Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
48
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Profil SMK Negeri 1 Sayung
SMK Negeri 1 Sayung berdiri pada tahun 2004,
yang pada awalnya sekolah ini hanya disebut dengan
‘SMK kecil’. Karena pada saat itu, SMK Negeri 1 Sayung
adalah embrio dari SMP Negeri 2 Sayung, yang belum
ada pengembangan apapun dari pemerintah Kabupaten
Demak.Tujuan awal diselenggarakannya SMK Negeri 1
Sayung hanya untuk memfasilitasi anak- anak jalanan
di sekitar kecamatan Sayung yang putus sekolah untuk
dilatih dan diberi ketrampilan/ kecapakapn hidup (life
skill). Dengan persetujuan Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Kabupaten Demak dan bupati Demak,
tepatnya pada tanggal 11 Agustus 2004, dengan nomor
SK 421/ 709/ 2004, ‘SMK kecil’ resmi menjadi SMK
Negeri 1 Sayung dengan NIS/NSS Nomor
400100/34.1.0321.04.12 dengan luas tanah ± 2000
m2.Kepala sekolah yang pertama bernama Dr. Dra.
Rr Noer Endah Apriyanti, M. Pd.menjabat selama 2
tahun. Setelah itu, digantikan oleh Gigis Mohamad
Afnan, S. Pd, M. Pd. dengan pendidikan terakhir
Pasca Sarjana Pendidikan (S2). Beliau menjabat
sebagai kepala sekolah dari 2006 dengan SK
49
Pengangkatan Nomor 821:2/ 25/ 2006 sampai
sekarang.
Dalam perkembangannya, lebih dari satu dekade,
SMK Negeri 1 Sayung kurang mendapatkan perhatian
dari pemerintah kabupaten Demak, karena dari segi
lokasi, SMK Negeri 1 Sayung belum mempunyai
sertifikat tanah sendiri atau masih menempati lahan
SMP Negeri 2 Sayung yang relatif sempit. Padahal,
dilihat dari animo masyarakat dari tahun ke tahun
meningkat, tetapi karena keterbatasan ruang kelas,
SMK Negeri 1 Sayung hanya menerima sedikit
siswa.SMK Negeri satu- satunya di Kecamatan Sayung
ini pada tahun pertama hanya membuka 2 kelas, yaitu
kelas Teknik Pengelasan dan kelas Tata Busana. Pada
tahun 2010, SMK Negeri1 Sayung membuka tiga
jurusan/ program keahlian yaitu, Rekayasa
Perangkat Lunak, Teknik Sepeda Motor, dan Jasa
Boga. Masing- masing jurusan memiliki satu kelas,
sehingga jumlah kelas sampai tahun 2015 ini,
berjumlah 15 kelas, sehingga komposisi kelas saat
ini, kelas XII 5 kelas, kelas XI 5 kelas, dan kelas X 5
kelas. Masing- masing jurusan sudah terakreditasi B.
Program produktif yang diberikan di SMK
Negeri1 Sayung sudah sesuai dengan kurikulum
spektrum. Dipilihnya SMK Negeri 1 Sayung sebagai
tempat penelitian dikarenakan SMK Negeri 1Sayung
telah melaksanakan praktik kerja industri (Prakerin)
kurang lebih selama 7 tahun. SMK Negeri 1 Sayung
yang terletak di daerah pesisir, tepatnya di jalan raya
50
Semarang- Demak KM. 14, kecamatan Sayung,
Kabupaten Demak ini sangat menarik untuk diteliti,
karena karakter siswa siswi yang beragam.
4.1.2 Analisis
Tabel 4.1.
Matrik Hasil Evaluasi Program Praktik Kerja Industri (Prakerin) di SMK Negeri 1 Sayung
Tahun 2014
Variabel Sub Variabel
Indikator Deskriptor (Hasil)
Evaluasi Praktik Kerja
Industri (Prakerin)
Context Visi dan misi SMK Negeri 1 Sayung
Visi dan misi sekolah difahami oleh kepala sekolah, guru, dan siswa.
Definisi konteks Prakerin
Topik kegiatan prakerin difahami oleh kepala sekolah, guru, siswa, dan orang tua
Tujuan Program Prakerin
Tujuan diselenggarakan prakerin difahami oleh kepala sekolah, guru, dan siswa
Identifikasi kebutuhan kompetensi sekolah dan kompetensi pasar
Kebutuhan kompetensi sekolah sebagian sudah terjabarkan, tetapi masih belum ada link and match dengan kebutuhan kompetensi pasar
Peserta prakerin
Peserta yang terlibat dalam prakerin adalah siswa, guru, panitia, DU/DI.
Input Strategi pelaksanaan prakerin
Perencanaan panitia yang matang, sasaran siswa kelas XI, kesepakatan dengan
51
DU/DI yang sudah terealisasi hampir 100%. Tetapi masih perlu menambah kerjasama dengan DU/DI khususnya di jurusan Rekayasa Perangkat Lunak (RPL).
Prosedur penempatan siswa
Desain langkah-langkah untuk penempatan siswa: disesuaikan dengan jarak rumah (bagi yang berkeberatan), tetapi diharapkan mind set itu akan berubah seiring pemikiran siswa dan orang tua. Guru produktif berperan dalam penempatan siswa di DU/DI.
Penjadwalan program prakerin
Lamanya prakerin diawali dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi yang sudah dirancang oleh panitia.
Pengelolaan Anggaran
Sumber biaya untuk prakerin diperoleh dari dana komite dan pengelolaan anggarannya oleh bendahara prakerin yang biasanya dipegang oleh guru BK selaku bendahara Prakerin.
Process Identifikasi proses pelaksanaan
Kesiapan panitia untuk melaksanakan prakerin sudah baik, hal ini terlihat dari minimnya masalah dalam pelaksanaan prakerin. DU/DI juga
52
cukup responsif. Untuk siswa, kelas XI memang sudah harus siap dengan adanya prakerin.
Keterlaksanaan program prakerin
Keterlaksanaan program prakerin dapat dilihat dari ketepatan waktu penerjunan, monitoring oleh guru pembimbing, serta penarikan peserta prakerin oleg guru pembimbing. Presensi dan keaktifan siwa juga menjadi acuan untuk keterlaksanaan program prakerin. Selain itu,nilai dari DU/DI juga sudah menggambarkan praktik kerja siswa SMK Negeri 1 Sayung di DU/DI.
Informasi perbaikan program prakerin
Hambatan- hambatan dalam proses pelaksanaan prakerin adalah masih adanya siswa yang berpikiran bahwa prakerin tidak penting. Sekolah kurang bisa memantau siswa karena jauh dari sekolah dan bimbingan atau monitoring dilakukan hanya empat kali selama pelaksanaan prakerin.Selanjutnya untuk perbaikan, sekolah harus lebih sering memonitoring secara langsung atau tidak
53
langsung, misalnya lewat telepon.
Product Penilaian hasil capaian dengan tujuan prakerin
Evaluasi program prakerin untuk siswa dalam bentuk laporan sesuai dengan DU/DI yang ditempatinya. Tetapi masih perlu penyempurnaan dalam pelaporannya. Yang bertanggung jawab adalah guru pembimbing.Hasil kegiatan prakerin belum diukur dengan tujuan yang direncanakan oleh pihak sekolah. Masih merupakan kegiatan rutin tahunan yang belum ada perubahan dari tahun ke tahun sehingga belum ada inovasi baru. Tetapi dari pihak guru, sudah berupaya untuk memperluas jalinan kerjasama dengan DU/DI.
Interpretasi keunggulan dan kelemahan program prakerin
Keunggulan program prakerin di SMK Negeri 1 Sayung adalah sudah adanya buku panduan siswa, pembimbing, DU/DI. Selain itu, adanya koordinasi kerjasama yang bagus dari pihak sekolah dan DU/DI sehingga siswa mempunyai kesempatan yang bagus untuk bisa langsung ditarik bekerja di tempat tersebut setelah
54
lulus.Selain itu, siswa mendapatkan banyak pengalaman dari praktik kerja.Kelemahan program tersebut dari segi siswa, siswa cenderung malas untuk kembali ke sekolah karena sudah merasakan bekerja yang nyaman.Kelemahan yang lain dari segi panitia yaitu belumdiselenggarakan dalam siklus manajemen program yang baik sehingga terkesan kegiatan rutin dan monoton tanpa bisa diukur capaiannya. Belum tersedia laporan evaluasi program prakerin yang terstruktur.
4.1.3 Aspek Konteks (Context) Program Praktik
Kerja Industri di SMK Negeri 1 Sayung
Aspek konteks ini meliputi program praktik
kerja industri (Prakerin) di SMK Negeri 1 Sayung
dari visi dan misi SMK Negeri 1 Sayung, definisi
praktik kerja industri (Prakerin), tujuan atau hasil
yang diharapkan, identifikasi kebutuhan
kompetensi sekolah, dan kompetensi pasar, serta
personil yang terlibat di dalamnya.
