16
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian PTK Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja sebagai guru, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan hasil belajar siswa meningkat (Hamzah, 2012:41). Menurut Hamzah (2012:40) menjelaskan bahwa PTK merupakan penelitian dalam bidang sosial, yang menggunakan refleksi diri sebagai metode utama, dilakukan oleh orang yang terlibat didalamnya, serta bertujuan untuk melakukan perbaikan dalam berbagai aspek. Dengan pengertian ini, kita dapat mengkaji pengertian PTK. Selanjutnya ia memaparkan bahwa kunci utama PTK adalah adanya tindakan (action) yang dilakukan berulang-ulang dalam rangka mencapai perbaikan yang diinginkan. Tindakan (action) ini dilakukan oleh orang yang terlibat langsung dalam bidang yang diperbaiki tersebut, dalam hal ini adalah guru. Dari uraian yang telah dipaparkan di atas maka peneliti menyimpulkan, bahwa PTK merupakan penelitian yang dilakukan oleh seorang guru melalui refleksi yang dialami selama mengajar dalam rangka memperbaiki kualitas pembelajaran sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat. 2.1.2 Pengertian Model Pembelajaran Numbered Head Together Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together adalah suatu model pembelajaran yang dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992) dengan teknik memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka. Teknik inibisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik (Lie, 2004:59). Menurut Russ Frank (Huda, 2011:138) memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling sharing ide-ide untuk mempertimbangkan jawaban yang paling

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian PTK

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian PTK

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pengertian PTK

Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di

dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki

kinerja sebagai guru, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik

dan hasil belajar siswa meningkat (Hamzah, 2012:41).

Menurut Hamzah (2012:40) menjelaskan bahwa PTK merupakan

penelitian dalam bidang sosial, yang menggunakan refleksi diri sebagai metode

utama, dilakukan oleh orang yang terlibat didalamnya, serta bertujuan untuk

melakukan perbaikan dalam berbagai aspek. Dengan pengertian ini, kita dapat

mengkaji pengertian PTK. Selanjutnya ia memaparkan bahwa kunci utama PTK

adalah adanya tindakan (action) yang dilakukan berulang-ulang dalam rangka

mencapai perbaikan yang diinginkan. Tindakan (action) ini dilakukan oleh orang

yang terlibat langsung dalam bidang yang diperbaiki tersebut, dalam hal ini adalah

guru.

Dari uraian yang telah dipaparkan di atas maka peneliti menyimpulkan,

bahwa PTK merupakan penelitian yang dilakukan oleh seorang guru melalui

refleksi yang dialami selama mengajar dalam rangka memperbaiki kualitas

pembelajaran sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat.

2.1.2 Pengertian Model Pembelajaran Numbered Head Together

Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together adalah

suatu model pembelajaran yang dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992)

dengan teknik memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan

ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu teknik ini

juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka. Teknik

inibisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia

anak didik (Lie, 2004:59).

Menurut Russ Frank (Huda, 2011:138) memberikan kesempatan kepada

siswa untuk saling sharing ide-ide untuk mempertimbangkan jawaban yang paling

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian PTK

8

tepat. Meningkatkan semangat kerjasama siswa. Teknik ini bisa digunakan dalam

semua mata pelajaran dan untuk semaua tingkatan usia anak didik.

Dari berbagai pendapat ahli di atas peneliti menyimpulkan bahwa Model

pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together adalah model

pembelajaran dengan teknik pembagian kelompok dengan tujuan memberikan

kesempatan siswa untuk bertukar ide atau pendapat dalam menyelesaikan masalah

yang diberikan oleh guru dengan mempertimbangkan jawaban yang tepat.

2.1.2.1 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Numbered Head Together

Menurut Ibrahim (2000:99) penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT

merujuk pada Kagan dengan tiga langkah yaitu pembentukan kelompok, diskusi

masalah, dan tukar jawaban antar kelompok. Langkah-langkah tersebut kemudian

dikembangkan oleh Ibrahim (2000:99) menjadi 6 langkah sebagai berikut:

Langkah 1: persiapan. Dalam hal ini guru mempersiapkan rancangan

pelajaran dengan membuat skenario pembelajaran (SP, LKS) yang sesuai dengan

pembelajaran NHT.

