28
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode Pembelajaran Mind Mapping Metode pembelajaran mind mapping merupakan temuan Tony Buzan. Buzan, yang oleh banyak kalangan disetarakan kehebatannya dengan Stephen Hawking (jika Hawking ahli mengeksplorasi ruang angkasa, Buzan ahli dalam mengeksplorasi otak), menemukan mind mapping pada 1970-an. Sejak 1975, bersama Micahel J. Gelb, Buzan mengembangkan mind mapping sebagai alat untuk melatih orang berpikir dengan lebih berdayaguna. Metode pembelajaran mind mapping adalah sistem penyimpanan, penarikan data, dan akses yang luar biasa untuk perpustakan raksasa, yang sebenarnya ada dalam otak manusia yang menakjubkan ( Tony Buzan, 2010: 12). Selain itu mind mapping menurut Tony Buzan (2010: 4) adalah cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil informasi ke luar dari otak-mind Maping adalah cara mencatat kreatif, efektif dan secara harfiah akan “memetakan” pikiran-pikiran kita. Dengan mind mapping daftar informasi yang panjang bisa dialihkan menjadi diagram warna-warni, sangat teratur, dan mudah diingat yang bekerja selaras dengan cara kerja otak dalam melakukan berbagai hal. DePorter dan Hernacki (2006: 152) mengungkapkan bahwa mind mapping menggunakan pengingat-ingat visual dan sensorik dalam suatu pola dari ide-ide yang berkaitan, seperti peta jalan yang digunakan untuk belajar, mengorganisasikan, dan merencanakan. mind mapping ini dapat membangkitkan ide-ide orisinal dan memicu ingatan yang mudah. Metode pembelajaran mind mapping adalah cara paling efektif dan efisien untuk memasukkan, menyimpan dan mengeluarkan data dari/ke otak (Edward, 2009: 64). Lebih lanjut Buzan (2007: 4) berpendapat bahwa mind mapping adalah cara mudah menggali informasi dari dalam dan dari luar otak. Dalam mind

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Metode Pembelajaran Mind Mapping

Metode pembelajaran mind mapping merupakan temuan Tony Buzan.

Buzan, yang oleh banyak kalangan disetarakan kehebatannya dengan Stephen

Hawking (jika Hawking ahli mengeksplorasi ruang angkasa, Buzan ahli dalam

mengeksplorasi otak), menemukan mind mapping pada 1970-an. Sejak 1975,

bersama Micahel J. Gelb, Buzan mengembangkan mind mapping sebagai alat

untuk melatih orang berpikir dengan lebih berdayaguna.

Metode pembelajaran mind mapping adalah sistem penyimpanan,

penarikan data, dan akses yang luar biasa untuk perpustakan raksasa, yang

sebenarnya ada dalam otak manusia yang menakjubkan ( Tony Buzan, 2010: 12).

Selain itu mind mapping menurut Tony Buzan (2010: 4) adalah cara termudah

untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil informasi ke luar

dari otak-mind Maping adalah cara mencatat kreatif, efektif dan secara harfiah

akan “memetakan” pikiran-pikiran kita. Dengan mind mapping daftar informasi

yang panjang bisa dialihkan menjadi diagram warna-warni, sangat teratur, dan

mudah diingat yang bekerja selaras dengan cara kerja otak dalam melakukan

berbagai hal.

DePorter dan Hernacki (2006: 152) mengungkapkan bahwa mind mapping

menggunakan pengingat-ingat visual dan sensorik dalam suatu pola dari ide-ide

yang berkaitan, seperti peta jalan yang digunakan untuk belajar,

mengorganisasikan, dan merencanakan. mind mapping ini dapat membangkitkan

ide-ide orisinal dan memicu ingatan yang mudah.

Metode pembelajaran mind mapping adalah cara paling efektif dan efisien

untuk memasukkan, menyimpan dan mengeluarkan data dari/ke otak (Edward,

2009: 64). Lebih lanjut Buzan (2007: 4) berpendapat bahwa mind mapping adalah

cara mudah menggali informasi dari dalam dan dari luar otak. Dalam mind

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode

8

mapping sistem bekerja otak diatur secara alami. Otomatis kerjanya pun sesuai

dengan kealamian cara berpikir manusia. mind mapping membuat otak manusia

ter-eksplor dengan baik, dan bekerja sesuai fungsinya. Seperti kita ketahui, otak

manusia terdiri dari otak kanan dan otak kiri. Dalam mind mapping, kedua sistem

otak diaktifkan sesuai porsinya masing-masing. Kemampuan otak akan

pengenalan visual untuk mendapatkan hasil yang sebesar-besarnya (Buzan, 2010:

9). Dengan kombinasi warna, gambar, dan cabang-cabang melengkung, akan

merangsang secara visual. Sehingga infomasi dari mind mapping mudah untuk

diingat.

Ada beberapa petunjuk dan langkah – langkah dalam membuat metode

pembelajaran mind mapping, sebelum membuat sebuah peta dan pensil warna,

otak serta imajinasi. pikiran diperlukan beberapa bahan, yaitu kertas kosong tak

bergaris, pena dan pensil warna,otak serta imajinasi, Buzan (2010:15)

mengemukakan ada tujuh langkah untuk membuat mind mapping yaitu sebagai

berikut:

1. Mulai dari bagian tengah kertas kosong yang sisi panjangnya diletakkan

mendatar,karena memulai dari tengah memberi kebebasan pada otak untuk

menyebar ke segala arah dan untuk mengungkapkan dirinya secara lebih

bebas dan alami.

2. Gunakan gambar atau foto untuk ide sentral, karena sebuah gambar bermakna

seribu kata dan membantu kita menggunakan imajinasi. Gambar sentral akan

lebih menarik kita tetap terfokus,membantu kita berkonsentrasi,dan

mengaktifkan otak.

3. Menggunakan warna yang menarik,karena bagi otak, warna sama menariknya

dengan gambar, warna membuat mind mapping lebih hidup menambah energi

pada pemikiran yang kreatif dan menyenangkan.

4. Hubungan cabang-cabang utama ke gambar pusat dan hubungkan cabang-

cabang tingkat dua dan tingkat tiga ke tingkat satu dan dua dan seterusnya.

Karena otak berkerja menurut asosiasi. Otak seneng mengaitkan dua atau tiga

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode

9

atau empat hal sekaligus. Bila kita menghubungkan cabang-cabang, kita akan

lebih mudah mengerti dan mengingat.

5. Buatlah garis hubung yang melengkung bukan garis lurus karena akan

membosankan otak. Cabang-cabang yang melengkung dan organis seperti

cabang-cabang pohon jauh lebih menarik bagi mata.

6. Gunakan satu kata kunci untuk setiap garis karena dengan kata kunci tunggal

dapat memberi banyak daya dan flksibilitas kepada mind Map.

7. Gunakan gambar,karena seperti gambar sentral, setiap gambar bermakna

seribu kata.