55
Visi dan misi SMK Negeri 1 Sayung yang
seharusnya menjadi tonggak untuk SMK Negeri 1
Sayung berkembang lebih maju, dan sepertinya
harus lebih dipahami oleh semua guru yang ada.
Visi SMK Negeri 1 Sayung adalah: “Menjadi Pusat
Pendidikan dan Pelatihan Terdepan dalam
mempersiapkan sumber daya manusia
berkepribadian unggul, religius, handal,
professional, dan mampu berkompetisi di pasar
kerja global”. Dari visi di atas, dapat disimpulkan
bahwa SMK Negeri 1 Sayung nantinya akan
mencetak orang- orang yang siap untuk
berkompetisi di pasar global. Seperti yang
diungkapkan oleh Kepala SMK Negeri 1 Sayung
yang sudah menjabat sebagai kepala sekolah
selama lebih dari delapan tahun adalah sebagai
berikut:
“…visi dan misi seharusnya selalu dipahami dan diingat oleh bapak ibu guru serta karyawan, bagaimana kita mau maju, kalau kita saja sudah tidak punya visi. Apalagi visi SMK harus merujuk pada kompetensi lulusan.Kita semua kan tahu, kalau lulusan SMK itu harus punya keahlian sesuai kompetensi yang dimiliki, mandiri, pastinya juga professional dalam hal apapun”.
Dari pendapat di atas, tentunya misi SMK Negeri 1 Sayung juga harus segera diwujudkan dengan tindakan nyata. Misi SMK Negeri 1 Sayung adalah (1) Menuju Sekolah Menengah Kejuruan Unggul; (2) Menyiapkan tamatan yang bertaqwa dan
56
berbudi luhur, mempunyai etos kerja dan berjiwa wirausaha; (3) Meningkatkan daya serap tamatan di dunia usaha/ dunia industri dan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi; (4) Menyiapkan tenaga terampil yang mampu bersaing di pasar kerja nasional maupun internasional. Dari misi tersebut, terlihat bahwa SMK memang menyiapkan lulusan yang beretos kerja, terampil yang mampu bersaing di pasar kerja nasional maupun internasional. Hal senada juga diungkapkan oleh Wakil Kepala Sekolah Bidang Manajemen Mutu:
“…banyaknya tantangan di era sekarang, misi sekolah harus tercapai, salah satunya yaitu lulusan kita harus bermutu, beretos kerja tinggi, dan bisa diterima di pasar kerja”.
Disamping itu, ada beberapa program di SMK
Negeri 1 Sayung yang bertujuan untuk
mempersiapkan siswa agar bisa mendapatkan
pengalaman di dunia kerja yaitu dengan program
praktik kerja industri (Prakerin). Praktik kerja
industri (Prakerin) merupakan program tahunan
yang wajib dilaksanakan.
Praktik Kerja Industri (Prakerin) di SMK
Negeri 1 Sayung dilaksanakan sejak tahun
pembelajaran 2006/ 2007. Hal ini dibenarkan
oleh kepala sekolah yang menyatakan bahwa:
“Sejak sekolah ini berdiri, telah ditetapkan kegiatan praktek kerja industri yang terintegrasi dalam kurikulum.Dalam praktik kerja industri atau yang biasa kita sebut dengan prakerin, siswa kelas sebelas
57
magang atau berlatih untuk kerja di sebuah industri atau lebih tepatnya dunia usaha/ dunia industri biasa juga disebut denganDU/DI.”
Dalam hal ini, wakil kepala sekolah bidang
kurikulum menambahkan bahwa bentuk- bentuk
praktek industri bervariasi sesuai kebijakan
pemerintah. Beberapa guru memberikan
penjelasan tentang praktek kerja industri sebagai
berikut:
- Muhammad Amron menyatakan bahwa di SMK Negeri 1 Sayung terdapat tiga bentuk praktek kerja industri yaitu pendidikan sistem ganda, magang, dan kunjungan industri. Menurutnya ketiga kegiatan ini sangat membantu kesiapan siswa memasuki dunia kerja.
- Khusniati Khotimah memberikan penjelasan bahwa praktek kerja industri perlu dikondisikan sejak awal melaluiproses belajar mengajar(PBM) di kelas. Guru memberikan motivasi agar siswa mampu bekerja dengan baik dan tumbuh motivasi dan kemandiriannya.
Dari uraian di atas, terlihat bahwa
perencanaan sebelum pelaksanaan sangat
penting. Dari ketiga bentuk praktik kerja industri
yang disampaikan oleh ketua program keahlian
Teknik Sepeda Motor, Muhammad Amron, selalu
berhubungan dengan institusi pasangan atau
dunia usaha/ dunia industri (DU/DI).
58
Perbedaannya yaitu pada peran institusi
pasangan. Pada Program Pendidikan Sistem
Ganda (PSG), keseluruhan program pendidikan
dari awal perencanaan hingga penilaian
dilakukan bersama secara terkoodinasi antara
pihak institusi pasangan (DU/DI). Sementara itu
pada sistem magang atau praktik kerja lapangan,
institusi pasangan lebih bersifat pasif karena
mereka tidak terlibat sejak awal dalam proses
perencanaan. Dalam sistem magang, institusi
pasangan (DU/DI) hanya bertindak sebagai
pemilik usaha yang perusahaannya dijadikan
sebagai tempat praktik anak- anak sekolah.
Program praktik kerja industri (Prakerin) di
SMK Negeri 1 Sayung memang didesain untuk
membentuk disiplin kerja siswa di tempat praktik
kerja industri (Prakerin). Menurut Wakil kepala
sekolah bidang Humas (Hubungan Masyarakat)
adalah sebagai berikut:
“Ya pada dasarnya tujuan prakerin kan memang untuk melatih anak bekerja secara professional, sesuai kompetensi keahliannya, melatih disiplin kerja, menambah pengalaman, serta lebih melatih kemampuan mereka yang tidak hanya didapatkan dari sekolah”.
Dengan demikian tujuan dari praktik kerja
industri (Prakerin) di SMK Negeri 1 Sayung yaitu:
(1) Melatih siswa bekerja secara professional
sesuai dengan kompetensi keahliannya; (2)
59
Melatih disiplin siswa di tempat praktik; (3)
Menambah pengalaman siswa tentang bekerja;
dan (4) Melatih kemampuan siswa sesuai
kompetensi keahliannya yang tidak hanya bisa di
dapatkan di sekolah, tetapi juga bisa didapatkan
di dunia usaha/ dunia industri (DU/DI).
Hal ini juga dikuatkan dengan dijabarkan
pula tujuan praktik kerja industri (Prakerin) yang
dilaksanakan di SMK Negeri 1 Sayung sesuai
dengan buku panduan Prakerin (2013) adalah
sebagai berikut: (1) Menghasilkan tenaga kerja
yang memiliki keahlian dan kompetensi yang
professional dengan pengetahuan, keterampilan
dan etos kerja sesuai dengan tuntutan lapangan
kerja; (2) Memperkokoh hubungan kerjasama “link
and match” antara sekolah dengan dunia kerja; (3)
Meningkatkan efisiensi proses pendidikan dan
pelatihan tenaga kerja tingkat menengah yang
professional; (4) Memberi pengakuan dan
penghargaan terhadap pengalaman kerja sebagai
bagian dari proses pendidikan.
Untuk mengidentifikasi kebutuhan sekolah,
pada awalnya memang hanya menempatkan siswa
untuk bekerja di tempat DU/DI. Sehingga
terkadang antara sekolah dengan pihak DU/DI
tidak sinkron atau tidak link and match. Salah
satu bukti nyata yaitu siswa tidak mengerti apa
yang harus dilakukan, sedangkan DU/DI juga
tidak paham apa yang harus diberikan. Seperti
60
yang diungkapkan oleh siswa kelas XI program
keahlian Rekayasa Perangkat Lunak:
“Saya hanya disuruh foto kopi, kadang mencat surat, kadang ngetik, atau sesekali memasukkan data base”.
Jawaban dari siswa lain, yaitu kelas XI
program keahlian Jasa Boga:
“Kami diminta untuk mengiris bahan, mempacking, apa lagi ya…ya paling kalau ada resepsi kami diminta untuk membantu”.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan
bahwa tidak semua pekerjaan yang dikerjakan
siswa sesuai dengan kompetensinya.Karena
selama ini tidak ada sinkronisasi kurikulum
antara pihak sekolah dengan dunia usaha/ dunia
industri (DU/DI).Belum adanya identifikasi
kebutuhan kompetensi sekolah maupun pasar
kerja.
