28
BAB II TINJAUAN UMUM 2.1. Sejarah Singkat PT. Timah (Persero) Tbk Wilayah Kepri & Riau Daerah cadangan timah di Indonesia merupakan suatu bentangan wilayah sejauh lebih dari 800 km, disebut sebagai “The Indonesian Tin Belt” yang merupakan bagian dari “The South East Asia Tin Belt” yang membujur sejauh kurang lebih 3.000 km dari daratan Asia kearah Thailand Semenanjung Malaysia dan Indonesia yang mencakup wilayah Pulau - Pulau Karimun, Kundur, Singkep dan sebagian di daratan Sumatera (Bangkinang) di utara terus kearah selatan yaitu Pulau - Pulau Bangka, Belitung dan Karimata hingga ke daerah sebelah barat Kalimantan. Penambangan timah di Indonesia sudah berlangsung lebih dari 200 tahun, yaitu di Bangka mulai tahun 1711, di Singkep tahun 1812 dan di Belitung sejak tahun 1852. Dengan kekayaan cadangan 8

BAB 2 Tinjauan Umum KP

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Laporan KP

Citation preview

BAB II

TINJAUAN UMUM

2.1. Sejarah Singkat PT. Timah (Persero) Tbk Wilayah Kepri & Riau

Daerah cadangan timah di Indonesia merupakan suatu bentangan

wilayah sejauh lebih dari 800 km, disebut sebagai “The Indonesian Tin Belt”

yang merupakan bagian dari “The South East Asia Tin Belt” yang membujur

sejauh kurang lebih 3.000 km dari daratan  Asia kearah Thailand

Semenanjung Malaysia dan Indonesia yang mencakup wilayah Pulau - Pulau

Karimun, Kundur, Singkep dan sebagian di daratan Sumatera (Bangkinang)

di utara terus kearah selatan yaitu Pulau - Pulau Bangka, Belitung dan

Karimata hingga ke daerah sebelah barat Kalimantan.

Penambangan timah di Indonesia sudah berlangsung lebih dari 200

tahun, yaitu di Bangka mulai tahun 1711, di Singkep tahun 1812 dan di

Belitung sejak tahun 1852. Dengan kekayaan cadangan yang melimpah,

Indonesia merupakan salah satu Negara produsen timah terbesar di dunia.

Bijih timah di Indonesia pertama digali pada tahun 1709 di sungai

olim, Toboali, Pulau Bangka. Pengerjaannya dilakukan secara primitif oleh

penduduk dengan cara pendulangan dan mencangkul dengan dengan system

penggalian sumur Palembang atau system kolong / parit. Bijih timah yang

dihasilkan pada waktu itu dijual kepada pedagang - pedagang yang datang

dari Portugis, Spanyol, dan juga dari Belanda. Keadaan ini berubah ketika

belanda datang ke Indonesia, pada saat mana penggalian timah mulai lebih

8

digiatkan. Sejak tahun 1720 penggalian timah dilakukan secara besar -

besaran dibiayai oleh para pengusaha belanda yang tergabung dalam VOC

yang kemudian monopoli dan mengawasi seluruh tambang di Pulau Bangka.

Pada tahun 1816 Pemerintah Belanda mengambil alih tambang -

tambang di Pulau Bangka dan dikelola oleh badan yang diberi nama "Bangka

Tin Winning Bedrijf" (BTW). Sedangkan di Pulau Belitung dan Pulau

Singkep diserahkan kepada pengusaha swasta Belanda, masing - masing

kepada Gemeenschappelijke Mijnbouw Maatschappij Biliton (Biliton Mij)

atau lebih dikenal dengan nama GMB di Pulau Belitung, dan NV Singkep Tin

Exploitatie Maatschappij atau dikenal dengan nama NV SITEM di Pulau

Singkep.