Adapun kelebihan langkah – langkah diatas adalah memberi bentuk

ringkas sebuah materi yang luas,menarik dan memberi kebebasan otak untuk

berkreasi. Sedangkan kekurangannya adalah ketika mengaitkan empat hal

sekaligus sehingga membuat mind map hanya akan dipahami oleh pembuat,

sementara itu orang lain yang membaca butuh waktu cukup lama untuk

mempelajarinya karena hanya dibantu satu kata kunci tiap garisnya. Solusinya

kata kunci dibantu atau ditambahi dua atau lebih kata keterangan.Selain itu

penggunaan gambar dalam mind map yang bisa bermakna seribu kata. Hal ini

terkadang bisa menimbulkan perbedaan penafsiran orang yang satu dengan

lainnya. Oleh karena itu penggunaan gambar dalam mind map sebaiknya

dilengkapi dengan kata di bawah gambar yang menerangkan gambar apa itu.

Langkah – langkah membuat mind mapping menurut Muhammad Noer

(http://www.Muhammadnoer.com) dalam membuat mind mapping adalah sebagai

berikut:

1. Buatlah judul di tengah-tengah catatan yang hendak kita buat, dengan

menggunakan warna yang disukai anak .

2. Buatlah cabang-cabang utama, Setiap cabang sebaiknya menggunakan warna

yang berbeda-beda untuk memudahkan asosiasi.

3. Mengembangkan cabang – cabang utama dengan menambahkan gambar atau

ilustrasi untuk memudahkan setiap asosiasi pada tiap cabang.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode

10

4. Mengembangkan cabang – cabang berikutnya dengan menambahkan gambar-

gambar.

Kelebihan pada langkah – langkah di atas adalah Bentuk cukup sederhana

sehingga lebih memudahkan dalam penafsiran.Menarik dan tidak membosankan

karena penggunaan gambar dan garis dengan warna berbeda. Sedangkan

kekurangan penggunaan warna berbeda pada cabang utama terkadang bisa

membuat otak menjadi pusing dan muncul ketidakpahaman atas maksud dari

cabang utama tersebut.Solusinya adalah akan lebih baik jika kita menggunakan

warna yang sama pada cabang utama agar menyamakan persepsi. Variasi warna

bisa kita lakukan ketika membuat cabang dari cabang utama,garisnya kita beri

warna berbeda dari warna garis cabang utama, demikian seterusnya. Kita akan

mendapatkan variasi warna berbeda dari kelompok tiap cabang.

Langkah-langkah membuat mind mapping menurut Gordon Dryden dan

jeannette,vos (http://setyo1984.blogspot.com) adalah sebagai berikut:

1. Bayangkan sel-sel otak (neuron) Anda seperti pohon, masing-masing

menyimpan informasi yang berhubungan pada cabang-cabangnya.

2. Susunlah kembali poin-poin kunci, dari topik mana pun yang ingin Anda

keluarkan atau Anda serap, di atas selembar kertas putih sebagaimana bentuk

pohon (neuron) yang bercabang-cabang.

3. Mulailah dengan gagasan inti, biasanya dengan satu simbol, di tengah

halaman, lalu gambarlah cabang-cabangnya menyebar di sekelilingnya.

4. Usahakan mencatat hanya satu kata atau simbol untuk setiap poin yang ingin

Anda ingat atau tampakkan, satu tema utama untuk setiap cabang.

5. Letakkan poin-poin yang berhubungan pada cabang utama yang sama,

masing-masing membentuk sub cabang.

6. Gunakan pensil atau spidol berwarna untuk topik-topik yang berhubungan.

7. Lukislah sebanyak mungkin gambar atau simbol.

8. Ketika Anda melengkapi setiap cabang, lingkari dengan garis batas berwarna.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode

11

9. Kembangkan terus setiap cabang secara teratur. Ada kemungkinan cabang

yang membesar dan banyak dapat kita pisahkan untuk menjadi mind mapping

yang baru, dan seterusnya.

Kelebihan dari langkah-langkah di atas adalah Kita bisa menghasilkan

mind map sebanyak mungkin dan tiap kajian akan terus dikaji sampai pada batas

maksimal. Selain itu akan menarik karena berbentuk pohon yang berwarna.

Sementara kekurangan dari langkah- langkah diatas adalah bisa melebar dan

keluar dari ide pokok yang ditentukan pada mulanya, akibat dari tidak terbatasnya

pengembangan tiap cabang. Sehingga terkadang penekanannya tidak pada topik

utama tapi pada topic lain yang dianggap lebih menarik setelah dikaji. Solusinya

adalah penentuan dan penetapan batasan pengembangan mind map. Batasannya

adalah pengembangan mind map dihentikan ketika pengembangannya sudah

keluar dari topik utama yang akan dibahas.

Dari beberapa pendapat di atas, langkah-langkah pelaksanaan

pembelajaran yang akan digunakan peneliti adalah sebagai berikut:

1. Memberikan kertas kosong kepada siswa.

2. Menuliskan judul/tema pada kertas kosong tersebut dengan sisi yang

panjangnya diletakkan secara mendatar.

3. Membuat cabang-cabang utama dengan garis tebal dengan berbagai warna

yang berbeda.

4. Siswa menuliskan kata kunci untuk setiap cabang bisa dalam bentuk tulisan

maupun simbol.

5. Mengembangkan cabang – cabang utama dengan garis melengkung.

6. Menggunakan satu kata kunci untuk setiap garis.

Dalam membuat mind mapping juga diperlukan keberanian dan kreativitas

yang tinggi. Variasi dengan huruf kapital, warna, garis bawah atau simbol-simbol

yang menggambarkan poin atau gagasan utama. Menghidupkan mind mapping

yang telah dibuat akan lebih mengesankan.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode

12

Metode pembelajaran mind mapping adalah cara mencatat yang kreatif,

efektif dan secara harfiah akan memetakan pikiran-pikiran mind mapping juga

merupakan peta rute yang memudahkan ingatan dan memungkinkan untuk

menyusun fakta dan pikiran, dengan demikian cara kerja alami otak dilibatkan

sejak awal. Ini berarti mengingat informasi akan lebih mudah dan lebih bias

diandalkan daripada menggunakan teknik mencatat tradisional. Selain itu mind

mapping adalah sistem penyimpanan, penarikan data dan akses yang luar biasa

untuk perpustakaan raksasa dalam otak manusia yang menajubkan. mind mapping

bertujuan membuat materi pelajaran terpola secara visual dan grafis yang akhirnya

dapat membantu merekam, memperkuat, dan mengingat kembali informasi yang

telah dipelajari. mind mapping adalah satu teknik mencatat yang mengembangkan

gaya belajar visual. mind mapping memadukan dan mengembangkan potensi kerja

otak yang terdapat di dalam diri seseorang. Dengan adanya keterlibatan kedua

belahan otak maka akan memudahkan seseorang untuk mengatur dan mengingat

segala bentuk informasi, baik secara tertulis maupun secara verbal. Adanya

kombinasi warna, simbol, bentuk dan sebagainya memudahkan otak dalam

menyerap informasi yang diterima. mind mapping yang dibuat oleh siswa dapat

bervariasi pada setiap materi. Hal ini disebabkan karena berbedanya emosi dan

perasaan yang terdapat dalam diri siswa setiap saat. Suasana menyenangkan yang

diperoleh siswa ketika berada di ruang kelas pada saat proses belajar akan

mempengaruhi penciptaan mind mapping. Dengan demikian, guru diharapkan

dapat menciptakan suasana yang dapat mendukung kondisi belajar siswa terutama

dalam proses pembuatan mind mapping. Proses belajar yang dialami seseorang

sangat bergantung kepada lingkungan tempat belajar. Jika lingkungan belajar

dapat memberikan sugesti positif, maka akan baik dampaknya bagi proses dan

hasil belajar, sebaliknya jika lingkungan tersebut memberikan sugesti negatif

maka akan buruk dampaknya bagi proses dan hasil belajar.