Menurut Wakil Kepala Sekolah bidang
Humas, prakerin dikhususkan untuk kelas XI, hal
ini bertujuan untuk agar siswa mampu untuk
bersosialisasi serta cukup mempunyai kompetensi
keahlian untuk berlatih bekerja di dunia usaha/
dunia industri. Pernyataan ini sesuai yang
duingkapkan oleh guru BK sekaligus bendahara
prakerin berikut ini:
“…kalau kelas X, kan masih terlalu dini, masih kecil dan belum cukup kompetensinya. Kelas XII, konsentrasi di ujian nasional dan
61
UKK (Ujian Kompetensi Keahlian), nah yang sesuai ya kelas XI.Mereka sudah mampu untuk kita lepas”.
Menurut guru BK 2, manajemen program
praktik kerja industri (Prakerin) di SMK Negeri 1
Sayung diselenggarakan oleh panitia praktik kerja
industri (Prakerin) atau biasa disebut dengan Pokja
Prakerin dan guru- guru produktif
“…panitia prakerin kita (guru BK), Waka Humas, dan pastinya guru produktif atau Ketua program keahlian”.
Dalam wawancara berikutnya, sebelum
kegiatan praktik kerja industri dilaksanakan,
pastinya kesiapan siswa sangat diperlukan, selain
kesiapan prakerin dan DU/DI untuk menerima
siswa praktik. Seperti yang diungkapkan oleh
Ketua Kompetensi Keahlian Teknik Sepeda Motor
berikut ini:
“…setiap ada praktik, pasti saya selingi dengan menanyakan kesiapan anak, karena prakerin itu kan ya seperti kerja, nah mental siswa juga harus tangguh, dan siap menerima pekerjaan dari instruktur. Kan mereka biasa dengan situasi kerja”.
Hal senada juga disampaikan oleh Wakil
kepala sekolah bidang sarana dan prasarana:
“…sebenarnya mudah saja kok, buat anak-anak untuk memilih tempat prakerin, di sekolah juga bisa, asal ada unit produksinya.Atau dicarikan gurunya.Yang pasti disesuaikan atau diserahkan dengan
62
anak lagi.Yang bertanggung jawab ya panitia dan K3”.
Dengan demikian, dalam praktik kerja
industri (Prakerin) kesiapan siswa dari segi mental
sangat diperlukan serta yang bertanggung jawab
dengan masalah penempatan tempat praktik yaitu
panitia dan terutama Ketua Kompetensi Keahlian
(K3).
4.1.4 Aspek Masukan (Input) Program Praktik
Kerja Industri di SMK Negeri 1 Sayung
Dalam aspek masukan (input) ini mencakup
empat hal: pertama, strategi pelaksanaan program
praktik kerja industri (Prakerin) meliputi panitia,
sasaran, dan kesepakatan dengan dunia usaha/
dunia industri (DU/DI). Kedua, prosedur
penempatan siswa meliputi desain atau langkah-
langkah penempatan siswa. Ketiga, penjadwalan
program praktik kerja industri (Prakerin). Keempat,
pengelolaan anggaran meliputi sumber biaya dan
pengelolaannya.
Program praktik kerja industri (Prakerin)
merupakan kegiatan pembelajaran praktik
langsung di dunia kerja berdasarkan program
pelatihan di institusi pasangan secara terarah dan
terprogram sehingga siswa mempunyai keahlian
profesional dan siap untuk bekerja sesuai dengan
kompetensi keahliannya. Hal ini sesuai dengan
63
pernyataan dari Guru BK di SMK Negeri 1 Sayung
sekaligus panitia prakerin:
“Prakerin adalah agenda tahunan yang wajib ada dan pesertanya adalah kelas XI. Program ini melibatkan dunia usaha atau dunia industri yang biasa disebut DU/DI.Tempat prakerin menjadi tempat untuk anak- anak mencari pengalaman bekerja, jadi anak harus siap dengan segala konsekuensi.Persiapan mental penting sebelum berangkat magang”.
Pelaksanaan program praktik kerja industri
(Prakerin) melibatkan dua pihak yaitu pihak
sekolah yang menempatkan siswa sebagai peserta
magang dengan pihak dunia usaha/ dunia industri
(DU/DI) sebagai institusi pasangan untuk tempat
siswa melakukan magang/ praktik.
Terkait dengan hal tersebut, maka pihak
sekolah bekerjasama dengan pihak DU/DI untuk
menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan
melalui program praktik kerja industri (Prakerin)
yang dapat mendorong tercapainya tujuan
pendidikan SMK yang baik. Dengan adanya tujuan
program praktik kerja industri (Prakerin) yang jelas
maka pelaksanaan program praktik kerja juga
dapat berjalan sebagaimana mestinya.
Sesuai dengan konsep, penyelenggaraan
program praktik kerja industri (Prakerin) akan
berjalan lancar dengan hasil memuaskan apabila
penyelenggaraannya sesuai dengan prosedur yang
telah ditentukan sebelumnya. Untuk tahap
64
persiapan yang harus dilaksanakan SMK Negeri 1
Sayung sebagai penyelenggara program praktik
kerja industri (Prakerin) yaitu menyusun program
praktik kerja industri (Prakerin) dan menentukan
waktu pelaksanaan program praktik kerja industri
(Prakerin) dengan baik. Pelaksanaan program
praktik kerja industri (Prakerin) di SMK Negeri 1
Sayung diselenggarakan melalui satu tahap yaitu
pada waktu kelas XI semester 2 sekitar bulan
April-Juli, jadi terhitung empat bulan. Hal ini
sesuai dengan pernyataan dari wakil kepala
sekolah bidang kurikulum:
“…prakerin tahun ajaran 2013/ 2014 diselenggarakan dengan sistem block, selama empat bulan dari bulan April sampai dengan bulan Juli. Sekitar bulan Juni, anak kita tarik untuk mengikuti tes semester genap”
Dalam praktik kerja industri (Prakerin),
penentuan waktu diterjunkan seperti itu
merupakan salah satu model penyelenggaraan
Pendidikan Sistem Ganda (PSG) pada SMK yaitu
sistem block release dimana pada model ini telah
ditentukan bahwa pada bulan- bulan tertentu
siswa akan melaksanakan praktik di dunia usaha/
dunia industri (DU/DI). Sistem block release
mendekati ideal untuk diterapkan karena siswa
akan lebih berkonsentrasi pada pekerjaan mereka
di lokasi praktik kerja industri (Prakerin) dan
setelah dikembalikan pada sekolah mereka akan
berkonsentrasi pada materi pembelajaran.
65
Pengaturan waktu kerja, waktu libur dan waktu
istirahat diserahkan sepenuhnya ke pihak dunia
usaha/ dunia industri (DU/DI) yang ditempati
siswa peserta praktik kerja industri (Prakerin). Hal
serupa disampaikan oleh wakil kepala sekolah
bidang kehumasan:
“…kita lebih suka dengan sistem block, karena anak bisa berkonsentrasi dengan pekerjaannya, tidak terganggu dengan kegiatan lain. Sekolah hanya menarik anak kurang lebih selama 2 minggu untuk mengikuti ujian semester genap”.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh wakil
kepala sekolah bidang kesiswaan:
“…selama prakerin anak harus konsentrasi di dunia usaha/ dunia industri. Masalah waktu libur, waktu kerja, waktu istirahat sepenuhnya diserahkan oleh tempat magang masing- masing”.
SMK Negeri 1 Sayung menjalin kerjasama
dengan dunia usaha/ dunia industri (DU/DI)
dalam memilih dan menentukan DU/DI sebagai
institusi pasangan dengan pertimbangan yang
telah ditentukan sebelumnya yaitu lokasi, jarak,
kesesuaian antara kompetensi sekolah dengan
pekerjaan di dunia usaha/ dunia industri (DU/DI),
kesediaan pihak DU/DI menerima siswa yang akan
praktik kerja di DU/DI, serta ada beberapa
pertimbangan dari pihak DU/DI seperti harus
mengikuti tes seleksi.
66
Uraian di atas juga diperkuat dengan
pernyataan dari guru BK sekaligus panitia
prakerin:
“…biasanya anak SMK Negeri 1 Sayung kalau dapat tempat magang yang jauh dari rumah, mereka enggan. Maunya di daerah sendiri.Mungkin masalah mental. Tapi orang tua juga terkadang ada yang complain kalau anaknya ditempatkan agak jauh dari rumah. Mungkin sudah mind set-nya begitu”.
Jadi, menurut beberapa guru, hal itu
dibenarkan. Bahwa orang tua juga berperan
penting dalam hal perijinan siswa untuk
melaksanakan praktik kerja industri (Prakerin).
Dari masalah penempatan yang ada, selain dari
siswa sendiri yang keberatan dengan jarak tempat
praktik, orang tua juga terkadang masih belum
mau mengijinkan anaknya praktik di tempat yang
agak jauh dari tempat tinggal. Padahal seharusnya
orang tua memberi dukungan ke anaknya untuk
mandiri. Sesuai yang diungkapkan oleh guru
produktif jurusan rekayasa perangkat lunak (RPL):
“…anak sini memang masih kurang pemahaman tentang prakerin, orang tua cenderung ingin anaknya di tempatkan di dekat- dekat saja. Nah, pemetaan awal du/di ini ya harus guru produktif yang berperan untuk memberi pengetahuan awal bagi anak-anak”.
