Upload
others
View
5
Download
0
Embed Size (px)
129
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
Pada bagian ini disajikan hasil penelitian tentang pengaruh
ketidakpastian lingkungan, struktur organisasi dan kompetensi pengguna sistem
informasi terhadap kualitas sistem informasi akuntansi manajemen serta
implikasinya pada kualitas informasi akuntansi manajemen. Hasil penelitian
disajikan dalam beberapa bagian, yaitu : (1) tingkat pengembalian kuisioner, (2)
profil tempat penelitian, populasi, unit analisis, dan responden penelitian serta
kondisi umum sistem informasi akuntansi manajemen yang digunakan pada unit-
unit fungsional di perusahaan-perusahaan badan usaha milik negara (BUMN), (3)
analisis deskriptif variabel penelitian, dan (4) analisis konfirmatif tentang
pengaruh ketidakpastian lingkungan, struktur organisasi dan kompetensi
pengguna sistem informasi terhadap kualitas sistem informasi akuntansi
manajemen dan pengaruh kualitas sistem informasi akuntansi manajemen
terhadap kualitas informasi akuntansi manajemen.
4.1.1. Tingkat Pengembalian Kuisioner
Kegiatan penyebaran dan pengumpulan kuisioner penelitian berlangsung
mulai pada minggu ke-1 Januari 2017 sampai dengan minggu ke-2 Mei 2017 atau
berlangsung lebih dari 4 (empat) bulan. Penyebaran dan pengumpulan kuisioner
penelitian kepada dan dari responden dilakukan dengan cara mendatangi langsung
130
unit-unit fungsional di perusahaan-perusahaan badan usaha milik negara
(BUMN), menggunakan jasa pos (mail survey), dan menggunakan surat
elektronik (e-mail). Rekapitulasi tingkat pengembalian kuisioner penelitian
disajikan pada Tabel 4.1 berikut :
Tabel 4.1
Rekapitulasi Tingkat Pengembalian Kuisioner
Tempat Penelitian
(BUMN Berdasarkan Sektor Usaha)
Kuisioner
Disebar
Kuisioner
Kembali
Persentase
Pengembalian
BUMN
Resp*
BUMN
Resp*
BUMN
Resp*
Akomodasi dan Penyediaan Makanan
dan Minuman
1
5
1
5
100,00
100,00
Industri Pengolahan
24
73
8
24
33,33
32,88
Informasi dan Telekomunikasi
3
10
1
4
33,33
40,00
Jasa Keuangan dan Asuransi
19
70
17
61
89,47
87,14
Jasa Profesional, Ilmiah dan Teknik
9
22
4
10
44,44
45,45
Jasa Konstruksi
9
29
6
21
66,67
72,41
Pengadaan Air, Pengolahan Sampah dan
Daur Ulang
2
5
1
3
50,00
60,00
Pengadaan Gas, Uap dan Udara Dingin
2
7
2
4
100,00
57,14
Perdagangan Besar dan Eceran
3
8
3
5
100,00
62,50
Pertambangan dan Penggalian
5
20
2
6
40,00
30,00
Pertanian, Kehutanan dan Perikanan
7
24
6
18
85,71
86,36
Real Estate
1
3
0
0
0,00
0,00
Transportasi dan Pergudangan
20
67
11
36
55,00
53,74
Jumlah
105
341
62
197
58,10
57,77
Kuisioner Yang Tidak Dapat Digunakan
0
7 0,00 2,05
Kuisioner Yang Dapat Digunakan
105 341
62
190
59,05
55,71 Resp* = Responden
Sumber : Hasil pengolahan data.
131
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa secara keseluruhan, tingkat pengembalian
kuisioner adalah sebesar 55,71%. “Response rates are calculated by dividing the
number of usable responses returned by the total number eligible in the sample
chosen” (Fincham, 2008).
Sekaran & Bougie (2013: 147) menyatakan bahwa “A 30% response rate
is considered acceptable”.Berdasarkan pendapat tersebut, maka data (kuisioner)
yang diperoleh dalam penelitian ini dapat digunakan untuk pengolahan
selanjutnya.
4.1.2. Profil Tempat, Populasi, Unit Analisis, Sampel dan Responden
Penelitian, Serta Kondisi Umum Sistem Informasi Akuntansi
Manajemen Yang Digunakan
4.1.2.1 Profil Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di perusahaan-perusahaan badan usaha milik
negara (BUMN) Indonesia. Untuk menyediakan gambaran tentang tempat
penelitian, berikut ini dikemukakan profil ringkas perusahaan-perusahaan milik
negara (BUMN) Indonesia dilihat dari perspektif hukum, sektor usaha dan bentuk
perusahaan.
Menurut Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang No. 19 Tahun 2003 tentang
Badan Usaha Milik Negara, yang dimaksud dengan badan usaha milik negara
adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh
negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara
yang dipisahkan. Berdasarkan bentuk hukumnya, badan usaha milik negara
132
dibedakan menjadi 2 (dua) bentuk, yaitu : perusahaan persero dan perusahaan
umum. Perusahaan persero (Persero) adalah badan usaha milik negara berbentuk
perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling
sedikit 51% sahamnya dimiliki oleh negara Republik Indonesia yang tujuan
utamanya mengejar keuntungan. Sedangkan perusahaan umum (Perum) adalah
badan usaha milik negara yang seluruh modalnya dimiliki negara dan tidak
terbagi atas saham, yang bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan
barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan sekaligus mengejar keuntungan
berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan.
Diantara badan usaha milik negara berbentuk perusahaan persero, ada
beberapa persero yang berupa persero terbuka (Tbk). Menurut Pasal 1 Angka 3
UU No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, persero terbuka (Tbk)
adalah persero yang modal dan jumlah pemegang sahamnya memenuhi kriteria
tertentu atau persero yang melakukan penawaran umum sesuai dengan peraturan
perundang-undangan dibidang pasar modal.
Berdasarkan situs Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negara
(www.bumn.go.id), yang diakses 19 November 2016, jumlah perusahaan badan
usaha milik negara (BUMN) baik yang berbentuk perusahaan persero maupun
perusahaan umum adalah sebanyak 119 (seratus sembilan belas) BUMN, yang
terbagi dalam 13 (tiga belas) sektor usaha. Profil tempat penelitian (BUMN)
berdasarkan sektor usaha disajikan pada Tabel 4.2 berikut :
133
Tabel 4.2
Profil Tempat Penelitian (BUMN) Berdasarkan Sektor Usaha
No.
Sektor Usaha
Jumlah
1.
Akomodasi dan Penyediaan Makanan dan Minuman
1
2.
Industri Pengolahan
30
3.
Informasi dan Telekomunikasi
3
4.
Jasa Keuangan dan Asuransi
19
5.
Jasa Profesional, Ilmiah dan Teknik
10
6.
Jasa Konstruksi
10
7.
Pengadaan Air, Pengolahan Sampah dan Daur Ulang
2
8.
Pengadaan Gas, Uap dan Udara Dingin
2
9.
Perdagangan Besar dan Eceran
4
10.
Pertambangan dan Penggalian
5
11.
Pertanian, Kehutanan dan Perikanan
7
12.
Real Estate
2
13.
Transportasi dan Pergudangan
24
Jumlah
119
Sumber : www.bumn.go.id
Sedangkan profil tempat penelitian (BUMN) berdasarkan bentuk
perusahaan disajikan pada Tabel 4.3 berikut :
Tabel 4.3
Profil Tempat Penelitian (BUMN) Berdasarkan Bentuk Perusahaan
No.
Bentuk Perusahaan Jumlah
1.
Perusahaan Umum
14
2.
Perusahaan Persero
105
Jumlah
119
Sumber : www.bumn.go.id
134
4.1.2.2 Profil Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini adalah seluruh unit fungsional yang ada di
perusahaan-perusahaan badan usaha milik negara (BUMN). Karena beragamnya
sektor usaha perusahaan-perusahaan badan usaha (BUMN), maka penamaan unit-
unit fungsional ini beragam antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya.
Namun secara umum dapat dikatakan bahwa unit fungsional adalah suatu unit
kerja yang dipimpin oleh seorang manajer yang bertanggung jawab atas suatu
fungsi tertentu perusahaan. Unit-unit fungsional ini dapat berbentuk : Divisi/Biro,
Departemen/Bagian, Seksi/Unit/Group atau penamaan lain sesuai nomenklatur
yang berlaku di perusahaan-perusahaan badan usaha milik negara (BUMN).
4.1.2.3 Profil Unit Analisis Penelitian
Unit analisis penelitian ini adalah unit-unit fungsional yang ada di
perusahaan-perusahaan badan usaha milik negara (BUMN). Unit fungsional ini
dapat berbentuk : Divisi/Biro, Departemen/Bagian, Seksi/Unit/Group atau
penamaan lain sesuai nomenklatur yang berlaku di perusahaan-perusahaan badan
usaha milik negara (BUMN).
4.1.2.4. Profil Sampel Penelitian
Berdasarkan hasil pengumpulan kuisioner dari sampel yang dipilih secara
acak (random) dari populasi berupa unit-unit fungsional yang ada di perusahaan-
perusahaan milik negara (BUMN), diperoleh profil sampel penelitian yang
disajikan pada Tabel 4.4 berikut :
135
Tabel 4.4
Profil Sampel Penelitian
No.
Sampel Penelitian Jumlah Persentase (%)
1.
Divisi / Biro / Sederajat
37
19,47
2.
Departemen / Bagian / Sederajat
74
38,95
3.
Seksi / Unit / Group / Sederajat
79
41,58
Jumlah
190
100,00
Sumber : Jawaban responden melalui kuisioner penelitian
4.1.2.5 Profil Responden Penelitian
Berdasarkan hasil pengumpulan kuisioner dari para responden (manajer)
yang bekerja pada unit-unit fungsional di perusahaan-perusahaan badan usaha
milik negara (BUMN), diperoleh profil responden yang disajikan dalam beberapa
karakteristik, yaitu : jenis kelamin, usia, pendidikan formal, latar belakang
pendidikan formal, masa kerja di perusahaan, masa kerja di posisi/jabatan saat ini,
serta level jabatan/posisi yang ditempati. Profil responden disajikan pada Tabel
4.5 berikut :
Tabel 4.5
Profil Responden Penelitian Dalam Berbagai Karakteristik
Jenis Kelamin
Frekuensi Persentase (%)
Pria
130 68,42
Wanita
53 27,90
Tidak teridentifikasi
7 3,68
Usia
Frekuensi Persentase (%)
20 – 30 tahun
35 18,42
31 – 40 tahun
42 22,10
136
41 – 50 tahun
76 40,00
> 50 tahun
21 11,05
Tidak teridentifikasi
16 8,42
Tingkat Pendidikan Formal
Frekuensi
Persentase (%)
D-III
16
8,42
S-1
129
67,89
S-2
37
19,47
S-3
0
0,00
Tidak teridentifikasi
8
4,21
Latar Belakang Pendidikan Formal
Frekuensi
Persentase (%)
Akuntansi
116
61,05
Ekonomi Non Akuntansi
29
15,26
Non Ekonomi
36
18,95
Tidak teridentifikasi
9
4,74
Masa Kerja di Perusahaan
Frekuensi
Persentase (%)
< 5 tahun
23
12,10
5 – 10 tahun
44
23,16
11 – 15 tahun
25
13,16
16 -20 tahun
24
12,63
> 20 tahun
57
30,00
Tidak teridentifikasi
17
8,95
Masa Kerja di Posisi Saat Ini
Frekuensi
Persentase (%)
< 1 tahun
43
22,63
1 – 2 tahun
52
27,37
3 – 4 tahun
25
13,16
> 4 tahun
27
14,21
Tidak teridentifikasi
43
22,63
137
Posisi / Jabatan
Frekuensi
Persentase (%)
Kepala Divisi / Biro
37
19,47 Kepala Departemen / Bagian
74 38,95
Kepala Seksi / Unit / Group
79
41,58
Tidak teridentifikasi`
0
0,00
Sumber : Jawaban responden melalui kuisioner penelitian
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa berdasarkan karakteristik jenis kelamin,
sebaran responden berjenis kelamin pria lebih besar dibanding responden berjenis
kelamin wanita yaitu : 68,42% berbanding 27,90%, sedangkan 3,68% responden
tidak mengisi kolom isian jenis kelamin yang disediakan pada kuisioner.
Selanjutnya berdasarkan karakteristik usia, sebaran responden didominasi oleh
responden berusia pada kisaran 41 – 50 tahun yaitu sebesar 40,00%, responden
dengan usia diatas 50 tahun hanya sebesar 11,05%. Sebesar 8,42% responden
tidak melengkapi kolom isian usia pada kuisioner, dimana jumlah ini didominasi
oleh responden berjenis kelamin wanita. Berdasarkan karakteristik tingkat
pendidikan formal, sebaran responden didominasi oleh responden yang memiliki
pendidikan S1yaitu sebesar 67,89%, diikuti oleh responden yang memiliki
pendidikan S2 sebesar 19,47% dan tidak responden dengan tingkat pendidikan
formal S3. Berdasarkan karakteristik latar belakang pendidikan formal, sebaran
responden didominasi oleh responden dengan latar belakang pendidikan akuntansi
yaitu sebesar 61,05% dan diikuti oleh responden dengan latar belakang non-
ekonomi sebesar 18,95%.
Berdasarkan karakteristik level posisi jabatan, sebarannya didominasi
oleh responden dengan posisi jabatan Kepala Seksi/Unit/Group sebesar 41,58%
138
dan diikuti oleh responden dengan posisi jabatan Kepala Bagian/Departemen
sebesar 38,95% dan hanya 19,47% responden yang berada di posisi jabatan
Kepala Divisi/Biro. Posisi jabatan tersebut umumnya telah ditempati selama 1 – 2
tahun (27,37%) dan kurang dari 1 tahun (22,63%). Para responden sebagian besar
sudah bekerja di perusahaan selama lebih dari 20 tahun (30,00%).
2.1.2.5 Kondisi Umum Sistem Informasi Akuntansi Manajemen Yang
Digunakan
Setelah menyajikan profil responden, selanjutnya disajikan informasi
tentang kondisi umum sistem informasi akuntansi manajemen yang digunakan
pada unit-unit fungsional yang ada di perusahaan-perusahaan badan usaha milik
negara (BUMN). Informasi tentang kondisi umum sistem informasi akuntansi
manajemen ini tidak menyajikan informasi yang terkait dengan karakteristik
kualitas sistem informasi akuntansi manajemen yang akan disajikan di bagian
analisis deskriptif variabel penelitian, namun hanya menyajikan informasi yang
terkait dengan dengan beberapa karakteristik yang bersifat umum, yaitu : fasilitas
komputer yang digunakan, ketersediaan fasilitas internet, cara perolehan aplikasi
sistem informasi akuntansi manajemen, dan cara pemeliharaan aplikasi sistem
informasi akuntansi manajemen. Rekapitulasi kondisi umum sistem informasi
akuntansi manajemen yang digunakan pada unit-unit fungsional di perusahaan-
perusahaan badan usaha milik negara (BUMN) disajikan pada Tabel 4.6 berikut :
139
Tabel 4.6
Kondisi Umum Sistem Informasi Akuntansi Manajemen Yang Digunakan
Pada Unit-Unit Fungsional Di Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
Fasilitas Komputer yang Digunakan
Frekuensi Persentase
Disediakan khusus untuk responden
190
100,00
Komputer bersama yang digunakan secara bergantian
0
0,00
Komputer milik responden sendiri
0
0,00
Tidak teridentifikasi
0
0,00
Ketersediaan Fasilitas Internet
Frekuensi Persentase
` Disediakan untuk seluruh unit-unit fungsional
190
100,00
Disediakan untuk unit-unit fungsional tertentu saja
0
0,00
Tidak disediakan perusahaan sama sekali
0
0,00
Tidak teridentifikasi
0
0,00
Cara Perolehan Aplikasi Sistem Informasi Akuntansi
Manajemen
Frekuensi Persentase
Dikembangkan sendiri oleh perusahaan
98
51,58
Membeli dari pihak luar perusahaan
92
48,42
Menyewa dari pihak luar perusahaan (outsourcing)
0
0,00
Tidak teridentifikasi
0
0,00
Cara Pemeliharaan Aplikasi Sistem Informasi Akuntansi
Manajemen
Frekuensi
Persentase
Dilakukan oleh masing-masing unit-unit fungsional.
16
8,42
Dilakukan oleh unit fungsional yang dibentuk secara khusus
167
87,90
Dilakukan pihak lain diluar perusahaan
7
3,68
Tidak teridentifikasi
0
0,00
Sumber : Jawaban responden melalui kuisioner penelitian.
Tabel 4.6 menunjukkan bahwa fasilitas komputer disediakan untuk setiap
manajer/responden (100%) yang bekerja pada unit-unit fungsional yang ada di
140
perusahaan-perusahaan BUMN. Demikian pula dengan ketersediaan fasilitas
internet, dimana untuk seluruh unit-unit fungsional yang menjadi sampel (100%)
disediakan fasilitas internet. Terkait dengan cara pengadaan/perolehan aplikasi
sistem informasi akuntansi manajemen, proporsi pengadaan antara dikembangkan
sendiri dan dibeli dari pihak luar perusahaan adalah sebesar 51,58% : 48,42%.
Sedangkan dalam hal cara pemeliharaan fasilitas aplikasi sistem informasi
akuntansi manajemen, pada mayoritas unit-unit fungsional (96,32%)
melakukannya secara internal baik melalui unit fungsional yang dibentuk secara
khusus oleh perusahaan (87,90%) maupun oleh masing-masing unit-unit
fungsional yang ada dalam perusahaan (8,42%) dan hanya 3,68% yang
melakukannya secara eksternal.
4.1.3. Analisis Deskriptif
Deskripsi data hasil tanggapan responden berguna untuk memberikan
deskripsi tentang variabel yang diteliti sehingga dapat menambah dan
memperdalam pemahaman tentang masing-masing dimensi serta indikator dari
setiap variabel yang diteliti, serta untuk memperkaya pembahasan tentang hasil
penelitian. Dalam penelitian ini digunakan statistik deskriptif untuk
mendeskripsikan data hasil penelitian. Menurut Sugiyono (2013: 77), statistik
deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara
mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana
adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum atau
generalisasi. Tujuan statistik deskriptif adalah untuk menyajikan data secara jelas,
141
ringkas dan akurat (Barrow, 2017: 35). Disamping itu, Healey (2017: 16)
menyatakan bahwa statistik deskriptif juga dapat digunakan untuk menunjukkan
hubungan kausal antar variabel penelitian.
Deskripsi data hasil tanggapan responden dapat digunakan untuk
memperkaya pembahasan, dengan melakukan kategorisasi atas setiap skor
tanggapan responden berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. Cooper &
Schindler (2014: 401) menyebutkan bahwa untuk data ordinal dalam skala Likert,
ukuran pemusatan yang digunakan adalah rentang antar kuartil (inter-quartil
range/IQR). Dengan demikian, ada 4 (empat) kategori yang dibuat. Kategorisasi
skor rata-rata tanggapan responden disajikan pada Tabel 3.2 (halaman 105).
Kategorisasi tersebut berlaku untuk analisis deskriptif variabel
ketidakpastian lingkungan, struktur organisasi, kompetensi pengguna sistem
informasi, kualitas sistem informasi akuntansi manajemen, dan kualitas informasi
akuntansi manajemen.
4.1.3.1 Deskripsi Variabel Ketidakpastian Lingkungan Dalam Kaitannya
Dengan Kualitas Sistem Informasi Akuntansi Manajemen
Dalam kaitannya dengan kualitas sistem informasi akuntansi manajemen
yang digunakan pada unit-unit fungsional di perusahaan-perusahaan BUMN,
variabel ketidakpastian lingkungan diukur dengan 2 (dua) dimensi, yaitu :
kompleksitas lingkungan (seberapa banyak elemen/komponen lingkungan yang
dihadapi para manajer) dan perubahan lingkungan (seberapa sering perubahan
yang terjadi pada elemen/komponen lingkungan yang dihadapi manajer). Dimensi
142
kompleksitas lingkungan diukur dengan 3 (tiga) indikator dan dimensi perubahan
lingkungan diukur dengan 2 (dua) indikator. Rekapitulasi tanggapan responden
terhadap masing-masing dimensi tersebut disajikan pada Tabel 4.7 berikut:
Tabel 4.7
Rekapitulasi Tanggapan Responden Untuk Setiap Dimensi Variabel
Ketidakpastian Lingkungan Dalam Kaitanya Dengan Kualitas
Sistem Informasi Akuntansi Manajemen
No. Dimensi
Skor Total
Skor
Rata-rata
Aktual
Kategori Ideal
Aktual
%
1.
Kompleksitas Lingkungan
2,850 2,069 72,60 3,63
Cukup
2.
Perubahan Lingkungan
1,900 1,329 69,95 3,50
Cukup
Ketidakpastian Lingkungan
4,750 3,398 71,54
3,58 Cukup
Senjangan (Gap)
28,46 1,42
Sumber : Hasil pengolahan data
Selanjutnya disajikan tanggapan responden terhadap indikator-indikator
yang digunakan pada masing-masing dimensi yang membentuk variabel
ketidakpastian lingkungan.