Kegunaan Metode Pembelajaran Mind Mapping

Menurut Michael Michalko dalam Buzan (2010:6), metode pembelajaran

mind mapping dapat dimanfaatkan atau berguna untuk berbagai bidang termasuk

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode

13

bidang pendidikan. Kegunaan metode pembelajaran mind mapping dalam bidang

pendidikan:

a. Mengaktifkan seluruh otak.

b. Membereskan akal dari kekusutan mental.

c. Memungkinkan kita berfokus pada pokok bahasan.

d. Membantu menunjukan hubungan antara bagian-bagian informasi yang saling

terpisah.

e. Memberi gambaran yang jelas pada keseluruhan dan perincian.

f. Memungkinkan kita mengelompokkan konsep, membantu kita

membandingkannya.

g. Mensyaratkan kita untuk memusatkan perhatian pada pokok bahasan yang

membantu mengalihkan informasi tentangnya dari ingatan jangka pendek ke

ingatan jangka panjang.

Selain itu menurut Buzan (2010:54-130). Disamping itu, Metode

pembelajaran mind mapping juga dapat bermanfaat untuk :

1. Merangsang bekerjanya otak kiri dan kanan secara sinergis.

2. Membebaskan diri dari seluruh jeratan aturan ketika mengawali belajar.

3. Membantu seseorang mengalirkan diri tanpa hambatan.

4. Membuat rencana atau kerangka cerita.

5. Mengembangkan sebuah ide.

6. Membuat perencanaan sasaran pribadi.

7. Memulai usaha baru.

8. Meringkas isi sebuah buku.

9. Fleksibel.

10. Dapat memusatkan pemahaman.

11. Menigkatkan pemahaman.

12. Menyenangkan dan mudah diingat.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode

14

Tony Buzan telah menyusun sejumlah aturan yang harus diikuti agar Mind

mapping yang dibuat dapat memberikan manfaat yang optimal. Berikut adalah

ringkasan dari Law of Mind Mapping:

a. Kertas polos dengan ukuran minimal A4 dan paling baik adalah ukuran A3

dengan orientasi horizontal (Landscape). Central Topic diletakkan ditengah-

tengah kertas dan sedapat mungkin berupa Image dengan minimal 3 warna.

b. Garis lebih tebal untuk BOIs dan selanjutnya semakin jauh dari pusat garis

akan semakin tipis. Garis harus melengkung (tidak boleh garis lurus) dengan

panjang yang sama dengan panjang kata atau image yang ada di atasnya.

Seluruh garis harus tersambung ke pusat.

c. Menggunakan kata kunci saja dan hanya satu kata untuk satu garis. Harus

selalu menggunakan huruf cetak supaya lebih jelas dengan besar huruf yang

semakin mengecil untuk cabang yang semakin jauh dari pusat.

d. Menggunakan sebanyak mungkin gambar, kode, simbol, grafik, table dan

ritme karena lebih menarik serta mudah untuk diingat dan dipahami. Kalau

memungkinkan gunakan Image yang 3 Dimensi agar lebih menarik lagi.

e. Menggunakan minimal 3 warna dan lebih baik 5 – 6 warna. Warna berbeda

untuk setiap BOIs dan warna cabang harus mengikuti warna BOIs.

f. Menggunakan struktur radian dengan sentral topic terletak di tengah-tengah

kertas dan selanjutnya cabang-cabangnya menyebar ke segala arah. BOIs

umumnya terdiri dari 2 – 7 buah yang disusun sesuai dengan arah jarum jam

dimulai dari arah jam 1.

Terdapat empat langkah yang harus dilakukan proses pembelajaran berbasis mind

mapping, yaitu:

a. Overview: Tinjauan Menyeluruh terhadap suatu topik pada saat proses

pembelajaran baru dimulai. Hal ini bertujuan untuk memberi gambaran

umum kepada siswa tentang topik yang akan dipelajari. Khusus untuk

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode

15

pertemuan pertama pada setiap awal Semester, Overview dapat diisi dengan

kegiatan untuk membuat Master mind mapping yang merupakan rangkuman

dari seluruh topik yang akan diajarkan selama satu Semester yang biasanya

sudah ada dalam Silabus. Dengan demikian, sejak awal siswa sudah

mengetahui topik apa saja yang akan dipelajarinya sehingga membuka

peluang bagi siswa yang aktif untuk mempelajarinya lebih dahulu di rumah

atau di perpustakaan.

b. Preview: Tinjauan Awal merupakan lanjutan dari Overview sehingga

gambaran umum yang diberikan setingkat lebih detail daripada Overview dan

dapat berupa penjabaran lebih lanjut dari Silabus. Dengan demikian, siswa

diharapkan telah memiliki pengetahuan awal yang cukup mengenai sub-topik

dari bahan sebelum pembahasan yang lebih detail dimulai. Khusus untuk

bahan yang sangat sederhana, langkah Preview dapat dilewati sehingga

langsung masuk ke langkah Inview.

c. Inview: Tinjauan Mendalam yang merupakan inti dari suatu proses

pembelajaran, di mana suatu topik akan dibahas secara detail, terperinci dan

mendalam. Selama Inview ini, siswa diharapkan dapat mencatat informasi,

konsep atau rumus penting beserta grafik, daftar atau diagram untuk

membantu siswa dalam memahami dan menguasai bahan yang diajarkan.

d. Review: Tinjauan Ulang dilakukan menjelang berakhirnya jam pelajaran dan

berupa ringkasan dari bahan yang telah diajarkan serta ditekankan pada

informasi, konsep atau rumus penting yang harus diingat atau dikuasai oleh

siswa. Hal ini akan dapat membantu siswa untuk fokus dalam mempelajari-

ulang seluruh bahan yang diajarkan di sekolah pada saat di rumah. Review

dapat juga dilakukan saat pelajaran akan dimulai pada pertemuan berikutnya

untuk membantu siswa mengingatkan kembali bahan yang telah diajarkan

pada pertemuan sebelumnya.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode

16

Kelebihan dan Kelemahan Metode Pembelajaran Mind Mapping

Dilihat dari hakikat dan karakteristik, kelebihan metode pembelajaran mind

mapping dapat dikekumukakan sebagai berikut:

a. Dapat mengemukakan pendapat secara bebas.

b. Dapat bekerjasama dengan teman lainnya.

c. Catatan lebih padat dan jelas.

d. Lebih mudah mencari catatan jika diperlukan.

e. Catatan lebih terfokus pada inti materi.

f. Mudah melihat gambaran keseluruhan .

g. Membantu Otak untuk : mengatur, mengingat, membandingkan dan

membuat hubungan .

h. Memudahkan penambahan informasi baru.

i. Pengkajian ulang bisa lebih cepat.

j. Bersifat unik.