Karena pemetaan siswa untuk tempat praktik
kerja industri (Prakerin) adalah bagian dari
67
perencanaan awal dari panitia praktik kerja
industri (Prakerin) dan guru produktif masing-
masing program keahlian.
Seperti yang diungkapkan oleh bendahara
praktik kerja industri (Prakerin) sekaligus guru BK
mengenai biaya prakerin adalah sebagai berikut:
“…untuk meringankan biaya, anak- anak setiap bulannya diwajibkan membayar uang komite, yang dijadikan satu dengan iuran kegiatan prakerin sebesar lima belas ribu sebulan. Jadi agak ringan. Iuran itu dipakai untuk operasional prakerin dan kenang-kenangan juga buat du/di dan juga untuk transport monitoring guru pembimbing”.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
biaya yang dikeluarkan oleh siswa kelas XI
diperoleh dari iuran bulanan yang mengikat
dengan iuran komite, sehingga bisa, meringankan
beban orang tua siswa. Untuk penggunaannya,
anggaran dipakai untuk pembelian kenang-
kenangan (souvenir) yang diserahkan ke dunia
usaha/ dunia industri (DU/DI). Selain itu,
anggaran dana juga dipakai untuk transport
pembimbing ketika memonitoring siswa di tempat
praktik.
68
4.1.5 Aspek Proses (Process) Program Praktik
Kerja Industri di SMK Negeri 1 Sayung
Dalam aspek proses ini mencakup tiga hal
yaitu pertama, identifikasi proses pelaksanaan
yang meliputi kesiapan panitia dan dunia usaha/
dunia industri (DU/ DI), strategi yang digunakan,
dan monitoring pelaksanaan prakerin. Kedua,
keterlaksanaan program praktik kerja industri
(Prakerin) meliputi ketepatan waktu pelaksanaan,
ketepatan prakerin, dan melihat dari segi presensi
siswa. Ketiga, informasi perbaikan program praktik
kerja industri meliputi hambatan- hambatan
dalam proses pelaksanaan, perbaikan serta
pengembangan program praktik kerja industri
(Prakerin) di SMK Negeri 1 Sayung.
Kesiapan panitia untuk melaksanakan
prakerin sudah baik, hal ini terlihat dari minimnya
masalah dalam pelaksanaan prakerin. DU/DI juga
cukup responsif. Untuk siswa, kelas XI memang
sudah harus siap dengan adanya prakerin.
Identifikasi proses pelaksanaan praktik kerja
industri (Prakerin) dimulai dari kesiapan panitia
untuk melaksanakan praktik kerja industri
(Prakerin) dan juga hambatan – hambatan yang
ditemui selama pelaksanaan praktik kerja industri
(Prakerin). Hal ini sesuai dengan yang disampaikan
oleh salah satu guru BK SMK Negeri 1 Sayung:
“…siap tidak siap ya harus siap. Kita kan sudah berjalan beberapa tahun, jadi tidak ada masalah yang berarti, dari tahun ke
69
tahun sudah bagus, bisa dilihat dari presensi anak di du/di. Juga jarang ada masalah. Paling juga masalah anak tidak betah atau tidak nyaman di du/di.Itu aja”.
Persiapan dimulai dengan mempersiapkan
perangkat administrasi praktik kerja industri
(Prakerin), pembentukan guru pembimbing untuk
melakukan kegiatan pembimbingan, monitoring
dan evaluasi terhadap siswa serta mempersiapkan
siswa-siswanya melalui persiapan teori, praktikum
serta pembekalan mengenai materi praktik kerja
industri (Prakerin) dari pihak sekolah.
Tahapan awal dari pelaksanaan praktik kerja
industri (Prakerin) yang dilakukan oleh SMK Negeri
1 Sayung adalah pembentukan panitia yang
dikoordinir oleh bagian Humas SMK Negeri 1
Sayung. Pembentukan panitia ini bertujuan untuk
mempermudah dalam pelaksanaan praktik kerja
industri (Prakerin), terutama yang berkaitan
dengan pembagian tugas dan tanggung jawab dari
semua pihak yang terkait dengan prakerin.
Susunan kepanitiaan atau organisasi
pelaksanaan praktik kerja industri (Prakerin) di
SMK Negeri 1 Sayung sebagaimana tertuang dalam
diagram di bawah ini:
70
------
Gambar 4.1.Susunan Organisasi/ Kepanitiaan
Pelaksanaan Prakerin SMK Negeri 1 Sayung(Pokja Prakerin, 2013)
Berdasarkan diagram/ gambar di atas nampak
bahwa ketua kompetensi keahlian atau yang biasa
disebut dengan K3, berperan penting dalam praktik kerja
industri (Prakerin) yang bekerja sama dengan
koordinator praktik kerja industri (Prakerin). Selain itu,
dunia usaha/ dunia industri (DU/DI) mempunyai peran
dalam tahapan pelaksanaan prakerin di SMK Negeri 1
Sayung. Peran tersebut diwujudkan dalam bentuk
DU/DIPenanggung Jawab
(Kepala Sekolah) Komite Sekolah
Ketua (Waka Bidang Humas)
Sekretaris Bendahara
Koordinator Pelaksana (Pokja
Prakerin)Ketua
Kompetensi Keahlian
Guru pembimbing
Praktikan
71
koordinasi yang dilakukan oleh pihak sekolah dengan
DU/DI.
Melalui tahapan pembentukan panitia ini, SMK
Negeri 1 Sayung mulai melibatkan peran serta dunia
usaha/ dunia industri (DU/DI). Menurut Wakil kepala
sekolah bidang kehumasan SMK Negeri 1 Sayung, peran
DU/DI dalam kepanitiaan tersebut antara lain
diimplementasikan melalui beberapa hal sebagai berikut:
(a) pemberian informasi dari DU/DI kepada pihak
sekolah terutama berkaitan dengan kompetensi keahlian
yang dibutuhkan oleh DU/DI; (b) pemberian kesempatan
oleh sekolah kepada DU/DI untuk berperan dalam setiap
tahapan pelaksanaan praktik kerja industri (Prakerin).
Tahapan selanjutnya yaitu pemetaan terhadap
DU/DI yang akan dijadikan tempat magang. Pemetaan
tersebut bertujuan untuk mengetahui sebaran DU/DI
yang sesuai dengan kompetensi atau program keahlian
yang ada di SMK Negeri 1 Sayung. Pemetaan dilakukan
untuk menghindari adanya penumpukan siswa pada
DU/DI tertentu.
Tahapan selanjutnya yaitu mengirimkan
permohonan ke dunia usaha/ dunia industri (DU/DI),
sesuai dengan kemitraan dengan DU/DI yang telah
menjalin kerjasama dengan SMK Negeri 1 Sayung.
Permohonan tersebut dilakukan sebagai salah satu
upaya menjalin kembali informasi dengan institusi
pasangan.
Tahapan yang terakhir sebelum penerjunan, yaitu
pemetaan peserta praktik kerja industri (Prakerin) ke
72
DU/DI. Pemetaan peserta prakerin bertujuan untuk
mengetahui jumlah dan kompetensi siswa yang akan
melaksanakan praktik. Hal tersebut disesuaikan dengan
jumlah DU/DI yang tersedia. Pemetaan ini bertujuan
agar tidak terjadi penumpukan siswa pada salah satu
DU/DI. Selain itu juga mengetahui keterkaitan
kompetensi/ keahlian siswa dengan DU/DI yang akan
menjadi tempat magang atau praktik. Di sinilah DU/DI
dituntut berperan lebih banyak, karena melalui
keterlibatan DU/DI dalam pemetaan peserta akan dapat
diketahui peserta yang layak untuk bersaing di dunia
kerja. Seperti yang diungkapkan oleh Pimpinan atau
pemilik dari Bengkel Bubut Manunggal (Wawancara
tanggal 28 Nopember 2014):
“…kami kapanpun siap, tapi jangan banyak-banyak. Bukannya apa- apa, nanti malah ga jadi kerja, banyak ngobrol. Jadi sedikit saja yang kami bisa terima”
Hal senada juga disampaikan oleh pimpinan Mekar
Indah Motor (Wawancara tanggal 24 Juli 2014):
“…karena banyaknya permintaan untuk magang dari sekolah lain, jadi kami minta tidak lebih dari tiga orang. Karena kalau banyak- banyak malah mereka gak bisa bener- bener bekerja, dan pasti anak- anak malah gak mudeng”.
Dari uraian di atas, DU/ DI memang perlu
dilibatkan dalam penentuan jumlah anak, penempatan,
dan profil kompetensi keahlian masing- masing jurusan.
