 133) juga mengemukakan bahwa modul IPA terpadu

berorientasi JAS dapat meningkatkan hasil belajar karena peserta didik dapat

menggunakan pengetahuan yang telah dimiliki untuk menjelaskan suatu konsep..

C. Temuan di Lapangan

Penerapan produk berupa modul pembelajaran berorientasi IPA terpadu

berorientasi JAS menghasilkan temuan-temuan sebagai berikut:

1. Modul tema Ekosistem disusun berdasarkan analisis kurikulum, kebutuhan siswa

dan guru serta observasi lapangan.

2. Modul tema Ekosistem mampu membuat siswa aktif terlibat langsung dalam proses

pembelajaran.

3. Modul tema Ekosistem dengan pendekatan JAS melatih kreatifitas peserta didik.

102

4. Pengetahuan guru tentang sistematika penulisan modul masih kurang sehingga

penulis pada saat penyebaran memberikan paparan tentang sistematika modul.

D. Keterbatasan Penelitian

1. Keterbatasan waktu sehingga pada uji coba kecil pada siswa, modul dibaca

peserta didik selama 2 jam pelajaran dan hanya dilakukan satu kali.

2. Keterampilan proses psikomotorik hanya diamati pada saat praktikum.

3. Hasil belajar afektif peserta didik diamati menggunakan angket.

4. Penyebaran modul ini hanya dilakukan terhadap 7 guru yang mengajar IPA

kelas 7 karena keterbatasan waktu.