1) Dimensi Kompleksitas Lingkungan
Dimensi kompleksitas lingkungan terkait dengan seberapa banyak
elemen/komponen lingkungan yang dihadapi oleh para responden (manajer) yang
bekerja pada unit-unit fungsional di perusahaan-perusahaan BUMN. Dimensi
kompleksitas lingkungan diukur dengan 3 (tiga) indikator, yaitu : kompleksitas
pelanggan, kompleksitas pemasok dan kompleksitas pemerintah. Rekapitulasi
tanggapan responden terhadap masing-masing indikator tersebut disajikan pada
Tabel 4.8 berikut :
143
Tabel 4.8
Rekapitulasi Tanggapan Responden Tentang Kaitan
Setiap Indikator Pada Dimensi Kompleksitas Lingkungan Dengan
Kualitas Sistem Informasi Akuntans Manajemen
Indikator
Tanggapan Responden
Skor
Total
Skor
Rata-
rata
Kategori
5
4
3
2
1
Total
Kompleksitas
pelanggan
n
3
137
38
10
2
190
699
3,68
Cukup
%
1,58
72,11
20,00
5,26
1,05
100
Kompleksitas
Pemasok
n
4
130
45
7
4
190
693 3,65 Cukup %
2,11
68,42
23,68
3,68
2,11
100
Kompleksitas
pemerintah
n
4
116
54
15
1
190
677
3,56
Cukup
%
2,11
61,05
28,42
7,89
0,53
100
Kompleksitas Lingkungan
570
2,069
3,63
Cukup
Sumber : Hasil pengolahan data
2) Dimensi Perubahan Lingkungan
Dimensi perubahan lingkungan terkait dengan seberapa sering perubahan
terjadi pada elemen/komponen lingkungan yang dihadapi responden (manajer)
yang bekerja pada unit-unit fungsional di perusahaan-perusahaan BUMN.
Dimensi perubahan lingkungan diukur dengan 2 (dua) indikator, yaitu : perubahan
ekonomi dan perubahan teknologi. Rekapitulasi tanggapan responden terhadap
masing-masing indikator tersebut disajikan pada Tabel 4.9 berikut :
144
Tabel 4.9
Rekapitulasi Tanggapan Responden Tentang Kaitan
Setiap Indikator Pada Dimensi Perubahan Lingkungan Dengan
Kualitas Sistem Informasi Akuntansi Manajemen
Indikator
Tanggapan Responden
Skor
Total
Skor
Rata-
rata
Kategori
5
4
3
2
1
Total
Perubahan
ekonomi
n
4
116
45
24
1
190
668
3,52
Cukup
%
2,11
61,05
23,68
12,63
0,53
100
Perubahan
teknologi
n
1
105
69
14
1
190
661
3,48
Cukup
%
0,53
55,26
36,32
7,37
0,53
100
Perubahan Lingkungan
380
1,329
3,50
Cukup
Sumber : Hasil pengolahan data
4.1.3.2 Deskripsi Variabel Struktur Organisasi Dalam Kaitannya Dengan
Kualitas Sistem Informasi Akuntansi Manajemen
Dalam kaitannya dengan kualitas sistem informasi akuntansi manajemen
yang digunakan pada unit-unit fungsional di perusahaan-perusahaan BUMN,
variabel struktur organisasi diukur dengan 3 (tiga) dimensi, yaitu :
departementalisasi (sejauhmana tugas/pekerjaan, tanggung jawab dan kewenangan
yang sama dikelompokkan dalam kelompok yang sama sehingga tugas/pekerjaan
dapat dikoordinasikan dengan baik), rentang kendali (seberapa banyak bawahan
yang diawasi oleh seorang atasan dan seberapa banyak bawahan yang melapor
kepada atasan langsung), dan formalisasi (sejauhmana pelaksanaan
tugas/pekerjaan, kewenangan dan tanggung jawab distandarirasi melalui prosedur
operasi dan peraturan yang dinyatakan secara formal). Masing-masing dimensi
145
diukur dengan 2 (dua) indikator. Rekapitulasi tanggapan responden terhadap
masing-masing dimensi tersebut disajikan pada Tabel 4.10 berikut :
Tabel 4.10
Rekapitulasi Tanggapan Responden Untuk Setiap Dimensi
Variabel Struktur Organisasi Dalam Kaitannya Dengan
Kualitas Sistem Informasi Akuntansi Manajemen
No. Dimensi
Skor Total
Skor
Rata-rata
Aktual
Kategori Ideal
Aktual
%
1.
Departementalisasi
1,900 1,394 73,37 3,67
Cukup
2.
Rentang Kendali 1,900 1,308 68,84 3,44
Cukup
3.
Formalisasi 1,900 1,564 82,32 4,12
Baik
Struktur Organisasi
5,700
4,266
74,84
3,74 Cukup
Senjangan (Gap)
25,16 1,26
Sumber : Hasil pengolahan data
Selanjutnya disajikan tanggapan responden terhadap indikator-indikator
yang digunakan pada masing-masing dimensi yang membentuk variabel struktur
organisasi.
1) Dimensi Departementalisasi
Dimensi departementalisasi terkait dengan sejauhmana tugas/pekerjaan,
tanggung jawab dan kewenangan yang yang dilaksanakan pada unit-unit
fungsional yang ada di perusahaan-perusahaan BUMN dikelompokan dalam
kelompok yang sama sehingga pekerjaan dapat dikoordinasikan dengan baik.
Dimensi departementalisasi diukur dengan 2 (dua) indikator, yaitu :
pengelompokan pekerjaan dan koordinasi antar bagian. Rekapitulasi tanggapan
responden terhadap kedua indikator tersebut disajikan pada Tabel 4.11 berikut :
146
Tabel 4.11
Rekapitulasi Tanggapan Responden Tentang
KaitanSetiap Indikator Pada Dimensi Departementalisasi Dengan
Kualitas Sistem Informasi Akuntansi Manajemen
Indikator
Tanggapan Responden
Total
Skor
Total
Skor
Rata-
rata
Kategori
5
4
3
2
1
Pengelompokkan
pekerjaan
n
12
123
51
3
1
190
712
3,75
Cukup
%
6,32
64,74
26,84
1,58
0,53
100
Koordinasi antar
bagian
n
8
106
67
8
1
190
682
3,59
Cukup
%
4,21
55,79
35,26
4,21
0,53
100
Departementalisasi
380
1,394
3,67
Cukup
Sumber : Hasil pengolahan data
2) Dimensi Rentang Kendali
Dimensi rentang kendali terkait dengan seberapa banyak bawahan yang
diawasi oleh seorang atasan dan bawahan yang melapor kepada seorang atasan
langsung pada unit-unit kerja fungsional di perusahaan-perusahaan BUMN.
Dimensi rentang kendali diukur dengan 2 (dua) indikator, yaitu : pengawasan dari
atasan kepada bawahan dan pelaporan dari bawahan kepada atasan. Rekapitulasi
tanggapan responden terhadap masing-masing indikator tersebut disajikan pada
Tabel 4.12 berikut :
147
Tabel 4.12
Rekapitulasi Tanggapan Responden Tentang
Kaitan Setiap Indikator Pada Dimensi Rentang Kendali Dengan
Kualitas Sistem Informasi Akuntansi Manajemen
Indikator
Tanggapan Responden
Total
Skor
Total
Skor
Rata-
rata
Kategori
5
4
3
2
1
Pengawasan dari
atasan kepada
bawahan
n
9 78 85 17 1 190 647
3,41
Cukup
%
4,74 41,05 44,74 8,95 0,53 100
Pelaporan dari
bawahan kepada
atasan
n
8 90 78 13 1 190 661
3,48
Cukup
%
4,21 47,37 41,05 6,84 0,53 100
Rentang Kendali
380
1,308
3,44
Cukup
Sumber : Hasil pengolahan data
3) Dimensi Formalisasi
Dimensi formalisasi terkait dengan sejauhmana pelaksanaan
tugas/pekerjaan, tanggung jawab dan kewenangan yang dilaksanakan pada unit-
unit fungsional yang ada di perusahaan-perusahaan BUMN distandarisasi melalui
prosedur dan peraturan yang dinyatakan secara formal. Dimensi formalisasi
diukur dengan 2 (dua) indikator, yaitu : prosedur formal dan peraturan formal.
Rekapitulasi tanggapan responden terhadap masing-masing indikator tersebut
disajikan pada Tabel 4.13 berikut :
148
Tabel 4.13
Rekapitulasi Tanggapan Responden Tentang
Kaitan Setiap Indikator Pada Dimensi Formalisasi Dengan
Kualitas Sistem Informasi Akuntansi Manajemen
Indikator
Tanggapan Responden
Total
Skor
Total
Skor
Rata-
rata
Kategori
5
4
3
2
1
Prosedur formal
n
75
73
34
7
1
190
784
4,13
Baik
%
39,47
38,42
17,89
3,68
0,53
100
Peraturan formal
n
77
75
38
8
2
190
780
4,11
Baik
`%
40,53
39,47
14,74
4,21
1,05
100
Formalisasi
380
1,564
4,12
Baik
Sumber : Hasil pengolahan data
4.1.3.3 Deskripsi Variabel Kompetensi Pengguna Sistem Informasi Dalam
Kaitannya Dengan Kualitas Sistem Informasi Akuntansi Manajemen
Dalam kaitannya dengan kualitas sistem informasi akuntansi manajemen
yang digunakan pada unit-unit fungsional di perusahaan-perusahaan BUMN,
variabel kompetensi pengguna sistem informasi diukur dengan 2 (dua) dimensi,
yaitu : pengetahuan (terkait dengan informasi atau wawasan yang dimiliki
manajer tentang sistem informasi akuntansi manajemen) dan keterampilan (terkait
dengan kemampuan yang dimiliki manajer baik fisik maupun mental untuk
menggunakan sistem informasi akuntansi manajemen maupun menggunakan
informasi akuntansi manajemen). Masing-masing dimensi diukur dengan 2 (dua)
indikator. Rekapitulasi tanggapan responden terhadap masing-masing dimensi
disajikan pada Tabel 4.14 berikut :
149
Tabel 4.14
Rekapitulasi Tanggapan Responden Untuk Setiap Dimensi
Variabel Kompetensi Pengguna Sistem Informasi Dalam Kaitannya Dengan
Kualitas Sistem Informasi Akuntansi Manajemen
No. Dimensi
Skor Total
Skor
Rata-rata
Aktual
Kategori Ideal
Aktual
%
1.
Pengetahuan
1,900 1,367 71,95 3,60
Cukup
2.
Keterampilan
1,900 1,350 71,05 3,55
Cukup
Kompetensi Pengguna Sistem
Informasi
3,800 2,717 71,50
3,58 Cukup
Senjangan (Gap)
28,50 1,42
Sumber : Hasil pengolahan data
Selanjutnya disajikan tanggapan responden terhadap indikator-indikator
yang digunakan pada masing-masing dimensi yang membentuk variabel
kompetensi pengguna sistem informasi.
1) Dimensi Pengetahuan
Dimensi pengetahuan terkait dengan informasi atau wawasan yang
dimiliki oleh para pengguna sistem informasi manajemen (manajer/responden)
yang bekerja pada unit-unit fungsional di perusahaan-perusahaan BUMN tentang
sistem informasi akuntansi manajemen yang digunakannya. Dimensi pengetahuan
diukur dengan 2 (dua) indikator, yaitu : pendidikan dan pengalaman kerja.
Rekapitulasi tanggapan responden terhadap masing-masing indikator tersebut
disajikan pada Tabel 4.15 berikut :
150
Tabel 4.15
Rekapitulasi Tanggapan Responden Tentang
Kaitan Setiap Indikator Pada Dimensi Pengetahuan Dengan
Kualitas Sistem Informasi Akuntansi Manajemen
Indikator
Tanggapan Responden
Total
Skor
Total
Skor
Rata-
rata
Kategori
5
4
3
2
1
Pendidikan
n
7
106
69
6
2
190
680
3,58
Cukup
%
3,68
55,79
36,32
3,16
1,05
100
Pengalamam kerja
n
9
107
67
6
1
190
6,87
3,62
Cukup
%
4,47
56,32
35,26
3,16
0,53
100
Pengetahuan
380
1,367
3,60
Cukup
Sumber : Hasil pengolahan data
2) Dimensi Keterampilan
Dimensi keterampilan terkait dengan kemampuan yang dimiliki oleh para
pengguna sistem informasi akuntansi manajemen (manajer/responden) yang
bekerja pada unit-unit fungsional di perusahaan-perusahaan BUMN baik berupa
kemampuan fisik maupun kemampuan mental untuk menggunakan sistem
informasi akuntansi manajemen yang ada pada unit-unit fungsional mereka
maupun untuk menggunakan informasi akuntansi manajemen yang dihasilkan
oleh sistem informasi akuntansi manajemen yang mereka gunakan. Dimensi
keterampilan diukur dengan 2 (dua) indikator, yaitu : keterampilan fisik dan
keterampilan analitis. Rekapitulasi tanggapan responden terhadap masing-masing
indikator tersebut disajikan pada Tabel 4.16 berikut :
151
Tabel 4.16
Rekapitulasi Tanggapan Responden Tentang
Kaitan Setiap Indikator Pada Dimensi Keterampilan Dengan
Kualitas Sistem Informasi Akuntansi Manajemen
Indikator
Tanggapan Responden
Total
Skor
Total
Skor
Rata-
rata
Kategori
5
4
3
2
1
Keterampilan fisik
n
11
116
59
3
1
190
703
3,70
Cukup
%
5,79
61,05
31,05
1,58
0,53
100
Keterampilan
analitis
n
6
77
96
10
1
190
647
3,41
Cukup
%
3,16
40,53
50,53
5,26
0,53
100
Keterampilan
380
1,350
3,55
Cukup
Sumber : Hasil pengolahan data
4.1.3.4 Deskripsi Variabel Kualitas Sistem Informasi Akuntansi Manajemen
Dalam Kaitannya Dengan Kualitas Informasi Akuntansi Manajemen
Dalam kaitannnya dengan kualitas informasi akuntansi manajemen yang
dihasilkan oleh sistem informasi akuntansi manajemen yang digunakan pada unit-
unit fungsional di perusahaan-perusahaan BUMN, kualitas sistem informasi
akuntansi manajemen diukur dengan 4 (empat) dimensi, yaitu : integrasi
(sejauhmana komponen-komponen sistem dan sub-sub sistem informasi akuntansi
manajemen saling terintegrasi satu sama lainnya secara harmonis untuk
menfasilitasi penyediaan informasi akuntansi manajemen), fleksibilitas
(sejauhmana sistem informasi akuntansi manajemen mampu beradaptasi dengan
kebutuhan pengguna dan perubahan yang terjadi), aksesibilitas (sejauhmana
sistem informasi akuntansi manajemen mampu diakses dengan upaya yang relatif
152
mudah dan dari berbagai lokasi), dan pengayaan media/media richness
(sejauhmana sistem informasi akuntansi manajemen menggunakan berbagai
alternatif kanal/media komunikasi guna meningkatkan interaksi antar
personel/bagian). Masing-masing dimensi diukur dengan 2 (dua) indikator.
Rekapitulasi tanggapan responden terhadap masing-masing dimensi tersebut
disajikan pada Tabel 4.17 berikut :
Tabel 4.17
Rekapitulasi Tanggapan Responden Untuk Setiap Dimensi
Variabel Kualitas Sistem Informasi Akuntansi Manajemen Dalam
Kaitannya Dengan Kualitas Informasi Akuntansi Manajemen
No.
Dimensi
Skor Total
Skor
Rata-rata
Aktual
Kategori
Ideal
Aktual
%
1.
Integrasi
1,900 1,288 67,89 3,39
Cukup
2.
Fleksibilitas 1,900 1,388 70,42 3,52
Cukup
3.
Aksesibilitas 1,900 1,318 69,37 3,47
Cukup
4.
Pengayaan media 1,900 1,290 67,89 3,39
Cukup
Kualitas Sistem Informasi
Akuntansi Manajemen
7,600
5,234
68,87
3,44 Cukup
Senjangan (Gap)
31,13 1,56
Sumber : Hasil pengolahan data
Selanjutnya disajikan tanggapan responden terhadap indikator-indikator
yang digunakan pada masing-masing dimensi yang membentuk variabel kualitas
sistem informasi akuntansi manajemen.
153
1) Dimensi Integrasi
Dimensi integrasi terkait dengan sejauhmana komponen-komponen
sistem dan sub-sub sistem informasi akuntansi manajemen yang digunakan pada
unit-unit fungsional di perusahaan-perusahaan BUMN saling terintegrasi satu
sama lainnya secara harmonis untuk menfasilitasi penyediaan informasi akuntansi
manajemen. Dimensi integrasi diukur dengan 2 (dua) indikator, yaitu : integrasi
antar komponen-komponen sistem dan integrasi antar sub-sub sistem.
Rekapitulasi tanggapan responden terhadap masing-masing indikator tersebut
disajikan pada Tabel 4.18 berikut :
Tabel 4.18
Rekapitulasi Tanggapan Responden Tentang
Kaitan Setiap Indikator Pada Dimensi Integrasi Dengan
Kualitas Informasi Akuntansi Manajemen
Indikator
Tanggapan Responden
Total
Skor
Total
Skor
Rata-
rata
Kategori
5
4
3
2
1
Integrasi antar
komponen sistem
n
7
70
95
17
1
190
635
3,34
Cukup
%
3,68
36,84
50,00
8,95
0,53
100
Integrasi antar
sub-sub sistem
n
9
91
66
22
2
190
653
3,44
Cukup
%
4,74
47,89
34,74
11,58
1,05
100
Integrasi
380
1,288
3,39
Cukup
Sumber : Hasil pengolahan data
2) Dimensi Fleksibilitas
Dimensi fleksibilitas terkait dengan sejauhmana sistem informasi
akuntansi manajemen yang digunakan pada unit-unit fungsional di perusahaan-
perusahaan BUMN mampu beradaptasi dengan kebutuhan pengguna maupun
154
dengan perubahan kondisi. Dimensi fleksibilitas diukur dengan 2 (dua) indikator,
yaitu : mampu beradaptasi dengan kebutuhan pengguna dan mampu beradaptasi
dengan perubahan kondisi. Rekapitulasi tanggapan responden terhadap masing-
masing indikator tersebut disajikan pada Tabel 4.19 berikut :
Tabel 4.19
Rekapitulasi Tanggapan Responden Tentang
Kaitan Setiap Indikator Pada Dimensi Fleksibilitas Dengan
Kualitas Informasi Akuntansi Manajemen
Indikator
Tanggapan Responden
Total
Skor
Total
Skor
Rata-
rata
Kategori
5
4
3
2
1
Mampu
beradaptasi
dengan kebutuhan
pengguna
n
4
106
63
16
1
190
666
3,51
Cukup
%
2,11
55,79
33,16
8,42
0,53
100
Mampu
beradaptasi
dengan perubahan
kondisi
n
3
112
60
14
1
190
672
3,54
Cukup
%
1,58
58,95
31,58
7,37
0,53
100
Fleksibilitas
380
1,338
3,52
Cukup
Sumber : Hasil pengolahan data
3) Dimensi Aksesibilitas
Dimensi aksesibilitas terkait dengan sejauhmana sistem informasi
akuntansi manajemen yang digunakan pada unit-unit fungsional di perusahaan-
perusahaan BUMN mampu diakses oleh para penggunanya dengan upaya yang
relatif mudah dan dari berbagai lokasi. Dimensi aksesibilitas diukur dengan 2
(dua) indikator, yaitu : mampu diakses dengan upaya yang relatif mudah dan
mampu diakses dari berbagai lokasi. Rekapitulasi tanggapan responden terhadap
masing-masing indikator tersebut disajikan pada Tabel 4.20 berikut :
155
Tabel 4.20
Rekapitulasi Tanggapan Responden Tentang
Kaitan Setiap Indikator Pada Dimensi Aksesibilitas Dengan
Kualitas Informasi Akuntansi Manajemen
Indikator
Tanggapan Responden
Total
Skor
Total
Skor
Rata-
rata
Kategori
5
4
3
2
1
Mampu diakses
dengan upaya yang
relatif mudah
n
7
143
34
5
1
190
720
3,79
Cukup
%
3,68
75,26
17,89
2,63
0,53
100
Mampu diakses di
berbagai lokasi
n
6
81
52
37
14
190
598
3,15
Cukup
%
3,16
42,63
27,37
19,47
7,37
100
Aksesibilitas
380
1,318
3,47
Cukup
Sumber : Hasil pengolahan data
4) Pengayaan Media
Dimensi pengayaan media (media richness) terkait dengan sejauhmana
sistem informasi akuntansi manajemen yang digunakan pada unit-unit fungsional
di perusahaan-perusahaan BUMN menggunakan berbagai alternatif kanal (media)
komunikasi guna meningkatkan interaksi antar personel/bagian yang bekerja/ada
di perusahaan-perusahaan BUMN. Dimensi ini diukur dengan 2 (dua) indikator,
yaitu : menggunakan berbagai alternatif kanal (media) komunikasi dan
meningkatkan interaksi antar personel/bagian. Rekapitulasi tanggapan responden
terhadap masing-masing indikator tersebut disajikan pada Tabel 4.21 berikut :
156
Tabel 4.21
Rekapitulasi Tanggapan Responden Tentang
Kaitan Setiap Indikator Pada Dimensi Pengayaan Media Dengan
Kualitas Informasi Akuntansi Manajemen
Indikator
Tanggapan Responden
Total
Skor
Total
Skor
Rata-
rata
Kategori
5
4
3
2
1
Menggunakan
berbagai alternatif
kanal (media)
komunikasi
n
30
73 48 24 15 190
649
3,42
Cukup
% 15,79
38,42
25,26
12,63
7,89
100
Meningkatkan
interaksi antar
personel/bagian
n
12
82 65 27 4
190
641
3,37
Cukup
%
6,32
43,16
34,21
14,21
2,11
100
Pengayaan Media
380
1,290
3,39
Cukup
Sumber : Hasil pengolahan data
4.1.3.5 Deskripsi Variabel Kualitas Informasi Akuntansi Manajemen Dalam
Kaitannya Dengan Kualitas Sistem Informasi Akuntansi Manajemen
Kualitas informasi akuntansi manajemen yang dihasilkan oleh sistem
informasi akuntansi manajemen yang digunakan pada unit-unit fungsional di
perusahaan-perusahaan BUMN diukur dengan 4 (empat) dimensi, yaitu : relevan
(sejauhmana informasi akuntansi manajemen mampu memenuhi kebutuhan
pengambilan keputusan dan sesuai dengan masalah yang dihadapi),
cakupan/scope (sejauhmana informasi akuntansi manajemen memuat informasi
eksternal, informasi non-keuangan, dan informasi yang berorientasi pada masa
datang bermanfaat dalam proses pengambilan keputusan), tepat waktu
(sejauhmana informasi akuntansi manajemen mampu tersedia sesuai dengan saat
yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan dan tersedia sesuai dengan jadwal
157
yang ditentukan), dan akurat (sejauhmana informasi akuntansi manajemen
mencerminkan keadaan/realitas yang sebenarnya/faktual dan bebas dari
kesalahan/bias). Masing-masing dimensi diukur dengan 2 (dua) indikator.