Sedangkan kelemahan metode pembelajaran mind mapping adalah:

1. Hanya siswa yang aktif yang terlibat.

2. Tidak sepenuhnya terjadi proses pada siswa yang kurang antusias.

3. Mind mapping siswa bervariasi sehingga guru akan kewalahan memeriksa

mind mapping siswa.

2.1.2 Hasil Belajar.

Menurut Sudjana, (2004 : 22) hasil belajar adalah kemampuan-

kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya.

Pengalaman belajar ini akan menghasilkan kemampuan yang menurut Horwart

Kingsley dalam bukunya menurut Sudjana, (2004 : 22) dibedakan menjadi tiga

macam kemampuan (hasil belajar) yaitu : (1). Keterampilan dan kebiasaan, (2).

Pengetahuan dan pengarahan, (3). Sikap dan cita-cita. Ketiga hasil belajar

(kemampuan) itulah yang harus dimiliki oleh siswa. Hasil belajar ini dapat dilihat

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode

17

dari dua sisi siswa, seperti yang dikemukakan oleh Dimyati dan Mudjiono (1999).

Ia memandang dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil

belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila

dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut

terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari

sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran.Untuk

memperoleh hasil belajar, diperlukan penilaian/ dilakukan evaluasi pada siswa

yang merupakan tindak lanjut atau cara yang dilakukan untuk mengukur tingkat

penguasaan siswa dalam proses pembelajaran yang telah dilakukan, sehingga

dengan evaluasi pendidik juga dapat mengukur tentang perubahan tingkah laku

siswa secara nyata setelah dilakukan proses belajar mengajar yang sesuai dengan

tujuan pengajaran. Jadi penilaian atau evaluasi hasil belajar adalah proses

pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria

tertentu ( Samsul Hadi dan Rukiyah, 2009)

Menurut Nurkancana (1990:11), mendefinisikan hasil belajar adalah suatu

tindakan atau proses untuk menentukan nilai keberhasilan seseorang untuk

menentukan nilai keberhasilan belajar seseorang setelah ia mengalami proses

belajar selama satu periode tertentu. Menurut Hamalik (2002: 146) hasil belajar

itu sendiri dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari

materi pelajaran d sekolah, yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh

dari hasil tes dan non tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu.

Hasil belajar yang dicapai oleh siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama

yakni faktor dari dalam diri siswa itu dan faktor yang datang dari luar diri siswa

atau faktor lingkungan. Faktor yang datang dari diri siswa terutama kemampuan

yang dimilikinya. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap

hasil belajar yang dicapai. Hasil belajar siswa disekolah 70% dipengaruhi oleh

kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan. Disamping faKtor

kemampuan yang dimiliki siswa juga ada faktor lain, seperti motivasi belajar,

minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi,

faktor fisik, dan psikis (Susianha, 2009).

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode

18

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

merupakan kemampuan – kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima

pengalaman belajar, yaitu kemampuan keterampilan dan kebiasaan, kemampuan

keterampilan dan kebiasaan, kemampuan pengetahuan dan pengarahan serta

kemampuan sikap dan cita-cita, yang dipandang dari dua sisi yaitu siswa dari

siswa ( ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor) dan sisi dari guru yaitu

terselesainya bahan pelajaran. Beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar

antara lain : faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri siswa, misalnya

kecerdasan, bakat, minat, dan motifasi. Faktor ekstern adalah faktor yang berada

di luar siswa, misalnya keluarga, sekolah, masyarakat, dll yang dinyatakan dalam

bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes dan non tes mengenai sejumlah materi

pelajaran tertentu.

Hasil belajar digunakan guru sebagai ukuran atau kriteria dalam mencapai

suatu tujuan pendidikan. Ukuran hasil belajar dapat diperoleh dari aktivitas

pengukuran. Secara sederhana pengukuran dapat diartikan sebagai kegiatan atau

upaya yang dilakukan untuk memberikan angka-angka pada suatu gejala atau

peristiwa, atau benda, sehingga hasil pengukuran akan selalu berupa angka. Alat

untuk melakukan pengukuran ini dapat berupa alat ukur standar seperti meter,

kilogram, liter dan sebagainya, termasuk ukuran-ukuran subyektif yang bersifat

relatif, seperti depa, jengkal, “sebentar lagi”, dan lain-lain. Menurut Cangelosi

(1995) yang dimaksud dengan pengukuran (measurement) adalah suatu proses

pengumpulan data melalui pengamatan empiris untuk mengumpulkan informasi

yang relevan dengan tujuan yang telah ditentukan. Dalam hal ini guru menaksir

prestasi siswa dengan membaca atau mengamati apa saja yang dilakukan siswa,

mengamati kinerja mereka, mendengar apa yang mereka katakan, dan

menggunakan indera mereka seperti melihat, mendengar, menyentuh, mencium,

dan merasakan. Menurut Zainul dan Nasution (2001) pengukuran memiliki dua

karakteristik utama yaitu: 1) penggunaan angka atau skala tertentu; 2) menurut

suatu aturan atau formula tertentu. Arikunto dan Jabar (2004) menyatakan

pengertian pengukuran (measurement) sebagai kegiatan membandingkan suatu hal

dengan satuan ukuran tertentu sehingga sifatnya menjadi kuantitatif. Jadi

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode

19

pengukuran memiliki arti suatu kegiatan yang dilakukan dengan cara

membandingkan sesuatu dengan satuan ukuran tertentu sehingga data yang

dihasilkan adalah data kuantitatif. Untuk menetapkan angka dalam pengukuran,

perlu sebuah alat ukur yang disebut dengan instrumen. Dalam dunia pendidikan

instrumen yang sering digunakan untuk mengukur kemampuan siswa seperti tes,

lembar observasi, panduan wawancara, skala sikap dan angket.

Berdasarkan pengertian pengukuran yang telah dipaparkan untuk

mengukur hasil belajar siswa digunakanlah alat penilaian hasil belajar. Penerapan

berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh

informasi tentang sejauh mana hasil belajar siswa atau ketercapaian kompetensi

(rangkaian kemampuan) siswa. Teknik yang dapat digunakan dalam asesmen

pembelajaran untuk mengukur hasil belajar siswa dengan menggunakan teknik tes

dan non tes, antara lain:

1. Tes

Secara sederhana tes dapat diartikan sebagai himpunan pertanyaan yang

harus dijawab, pernyataan-pernyataan yang harus dipilih/ditanggapi, atau tugas-

tugas yang harus dilakukan oleh peserta tes dengan tujuan untuk mengukur suatu

aspek tertentu dari peserta tes dan dalam kaitan dengan pembelajaran aspek

tersebut adalah indikator pencapaian kompetensi. Tes merupakan salah satu upaya

pengukuran terencana yang digunakan oleh guru untuk mencoba menciptakan

kesempatan bagi siswa dalam memperlihatkan prestasi mereka yang berkaitan

dengan tujuan yang telah ditentukan (Calongesi, 1995). Tes terdiri atas sejumlah

soal yang harus dikerjakan siswa. Setiap soal dalam tes menghadapkan siswa pada

suatu tugas dan menyediakan kondisi bagi siswa untuk menanggapi tugas atau

soal tersebut. Tes menurut Arikunto dan Jabar (2004) merupakan alat atau

prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dengan

menggunakan cara atau aturan yang telah ditentukan. Jadi kesimpulan dari

pengertian tes adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur kemampuan

siswa dan menggunakan langkah – langkah dan kriteria - kriteria yang sudah

ditentukan. Berikut ini adalah teknik tes :

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode

20

a. Jenis tes berdasarkan cara mengerjakan

1. Tes Tertulis

Tes tertulis adalah tes yang dilakukan secara tertulis baik dalam hal soal

maupun jawabannya.

