12
1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kajian Teori 2.1.1 Keterampilan Membaca Permulaan Membaca permulaan umumnya dimulai sejak anak masuk kelas I SD, yaitu pada saat berusia sekitar enam tahun. Meskipun demikian, ada anak yang sudah belajar membaca lebih awal dan ada pula yang baru belajar membaca pada usia tujuh tahun atau delapan tahun. Sudah lama terjadi perdebatan antara peneliti yang menekankan pada pengenalan simbol dengan yang pada pengenalan kata atau kalimat secara utuh. Membaca bukan hanya mengucapkan bahasa tulisan atau lambing bunyi bahasa, melainkan juga menanggapi dan memahami isi bahasa tulisan, dengan demikian membaca pada hakikatnya merupakan suatu bentuk komunikasi tulis. Membaca permulaan tanpa buku diberikan dengan pertimbangan agar siswa yang baru masuk sekolah tidak langsung dibebani masalah-masalah yang memberatkan dirinya. Karena itu siswa hanya dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan misalnya menyimak cerita guru, tanya jawab dengan guru, memperhatikan gambar yang diperlihatkan guru, membicarakan gambar. Abdurrahman (2000 : 201) mengemukakan bahwa ada delapan 1actor yang memberikan sumbangan bagi keberhasilan belajar membaca yaitu sebagai berikut : (1) Kematangan mental, (2) Kemampuan visual, (3) Kemampuan mendengarkan, (4) Perkembangan wicara dan bahasa, (5) Keterampilan berpikir dan memperhatikan, (6) Perkembangan motorik, (7) Kematangan 1actor dan emosional, (8) Motivasi dan minat. Menurut Depdikbud (1991:8) dalam melaksanakan pengajaran membaca permulaan hendaknya guru memperhatikan hal-hal berikut : 1) Tingkat perkembangan anak Perkembangan anak yang satu dengan yang lain berbeda-beda, baik secara fifik maupun psikis. Ada perkembangan cepat, ada pula yang lambat. Anak usia sekolah dasar pada umumnya mempunyai kecenderungan untuk meniru

BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kajian Teori 2.1.1 Keterampilan

  • Upload
    others

  • View
    12

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kajian Teori 2.1.1 Keterampilan

1

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

1.1 Kajian Teori

2.1.1 Keterampilan Membaca Permulaan

Membaca permulaan umumnya dimulai sejak anak masuk kelas I SD,

yaitu pada saat berusia sekitar enam tahun. Meskipun demikian, ada anak yang

sudah belajar membaca lebih awal dan ada pula yang baru belajar membaca

pada usia tujuh tahun atau delapan tahun. Sudah lama terjadi perdebatan

antara peneliti yang menekankan pada pengenalan simbol dengan yang pada

pengenalan kata atau kalimat secara utuh.

Membaca bukan hanya mengucapkan bahasa tulisan atau lambing

bunyi bahasa, melainkan juga menanggapi dan memahami isi bahasa tulisan,

dengan demikian membaca pada hakikatnya merupakan suatu bentuk

komunikasi tulis.

Membaca permulaan tanpa buku diberikan dengan pertimbangan agar

siswa yang baru masuk sekolah tidak langsung dibebani masalah-masalah

yang memberatkan dirinya. Karena itu siswa hanya dilibatkan dalam

kegiatan-kegiatan misalnya menyimak cerita guru, tanya jawab dengan guru,

memperhatikan gambar yang diperlihatkan guru, membicarakan gambar.

Abdurrahman (2000 : 201) mengemukakan bahwa ada delapan 1actor

yang memberikan sumbangan bagi keberhasilan belajar membaca yaitu

sebagai berikut : (1) Kematangan mental, (2) Kemampuan visual, (3)

Kemampuan mendengarkan, (4) Perkembangan wicara dan bahasa, (5)

Keterampilan berpikir dan memperhatikan, (6) Perkembangan motorik, (7)

Kematangan 1actor dan emosional, (8) Motivasi dan minat.

