31
UJIAN AKHIR SEMESTER TINJAUAN SENI UMUM Bintang Heru Priowiryanto 17007024 N. Andika 17007023 Nanda Pratama 17007025 Fakultas Seni Rupa dan Design Institut Teknologi Bandung

tinjauan seni umum

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: tinjauan seni umum

UJIAN AKHIR SEMESTER

TINJAUAN SENI UMUM

Bintang Heru Priowiryanto 17007024

N. Andika 17007023

Nanda Pratama 17007025

Fakultas Seni Rupa dan Design

Institut Teknologi Bandung

Page 2: tinjauan seni umum

N. Andika D 17007023

Bintang Heru P 17007024

Nanda Pratama 17007025

Page 3: tinjauan seni umum

INTRODUKSI

Pengalaman dalam dunia kesenian pada abad ke-20 memperlihatkan

pemberontakan dari karya seni yang menantang banyak definisi modernis. Masa itu

dinamakan masa postmodern. Karya seni yang dibuat saat ini cenderung memberikan

fenomena konseptual daripada menunjukkan teknik atau disiplin tertentu dan seringkali

dibantu dengan teknologi komputer.

Dalam rangka untuk menembus tradisi kesenian yang telah ada seperti

orisinalitas, masterpiece yang berharga tinggi dan permanent, banyak seniman

postmodern memilih untuk membuat karya seni yang tidak dapat diambil atau dijual dan

cara mereka untuk meraihnya pun bermacam-macam. Kebanyakan para seniman

postmodern ini memilih untuk membuat karya seni yang sementara. Kebanyakan

karyanya terdokumentasi dalam bentuk fotografi atau video. Pada awalnya, salah satu

cara yang digunakan adalah dengan seni pertunjukan (performance art), dimana seniman

menggunakan tubuhnya sebagai bagian dari karya seni itu sendiri. Ini dapat dilakukan,

walau tidak perlu, dengan menggunakan karya yang statis dalam lokasi tertentu dan

diusahakan menggunakan material – material yang ada pada lokasi yang diinginkan. Seni

instalasi dan seni pertunjukan dapat juga bertujuan untuk menimbulkan interaksi dan

partisipasi dari audiens.

Kesenian pada masa postmodern juga menantang konsep kultur tradisional dari

ruang social seperti agama, politik, rasisme, dan feminisme, menaikkan derajat dari kaum

yang termajinal seperti kaum gay dan masyarakat suku pedalaman.

Maka dari itu, pengetahuan dari karya seninya didapat melalui fotografi dan film,

yang keduanya adalah cara untuk mendokumentasikan seni.

Page 4: tinjauan seni umum

Dada, sebuah pergerakan seni di awal abad ke-20 yang dipimpin oleh Marcel

Duchamp dan Andre Beton, menghasilkan seni pertunjukan Barat yang pertama. Dibantu

oleh Hugo Ball dan Tristan Tzara, mereka mengadakan pameran yang dinamakan

Cabaret Voltaire di Zurich pada tahun 1916. Dalam pameran itu, mereka mendekorasi

ruangan dengan karya – karya seni, dan diisi dengan pertunjukan musik serta pembacaan

puisi. Pameran ini dikenal didokumetasi melalui diari yang ditulis oleh Hugo Ball, yang

berisi konsepsi dan makna filosofis dari masa dan tempat itu. Terdapat juga beberapa

dokumentasi berupa foto – foto.

Kemunculan seni pertunjukan yang radikal mulai muncul dibawah kondisi

ekstrim akibat dari peperangan yang terjadi pada masa itu. Konsep dari pembuatan karya

dengan menggunakan tubuh manusia terus berlanjut melalui pergerakan seni seperti Body

Art yang terjadi pada kisaran tahun 1960-an di Austria dan Jerman, dan tetap berlanjut

hingga tahun 1970-an sampai pada masa dimana seniman melakukan ‘aksi’ yang spesifik

yang bertujuan untuk memenuhi ide yang spesifik dan menunjukan proses dari

pembuatan karya yang dikenal dengan Conceptual Art.