2. Tes Lesan

Pada tes lisan, baik pertanyaan maupun jawaban (response) semuanya

dalam bentuk lisan. Karenanya, tes lisan relatif tidak memiliki rambu-rambu

penyelenggaraan tes yang baku, karena itu, hasil dari tes lisan biasanya tidak

menjadi informasi pokok tetapi pelengkap dari instrumen asesmen yang

lain.

3. Tes Unjuk Kerja

Pada Tes ini siswa diminta untuk melakukan sesuatu sebagai indikator

pencapaian kompetensi yang berupa kemampuan psikomotor.

b. Jenis tes berdasarkan bentuk jawabannya

1. Tes Esai (Essay-type Test)

Tes bentuk uraian adalah tes yang menuntut siswa mengorganisasikan

gagasan-gagasan tentang apa yang telah dipelajarinya dengan cara

mengemukakannya dalam bentuk tulisan.

2. Tes Jawaban Pendek

Tes dapat digolongkan menjadi tes jawaban pendek jika peserta tes diminta

menuangkan jawabannya bukan dalam bentuk esai, tetapi memberikan

jawaban-jawaban pendek dalam bentuk rangkaian kata-kata pendek, kata-

kata lepas maupun angka-angka.

3. Tes objektif

Tes objektif adalah adalah tes yang keseluruhan informasi yang diperlukan

untuk menjawab tes telah tersedia. Oleh karenanya sering pula disebut

dengan istilah tes pilihan jawaban (selected response test).

2. Non Tes

Teknik non tes sangat penting dalam mengakses siswa pada ranah afektif

dan psikomotor, berbeda dengan teknik tes yang lebih menekankan pada aspek

kognitif. Ada beberapa macam teknik non tes, yaitu:

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode

21

2. Observasi

Observasi terkait dengan kegiatan evaluasi proses dan hasil belajar dapat

dilakukan secara formal yaitu observasi dengan menggunakan instrumen

yang sengaja dirancang untuk mengamati unjuk kerja dan kemajuan belajar

siswa, maupun observasi informal yang dapat dilakukan oleh pendidik tanpa

menggunakan instrumen.

3. Wawancara

Wawancara adalah cara untuk memperoleh informasi mendalam yang

diberikan secara lisan dan spontan, tentang wawasan, pandangan atau aspek

kepribadian siswa.

4. Task Analysis (Analisis Tugas)

Dipergunakan untuk menentukan komponen utama dari suatu tugas dan

menyusun skills dengan urutan yang sesuai dan hasilnya berupa daftar

komponen tugas dan daftar skills yang diperlukan.

5. Komposisi dan Presentasi

Siswa menulis dan menyajikan karyanya.

6. Proyek Individu dan Kelompok

Mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan serta dapat digunakan untuk

individu maupun kelompok

Ketercapaian tujuan pembelajaran akan diketahui melalui teknik atau cara

pengukuran yang sistematis melalui tes, observasi, skala sikap. Alat yang

dipergunakan untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran dinamakan

dengan instrumen. Instrumen sendiri terdiri atas instrumen butir-butir soal apabila

cara pengukuran dilakukan dengan menggunakan tes, dan apabila pengukuran

dilakukan dengan cara mengamati atau mengobservasi dapat menggunakan

instrumen lembar pengamatan atau observasi, pengukuran dengan teknik skala

sikap dapat menggunakan instrumen butir-butir pernyataan. Instrumen sebagai

alat yang digunakan untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran maupun

kompetensi yang dimiliki siswa haruslah valid, maksudnya adalah instrumen

tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Maka dapat disimpulkan

bahwa hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah besarnya skor

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode

22

siswa yang diperoleh dari skor tes, menyimak, diskusi,kerja lapangan dan

presentasi.

Dalam membuat alat ukur yang akan digunakan haruslah membuat kisi-

kisi. Kisi-kisi (test blue-print atau table of specification) adalah format atau

matriks pemetaan soal yang menggambarkan distribusi item untuk berbagai topik

atau pokok bahasan berdasarkan kompetensi dasar, indikator dan jenjang

kemampuan tertentu. Penyusunan kisi-kisi ini digunakan untuk pedoman

menyusun atau menulis soal menjadi perangkat tes. Dalam menyusun kisi-kisi

soal menurut Wardani Naniek Sulistya dkk, (2010, 3.5-3.6) menjelaskan bahwa

Indikator perilaku dalam kisi-kisi merupakan pedoman dalam merumuskan soal

yang dikehendaki. Untuk merumuskan indikator dengan tepat, guru harus

memperhatikan materi yang akan diujikan, indikator pembelajaran, kompetensi

dasar, dan standar kompetensi. Indikator yang baik dirumuskan secara singkat dan

jelas. Dalam hubungan ini kita mengenal ranah kognitif yang dikembangkan oleh

Benyamin S. Bloom dan kawan-kawan yang kemudian direvisi oleh Krathwoll

(2001). Revisi Krathwoll terhadap tingkatan dalam ranah kognitif adalah ingatan

(C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4), evaluasi (C5), dan kreasi

(C6).

2.1.3 Pembelajaran Tematik

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (2009:1) menyatakan Pembelajaran

tematik adalah pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu.

Dalam pembahasannya tema itu ditinjau dari berbagai mata pelajaran.

Pembelajaran tematik menyediakan keluasan dan kedalaman implementasi

kurikulum, menawarkan kesempatan yang sangat banyak pada siswa untuk

memunculkan dinamika dalam pendidikan.

Keuntungan pembelajaran tematik bagi guru antara lain adalah sebagai berikut:

a. Tersedia waktu lebih banyak untuk pembelajaran. Materi pelajaran

tidakdibatasi oleh jam pelajaran, melainkan dapat dilanjutkan sepanjang hari,

mencakup berbagai mata pelajaran.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode

23

b. Hubungan antar mata pelajaran dan topik dapat diajarkan secara logis dan

alami.

c. Dapat ditunjukkan bahwa belajar merupakan kegiatan yang kontinyu, tidak

terbatas pada buku paket, jam pelajaran, atau bahkan empat dinding kelas.

Guru dapat membantu siswa memperluas kesempatan belajar ke berbgai

aspek kehidupan.

d. Guru bebas membantu siswa melihat masalah, situasi, atau topik dari

berbagai sudut pandang.

e. Pengembangan masyarakat belajar terfasilitasi. Penekanan pada kompetisi

bisa dikurangi dan diganti dengan kerja sama dan kolaborasi.