Menurut Depdikbud (1991:8) dalam melaksanakan pengajaran membaca

permulaan hendaknya guru memperhatikan hal-hal berikut :

1) Tingkat perkembangan anak

Perkembangan anak yang satu dengan yang lain berbeda-beda, baik secara

fifik maupun psikis. Ada perkembangan cepat, ada pula yang lambat. Anak

usia sekolah dasar pada umumnya mempunyai kecenderungan untuk meniru

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kajian Teori 2.1.1 Keterampilan

2

serta besar sekali rasa ingin tahu terhadap sesuatu. Selain itu pada anak

tersebut terdapat potensi yang besar untuk mengembangkan bakat, minat

dan kemampuan. Oleh karena itu guru hendaknya dapat memanfaatkan

kesempatan itu untuk membangkitkan bakat, minat dan kemampuan anak

dengan memberikan dorongan serta bimbingan yang tepat sesuai dengan

tingkat perkembangan.

2) Tingkat kesiapan anak

Tingkat kesiapan anak dalam menerima pelajaran berbeda-beda. Anak kelas

I yang berasal dari TK tentu lebih siap menerima pelajaran dari pada yang

sama sekali belum bersekolah. Untuk itulah guru hendaknya memberikan

perhatian khusus kepada anak yang belum siap agar segera dapat

menyesuaikan diri. Sedangkan anak yang sudah siap, hendaknya diberi

kegiatan tambahan.

3) Peralatan / perlengkapan

Alat adalah sarana yang sangat diperlukan dalam menunjang keberhasilan

proses belajar mengajar, oleh sebab itu guru hendaknya mempersiapkan

peralatan dan perlengkapan pengajaran sesuai dengan pokok bahasan yang

diajarkan. Alat atau perlengkapan yang dapat dipersiapkan antara lain : kartu

gambar, kartu nama, kartu huruf, kartu suku kata, kartu kata, kartu kalimat,

contoh tulisan baku, dan lain-lain.

4) Keaktifan anak

Dalam kegiatan belajar mengajar hendaknya aktifitas siswa lebih

diperhatikan dan aktivitas siswa lebih banyak dari pada guru. Guru adalah

pencipta kegiatan belajar siswa. Siswa sebagai obyek yang akan dibentuk

hendaknya guru, jadi bila penjelasan guru mudah dicerna siswa, maka

siswapun dapat dengan mudah mengerti apa yang dijelaskan guru.

5) Sikap membaca dan menulis yang benar

Dalam membaca dan menulis perlu diperhatikan 2actor kesehatan anak

diantaranya : a) Sikap duduk, b) Penerangan, c) Letak buku, d) Cara

memegang pensil ketika menulis untuk mengukur keterampilan membaca

anak.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kajian Teori 2.1.1 Keterampilan

3

2.1.2 Meningkatkan Keterampilan membaca permulaan dengan menggunakan

Metode Struktur Analisis Sintaksis (SAS).

a. Pengertian

Metode Struktur Analisis Sintaksis (SAS) merupakan metode membaca

permulaan yang terdiri atas tiga tahapan yaitu membaca secara struktural,

analisis dan sintaksis.

Dalam penerapannya metode SAS dibagi menjadi dua jenis yaitu metode

SAS tanpa buku dan dengan buku.

Metode SAS tanpa buku dilakukan dengan cara :

1) Merekam bahasa siswa

2) Menampilkan gambar sambil bercerita

3) Membaca gambar

4) Membaca gambar dengan kartu kalimat

5) Membaca kalimat secara structural

6) Membaca secara analisis

7) Membaca secara sintesis.

b. Kelebihan

Pembelajaran dengan menggunakan metode SAS lebih efektif hingga

memiliki hasil yang memuaskan, karena dengan menggunakan kartu huruf

tersebut terdapat keunggulan yaitu lebih efisisen, lebih efektif dan mudah

dimengerti.

c. Kekurangan

Keterbatasan metode SAS hanya digunakan dalam pembelajaran bahasa

Indonesia (membaca permulaan).

d. Langkah – langkah pembelajaran

1. Merekam bahasa siswa

Bahasa yang digunakan siswa direkam untuk bahan bacaan siswa.

Bahasa yang direkam bahasa Indonesia baku yang berwujud kalimat.