Secara history pengusahaan pertambangan timah di Indonesia

dibedakan dalam dua masa pengelolaan. Yang pertama sebelum tahun 1960

dikenal dengan masa pengelolaan Belanda, dimana Bangka, Belitung dan

Singkep merupakan badan usaha yang terpisah dan berdiri sendiri. Bangka

dikelola oleh badan usaha milik Pemerintah Belanda sedangkan Belitung dan

Singkep oleh perusahaan swasta Belanda. Status kepemilikan usaha ini

memberikan ciri manajemen dan organisasi yang berbeda satu dengan yang

lain. Ciri perbedaan itu diwujudkan dalam perilaku organisasi dalam arti luas,

baik struktur maupun budaya kerjanya.

9

2.2. Lokasi penambangan PT. Timah (Persero) Tbk Wilayah Kepri & Riau

Lokasi penambangan PT. Timah (Persero) Tbk Wilayah Kepri & Riau

berada di Pulau Kundur. Kecamatan Kundur Barat, sebelah utara dari Kota

Tanjung Batu. Dengan jarak tempuh ± 45 km dari pelabuhan utama Pulau

Kundur di Kota Tanjung Batu. Perjalanan dapat ditempuh lebih kurang 45

menit waktu penyeberangan dari Pulau Karimun menuju Pelabuhan

Sekumbang yang merupakan pelabuhan utama dari PT. Timah (Persero) Tbk

Wilayah Kepri & Riau. Di Pulau Kundur sendiri terdapat dua pelabuhan

utama, yaitu Pelabuhan Tanjung batu, dan Pelabuhan Selat Belia.

Operasi penambangan bijih timah di Perairan Pulau Karimun - Kundur

menempati wilayah KP ekploitasi yang umumnya mempunyai masa berlaku

30 tahun. Tuntutan peraturan perundangan (memenuhi surat edaran Dirjen

Minerba Dan Panas Bumi No.03.E/31/Djb/2009 dan telah disesuaikan

dengan izin usaha penambangan  (IUP) operasi produksi yang diterbitkan

Bupati Kabupaten Karimun, maka secara administrasi jalur endapan bijih

timah perairan Pulau Karimun - Kundur tercakup kedalam Kecamatan

Kundur, Kecamatan Kundur barat, Kecamatan Meral, Kecamatan Karimun

dan Kabupaten Karimun. Dari sudut geologi, sumber timah perairan tersebut

merupakan bagian jalur timah Asia Tenggara. Di Indonesia jalur timah ini 2/3

berada pada zona lautan, sedangkan zona daratan berupa deretan Pulau -

Pulau dari arah barat laut, Pulau Karimun, Kundur, Singkep, Bangka sampai

Belitung dan jejak granit bertimah terakhir berada di Pulau Karimata di

Timur Belitung.

10

Secara implisit RT / RW Kabupaten Karimun (2001-2002)

menunjukkan bahwa perairan tersebut tergolong strategi umum pola

pengembangan potensi jalur endapan bijih timah, sehingga lokasi tersebut

diterapkan peruntukannya sebagai kawasan pertambangan dengan kriteria

lokasi untuk potensi bahan tambang bernilai tinggi.

Berikut adalah Peta IUP PT. Timah (Persero) Tbk Wilayah Kepri &

Riau.

Gambar 2.1. IUP PT. Timah (Persero) Tbk Wilayah Kepri & Riau

Sumber : Bidang Geologi Tambang dan Evaluasi Penambangan, 2014

11

2.3. Iklim dan Suhu regional

Sebagaimana daerah tropis lainnya, Pulau Kundur hanya mengenal 2

musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Temperatur udara rata - rata

mencapai 27,2°C serta kelembapan udara 85 %. Kecepatan angin maksimum

terjadi pada musim hujan dengan rata – rata kecepatan perhari 4 knot.

Pada musim hujan biasanya juga disertai dengan angin kencang dan

gelombang besar. Kondisi seperti inilah yang perlu diwaspadai terhadap

kegiatan operasi penambangan KIP karena hal ini dapat mempengaruhi

produksi kecil atau kurang.