Rekapitulasi tanggapan responden terhadap masing-masing dimensi tersebut
disajikan pada Tabel 4.22 berikut :
Tabel 4.22
Rekapitulasi Tanggapan Responden Untuk Setiap Dimensi Pada
Variabel Kualitas Informasi Akuntansi Manajemen Dalam Kaitannya
Dengan Kualitas Sistem Informasi Akuntansi Manajemen
No.
Dimensi
Skor Total
Skor
Rata-rata
Aktual
Kategori
Ideal
Aktual
%
1.
Relevan
1,900 1,444 76,00 3,80
Cukup
2.
Cakupan (Scope) 2,850 1,731
60,74 3,04
Cukup
3.
Tepat waktu 1,900 1,441
75,84 3,79
Cukup
4.
Akurat 1,900 1,475
77,63 3,88
Cukup
Kualitas Informasi AkuntansiManajemen
8,550
6,091
71,24
3,56 Cukup
Senjangan (Gap)
28,76 1,44
Sumber : Hasil pengolahan data
Selanjutnya disajikan tanggapan responden terhadap indikator-indikator
yang digunakan pada masing-masing dimensi yang membentuk variabel kualitas
informasi akuntansi manajemen.
1) Dimensi Relevan
Dimensi relevan terkait dengan sejauhmana informasi akuntansi
manajemen yang dihasilkan oleh sistem informasi akuntansi manajemen yang
digunakan pada unit-unit fungsional di perusahaan-perusahaan BUMN mampu
158
memenuhi kebutuhan pengambilan keputusan dan sesuai dengan masalah yang
dihadapi para pengguna (manajer/responden). Dimensi relevan diukur dengan 2
(dua) indikator, yaitu : sesuai dengan kebutuhan pengambilan keputusan dan
sesuai dengan masalah yang dihadapi. Rekapitulasi tanggapan responden terhadap
masing-masing indikator tersebut disajikan pada Tabel 4.23 berikut :
Tabel 4.23
Rekapitulasi Tanggapan Responden Tentang
Kaitan Setiap Indikator Pada Dimensi Relevan Dengan
Kualitas Sistem Informasi Akuntansi Manajemen
Indikator
Tanggapan Responden
Total
Skor
Total
Skor
Rata-
rata
Kategori
5
4
3
2
1
Sesuai dengan
kebutuhan
pengambilan
keputusan
n
21
130
37
1
1
190
739
3,89
Cukup
%
11,05
68,42
19,47
0,53
0,53
100
Sesuai dengan
masalah yang
dihadapi
n
13
115
57
4
1
190
705
3,71
Cukup
%
6,84
60,53
30,00
2,11
0,53
100
Relevan
380
1,444
3,80
Cukup
Sumber : Hasil pengolahan data
2) Dimensi Cakupan (Scope)
Dimensi cakupan (scope) terkait dengan sejauhmana informasi akuntansi
manajemen yang dihasilkan oleh sistem informasi akuntansi manajemen yang ada
pada unit-unit fungsional di perusahaan-perusahaan BUMN memuat informasi
eksternal, informasi non-keuangan, dan informasi yang berorientasi pada masa
datang bermanfaat dalam proses pengambilan keputusan. Dimensi cakupan
(scope) diukur dengan 3 (tiga) indikator, yaitu : informasi eksternal, informasi
159
non-keuangan dan informasi yang berorientasi pada masa datang. Rekapitulasi
tanggapan responden terhadap masing-masing indikator tersebut disajikan pada
Tabel 4.24 berikut :
Tabel 4.24
Rekapitulasi Tanggapan Responden Tentang
Kaitan Setiap Indikator Pada Dimensi Cakupan (Scope) Dengan
Kualitas Sistem Informasi Akuntansi Manajemen
Indikator
Tanggapan Responden
Total
Skor
Total
Skor
Rata-
rata
Kategori
5
4
3
2
1
Informasi eksternal
n
6
38 72 64 10
190
536
2,82
Kurang
%
3,16
20,00 37,89 33,68 5,26
100
Informasi non-
keuangan
n
12
40 67 57 14
190
549
2,89
Kurang
%
6,32
21,05 35,26 30,00 7,37
100
Informasi yang
berorientasi pada
masa datang
n
33
52 69 30 6
190
646
3,40
Cukup
%
17,27
27,37
36,32
15,79
3,16
100
Cakupan (Scope)
570
1,731
3,04
Cukup
Sumber : Hasil pengolahan data
3) Dimensi Tepat Waktu
Dimensi tepat waktu terkait dengan sejauhmana informasi akuntansi
manajemen yang dihasilkan oleh sistem informasi akuntansi manajemen yang
digunakan pada unit-unit fungsional di perusahaan-perusahaan BUMN mampu
tersedia sesuai dengan saat yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan dan
tersedia sesuai jadwal yang ditentukan. Dimensi tepat waktu diukur dengan 2
(dua) indikator, yaitu : informasi tersedia pada saat dibutuhkan untuk
pengambilan keputusan dan informasi rutin/periodik tersedia sesuai jadwal yang
160
ditentukan. Rekapitulasi tanggapan responden terhadap masing-masing indikator
tersebut disajikan pada Tabel 4.25 berikut :
Tabel 4.25
Rekapitulasi Tanggapan Responden Tentang
Kaitan Setiap Indikator Pada Dimensi Tepat Waktu Dengan
Kualitas Sistem Informasi Akuntansi Manajemen
Indikator
Tanggapan Responden
Total
Skor
Total
Skor
Rata-
rata
Kategori
5
4
3
2
1
Informasi tersedia
pada saat
dibutuhkan untuk
pengambilan
keputusan
n
22 96 60 11 1 190
697 3,67 Cukup
% 11,58 50,53 31,58 5,79 0,53 100
Informasi
rutin/periodik
tersedia sesuai
jadwal yang
ditentukan
n
28 124 33 4 1 190
744 3,92 Cukup
% 14,74 65,26 17,37 2,11 0,53
100
Tepat waktu
380
1,441
3,79
Cukup
Sumber : Hasil pengolahan data
4) Dimensi Akurat
Dimensi akurat terkait dengan sejauhmana informasi akuntansi
manajemen yang dihasilkan oleh sistem informasi akuntansi manajemen yang
digunakan pada unit-unit fungsional di perusahaan-perusahaan BUMN
mencerminkan keadaan atau realitas yang sebenarnya/faktual dan bebas dari
kesalahan atau bias. Dimensi akurat diukur dengan 2 (dua) indikator, yaitu :
informasi sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dan informasi bebas dari
kesalahan atau bias. Rekapitulasi tanggapan responden terhadap masing-masing
indikator tersebut disajikan pada Tabel 4.26 berikut :
161
Tabel 4.26
Rekapitulasi Tanggapan Responden Tentang
Kaitan Setiap Indikator Pada Dimensi Akurat Dengan
Kualitas Sistem Informasi Akuntansi Manajemen
Indikator
Tanggapan Responden
Total
Skor
Total
Skor
Rata-
rata
Kategori
5
4
3
2
1
Informasi sesuai
dengan keadaan
yang sebenarnya
n
45
98 39 7 1 190
749 3,94 Cukup
%
23,68
51,58 20,53 3,68 0,53 100
Informasi bebas
dari kesalahan
atau bias
n
25
120 33 10 2 190
726 3,82 Cukup
%
13,16
63,16 17,37 5,26 1.05
100
Akurat
380
1,475
3,88
Cukup
Sumber : Hasil pengolahan data
4.1.4 Analisis Konfirmatif
Sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu untuk mengetahui dan
menganalisis besarnya pengaruh ketidakpastian lingkungan, struktur organisasi,
kompetensi pengguna sistem informasi terhadap kualitas sistem informasi
akuntansi manajemen serta pengaruh kualitas sistem informasi akuntansi
manajemen terhadap kualitas informasi akuntansi manajemen maka dilakukan
serangkaian analisis melalui pemodelan persamaan struktural (structural equation
modelling/SEM) dengan pendekatan partial least square (PLS).
Dalam pemodelan persamaan struktural melalui SEM-PLS ada 2 (dua)
jenis model yang terbentuk, yaitu model pengukuran (measurement model) dan
model struktural (structural model). Model pengukuran yang disebut juga dengan
outer model menunjukkan bagaimana variabel manifes (indikator)
162
merepresentasikan variabel laten untuk diukur. Melalui evaluasi model
pengukuran akan diketahui validitas dan reliabilitas masing-masing variabel
manifes (indikator) dan kekuatan pengaruh masing-masing variabel manifes
(indikator) dalam membentuk variabel laten. Sedangkan model struktural yang
disebut juga dengan inner model menunjukkan kekuatan estimasi antar variabel
laten. Melalui evaluasi model struktural akan diketahui kekuatan pengaruh
masing-masing variabel laten independen (exogenous latent variable) terhadap
variabel laten dependen (endogenous latent variable).
4.1.4.1 Model Pengukuran
Model pengukuran merupakan model yang menghubungkan antara
variabel laten dengan variabel manifes. Melalui evaluasi model pengukuran akan
diuji validitas dan reliabilitas setiap variabel manifes (indikator) untuk masing-
masing laten. Disamping itu, melalui evaluasi model pengukuran juga akan
diketahui kekuatan pengaruh masing-masing variabel manifes terhadap variabel
laten. Evaluasi model pengukuran dilakukan melalui 2 (dua) tahap, yaitu : tahap
pertama (first order) dan tahap kedua (second order). Pada penelitian ini terdapat
20 (dua puluh) variabel laten dengan 32 (tiga puluh dua) variabel manifes.
Variabel ketidakpastian lingkungan terdiri dari 5 (lima) variabel manifes, struktur
organisasi terdiri dari 6 (enam) variabel manifes, kompetensi pengguna sistem
informasi terdiri dari 4 (empat) variabel manifes, kualitas sistem informasi
akuntansi manajemen terdiri dari 8 (delapan) variabel manifes dan kualitas
informasi akuntansi manajemen terdiri dari 9 (sembilan) variabel manifes.
163
Menggunakan metode estimasi second order confirmatory analysis dari
software Smart-PLS 2.0 diperoleh diagram jalur full model pengaruh
ketidakpastian lingkungan (environmental uncertainty/EU), struktur organisasi
(organizational structure/OS), kompetensi pengguna sistem informasi
(information systems user’s competensy/ISUC) terhadap kualitas sistem informasi
akuntansi manajemen (quality of management accounting information
systems/QMAIS) serta implikasinya pada kualitas informasi akuntansi manajemen
(quality of management accounting information quality/QMAI) sebagaimana
terlihat pada Gambar 4.1 berikut :
Gambar 4.1
Diagram Jalur Full Model Pemodelan Persamaan Struktural
(Sumber : Hasil pengolahan data)
164
4.1.4.1.1 Evaluasi Model Pengukuran Variabel Ketidakpastian Lingkungan
Variabel ketidakpastian lingkungan diukur dengan 2 (dua) dimensi yang
bersifat reflektif dan 5 (lima) indikator yang juga bersifat reflektif. Dimensi
pertama, kompleksitas lingkungan terdiri dari 3 (tiga) indikator, yaitu :
kompleksitas pelanggan, kompleksitas pemasok dan kompleksitas pemerintah.
Dimensi kedua, perubahan lingkungan terdiri dari 2 (dua) indikator, yaitu :
perubahan ekonomi dan perubahan teknologi.
1) Evaluasi Order Pertama Model Pengukuran Variabel
Ketidakpastian Lingkungan
Evaluasi order pertama model pengukuran variabel ketidakpastian
lingkungan digunakan untuk menguji validitas dan reliabilitas masing-masing
indikator darisetiap dimensi yang membentuk variabel ketidakpastian lingkungan.
Berdasarkan hasil pengolahan data, nilai estimasi masing-masing indikator
disajikan pada Tabel 4.27 berikut :
Tabel 4.27
Rekapitulasi Estimasi Order Pertama Model Pengukuran
Variabel Ketidakpastian Lingkungan
Dimensi
Indikator
Loading
Factor
T-
Statictic
CR
AVE
Kompleksitas
Lingkungan
Kompleksitas pelanggan
0,861
24,712
0,891 0,731 Kompleksitas pemasok
0,868
29,850
Kompleksitas pemerintah
0,836
27,326
Perubahan
Lingkungan
Perubahan ekonomi
0,831
27,775
0,826 0,704 Perubahan teknologi
0,847
33,727
Sumber : Hasil pengolahan data
165
Tabel 4.27 menunjukkan bahwa seluruh indikator yang digunakan untuk
mengukur dimensi kompleksitas lingkungan dan dimensi perubahan lingkungan
merupakan indikator yang valid dan reliabel. Validitas konvergen terlihat dari 2
(dua) parameter, yaitu : loading factor setiap indikator lebih besar dari 0,70 dan
average variance extracted (AVE) setiap dimensi lebih besar dari 0,50.
Reliabilitas indikator terlihat dari nilai composite reliability (CR) masing-masing
dimensi lebih besar dari 0,70 yang berarti indikator-indikator yang digunakan
sebagai alat ukur memiliki kekonsistenan dalam mengukur dimensi kompleksitas
lingkungan dan dimensi perubahan lingkungan.
Untuk dimensi kompleksitas lingkungan, loading factor indikator
kompleksitas pemasok (0,868) lebih besar dibanding loading factor indikator
kompleksitas pelanggan (0,861) dan indikator kompleksitas pemerintah (0,836).
Ini berarti bahwa kompleksitas pemasok merupakan indikator yang paling kuat
dalam merefleksikan dimensi kompleksitas lingkungan dibanding indikator
kompleksitas pelanggan dan indikator kompleksitas pemerintah. Nilai average
variance extracted (AVE) 0,731 menunjukkan bahwa secara rata-rata, 73,10%
informasi yang terkandung pada indikator kompleksitas pelanggan, kompleksitas
pemasok dan kompleksitas pemerintah tercermin melalui dimensi kompleksitas
lingkungan.
Untuk dimensi perubahan lingkungan, loading factor indikator
perubahan teknologi (0,847) lebih besar dibanding loading factor indikator
perubahan ekonomi (0,831). Ini berarti bahwa indikator perubahan teknologi lebih
kuat dalam merefleksikan dimensi perubahan lingkungan dibanding indikator
166
perubahan ekonomi. Nilai average variance extracted (AVE) 0,704 menunjukkan
bahwa secara rata-rata, 70,40% informasi yang terkandung pada indikator
perubahan ekonomi dan indikator perubahan teknologi tercermin melalui dimensi
perubahan lingkungan.
2) Evaluasi Order Kedua Model Pengukuran Variabel Ketidakpastian
Lingkungan
Evaluasi order kedua model pengukuran variabel ketidakpastian
lingkungan digunakan untuk menentukan validitas dan reliabilitas masing-masing
dimensi yang membentuk variabel ketidakpastian lingkungan. Berdasarkan hasil
pengolahan data, nilai estimasi masing-masing dimensi disajikan pada Tabel 4.28
berikut:
Tabel 4.28
Rekapitulasi Estimasi Order Kedua Model Pengukuran
Variabel Ketidakpastian Lingkungan
Variabel
Dimensi
Loading
Factor
R
2
T-
Statictic
CR
AVE
Ketidakpastian
Lingkungan
Kompleksitas Lingkungan
0,964
0,929 121,258
0,899 0,643 Perubahan Lingkungan
0,915
0,826 51,150
Sumber : Hasil pengolahan data
Tabel 4.28 menunjukkan bahwa kedua dimensi yang digunakan untuk
mengukur variabel ketidakpastian lingkungan merupakan dimensi yang valid dan
reliabel. Validitas konvergen terlihat dari 2 (dua) parameter, yaitu : loading factor
masing-masing dimensi lebih besar dari 0,70 dan average variance extracted
(AVE) variabel lebih besar dari 0,50. Sedangkan validitas diskriminan terlihat dari
167
nilai akar kuadrat AVE dimensi kompleksitas lingkungan (0,8552) dan dimensi
perubahan lingkungan (0,8392) lebih besar dibanding korelasi antar konstruk
(Lampiran 7 : Square Root AVE). Reliabilitas dimensi terlihat dari nilai composite
reliability (CR) variabel ketidakpastian lingkungan (0,899) lebih besar dari 0,70
yang berarti kedua dimensi yang digunakan sebagai alat ukur memiliki
kekonsistenan dalam mengukur variabel ketidakpastian lingkungan.
Loading factor dimensi kompleksitas lingkungan (0,964) lebih besar
dibanding loading factor dimensi perubahan lingkungan (0,915). Ini berarti bahwa
dimensi kompleksitas lingkungan merupakan dimensi yang lebih kuat dalam
merefleksikan variabel ketidakpastian lingkungan dibanding dimensi perubahan
lingkungan. Hal ini juga ditunjukkan oleh nilai koefisien determinasi (R2) dimensi
kompleksitas lingkungan lebih besar dibanding koefisien determinasi (R2) dimensi
perubahan lingkungan yaitu 0,929 berbanding 0,826. Nilai average variance
extracted (AVE) sebesar 0,643 menunjukkan bahwa secara rata-rata, 64,30%
informasi yang terkandung pada dimensi kompleksitas lingkungan dan dimensi
perubahan lingkungan dapat tercermin melalui variabel ketidakpastian
lingkungan.
4.1.4.1.2 Evaluasi Model Pengukuran Variabel Struktur Organisasi
Variabel struktur organisasi diukur dengan 3 (tiga) dimensi yang bersifat
reflektif dan 6 (enam) indikator yang juga bersifat reflektif. Dimensi pertama,
departementalisasi terdiri dari 2 (dua) indikator, yaitu : pengelompokkan
pekerjaan dan koordinasi antar bagian. Dimensi kedua, rentang kendali terdiri dari
168
2 (dua) indikator, yaitu : pengawasan dari atasan kepada bawahan dan pelaporan
dari bawahan kepada atasan. Dimensi ketiga, formalisasi terdiri dari 2 (dua)
indikator, yaitu : prosedur formal dan peraturan formal.
1) Evaluasi Order Pertama Model Pengukuran Variabel Struktur
Organisasi
Evaluasi order pertama model pengukuran variabel struktur organisasi
digunakan untuk menguji validitas dan reliabilitas masing-masing indikator dari
setiap dimensi yang membentuk variabel struktur organisasi. Berdasarkan hasil
pengolahan, nilai estimasi masing-masing indikator disajikan pada Tabel 4.29
berikut :
Tabel 4.29
Rekapitulasi Estimasi Order Pertama Model Pengukuran
Variabel Struktur Organisasi
Dimensi
Indikator
Loading
Factor
T-
Statictic
CR
AVE
Departementalisasi
Pengelompokkan tugas
0,911 55,886
0,903 0,824 Koordinasi antar bagian
0,904 48,169
Rentang Kendali
Pengawasan dari atasan
kepada bawahan
0,887 39,330
0,887 0,797 Pelaporan dari bawahan
kepada atasan
0,899 52,908
Formalisasi
Prosedur formal
0,896 45,956
0,892 0,806 Peraturan formal
0,899 49,860
Sumber : Hasil pengolahan data
Tabel 4.29 menunjukkan bahwa seluruh indikator yang digunakan untuk
mengukur dimensi departementalisasi, rentang kendali dan formalisasi
169
merupakan indikator yang valid dan reliabel. Validitas konvergen terlihat dari 2
(dua) parameter, yaitu : loading factor masing-masing indikator lebih besar dari
0,70 dan average variance extracted (AVE) dimensi lebih besar dari 0,50.