Tahapan akhir dari pelaksanaan Praktik kerja
industri adalah penilaian dan sertifikasi. Evaluasi
73
program praktik kerja industri (Prakerin) sangat
diperlukan sebagai perbaikan dan pengembangan dalam
pelaksanaan praktik kerja industri (Prakerin) di SMK
Negeri 1 Sayung.
4.1.6 Aspek Hasil (Product) Program Praktik Kerja
Industri di SMK Negeri 1 Sayung
Dalam aspek hasil (product) mencakup penilaian
hasil capaian dengan tujuan praktik kerja industri
(Prakerin) yang meliputi evaluasi program dan tindak
lanjut, serta interpretasi keunggulan dan kelemahan
program praktik kerja industri.
Hasil wawancara dengan siswa Rekayasa
Perangkat Lunak adalah sebagai berikut:
“…di butik Anna Avantie, kami hanya disuruh mayet, tapi ya lumayan bu, buat menambah pengalaman.Walaupun kita sih inginnya mendesain kebaya sendiri dan menjahitnya sendiri”.
Siswa yang lain dari jurusan Rekayasa Perangkat
Lunak juga berpendapat:
“…saya tidak begitu suka buk dengan pekerjaan di disperindag, soalnya saya hanya diminta buat fotokopi dan bantu- bantu apapun itu lah. Paling juga disuruh ngetik bu”.
Sebenarnya tujuan program praktik kerja industri
(Prakerin) yang ditetapkan sudah tercapai tapi hanya
sebagian, tidak secara menyeluruh.
Untuk penilaian hasil program praktik kerja
industri (Prakerin) di SMK Negeri 1 Sayung belum ada
74
formula yang pasti. Hal ini sesuai yang dikatakan oleh
guru BK:
“…belum ada evaluasi yang baku. Yang pasti anak diminta untuk pelaporan yang dibimbing oleh guru pembimbing. Untuk dunia usaha/ dunia industri, mereka kami minta untuk menilai siswa selama prakerin, tapi format sudah kita siapkan. Untuk kami panitia, hanya laporan pertanggungjawaban keuangan, dan secara lisan kadang kami tanyakan ke anak. Bagaimana prakerinnya, lancar tidak, ada maslah atau tidak, dan apa lagi ya…kurang lebih ya tentang pengalaman selama mereka di sana”.
Dari penjelasan di atas, di ketahui bahwa panitia
belum ada aturan khusus tentang laporan praktik kerja
industri. Untuk siswa, hanya membuat laporan selama
mereka di tempat praktik. Untuk dunia usaha/ dunia
industi (DU/DI) hanya memberi nilai pada lembar yang
sudah di berikan oleh panitia praktik kerja industri
(Prakerin).
Dalam melaksanakan praktik kerja industri
(Prakerin) siswa dituntut untuk dapat mengaplikasikan
profil kompetensi yang ditetapkan oleh sekolah.
Kompetensi ini disusun oleh pihak- pihak sekolah
berdasarkan standar kompetensi yang telah ada sejak
KTSP. Hal ini sesuai dengan dengan yang diungkapkan
oleh Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum:
“…sebenarnya kurikulum untuk Prakerin harus benar- benar direalisasikan, jadi kita bisa sesuaikan antara pihak du/di dengan sekolah. Hal ini penting, karena banyak tempat praktik yang tidak sesuai dengan keahlian siswa”.
75
Hal senada juga disampaikan oleh guru produktif
Rekayasa Perangkat Lunak:
“…mengirimkan siswa ke tempat du/di seharusnya sesuai dengan kompetensi keahlian, tetapi terkadang sekolah belum memperkenalkan semua kompetensi, sehingga banyak yang tidak match. Perusahaan minta anak siap kerja, tetapi siswa masih perlu belajar dan bimbingan.”
Dari pendapat di atas, dalam penyusunan standar
kompetensi yang harus dipenuhi oleh para siswa
tersebut, pihak sekolah tidak melibatkan institusi
pasangan (dunia usaha/ dunia industri). Meskipun
demikian, pihak sekolah tidak hanya membatasi institusi
pasangan (dunia usaha/ dunia industri) untuk
memberikan pekerjaan yang sesuai dengan standar
kompetensi, tetapi diharapkan bisa lebih dari itu.
Lebih lanjut disampaikan oleh Wakil kepala sekolah
bidang Humas:
“…kami menyadari sepenuhnya, bahwa prakerin tahun lalu, profil kompetensi yang selama ini ditetapkan merupakan profil kompetensi yang sudah ada dalam buku panduan, dan belum dirubah. Jadi masih harus ada perubahan, minimal dievaluasi yang sesuai dengan tuntutan pasar kerja”.
Dari uraian di atas, bagian Hubungan Masyarakat
(Humas) selaku leading sector pelaksanaan praktik kerja
industri (Prakerin) menyadari sepenuhnya bahwa profil
kompetensi yang selama ini ditetapkan merupakan profil
kompetensi yang telah ada sejak dahulu di dalam buku
panduan Prakerin. Profil tersebut masih tetap
76
dipergunakan pada praktik kerja industri (Prakerin) di
SMK Negeri 1 Sayung. Profil keahlian atau kompetensi
(terlampir) tersebut sudah selayaknya dievaluasi dan
disesuaikan dengan tuntutan pasar kerja.
Hal senada juga diungkapkan oleh Ketua
Kompetensi Keahlian Tata Busana:
“…sudah saatnya kurikulum untuk prakerin di sinkronkan, nah, tim pengembang kurikulum harus bisa mensinkronkan dengan dunia usaha/ dunia industri”.
Dalam praktik kerja industri (Prakerin), kurikulum
untuk prakerin sangat sangat penting, sehingga prakerin
bisa berjalan dengan lancar. Untuk itu, tim pengembang
kurikulum di SMK Negeri 1 Sayung harus mulai
mensinkronkan kurikulum sekolah dengan dunia
industri/ dunia usaha sesuai dengan pasar kerja.
Dalam pelaksanaan praktik kerja industri
(Prakerin), apabila kegiatan peserta di institusi pasangan
(DU/DI) melakukan kegiatan/ bekerja di luar profil
kemampuan masing- masing program keahlian, maka
kegiatan tersebut termasuk perolehan kemampuan
produktif sebagai muatan lokal dari masing- masing
institusi pasangan(DU/DI). Hal serupa disampaikan oleh
Ketua Kompetensi Keahlian Tata Boga:
“…memang kadang kala anak diminta untuk mengerjakan selain kompetensinya, tapi ya itu kansudah jadi kewenangan du/di. Malah terkadang ada yang tidak sesuai sama sekali dengan keahliannya”.
77
Hal di atas bermakna bahwa dalam pelaksanaan
praktik kerja industri (Prakerin) tidak semua profil
kompetensi tersebut dapat dikerjakan oleh siswa di
institusi pasangan atau dunia usaha/ dunia industri
(DU/ DI) pada saat praktik kerja industri (Prakerin).
Prosentase keterlaksanaan profil kompetensi harapan
yang dapat dikerjakan siswa di dunia usaha/ dunia
industri berbeda- beda.
Pembimbingan atau monitoring dalam praktik kerja
industri (Prakerin) juga penting dalam pelaksanaan
prakerin. Mengenai monitoring, hal ini disampaikan oleh
Ketua Kompetensi Keahlian Teknik Pengelasan:
“…dengan adanya monitoring, siswa akan lebih bersemangat dalam pelaksanaan prakerin. Mereka merasa diperhatikan oleh gurunya. Selain itu, pihak du/ di juga pastinya menyambut baik dengan adanya kunjungan atau monitoring dari guru.Kerjasama juga pastinya terjalin dengan baik”.
Dari uraian di atas, dapat diketahui, bahwa
monitoring siswa di tempat DU/ DI sangat penting agar
siswa merasa diperhatikan oleh sekolah. Selain itu, guru
pembimbing juga bisa menjadi salah satu jembatan
untuk menjalin kerja sama yang baik antara pihak
sekolah dengan dunia usaha/ dunia industri (DU/ DI).
Walaupun begitu, peran guru pembimbing dalam
pelaksanaan praktik kerja industri (Prakerin) lebih
bersifat normatif, karena guru pembimbing tidak
memiliki peran untuk memberikan pembelajaran/
pelatihan kepada siswa selama melaksanakan praktik
kerja industri (Prakerin) di dunia usaha/ dunia industri.
78
Hal ini diperkuat oleh pernyataan dari Panitia Prakerin
SMK Negeri 1 Sayung:
“…guru pembimbing prakerin bisa berasal dari guru produktif, normatif, adaptif,maupun dari guru BK. Tidak harus dari guru produktif saja. Tapi ya begitulah, kadang guru selain guru produktif tidak begitu mengetahui tentang prakerin, jadi ya sekedar menerjunkan atau menarik anak.Mungkin hanya dari segi presensi saja, guru (selain guru produktif) bisa melihat anak- anak yang rajin atau tidak”.