Berdasarkan data badan BMG Tanjung Balai Karimun, dengan periode

pencatatan tahun 2006 - 2010 dapat diketahui komponen iklim.

a. Suhu udara rata - rata bulanan pulau Kundur 27°C. Tertinggi pada bulan

Juli sebesar 33°C, dan terendah pada bulan Januari temperatur udara

rata - rata bulanan mencapai 23,20°C. Pengukuran di daerah pantai

menunjukkn suhu udara berkisar antara 28,5 – 31,4°C.

b. Kelembapan udara nisbi di atmosfer sekitar Pulau Karimun - Kundur

pada umunya tinggi sepanjang tahun atau rata - rata bulanan sekitar

86 %. Kelembapan relatif terendah pada bulan Mei dan Juli 2010 yaitu

59 % sedangkan kelembaan relatif tertinggi dicapai 99 %. Tekanan

udara rata - rata pada  sepanjang tahun 2010 adalah 1010,4 mb, terendah

sebesar 1006,5 mb pada bulan Mei dan bergerak mencapai tekanan

tinggi 1013,4 mb diawal 2010.

12

c. Curah hujan rata - rata tahunan di Perairan Pulau Karimun - Kundur

adalah 2.400 mm. Curah hujan bulanan rata - rata tercatat sebesar

230,4 mm dengan jumlah hari hujan 17 hari dalam sebulan (Tabel 2.1.).

Curah hujan harian tertinggi terjadi pada bulan Oktober yaitu sebesar

509,3 mm dengan hari hujan sebanyak 19 hari sedangkan terendah

adalah pada bulan Januari sebesar 30,7 mm dengan hari hujan sebanyak

13 hari.

Tabel 2.1. Curah Hujan dan Penyinaran Matahari Bulanan

BulanPenyinaran

Matahari (%)

Curah Hujan

(mm)

Jumlah Hari

Curah Hujan

Januari 67 30,7 13

Febuari 84 76,2 8

Maret 49 128,1 18

April 55 330,4 21

Mei 46 152,0 21

Juni 53 141,5 17

July 45 180,3 17

Agustus 47 499,1 20

September 46 287,1 19

Oktober 50 509,3 19

November 43 255,0 10

Desember 48 175,0 20

Rata-rata

2010

53 230,4 17

Rata-rata

2009

49 226,7 18

Rata-rata 53 226,6 15

13

2008

Rata-rata

2007

57 233,2 -

Sumber : BMG Kepri 2010

d. Arah dan kecepatan pergerakan mata angin relatif seimbang selatan dan

utara, pada bulan Juni – Oktober angin bertiup dari selatan dengan

kecepatan 3 – 6 knot (1,5 – 2,5 m/det) kemudian periode bulan Januari –

April angin bergerak dari arah utara dengan kecepatan 3 – 5 knot.

Kecepatan maksimum terjadi pada bulan Oktober – November mencapai

20 knot (Tabel 2.2.).

Tabel 2.2. Kelembapan Udara, Arah Angin dan Kecepatan Angin Bulanan

Bulan

Kelembapan udara (%)

humidity

Arah dan kecepatan angin

(knot)

Rata -

rata

harian

Max. Min.

Rata -

rata

harian

Max. Min.

Januari 82 98 63 5 18 Utara

Febuary 82 100 62 5 11 Timur

Maret 87 100 67 3 8 Utara

April 85 100 66 5 10 Utara

Mei 89 98 59 5 10 Timur

Juni 87 98 64 6 9 Selatan

July 88 100 59 5 18 Selatan

Agustus 87 98 67 6 17 Selatan

September 87 100 62 3 20 Selatan

Oktober 88 100 69 3 20 Selatan

14

November 88 100 65 4 7 Barat

Desember 86 100 66 5 9 Barat

Rata-rata

201086 99 64 5 13 Timur

Rata-rata

200986 99 63 4 20

Timur

laut

Rata-rata

200886 97 62 6 15 Selatan

Rata-rata

200785 97 61 4 20 Selatan

Sumber : BMG Kepri 2010

2.4.  Fisiografi dan Morfologi

Secara regional Pulau Karimun - Kundur dan pulau sekitarnya

dimasukkan ke dalam fisiografi Pulau - Pulau lepas pantai (off shore island).