Page 5: tinjauan seni umum

Chris Burden, (1946- ), Amerika

Konsep

Burden adalah salah satu seniman pertunjukan pada masa 1970-an yang menjadi

sangat mempengaruhi dunia. Pada tahun 1971, secara instant ia menjadi terkenal karena

salah satu karya pertunjukannya yang dinamakan Shoot, dimana seorang temannya,

dengan permintaan Burden, menembaknya di tangan menggunakan senapan. Burden

berkarya pada sisi pseudo-scientific dan efek psikologis yang didapatnya cocok untuk

ditampilkan pada media masa. Kemunculan pertunjukannya pada media masa

memberikan hentakan di Eropa, New York, Amerika Selatan, dan Jepang, karena

pertunjukannya yang sensasional dan karya naturalnya yang sangat ‘ekstrim’. Ia

menyeret tubuhnya diatas pecahan kaca, mengurung dirinya di dalam lemari untuk

menyimpan koper, menusuk kabel televise kedalam dadanya, membaringkan tubuhnya

dan bersembunyi di pojok sebuah galeri selama beberapa hari. Dalam karya - karyanya,

Burden mengeksplorasi implikasi dengan membuat situasi dimana seniman itu

membahayakan dirinya sendiri dan mengikut sertakan para audien sebagai saksi untuk

melihat situasi yang mengancam hidup.

Penggunaan Materi

Aksinya tidak diiringi narasi dan dibagi menjadi beberapa bagian yang berdurasi,

distinguished by their ability untuk diambil dalam satu foto dan dideskripsikan dalam

sebuah paragraph. Objek yang digunakan dan penting dalam pertunjukannya dibiarkan

ada di tempat pertunjukan untuk mengingatkan audien kepada aksi itu sendiri, contohnya

sebuah kunci gembok ditinggalkan sebagai relic pada pertunjukan 5 Day Locker Piece

(26 - 30 April 1971) atau serpihan kaca yang dibiarkan ada dari pertunjukan Through the

Night Softly (12 September 1973). Dalam karya ini, Burden mengambil waktu sepuluh

detik iklan di televisi, yang ditayangkan sekitar pukul 23.30 setiap malam selama

beberapa minggu. Dalam tayangan itu menunjukan si seniman merayap di sekitar tempat

parkir yang berserak pecahan kaca dengan kedua tangannya diikat dibelakang punggung.

Page 6: tinjauan seni umum

Burden mengerti bahwa audien dapat diyakinkan realitas dari pertunjukannya

dengan objek. Ia berusaha melawan para audien yang skeptik dengan menunjukkan bukti

– bukti forensik, kebenaran berbentuk tiga dimensi dibantu dengan dokumentasi oleh

fotografi. Kritik

Page 7: tinjauan seni umum

Spencer Tunick, (1967- ), Amerika

Penggunaan Materi

Dokumentasi dari tubuh manusia dalam sebuah pertunjukan adalah karya dari

Spencer Tunick. Pertunjukannya bukanlah sebuah aksi yang nyata atau sebuah acara,

dimana tidak ada audien dalam pertunjukannya, kecuali yang berpartisipasi, dan tujuan

Tunick adalah untuk menciptakan sesuatu seperti still life. Pemandangannya menjadi

tableau. Figur yang didehumanisasikan, pembelajaran tentang bentuk dibandingkan

orang-orangnya itu sendiri, tidak sensual atau pornografi. Pada tahun 1998, ia tur ke

Amerika untuk mengambil gambar orang telanjang pada setiap provinsi. Pada tahun

1997, ia menciptakan karyanya, Maine, yang terdapat 1200 tubuh terbaring di pangkalan

angkatan udara di Maine. Para partisipannya adalah sukarelawan. Tunick juga membuat

video dokumentasi dari pengambilan gambar orang-orang telanjang, Naked States (1997).