Hal senada juga diungkapkan oleh salah satu siswa
jurusan Teknik Sepeda Motor:
“guru pembimbing hampir tidak pernah memberikan pembelajaran. Hanya sekedar mengantar ke tempat magang, monitoring sesuai jadwal di buku panduan saya, trus menarik dari perusahaan. Dan pihak industri juga jarang memberi pengarahan, karena sibuk atau karena pekerjaannya masih sama seperti hari- hari sebelumnya”.
Seperti yang sudah disampaikan di atas, model
pembimbingan semacam ini pada gilirannya akan
menimbulkan kesulitan dalam pemantauan, karena guru
pembimbing non-produktif tidak memiliki kompetensi
untuk membimbing praktik. Hal tersebut pada akhirnya
akan berimbas pada proses dan pembimbingan yang
sekedar formalitas. Selain itu, dari pihak DU/DI,
pembimbingan yang dilakukan oleh unsur DU/DI juga
dirasakan belum optimal. Tetapi dalam kenyataannya,
ada juga DU/ DI yang memberi arahan atau
pembimbingan juga. Hal ini disampaikan siswa dari
jurusan jasa boga:
79
“kami diajari beberapa teknik dalam pembuatan roti tart, mereka (pihak DU/ DI) sangat baik dan ramah”.
Terkait dengan peran DU/ DI, dalam
pembimbingan, hal berbeda ditemukan di beberapa
instansi atau dunia usaha/ dunia industri.Seperti
contoh kecil di atas, siswa diberi pengarahan dan
pembimbingan dari instruktur DU/ DI. Sesuai yang
diungkapkan oleh salah satu guru produktif Tata
Busana SMK Negeri 1 Sayung:
“…perbaikan dari segi apapun harus tetap ada, agar prakerin mencapai hasil yang maksimal dan yang kita inginkan, apalagi kalau anak kita diminta langsung bekerja, seneng banget, berarti kompetensi siswa sudah mumpuni. Tindak lanjut prakerin harus tetap ada. Salah satunya yaitu melakukan ekspansi untuk menjalin kerjasama yang baik dan lebih luas agar jaringan pasar kerja kita bagus. Rencana ke depan harusnya lebih matang dalam perencanaan prakerin”.
Hal serupa disampaikan oleh Kepala SMK Negeri 1
Sayung:
“…kekurangan pasti ada. Tapi perbaikan lebih penting. Belum adanya evaluasi secara menyeluruh, karena keterbatasan waktu dari panitia, dan ni kan program tahunan yang wajib ada, jadi ya evaluasinya belum optimal”.
Pernyataan di atas berarti bahwa evaluasi itu
penting.Beberapa tempat praktik sudah sesuai dengan
kompetensi keahliannya. Tetapi, sebagian juga masih
kurang sesuai dengan kompetensi keahlian siswa. Belum
80
adanya evaluasi tentang praktik kerja industri secara
menyeluruh dikarenakan masih dianggap sebagai
program tahunan yang wajib diselenggarakan.
4.2 Pembahasan
Berdasarkan penjelasan hasil penelitian di atas,
maka evaluasi praktik kerja industri (Prakerin) di SMK
Negeri 1 Sayung dapat diuraikan di bawah ini.
4.2.1 Evaluasi Konteks (Context Evaluation)
Program Praktik Kerja Industri di SMK Negeri
1 Sayung
Evaluasi konteks praktek kerja industri
(Prakerin) dilakukan untuk mengetahui apakah visi
dan misi SMK Negeeri 1 Sayung sesuai dengan
kebutuhan siswa. Dalam evaluasi aspek konteks ini
meliputi program praktik kerja industri (Prakerin) di
SMK Negeri 1 Sayung dari visi dan misi SMK Negeri
1 Sayung, definisi praktik kerja industri (Prakerin),
tujuan atau hasil yang diharapkan, identifikasi
kebutuhan kompetensi sekolah, dan kompetensi
pasar, serta personil yang terlibat di dalamnya.
Berdasarkan hasil wawancara dan studi
dokumentasi dapat disimpulkan bahwa visi dan
misi SMK Negeri 1 Sayung yang seharusnya menjadi
tonggak untuk SMK Negeri 1 Sayung berkembang
lebih maju, dan sepertinya harus lebih dipahami
oleh semua guru yang ada. Visi SMK Negeri 1
81
Sayung adalah: “Menjadi Pusat Pendidikan dan
Pelatihan Terdepan dalam mempersiapkan sumber
daya manusia berkepribadian unggul, religius,
handal, professional, dan mampu berkompetisi di
pasar kerja global”. Dari visi di atas, dapat
disimpulkan bahwa SMK Negeri 1 Sayung nantinya
akan mencetak orang- orang yang siap untuk
berkompetisi di pasar global. Selain itu, SMK Negeri
1 Sayung juga harus segera diwujudkan dengan
tindakan nyata. Misi SMK Negeri 1 Sayung adalah
(1) Menuju Sekolah Menengah Kejuruan Unggul; (2)
Menyiapkan tamatan yang bertaqwa dan berbudi
luhur, mempunyai etos kerja dan berjiwa
wirausaha; (3) Meningkatkan daya serap tamatan di
dunia usaha/ dunia industri dan melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi; (4)
Menyiapkan tenaga terampil yang mampu bersaing
di pasar kerja nasional maupun internasional. Dari
misi tersebut, terlihat bahwa SMK Neger 1 Sayung
memang menyiapkan lulusan yang beretos kerja,
terampil yang mampu bersaing di pasar kerja
nasional maupun internasional.
Definisi konteks praktik kerja industri
(Prakerin) di SMK Negeri 1 Sayung difahami oleh
siswa, guru, orang tua, serta dunia usaha/ dunia
industri (DU/DI). Program praktik kerja industri
(Prakerin) di SMK Negeri 1 Sayung memang
didesain untuk membentuk disiplin kerja siswa
di tempat praktik kerja industri (Prakerin)
82
Program praktik kerja industri (Prakerin) di SMK
Negeri 1 Sayung memang didesain untuk
membentuk disiplin kerja siswa di tempat praktik
kerja industri (Prakerin). Dengan demikian,
tujuan dari praktik kerja industri (Prakerin) di
SMK Negeri 1 Sayung yaitu: (1) Melatih siswa
bekerja secara professional sesuai dengan
kompetensi keahliannya; (2) Melatih disiplin
siswa di tempat praktik; (3) Menambah
pengalaman siswa tentang bekerja; dan (4)
Melatih kemampuan siswa sesuai kompetensi
keahliannya yang tidak hanya bisa di dapatkan
di sekolah, tetapi juga bisa didapatkan di dunia
usaha/ dunia industri (DU/DI).
Sementara dalam aspek identifikasi
kebutuhan kompetensi sekolah dan kompetensi
pasar kerja masih butuh di kembangkan.
Kebutuhan kompetensi sekolah sebagian sudah
terjabarkan, tetapi masih belum ada link and
match dengan kebutuhan kompetensi pasar. Salah
satu bukti nyata yaitu siswa tidak mengerti apa
yang harus dilakukan, sedangkan DU/DI juga
tidak paham apa yang harus diberikan.Salah satu
bukti nyata yaitu siswa tidak mengerti apa yang
harus dilakukan, sedangkan DU/DI juga tidak
paham apa yang harus diberikan. Dari penjelasan
di atas, dapat disimpulkan bahwa tidak semua
pekerjaan yang dikerjakan siswa sesuai dengan
kompetensinya. Karena selama ini tidak ada
83
sinkronisasi kurikulum antara pihak sekolah
dengan dunia usaha/ dunia industri (DU/DI).
Belum adanya identifikasi kebutuhan kompetensi
sekolah maupun pasar kerja.
Sementara sasaran peserta praktik kerja
industri (Prakerin) dikhususkan untuk kelas XI,
hal ini bertujuan untuk agar siswa mampu untuk
bersosialisasi serta cukup mempunyai kompetensi
keahlian untuk berlatih bekerja di dunia usaha/
dunia industri.
Dilihat dari manajemen praktik kerja industri
(Prakerin) di SMK Negeri 1 Sayung diselenggarakan
oleh panitia praktik kerja industri (Prakerin) atau
biasa disebut dengan Pokja Prakerin dan guru-
guru produktif. Sebelum kegiatan praktik kerja
industri dilaksanakan, pastinya kesiapan siswa
sangat diperlukan, selain kesiapan prakerin dan
DU/DI untuk menerima siswa praktik.
Dengan demikian, dalam praktik kerja
industri (Prakerin) kesiapan siswa dari segi mental
sangat diperlukan serta yang bertanggung jawab
dengan masalah penempatan tempat praktik yaitu
panitia dan terutama Ketua Kompetensi Keahlian
(K3).