Kondisi geologi gugusan Pulau - Pulau ini berbeda dengan daratan bagian

timur laut Pulau Sumatra yang dimasukkan dalam fisiografi daratan pantai

(coastal pain). Karakteristik Pulau - Pulau lepas pantai adanya perbukitan

yang biasanya terbentuk dari batuan dasar (granit) baik batuan beku maupun

batuan metasedimen dari Kerak Benua paparan Sunda yang berumur Pra

Tersier. Sedangkan daratan pantai umumnya  berupa dataran rendah berawa

dan ditempati oleh batuan sedimen yang mengisi cekungan Sumatra Tengah

yang berumur Tersier dan lebih mudah selain itu gugusan Pulau - Pulau ini

merupakan jalur timah Asia Tenggara (The south east asia tin belt) yang

membentang dari Cina – Thailand – Myanmar – Malaysia – Pulau Karimun -

Kundur hingga berakhir di Bangka Belitung dan Kalimantan. Keberadaan

15

granit yang menempati gugus Pulau - Pulau ini menjadi menarik  karena

mengandung mineral logam, non logam dan mineral jarang yang memiliki

nilai ekonomis.

Morfologi, topografi Kundur relatif lebih rendah dengan kelerengan

sedang hingga landai - datar dengan ketinggian kurang dari 125 m dpl.

Dengan kekerasan batuan granit lebih lembek dibanding Pulau Karimun.

keadaan sungai umunya pendek, beberapa bersifat musiman dan relatif

berpola dendrik, yakni mengikuti lembah - lembah perbukitan. Perairan di

wilayah Kundur merupakan perairan selat yang berada di antara Pulau -

Pulau dan berada di depan muara Sungai Kampar, sehingga kondisi perairan

wilayah tersebut dipengaruhi oleh sistem estuari muara sungai. Secara umum

kedalaman dasar laut perairan Kundur kurang dari 25 m dari muka laut.

2.5.  Stratigrafi dan Struktur Geologi

Stratigrafi Pulau Karimun - Kundur dan Pulau sekitar dengan urutan

stratigrafi tua ke muda sebagai berikut :

1. Formasi papan tersingkap di Pulau Kundur dan Pulau sekitarnya,

terdiri dari serpih, batu pasir, konglomerat kuarsa kontak dengan

granit, berumur Karbon akhir – Trias.

2. Formasi malam tersingkap di Pulau Karimun terdiri dari serpih,

konglomerat, batu gamping dan batu  gunung api riodasitik, berumur

Trias awal.

16

3. Formasi duriangkang lebih tersingkap kearah Pulau Batam - Bintan,

terdiri dari serpih karbonat dan batu pasir, Trias tengah.

4. Granit Kundur terdiri dari granit biotit, muskovit, turmalin aplit,

pegmatit dan graisen timah dan tungsten. Berumur Trias tengah.

5. Granit Karimun terdiri dari granit biotit, muskovit, turmalin aplit,

pegmatit dan graisen timah dan tungsten. Berumur Trias tengah.

6. Granit tak terbedakan, tidak diketahui apakah masuk granit karimun,

atau Kundur.

7. Endapan permukaan tua (aluvial tua) terdiri dari lempung lanau, kerikil

lempungan, sisa tumbuhan dan pasir granit, berumur Plistosen akhir.

8. Endapan permukaan muda (aluvial muda ) terdiri dari lempung, lanau,

kerikil, sisa tumbuhan, rawa gambut dan terumbu koral berumur

Holosen.

Sedimen permukaan dasar laut yang berada di wilayah studi termasuk

dalam aluvium muda. Pengelompokan sedimen permukaan dasar laut

didasarkan pada persentase besar butir klasifikasi folk (1980) yang dapat

dibedakan menjadi beberapa satuan sedimen dengan fraksi kasar (kerikil -

pasir) tersebar lebih kearah dekat pantai, sedangkan kearah lepas pantai lebih

didominasi oleh sedimen berfraksi halus (lempung dan lumpur).