Reliabilitas indikator terlihat dari nilai composite reliability (CR) masing-masing
dimensi lebih besar dari 0,70 yang berarti indikator-indikator yang digunakan
sebagai alat ukur memiliki kekonsistenan dalam mengukur dimensi
departementalisasi, rentang kendali dan formalisasi.
Untuk dimensi departementalisasi, loading factor indikator
pengelompokkan tugas (0,911) lebih besar dibanding loading factor indikator
koordinasi antar bagian (0,904). Ini berarti bahwa indikator pengelompokkan
tugas lebih kuat dalam merefleksikan dimensi departementalisasi dibanding
indikator koordinasi antar bagian. Nilai average variance extracted (AVE) 0,824
menunjukkan bahwa secara rata-rata, 82,40% informasi yang terkandung pada
indikator pengelompokan tugas dan indikator koordinasi antar bagian tercermin
melalui dimensi departementalisasi.
Untuk dimensi rentang kendali, loading factor indikator pelaporan dari
dari bawahan kepada atasan (0,899) lebih besar dibanding loading factor indikator
pengawasan dari atasan kepada bawahan (0,887). Ini berarti bahwa indikator
pelaporan dari bawahan kepada atasan merupakan indikator yang lebih kuat dalam
merefleksikan dimensi rentang kendali dibanding indikator pengawasan dari
atasan kepada bawahan. Nilai average variance extracted (AVE) 0,797
menunjukkan bahwa secara rata-rata, 79,70% informasi yang terkandung pada
170
indikator pengawasan dari atasan kepada bawahan dan indikator pelaporan dari
bawahan kepada atasan tercermin melalui dimensi rentang kendali.
Untuk dimensi formalisasi, loading factor indikator peraturan formal
(0,899) lebih besar dibanding loading factor indikator prosedur formal (0,896). Ini
menunjukkan bahwa indikator peraturan formal lebih kuat dalam merefleksikan
dimensi formalisasi dibanding indikator prosedur formal. Nilai average variance
extracted (AVE) sebesar 0,884 menunjukkan bahwa secara rata-rata, 88,40%
informasi yang terkandung pada indikator prosedur formal dan indikator peraturan
formal tercermin melalui dimensi formalisasi.
2) Evaluasi Order Kedua Model Pengukuran Variabel Struktur
Organisasi
Evaluasi order kedua model pengukuran variabel struktur organisasi
digunakan untuk menentukan validitas dan reliabilitas masing-masing dimensi
yang membentuk variabel struktur organisasi. Berdasarkan hasil pengolahan data,
nilai estimasi masing-masing dimensi disajikan pada Tabel 4.30 berikut :
Tabel 4.30
Rekapitulasi Estimasi Order Kedua Model Pengukuran
Variabel Struktur Organisasi
Variabel
Dimensi
Loading
Factor
R
2
T-
Statictic
CR
AVE
Struktur
Organisasi
Departementalisasi
0,880 0,775 43,119
0,864 0,516 Rentang kendali
0,797 0,636 21,515
Formalisasi
0,707 0,500 11,657
Sumber : Hasil pengolahan data
171
Tabel 4.30 menunjukan bahwa ketiga dimensi yang digunakan untuk
mengukur variabel struktur organisasi merupakan dimensi yang valid dan reliabel.
Validitas konvergen terlihat dari 2 (dua) parameter, yaitu : loading factor masing-
masing dimensi lebih besar dari 0,70 dan average variance extracted (AVE)
variabel lebih besar dari 0,50. Sedangkan validitas diskriminan terlihat dari nilai
akar kuadrat AVE dimensi departementalisasi (0,9075), dimensi rentang kendali
(0,8927) dan dimensi formalisasi (0,8975) lebih besar dibanding korelasi antar
konstruk (Lampiran 7 : Square Root AVE). Reliabilitas dimensi terlihat dari nilai
composite reliability (CR) variabel struktur organisasi (0,864) lebih besar dari
0,70 yang berarti bahwa ketiga dimensi yang digunakan sebagai alat ukur
memiliki kekonsistenan dalam mengukur variabel struktur organisasi.
Loading factor dimensi departementalisasi (0,928) lebih besar dibanding
loading factor dimensi rentang kendali (0,893) dan dimensi formalisasi (0,806).
Ini berarti bahwa dimensi departementalisasi merupakan dimensi yang paling kuat
dalam merefleksikan variabel struktur organisasi dibanding dimensi rentang
kendali dan dimensi formalisasi. Hal ini juga ditunjukkan oleh nilai koefisien
determinasi (R2) dimensi departementalisasi (0,861) yang lebih besar dibanding
nilai koefisien determinasi (R2) dimensi rentang kendali (0,797) dan nilai
koefisien determinasi (R2) dimensi formalisasi (0,650). Nilai average variance
extracted (AVE) 0,697 menunjukkan bahwa secara rata-rata, 69,70% informasi
yang terkandung pada dimensi departementalisasi, rentang kendali dan formalisasi
dapat tercermin melalui variabel struktur organisasi.
172
4.1.4.1.3 Evaluasi Model Pengukuran Variabel Kompetensi Pengguna
Sistem Informasi
Variabel kompetensi pengguna sistem informasi diukur dengan 2 (dua)
dimensi yang bersifat formatif dan 4 (empat) indikator yang bersifat reflektif.
Dimensi pertama, pengetahuan terdiri dari 2 (dua) indikator, yaitu : pendidikan
dan pengalaman kerja. Dimensi kedua, keterampilan terdiri dari 2 (dua) indikator,
yaitu : keterampilan fisik dan keterampilan analitis.
1) Evaluasi Order Pertama Model Pengukuran Variabel Kompetensi
Pengguna Sistem Informasi
Evaluasi order pertama model pengukuran variabel kompetensi pengguna
sistem informasi digunakan untuk menguji validitas dan reliabilitas masing-
masing indikator dari setiap dimensi yang membentuk variabel kompetensi
pengguna sistem informasi. Berdasarkan hasil pengolahan data, nilai estimasi
masing-masing indikator disajikan pada Tabel 4.31 berikut :
Tabel 4.31
Rekapitulasi Estimasi Order Pertama Model Pengukuran
Variabel Kompetensi Pengguna Sistem Informasi `
Dimensi
Indikator
Loading
Factor
T-
Statictic
CR
AVE
Pengetahuan
Pendidikan
0,914 47,343
0,913 0,840 Pengalaman kerja
0,919 58,163
Keterampilan
Keterampilan fisik
0,862 40,084
0,839 0,723 Keterampilan analitis
0,839 29,497
Sumber : Hasil pengolahan data
173
Tabel 4.31 menunjukkan bahwa seluruh indikator yang digunakan untuk
mengukur dimensi pengetahuan dan keterampilan merupakan indikator yang valid
dan reliabel. Validitas konvergen terlihat dari parameter loading factor masing-
masing indikator lebih besar dari 0,70 dan average variance extracted (AVE)
dimensi lebih besar dari 0,50. Reliabilitas indikator terlihat dari nilai composite
reliability (CR) masing-masing dimensi lebih besar dari 0,70 yang berarti
indikator-indikator yang digunakan sebagai alat ukur memiliki kekonsistenan
dalam mengukur dimensi pengetahuan dan keterampilan.
Untuk dimensi pengetahuan, loading factor indikator pengalaman kerja
(0,919) lebih besar dibanding loading factor indikator pendidikan (0,914). Ini
menunjukkan bahwa indikator pengalaman kerja lebih kuat dalam merefleksikan
dimensi pengetahuan dibanding indikator pendidikan. Nilai average variance
extracted (AVE) 0,840 menunjukkan bahwa secara rata-rata, 84,00% informasi
yang terkandung pada indikator pendidikan dan pengalaman kerja tercermin
melalui dimensi pengetahuan.
Untuk dimensi keterampilan, loading factor indikator keterampilan fisik
(0,905) lebih besar dibanding loading factor indikator keterampilan analitis
(0,899). Ini berarti bahwa indikator keterampilan fisik merupakan indikator yang
lebih kuat dalam merefleksikan dimensi keterampilan dibanding indikator
keterampilan analitis. Nilai average variance extracted (AVE) 0,813
menunjukkan bahwa secara rata-rata, 81,30% informasi yang terkandung pada
indikator keterampilan fisik dan indikator keterampilan analitis tercermin melalui
dimensi keterampilan.
174
2) Evaluasi Order Kedua Model Pengukuran Variabel Kompetensi
Pengguna Sistem Informasi
Evaluasi order kedua model pengukuran variabel kompetensi pengguna
sistem informasi digunakan untuk menentukan validitas dan reliabilitas masing-
masing dimensi yang membentuk variabel kompetensi pengguna sistem
informasi. Berdasarkan hasil pengolahan data, nilai estimasi masing-masing
dimensi disajikan pada Tabel 4.32 berikut :
Tabel 4.32
Rekapitulasi Estimasi Order Kedua Model Pengukuran
Variabel Kompetensi Pengguna Sistem Informasi
Variabel
Dimensi
Loading
Factor
T-
Statictic
R
2
VIF
Kompetensi
Pengguna Sistem
Informasi
Pengetahuan
0,595 27,184
1,000
1,957
Keterampilan
0,489 31,364 1,957
Sumber : Hasil pengolahan data
Tabel 4.32 menunjukkan bahwa kedua dimensi yang digunakan untuk
mengukur variabel kompetensi pengguna sistem informasi merupakan dimensi
yang valid dan reliabel. Karena kedua dimensi bersifat formatif, validitas diukur
dengan significance weight masing-masing dimensi. Tabel 4.32 menunjukkan
bahwa loading factor masing-masing dimensi signifikan. Ini terlihat dari nilai t-
Statistics masing-masing dimensi lebih besar dari nilai kritis 1,96. Artinya kedua
dimensi signifikan dalam membentuk variabel kompetensi pengguna sistem
informasi. Uji multikolinearitas menunjukkan bahwa nilai variance inflation
factor (VIF) kedua dimensi lebih kecil dari 5. Dengan kata lain dapat dikatakan
bahwa dimensi pengetahuan dan dimensi keterampilan merupakan dimensi yang
175
valid dan reliabel dalam membentuk variabel kompetensi pengguna sistem
informasi. Nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 1,000 menunjukkan bahwa
kedua dimensi tersebut menjelaskan variabel kompetensi pengguna sistem
informasi sebesar 100,00 persen.
Loading factor dimensi pengetetahuan (0,595) lebih besar dibanding
loading factor dimensi keterampilan (0,489). Ini berarti bahwa dimensi
pengetahuan memiliki peranan yang lebih signifikan dalam membentuk variabel
kompetensi pengguna sistem informasi dibanding dimensi keterampilan.
4.1.4.1.4 Evaluasi Model Pengukuran Variabel Kualitas Sistem Informasi
Akuntansi Manajemen
Variabel kualitas sistem informasi akuntansi manajemen diukur
menggunakan 4 (empat) dimensi yang bersifat reflektif dan 8 (delapan) indikator
yang juga bersifat reflektif. Dimensi pertama, integrasi terdiri dari 2 (dua)
indikator, yaitu : integrasi antar komponen-komponen sistem dan integrasi antar
sub-sub sistem. Dimensi kedua, fleksibilitas terdiri dari 2 (dua) indikator, yaitu :
mampu beradaptasi dengan kebutuhan pengguna dan mampu beradaptasi dengan
perubahan kondisi. Dimensi ketiga, aksesibilitas terdiri dari 2 (dua) indikator,
yaitu : mampu diakses dengan upaya relatif mudah dan mampu diakses di
berbagai lokasi. Dimensi keempat, pengayaan media (media richness) terdiri dari
2 (dua) indikator, yaitu : menggunakan berbagai alternatif kanal (media)
komunikasi dan meningkatkan interaksi antar personel/bagian.
176
1) Evaluasi Order Pertama Model Pengukuran Variabel Kualitas
Sistem Informasi Akuntansi Manajemen
Evaluasi order pertama model pengukuran variabel kualitas sistem
informasi akuntansi manajemen digunakan untuk menentukan validitas dan
reliabilitas masing-masing indikator dari setiap dimensi yang membentuk variabel
kualitas sistem informasi akuntansi manajemen. Berdasarkan hasil pengolahan
data, nilai estimasi masing-masing indikator disajikan pada Tabel 4.33 berikut :
Tabel 4.33
Rekapitulasi Estimasi Order Pertama Model Pengukuran
Variabel Kualitas Sistem Informasi Akuntansi Manajemen
Dimensi
Indikator
Loading
Factor
T-
Statictic
CR
AVE
Integrasi
Integrasi antar komponen sistem
0,932 96,939
0,921 0,854 Integrasi antar sub-sistem
0,916 57,986
Fleksibilitas
Mampu beradaptasi dengan
kebutuhan pengguna
0,903 46,109
0,897 0,812 Mampu beradaptasi dengan
perubahan kondisi
0,900 37,444
Aksesibilitas
Mampu diakses dengan upaya
yang relatif mudah
0,855 31,827
0,817 0,691 Mampu diakses di berbagai lokasi
0,807 21,324
Pengayaan
media (Media
richness)
Menggunakan berbagai alternatif
kanal (media) komunikasi
0,844 24,868
0,853 0,744 Meningkatkan interaksi antar
personel/bagian
0,881 45,811
Sumber : Hasil pengolahan data
Tabel 4.33 menunjukkan bahwa seluruh indikator yang digunakan untuk
mengukur dimensi integrasi, fleksibilitas, aksesibilitas dan pengayaan media
merupakan indikator yang valid dan reliabel. Validitas konvergen terlihat dari 2
177
(dua) parameter, yaitu : loading factor masing-masing indikator lebih besar dari
0,70 dan average variance extracted (AVE) dimensi yang lebih besar dari 0,50.
Reliabilitas indikator terlihat dari nilai composite reliability (CR) masing-masing
dimensi lebih besar dari 0,70 yang berarti bahwa indikator-indikator yang
digunakan sebagai alat ukur memiliki kekonsistenan dalam mengukur dimensi
integrasi, fleksibilitas, aksesibilitas dan pengayaan media.
Untuk dimensi integrasi, loading factor indikator integrasi antar sub-sub
sistem (0,932) lebih besar dibanding loading factor indikator integrasi antar
komponen sistem (0,916). Ini berarti bahwa indikator integrasi antar sub-sub
sistem merupakan indikator yang lebih kuat dalam merefleksikan dimensi
integrasi dibanding indikator integrasi antar komponen sistem. Nilai average
variance extracted (AVE) 0,854 menunjukkan bahwa secara rata-rata, 85,40%
informasi yang terkandung pada indikator integrasi antar komponen-komponen
sistem dan indikator integrasi antar sub-sistem tercermin melalui dimensi
integrasi.
Untuk dimensi fleksibilitas, loading factor indikator mampu beradaptasi
dengan kebutuhan pengguna (0,903) lebih besar dibanding loading factor
indikator mampu beradaptasi dengan perubahan kondisi (0,900). Ini berarti bahwa
indikator mampu beradaptasi dengan kebutuhan pengguna merupakan indikator
yang lebih kuat dalam merefleksikan dimensi fleksibilitas dibanding indikator
mampu beradaptasi dengan perubahan kondisi. Nilai average variance extracted
(AVE) 0,812 menunjukkan bahwa secara rata-rata, 81,20% informasi yang
terkandung pada indikator mampu beradaptasi dengan kebutuhan pengguna dan
178
indikator mampu beradaptasi dengan perubahan kondisi tercermin melalui
dimensi fleksibilitas.
Untuk dimensi aksesibilitas, loading factor indikator mampu diakses
dengan upaya yang relatif mudah (0,855) lebih besar dibanding loading factor
indikator mampu diakses di berbagai lokasi (0,807). Ini berarti bahwa indikator
mampu diakses dengan upaya yang relatif mudah merupakan indikator yang lebih
kuat dalam merefleksikan dimensi aksesibilitas dibanding indikator mampu
diakses di berbagai lokasi. Nilai average variance extracted (AVE) 0,691
menunjukkan bahwa secara rata-rata, 69,10% informasi yang terkandung pada
indikator mampu diakses dengan upaya yang relatif mudah dan indikator mampu
diakses di berbagai lokasi tercermin melalui dimensi aksesibilitas.
Untuk dimensi pengayaan media (media richness), loading factor
indikator meningkatkan interaksi antar personel/bagian (0,881) lebih besar
dibanding indikator menggunakan berbagai alternatif kanal (media) komunikasi
(0,844). Ini berarti bahwa indikator meningkatkan interaksi antar personel/bagian
merupakan indikator yang lebih kuat dalam merefleksikan dimensi pengayaan
media dibanding indikator menggunakan berbagai alternatif kanal (media)
komunikasi. Nilai average variance extracted (AVE) 0,744 menunjukkan bahwa
secara rata-rata, 74,40% informasi yang terkandung pada indikator menggunakan
berbagai alternatif kanal (media) komunikasi dan indikator meningkatkan
interaksi antar personel/bagian tercermin melalui dimensi pengayaan media.
179
2) Evaluasi Order Kedua Model Pengukuran Variabel Kualitas Sistem
Informasi Akuntansi Manajemen
Evaluasi order kedua model pengukuran variabel kualitas sistem
informasi akuntansi manajemen digunakan untuk menentukan validitas dan
reliabilitas masing-masing dimensi yang membentuk variabel kualitas sistem
informasi akuntansi manajemen. Berdasarkan hasil pengolahan data, nilai estimasi
masing-masing dimensi disajikan pada Tabel 4.34 berikut :
Tabel 4.34
Rekapitulasi Estimasi Order Kedua Model Pengukuran
Variabel Kualitas Sistem Informasi Akuntansi Manajemen
Variabel
Dimensi
Loading
Factor
R
2
T-
Statictic
CR
AVE
Kualitas
Sistem
Informasi
Akuntansi
Manajemen
Integrasi
0,800 0,640 25,905
0,869 0,500
Fleksibilitas
0,786 0,617 17,904
Aksesibilitas
0,757 0,576 16,455
Pengayaan media
0,709 0,503 15,671
Sumber : Hasil pengolahan data
Tabel 4.34 menunjukan bahwa semua dimensi yang digunakan untuk
mengukur variabel kualitas sistem informasi akuntansi manajemen merupakan
dimensi yang valid dan reliabel. Validitas konvergen terlihat dari 2 (dua)
parameter, yaitu : loading factor masing-masing dimensi lebih besar dari 0,70 dan
average variance extracted (AVE) variabel ekuivalen dengan 0,50. Sedangkan
validitas diskriminan terlihat dari nilai akar kuadrat AVE dimensi integrasi
(0,6742), dimensi fleksibilitas (0,9241), dimensi aksesibilitas (0,9014) dan
dimensi pengayaan media (0,8313) lebih besar dibanding korelasi antar konstruk
180
(Lampiran 7 : Square Root AVE). Reliabilitas dimensi terlihat dari nilai composite
reliability (CR) variabel kualitas sistem informasi akuntansi manajemen (0,869)
lebih besar dari 0,70 yang berarti keempat dimensi yang digunakan sebagai alat
ukur memiliki kekonsistenan dalam mengukur variabel struktur organisasi.
Loading factor dimensi integrasi (0,800) lebih besar dibanding loading
factor : dimensi fleksibilitas (0,786), dimensi aksesibilitas (0,757) dan dimensi
pengayaan media (0,709). Ini berarti bahwa dimensi integrasi merupakan dimensi
yang paling kuat dalam merefleksikan variabel kualitas sistem informasi
akuntansi manajemen dibanding dimensi fleksibilitas, aksesibilitas dan pengayaan
media. Hal ini juga ditunjukkan oleh nilai koefisien determinasi (R2) dimensi
integrasi (0,640) lebih besar dibanding nilai koefesien determinasi (R2) : dimensi
fleksibilitas (0,617), dimensi aksesibilitas (0,576) dan dimensi pengayaan media
(0,503). Nilai average variance extracted (AVE) ekuivalen 0,500 menunjukkan
bahwa secara rata-rata, 50,00% informasi yang terkandung pada dimensi integrasi,
dimensi fleksibilitas, dimensi aksesibilitas dan dimensi pengayaan media dapat
tercermin melalui variabel kualitas sistem informasi akuntansi manajemen.