Langkah 2: pembentukan kelompok. Dalam pembentukan kelompok

disesuaikan dengan pembelajaran kooperatif tipe NHT guru membagi siswa

menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa untuk memberi

nomor pada siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok

yang dibentuk merupakan pencampurang yang ditinjau dari latar belakang sosial,

suku, jenis kelamin,dan kemampuan belajar. Selain itu pembentukankelomok

digunakan nilai tes awal, sebagai dasar dalam menentukan masing-masing

kelompok.

Langkah 3: tiap kelompok harus memiliki buku paket atau panduan agar

mempermudahkan siswa dalam menyelesqaikan LKS atau masalah yang

diberikan oleh guru.

Langkah 4: diskusi masalah. Dalam kerja kelompok guru membagikan

LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja

kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan

bahwa tiap orangmengretahui jawaban dari pertanyaan yang ada dalam LKS atau

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian PTK

9

pertanyaan yang diberikan oleh guru pertanyaan dapat bervariasi dan yang bersifat

spesifik sampai yang bersifat umum.

Langkah 5: memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban. Dalam

tahap ini guru memanggilkan salah satu nmor dan para siswa dari tiap kelompok

dengan tiap nomor yang sama mengangkat tangan dan mempersiapkan jawaban

kepada siswa di kelas.

Langkah 6: memberikan kesimpulan. Guru bersama siswa menyimpulkan

jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berkembang dari materi yang

disajikan.

Dari uraian di atas singkatnya NHT merupakan kegiatan pemebelajaran

koopertaif dengan 4 tahapkegiatan: pertama, siswa dikelompokkan menjadi

beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 5 orang setiap anggota kelompok

diberi satu nomor 1, 2, 3, 4, 5: kedua, guru menyampaikan pertanyaan: ketiga,

berfikir bersama siswa menyatukan pendapat terhadap pertanyaan itu: keempat

guru menyebutkan nomor (1, 2, 3, 4 atau 5) dan siswa dengan nomor tersebut itu

harus menjawab.

Menurut Lie (2004:60) langkah-langkah penggunaan NHT (Numbered

Head Together) adalah sebagai berikut:

1. Siswa dibagi dalam kelompok. Setiap siswa dalam setiap kelompok

mendapatkan nomor.

2. Guru memberikan tugas dan masing masing kelompok mengerjarkannya.

3. Kelompok memutuskan jawaban yang dianggap paling benar dan memastikan

setip anggota kelompok mengetahui jawaban ini

4. Guru memanggil salah satu nomor. Siswa dengan nomor yang dipanggil

melaporkan hasil kerja sama mereka.

Menurut Suprijono (2012:92) menyatakan bahwa langkah – langkah

pembelajaran Numbered Head Together adalah:

1. Guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil. Jumlah kelompok

sebaiknya mempertimbangkan jumlah konsep yang dipelajari. Jika jumlah

peserta didik dalam satu kelas terdiri dari 40 orang dan terbagi menjadi 5

kelompok berdasarkan jumlah konsep yang dipelajari jumlah konsep yang

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian PTK

10

dipelajari, maka tiap kelompok terdiri dari 8 orang. Tiap-tiap orang dalam tiap

tiap kelompok diberi nomor 1-8.

2. Guru mengajukan beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh tiap-tiap

kelompok menemukan jawaban. Pada kesempatan ini tiap tiap kelompok

menyatukan kepalanya “Head Together” berdiskusi memikirkan jawaban atas

pertanyaan dari guru.

3. Guru memanggil peserta didik yang memiliki nomor yang sama dari tiap-tiap

kelompok. Mereka di beri kesempatan untuk memberi jawaban atas

pertanyaan yang telah diterimanya dari guru. Hal itu dilakukan terus hingga

masing masing kelompok mendapatkan giliran memaparkan jawaban atas

pertanyaan guru. Berdasarkan jawaban-jawaban itu guru dapat

mengembangkan diskusi lebih mendalam, sehingga peserta didik menemukan

jawaban pertanyaan itu sebagai pengetahuan yang utuh.