Berdasarkan batuan yang tersingkap menunjukkan struktur geologi

berarah barat laut - tenggara yang sama dengan arah struktur bentong suture

di Malaysia. Sejarah geologi diawali dengan dijumpainya batuan dasar

metasedimen era peleozoik kelompok tapanuli (Put) yang berumur Karbon -

17

Perm. Kelompok ini tersingkap di daratan Pulau Sumatera sedangkan di

daerah Karimun Kundur terbentuk formasi papan (Mpt). Pada waktu yang

bersamaan terjadi pengangkatan Kala Permo - Trias dengan munculnya

batuan magmatik granit yang berbentuk batholit.

Berikut adalah Peta Geologi daerah Pulau Kundur dan sekitarnya,

Provinsi Riau.

Gambar 2.2. Peta Geologi daerah Pulau Kundur dan sekitarnya, Provinsi Riau

Sumber : Laporan Penyelidikan Mineral Lepas Pantai Perairan P. Kundur &

Sekitarnya

18

Pada era mesozoikum di daerah Pulau Karimun - Kundur hanya

dijumpai batuan sedimen / metasedimen formasi malang dan duriangkang.

Tidak banyak yang diketahui pada proses yang terjadi di daerah Karimun -

Kundur pada era kenozoik khusunya Kala Tersier. Sedangkan di daerah

daratan Sumatera, pada Kala Tersier diendapkan formasi pematang, sihapas,

telisa, petani dan minas yang merupakan cekungan Sumatra Tengah dan

berpotensi migas. Pada Kala Kuarter 2 juta tahun lalu terendapkan aluvial tua

(Qp) dan hingga saat ini aluvial muda (Qh).

Pada proses endapan timah melalui beberapa fase penting yang sangat

menentukan keberadaan timah itu sendiri. Fase tersebut adalah, pertama

adalah fase pneumatolitik, selanjutnya melalui fase kontak pneumatolitik –

hidrotermal tinggi dan fase terakhir adalah hipotermal sampai mesotermal.

Fase yang terakhir ini merupakan fase terpenting dalam penambangan karena

mempunyai arti ekonomi, dimana larutan yang mengandung timah dengan

komponen utama silica (Si02) mengisi perangkap pada jalur sesar, kekar dan

bidang perlapisan.

2.6. Endapan Timah

Endapan timah di Indonesia terletak pada jalur timah terkaya di dunia,

yang membujur mulai dari Cina Selatan, Birma, Muangthai, Malaysia dan

berlanjut ke Indonesia. Jalur di Indonesia mengarah dari utara ke selatan

yaitu dari Pulau Karimun, Pulau Kundur, Pulau Singkep, Pulau Bangka,

Bangkinang (Sumatera Tengah) serta terdapat tanda - tanda di Kepulauan

19

Anambas, Natuna dan Karimata. Sampai ini ada dua jenis utama timah yang

berdasarkan proses terbentuknya yaitu timah primer dan timah sekunder,

kedua timah jenis tersebut dibedakan atas dasar proses terbentuknya (genesa).

Endapan timah primer pada umumnya terdapat pada batuan granit daerah

sentuhannya, sedangkan endapan timah sekunder kebanyakan terdapat pada

sungai - sungai tua dan dasar lembah baik yang terdapat di darat maupun di

laut.

Produksi delapan puluh persen dari endapan timah sekunder yang

merupakan hasil proses pelapukan endapan timah primer, sedangkan sisanya

ada dua puluh persen berasal dari endapan timah primer itu sendiri.

Penyebaran cadangan timah terdapat di Negara-negara yang berada di jalur

mineralisasi, seperti Negara - negara tersebut di atas.