4.1.4.1.5 Evaluasi Model Pengukuran Variabel Kualitas Informasi
Akuntansi Manajemen
Variabel kualitas informasi akuntansi manajemen diukur dengan 4
(empat) dimensi yang bersifat reflektif dan 9 (sembilan) indicator yang juga
bersifat reflektif. Dimensi pertama, relevan terdiri dari 2 (dua) indikator, yaitu :
sesuai dengan kebutuhan pengambilan keputusan dan sesuai dengan masalah yang
181
dihadapi. Dimensi kedua, cakupan (scope) terdiri dari 3 (tiga) indikator, yaitu :
informasi eksternal, informasi non-keuangan dan informasi yang berorientasi pada
masa depan. Dimensi ketiga, tepat waktu terdiri dari 2 (dua) indikator, yaitu :
tersedia pada saat dibutuhkan untuk pengambilan keputusan dan tersedia sesuai
jadwal yang ditentukan. Dimensi keempat, akurat terdiri dari 2 (dua) indikator,
yaitu : sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dan bebas dari kesalahan atau
bias.
1) Evaluasi Order Pertama Model Pengukuran Variabel Kualitas
Informasi Akuntansi Manajemen
Evaluasi order pertama model pengukuran variabel kualitas informasi
akuntansi manajemen digunakan untuk menentukan validitas dan reliabilitas
masing-masing indikator dari setiap dimensi yang membentuk variabel kualitas
informasi akuntansi manajemen. Berdasarkan hasil pengolahan data, nilai estimasi
masing-masing indikator disajikan pada Tabel 4.35 berikut :
Tabel 4.35
Rekapitulasi Estimasi Order Pertama Model Pengukuran
Variabel Kualitas Informasi Akuntansi Manajemen
Dimensi
Indikator
Loading
Factor
T-
Statictic
CR
AVE
Relevan
Sesuai dengan kebutuhan
pengambilan keputusan
0,868 34,409
0,839 0,723 Sesuai dengan masalah yang
dihadapi
0,832 19,964
Cakupan
(Scope)
Informasi eksternal
0,745 12,482
0,808 0,584
Informasi non-keuangan
0,736 13,592
Informasi yang berorientasi pada
masa depan
0,810 29,592
182
Dimensi
Indikator
Loading
Factor
T-
Statictic
CR
AVE
Tepat Waktu
Tersedia pada saat dibutuhkan
untuk pengambilan keputusan
0,885 48,434
0,865 0,763 Tersedia sesuai jadwal yang
ditentukan
0,862 31,649
Akurat
Sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya
0,894 45,635
0,894 0,809 Bebas dari kesalahan atau bias
0,904 55,850
Sumber : Hasil pengolahan data
Tabel 4.35 menunjukkan bahwa seluruh indikator yang digunakan untuk
mengukur dimensi relevan, dimensi cakupan (scope), dimensi tepat waktu dan
dimensi akurat merupakan indikator yang valid dan reliabel. Validitas konvergen
terlihat dari 2 (dua) parameter, yaitu : loading factor masing-masing indikator
lebih besar dari 0,70 dan average variance extracted (AVE) dimensi lebih besar
dari 0,50. Reliabilitas indikator terlihat dari nilai composite reliability (CR)
masing-masing dimensi lebih besar dari 0,70 yang berarti bahwa indikator-
indikator yang digunakan sebagai alat ukur memiliki kekonsistenan dalam
mengukur dimensi integrasi, fleksibilitas, aksesibilitas dan pengayaan media.
Untuk dimensi relevan, loading factor indikator sesuai dengan kebutuhan
pengambilan keputusan (0,868) lebih besar dibanding loading factor indikator
sesuai dengan masalah yang dihadapi (0,832). Ini berarti bahwa indikator sesuai
dengan kebutuhan pengambilan keputusan merupakan indikator yang lebih kuat
dalam merefleksikan dimensi relevan dibanding indikator sesuai dengan masalah
yang dihadapi. Nilai average variance extracted (AVE) 0,723 menunjukkan
bahwa secara rata-rata, 72,30% informasi yang terkandung pada indikator sesuai
183
dengan kebutuhan pengambilan keputusan dan sesuai dengan masalah yang
dihadapi tercermin melalui dimensi relevan.
Untuk dimensi cakupan (scope), loading factor indikator informasi yang
berorientasi pada masa depan (0,810) lebih besar dibanding loading factor
indikator informasi eksternal (0,745) dan loading factor indikator informasi non-
keuangan (0,736). Ini berarti bahwa indikator informasi yang berorientasi pada
masa depan merupakan indikator yang paling kuat dalam merefleksikan dimensi
cakupan (scope) dibanding indikator informasi non-keuangan dan indikator
informasi eksternal. Nilai average variance extracted (AVE) 0,584 menunjukkan
bahwa secara rata-rata, 58,40% informasi yang terkandung pada indikator
informasi eksternal, informasi non-keuangan dan informasi yang berorientasi pada
masa depan tercermin melalui dimensi cakupan (scope).
Untuk dimensi tepat waktu, loading factor indikator tersedia pada saat
dibutuhkan untuk pengambilan keputusan (0,885) lebih besar dibanding loading
factor indikator tersedia sesuai dengan jadwal yang ditentukan (0,862). Ini berarti
bahwa indikator tersedia pada saat dibutuhkan untuk pengambilan keputusan
merupakan indikator yang lebih kuat dalam merefleksikan dimensi tepat waktu
dibanding indikator tersedia sesuai dengan jadwal yang ditentukan. Nilai average
variance extracted (AVE) 0,763 menunjukkan bahwa secara rata-rata, 76,30%
informasi yang terkandung pada indikator tersedia pada saat dibutuhkan untuk
pengambilan keputusan dan indikator tersedia sesuai dengan jadwal yang
ditentukan tercermin melalui dimensi tepat waktu.
184
Untuk dimensi akurat, loading factor indikator bebas dari kesalahan atau
bias (0,904) lebih besar dibanding loading factor indikator sesuai dengan keadaan
yang sebenarnya (0,894). Ini berarti bahwa indikator bebas dari kesalahan atau
bias merupakan indikator yang lebih kuat dalam merefleksikan dimensi akurat
dibanding indikator sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Nilai average
variance extracted (AVE) 0,809 menunjukkan bahwa secara rata-rata, 80,90%
informasi yang terkandung pada indikator sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya dan bebas dari kesalahan atau bias tercermin melalui dimensi akurat.
2) Evaluasi Order Kedua Model Pengukuran Variabel Kualitas
Informasi Akuntansi Manajemen
Evaluasi order kedua model pengukuran variabel kualitas informasi
akuntansi manajemen digunakan untuk menentukan validitas dan reliabilitas
masing-masing dimensi yang membentuk variabel kualitas informasi akuntansi
manajemen. Berdasarkan hasil pengolahan data, nilai estimasi masing-masing
dimensi disajikan pada Tabel 4.36 berikut :
Tabel 4.36
Rekapitulasi Estimasi Order Kedua Model Pengukuran
Variabel Kualitas Informasi Akuntansi Manajemen
Variabel
Dimensi
Loading
Factor
R
2
T-
Statictic
CR
AVE
Kualitas
Informasi
Akuntansi
Manajemen
Relevan
0,727 0,528 12,138
0,861 0,500
Cakupan (scope)
0,700 0,487 14,782
Tepat waktu
0,799 0,638 21,289
Akurat
0,840 0,706 30,990
Sumber : Hasil pengolahan data
185
Tebel 4.36 menunjukkan bahwa keempat dimensi yang digunakan untuk
mengukur variabel kualitas informasi akuntansi manajemen merupakan dimensi
yang valid dan reliabel. Validitas konvergen terlihat dari 2 (dua) parameter, yaitu :
loading factor masing-masing dimensi lebih besar dari 0,70 dan average variance
extracted (AVE) variabel ekuivalen dengan 0,50. Sedangkan validitas diskriminan
terlihat dari nilai akar kuadrat AVE dimensi relevan (0,8502), dimensi cakupan
(0,7643), dimensi tepat waktu (0,8733) dan dimensi akurat (0,8993) lebih besar
dibanding korelasi antar konstruk (Lampiran 7 : Square Root AVE). Reliabilitas
dimensi terlihat dari nilai composite reliability (CR) variabel kualitas informasi
akuntansi manajemen lebih besar dari 0,70 yang berarti bahwa dimensi-dimensi
yang digunakan sebagai alat ukur memiliki kekonsistenan dalam mengukur
variabel kualitas informasi akuntansi manajemen.
Loading factor dimensi akurat (0,840) lebih besar dibanding loading
factor :dimensi relevan (0,727), dimensi cakupan (0,700) dan dimensi tepat waktu
(0,799). Ini berarti bahwa dimensi akurat merupakan dimensi yang paling kuat
dalam merefleksikan variabel kualitas informasi akuntansi manajemen dibanding
dimensi relevan, dimensi cakupan (scope) dan dimensi tepat waku. Hal ini juga
ditunjukkan oleh nilai koefisien determinasi (R2) dimensi akurat (0,706) lebih
besar dibanding nilai koefisien determinasi (R2) : dimensi relevan (0,528),
dimensi cakupan/scope (0,487) dan dimensi tepat waktu (0,638). Nilai average
variance extracted (AVE) ekuivalen 0,500 menunjukkan bahwa secara rata-rata,
50,00% informasi yang terkandung pada dimensi relevan, dimensi cakupan
186
(scope), dimensi tepat waktu dan dimensi akurat dapat tercermin melalui variabel
kualitas informasi akuntansi manajemen.
4.1.4.2 Model Struktural
Model struktural (structural model/inner model) merupakan model yang
menghubungkan variabel laten eksogen(bebas) dengan variabel laten endogen
(terikat) atau menghubungkan variabel laten endogen (terikat) dengan variabel
laten endogen (terikat) lainnya. Dalam penelitian ini, model struktural melibatkan
4 (empat) hipotesis penelitian yang menunjukkan hubungan kausalitas diantara
variabel-variabel laten. Model struktural penelitian ini melibatkan tiga variabel
laten eksogen yaitu ketidakpastian lingkungan (environmental uncertainty/EU),
struktur organisasi (organisational structure/OS) dan kompetensi pengguna
sistem informasi (information systems user’s competency/ISUC) dan dua variabel
laten endogen yaitu kualitas sistem informasi akuntansi manajemen (quality of
management accounting information systems quality/QMAIS) dan kualitas
informasi akuntansi manajemen (quality of management accounting
information/QMAI).
Hasil perhitungan koefisien-koefisien jalur standardized untuk model
struktural disajikan pada Tabel 4.37 berikut :
187
Tabel 4.37
Rekapitulasi Hasil Perhitungan
Koefisien-koefisien Jalur Model Struktural
Substruktur
Jalur
Koefisien
Jalur
T-
Statistics
R
2
VIF
Pertama
EU QMAIS
0,375
6,949
0,653
1,588
OS QMAIS
0,337
5,481
1,689
ISUC QMAIS
0,260
4,462
1,496
Kedua
QMAIS QMAI
0,764
15,362
0,584
-
Sumber : Hasil pengolahan data
Tabel 4.37 menunjukkan bahwa pada sub struktur pertama yaitu pada
variabel kualitas sistem informasi akuntansi manajemen (QMAIS) diperoleh nilai
koefisien determinasi (R2) sebesar 0,653. Ini berarti bahwa 65,30% variabel
kualitas sistem informasi akuntansi manajemen (QMAIS) dapat dijelaskan oleh
variabel ketidakpastian lingkungan (EU), struktur organisasi (OS) dan kompetensi
pengguna sistem informasi (ISUC). Dari pengujian multikolinearitas yang
nilainya ditunjukkan oleh variance inflation factor (VIF) diketahui bahwa nilai
VIF untuk semua variabel eksogen lebih besar dari 0,20 dan lebih kecil dari 5
(0,20 > VIF < 5), yang berarti bahwa tidak terjadi multikolinearitas pada masing-
masing variabel eksogen (Hair, et al, 2014: 186). Dari penjelasan diatas dapat
dikatakan bahwa total pengaruh variabel ketidakpastian lingkungan, struktur
organisasi dan kompetensi pengguna sistem informasi terhadap kualitas sistem
informasi akuntansi manajemen adalah 65,30%, sedangkan sisanya 34,70%
dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
188
Selanjutnya pada substruktur kedua yaitu pada variabel kualitas
informasi akuntansi manajemen (QMAI) diperoleh nilai koefesien determinasi
(R2) sebesar 0,584. Hal ini berarti bahwa 58,40% variabel kualitas informasi
akuntansi manajemen dapat dijelaskan oleh variabel kualitas sistem informasi
akuntansi manajemen. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa 58,40% kualitas
informasi akuntansi manajemen dipengaruhi oleh kualitas sistem informasi
akuntansi manajemen, sedangkan sisanya 41,60% dipengaruhi oleh variabel lain
yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
Untuk mengetahui besarnya pengaruh masing-masing variabel eksogen
(ketidakpastian lingkungan, struktur organisasi dan kompetensi pengguna sistem
informasi) terhadap variabel endogen (kualitas sistem informasi akuntansi
manajemen) pada sub struktur pertama dapat dilihat dari perhitungan yang
disajikan pada Tabel 4.38 berikut :
Tabel 4.38
Perhitungan Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Ketidakpastian
Lingkungan, Struktur Organisasi dan Kompetensi Pengguna Sistem
Informasi Terhadap Kualitas Sistem Informasi Akuntansi Manajemen
Jalur
Koefisien
Jalur
Pengaruh
Langsung
Pengaruh Tidak Langsung
Total
Pengaruh
EU
OS
ISUC
Sub
Total
EU MAISQ
0,375
14,06% 0,00% 7,40% 4,76% 12,16% 26,22%
OS MAISQ
0,337
11,36% 7,40% 0,00% 4,40% 11,80% 23,16%
ISUC MAISQ
0,260
6,76% 4,76% 4,40% 0,00% 9,16% 15,92%
R
2
65,30%
Sumber : Hasil pengolahan data
189
Tabel 4.38 menunjukkan bahwa secara bersama-sama ketidakpastian
lingkungan, struktur organisasi dan kompetensi pengguna sistem informasi
mampu menjelaskan kualitas sistem informasi akuntansi manajemen pada unit-
unit fungsional di perusahaan-perusahaan BUMN sebesar 65,30%. Dilihat dari
total pengaruhnya baik secara langsung maupun tidak langsung, diantara ketiga
variabel eksogen, ketidakpastian lingkungan memberikan pengaruh paling kuat
(besar) terhadap kualitas sistem informasi akuntansi manajemen, sedangkan
kompetensi pengguna sistem informasi merupakan variabel yang paling kecil
pengaruhnya terhadap kualitas sistem informasi akuntansi manajemen.
4.1.4.2.1 Pengaruh Ketidakpastian Lingkungan Terhadap Kualitas Sistem
Informasi Akuntansi Manajemen
Ketidakpastian lingkungan dihipotesiskan mempengaruhi kualitas sistem
informasi akuntansi manajemen. Berikut disajikan hasil uji signifikansi dari
hipotesis tersebut melalui hipotesis statistik sebagai berikut :
Ho : 1.1= 0 : Ketidakpastian lingkungan tidak berpengaruh terhadap
kualitas sistem informasi akuntansi manajemen.
Ha : 1.1 0 : Ketidakpastian lingkungan berpengaruh terhadap kualitas
sistem informasi akuntansi manajemen.
Statistik uji yang digunakan adalah :
190
Kriteria uji : Terima Ho jika T-Statistics lebih kecil dari T-Table. Hasil uji
signifikansi pengaruh ketidakpastian lingkungan terhadap kualitas sistem
informasi akuntansi manajemen disajikan pada Tabel 4.39 berikut :
Tabel 4.39
Hasil Pengujian Pengaruh Ketidakpastian Lingkungan
TerhadapKualitas Sistem Informasi Akuntansi Manajemen
Koefisien Jalur
T-Statistics
T-Table
Ho
Ha
0,375
6,949
1,96
Ditolak
Diterima
Sumber : Hasil pengolahan data
Tabel 4.39 menunjukkan bahwa nilai t-Statistics variabel ketidakpastian
lingkungan (6,949) lebih besar dibanding t-Table (1,96). Karena nilai t-Statistics lebih
besar dibanding t-Table, maka pada tingkat kekeliruan 5% (lima persen) diputuskan
untuk menolak Ho dan menerima Ha. Jadi berdasarkan hasil pengujian ini dapat
disimpulkan bahwa ketidakpastian lingkungan berpengaruh signifikan terhadap
kualitas sistem informasi akuntansi manajemen pada unit-unit fungsional di
perusahaan-perusahaan BUMN. Hasil pengujian ini memberikan bukti empiris
bahwa semakin mampu para manajer memahami dan memprediksi dengan baik
pengaruh dari kompleksitas lingkungan dan perubahan lingkungan yang
dihadapinya akan meningkatkan kualitas sistem informasi akuntansi manajemen,
dan sebaliknya. Hal ini disebabkan arah koefisien jalur yang positif (+).
Tabel 4.38 menunjukkan bahwa secara langsung pengaruh ketidakpastian
lingkungan terhadap kualitas sistem informasi akuntansi manajemen adalah
14,06%. Kemudian secara tidak langsung karena hubungannya dengan 2 (dua)
variabel eksogen lainnya memberikan pengaruh sebesar 12,16% sehingga total
191
pengaruh ketidakpastian lingkungan adalah 26,22%. Untuk mengetahui tingkat
(kategori) pengaruh ketidakpastian lingkungan terhadap kualitas sistem informasi
akuntansi manajemen, maka dihitung effect size (f2). Dari hasil pengolahan data
diketahui bahwa tanpa ketidakpastian lingkungan, pengaruh struktur organisasi
dan kompetensi pengguna sistem informasi terhadap kualitas sistem informasi
akuntansi manajemen adalah sebesar 0,565, effect size (f2) ketidakpastian
lingkungan dihitung sebagai berikut :
Dari perhitungan diatas, diperoleh nilai effect size (f2) 0,254. Karena nilai
effect size (f2) lebih besar dari 0,015 dan lebih kecil dari 0,35 (0,15 < 0,254 <
0,350), maka dikatakan bahwa ketidakpastian lingkungan memberikan
memberikan pengaruh yang sedang/moderat terhadap kualitas sistem informasi
akuntansi manajemen (Hair, et al, 2014: 186).
4.1.4.2.2 Pengaruh Struktur Organisasi Terhadap Kualitas Sistem
Informasi Akuntansi Manajemen
Struktur organisasi dihipotesiskan mempengaruhi kualitas sistem
informasi akuntansi manajemen. Berikut disajikan hasil uji signifikansi dari
hipotesis tersebut melalui hipotesis statistik sebagai berikut :
Ho : 1.2 = 0 : Struktur organisasi tidak berpengaruh terhadap kualitas
sistem informasi akuntansi manajemen.
192
Ha : 1.2 0 : Struktur organisasi berpengaruh terhadap kualitas sistem
informasi akuntansi manajemen.
Statistik uji yang digunakan adalah :
Kriteria uji : Terima Ho jika T-Statistics lebih kecil dari T-Table. Hasil uji
signifikansi pengaruh struktur organisasi terhadap kualitas sistem informasi
akuntansi manajemen disajikan pada Tabel 4.40 berikut :
Tabel 4.40
Hasil Pengujian Pengaruh Struktur Organisasi
TerhadapKualitas Sistem Informasi Akuntansi Manajemen
Koefisien Jalur
T-Statistics
T-Table
Ho
Ha
0,337
5,481
1,96
Ditolak
Diterima
Sumber : Hasil pengolahan data
Tabel 4.40 menunjukkan bahwa nilai t-Statisticsvariabel struktur organisasi
(5,481) lebih besar dibanding t-Table (1,96). Karena nilai t-Statistics lebih besar
dibanding t-Table, maka pada tingkat kekeliruan 5% (lima persen) diputuskan
untuk menolak Ho dan menerima Ha. Jadi berdasarkan hasil pengujian ini dapat
disimpulkan bahwa struktur organisasi berpengaruh signifikan terhadap kualitas
sistem informasi akuntansi manajemen pada unit-unit fungsional di perusahaan-
perusahaan BUMN. Hasil pengujian ini menyediakan bukti empiris bahwa
semakin baik perusahaan menata tugas/pekerjaan, tanggung jawab dan
kewenangan yang tercermin melalui struktur organisasi yang diterapkan akan
193
meningkatkan kualitas sistem informasi akuntansi manajemen, dan sebaliknya.
Hal ini disebabkan arah koefisien jalur yang positif (+).
Tabel 4.38 menunjukan bahwa secara langsung pengaruh struktur
organisasi terhadap kualitas sistem informasi akuntansi manajemen adalah
11,36%. Kemudian secara tidak langsung karena hubungannya dengan 2 (dua)
variabel eksogen lainnya memberikan pengaruh sebesar 11,80% sehingga total
pengaruh struktur organisasi adalah 23,16%. Untuk mengetahui tingkat (kategori)
pengaruh struktur organisasi terhadap kualitas sistem informasi akuntansi
manajemen, maka dihitung effect size (f2). Dari hasil pengolahan data diketahui
bahwa tanpa struktur organisasi, pengaruh ketidakpastian lingkungan dan
kompetensi pengguna sistem informasi terhadap kualitas sistem informasi
akuntansi manajemen adalah sebesar 0,586, effect size (f2) struktur organisasi
dihitung sebagai berikut :
Dari perhitungan diatas, diperoleh nilai effect size (f2) struktur organisasi
sebesar 0,196. Karena nilai effect size (f2) lebih besar dari 0,150 dan lebih kecil
dari 0,350 (0,150 < 0,196 < 0,35), maka dikatakan bahwa struktur organisasi
memberikan pengaruh yang sedang/moderat terhadap kualitas sistem informasi
akuntansi manajemen (Hair, et al, 2014: 186).