Menurut pendapat peneliti, model pembelajaran kooperatif tipe NHT

memilki berbagai langkah-langkah yaitu pesiapan, pembentukan kelompok,

mencari nomor yang sama, memecahkan permasalahan dan mempresentasikan

didepan kelas unuk memperoleh hasil dan masukan dari kelompok nomor

yang berbeda.

2.1.2.2 Kelebihan Dan Kelemahan Model Pembelajaran Numbered Head

Together

Kelebihan model pembelajaran kooperatif Numbered Head Together

menurut Arends dalam Awaliyah (2008:3) menjabarkan: 1) terjadinya interaksi

antara siswa melalui diskusi atau siswa secara bersama dalam menyelesaikan

masalah yang di hadapi; 2) siswa pandai maupun lemah bersama-sama

memperoleh manfaaat melalui aktivitas belajar kooperatif; 3) dengan bekerja

secara kooperatif ini: kemungkinan kontruksi pengetahuan akan menjadi lebih

besar atau kemungkinan bagi siswa dapat sampai pada kesimpulan yang

diharapkan; 4) dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan

keterampilan bertanya, berdiskusi, dan bakat kepemimpinan.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian PTK

11

Hill dalam Tryana (2008) menyebutkan: 1) dapat meningkatkan prestasi

belajar siswa; 2) mampu memperdalam pemahaman siswa; 3) menyenangkan

siswa dalam belajar; 4) mengembangkan sifat positif siswa; 5) mengembangkan

sifat kepemimpinan siswa; 6) mengembangkan rasa ingin tahu siswa; 7)

mengembangkan rasa saling memiliki; 80 mengembangkan keterampilan masa

depan.

Kelemahan model pembelajaran Numbered Head Together menurut Hill

dalam Tryana (2008) mentebutkan: 1) kemungkinan nomor yang akan dipanggil

oleh guru; 2) tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru; 3) waktu yang

dibutuhkan banyak; 4) guru tidak mengetahui kemampuan masing-masing siswa.

Menurut pendapat peneliti, Kelebihan model pembelajaran kooperatif

Numbered Head Together 1) Siswa dapat bertukar ide saat berkelompok. 2)

mengembangkan sikap posiif siswa, 3) Siswa saling berargumentasi tentang

pendapat. 4) Menumbuhkan rasa kebersamaan. Kelemahan model pembelajaran

kooperatif Numbered Head Together 1) Membutuhkan waktu yang lama 2) Siswa

mudah ramai 3) Guru kurang mengetahui kemampuan dari setiap siswa.

2.1.3 Hasil Belajar

Menurut Arifin (2012:26) hasil belajar adalah gambaran tentang apa yang

harus digali, dipahami, dan dikerjakan peserta didik. Hasil belajar ini

merefleksikan keluasan, kedalaman, kerumitan, dan harus digambarkan secara

jelas serta dapat diukur dengan teknik-teknik penilaian tertentu. Indikator hasil

belajar dapat digunakan sebagai dasar penilaian terhadap peserta didik dalam

mencapai pembelajaran dan kinerja yang diharapkan.

Definisi lain yang dikemukakan oleh Suprijono (2012:5) hasil belajar adalah

pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan

keterampilan. Ia juga mengungkapkan bahwa hasil belajar merupakan perubahan

tingkah laku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi

kemanusiaan saja. Selaras dengan pendapat di atas Sudjana, (2005:22)

berpendapat bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki

siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian PTK

12

Menurut Bloom dalam Suprijono (2012:6) hasil belajar mencakup

kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah

knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan,

meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis (menguraikan,

menentukan hubunga), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk

bangunan baru), dan evaluation (menilai). Domain afektif adalah receiving (sikap

menerima), responding (memberikan respon), valuing (nilai), organization

(organisasi), characterization (karakterisasi). Domain psikomotorik meliputi

initiatory, pre-routine, dan routinized. Psikomotor juga mencakup keterampilan

produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual.