84
4.2.2 Evaluasi Masukan (Input Evaluation)
Program Praktik Kerja Industri di SMK
Negeri 1 Sayung
Evaluasi input dilaksanakan untuk
mempertimbangkan sumber daya yang ada,
mengidentifikasi dan mencari tahu kemampuan
atau daya dukung sistem, alternatif strategi
program, desain prosedur program, pengelolaan
anggaran dan penjadwalan program.
Program praktik kerja industri (Prakerin)
merupakan kegiatan pembelajaran praktik
langsung di dunia kerja berdasarkan program
pelatihan di institusi pasangan secara terarah
dan terprogram sehingga siswa mempunyai
keahlian professional dan siap untuk bekerja
sesuai dengan kompetensi keahliannya.
Pelaksanaan program praktik kerja
industri (Prakerin) melibatkan dua pihak yaitu
pihak sekolah yang menempatkan siswa sebagai
peserta magang dengan pihak dunia usaha/
dunia industri (DU/DI) sebagai institusi
pasangan untuk tempat siswa melakukan
magang/ praktik.
Terkait dengan hal tersebut, maka pihak
sekolah bekerjasama dengan pihak DU/DI
untuk menyelenggarakan pendidikan dan
pelatihan melalui program praktik kerja industri
(Prakerin) yang dapat mendorong tercapainya
tujuan pendidikan SMK yang baik. Dengan
85
adanya tujuan program praktik kerja industri
(Prakerin) yang jelas maka pelaksanaan program
praktik kerja juga dapat berjalan sebagaimana
mestinya.
Sesuai dengan konsep, penyelenggaraan
program praktik kerja industri (Prakerin) akan
berjalan lancar dengan hasil memuaskan
apabila penyelenggaraannya sesuai dengan
prosedur yang telah ditentukan sebelumnya.
Untuk tahap persiapan yang harus
dilaksanakan SMK Negeri 1 Sayung sebagai
penyelenggara program praktik kerja industri
(Prakerin) yaitu menyusun program praktik
kerja industri (Prakerin) dan menentukan waktu
pelaksanaan program praktik kerja industri
(Prakerin) dengan baik. Pelaksanaan program
praktik kerja industri (Prakerin) di SMK Negeri 1
Sayung diselenggarakan melalui satu tahap
yaitu pada waktu kelas XI semester 2 sekitar
bulan April-Juli, jadi terhitung empat bulan.
Pengaturan waktu kerja, waktu libur dan waktu
istirahat diserahkan sepenuhnya ke pihak dunia
usaha/ dunia industri (DU/DI) yang ditempati
siswa peserta praktik kerja industri (Prakerin).
Pengaturan waktu kerja, waktu libur dan waktu
istirahat diserahkan sepenuhnya ke pihak dunia
usaha/ dunia industri (DU/DI) yang ditempati
siswa peserta praktik kerja industri (Prakerin).
86
Dalam prosedur penempatan siswa untuk
praktik kerja industri, SMK Negeri 1 Sayung
menjalin kerjasama dengan dunia usaha/ dunia
industri (DU/DI) dalam memilih dan
menentukan DU/DI sebagai institusi pasangan
dengan pertimbangan yang telah ditentukan
sebelumnya yaitu lokasi, jarak, kesesuaian
antara kompetensi sekolah dengan pekerjaan di
dunia usaha/ dunia industri (DU/DI), kesediaan
pihak DU/DI menerima siswa yang akan praktik
kerja di DU/DI, serta ada beberapa
pertimbangan dari pihak DU/DI seperti harus
mengikuti tes seleksi.
Dalam prosedur penempatan siswa, orang
tua juga berperan penting dalam hal perijinan
siswa untuk melaksanakan praktik kerja
industri (Prakerin). Dari masalah penempatan
yang ada, selain dari siswa sendiri yang
keberatan dengan jarak tempat praktik, orang
tua juga terkadang masih belum mau
mengijinkan anaknya praktik di tempat yang
agak jauh dari tempat tinggal. Padahal
seharusnya orang tua memberi dukungan ke
anaknya untuk mandiri.Bahwa orang tua juga
berperan penting dalam hal perijinan siswa
untuk melaksanakan praktik kerja industri
(Prakerin). Dari masalah penempatan yang ada,
selain dari siswa sendiri yang keberatan dengan
jarak tempat praktik, orang tua juga terkadang
87
masih belum mau mengijinkan anaknya praktik
di tempat yang agak jauh dari tempat tinggal.
Padahal seharusnya orang tua memberi
dukungan ke anaknya untuk mandiri.
Pada aspek anggaran dan pengelolaan
dapat disimpulkan bahwa biaya yang
dikeluarkan oleh siswa kelas XI diperoleh dari
iuran bulanan yang mengikat dengan iuran
komite, sehingga bisa, meringankan beban
orang tua siswa. Untuk penggunaannya,
anggaran dipakai untuk pembelian kenang-
kenangan (souvenir) yang diserahkan ke dunia
usaha/ dunia industri (DU/DI). Selain itu,
anggaran dana juga dipakai untuk transport
pembimbing ketika memonitoring siswa di
tempat praktik.
4.2.3 Evaluasi Proses (Process Evaluation)
Program Praktik Kerja Industri di SMK
Negeri 1 Sayung
Dalam proses program praktik kerja
industri di SMK Negeri 1 Sayung dilakukan
untuk mengetahui apakah proses dalam
pelaksanaan program praktik kerja industri
sudah sesuai dengan strategi yang telah
direncanakan. Dalam aspek proses ini mencakup
tiga hal yaitu identifikasi proses pelaksanaan
yang meliputi kesiapan panitia dan dunia usaha/
dunia industri (DU/ DI), strategi yang digunakan,
88
dan monitoring pelaksanaan prakerin.
Selanjutnya, keterlaksanaan program praktik
kerja industri (Prakerin) yang meliputi ketepatan
waktu pelaksanaan, ketepatan prakerin, dan
melihat dari segi presensi siswa. Setelah itu,
informasi perbaikan program praktik kerja
industri meliputi hambatan- hambatan dalam
proses pelaksanaan, perbaikan serta
pengembangan program praktik kerja industri
(Prakerin) di SMK Negeri 1 Sayung.
Kesiapan panitia untuk melaksanakan
prakerin sudah baik, hal ini terlihat dari minimnya
masalah dalam pelaksanaan prakerin.DU/DI juga
cukup responsif. Untuk siswa, kelas XI memang
sudah harus siap dengan adanya prakerin.
Identifikasi proses pelaksanaan praktik kerja
industri (Prakerin) dimulai dari kesiapan panitia
untuk melaksanakan praktik kerja industri
(Prakerin) dan juga hambatan – hambatan yang
ditemui selama pelaksanaan praktik kerja industri
(Prakerin).
Persiapan dimulai dengan mempersiapkan
perangkat administrasi praktik kerja industri
(Prakerin), pembentukan guru pembimbing untuk
melakukan kegiatan pembimbingan, monitoring
dan evaluasi terhadap siswa serta mempersiapkan
siswa-siswanya melalui persiapan teori, praktikum
serta pembekalan mengenai materi praktik kerja
industri (Prakerin) dari pihak sekolah.
89
Tahapan awal dari pelaksanaan praktik kerja
industri (Prakerin) yang dilakukan oleh SMK Negeri
1 Sayung adalah pembentukan panitia yang
dikoordinir oleh bagian Humas SMK Negeri 1
Sayung. Pembentukan panitia ini bertujuan untuk
mempermudah dalam pelaksanaan praktik kerja
industri (Prakerin), terutama yang berkaitan
dengan pembagian tugas dan tanggung jawab dari
semua pihak yang terkait dengan prakerin. Melalui
tahapan pembentukan panitia ini, SMK Negeri 1
Sayung mulai melibatkan peran serta dunia
usaha/ dunia industri (DU/DI). Menurut Wakil
kepala sekolah bidang kehumasan SMK Negeri 1
Sayung, peran DU/DI dalam kepanitiaan tersebut
antara lain diimplementasikan melalui beberapa
hal sebagai berikut: (a) pemberian informasi dari
DU/DI kepada pihak sekolah terutama berkaitan
dengan kompetensi keahlian yang dibutuhkan oleh
DU/DI; (b) pemberian kesempatan oleh sekolah
kepada DU/DI untuk berperan dalam setiap
tahapan pelaksanaan praktik kerja industri
(Prakerin).
Tahapan selanjutnya yaitu pemetaan
terhadap DU/DI yang akan dijadikan tempat
magang. Pemetaan tersebut bertujuan untuk
mengetahui sebaran DU/DI yang sesuai dengan
kompetensi atau program keahlian yang ada di
SMK Negeri 1 Sayung. Pemetaan dilakukan untuk
90
menghindari adanya penumpukan siswa pada
DU/DI tertentu.