Adapun keuntungan pembelajaran tematik bagi siswa antara lain adalah

sebagai berikut:

a. Bisa lebih memfokuskan diri pada proses belajar, daripada hasil belajar.

b. Menghilangkan batas semu antar bagian-bagian kurikulum dan menyediakan

pendekatan proses belajar yang integratif.

c. Menyediakan kurikulum yang berpusat pada siswa – yang dikaitkan dengan

minat, kebutuhan, dan kecerdasan; mereka didorong untuk membuat

keputusan sendiri dan bertanggung jawab pada keberhasilan belajar.

d. Merangsang penemuan dan penyelidikan mandiri di dalam dan di luar kelas.

e. Membantu siswa membangun hubungan antara konsep dan ide, sehingga

maningkatkan apresiasi dan pemahaman.

Dalam kerangka dasar dan struktur kurikulum yang dikeluarkan Badan

Standar Nasional Pendidikan, dijelaskan bahwa untuk kelas I, II, dan III SD

pembelajaran dilaksanakan melalui pendekatan tematik. Mata pelajaran yang

harus dicakup adalah pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, bahasa

Indonesia, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuna sosial, seni

budaya dan keterampilan, dan pendidikan jasmani, olah raga dan kesehatan.

Berdasar ketentuan yang terdapat di dalam struktur KTSP, pembelajaran di

kelas I SD menggunakan pendekatan tematik. Pembelajaran tematik diajarkan

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode

24

kepada siswa di kelas awal SD (kelas 1 sampai kelas 3) karena pada

perkembangannya, mereka masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan

(holistik). Pembelajaran tematik dimaksudkan untuk memberikan pengalaman

holistik kepada siswa sehingga kegiatan belajar-mengajar menjadi lebih

bermakna. Dalam pembelajaran tematik,, muatan masing-masing mata pelajaran

sudah diramu secara utuh dan padu oleh guru dalam sebuah tema tertentu.

Huda (2009:1-2) menyebutkan dalam merancang dan melaksanakan

pembelajaran tematik, ada beberapa tahap kegiatan yang perlu diperhatikan, yaitu

a. Analisis standar isi dalam kurikulum, khususnya pada muatan standar

kompetensi masing-masing mata pelajaran.

b. Tentukan tema pembelajaran untuk mengikat standar kompetensi berbagai

mata pelajaran tersebut menjadi sebuah ruang lingkup pembelajaran yang

utuh, padu, dan bermakna.

c. Tentukan standar kompetensi dan kompetensi dasar masing-masing mata

pelajaran terkait yang terdapat di dalam kurikulum sesuai dengan tema yang

telah ditentukan.

d. Tentukan indikator ketercapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar

masing-masing mata pelajaran terkait sesuai dengan tema yang telah

ditentukan.

e. Berdasar indikator ketercapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar,

tentukan tujuan pembelajaran masing-masing mata pelajaran terkait sesuai

dengan tema yang telah ditentukan.

f. Rancanglah pembelajaran sesuai dengan prosedur perencanaan mengajar

yang meliputi materi, langkah-langkah pembelajaran, media dan metode

pembelajaran, serta evaluasi.

Direktorat Pendidikan Tinggi (2009:3-4) menyatakan pembelajaran

tematik memerlukan perencanaan dan pengorganisasian agar dapat berhasil

dengan baik. Ada lima hal yang perlu diperhatikan dalam merancang

pembelajaran tematik, yaitu:

a. memilih tema

b. mengorganisir tema

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode

25

c. mengumpulkan bahan dan sumber

d. merancang kegiatan dan proyek

e. mengimplementasikan satuan pelajaran

Pencapaian tujuan pembelajaran tematik yang dapat dimiliki oleh

kemampuan siswa yang standar dinamakan standar kompetensi dan dirinci ke

dalam kompetensi dasar. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas II

Semester 2 disajikan lebih rinci dalam tabel berikut ini.

Tabel 2.1

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Pembelajaran Tematik

Kelas II Semester 2 Tema Lingkungan Sekitar

Stándar Kompetensi Kompetensi Dasar

I. PKN

3. Menampilkan sikap demokratis PKN:

3.2 Menghargai suara terbanyak

II. IPS

2. Memahami kedudukan dan

peran anggota dalam keluarga

dan lingkungan tetangga

IPS:

2.3 Mendeskripsikan kedudukan dan

peran anggota keluarga

III. IPA

3. Mengenal berbagai sumber

energi yang sering dijumpai

dalam kehidupan sehari-hari dan

kegunaannya

IPA:

3.1 mengidentifikasi sumber energi (

panas, listrik, cahaya, dan bunyi) yang

ada di lingkungan sekitar.

IV. Matematika

3.Melakukan perkalian dan

pembagian bilangan sampai dua

angka.

Matematika :

3.1 Melakukan perkalian bilangan

yang hasilnya bilangan dua angka

V. Bahasa Indonesia

Berbicara :

Mengungkapkan secara lisan

beberapa informasi dengan

mendeskripsikan benda dan

bercerita.

Menulis :

Menulis permulan dengan

mendeskripsikan benda di

sekitar dan menyalin puisi anak.

VI. Bahasa Indonesia

Berbicara :

Mendeskripsikan tumbuhan atau

binatang di sekitar sesuai ciri-cirinya

dengan menggunakan kalimat yang

mudah di pahami orang lain.

Menulis :

Menyalin puisi anak dengan huruf

tegak bersambung yang rapi

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode

26

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh

Noor Jehhan dengan judul Penerapan Metode Mind mapping untuk

Meningkatkatkan Berfikir Kreatif dan Hasil Belajar Siswa dengan Tema Peristiwa

pada siswa kelas III SD N Malang Tahun 2009/2010. Penelitian ini bertujuan

untuk meningkatkan berfikir kreatif dan hasil belajar siswa dengan tema peristiwa

pada siswa kelas III SD N malang Tahun 2009/2010. Penelitian ini merupakan

penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) dengan desain penelitian

yang terdiri dari dua siklus dan tiap siklus terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaan,

tindakan, observasi, dan refleksi. Subyek penelitian adalah siswa kelas III SD N

Malang yang berjumlah 16 siswa. Pengumpulan data dilaksanakan dengan angket,

observasi dan wawancara. Data yang terkumpul disusun dalam bentuk tabel dan

grafik dan selanjutnya dianalisis. Analisis data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah teknik analisis kualitatif. Analisis kualitatif mendeskripsikan data hasil

angket, observasi dan wawancara selama pelaksanaan tindakan. Hasil penelitian

membuktikan bahwa dengan pelaksanaan tindakan kelas dapat meningkatkan

kreatifitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik dengan tema

Peristiwa. Hal ini didasarkan pada hasil angket, observasi dan wawancara.

Ketuntasan nilai siswa untuk pra siklus 45,75% , siklus I menjadi 87,50% dan

pada siklus II mengalami kenaikan menjadi 93,75%. Kelebihan dalam penelitian

ini meningkatkan kekreativitasan dan hasil belajar siswa pada pembelajaran

tematik dengan tema Peristiwa. Kekurangan dalam penelitian ini adalah

membutuhkan waktu yang cukup agar pemahaman siswa tentang materi semakin

jelas . Solusinya ditetapkan waktu yang sesuai dengan kegiatan belajar

mengajarnya.