194
4.1.4.2.3 Pengaruh Kompetensi Pengguna Sistem Informasi Terhadap
Kualitas Sistem Informasi Akuntansi Manajemen
Kompetensi pengguna sistem informasi dihipotesiskan mempengaruhi
kualitas sistem informasi akuntansi manajemen. Berikut disajikan hasil uji
signifikansi dari hipotesis tersebut melalui hipotesis statistik sebagai berikut :
Ho : 1.3 = 0 : Kompetensi pengguna sistem informasi tidak berpengaruh
terhadap kualitas sistem informasi akuntansi manajemen.
Ha : 1.3 0 : Kompetensi pengguna sistem informasi berpengaruh terhadap
kualitas sistem informasi akuntansi manajemen.
Statistik uji yang digunakan adalah :
Kriteria uji : Terima Ho jika T-Statistics lebih kecil dari T-Table. Hasil uji
signifikansi pengaruh kompetensi pengguna sistem informasi terhadap kualitas
sistem informasi akuntansi manajemen disajikan pada Tabel 4.41 berikut :
Tabel 4.41
Hasil Pengujian Pengaruh Kompetensi Pengguna Sistem
Informasi TerhadapKualitas Sistem Informasi Akuntansi Manajemen
Koefisien Jalur
T-Statistics
T-Table
Ho
Ha
0,260
4,462
1,96
Ditolak
Diterima
Sumber : Hasil pengolahan data
Tabel 4.41 menunjukkan bahwa nilai t-Statistics variabel kompetensi
pengguna sistem informasi (4,462) lebih besar dibanding t-Table (1,96). Karena
195
nilai t-Statistics lebih besar dibanding t-Table, maka pada tingkat kekeliruan 5% (lima
persen) diputuskan untuk menolak Ho dan menerima Ha. Jadi berdasarkan hasil
pengujian ini dapat disimpulkan bahwa kompetensi pengguna sistem informasi
berpengaruh signifikan terhadap kualitas sistem informasi akuntansi manajemen
pada unit-unit fungsional di perusahaan-perusahaan BUMN. Hasil pengujian ini
menyediakan bukti empiris bahwa semakin tinggi kompetensi pengguna sistem
informasi akan meningkatkan kualitas sistem informasi akuntansi manajemen, dan
sebaliknya. Hal ini disebabkan arah koefisien jalur yang positif (+).
Tabel 4.38 menunjukan bahwa secara langsung pengaruh kompetensi
pengguna sistem informasi terhadap kualitas sistem informasi akuntansi
manajemen adalah 6,76%. Kemudian secara tidak langsung karena hubungannya
dengan 2 (dua) variabel eksogen lainnya memberikan pengaruh sebesar 9,16%
sehingga total pengaruh kompetensi pengguna sistem informasi adalah 15,92%.
Untuk mengetahui tingkat (kategori) pengaruh kompetensi pengguna sistem
informasi terhadap kualitas sistem informasi akuntansi manajemen, maka dihitung
effect size (f2). Dari hasil pengolahan data diketahui bahwa tanpa kompetensi
pengguna sistem informasi, pengaruh ketidakpastian lingkungan dan struktur
organisasi terhadap kualitas sistem informasi akuntansi manajemen adalah sebesar
0,608, effect size (f2) struktur organisasi dihitung sebagai berikut :
196
Dari perhitungan diatas, diperoleh nilai effect size (f2) kompetensi
pengguna sistem informasi sebesar 0,130. Karena nilai effect size (f2) lebih kecil
dari 0,15 (0,130 < 0,15), maka dikatakan bahwa kompetensi pengguna sistem
informasi memberikan pengaruh yang lemah/kecil terhadap kualitas sistem
informasi akuntansi manajemen (Hair, et al, 2014: 186).
4.1.4.2.4 Pengaruh Kualitas Sistem Informasi Akuntansi Manajemen
Terhadap Kualitas Sistem Informasi Akuntansi Manajemen
Kualitas sistem informasi akuntansi manajemen dihipotesiskan
mempengaruhi kualitas informasi akuntansi manajemen. Berikut disajikan hasil
uji signifikansi dari hipotesis tersebut melalui hipotesis statistik sebagai berikut :
Ho : β2.1= 0 : Kualitas sistem informasi akuntansi manajemen tidak
berpengaruh terhadap kualitas informasi akuntansi
manajemen.
Ha : β2.1 0 : Kualitas sistem informasi akuntansi manajemen berpengaruh
terhadap kualitas informasi akuntansi manajemen.
Statistik uji yang digunakan adalah :
Kriteria uji : Terima Ho jika T-Statistics lebih kecil dari T-Table. Hasil uji
signifikansi pengaruh struktur organisasi terhadap kualitas sistem informasi
akuntansi manajemen disajikan pada Tabel 4.42 berikut :
197
Tabel 4.42
Hasil Pengujian Pengaruh Kualitas Sistem Informasi Akuntansi
Manajemen TerhadapKualitas Informasi Akuntansi Manajemen
Koefisien Jalur
T-Statistics
T-Table
Ho
Ha
0,764
15,362
1,96
Ditolak
Diterima
Sumber : Hasil pengolahan data
Tabel 4.42 menunjukan bahwa nilai t-Statistics variabel kualitas sistem
informasi akuntansi manajemen (15,362) lebih besar dibanding t-Table (1,96).
Karena nilai t-Statistics lebih besar dibanding t-Table, maka pada tingkat kekeliruan
5% (lima persen) diputuskan untuk menolak Ho dan menerima Ha. Jadi
berdasarkan hasil pengujian ini dapat disimpulkan bahwa kualitas sistem
informasi akuntansi manajemen berpengaruh signifikan terhadap kualitas
informasi akuntansi manajemen pada unit-unit fungsional di perusahaan-
perusahaan BUMN. Hasil pengujian ini menyediakan bukti empiris bahwa
semakin tinggi kualitas sistem informasi akuntansi manajemen akan
meningkatkan kualitas informasi akuntansi manajemen, dan sebaliknya. Hal ini
disebabkan arah koefisien jalur yang positif (+).
Kualitas sistem informasi akuntansi manajemen memberikan pengaruh
sebesar 58,40% terhadap kualitas informasi akuntansi manajemen, sedangkan
sisanya sebesar 41,60% merupakan pengaruh faktor lain yang tidak diteliti dalam
penelitian ini.
198
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pengaruh Ketidakpastian Lingkungan Terhadap Kualitas Sistem
Informasi Akuntansi Manajemen
Hasil pengujian hipotesis tentang pengaruh ketidakpastian lingkungan
terhadap kualitas sistem informasi akuntansi manajemen menunjukkan bahwa
nilai t-Statistics yang lebih besar daripada t-Table yaitu 6,949 > 1,96, maka pada
tingkat kekeliruan 5% diputuskan untuk menolak Ho dan menerima Ha. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa ketidakpastian lingkungan berpengaruh
signifikan terhadap kualitas sistem informasi akuntansi manajemen. Hasil
penelitian ini memberikan bukti secara empiris bahwa semakin baik kemampuan
para manajer dalam memahami dan memprediksi pengaruh dari kompleksitas dan
perubahan lingkungan yang dihadapi akan meningkatkan kualitas sistem
informasi akuntansi manajemen. Dengan kata lain dapat diartikan bahwa kualitas
sistem informasi akuntansi manajemen dapat ditingkatkan jika para manajer
mampu memahami dan memprediksi pengaruh dari kompleksitas dan perubahan
lingkungan yang dihadapinya secara lebih baik.
Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Eldenburg, et al. (2011: 7)
yang menyatakan bahwa lingkungan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi kualitas sistem informasi akuntansi manajemen. Begitu juga
dengan Weetman (2010: 5) yang menyatakan bahwa kualitas sistem informasi
akuntansi manajemen dipengaruhi oleh lingkungan serta Atrill & McLaney (2009:
33) yang menyatakan bahwa kualitas sistem informasi akuntansi manajemen
dipengaruhi oleh perubahan-perubahan yang terjadi pada lingkungan.
199
Hasil penelitian ini juga menegaskan pendapat Drury (2012: 4) dan
Azhar Susanto (2013: 29) bahwa lingkungan memberikan pengaruh yang kuat dan
signifikan terhadap kualitas sistem informasi akuntansi manajemen. Disamping
itu, hasil penelitian ini juga membuktikan bahwa kualitas sistem informasi
akuntansi manajemen harus dirancang guna menghadapi kondisi lingkungan yang
dicirikan oleh ketidakpastian (Coombs, et al., 2005: 15)
Bukti empiris tentang pengaruh ketidakpastian lingkungan terhadap
kualitas sistem informasi akuntansi manajemen pada unit-unit fungsional di
perusahaan-perusahaan BUMN yang diperoleh dari hasil penelitian ini
mengkonfirmasi hasil penelitian-penelitian sebelumnya yang telah dilakukan pada
berbagai setting industri di berbagai negara, seperti penelitian yang dilakukan oleh
Gordon & Narayanan (1984) di USA, Chenhall & Morris (1986) di Australia, Gul
& Chia (1994) di Singapura, Chong & Chong (1997) di Australia, Agbejule
(2005) di Finlandia, Strumickas & Valenciene (2010) di Lithuania, Chiou (2011)
di Taiwan, Hammad, et al. (2013) di Iran, Hoque (2014) di Australia, dan
Ghazemi, et al. (2015: 577) di Iran.
Ketidakpastian lingkungan yang dihadapi para manajer yang bekerja
pada unit-unit fungsional di perusahaan-perusahaan BUMN memberikan
pengaruh sebesar 26,22% terhadap kualitas sistem informasi akuntansi
manajemen yang digunakan pada unit-unit fungsional di perusahaan-perusahaan
BUMN tersebut, artinya 26,22% kualitas sistem informasi akuntansi manajemen
disebabkan atau dapat dijelaskan oleh ketidakpastian lingkungan. Jika
dibandingkan dengan 2 (dua) variabel eksogen lainnya (struktur organisasi dan
200
kompetensi pengguna sistem informasi), ketidakpastian lingkungan memberikan
pengaruh paling besar (dominan) yaitu sebesar 26,22% terhadap kualitas sistem
informasi akuntansi manajemen dibanding struktur organisasi (23,16%) dan
kompetensi pengguna sistem informasi (15,92%). Dilihat dari effect size (f2)
sebesar 0,254 menunjukkan bahwa ketidakpastian lingkungan memiliki pengaruh
yang sedang/moderat terhadap kualitas sistem informasi akuntansi manajemen
pada unit-unit fungsional di perusahaan-perusahaan BUMN. Moderatnya
pengaruh ketidakpastian lingkungan terhadap kualitas sistem informasi akuntansi
manajemen dapat dijelaskan dari deskripsi hasil penelitian.
Berdasarkan fakta di lapangan yang diperoleh dari tanggapan responden
melalui kuisioner penelitian, diperoleh skor rata-rata tanggapan responden
terhadap variabel ketidakpastian lingkungan sebesar 3,58 dan berada pada
kategori “cukup”. Jika dibandingkan dengan skor ideal, ditemukan senjangan
(gap) sebesar 1,42 atau ekuivalen dengan 28,46%. Senjangan (gap) ini
mengindikasikan adanya masalah pada kemampuan manajer dalam memahami
dan memprediksi pengaruh dari kompleksitas lingkungan dan perubahan
lingkungan yang dihadapinya terkait indikator-indikator yang diteliti.
Dilihat dari skor rata-rata tanggapan responden berdasarkan dimensi,
untuk dimensi kompleksitas lingkungan diperoleh skor rata-rata sebesar 3,63 dan
berada pada kategori “cukup”. Jika dibandingkan dengan skor ideal, ditemukan
senjangan (gap) sebesar 1,37 atau ekuivalen dengan 27,40%. Senjangan (gap) ini
mengindikasikan sekitar 27,40% pengaruh dari kompleksitas lingkungan yang
bersumber dari kompleksitas pelanggan, kompleksitas pemasok dan kompleksitas
201
pemerintah tidak dapat dipahami dan diprediksi dengan baik oleh para manajer
yang bekerja pada unit-unit fungsional di perusahaan-perusahaan BUMN.
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa responden, senjangan (gap) ini
terutama ditemukan pada perusahaan-perusahaan BUMN dengan skala usaha
yang besar dengan jumlah pelanggan yang banyak, jumlah pemasok yang banyak
dan banyaknya lembaga pemerintah yang menetapkan kebijakan dan regulasi atas
aktivitas operasinya.
Permasalahan pada dimensi kompleksitas lingkungan ini menyebabkan
50 unit fungsional di perusahaan-perusahaan BUMN (26,32%) belum memiliki
sistem informasi akuntansi manajemen yang dilengkapi dengan fasilitas/fitur yang
mudah disesuaikan perubahan (penambahan atau pengurangan) status
pelanggan/nasabah, 56 unit fungsional di perusahaan-perusahaan BUMN
(29,47%) belum memiliki sistem informasi akuntansi manajemen yang dilengkapi
dengan fasilitas/fitur yang mudah disesuaikan perubahan (penambahan atau
pengurangan) status pemasok/vendor, dan 70 unit fungsional di perusahaan-
perusahaan BUMN (36,84%) belum memiliki sistem informasi akuntansi
manajemen yang dilengkapi dengan fasilitas/fitur yang mudah disesuaikan dengan
perubahan regulasi atau peraturan yang ditetapkan oleh berbagai kembaga/instansi
pemerintah.
Untuk dimensi perubahan lingkungan diperoleh tanggapan responden
dengan skor rata-rata sebesar 3,50 dan berada pada kategori “cukup”. Jika
dibandingkan dengan skor ideal, ditemukan senjangan (gap) sebesar 1,50 atau
ekuivalen dengan 30,05%. Senjangan (gap) ini mengindikasikan sekitar 30,05%
202
pengaruh dari perubahan lingkungan yang bersumber dari perubahan kondisi
ekonomi dan perubahan teknologi tidak dapat dipahami dan diprediksi dengan
baik oleh para manajer yang bekerja pada unit-unit fungsional di perusahaan-
perusahaan BUMN. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa responden,
senjangan (gap) ini terutama ditemukan pada perusahaan-perusahaan BUMN
yang banyak melakukan transaksi dalam valuta asing terutama US Dollar dan
perusahaan-perusahaan yang sensitif terhadap perubahan teknologi. Permasalahan
pada perubahan lingkungan ini menyebabkan 70 unit fungsional di perusahaan-
perusahaan BUMN (36,84%) belum memiliki sistem informasi akuntansi
manajemen yang dilengkapi dengan fasilitas/fitur yang mudah disesuaikan dengan
perubahan kondisi ekonomi dan 84 unit fungsional di perusahaan-perusahaan
BUMN (44,21%) belum memiliki sistem informasi akuntansi manajemen yang
dilengkapi dengan fasilitas/fitur yang mudah disesuaikan dengan perubahan
teknologi.
Jika dilihat berdasarkan dimensi dari variabel ketidakpastian lingkungan
yang diteliti, ditemukan bahwa dimensi kompleksitas lingkungan merupakan
dimensi yang paling dominan terhadap variabel ketidakpastian lingkungan
dibanding dimensi perubahan lingkungan. Hal ini terlihat dari loading factor dan
koefesien determinasi (R2) dimensi kompleksitas lingkungan (0,964 dan 0,929)
lebih besar dibanding loading factor dan koefesien determinasi (R2) dimensi
perubahan lingkungan (0,915 dan 0,837). Dengan demikian maka dapat dikatakan
bahwa dimensi dari variabel ketidakpastian lingkungan yang memberikan
203
pengaruh paling besar (dominan) terhadap kualitas sistem informasi akuntansi
manajemen dalam penelitian ini adalah dimensi kompleksitas lingkungan.
Semua permasalahan/senjangan (gap) yang dikemukakan diatas, baik
yang ditemukan pada dimensi kompleksitas lingkungan maupun dimensi
perubahan lingkungan semestinya mendapatkan perhatian dari para pimpinan
perusahaan-perusahaan BUMN untuk dilakukan upaya perbaikan, terutama yang
terkait dengan kemajuan teknologi informasi yang berdampak pada proses bisnis
seperti maraknya e-business dan e-commerce. Upaya yang dapat dilakukan adalah
mendorong para manajer untuk memberikan “perhatian yang lebih” terhadap
lingkungan melalui aktivitas environmental scanning secara aktif, terutama yang
terkait dengan kompleksitas lingkungan (pelanggan, pemasok, pemerintah) dan
yang terkait dengan perubahan lingkungan (perekonomian dan teknologi).
Hasil environmental scanning ini kemudian disosialisasikan kepada para
manajer di semua tingkatan. Upaya ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
para manajer dalam memahami dan memprediksi dengan baik pengaruh dari
kompleksitas lingkungan dan perubahan lingkungan yang dihadapinya.
Dalam kaitannya dengan sistem informasi akuntansi manajemen, hasil
environmental scanning tersebut harus diakomodir dalam pengembangan
selanjutnya dari sistem informasi akuntansi manajemen sehingga sistem informasi
akuntansi manajemen yang digunakan dapat dilengkapi dengan fasilitas atau fitur
yang mudah disesuaikan dengan setiap pengaruh yang yang ditimbukan baik oleh
kompleksitas lingkungan (pelanggan, pemasok, pemerintah) maupun oleh
perubahan lingkungan (ekonomi dan teknologi).
204
Tujuan akhir yang ingin dicapai adalah meningkatkan kualitas sistem
informasi akuntansi manajemen yang digunakan pada unit-unit fungsional di
perusahaan-perusahaan BUMN yang pada gilirannya diharapkan dapat
meningkatkan kualitas informasi akuntansi manajemen yang dibutuhkan para
manajer pada unit-unit fungsional dalam menjalankan fungsinya mulai dari
perencanaan hingga pengambilan keputusan.
Berdasarkan uraian diatas, hasil penelitian ini memberikan bukti secara
empiris tentang pengaruh ketidakpastian lingkungan terhadap kualitas sistem
informasi akuntansi manajemen. Hasil penelitian ini juga telah menjawab
fenomena belum berkualitasnya sistem informasi akuntansi manajemen pada unit-
unit fungsional di perusahaan-perusahaan BUMN disebabkan belum optimalnya
kemampuan para manajer unit-unit fungsional di perusahaan-perusahaan BUMN
dalam memahami dan memprediksi dengan baik pengaruh dari kompleksitas
lingkungan (pelanggan, pemasok, dan pemerintah) dan perubahan lingkungan
(ekonomi dan tekonologi) yang dihadapinya.
4.2.2 Pengaruh Struktur Organisasi Terhadap Kualitas Sistem Informasi
Akuntansi Manajemen
Hasil pengujian hipotesis tentang pengaruh struktur organisasi terhadap
kualitas sistem informasi akuntansi manajemen menunjukkan bahwa nilai t-Statistics
yang lebih besar daripada t-Table yaitu 5,481 > 1,96, maka pada tingkat kekeliruan
5% diputuskan untuk menolak Ho dan menerima Ha. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa struktur organisasi berpengaruh signifikan terhadap kualitas
205
sistem informasi akuntansi manajemen. Hasil penelitian ini memberikan bukti
secara empiris bahwa semakin baik perusahaan menata tugas (pekerjaan),
tanggung jawab dan kewenangan yang tercermin melalui struktur organisasi yang
diterapkan akan meningkatkan kualitas sistem informasi akuntansi manajemen.
Dengan kata lain dapat diartikan bahwa kualitas sistem informasi akuntansi
manajemen dapat ditingkatkan jika perusahaan mampu menata tugas (pekerjaan),
tanggung jawab dan kewenangan secara lebih baik.
Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Eldenburg, et al. (2011: 7)
yang menyatakan bahwa struktur organisasi merupakan faktor utama yang
mempengaruhi kualitas sistem informasi akuntansi manajemen, Riahi-Belkaoui
(2002: 140) yang menyatakan bahwa kualitas sistem informasi akuntansi
manajemen dipengaruhi oleh struktur organisasi, serta Emmanuel, et al. (1990:
38) yang menyatakan bahwa kualitas sistem informasi akuntansi manajemen
terbukti dipengaruhi oleh struktur organisasi.
Hasil penelitian ini juga menegaskan pendapat para ahli yang
menyatakan bahwa struktur organisasi merupakan faktor fundamental yang harus
dipertimbangkan dalam merancang sistem informasi akuntansi manajemen
(Clarke, 2001: 131; Kendall & Kendal, 2011: 46; Laudon & Laudon, 2016: 125).