Dari berbagai pendapat yang dipaparkan oleh para ahli di atas peneliti dapat

mengambil kesimpulan bahwa hasil belajar adalah perubahan yang terjadi dalam

diri seseorang dan dapat mempengaruhi dari hasil perubahan dalam pengetahuan

yang menghasilkan pengetahuan, nilai, sikap, keterampilan. Ketiga ranah tersebut

menjadi obyek penilaian hasil belajar. Di antara ketiga ranah itu ranah kognitiflah

yang paling banya di nilai oleh guru disekolah karena berkaitan dengan

kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran.

2.1.3.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Ada berbagai faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Oleh

Walsiman mengemukakan bahwa hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik

merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi, baik faktor

internal maupun eksternal. Wasliman (dalam Susanto, 2013:12) berpendapat bahwa

hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik merupakan hasil interaksi antara berbagai

faktor yang memengaruhi, baik faktor internal maupun eksternal. Secara rinci, uraian

mengenai faktor internal dan eksternal, sebagai berikut:

1) Faktor internal yaitu faktor yang bersumber dari dalam diri peserta didik,

yang memengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor internal ini meliputi:

kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan

belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan.

2) Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri peserta didik yang

memengaruhi hasil belajar yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Keadaan

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian PTK

13

keluarga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Keluarga yang morat-marit

keadaan ekonominya, pertengkaran suami istri, perhatian orangtua yang

kurang terhadap anaknya, serta kebiasaan sehari-hari yang kurang baik dari

orangtua dalam kehidupan sehari-hari berpengaruh dalam hasil belajar peserta

didik.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas peneliti dapat menyimpulkan

bahwa hasil belajar yang diperoleh siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Faktor yang mendasar yaitu dari dalam diri siswa itu sendiri yang mempengaruhi

kualitas belajar siswa saat mengikuti pembelajaran, diantaranya kecerdasan,

minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta

kondisi fisik dan kesehatan. Selanjutnya adalah kemampuan guru dalam proses

pembelajaran di kelas.

2.1.4 Standar Kompetensi Dan Kompetensi Dasar IPA

Standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan dicapai oleh peserta

didik yang dituangkan dalam empat aspek yaitu makluk hidup dan proses

kehidupan, materi dan sifatnya, energi dan perubahan serta bumi dan alam

semesta. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan standar kompetensi dan

kompetensi dasar kelas IV, semester 2. Standar kompetensi dan kompetensi dasar

mata pelajaran IPA di sekolah dasar sebagai berikut (KTSP 2006).

Tabel 2.1

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA Kelas IV Sekolah Dasar

Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

7. Memahami gaya dapat mengubah

gerak dan/atau bentuk suatu benda.

7.1 Menyimpulkan hasil percobaan

bahwa gaya (dorongan dan tarikan)

dapat mengubah gerak suatu benda.

7.2 Menyimpulkan hasil percobaan

bahwa gaya (dorongan dan tarikan)

dapat mengubah bentuk suatu

benda.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian PTK

14

2.1.5 Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) untuk Sekolah Dasar

Marsetio Donosepoetro dalam Trianto (2012:137) berpendapat bahwa

hakikatnya IPA dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap

ilmiah. Selain itu, IPA dipandang pula sebagai proses, sebagai produk, dan

sebagai prosedur. Selanjutnya ia memaparkan bahwa IPA dipandang sebagai

proses dapat diartikan semua kegiatan ilmiah untuk menyempurnakan

pengetahuan tentang alam maupun untuk menemukan pengetahuan baru. Sebagai

produk diatikan sebagai hasil proses, berupa pengetahuan yang diajarkan dalam

sekolah atau di luar sekolah ataupun bahan bacaan untuk penyebaran atau

dissiminasi pengetahuan. Sebagai prosedur dimaksudkan adalah metodologi atau

cara yang dipakai untuk mengetahui sesuatu (riset pada umumnya) yang lazim

disebut metode ilmiah (scientific method).

Menurut H.W Fowler dalam Trianto (2012:136) IPA adalah pengetahuan

yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala

kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan deduksi.