Kalimat yang digunakan sebagai bahan bacaan adalah yang sesuai

dengan tingkat baca siswa sehingga bahasa hasil rekaman dipilih

terlebih dahulu, tidak semua bahasa hasil rekaman dipakai sebagai

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kajian Teori 2.1.1 Keterampilan

4

bahan bacaan. Bahan bacaan bisa saja disederhanakan terlebih dahulu.

Karena bahasa yang digunakan adalah bahasa siswa, siswa tidak

mengalami kesulitan dalam membaca. Hal tersebut relevan dengan

nafas pembelajaran kontekstual. Misalnya, hasil merekam bahasa

siswa kelas I SD 3 Sambung Kudus adalah berikut ini.

Dona : “Kamu diantar siapa?”

Bunga ; “Bapak. Kamu membawa apa?”

Dona : “Bola.”

Bunga : “Bola siapa?”

Dona : “Bola saya.”

Bunga : ”Warnanya apa?”

Dona : ”Putih.”

Dari hasil rekaman tersebut dapat disusun menjadi bacaan berikut

ini :

Bola

Ini bola

Ini bola saya

Bola saya putih

2. Menampilkan gambar sambil bercerita

Guru menampilkan gambar kepada siswa sambil bercerita.

Gambar yang diperlihatkan adalah gambar sederhana, mudah dilihat

dan dikenal siswa. Cerita yang disampaikan guru merupakan cerita

tentang gambar yang diperihatkan dengan kalimat-kalimat yang bisa

dipahami siswa dan sesuai tingkat baca siswa. Kalimat-kalimat yang

diucapkan guru digunakan sebagai dasar membuat bahan bacaan

siswa. Misalnya, gambar dan cerita guru adalah berikut ini.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kajian Teori 2.1.1 Keterampilan

5

1. Guru memperlihatkan (ditempel di papan tulis) gambar seorang

siswa sedang makan nasi.

2. Guru menceritakan mengenai gambar yang diperlihatkannya

dengan kalimat berikut ini :

“Ini Riko.”

“Riko sedang makan.”

“Riko makan nasi.”

3. Kalimat-kalimat itu ditulis di papan tulis untuk digunakan sebagai

bahan bacaan siswa.

4. Guru mengajarkan membaca ketiga kalimat tersebut.

3. Membaca gambar

Membaca gambar caranya sama dengan menampilkan gambar

sambil cerita, yaitu guru memperlihatkan sebuah gambar. Setelah

menampilkan gambar, guru mengucapkan sebuah kalimat gambar

tersebut. Kalimat berikutnya tidak dari guru, melainkan dari siswa.

Siswa diminta melanjutkan cerita guru dengan cara membaca gambar

yang dilihatnya dibawah bimbingan guru. Contoh penerapannya

adalah berikut ini.

1. Guru memperlihatkan gambar seorang ibu sedang mencuci yang

telah ditempel di papan tulis.

2. Guru mengucapkan satu kalimat “Ini Ibu.”

3. Siswa diminta melanjutkan kalimat itu dengan melihat gambar.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kajian Teori 2.1.1 Keterampilan

6

4. Siswa membuat kalimat berikutnya, misalnya :

“Ibu mencuci.”

“Ibu sedang mencuci.”

“Ibu mencuci baju.”

“Ibu mencuci celana.”

5. Kalimat yang diucapkan guru dan siswa ditulis di papan tulis

dijadikan sabagai bahan bacaan siswa.

6. Siswa belajar membaca bacaan tersebut.

4. Membaca gambar dengan kartu kalimat

Kali pertama yang dilakukan guru dalam membaca gambar

dengan kartu kalimat adalah memperhatikan gambar pada siswa.

Dengan bimbingan guru, siswa membaca gambar dengan membuat

(mengucapkan) kalimat. Setelah siswa dapat mengucapkan kalimat-

kalimat yang dibuatnya dengan lancar, guru menulis kalimat-kalimat

tersebut dalam kartu kalimat yang kemudian ditempelkan di papan

tulis. Selain kartu kalimat, guru juga membuat kartu kata, kartu suku

kata, dan kartu huruf dari kalimat-kalimat yang dibuat siswa. Untuk

mempermudah pelaksanaannya digunakan media berupa papan slip

atau papan panel, kartu kalimat, kartu kata, kartu suku kata, kartu

huruf, dan kartu gambar. Dengan media-media tersebut, pembelajaran

membaca dengan prosedur mengurai unsur-unsur bacaan akan lebih

mudah.