Penelitian yang serupa juga pernah dilakukan oleh Tri Indah Mariana

dengan judul Penerapan Metode Mind Mapping untuk Meningkatkan Hasil

Belajar PKn Siswa Kelas IV SDN Kalipare 06 Kecamatan Kalipare Kabupaten

Malang. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan penerapan metode

Mind mapping untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn.

(2) Mendeskripsikan hasil belajar dengan menggunakan metode Mind mapping

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode

27

dalam pembelajaran PKn. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas

yang dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2010/2011,. Subjek

penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN Kalipare 06 Kecamatan Kalipare

Kabupaten Malang dengan jumlah siswa 24. Rancangan penelitian ini mengacu

pada model Kemmis dan Taggart. Dilaksanakan dalam 2 siklus. Di setiap siklus

terdapat 4 tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, refleksi. Teknik

pengumpulan data menggunakan tes dan observasi, dokumentasi,wawancara.

Analisis data secara deskriptif. Hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh

adalah sebagai berikut: (1) penerapan metode mind map dilaksanakan 2 siklus.

Kegiatan inti meliputi pemberian rangkuman materi, Tanya jawab tentang materi

yang telah dibaca, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dan diberikan LKK,

siswa memperhatikan contoh mind map yang dibuat guru seperti contoh tapi lebih

dikembangkan lagi, pembahasan hasil kerja kelompok. Kegiatan akhir meliputi

menyimpulkan materi dan mengerjakan soal evaluasi. (2) Hasil belajar siklus I

dan II menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode mind

mapping mampu meningkatan hasil belajar siswa. Pada siklus I Ketuntasan hasil

belajar mencapai 50% dengan rata-rata kelas 61,62. Hasil belajar meningkat lagi

pada siklus II menjadi 80,3% dengan rata-rata 76,79. Berdasarkan hasil penelitian

tersebut bahwa penerapan pembelajaran metode mind mapping dalam

pembelajaran PKn materi pemerintahan desa dapat meningkatkan hasil belajar,

khususnya di SDN Kalipare 06 Kecamatan Kalipare Kabupaten

Malang. Kelebihan dari penelitian tersebut adalah bahwa penerapan metode mind

mapping dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Sementara kekurangan dari

penelitian tersebut adalah nilai ketuntasannya masih terlalu rendah.

Penelitian yang serupa juga pernah dilakukan oleh Rani Mahardika yang

berjudul Penggunaan Mind Mapping untuk Meningkatkan Keaktiffan dan Hasil

Belajar Ilmu Pengetahun Sosial (IPS) pada Siswa Kelas VA di SDN Tanjungrejo

5 Malang. Penelitian ini dengan tujuan untuk mendeskripsikan penggunaan mind

mapping untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa, Jenis penelitian

ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) melalui dua siklus dan setiap siklus

terdiri dari dua pertemuan. Data yang diambil meliputi: (1) penggunaan mind

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode

28

mapping, (2) keaktifan siswa selama pembelajaran melalui observasi, (3) hasil

belajar siswa yang diperoleh melalui pre tes dan post tes. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa penggunaan mind mapping dapat meningkatkan keaktifan

dan hasil belajar IPS siswa kelas VA SDN Tanjungrejo 5 Malang. Hal ini ditandai

pada hasil keaktifan dan nilai hasil belajar siswa yang meningkat. Hasil observasi

keaktifan belajar siswa menunjukkan peningkatan dari siklus I dengan persentase

60,95% meningkat menjadi 79%. Siswa yang awalnya tidak memperhatikan

pembelajaran dan kurang aktif dalam pembelajaran pada siklus I menjadi aktif

dalam proses pembelajaran, siswa kreatif dalam menggunakan mind mapping,

akan tetapi ada beberapa kelompok yang kurang percaya diri saat diminta maju ke

depan mempresentasikan hasil buatannya. Pada siklus II peneliti membagi

kelompok secara heterogen karena pada siklus I beberapa kelompok menunjukkan

tidak percaya diri dan siswa dilibatkan langsung seperti menggunakan mind

mapping dan presentasi. Sehingga pada siklus II siswa saling membantu

memberikan gagasan dalam menyelesaikan masalah, lebih percaya diri, lebih aktif

dalam pembelajaran, dan siswa lebih kreatif dalam menggunakan mind mapping.

Hasil belajar siswa meningkat dari siklus I 73,18% (27 siswa) dengan nilai

rata-rata 70, terdapat 17 siswa yang belum tuntas belajar. Ini dikarenakan siswa

tidak memperhatikan pembelajaran dan kurang aktif dalam pembelajaran sehingga

siswa kurang menguasai materi. Pada siklus II guru mewajibkan semua kelompok

maju menjelaskan mengenai mind mapping yang telah dibuatnya dan guru

membimbing langsung dalam kegiatan Tanya jawab sehingga ketuntasan belajar

siswa meningkat menjadi 81,48% (27 siswa) dengan nilai rata-rata 82. Kelebihan

dari penelitian tersebut adalah keaktifan siswa meningkat dan hasil belajar pun

meningkat, kekurangan dari penelitian ini adalah banyak siswa yang belum aktif

dan sering ngobrol sendiri.

Selain penelitian di atas penelitian serupa juga pernah di lakukan oleh

Tutiek Yunita Rachmawati dengan judul Peningkatan Kualitas Pembelajaran

Menulis Cerpen dengan Metode Mind mapping pada Siswa Kelas IX di SMP Al

Muayad Surakarta Tahun Ajaran 2007/2008. Dari penelitian tersebut bahwa

metode mind mapping dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode

29

cerpen. Hal ini ditandai dengan prosentase yang selalu meningkat dalam setiap

siklus. Prosentase keaktifan siswa pada siklus I sebesar 54%, minat dan motivasi

sebesar 65% sedangkan perhatian dan konsentrasi sebesar 65%. Pada siklus II

keaktifan siswa naik sebesar 81%, perhatian dan konsentrasi sebesar 85%,

sedangkan minat dan motivasi siswa sebesar 85%. Pada siklus III keaktifan siswa

meningkat sebesar 92%, perhatian dan konsentrasi sebesar 100% sedangkan minat

dan motivasi siswa meningkat sebesar 100%. Penerapan metode mind mapping

juga dapat meningkatkan nilai siswa yang meningkat pada setiap siklus, yaitu

pada siklus I sebesar 60,2; pada siklus II 67,5; sedangkan pada siklus III 71,9.

Perbedaan dari penelitian Tutiek Yunita Rachmawati dengan penelitian ini adalah

salah satu variabel yang diteliti yaitu kualitas pembelajaran menulis cerpen,

subyek penelitiannya pada siswa kelas IX di SMP Al Muayad Surakarta Tahun

Ajaran 2007/2008, penelitianya berlangsung 3 siklus, dan simpulan dari

penelitiannya adalah metode mind mapping dapat meningkatkan kualitas proses

pembelajaran menulis cerpen. Kelebihan dari penelitian ini adalah metode mind

mapping dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis cerpen,

sedangkan kekurangannya penilaian pada proses kurang maksimal. Solusiya

adalah meningkatkan penilaian pada pada prosesnya.