Bukti empiris tentang pengaruh struktur organisasi terhadap kualitas
sistem informasi akuntansi manajemen pada unit-unit fungsional di perusahaan-
perusahaan BUMN yang diperoleh dari hasil penelitian ini mengkonfirmasi hasil
penelitian-penelitian sebelumnya yang telah dilakukan pada berbagai setting
industri di berbagai negara, seperti penelitian yang dilakukan oleh Gordon &
206
Narayanan (1984) di USA, Chenhall & Morris (1986) di Australia, Gul & Chia
(1994) di Singapura, Moore & Yuen (2001) di Australia, Cassia, et al. (2005) di
Italia, Soobaroyen & Poorundersing (2008) di Mauritius, Strumickas &
Valenciene (2010) di Lithuania serta Hammad, et al. (2013) di Iran.
Struktur organisasi yang diterapkan pada unit-unit fungsional di
perusahaan-perusahaan BUMN memberikan pengaruh sebesar 23,16% terhadap
kualitas sistem informasi akuntansi manajemen yang digunakan pada unit-unit
fungsional di perusahaan-perusahaan BUMN tersebut, artinya 23,16% kualitas
sistem informasi akuntansi manajemen disebabkan atau dapat dijelaskan oleh
struktur organisasi. Jika dibandingkan dengan 2 (dua) variabel eksogen lainnya
(ketidapastian lingkungan dan kompetensi pengguna sistem informasi), struktur
organisasi memberikan pengaruh paling besar (dominan) kedua yaitu sebesar
23,16% terhadap kualitas sistem informasi akuntansi manajemen dibanding
ketidakpastian lingkungan (26,22%) dan kompetensi pengguna sistem informasi
(15,92%). Dilihat dari effect size (f2) sebesar 0,196 menunjukkan bahwa struktur
organisasi memiliki pengaruh yang sedang/moderat terhadap kualitas sistem
informasi akuntansi manajemen pada unit-unit fungsional pada perusahaan-
perusahaan BUMN. Moderatnya pengaruh struktur organisasi terhadap kualitas
sistem informasi akuntansi manajemen dapat dijelaskan dari deskripsi hasil
penelitian.
Berdasarkan fakta dilapangan yang diperoleh dari tanggapan responden
melalui kuisioner penelitian, diperoleh skor rata-rata tanggapan responden
(manajer) terhadap struktur organisasi sebesar 3,74 dan berada pada kategori
207
“cukup”. Jika dibandingkan dengan skor ideal, ditemukan senjangan (gap)
sebesar 1,26 atau ekuivalen dengan 25,16%. Senjangan (gap) ini mengindikasikan
adanya masalah pada struktur organisasi yang diterapkan pada unit-unit
fungsional di perusahaan-perusahaan BUMN terkait dengan dimensi dan indikator
yang diteliti.
Dilihat dari skor rata-rata tanggapan responden berdasarkan dimensi,
untuk dimensi departementalisasi diperoleh skor rata-rata sebesar 3,67 dan berada
pada kategori “cukup”. Jika dibandingkan dengan skor ideal, ditemukan
senjangan (gap) sebesar 1,33 atau ekuivalen dengan 26,63%. Senjangan (gap) ini
mengindikasikan sekitar 26,63% tugas/pekerjaan, tanggung jawab dan
kewenangan yang ada pada unit-unit fungsional di perusahaan-perusahaan BUMN
belum dikelompokkan (grouping) ke dalam kelompok yang tepat dan belum dapat
dikoordinasikan dengan baik. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa
responden, senjangan (gap) ini terutama ditemukan pada perusahaan-perusahaan
BUMN dengan skala usaha yang besar dan dengan tugas/pekerjaan yang
kompleks. Permasalahan pada dimensi departementalisasi ini menyebabkan 55
unit fungsional di perusahaan-perusahaan BUMN (28,95%) belum memiliki
sistem informasi akuntansi manajemen yang dilengkapi dengan fasilitas/fitur yang
mampu menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh dan/atau tentang masing-
masing unit-unit fungsional yang ada di perusahaan-perusahaan BUMN sesuai
dengan struktur organisasi yang berlaku dan 76 unit fungsional di perusahaan-
perusahaan BUMN (46,78%) belum memiliki sistem informasi akuntansi
manajemen yang dilengkapi dengan fasilitas/fitur yang mampu mendukung
208
koordinasi tugas/pekerjaan intra dan antar unit-unit fungsional di perusahaan-
perusahaan BUMN secara optimal.
Untuk dimensi rentang kendali diperoleh tanggapan responden dengan
skor rata-rata sebesar 3,44 dan berada pada kategori “cukup”. Jika dibandingkan
dengan skor ideal, ditemukan senjangan (gap) sebesar 1,56 atau ekuivalen
31,16%. Senjangan (gap) ini mengindikasikan sekitar 31,16% pelaksanaan
tugas/pekerjaan, tanggung jawab dan kewenangan pada unit-unit fungsional di
perusahaan-perusahaan BUMN belum dapat diawasi dengan baik oleh atasan
langsung dan belum dapat dilaporkan dengan baik oleh bawahan kepada atasan
langsung. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa responden, gap ini
terutama ditemukan pada perusahaan-perusahaan BUMN dengan skala usaha
yang besar dengan tugas/pekerjaan yang kompleks dan para manajer memiliki
bawahan dalam jumlah yang banyak. Permasalahan pada dimensi rentang kendali
ini menyebabkan 103 unit fungsional di perusahaan-perusahaan BUMN (54,21%)
belum memiliki sistem informasi akuntansi manajemen yang dilengkapi dengan
fasilitas/fitur yang mampu memudahkan manajer memantau pelaksanaan
tugas/pekerjaan bawahan yang berada dibawah pengawasan langsung setiap saat
diperlukan dan 92 unit fungsional di perusahaan-perusahaan BUMN (48,42%)
belum memiliki sistem informasi akuntansi manajemen yang dilengkapi dengan
fasilitas/fitur yang mampu memudahkan manajer melaporkan pelaksanaan tugas
kepada atasan langsung setiap saat diperlukan.
Untuk dimensi formalisasi diperoleh tanggapan responden dengan skor
rata-rata sebesar 4,12 dan berada pada kategori “baik”. Ini berarti bahwa sebagian
209
besar (82,32%) pelaksanaan tugas/pekerjaan, tanggung jawab dan kewenangan
pada unit-unit fungsional di perusahaan-perusahaan BUMN sudah distandarisasi
melalui prosedur formal dan peraturan formal yang ditetapkan oleh pihak
berwenang dalam perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh fakta bahwa sebanyak 148
unit fungsional di perusahaan-perusahaan BUMN (77,89%) telah melakukan
standarisasi pengoperasian sistem informasi akuntansi manajemen berdasarkan
prosedur operasi standar (SOP) yang ditetapkan secara formal oleh pihak yang
berwenang dan 152 unit fungsional di perusahaan-perusahaan BUMN (80,00%)
telah melakukan standarisasi terhadap kewenangan pengoperasian sistem
informasi akuntansi manajemen melalui peraturan formal yang ditetapkan oleh
pihak yang berwenang.
Meskipun demikian, jika dibandingkan dengan skor ideal, masih
ditemukan senjangan (gap) sebesar 0,88 atau ekuivalen dengan 17,68%.
Senjangan (gap) ini mengindikasikan sekitar 17,68% pelaksanaan
tugas/pekerjaan, tanggung jawab dan kewenangan di perusahaan-perusahaan
BUMN belum distandarisasi melalui prosedur dan peraturan formal yang
ditetapkan oleh pihak yang berwenang dalam perusahaan. Berdasarkan hasil
wawancara dengan beberapa responden, senjangan (gap) ini terutama ditemukan
pada perusahaan-perusahaan BUMN dengan skala usaha yang relatif kecil dengan
tugas (pekerjaan) yang tidak begitu kompleks. Permasalahan pada dimensi
formalisasi ini menyebabkan pengoperasian sistem informasi akuntansi
manajemen pada 42 unit fungsional pada perusahaan-perusahaan BUMN
(22,11%) belum distandarisasi melalui prosedur operasi standar (SOP) yang
210
ditetapkan secara formal oleh yang pihak yang berwenang dan kewenangan untuk
mengoperasikan sistem informasi akuntansi manajemen pada 38 unit fungsional
di perusahaan-perusahaan BUMN (20,00%) belum distandarisasi melalui
peraturan formal yang ditetapkan oleh pihak yang berwenang.
Jika dilihat berdasarkan dimensi dari variabel struktur organisasi yang
diteliti, ditemukan bahwa dimensi departementalisasi merupakan dimensi yang
paling dominan terhadap struktur organisasi dibanding dimensi rentang kendali
dan formalisasi. Hal ini terlihat dari loading factor dan koefesien determinasi (R2)
dimensi depatementalisasi (0,880 dan 0,775) lebih besar dibanding loading factor
dan koefesien determinasi (R2) : dimensi rentang kendali (0,797 dan 0,636) dan
dimensi formalisasi (0,707 dan 0,500). Dengan demikian maka dapat dikatakan
bahwa dimensi dari variabel struktur organisasi yang memberikan pengaruh
paling besar (dominan) terhadap kualitas sistem informasi akuntansi manajemen
dalam penelitian ini adalah dimensi departementalisasi.
Semua permasalahan/senjangan (gap) yang dikemukakan diatas, baik
yang ditemukan pada dimensi departementalisasi, rentang kendali dan formalisasi
semestinya mendapatkan perhatian dari para pimpinan perusahaan-perusahaan
BUMN untuk dilakukan upaya perbaikan. Upaya yang dapat dilakukan adalah
secara cermat melakukan pemetaan ulang (remapping) terhadap semua
tugas/pekerjaan, tanggung jawab dan kewenangan yang dalam organisasi
berdasarkan jenis dan karakteristiknya masing-masing.
Berdasarkan hasil pemetaan ulang (remapping) tersebut, kemudian
dilakukan pengelompokan ulang (regrouping) terhadap tugas/pekerjaan, tanggung
211
jawab dan kewenangan berdasarkan jenis dan karakteristik yang sama, dan
kemudian ditindaklanjuti dengan standarisasi pelaksanaan tugas/pekerjaan,
tanggung jawab dan kewenangan melalui berbagai prosedur dan peraturan formal
yang ditetapkan oleh pihak yang berwenang dalam perusahaan. Hasil yang ingin
dicapai dari aktivitas pemetaan ulang dan pengelompokan ulang tersebut supaya
tugas/pekerjaan, tanggung jawab dan kewenangan yang ada dalam perusahaan
dapat dikelompokkan, dikoordinasikan, diawasi dan dilaporkan, serta
distandarisasi dengan baik.
Dalam kaitannya dengan sistem informasi akuntansi manajemen, hasil-
hasil yang diperoleh dari aktivitas pemetaan ulang (remapping) dan
pengelompokkan ulang (regrouping) tersebut harus diakomodir dalam
pengembangan selanjutnya dari sistem informasi akuntansi manajemen sehingga
sistem informasi akuntansi manajemen yang digunakan dapat dilengkapi dengan :
fasilitas atau fitur yang mampu menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh
dan/atau tentang masing-masing unit-unit fungsional, fasilitas/fitur yang mampu
mendukung koordinasi pelaksaan tugas, fasilitas/fitur yang mampu memudahkan
pengawasan dan pelaporan pelaksanaan tugas/pekerjaan, tanggung jawab dan
kewenangan serta prosedur formal dan peraturan formal yang terkait dengan
pengoperasiannya.
Tujuan akhir yang ingin dicapai adalah meningkatkan kualitas sistem
informasi akuntansi manajemen yang digunakan pada unit-unit fungsional di
perusahaan-perusahaan BUMN yang pada gilirannya diharapkan dapat
meningkatkan kualitas informasi akuntansi manajemen yang dibutuhkan para
212
manajer pada unit-unit fungsional di perusahaan-perusahaan BUMN dalam
menjalankan fungsinya mulai dari perencanaan hingga pengambilan keputusan.
Berdasarkan uraian diatas, hasil penelitian ini memberikan bukti secara
empiris tentang pengaruh struktur organisasi terhadap kualitas sistem informasi
akuntansi manajemen. Hasil penelitian ini juga telah menjawab fenomena belum
berkualitasnya sistem informasi akuntansi manajemen pada unit-unit fungsional di
perusahaan-perusahaan BUMN disebabkan belum efektifnya struktur organisasi
yang diterapkan pada unit-unit fungsional di perusahaan-perusahaan BUMN
tersebut.
4.2.3 Pengaruh Kompetensi Pengguna Sistem Informasi Terhadap
Kualitas Sistem Informasi Akuntansi Manajemen
Hasil pengujian hipotesis tentang pengaruh kompetensi pengguna sistem
informasi terhadap kualitas sistem informasi akuntansi manajemen menunjukkan
bahwa nilai t-Statistics yang lebih besar daripada t-Table yaitu 4,462 > 1,96, maka
pada tingkat kekeliruan 5% diputuskan untuk menolak Ho dan menerima Ha.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kompetensi pengguna sistem
informasi berpengaruh signifikan terhadap kualitas sistem informasi akuntansi
manajemen. Hasil penelitian ini memberikan bukti secara empiris bahwa semakin
tinggi kompetensi pengguna sistem informasi akan meningkatkan kualitas sistem
informasi akuntansi manajemen. Dengan kata lain dapat diartikan bahwa kualitas
sistem informasi akuntansi manajemen dapat ditingkatkan jika kompetensi para
213
manajer sebagai pengguna sistem informasi dapat ditingkatkan baik yang terkait
dengan pengetahuan maupun keterampilan.
Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Riahi-Belkaoui (2002: xi)
yang menyatakan bahwa kompetensi pengguna sistem informasi akuntansi
manajemen berkontribusi terhadap kualitas sistem informasi akuntansi
manajemen. Hasil penelitian ini menegaskan pendapat Hall (2011: 10) dan
Romney & Steinbart (2015: 36) yang menyatakan bahwa kompetensi pengguna
sistem informasi merupakan elemen/komponen penting dari sistem informasi
akuntansi manajemen. Dan suatu sistem informasi akuntansi manajemen tidak
dapat memberikan manfaat bagi organisasi jika para penggunanya gagal untuk
mengkontribusikan kompetensi mereka dalam mengimplementasikan sistem
informasi akuntansi manajemen tersebut (O’Brien & Marakas, 2010: 69).
Bukti empiris tentang pengaruh kompetensi pengguna sistem informasi
terhadap kualitas sistem informasi akuntansi manajemen pada unit-unit fungsional
di perusahaan-perusahaan BUMN yang diperoleh dari hasil penelitian ini
mengkonfirmasi hasil penelitian-penelitian sebelumnya yang telah dilakukan pada
berbagai setting industri di berbagai negara, seperti penelitian yang dilakukan oleh
Al-Adaileh (2009) di Yordania, Kassbol, et al. (2010) di Malawi, Baydokhti, et al.
(2011) di Iran, Daoud & Triki (2013) di Tunisia, Madapusi & Ortiz (2014) di
India, Ilham Hidayah Napitupulu (2015) di Indonesia, dan Lesi Hertati &
Wahyudin Zarkasyi (2015) di Indonesia.
Kompetensi pengguna sistem informasi yang dimiliki oleh para manajer
yang bekerja pada unit-unit fungsional di perusahaan-perusahaan BUMN
214
memberikan pengaruh sebesar 15,92% terhadap kualitas sistem informasi
akuntansi manajemen yang digunakan pada unit-unit fungsional di perusahaan-
perusahaan BUMN tersebut, artinya 15,92% kualitas sistem informasi akuntansi
manajemen disebabkan atau dapat dijelaskan oleh kompetensi pengguna sistem
informasi. Jika dibandingkan dengan 2 (dua) variabel eksogen lainnya
(ketidakpastian lingkungan dan struktur organisasi), variabel kompetensi
pengguna sistem informasi memberikan pengaruh paling kecil (lemah) yaitu
sebesar 15,92% terhadap kualitas sistem informasi akuntansi manajemen
dibanding variabel ketidakpastian lingkungan (26,22%) dan variabel struktur
organisasi (23,16%). Dilihat dari effect size (f2) sebesar 0,130 menunjukkan
bahwa kompetensi pengguna sistem informasi memiliki pengaruh yang
lemah/kecil terhadap kualitas sistem informasi akuntansi manajemen pada unit-
unit fungsional di perusahaan-perusahaan BUMN. Lemahnya pengaruh
kompetensi pengguna sistem informasi ini terhadap kualitas sistem informasi
akuntansi manajemen dapat dijelaskan dari deskripsi hasil penelitian.
Berdasarkan fakta di lapangan yang diperoleh dari tanggapan responden
melalui kuisioner penelitian, diperoleh skor rata-rata tanggapan responden
(manajer) terhadap kompetensi pengguna sistem informasi sebesar 3,58 dan
berada pada kategori “cukup”. Jika dibandingkan dengan skor ideal, ditemukan
senjangan (gap) sebesar 1,42 atau ekuivalen dengan 28,50%. Senjangan (gap) ini
mengindikasikan adanya masalah pada kompetensi pengguna sistem informasi
yang dimiliki oleh para manajer yang bekerja pada unit-unit fungsional di
perusahaan-perusahaan BUMN terkait dengan dimensi dan indikator yang diteliti.
215
Dilihat dari skor rata-rata tanggapan responden berdasarkan dimensi,
untuk dimensi pengetahuan diperoleh skor rata-rata sebesar 3,60 dan berada pada
kategori “cukup”. Jika dibandingkan dengan skor ideal, ditemukan senjangan
(gap) sebesar 1,40 atau ekuivalen dengan 28,05%. Senjangan (gap) ini
mengindikasikan sekitar 28,05% pengetahuan yang saat ini dimiliki oleh para
manajer belum sesuai dengan pengetahuan yang seharusnya mereka miliki, baik
yang terkait dengan indikator pendidikan maupun indikator pengalaman kerja.
Permasalahan pada dimensi pengetahuan ini menyebabkan 77 unit fungsional di
perusahaan-perusahaan BUMN (40,53%) memiliki manajer dengan latar belakang
pendidikan yang belum sesuai dengan latar belakang pendidikan yang seharusnya
mereka miliki dan 74 unit fungsional di perusahaan-perusahaan BUMN (38,95%)
memiliki manajer dengan latar belakang pengalaman kerja yang belum sesuai
dengan latar belakang pengalaman kerja yang seharusnya mereka miliki.
Untuk dimensi keterampilan diperoleh tanggapan responden dengan skor
rata-rata sebesar 3,55 dan berada pada kategori “cukup”. Jika dibandingkan
dengan skor ideal, ditemukan senjangan (gap) sebesar 1,45 atau ekuivalen dengan
28,95%. Senjangan (gap) ini mengindikasikan sekitar 28,95% keterampilan yang
saat ini dimiliki oleh para manajer belum sesuai dengan keterampilan yang
seharusnya mereka miliki baik yang terkait dengan keterampilan fisik maupun
keterampilan analitis. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa responden,
pemasalahan ini disebabkan oleh minimnya kesempatan pelatihan yang
disediakan perusahaan untuk meningkatkan keterampilan dalam pengoperasian
sistem informasi akuntansi manajemen, baik yang terkait dengan keterampilan
216
fisik maupun keterampilan analitis. Permasalahan pada dimensi keterampilan ini
menyebabkan 63 unit fungsional di perusahaan-perusahaan BUMN (33,16%)
memiliki manajer dengan kemampuan fisik yang belum sesuai dengan
kemampuan fisik yang seharusnya mereka miliki, dan 107 unit fungsional di
perusahaan-perusahaan BUMN (56,32%) memiliki para manajer dengan
keterampilan analitis yang belum sesuai dengan keterampilan analitis yang
seharus mereka miliki.
Jika dilihat berdasarkan dimensi dari variabel kompetensi pengguna
sistem informasi yang diteliti, ditemukan bahwa dimensi pengetahuan merupakan
dimensi yang paling dominan terhadap variabel kompetensi pengguna sistem
informasi dibanding dimensi keterampilan. Hal ini terlihat dari loading factor
dimensi pengetahuan (0,595) lebih besar dibanding loading factor dimensi
keterampilan (0,489). Dengan demikian maka dapat dikatakan bahwa dimensi dari
variabel kompetensi pengguna sistem informasi yang memberikan pengaruh
paling besar (dominan) terhadap kualitas sistem informasi akuntansi manajemen
dalam penelitian ini adalah dimensi pengetahuan.
Semua permasalahan/senjangan (gap) yang dikemukakan diatas, baik
yang ditemukan pada dimensi pengetahuan maupun keterampilan semestinya
mendapatkan perhatian dari para pimpinan perusahaan-perusahaan BUMN untuk
dilakukan perbaikan. Untuk dimensi pengetahuan, ada 2 (dua) hal yang dapat
dilakukan. Pertama, memetakan ulang (remapping) kompetensi para manajer unit-
unit fungsional yang dapat dilakukan melalui analisa jabatan (job analysis) dan
hasilnya dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan penempatan ulang
217
manajer berdasarkan prinsip right man in the right place. Kedua, untuk rekrutmen
dimasa datang, rekrutmen harus didasarkan pada kompetensi (competency-based)
dimana kompetensi calon manajer yang akan direkrut harus disesuaikan
kompetensi yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas (pekerjaan) yang akan
dilaksanakannya.