Page 8: tinjauan seni umum

Zhu Ming, (1972- ), Cina, tinggal dan bekerja di Amerika

Penggunaan Materi

Zhu Ming adalah seniman kontemporer, yang dikenal dengan karyanya yang

melibatkan gelembung udara (bubbles). Ini dimulai dari pertunjukan bubble-blowing

maraton samapai pertunjukannya yang dilakukan di dalam gelembung udara plastik yang

dibuat secara khusus. Keringanan serta keringkihan dari gelumbung udara itu

menciptakan realitas sesaat, sebuah perbedaan sesaat antara dalam bagian dalam dan

bagian luar dari kulit. Pertunjukan ini didokumentasi dengan menggunakan video dan

fotografi.

Zhu Ming mulai menggunakan tubuhnya untuk melakukan karya seni dalam

maksud memunculkan potensi ekspresif dan juga karena itu adalah material termurah

yang tersedia. Pada tahun 1995, dalam karyanya To Add 1 Metre to an Anonymous

Mountain, ia bergabung dengan grup yang terdiri dari seniman – seniman Cina yang

saling berbaring satu sama lain untuk membentuk sebuah bongkahan tubuh yang

telanjang, ditambah dengan penggaris berukuran satu meter yang ditancapkan di tanah.

Di Cina, menggunakan tubh telanjang dalam karya seni bersifat kontroversial. Zhu Ming

telah dilarang untuk melakukan pertunjukan di Cina dan memasukkan foto serta video di

dalam galeri. Walaupun telah dilarang untuk melakukan pertunjukan di ruang publik,

karyanya terus mendapatkan apresiasi dari pergerakan seni di Cina, khususnya kritikus,

kurator, dan akademisi.

Karya – karya Zhu Ming yang tebaru melibatkan ia melakukan pertunjukan di

dalam glembung udara plastik yang besar di berbagai tempat di dunia seperti Tokyo pada

tahun 1999, Beijing pada tahun 2000, Shanghai pada tahun 2000, dan Sydney pada tahun

2003.

Konsep

Bagi Zhu Ming, gelembung udara menyimbolkan rahim dan air

merepresentasikan cairan rahim dari ibu. Ia sering menempatkan dirinya dalam posisi

seperti bayi yang sedang dalam rahim, tempat dimana realita dan ilusi ada secara

berdampingan. Gelembung udara mengapung dalam ikatan antara realita dan ilusi, antara

Page 9: tinjauan seni umum

dunia luar dengan dunia imajinasi. Busa dan gelembung adalah metafor dari benda lain,

penuh dengan potensi tetapi sulit untuk dibudayakan dalam waktu, ruang, atau kata –

kata. Rasa tentang pelarian ilusi yang abadi memperkuat dan menjadi lebih nyata melalui

karyanya.

Zhu Ming berkata bahwa dia ingin karyanya memiliki latar belakang kebudayaan,

untuk menggunakan kemanusiaan itu sendiri sebagai latar belakang dari karyanya.

Gelembung udara tidak tercipta dengan sendirinya, tetapi dengan proses yang alami,

refleksi dari adanya one dispotition, one single point, one line, one side.

Page 10: tinjauan seni umum

Kenji Yanobe (1965- ), Jepang

Konsep

Hasil karya seni pertunjukan dan patung milik Yanobe memiliki kepedulian yang

besar terhadap lingkungan. Ia juga menunjukkan ketertarikan yang konsisten terhadap

berbagai tokoh dalam komik Jepang seperti Astroboy, yang digunakan sebagai pembawa

perdamaian pada abad ke-21. Sebagian dari motivasi karya – karyanya adalah memori

masa kecil akan Osaka World Trade Fair pada tahun 1970. Pada saat itu, Osaka Fair

adalah symbol dari prowess kekuatan ekonomi dan teknologi Jepang dan, untuk sang

seniman, the site’s eventual decline dan pengasingan menggambarkan mimpi Negara

yang telah gagal. Yanobe berkata, “Saya dulu bermain di reruntuhan Expo tesebut,

dengan robot – robot yang telah hancur, paviliun – paviliun ilmiah, dan patung – patung

luar angkasa. Aula besarnya telah ditinggalkan. Saya menjadi tertarik dengan imej

reruntuhan setelah kehancuran besar yang futuristik.” Yanobe menguak misteri melalui

mitos, permainan, dan puisi dalam narasi kontemporer. “Kota Hantu” telah menjadi tema

recurrent dalam karya seni Yanobe dari Osaka dan Chernobryl.