Wahyana dalam Trianto (2012:136) mengartikan IPA adalah suatu

kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik, dan dalam penggunaannya

secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya tidak hanya

ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap

ilmiah. Selanjutnya Trianto (2012:141) mengemukakan bahwa hakikat IPA adalah

ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala-gejala melalui serangkaian proses

yang dikenal dengan proses ilmiah yang dibangun atas dasar sikap ilmiah dan

hasilnya terwujud sebagai produk ilmiah yang tersusun atas tiga komponen

terpenting barupa konsep, prinsip, dan teori yang berlaku secara universal.

Menurut Susanto (2013:167) Sains atau IPA adalah usaha manusia dalam

memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta

menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapatkan

suatu kesimpulan.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian PTK

15

Dari berbagai pendapat para ahli di atas, maka peneliti menyimpulkan

bahwa IPA adalah suatu pengetahuan yang tersusun secara sisematis yang

mempelajari fakta-fakta maupun gejala alam didasarkan pada pengamatan

sehigga dapat ditarik kesimpulan.

2.1.5.1 Nilai-Nilai yang Terkandung dalam Mata Pelajaran IPA

Nilai-nilai IPA yang dapat ditanamkan dalam pembelajaran IPA antara

lain sebagai berikut:

a. Kecakapan bekerja dan berpikir secara teratur dan sistematis menurut langkah-

langkah metode ilmiah.

b. Ketrampilan dan kecakapan dalam mengadakan pengamatan, mempergunakan

alat-alat eksperimen untuk memecahkan masalah.

c. Memiliki sikap ilmiah yang diperlukan dalam memecahkan masalah baik

dalam kaitannya dengan pelajaran sains maupun dalam kehidupan. (Trianto,

2012:141)

Menurut pendapat peneliti, nilai-nilai IPA meliputi kecakapan bekerja,

keterampilan, dan memiliki sikap ilmiah yang dapat diterapkan dalam

pembelajaran IPA sehingga siswa dapat menyelesaikan masalah yang dialami

dengan baik.

2.1.5.2 Ruang Lingkup Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Menurut Depdiknas (2006:148), dijelaskan bahwa ruang lingkup IPA

untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut:

a. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan, dan

interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.

b. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat, dan gas.

c. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya,

dan pesawat sederhana.

d. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda

langit lainnya.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian PTK

16

Dari uraian di atas, peneliti menyimpulkan ruang lingkup IPA yang

digunakan pada pembelajaran di sd hanya meliputi makhluk hidup, benda/materi,

energi dan perubahannya, serta bumi dan alam semesta. Dalam penelitian ini

hanya akan membahas mengenai energi dan perubahannya yang difokuskan pada

gaya.

2.1.5.3 Karakteristik Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Menurut Jacobson & Bergman dalam Susanto (2013:170) karakteritik

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) antara lain sebagai berikut:

a. IPA merupakan kumpulan konsep, prinsip, hukum, dan teori.

b. Proses ilmiah dapat berupa fisik dan mental, serta mencermati fenomena alam,

termasuk juga penerapannya.

c. Sikap keteguhan hati keingintahuan, dan ketekunan dalam menyingkap rahasia

alam.

d. IPA tidak dapat membuktikan semua tetapi hanya sebagian atau beberapa saja.

e. Keberanian IPA bersifat subjektif dan bukan kebenaran yang bersifat objektif.

Menurut pendapat Peneliti, Karakteristik ILmu Pengetahuan Alam

berdasarkan kumpulan, proses, sikap, hal yang membuktikan dan kebenaran.

2.1.5.4 Manfaat dan Tujuan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Menurut Trianto (2012:143) hakikat dan tujuan pembelajaran IPA

diharapkan dapat memberikan antara lain sebagai berikut:

a. Kesadaran akan keindahan dan keteraturan alam untuk meningkatkan

keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

b. Pengetahuan, yakni pengetahuan tentang dasar dari prinsip dan konsep, fakta

yang ada di alam, hubungan saling ketergantungan, dan hubungan antara sains

dan teknologi.

c. Keterampilan dan kemampuan untuk menangani peralatan, memecahkan

masalah dan melakukan observasi.

d. Sikap ilmiah, antara lain skeptis, kritis, sensitive, obyektif, jujur terbuka,

benar, dan dapat bekerja sama.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian PTK

17

e. Kebiasaan mengembangkan kemampuan berpikir analitis induktif dan

deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip sains untuk menjelaskan

berbagai peristiwa alam.

f. Apresiatif terhadap sains dengan menikmati dan menyadari keindahan

keterarutan perilaku alam serta penerapannya dalam teknologi.