Contoh media berupa kartu kalimat, kata, suku kata, dan huruf-

huruf adalah berikut ini.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kajian Teori 2.1.1 Keterampilan

7

10

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kajian Teori 2.1.1 Keterampilan

8

Merekam bahasa lisan, menampilkan gambar sambil bercerita,

membaca gambar, dan membaca gambar dengan kartu mempunyai

tujuan yang sama, yaitu membuat bahan bacaan yang akan dibaca

siswa dengan metode SAS. Namun, masing-masing cara tersebut

mempunyai cara kerja yang berbeda. Merekam bahasa siswa

menyiapkan bahwa bacaan dengan cara merekam bahasa siswa. Cara

yang digunakan dalam menampilkan gambar sambil cerita adalah guru

menampilkan gambar dan gurulah yang membuat kalimat. Bahan

bacaan yang dibuat dengan membaca gambar adalah guru

menampilkan gambar dan siswalah yang membuat kalimat setelah

guru memancingnya dengan satu kalimat. Membaca gambar dengan

kartu gambar menyiapkan bacaannya sama dengan membaca gambar.

Bedanya adalah setelah kalimat tercipta tidak ditulis di papan tulis,

tetapi ditulis dalam kartu.

Setelah bahan bacaan sudah ada, tahap berikutnya adalah

membaca secara struktural, analisis dan sintesis (SAS).

5. Membaca kalimat secara struktural

Membaca secara struktural (s) adalah membaca bacaan yang

berupa kalimat-kalimat secara struktural, yaitu membaca kata demi

kata yang menyusun kalimat yang dibacanya. Kalimat dipandang

sebagai susunan dari kata-kata yang berstruktur. Contoh membaca

secara structural adalah berikut ini :

Ini baju

Ini baju Dona

Baju Dona baru

Baju Dona bagus

Keempat kalimat tersebut dibaca secara kata demi kata, yaitu :

1. Kalimat pertama dibaca “ini” dan “baju”

2. Kalimat kedua dibaca “ini”,“baju” dan “dona”

3. Kalimat ketiga dibaca “baju”, “dona” dan “baru”

4. Kalimat keempat dibaca baju”, “dona” dan “bagus”

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kajian Teori 2.1.1 Keterampilan

9

Kalimat-kalimat tersebut dilihat dari struktur yang membentuknya

semakin meningkat. Kalimat pertama terdiri atas dua kata, sedangkan

kalimat berikutnya terdiri atasa tiga kata. Kalimat kedua menggunakan

tiga kata yang terdiri atas 11 huruf, kalimat ketiga kata 12 huruf, dan

kalimat keempat tiga kata 13 huruf sehingga kalimat-kalimat tersusun

atas huruf-huruf yang semakin meningkat jumlahnya.

6. Membaca secara analisis

Membaca secara analisis merupakan membaca dengan cara

menganalisis (mengurai) unsur bacaan yang besar, kalimat yang dibaca

menjadi kata-kata, kata-kata menjadi suku kata-suku kata, dan suku

kata menjadi huruf-huruf.

Contoh membaca secara analisis adalah berikut ini :

1. ini baju

ini baju

i – ni ba – ju

i – n – I b – a – j – u

2. ini baju dona

ini baju dona

i - ni ba – ju do – na

i – n – i b – a – j – u d – o – n – a

tahap-tahap membaca contoh 1 dan 2 adalah :

1. pembaca membaca kalimat

2. pembaca membaca kata demi kata

3. pembaca membaca suku demi suku, dan

4. pembaca membaca huruf demi huruf.

7. Membaca secara sintesis.

Membaca secara sintesis adalah membaca dengan cara

mensintesis (merangkai) unsur pembentuk bacaan yang kecil menjadi

yang lebih besar, yaitu merangkai huruf-huruf menjadi suku kata, suku

kata-suku kata menjadi kata, dan kata-kata menjadi kalimat.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kajian Teori 2.1.1 Keterampilan

10

Contoh membaca secara sintesis adalah berikut ini :

1. i – n – I b – a – j – u

i – ni ba – ju

ini baju

ini baju

2. i – n – i b – a – j – u d – o – n – a

i - ni ba – ju do – na

ini baju dona

ini baju dona

tahap-tahap membaca contoh 1 dan 2 adalah :

1. pembaca membaca huruf demi huruf.