Yanobe mulai menciptakan pakaian dan mobil anti-radiasi setelah kecelakaan

kereta bawah tanah di Tokyo. “Itu sebabnya saya harus membuat sesuatu, pakaian yang

protektif karena saya adalah seorang pengecut, takut akan berbagai hal. Saya harus

menciptakan sesuatu untuk bertahan. Berevolusi dari ancaman nuklir, karya seni Yanobe

melibatkan cara bertahan hidup, dengan pakaian dan mobil anti-radiasi, juga hal – hal

lainnya sebagai jaminan dalam menghadapi kehancuran dunia.

Karya – karya seperti Atom Suit, Atom Car (1998) melibatkan sang seniman

sebagai karakter utama dalam sebuah drama, yang juga mengisahkan Yanobe

mengunjungi tempat – tempat terjadinya bencana alam termasuk Chernobyl, yang

direncanakan untuk menjadi taman hiburan dan sisa – sisa dari World Fair di Osaka.

Pakaian atom tesebut dirancang untuk melindungi pemakai dari bencana nuklir,

memantau exposure radiasi pada titik sensitif dari tubuh. Setelah pertunjukan tersebut,

pakaian atom disegel di dalam kotak kayu.

Page 11: tinjauan seni umum

Penggunaan Material

The Antenna of the Earth (2001) melibatkan sang seniman dalam pakaian atom-

nya, menggenggam helm dan tongkat upacara-nya, di tengah ladang yang dipenuhi 500

figur atom, yang bersinar dan memancarkan Geiger-counter bleeps. Ia adalah figur

kerasulan, bearing pesan penting untuk generasi masa depan-mulutnya terbuka dengan

teriakan tak terdengar. Figur tersebut berdasarkan pada figure kuno Kamakura, penyihir

Kuya yang invoking Buddha Amida pada abad ke-13.

Dalam seri Ruins of the Future (2001), Yanobe yang mengenakan pakaian atom berdiri di

tengah ladang garam yang vast yang dulunya adalah danau inland. Adegan tersebut

indeterminate dan memperlihatkan kekosongan perpetual dalam masa lalu, masa kini,

dan masa depan.

Page 12: tinjauan seni umum

Vanessa Beecroft, (1969- ), Itali, tinggal dan bekerja di Amerika

Penggunaan Materi

Vanessa Beecroft telah membentuk dirinya sebagai artis dengan beberapa seri

pertunjukan yang terdiri dari grup scantily clad atau model telanjang yang bersikap

layaknya manekin, berseragam, tidak bersuara, dan sangat jarang bergerak, seperti

gambar hidup. Pertunjukannya berlangsung selama dua sampai tiga jam dan

didokumentasi dengan fotografi dan video. Beecroft berkomentar tentang karyanya,

”Tidak ada yang melakukan pertunjukan, tidak ada yang terjadi, mereka tidak memulai

atau mengakhiri apapun”. Model yang digunakan biasanya wanita, tidak dikenal karena

mereka semua memakai pakaian yang sama, seperti rambut palsu yang serupa, sepatu,

dan pakaian dalam.

Konsep

Performance beercroft memiliki kontras yang besar dibandingkan dengan karya

seniman performance feminist lainya seperti Maria Abramovic, Linda Sproul, Janin

Antoni dari 1960 dan 1970an karena dia tidak mau mempromosikan hal tersebut. Dia

tidak pernah tampil dalam performance –nya sendiri tetapi mencari dan memilih berbagai

macam model dan tidak pernah mengsintesikan identitas dari artistik pakaian dari

mereka. Pencarian atau casting dari modelnya disesuaikan dari kebutuhan yang

ditentukan oleh beercroft dan dia sangat memperhatikan image khusus. Saat melakukan

performace-nya, beercroft santai namun terkadang keras terhadap para modelnya. “Saya

biasanya memberikan wig kepada mereka untuk dipakai sehingga mereka lebih terlihat

seperti atau mendekati drawing dan jauh dari kehidupan nyata.” Katanya, sehingga

performance lebih terlihat atau berperan seperti billboard atau lukisan.