Tahapan selanjutnya yaitu mengirimkan
permohonan ke dunia usaha/ dunia industri
(DU/DI), sesuai dengan kemitraan dengan DU/DI
yang telah menjalin kerjasama dengan SMK Negeri
1 Sayung. Permohonan tersebut dilakukan sebagai
salah satu upaya menjalin kembali informasi
dengan institusi pasangan.
Tahapan yang terakhir sebelum penerjunan,
yaitu pemetaan peserta praktik kerja industri
(Prakerin) ke DU/DI. Pemetaan peserta prakerin
bertujuan untuk mengetahui jumlah dan
kompetensi siswa yang akan melaksanakan
praktik. Hal tersebut disesuaikan dengan jumlah
DU/DI yang tersedia. Pemetaan ini bertujuan agar
tidak terjadi penumpukan siswa pada salah satu
DU/DI. Selain itu juga mengetahui keterkaitan
kompetensi/ keahlian siswa dengan DU/DI yang
akan menjadi tempat magang atau praktik. Di
sinilah DU/DI dituntut berperan lebih banyak,
karena melalui keterlibatan DU/DI dalam
pemetaan peserta akan dapat diketahui peserta
yang layak untuk bersaing di dunia kerja.
Tahapan akhir dari pelaksanaan Praktik
kerja industri adalah penilaian dan sertifikasi.
Evaluasi program praktik kerja industri (Prakerin)
sangat diperlukan sebagai perbaikan dan
91
pengembangan dalam pelaksanaan praktik kerja
industri (Prakerin) di SMK Negeri 1 Sayung.
4.2.4 Evaluasi Hasil (Product Evaluation)
Program Praktik Kerja Industri di SMK
Negeri 1 Sayung
Evaluasi ini dilaksanakan untuk
mengetahui apakah produk/ hasil sudah sesuai
dengan tujuan program praktik kerja industri
(Prakerin). Yang perlu dilakukan yaitu
mengumpulkan deskripsi dan penilaian mengenai
hasil yang dicapai dan membandingkannya
dengan tujuan prakerin. Dalam aspek hasil
(product) mencakup penilaian hasil capaian
dengan tujuan praktik kerja industri (Prakerin)
yang meliputi evaluasi program dan tindak lanjut,
serta interpretasi keunggulan dan kelemahan
program praktik kerja industri.
Sebenarnya tujuan program praktik kerja
industri (Prakerin) yang ditetapkan sudah
tercapai tapi hanya sebagian, tidak secara
menyeluruh. Dari penjelasan di atas, di ketahui
bahwa panitia belum ada aturan khusus tentang
laporan praktik kerja industri.Untuk siswa, hanya
membuat laporan selama mereka di tempat
praktik. Untuk dunia usaha/ dunia industi
(DU/DI) hanya memberi nilai pada lembar yang
sudah di berikan oleh panitia praktik kerja
industri (Prakerin).
92
Dalam melaksanakan praktik kerja industri
(Prakerin) siswa dituntut untuk dapat
mengaplikasikan profil kompetensi yang
ditetapkan oleh sekolah. Kompetensi ini disusun
oleh pihak- pihak sekolah berdasarkan standar
kompetensi yang telah ada sejak KTSP. Dari
penjelasan di atas, di ketahui bahwa panitia
belum ada aturan khusus tentang laporan
praktik kerja industri. Untuk siswa, hanya
membuat laporan selama mereka di tempat
praktik.Untuk dunia usaha/ dunia industi
(DU/DI) hanya memberi nilai pada lembar yang
sudah di berikan oleh panitia praktik kerja
industri (Prakerin).
Dalam penyusunan standar kompetensi yang
harus dipenuhi oleh para siswa tersebut, pihak
sekolah tidak melibatkan institusi pasangan
(dunia usaha/ dunia industri). Meskipun
demikian, pihak sekolah tidak hanya membatasi
institusi pasangan (dunia usaha/ dunia industri)
untuk memberikan pekerjaan yang sesuai dengan
standar kompetensi, tetapi diharapkan bisa lebih
dari itu.
Bagian Hubungan Masyarakat (Humas)
selaku leading sector pelaksanaan praktik kerja
industri (Prakerin) menyadari sepenuhnya bahwa
profil kompetensi yang selama ini ditetapkan
merupakan profil kompetensi yang telah ada
sejak dahulu di dalam buku panduan Prakerin.
93
Profil tersebut masih tetap dipergunakan pada
praktik kerja industri (Prakerin) di SMK Negeri 1
Sayung. Profil keahlian atau kompetensi
(terlampir) tersebut sudah selayaknya dievaluasi
dan disesuaikan dengan tuntutan pasar kerja.
Dalam praktik kerja industri (Prakerin),
kurikulum untuk prakerin sangat sangat penting,
sehingga prakerin bisa berjalan dengan lancar.
Untuk itu, tim pengembang kurikulum di SMK
Negeri 1 Sayung harus mulai mensinkronkan
kurikulum sekolah dengan dunia industri/ dunia
usaha sesuai dengan pasar kerja.
Dalam pelaksanaan praktik kerja industri
(Prakerin), apabila kegiatan peserta di institusi
pasangan (DU/DI) melakukan kegiatan/ bekerja
di luar profil kemampuan masing- masing
program keahlian, maka kegiatan tersebut
termasuk perolehan kemampuan produktif
sebagai muatan lokal dari masing- masing
institusi pasangan(DU/DI).
Dari hasil wawancara dapat disimpulkan
bahwa dalam pelaksanaan praktik kerja industri
(Prakerin) tidak semua profil kompetensi tersebut
dapat dikerjakan oleh siswa di institusi pasangan
atau dunia usaha/ dunia industri (DU/ DI) pada
saat praktik kerja industri (Prakerin). Prosentase
keterlaksanaan profil kompetensi harapan yang
dapat dikerjakan siswa di dunia usaha/ dunia
industri berbeda- beda.
94
Pembimbingan atau monitoring dalam
praktik kerja industri (Prakerin) juga penting
dalam pelaksanaan prakerin. Dari hasil
wawancara dapat diketahui, bahwa monitoring
siswa di tempat DU/DI sangat penting agar siswa
merasa diperhatikan oleh sekolah. Selain itu,
guru pembimbing juga bisa menjadi salah satu
jembatan untuk menjalin kerjasama yang baik
antara pihak sekolah dengan dunia usaha/ dunia
industri (DU/ DI). Walaupun begitu, peran guru
pembimbing dalam pelaksanaan praktik kerja
industri (Prakerin) lebih bersifat normatif, karena
guru pembimbing tidak memiliki peran untuk
memberikan pembelajaran/ pelatihan kepada
siswa selama melaksanakan praktik kerja
industri (Prakerin) di dunia usaha/ dunia
industri. Model pembimbingan semacam ini pada
gilirannya akan menimbulkan kesulitan dalam
pemantauan, karena guru pembimbing non-
produktif tidak memiliki kompetensi untuk
membimbing praktik. Hal tersebut pada akhirnya
akan berimbas pada proses dan pembimbingan
yang sekedar formalitas. Selain itu, dari pihak
DU/DI, pembimbingan yang dilakukan oleh
unsur DU/DI juga dirasakan belum optimal.
Tetapi dalam kenyataannya, ada juga DU/ DI
yang memberi arahan atau pembimbingan juga.
Terkait dengan peran DU/ DI, dalam
pembimbingan, hal berbeda ditemukan di
95
beberapa instansi atau dunia usaha/ dunia
industri. Seperti contoh kecil di atas, siswa diberi
pengarahan dan pembimbingan dari instruktur
DU/ DI. Beberapa tempat praktik sudah sesuai
dengan kompetensi keahliannya. Tetapi, sebagian
juga masih kurang sesuai dengan kompetensi
keahlian siswa. Belum adanya evaluasi tentang
praktik kerja industri secara menyeluruh
dikarenakan masih dianggap sebagai program
tahunan yang wajib diselenggarakan.
Dari hasil analisis data wawancara dan
dokumentasi, dapat disimpulkan bahwa
Keunggulan program prakerin di SMK Negeri 1
Sayung adalah sudah adanya buku panduan
siswa, pembimbing, DU/DI. Selain itu, adanya
koordinasi kerjasama yang bagus dari pihak
sekolah dan DU/DI sehingga siswa mempunyai
kesempatan yang bagus untuk bisa langsung
ditarik bekerja di tempat tersebut setelah lulus.
Selain itu, siswa mendapatkan banyak
pengalaman dari praktik kerja.Sedangkan
kelemahan program praktik kerja industri
(Prakerin) di SMK Negeri 1 Sayung dilihat dari
segi siswa, siswa cenderung malas untuk kembali
ke sekolah setelah prakerin karena sudah
merasakan bekerja di tempat yang nyaman.
Kelemahan yang lain dari segi panitia yaitu belum
diselenggarakan dalam siklus manajemen
program yang baik sehingga terkesan kegiatan
96
rutin dan monoton tanpa bisa diukur capaiannya.
Belum tersedia laporan evaluasi program prakerin
yang terstruktur.