Menurut Depdiknas (2006:148), Mata pelajaran IPA bertujuan agar peserta

didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan yang Maha Esa

berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang adanya

hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan

masyarakat.

d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar

memecahkan masalah dan membuat keputusan.

e. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga,

dan melestarikan lingkungan alam.

f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya

sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar

untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTS.

Dari berbagai pendapat beberapa ahli di atas maka peneliti menyimpulkan,

tujuan pembelajaran IPA diharapkan dapat: 1) Keyakinan Tuhan 2) Meningkatkan

Kesadaran 3) Mengembangkan potensi 4) Menghargai alam 5) Menyadari alam.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian PTK

18

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Roy Wibowo (2012), dalam skripsi yang berjudul “Peneraoan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Nmbered Head Together (NHT) Terhadap Hasil

Belajar PKN Siswa Kelas 5 SD Negeri 01Karangduren Kecamatan Tengaran

Kabupaten Semarang Semester 2 Tahun Pelajaran 2012/2013”. Hasil ini

menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Numbered Head Together

dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas 5. Terbukti pada siklus 1 siswa yang

tuntas belajar berjumlah 33 siswa (87%) sedangkan yang belum tuntas dalam

belajar berjumlah 5 siswa (13%) dengan nilai rata-rata 72,26. Pada siklus 2

mengalami peningkatan yaitu siswa yang belum tuntas belajar berjumlah 2 siswa

(5%) dengan nilai rata-rata 77,36.

Kusumaningrum Prasetiyani, dalam skripsi yang berjudul “Peningkatan

Kerjasama Dan Hasil Belajar IPA Melalui Penerapan Model Kooperatif Tipe

NHT (Numbered Head Together) Pada Siswa Kelas 4 SD Negeri 1 Pojok

Semester 2 Tahun Pelajaran 2012/2013”. Hasil penelitiannya menunjukkan

bahwa terjadi peningkatan kerjasama dan hasil belajar. Terbukti pada prasiklus

kategori kerjasama tinggi yauti 5 siswa (16,2%), siklus 1 yaitu 11 (35,5%) dan

siklus 2 yaitu 24 siswa (77,5%). Hal ini sudah mencapai indikator keberhasilan

kerjasama yaitu (70%) siswa mencapai kategori kerjasama tinggi. Peningkatan

kerjasama dilanjutkan dengan peningkatan hasil belajar yang dapat dilihat pada

ketntasan pada siklus 1 siswa yang mencapai KKM (65) dari 31 siswa terdapat 24

siswa yang tuntas (77,45) siklus 2 terdat 29 siswa (93,55). Selain itu terdapat

hubngan antara kerjasama dan hasil belajar dilihat dari uji korelasi rho spearman

pada siklus 1 korelasi 0,980 (hubungan sangat kat) siklus 2 korelas 0,982

(hubngan sangat kuat).

Dari analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan model

pembelajaran Numbered Head Together dapat meningkatkan hasil belajar IPA

siswa kelas IV.

Persamaannya dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu

adalah penerapan model pembelajaran Numbered Head Together meningkatkan

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian PTK

19

hasil belajar. Sedangkan perbedaanya terletak pada lokasi penelitian dan jenjang

pendidikan. Sehingga untuk meningkatkan hasil belajar siswa penelitian ini masih

layak dilaksanakan.

Berdasarkan penelitian terdahulu, melalui penelitian tindakan kelas peneliti

menerapkan model pembelajaran Numbered Head Together dengan tujuan

meningkatkan hasil belajar IPA melalui kegiatan berkelompok dengan tujuan

memberikan kesempatan siswa untuk bertukar ide atau pendapat dalam

menyelesaikan masalah yang diberikan oleh guru dengan mempertimbangkan

jawaban yang tepat. Dengan melakukan kegiatan berkelompok siswa lebih tertarik

mengikuti pelajaran sehingga hasil belajar pada mata pelajaran tersebut dapat

meningkat.