Beercroft lebih kearah memproses image mental ke performance sebagai sebuah

“kenyataan”. Ironisnya, dia sering menemukan perbedaan antara konsepnya dan pada saat

produksi atau saat performancenya. “Saya tertarik pada perbedaan antara apa yang saya

ekspetasikan dengan apa yang sesungguhnya terjadi.” Katanya. Salah satu motivasi

Page 13: tinjauan seni umum

beercroft dalam melakukan performance art selama ini yaitu depresi dan anorexia yang

dideritanya, dan dia menggunakan performance sebagai jalan mencari identitas diri.

Page 14: tinjauan seni umum

Rosemary laing (1959- ), Australia

Konsep

Laing menggabungkan antara performance dan instalasi dalam karyanya dalam

jangkauan fotografi yang terinspirasi teknologi. Kecepatan dan pandangan dari simbiosis

teknologi yang ada dalam kehidupan sekarang merupakan dasar dari konsep yang

dimiliki oleh Laing. Salah satu refrensinya merupakan karya dari filsuf Paul Virilio dan

mempengaruhi konsep serta materi yang ia gunakan, yang mengatakan “Saat perpindahan

menjadi instan, keberangkatan dan kedatangan menjadi conflate dan pergerakan menjadi

inersia. Seniman mendokumentasikan pengalamanya mengenai dunia: sebuah ruang

dimana obyek, persepsi, lanskap, figur dan seterusnya ditangkap oleh kamera. Sekarang

kamera sudah lebih maju lagi dengan kecepatan supersonic, teleskop ruang,roket, dan

transmisi TV satelit. Teknologi ini memiliki efek yang besar seperti yang laing

bayangkan. Lokasi karya sangat penting bagi Laing yang berdasarkan seni konseptual

dan performance.

Pengunaan Materi

Laing berusaha untuk mendokumentasikan intalasi dan performance yang

mengilustrasikan proses konseptual yang diontarkan oleh Virilio. Dia percaya bahwa

dunia akan terus datang kepada kita dan bergerak semakin cepat. Semakin cepat sesuatu

bergerak, semakin sedikit yang kita lihat. Bagaimana hilangnya sebuah momen yang

“tidak terlihat” dalam teknologi selalu ada dan berhadapan dengan dunia dimana terus

berputar untuk Laing. Konsep ini dimasukan kedalam kedua karyanya yaitu Greenwork

(1995) dan Brownwork (1997) dimana mengaplikasikan perceptual transmution oleh

akselerasi fisik dan informasi dari arti melewati. Greenwork (1995) terdiri dari 4 vinyl

yang dilukis oleh komputer dengan ukuran seperti billboard yang menggambarkan

panorama yang diambil dari fotografi Peter Elliston. Dalam Greenwork blue gradient,

manipulasi digital digunakan untuk membawa informasi.

Page 15: tinjauan seni umum

Ketertarikan Laing terhadap aviation/dunia penerbangan terlihat dalam karyanya

yang Brownwork, ketertarikan ini dipicu oleh rasa penasaranya terhadap fakta bahwa

beban seperti itu bisa terbang dengan menggunakan teknologi. Dia telha menggunakan

Royal Australian Air Force, Bandara Sydney dan Qantas untuk melakukan observasi

terhadap aspek yang ada dalam pengoprasian bandara, kargo dan pesawat penumpang,

warehouse, rutinitas para staff dan servis.