Bentuk -  Bentuk Pengendapan Timah :

Batchelor. D, (1980), dan Worojati. D, (1994), menjelaskan bahwa

bentuk - bentuk pengendapan (depositional form) yang potensial terhadap

konsentrasi endapan timah dibagi ke dalam 5 (lima) kelompok :

A. Pengendapan eluvial dan kolovial

Gejala pengendapan eluvial dan kolovial di lapangan dapat dikenali

dengan  memperhatikan perubahan secara berangsur - angsur pada interval

bawah hingga ke atas tanpa dipisahkan oleh bidang erosi.

B. Kipas Aluvial  (Aluvial fan)

Secara umum model kipas aluvial dibagi atas :

20

1) Bagian Proksimal (dekat dengan sumber), tersusun atas batupasir

kasar yang  mempunyai struktur masif dan berlapis.

2) Bagian tengah kipas aluvial (mid fan) terusun atas batupasir kasar

hingga sedang.

3) Bagian ujung kipas aluvial (distal fan) tersusun atas batupasir

berukuran sedang  hingga batu lempung.

C. Brainded Stream

Merupakan pola pengaliran yang bancuh / simpang siur, yang

menghasilkan    banyak  point bar.

D. Meandering Stream

Merupakan pengendapan yang dibagi atas endapan dasar sungai dan

endapan   point   bar.

E. Endapan pantai

Fasies endapan pantai secara umum mempunyai nilai ekonomi terhadap

kandungan mineral bijih.

2. 7. Sifat Fisik dan Karakteristik Mineral Dalam Bijih Timah

Cassiterite (SnO2) merupakan mineral utama yang mengandung unsur

Sn. Dalam pembentukannya, mineral ini disertai dengan beberapa mineral

berat berharga serta sekelompok mineral pengganggu. Endapan bijih timah

di dalam cassiterite pada umumnya berasal dari magma granitik, yaitu

magma dari larutan yang bersifat asam (pembentukan granit), sehingga

keterdapatan endapan bijih timah berhubungan erat dengan terdapatnya

21

batuan granit. Kandungan rata - rata kadar Sn dalam batuan sebagai indikasi

pegangan eksplorasi mineral dalam menentukan nilai latar belakang yang 

diberikan oleh Hawkess dan Webb (1962). Harga rata - rata ini untuk batuan

beku adalah 32 ppm Sn, dengan kandungan Sn yang kecil sebesar 6 ppm

pada batuan beku mafik dan dengan maksimum 45 ppm pada batuan fesilik,

sedangkan untuk batuan sedimen serpih dapat mencapai 40 ppm. Nilai rata -

rata yang digunakan ditentukan oleh Onishi dan Sandell (1957) dan

Hamaguchi (1964) dengan kisaran nilai yang dikumpulkan oleh Wedepohl

(1974) dan Durasova (1967).

1) Mineral berat berharga.

a. Mineral Utama

Mineral utama yang diproses di Pusat Pencucian Bijih Timah

(PPBT) Unit Kundur adalah Cassiterite (SnO2). Warna Cassiterite ini

bermacam - macam yaitu kuning coklat, kuning kemerahan, coklat

kehitaman dan coklat tua dengan berat jenis 6,8 – 7,1. Mineral Cassiterite

permukaannya mengkilap dan berminyak. Umumnya tidak tembus

cahaya, tetapi lapisan permukaan kristalnya berkilau. Keberadaannya ada

yang primer ada pula yang aluvial. Dengan sistem kristal tetragonal 4/m

2/m 2/m. Mineral - mineral bersifat konduktor.

b. Mineral ikutan berharga

Secara umum mineral berharga yang terbawa oleh mineral

Cassiterite, dan mineral ikutan berharga yang diproses di Pusat Pencucian

Bijih Timah (PPBT) Unit Kundur antara lain:

22

I. Ilmenite (FeTiO3)

Umumnya ilmenite berwarna hitam besi atau hitam keabu-abuan,

memiliki berat jenis 4,5 – 5 dan bersifat konduktor dan sifat

magnetik kuat. Biasa digunakan sebagai rutile (TiO2) untuk industri

keramik pigmen dan konsentrat titanium.