Penelitian yang serupa juga dilakukan oleh Ari Murti, dengan judul

Penggunaan Teknik Mencatat Peta Pikiran (Mind Mapping) Sebagai Upaya Untuk

Meningkatkan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Sejarah Siswa Kelas X SMA

NEGERI 1 ROWOSARI Kabupaten Kendal tahun pelajaran 2010/2011. Desain

atau rancangan penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan

kelas ini dilaksanakan dalam 3 siklus dimana hasilnya diperoleh dari hasil tes dan

non tes. Pada siklus I nilai rata-rata kelas posttest mencapai 65,96 dengan

ketuntasan belajar klasikal sebesar 52,63%, kemudian pada siklus II diperoleh

nilai rata-rata kelas posttest mencapai 71,40 dengan ketuntasan belajar klasikal

55,26%, dan pada siklus III nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 74,74 dan

ketuntasan belajar klasikal mencapai 81,58%. Dalam penggunaan model

pembelajaran Mind Mapping juga mampu meningkatkan keaktifan siswa dan guru

selama proses pembelajaran. Pada siklus I keaktifan siswa sebesar 47,22%,

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode

30

dengan keaktifan guru 68%, kemudian pada siklus II keaktifan siswa 63,88%,

dengan keaktifan guru 74%, kemudian pada siklus III keaktifan siswa mencapai

72,22%, dengan keaktifan guru 78%. Hasil ini dapat menunjukkan bahwa model

pembelajaran mind mapping mampu membantu tercapainya hasil belajar yang

lebih baik, karena nilai rata-rata yang diperoleh sebelum menggunakan mind

mapping adalah < 70 dan setelah menggunakan mind mapping nilai rata-rata kelas

menjadi > 70. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran Sejarah menggunakan model pembelajaran mind mapping dapat

meningkatkan prestasi belajar pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Rowosari

Kabupaten Kendal. Kelebihan dengan penggunaan model Pembelalajaran dapat

meningkatkan prestasi belajar, sementara kekurangan dari penelitian tersebut

adalah kenaikan ketuntasan siswa begitu rendah. Solusinya perlu diperhatikan

guru saat menganjar menggunakan mind mapping agar siswa lebih fokus pada

mata pelajaran yg diajarkan sehingga penguasaan materi lebih baik.

Penelitian tersebut relevan dengan penelitian yang kami lakukan karena

sama-sama menggunakan metode mind mapping sebagai variable untuk

menyelesaikan masalah. Pada penelitian. Namun, hasil yang diamati pada

penelitian peneliti lebih menekankan pada variabel hasil belajar siswa dan subjek

yang digunakan adalah siswa kelas II SD Kristen 01 Wonosobo.

2.3 Kerangka Berpikir

Pembelajaran yang dilakukan secara konvensional memiliki ciri yang

sangat mencolok yaitu pembelajaran berpusat pada guru. Metode yang sering

digunakan yaitu ceramah, guru menjelaskan materi sedangkan siswa hanya

berperan pasif, siswa mendengarkan penjelasan serta ceramah dari guru, setelah

guru selesai menjelaskan materi, guru memberikan soal evaluasi kepada siswa,

siswa mengerjakan soal yang diberikan guru hanya berbekal apa yang ia baca dan

ia dengar dari penjelasan guru sebelumnya. Akhirnya hasil belajar yang diperoleh

siswa rendah, banyak siswa yang tidak tuntas belajar karena nilai yang diperoleh

kurang dari KKM yang ditentukan.

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode

31

Berpijak bahwa asumsi belajar adalah mengalami sesuatu. Proses belajar

adalah berbuat, bereaksi, mengalami serta, menghayati situasi-situasi yang

sebenarnya dan dengan serius terhadap berbagai aspek situasi itu demi tujuan

yang nyata bagi siswa sehingga akhirnya siswa mendapatkan pengalaman sebagai

kompetensi. (Revans, 1980) Seperti halnya proses pembelajaran kontekstual yang

menghubungkan dan melibatkan siswa dengan dunia nyata, model ini pun lebih

mengedepankan model connected knowing (menghubungkan antara pengetahuan

dengan dunia nyata), dengan demikian pembelajaran dianggap sebagai bagian

integral dari sebuah kehidupan. Perubahan paradigma dari pembelajaran

konvensional/biasa menjadi siswa yang aktif dalam pembelajaran yang sesuai

dengan apa yang diharapkan di kurikulum 2006 dimana siswa dituntut lebih aktif

dalam setiap pembelajaran. Untuk mengatasi paragidma ini, guru mencoba

menggunakan mind mapping. Mind mapping adalah sebuah pembelajaran yang

menggunakan gambar peta konsep dengan gambar dan simbol-simbol sehingga

pembelajaran membuat siswa aktif dan menarik bagi siswa. Langkah-langkah

mind mapping sebagai berikut :

a. Penjelasan tentang tugas

Pembelajaran awal kepada siswa tentang topik dengan memberikan latar

belakang dan proses pembuatan mind mapping

b. Langkah membuat mind mapping

1. Memberikan kertas kosong kepada siswa.

2. Menuliskan judul/tema pada kertas kosong tersebut dengan sisi yang

panjangnya diletakkan secara mendatar.

3. Membuat cabang-cabang utama dengan garis tebal dengan berbagai warna

yang berbeda.

4. Siswa menuliskan kata kunci untuk setiap cabang bisa dalam bentuk

tulisan maupun simbol.

5. Mengembangkan cabang – cabang utama dengan garis melengkung.

6. Menggunakan satu kata kunci untuk setiap garis.

Untuk mengukur keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran,

maka pengukuran dilakukan dengan adanya penilaian proses dan tes formatif .

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode

32

Penjelasan lebih rinci disajikan dalam gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir

Tematik dengan Tema Lingkungan sekitar di bawah ini.

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode

33

PEMBELAJARAN

KONVENSIONAL

Siswa pasif mendengarkan

penjelasan

Guru menyampaikan materi

dengan ceramah

Guru memberikan evaluasi

HASIL BELAJAR < KKM

PEMBELAJARAN TEMATIK

KELAS II TEMA LINGKUNGA

SEKITAR DENGAN METODE

PEMBELAJARAN MIND

MAPPING

FASILITATOR/

PENDAMPING

MEMBERIKAN KERTAS KOSONG

MENULISKAN JUDUL

MEMBUAT CABANG-CABANG UTAMA

MENULISKAN KATA KUNCI

MENGEMBANGKAN CABANG UTAMA DENGAN GARIS

MELENGKUNG

MENGGUNAKAN KATA KANCI UNTUK SETIAP GARIS

PENILAIAN

PROSES

PENILAIAN

HASIL

HASIL

BELAJAR

≥ KKM

TES TERTULIS

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode

34

2.4 Hipotesis

Peningkatan hasil belajar tema lingkungan sekitar diduga dapat dicapai

melalui penggunaan metode pembelajaran mind mapping siswa kelas II SD

Kristen 01 Wonosobo semester 2 tahun 2011/2012.