Pada karya Groundspeed (2001), Laing telah merubah atensinya ke arah dimana

dunia kultur dan alami bertemu . Seri ini memperlihatkan bagaimana alam diganti oleh

alam artifisial atau buatan. Laing telah menempatkan 3 jenis karpet yang berbeda dengan

lokasi yang berbeda. Terbawa dari kecil, disain dari karpet menyerupai suburbia. Dia

menghabiskan waktu bermingg-minggu memotong tempelate dari lokasi untuk

menciptakan titik temu khayalan antara gambaran lanskap dengan lounge room

suburban.

Page 16: tinjauan seni umum

Studi Kasus

Paul Virilio

Paul Virilio Merupakan seorang filsuf dan penulis yang menyebut dirinya sebagai

pengkritik dari teknologi seni. Dia juga seorang perencana tata kota, sejarawan politik

dan ahli perang. Dia telah menulis buku Aesthetic of Fosappearance dan Polar Inertia

Kepedulianya terletak pada teknologi berkecepatan tinggi dari pandangan kita terhadap

dunia dan terhadap ketidakberadaan dari sebuah ruang. Ruang untuknya adalah sebuah

lahan dari aksi , sebuah ekspansi terhadap waktu yang dilakukan oleh “pemain” (kita).

Dengan mengecilnya dunia oleh informasi teknolgi kontemporer, sebuah polusi yang

Page 17: tinjauan seni umum

sedang diproduksi . Ruang mendapatkan masa yang kritis menghasilkan reaksi berantai

dan menimbulkan ketidakberadaan sebuah ruang.

Wenda Gu (1955- ), Cina

Wenda Gu membuat instalasi berskala besar dalam raung galeri menggabungkan

material dengan performance. Karena iklim politik di cina, Gu mengalami kesulitan

untuk menunjukan karyanya pada tahun 1980an. Salah satu karya instalasinya sempat

ditutup, karya lainya ditutup selama 4 jam setelah pembukaan dan yang ketiga dilarang.

Pada tahun 1987 saat ia meningglakan beijing dia mengatakan bahwa dia akan

menaklkan dunia. Pada tahun 1999 dia melakukan pameran tunggal di amerika, mexico,

jerman, kanada, Chile, Cina, dan Taiwan. Wenda Gu sekarang tinggal dan berkarya di

New York.

Penggunaan Materi

Wenda Gu mempelajari pengetahuan tradisional dan lukisan lanskap. Dengan

teknik yang ia miliki dan pelajari ia mengelluarkan karya yang kontroversial dimana

menggunakan ideologi untuk menantang politik dan tradisi sosial

Salah satu karyanya ialah Pseudo Characters Contemplation of the World (1984-

1986) yang merupakan seri lukisan yang menggunakan gaya dan teknik kaligrafi

tradisional tetapi merubahnya dengan membaliknya atau mengganti dengan huruf yang

tidak benar. Seri ini terdiri dari tiga gulungan tinta diatas kertas diman seniman

menggabungkan kaligrafi dan lanskap dimana mengganggu dari kedua konvensi dan

Page 18: tinjauan seni umum

sangat membelokan tradisi artistik dari Cina: ”Menyerang kata yang tertulis dengan

memuliakan dari yang absurd tidak dapat diterima.”

Konsep

Karya dari Wenda Gu terkenal akan dua tema yang bersinggungan. Yang pertama

berhubungan dengan bahasa dan hubunganya menandakan adanya konvensi kultural.

Tema yang kedua dia menggunakan rambut dari manusia dimana ia gunakan untuk

materi dan simbol menandakan usaha manusia. Rambut itu seperti bagan dari manusia

karena mengandung informasi DNA yang ada pada setiap manusia namun sangat

individual. ”Rambut menjadi penanda dan sangat kaya akan metafora dalam sejarah,

peradaban, ilmu pengetahuan, etnis, waktu, ekonomi ... bagian dari manusia ini tumbuh

dan menjadi ”sampah” di seluruh proyek United Nations menjadi tingkatan yang besar

rambut manusia.

Gu telah menggunakan tubuh manusia sebagai materi selama 12 tahun, dan

membuat kontorversi. Dia percaya bahwa sekresi dari tubuh manusia merupakan salah

satu cara terbaik untuk berhubungan langsung dengan manusia.