II. Zircon

Memiliki warna merah pucat atau orange dengan berat jenis 4,2

– 4,7. zircon bersifat non konduktor dan non magnetik digunakan

sebagai bahan zirkonia untuk industri keramik.

III. Monazite [(Ce, La, Y, Th)PO4]

Umunya memiliki warna kuning atau jarring - jaring hijau. Berat

jenis monazite antar 4,6 – 5,3  dan bersifat non konduktor dan

megnetik lemah. Mineral ini dijual secara berkala tergantung

pesanan konsumen.

2) Mineral ikutan lainnya.

Mineral – mineral lainnya yang sangat berpengaruh dalam bijih

timah, yang memiliki perbedaan warna, kekerasan, berat jenis, sifat

kelistrikan, dll.

2.8. Penambangan di PT. Timah (Persero) Tbk Wilayah Kepri & Riau

Proses penambangan timah yang dilakukan oleh PT. Timah (Persero)

TBk Wilayah Kepri & Riau merupakan metode penambangan timah lepas

pantai dengan mengoperasikan armada Kapal Keruk dan Kapal Isap Produksi

23

untuk operasi produksi di daerah lepas pantai (off shore). Armada kapal

keruk mempunyai kapasitas mangkok (bucket) mulai dari ukuran 14 cuft

sampai dengan 30 cuft. Kapal Keruk yang beroperasi di PT. Timah (Persero)

Tbk Wilayah Kepri & Riau pada saat ini berjumlah tujuh Kapal Keruk yaitu

Kapal Keruk 22 Kundur 1 (30 cuft), 20 Belitung (22 cuft), 19 Bangka II (22

cuft), 18 Bangka 1 (18 cuft), 17 Singkep 31 (14 cuft), 16 Kebiang (14 cuft)

dan Kapal Keruk 14 Riau (14 cuft). Kapal Keruk dapat beroperasi mulai dari

kedalaman 15 m sampai 45 m di bawah permukaan laut sedangkan Kapal

Isap dapat beroperasi sampai kedalaman 35 m di bawah permukaan laut.

Setiap Kapal Keruk dioperasikan oleh karyawan yang berjumlah lebih dari

100 karyawan yang waktu bekerjanya terbagi atas 3 shift dalam 24 jam,

sedangkan armada Kapal Isap Produksi berjumlah 10 KIP yaitu KIP I, KIP II,

KIP III, KIP IV, KIP V, KIP VI, KIP VII, KIP VIII, KIP Permis dan KIP

Penganak. Setiap Kapal Isap Produksi berjumlah 20 – 30 orang. Waktu kerja

karyawan terbagi atas karyawan harian dan karyawan aplus. Karyawan harian

bekerja setiap hari kecuali hari minggu , sedangkan karyawan aplus bekerja

sesuai shift yang telah ditentukan dimana satu shift bekerja selama 8 jam.

2.9. Istilah – istilah Dalam Penambangan Timah

A. Istilah yang dikenal di lingkungan PT. Tambang Timah

1. Bedrock / kong : batuan dasar (batuan yang menjadi dasar atau alas dari

endapan alluvial). Pada umumnya batuan granit.

24

2. Kaksa : Lapisan yang kaya dengan kandungan timah yang berada di atas

batuan dasar (kong).

3. Mencan : Lapisan bertimah yang tidak langsung berada di atas batuan

dasar (kong).

4. Overburden : Lapisan penutup yang tidak mengandung timah yang harus

dikupas dan dibuang sebelum penggalian.

5. Claycap : Lapisan pasir halus yang relative keras karena tersedimentasi.

Bewarna putih sampai kecoklatan.

B. Pembacaan data – data lubang bor di dalam Peta Rencana Kerja

(125/13/06) No. Lubang bor, tahun pengeboran 2006

(-12,5) Tinggi Laut Rata-rata

(15,5) Ketebalan lapisan

(-18,0) Dalam kong

(1,25) Kekayaan lubang bor : 1,25 kg/m3

25