Penelitian yang telah diuraikan di atas masih berhubungan dengan penelitian

ini. Dengan demikian penelitian tersebut mendukung penelitian ini. Penelitian ini

menerapkan model pembelajaran Numbered Head Together pada peningkatan

hasil belajar IPA di SD Negeri Kutowinangun 04 Salatiga.

2.3 KERANGKA BERFIKIR

Pada kondisi awal pembelajaran, guru hanya menggunakan masih mengajar

dengan menggunakan model pemebelajaran konvensional, yaitu ceramah. Siswa

kelas IV menjadi merasa bosan dan tidak merasa bersemangat untuk

mendengarkan materi yang disampaikan guru. Guru juga tidak memberikan

kesempatan pada siswa untuk menyerap materi yang telah diajukan oleh guru dan

tidak membuat motivasi dalam pembelajaran kurang menyenangkan hanya

bergantung pada penjelasan dan ceramah dari guru.

Dalam kondisi tersebut peneliti melasanakan tindakan dengan menerapkan

model pembelajaran cooperative learning model NHT untuk memberikan

kesempatan kepada siswa untuk saling membagi ide ide kreatif dan memberikan

jawaban yang tepat. Selain itu, teknik ini juga mendorong siswa untuk

meningkatkan semangat kerja sama antar peserta didik. NHT merupakan model

pembelajaran yang paling tepat untuk digunakan di SD dan diterapkan dengan

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian PTK

20

menelaah materi 4 tahapan, yaitu: Penomoran, pengajuan pertanyaan oleh guru

diskusi dan menjawab pertanyaan. Sebelum pembelajaran dimulai siswa dibentuk

kelompok setiap kelompok terdiri dari 4 anggota\siswa yang dipilih heterogen.

Kemudian langkah pertama penomoran ,tiap kelompok mendapatkan nomor

1,2,3,4 dan nomor tersebut dipasang dikepala masing masing sebagai identitas.

Langkah selanjutnya membacakan materi dan menyimak. Kemudian seluruh

anggota siap untuk menerima pertanyaan dari guru. Guru memanggil dari salah

satu nomor berkewajiban untuk menjawab pertanyaan kepada teman sekelas,

siswa dari kelompok lain memberikan penyelesaian jika kelompok yang ditunjuk

tidak bisa menjawab/menanggapi. Siswa melakukan penegasan terhadap materi

yang dipelajari dengan bimbingan dari guru. pembelajaran kooperatif learning

model NHT siswa dapat termotivasi untuk belajar menyampaikan pendapat dan

bersosialisasi dengan teman sekelas sekaligus berdampak positif terhadap hasil

belajar yang meningkat di atas KKM.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian PTK

21

Supaya peneliti tidak menyimpang dari permasalahan, maka peneliti

mempuyai gambaran kerangka befikir. Adapun kerangka berfikir sebagai berikut:

Gambar 2.1

Gambar. 2.1 Kerangka Berfikir

Kondisi Awal

Tindakan

Kondisi Akhir Hasil belajar lebih meningkat

Penggunaan model

pembelajaran Numbered

Head together (NHT)

1. Siwa berfikir bersama

sama menyatukan

pendapat terhadap

jawaban.

2. Pembelajaran

menyenangkan.

3. Prilaku mengganggu

kurang

4. Pemahaman lebih

mendalam.

Menggunakan strategi yang

konvensional:

1. Kurang melibatkan

siswa

2. Hanya ada komunikasi

1 arah

3. Siswa pasif

4.

5.

Hasil belajar siswa

rendah

Hasil belajar siswa

meningkat

Pemantapan model

pembelajaran

Numbered Head

together (NHT)

1. Membenahi

kegiatan

pembelajaran yang

kurang efektif.

2. Memotivasi siswa

agar lebih aktif lagi

dalam proses

pembelajaran.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian PTK

22

2.4 Hipotesa Penelitian

Berdasarkan landasan teori dan kerangka berfikir yang telah diuraikan, maka

hipotesis tindakan yang peneliti ajukan bahwa: ”model pembelajaran kooperatif

tipe Numbered Head Together dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa

kelas IV SD Negeri Kutowinangun 04 Salatiga.