Karya Seni

Karya Gu yang sangat signifikan adalah United Nation Project, sebuah proyek

yang ambisius dimulai tahun 1992. Materi Utama dari karya ini adalah rambut manusia

yang diambil dari tukang cukur di seluruh dunia. Rambut ini berperan sebagai

penghubung antar semua manusia. Karya ini diwujudkan di berbagai tempat di dunia

dengan menggunakan rambut lokal. Gu menghadapi dua macam tabu yaitu bahasa yang

digunakan oleh tubuh manusia. Instalasi ini sempat dibongkar setelah dipajang sehari

karena kontroversinya terhadap daerah sekitarnya di Lodz dan asosiasi yahudi diamana

rambut mereka dipotong saat Holocaust.

Page 19: tinjauan seni umum

Gu telah menyelesaikan 15 intalasi United Nation diseluruh dunia. Setiap

keryanya merupakan statement mengenai rencana konseptual yang berhubungan dengan

sejarah, politik dan sitausi kultural dari lokasinya.

Dengan Karyanya yang monumental terhadap keberadaan kultural, penggunaan

rambut menjadikan mereka lebih personal. Bagi masyarakat, rambut merupakan salah

satu obyek seni yang jarang dipamerkan di museum maupun galeri. Hal ini memberikan

kesan yang aneh bagi yang menyaksikan tetapi perasaan bahwa mereka ikut serta dalam

karya tersebut.

Susan Hiller, (1942- ), Amerika, hidup dan bekerja di Inggris.

Pengunaan Materi

Hiller yang merupakan seorang antropologi dan arkeologi memulai prakteknya

dalam dunia seni pada tahun 1973. Karyanya menggunakan banyak macam materi dan

media dari Lukisan, fotografi, instalas patung berskala besar, suara serta video. Pada

tahun 1970an Karya Hiller terinspirasi oleh feminisme dan terefleksikan dengan berbagai

Page 20: tinjauan seni umum

macam bahasa wacana yang berlaku. Dia setelah itu menjadi tertarik akan bagaiman

informasi yang pasti menjadi atau diperlakukan secara marjinal. Contohnya, informasi

mengenai telekinesis dan penglihatan akan UFO. Dia sangat tertarik dengan bagaimana

psikoanalisis memunculkan pada tingkat kesadaran akan apa yang telah terkubur. Hal ini

ditunjukan pada karyanya, dimana dia menantang cara konvensional dalam melihat

kenyataan.

Karya Hiller menggabungkan antara arkeologi, investigasi kedalam mimpi dan

bahasa, pencapaian kembali akan pengetahuan dan bagian dari ingatan baik fisik maupun

psikologis. Salah satu karynya yang kuat ada Witness (2000) yang dipajang di Museum of

Contemporarty art for the sydney biennale pada tahun 2002, yang aslinya dikerjakan oleh

Art Angel (London) dan dipasang pada sebuah Chapel tua.

Do-Ho Suh (1962- ), Korea

Konsep

Lahir di Korea tetapi sekarang hidup di Amerika. Dia telah memproduksi banyak

karya seni berseri di berbagai macam tempat. Instalasinya mengajak penonton untuk ikut

serta dalam interaksi dan partisipasi dan inilah efek emosional yang kritis dalam

karyanya. Karyanya didokumentasikan dalam fotografi dan ini merupakan salah satu

masalah karena hal ini tidak bisa menghasilkan rasa dari ruang yang diinginkan oleh

seniman. Salah satu contohnya ialah publikasi dari foto karyanya Floor (1997-2000),

Page 21: tinjauan seni umum

menunjukan sebuah figur mengenakan sepasang sepatu boot hitam mengingatkan kita

akan sepatu militer berdiri diatas lantai dengan kuat membawa kita kepada kelemahan

dari penduduk biasa. Pertanyaan Do Ho-Suh adalah ide dari jejak kaki manusia di dunia:

sebarapa besar beban yang dapat diemban atau dipikul seseorang? Berapa besar ukuran

ruang personal dari seseorang? Dia percaya bahwa seni merupakan produk dari

kehidupan, termasuk sistem kepercayaan dan bentuk individual. ”Bagi saya berkarya

adalah produk dari kehidupan. Saya tidak berpendapat bahwa berkarya untuk seni itu

sendiri... karena karya saya berawal dari ketertarikan saya terhadap buah pikiran saya

terhadap sebuah ruang.