Untuk dimensi keterampilan, cara yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan keterampilan manajer unit-unit fungsional adalah memberikan
kesempatan dan dukungan kepada para manajer untuk mengikuti pelatihan
(training) yang relevan dengan keterampilan yang mereka butuhkan untuk
melaksanakan pekerjaannya. Pelatihan dapat dilakukan di dalam perusahaan (in-
house training) maupun pada lembaga-lembaga kredibel di luar perusahaan.
Beberapa perusahaan BUMN telah memberikan contoh yang baik dengan
membentuk corporate university yang bertujuan untuk meningkatkan atau
menyesuaikan kompetensi para karyawan (termasuk manajer) sesuai dengan
kompetensi yang seharusnya dimiliki, terutama yang terkait dengan dimensi
keterampilan. Semua upaya-upaya yang dilakukan diatas bertujuan untuk
meningkatkan kompetensi manajer sebagai pengguna sistem informasi akuntansi
manajemen pada unit-unit fungsional di perusahaan-perusahaan BUMN. Tujuan
akhir yang ingin dicapai adalah meningkatkan kualitas sistem informasi akuntansi
manajemen yang digunakan pada unit-unit fungsional di perusahaan-perusahaan
BUMN yang pada gilirannya diharapkan dapat meningkatkan kualitas informasi
akuntansi manajemen yang dibutuhkan para manajer unit-unit fungsional dalam
menjalankan fungsinya mulai dari perencanaan hingga pengambilan keputusan.
218
Berdasarkan uraian diatas, hasil penelitian ini memberikan bukti secara
empiris tentang pengaruh kompetensi pengguna sistem informasi terhadap
kualitas sistem informasi akuntansi manajemen. Hasil penelitian ini juga telah
menjawab fenomena belum berkualitasnya sistem informasi akuntansi manajemen
pada unit-unit fungsional di perusahaan-perusahaan BUMN disebabkan belum
sesuainya kompetensi yang dimiliki para manajer unit-unit fungsional sebagai
pengguna sistem informasi akuntansi manajemen.
4.2.4 Pengaruh Kualitas Sistem Informasi Akuntansi Manajemen
Terhadap Kualitas Informasi Akuntansi Manajemen
Hasil pengujian hipotesis tentang pengaruh kualitas sistem informasi
akuntansi manajemen terhadap kualitas informasi akuntansi manajemen
menunjukkan bahwa nilai t-Statistics yang lebih besar daripada t-Table yaitu 13,362 >
1,96, maka pada tingkat kekeliruan 5% diputuskan untuk menolak Ho dan
menerima Ha. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kualitas sistem
informasi akuntansi manajemen berpengaruh terhadap kualitas informasi
akuntansi manajemen. Hasil penelitian ini memberikan bukti secara empiris
bahwa semakin tinggi kualitas sistem informasi akuntansi manajemen akan
meningkatkan kualitas informasi akuntansi manajemen. Dengan kata lain dapat
diartikan bahwa kualitas informasi akuntansi manajemen dapat ditingkatkan jika
kualitas sistem informasi akuntansi manajemen dapat ditingkatkan.
Bukti empiris ini sesuai dengan pendapat para ahli yang menyatakan
bahwa sistem informasi akuntansi manajemen yang berkualitas akan
219
menghasilkan informasi akuntansi manajemen yang berkualitas (Heidman, 2008:
80), dan sistem informasi akuntansi manajemen yang berkualitas akan
menghasilkan informasi akuntansi manajemen yang dibutuhkan para manajer
untuk menjalankan fungsinya mulai dari perencanaan hingga pengambilan
keputusan (Kaplan & Atkinson, 1989: 1; Riahi-Belkaoui, 2002: 9; ACCA, 2009:
33; Atrill & McLaney, 2009: 21; Hilton & Platt, 2014: 7; Mowen, et al., 2014: 4).
Bukti empiris tentang pengaruh kualitas sistem informasi akuntansi
manajemen terhadap kualitas informasi akuntansi manajemen pada unit-unit
fungsional di perusahaan-perusahaan BUMN yang diperoleh dari hasil penelitian
ini mengkonfirmasi hasil penelitian-penelitian sebelumnya yang telah dilakukan
pada berbagai setting industri di berbagai negara seperti penelitian yang dilakukan
oleh Gul & Chia (1994) di Singapura, Gaidienë & Skyrius (2006) di Lithuania,
Rani & Kidane (2012) di Ethiopia, Al-Mawali (2013) di Yordania, Ghazemi, et al.
(2015: 565) di Iran dan Ilham Hidayah Napitupulu (2015) di Indonesia.
Kualitas sistem informasi akuntansi manajemen yang digunakan pada
unit-unit fungsional di perusahaan-perusahaan BUMN memberikan pengaruh
sebesar 58,40% terhadap kualitas informasi akuntansi manajemen yang dihasilkan
oleh sistem informasi akuntansi manajemen tersebut, artinya 58,40% kualitas
informasi akuntansi manajemen disebabkan atau dapat dijelaskan oleh kualitas
sistem informasi akuntansi manajemen. Besaran pengaruh ini menunjukkan
bahwa pengaruh kualitas sistem informasi akuntansi manajemen terhadap kualitas
informasi akuntansi manajemen berada pada kategori sedang/moderat.
Moderatnya pengaruh kualitas sistem informasi akuntansi manajemen terhadap
220
kualitas informasi akuntansi manajemen dapat dilihat dari deskripsi hasil
penelitian.
Berdasarkan fakta di lapangan yang diperoleh dari tanggapan responden
melalui kuisioner penelitian, diperoleh skor rata-rata tanggapan responden
(manajer) terhadap kualitas sistem informasi akuntansi manajemen sebesar 3,44
dan berada pada kategori “cukup”. Jika dibandingkan dengan skor ideal,
ditemukan senjangan (gap) sebesar 1,56 atau ekuivalen dengan 31,13%.
Senjangan (gap) ini mengindikasikan adanya masalah pada kualitas sistem
informasi akuntansi manajemen yang digunakan pada unit-unit fungsional di
perusahaan-perusahaan BUMN terkait dengan dimensi dan indikator yang diteliti.
Dilihat dari skor rata-rata tanggapan responden berdasarkan dimensi,
untuk dimensi integrasi diperoleh skor rata-rata sebesar 3,39 dan berada pada
kategori “cukup”. Jika dibandingkan dengan skor ideal, ditemukan senjangan
(gap) sebesar 1,61 atau ekuivalen dengan 32,21%. Senjangan (gap) ini
mengindikasikan sekitar 32,21% sistem informasi akuntansi manajemen yang saat
ini digunakan pada unit-unit fungsional di perusahaan-perusahaan BUMN belum
sepenuhnya terintegrasi secara harmonis. Hal ini terlihat dari tanggapan responden
yang mengindikasikan bahwa sebanyak 113 unit fungsional di perusahaan-
perusahaan BUMN (59,47%) memiliki sistem informasi akuntansi manajemen
yang komponen-komponennya belum terintegrasi secara harmonis dan 90 unit
fungsional di perusahaan-perusahaan BUMN (47,37%) memiliki sistem informasi
akuntansi manajemen yang sub-sub sistemnya belum terintegrasi secara harmonis.
221
Untuk dimensi fleksibilitas, diperoleh tanggapan responden dengan skor
rata-rata sebesar 3,52 dan berada pada kategori “cukup”. Jika dibandingkan
dengan skor ideal, ditemukan senjangan (gap) sebesar 1,48 atau ekuivalen dengan
29,58%. Senjangan (gap) ini mengindikasikan sekitar 29,58% sistem informasi
akuntansi manajemen yang saat ini digunakan pada unit-unit fungsional di
perusahaan-perusahaan BUMN belum sepenuhnya fleksibel. Hal ini terlihat dari
tanggapan responden yang mengindikasikan bahwa sebanyak 80 unit fungsional
di perusahaan-perusahaan BUMN (42,11%) memiliki sistem informasi akuntansi
manajemen yang belum dilengkapi dengan fasilitas/fitur yang mudah disesuaikan
dengan perubahan kebutuhan para manajer dan 75 unit fungsional di perusahaan-
perusahaan BUMN (39,47%) memiliki sistem informasi akuntansi manajemen
yang belum dilengkapi dengan fasilitas/fitur yang mudah disesuaikan dengan
perubahan kondisi.
Untuk dimensi aksesibilitas, diperoleh tanggapan responden dengan skor
rata-rata sebesar 3,47 dan berada pada kategori “cukup”. Jika dibandingkan
dengan skor ideal, ditemukan senjangan (gap) sebesar 1,53 atau ekuivalen dengan
30,63%. Senjangan (gap) ini mengindikasikan sekitar 30,63% sistem informasi
akuntansi manajemen yang saat ini digunakan pada unit-unit fungsional di
perusahaan-perusahaan BUMN belum sepenuhnya dapat dengan mudah diakses.
Hal ini terlihat dari tanggapan responden yang mengindikasikan bahwa sebanyak
40 unit fungsional di perusahaan-perusahaan BUMN (21,05%) menggunakan
sistem informasi akuntansi manajemen yang belum dapat diakses dengan upaya
yang relatif mudah dan 103 unit fungsional di perusahaan-perusahaan BUMN
222
(54,21%) menggunakan sistem informasi akuntansi manajemen yang belum
memiliki fasilitas/fitur yang memudahkan untuk diakses dari berbagai lokasi (di
luar ruangan/kantor).
Untuk dimensi pengayaan media (media richness), diperoleh tanggapan
responden dengan skor rata-rata sebesar 3,39 dan berada pada kategori “cukup”.
Jika dibandingkan dengan skor ideal, ditemukan senjangan (gap) sebesar 1,61
atau ekuivalen dengan 32,11%. Senjangan (gap) ini mengindikasikan sekitar
32,11% sistem informasi akuntansi manajemen yang saat ini digunakan pada unit-
unit fungsional di perusahaan-perusahaan BUMN belum sepenuhnya
menggunakan berbagai alternatif kanal (media) komunikasi yang dapat
mendukung kemudahan dan kecepatan penyampaian informasi sehingga
meningkatkan koordinasi antar personel/bagian. Hal ini terlihat dari tanggapan
responden yang mengindikasikan bahwa sebanyak 87 unit fungsional di
perusahaan-perusahaan BUMN (45,79%) menggunakan sistem informasi
akuntansi manajemen yang belum sepenuhnya menggunakan berbagai
kanal/media komunikasi (e-mail, voice mail, faksimili, handphone, realtime
access) dan sebanyak 96 unit fungsional di perusahaan-perusahaan BUMN
(50,53%) menggunakan sistem informasi akuntansi manajemen yang belum
mampu meningkatkan interaksi antar personel/bagian yang ada dalam perusahaan.
Semua permasalahan/senjangan(gap) yang dikemukakan diatas, baik
yang ditemukan pada dimensi integrasi, fleksibilitas, aksesibilitas dan pengayaan
media (media richness) semestinya mendapatkan perhatian dari para pimpinan
perusahaan-perusahaan BUMN untuk dilakukan perbaikan. Cara yang dapat
223
dilakukan adalah mengevaluasi komponen-komponen sistem informasi akuntansi
manajemen yang saat ini digunakan, baik yang terkait dengan perangkat keras
(hardware), perangkat lunak (software), sumber daya manusia (brainware),
pangkalan data (databases), prosedur (procedures) dan jaringan komunikasi
(communication networks) serta mengevaluasi sub-sub sistem informasi akuntansi
manajemen yang digunakan. Evaluasi ini dilakukan untuk menentukan tingkat
kesesuaian komponen-komponen dan sub-sub sistem tersebut dengan kebutuhan
riil saat ini dan kebutuhan masa datang yang diantisipasikan.
Evaluasi juga harus melibatkan identifikasi terhadap faktor-faktor
kontekstual yang mempengaruhi kualitas sistem informasi akuntansi manajemen,
terutama ketidakpastian lingkungan, struktur organisasi, kompetensi pengguna
sistem informasi serta faktor-faktor kontekstual lain yang diantisipasikan dapat
mempengaruhi kualitas sistem informasi akuntansi manajemen seperti strategi
bisnis, budaya organisasi, proses bisnis, dan lain-lainnya. Hasil evaluasi diatas
kemudian harus diakomodir dalam pengembangan selanjutnya dari sistem
informasi akuntansi manajemen yang digunakan pada unit-unit fungsional di
perusahaan-perusahaan BUMN, dengan memperhatikan dimensi integrasi,
fleksibilitas, aksesibilitas dan pengayaan media (media richness).
Tujuan akhir yang ingin dicapai adalah meningkatkan kualitas sistem
informasi akuntansi manajemen yang digunakan pada unit-unit fungsional di
perusahaan-perusahaan BUMN, baik yang terkait dengan dimensi integrasi,
fleksibilitas, aksesibilitas maupun pengayaan media (media richness) yang pada
gilirannya diharapkan dapat meningkatkan kualitas informasi akuntansi
224
manajemen yang dihasilkan oleh sistem informasi akuntansi manajemen yang
dibutuhkan para manajer dalam menjalankan fungsinya mulai dari perencanaan
hingga pengambilan keputusan.
Implikasi dari belum berkualitasnya sistem informasi akuntansi
manajemen yang saat ini digunakan pada unit-unit fungsional di perusahaan-
perusahaan BUMN terhadap kualitas informasi akuntansi manajemen tercermin
dari tanggapan responden (manajer) terhadap kualitas informasi akuntansi
manajemen yang dihasilkan oleh sistem informasi akuntansi manajemen yang
digunakan tersebut. Berdasarkan fakta dilapangan yang diperoleh dari tanggapan
responden melalui kuisioner penelitian, diperoleh skor rata-rata tanggapan
responden (manajer) terhadap kualitas informasi akuntansi manajemen sebesar
3,56 dan berada pada kategori “cukup”. Jika dibandingkan dengan skor ideal,
ditemukan senjangan (gap) sebesar 1,44 atau ekuivalen dengan 28,76%.
Senjangan (gap) ini mengindikasikan adanya masalah pada kualitas informasi
akuntansi manajemen pada unit-unit fungsional di perusahaan-perusahaan BUMN
terkait dengan dimensi dan indikator yang diteliti.
Dilihat dari skor rata-rata tanggapan responden berdasarkan dimensi,
untuk dimensi relevan diperoleh skor rata-rata sebesar 3,80 dan berada pada
kategori “cukup”. Jika dibandingkan dengan skor ideal, ditemukan senjangan
(gap) sebesar 1,20 atau ekuivalen dengan 24,00%. Senjangan (gap) ini
mengindikasikan sekitar 24,00% informasi akuntansi manajemen yang dihasilkan
oleh sistem informasi akuntansi manajemen yang digunakan pada unit-unit
fungsional di perusahaan-perusahaan BUMN belum sepenuhnya relevan. Hal ini
225
terlihat dari tanggapan responden yang mengindikasikan bahwa pada 39 unit
fungsional di perusahaan-perusahaan BUMN (20,53%), sistem informasi
akuntansi manajemen yang digunakan belum mampu menghasilkan informasi
akuntansi manajemen sesuai dengan kebutuhan para manajer dan pada 62 unit
fungsional di perusahaan-perusahaan BUMN (32,63%), sistem informasi
akuntansi manajemen yang digunakan belum mampu menghasilkan informasi
akuntansi manajemen sesuai dengan masalah yang dihadapi para manajer.
Untuk dimensi cakupan (scope) diperoleh tanggapan responden dengan
skor rata-rata sebesar 3,04 dan berada pada kategori “cukup”. Jika dibandingkan
dengan skor ideal, ditemukan senjangan (gap) sebesar 1,96 atau ekuivalen dengan
39,26%. Senjangan (gap) ini mengindikasikan sekitar 39,26% informasi akuntansi
manajemen yang dihasilkan oleh sistem informasi akuntansi manajemen yang
digunakan pada unit-unit fungsional di perusahaan-perusahaan BUMN belum
memiliki cakupan yang luas (broadscope). Hal ini terlihat dari tanggapan
responden yang mengindikasikan bahwa pada 146 unit fungsional di perusahaan-
perusahaan BUMN (76,84%), sistem informasi akuntansi manajemen yang
digunakan belum mampu menghasilkan informasi akuntansi manajemen yang
memuat informasi eksternal yang bermanfaat bagi manajer dalam proses
pengambilan keputusan, pada 138 unit fungsional di perusahaan-perusahaan
BUMN (72,63%), sistem informasi akuntansi manajemen yang digunakan belum
mampu menghasilkan informasi akuntansi manajemen yang memuat informasi
non-keuangan yang bermanfaat bagi manajer dalam proses pengambilan
keputusan, dan di 105 unit fungsional di perusahaan-perusahaan BUMN
226
(55,26%), sistem informasi akuntansi manajemen yang digunakan belum mampu
menghasilkan informasi akuntansi manajemen yang memuat informasi dengan
orientasi masa depan yang bermanfaat bagi manajer dalam proses pengambilan
keputusan.
Untuk dimensi tepat waktu diperoleh tanggapan responden dengan skor
rata-rata sebesar 3,79 dan berada pada kategori “cukup”. Jika dibandingkan
dengan skor ideal, ditemukan senjangan (gap) sebesar 1,21 atau ekuivalen dengan
24,16%. Senjangan (gap) ini mengindikasikan sekitar 24,16% informasi akuntansi
manajemen yang dihasilkan oleh sistem informasi akuntansi manajemen yang
digunakan pada unit-unit fungsional di perusahaan-perusahaan BUMN belum
sepenuhnya disajikan secara tepat waktu. Hal ini terlihat dari tanggapan
responden yang mengindikasikan bahwa pada 72 unit fungsional di perusahaan-
perusahaan BUMN (37,89%), sistem informasi akuntansi manajemen yang
digunakan belum mampu menghasilkan informasi akuntansi manajemen pada saat
dibutuhkan untuk pengambilan keputusan, dan pada 38 unit fungsional di
perusahaan-perusahaan BUMN (20,00%), sistem informasi akuntansi manajemen
yang digunakan belum mampu menghasilkan informasi akuntansi manajemen
yang bersifat rutin/periodik sesuai dengan jadwal yang ditentukan.
Untuk dimensi akurat diperoleh tanggapan responden dengan skor rata-
rata sebesar 3,88 dan berada pada kategori “cukup”. Jika dibandingkan dengan
skor ideal, ditemukan senjangan (gap) sebesar 1,12 atau ekuivalen dengan
22,37%. Senjangan (gap) ini mengindikasikan sekitar 22,37% informasi akuntansi
manajemen yang dihasilkan oleh sistem informasi akuntansi manajemen yang
227
digunakan pada unit-unit fungsional di perusahaan-perusahaan BUMN belum
sepenuhnya disajikan secara akurat. Hal ini terlihat dari tanggapan responden
yang mengindikasikan bahwa pada 47 unit fungsional di perusahaan-perusahaan
BUMN (24,74%), sistem informasi akuntansi manajemen yang digunakan belum
mampu menghasilkan informasi akuntansi manajemen yang sesuai dengan
fakta/keadaan yang sebenarnya, dan pada 45 unit fungsional di perusahaan-
perusahaan BUMN (23,68%), sistem informasi akuntansi manajemen yang
digunakan belum mampu menghasilkan informasi akuntansi yang dapat diyakini
kebanarannya, bermakna dan dapat dipercaya.
Kondisi faktual tentang belum berkualitasnya informasi akuntansi
manajemen pada unit-unit fungsional di perusahaan-perusahaan BUMN
sebagaimana diuraikan diatas sebagian besarnya (58,40%) disebabkan oleh belum
berkualitasnya sistem informasi akuntansi manajemen yang digunakan pada unit-
unit fungsional di perusahaan-perusahaan BUMN tersebut, sedangkan sisanya
sebesar 41,60% disebabkan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam
penelitian ini.
Jika dilihat dari dimensi kualitas sistem informasi akuntansi manajemen
yang diteliti, maka dimensi integrasi dan dimensi fleksibilitas merupakan dimensi
yang paling besar pengaruhnya terhadap belum berkualitasnya informasi
akuntansi manajemen. Hal ini terlihat dari loading factor dimensi integrasi (0,800)
dan loading factor dimensi fleksibilitas (0,786) lebih besar dibanding loading
factor 2 (dua) dimensi lainnya, yaitu : dimensi aksesibilitas (0,759) dan dimensi
pengayaan media/media richness (0,709). Ini berarti bahwa dimensi yang paling
228
besar pengaruhnya (dominan) terhadap kualitas sistem informasi akuntansi
manajemen adalah dimensi integrasi dan dimensi fleksibilitas. Hal ini juga
diperkuat oleh koefisien determinasi (R2) dimensi integrasi (0,640) dan dimensi
fleksibilitas (0,618) lebih besar dibanding koefisien determinasi (R2) dimensi
aksesibilitas (0,576) dan dimensi pengayaan media/media richness (0,503).
Dengan demikian maka dikatakan dikatakan bahwa dimensi kualitas
sistem informasi akuntansi manajemen yang paling berpengaruh terhadap kualitas
informasi akuntansi manajemen dalam penelitian ini adalah dimensi integrasi dan
dimensi fleksibilitas.