2. pembaca membaca suku demi suku,

3. pembaca membaca kata demi kata dan

4. pembaca membaca kalimat

tahap-tahap membaca ini kebalikan dengan tahap-tahap membaca

secara analisis. Membaca secara sintesis dimulai dari membaca unsur

bacaan yang paling kecil (huruf) menjadi unsur yang paling besar

(kalimat), sedangkan membaca secara analisis dimulai dari membaca

unsur bacaan yang paling besar (kalimat) menjadi unsur yang paling

kecil (huruf).

Ketiga tahapan metode SAS dalam praktek membaca

dilaksanakan secara berlanjut dan padu. Membaca dimulai dari tahap

structural, dilanjutkan dengan tahap analisis, dan diakhiri dengan tahap

sintesis. Membaca dengan metode SAS yang berkelanjutan dan untuh

contohnya adalah berikut ini :

ini baju

ini baju

i – ni ba – ju

i – n – i b – a – j – u

i – ni ba – ju

ini baju

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kajian Teori 2.1.1 Keterampilan

11

ini baju

ini baju dona

ini baju dona

i - ni ba – ju do – na

i – n – i b – a – j – u d – o – n – a

i - ni ba – ju do – na

ini baju dona

ini baju dona

tahap-tahap membaca kedua bacaan tersebut adalah :

1. pembaca membaca kalimat

2. pembaca membaca kata demi kata

3. pembaca membaca suku demi suku

4. pembaca membaca huruf demi huruf.

5. pembaca membaca suku demi suku

6. pembaca membaca kata demi kata

7. pembaca membaca kalimat

2.2 Kajian Empris/ hasil penelitian yang relevan

Menurut Sukartiningsih (2004), penelitian yang berjudul “Peningkatan

Kualitas Pembelajaran membaca dan Menulis Permulaan di kelas I Sekolah Dasar

Melalui Media Kata Gambar”. Menyimpulkan bahwa seperangkat media kata

bergambar yang dapat dipergunakan sebagai media alternative dalam pembelajaran

membaca dan menulis permulaan di SD selain media lain yang dapat digunakan,

diantaranya adalah metode syair dan lagu, metode membaca puisi, membacakan

dongeng, dramatisasi, permainan boneka dan sebagainya.

Langkah-langkah pembelajaran metode SAS menggunakan berbagai media

antara lain gambar, kartu kalimat, kartu suku kata dan kartu huruf.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kajian Teori 2.1.1 Keterampilan

12

2.3 Kerangka Berfikir

Berikut ini merupakan bagan yang menjadi kerangka berfikir pada penelitian

tindakan kelas, sebagai berikut :

Maksudnya adalah siswa sebagai objek yang akan diberi pelajaran Bahasa

Indonesia dengan materi keterapilan membaca permulaan, guru menggunakan kartu

huruf sebagai media untuk menjelaskan kepada siswa cara membaca yang efektif

hingga memiliki hasil yang sangat memuaskan karena dengan menggunakan kartu

huruf tersebut terdapat keunggulan yaitu lebih efisien, lebih efektif dan mudah

dimengerti. Guru melaksanakan tes pada setiap akhir siklus yang diadakan.

2.4 Hipotesis Tindakan

“Metode Struktur Analisis Sintaksis (SAS) Dapat Meningkatkan Keterampilan

Membaca Permulaan Siswa Kelas I SDN 3 Sambung Undaan Kudus Semester 1

tahun 2012/2013.”

Metode SAS

Siswa senang, aktif

Keterampilan membaca

Meningkat

Lebih Efisien

Lebih Efektif

Lebih Mudah

Tes lesan dan

Tertulis Setiap

Tahap Siklus I

Siswa

Pembelajaran Bahasa

Keterampilan membaca

permulaan

Metode Ceramah

Keterampilan

membaca Rendah

KEUNGGULAN

Pembelajaran Bahasa

Keterampilan membaca

permulaan

15