Material

Do-Ho Suh memandang banyak dari karyanya bekerja sebagai banyak komponen

kecil yang kemudian bergabung untuk menciptakan sebuah keseluruhan. Pada karya

Public Figures (1998 – 2001), banyak figur kecil pria dan wanita yang terbuat dari kaca

fiberglass, resin, dan pipa baja yang terpasang di rumah adat Korea pada Venice Biennale

ke-49 pada tahun 2001. Figur – figur tersebut menahan sebuah alas tiang yang secara

tradisional mewakili peringatan atau peristiwa bersejarah dari tokoh – tokoh penting.

Terdapat 600 figur kecil dengan tinggi 30 cm dalam 6 bentuk yang berbeda, termasuk

pria dan wanita dari suku yang berbeda, yang masing – masing dirancang untuk

mengenali 100 dari 1000 individu yang bekerja ”di balik layar”.

Hal ini merupakan kepekaan yang sama dengan Floor, yang terdiri dari figur PVC

dengan lengan yang menahan selembar kaca. Terdapat 40 lembar kaca dan semua lantai

berukuran 4x4 meter. Karya ini dipasang di Lehmann Maupin Gallery di New York.

Figur – figur tersebut mengenakan pakaian khas pekerja buruh dan kantoran. Hal ini jelas

merupakan simbol kepahlawanan, kekuatan kolektif para pekerja, sebuah citra yang

terkadang ditemukan pada negara – negara komunis seperti Rusia dan Cina. Karya

instalasi ini juga mewakili ’atap kaca’, secara metafor menjelaskan rasa frustasi dari yang

Page 22: tinjauan seni umum

tertindas, seperti pekerja, orang miskin, dan masyarakat kelas rendah, memvisualkan

strata sosial secara vertikal. Transparasi dari lantai menguak bantuan dari banyak audiens

yang masuk kedalam ambiguias abadi dari perjuangan urban dan hilangnya

individualitas.

Untuk karya instalasi di dalam rumah, Do-Ho Suh memilih tempat seperti

koridor, tagga, dan pintu masuk, karena menurutnya, ada ruangan yang kita gunakan

untuk mencapai tujuan kita, itu adalah ruang transisi. Para audiens dapat dengan leluasa

berjalan di sekitar ruangan dari rumah itu dan diobjeksikan dengan menggunakan saklar

lampu, gagang pintu, tetapi tanpa mempunyai petunjuk akan keterikatan emosi yang Do-

Ho Suh rasakan dari tempat itu.

Ann Hamilton, (1956- ), Amerika

Konsep

Hamilton menciptakan karya instalasai dan pertunjukan yang biasanya lebih

spesifik kepada situs tertentu. Instalasinya meliputi penggunaan seluruh indera dan

menganggu. Biasanya poin utama terkuaknya inspirasi dari karya seninya adalah dengan

sejarah dan maksud kultural dari situs itu sendiri. Seperti Marcel Duchamp, Hamilton

Page 23: tinjauan seni umum

berkata bahwa tantangan yang dihadapi adalah bagaimana menghadirkan sesuatu yang

tidak dapat terlihat oleh kita, untuk menciptakan rasa kosong.

Hamilton menginvestigasi bagaimana sikap dari pengetahuan itu dihidupkan dan

dirasakan, terutama dalam akusisi bahasa. Sering pertunjukannya memasukkan kata –

kata, buku, bacaan dan kata yang diucapkan, dimana mempertimbangkan aturan

senimannya, pembaca dan para audiens dibawa ke pengalaman raga.