Upload
bintangp1
View
196
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
UJIAN AKHIR SEMESTER
TINJAUAN SENI UMUM
Bintang Heru Priowiryanto 17007024
N. Andika 17007023
Nanda Pratama 17007025
Fakultas Seni Rupa dan Design
Institut Teknologi Bandung
N. Andika D 17007023
Bintang Heru P 17007024
Nanda Pratama 17007025
INTRODUKSI
Pengalaman dalam dunia kesenian pada abad ke-20 memperlihatkan
pemberontakan dari karya seni yang menantang banyak definisi modernis. Masa itu
dinamakan masa postmodern. Karya seni yang dibuat saat ini cenderung memberikan
fenomena konseptual daripada menunjukkan teknik atau disiplin tertentu dan seringkali
dibantu dengan teknologi komputer.
Dalam rangka untuk menembus tradisi kesenian yang telah ada seperti
orisinalitas, masterpiece yang berharga tinggi dan permanent, banyak seniman
postmodern memilih untuk membuat karya seni yang tidak dapat diambil atau dijual dan
cara mereka untuk meraihnya pun bermacam-macam. Kebanyakan para seniman
postmodern ini memilih untuk membuat karya seni yang sementara. Kebanyakan
karyanya terdokumentasi dalam bentuk fotografi atau video. Pada awalnya, salah satu
cara yang digunakan adalah dengan seni pertunjukan (performance art), dimana seniman
menggunakan tubuhnya sebagai bagian dari karya seni itu sendiri. Ini dapat dilakukan,
walau tidak perlu, dengan menggunakan karya yang statis dalam lokasi tertentu dan
diusahakan menggunakan material – material yang ada pada lokasi yang diinginkan. Seni
instalasi dan seni pertunjukan dapat juga bertujuan untuk menimbulkan interaksi dan
partisipasi dari audiens.
Kesenian pada masa postmodern juga menantang konsep kultur tradisional dari
ruang social seperti agama, politik, rasisme, dan feminisme, menaikkan derajat dari kaum
yang termajinal seperti kaum gay dan masyarakat suku pedalaman.
Maka dari itu, pengetahuan dari karya seninya didapat melalui fotografi dan film,
yang keduanya adalah cara untuk mendokumentasikan seni.
Dada, sebuah pergerakan seni di awal abad ke-20 yang dipimpin oleh Marcel
Duchamp dan Andre Beton, menghasilkan seni pertunjukan Barat yang pertama. Dibantu
oleh Hugo Ball dan Tristan Tzara, mereka mengadakan pameran yang dinamakan
Cabaret Voltaire di Zurich pada tahun 1916. Dalam pameran itu, mereka mendekorasi
ruangan dengan karya – karya seni, dan diisi dengan pertunjukan musik serta pembacaan
puisi. Pameran ini dikenal didokumetasi melalui diari yang ditulis oleh Hugo Ball, yang
berisi konsepsi dan makna filosofis dari masa dan tempat itu. Terdapat juga beberapa
dokumentasi berupa foto – foto.
Kemunculan seni pertunjukan yang radikal mulai muncul dibawah kondisi
ekstrim akibat dari peperangan yang terjadi pada masa itu. Konsep dari pembuatan karya
dengan menggunakan tubuh manusia terus berlanjut melalui pergerakan seni seperti Body
Art yang terjadi pada kisaran tahun 1960-an di Austria dan Jerman, dan tetap berlanjut
hingga tahun 1970-an sampai pada masa dimana seniman melakukan ‘aksi’ yang spesifik
yang bertujuan untuk memenuhi ide yang spesifik dan menunjukan proses dari
pembuatan karya yang dikenal dengan Conceptual Art.
Chris Burden, (1946- ), Amerika
Konsep
Burden adalah salah satu seniman pertunjukan pada masa 1970-an yang menjadi
sangat mempengaruhi dunia. Pada tahun 1971, secara instant ia menjadi terkenal karena
salah satu karya pertunjukannya yang dinamakan Shoot, dimana seorang temannya,
dengan permintaan Burden, menembaknya di tangan menggunakan senapan. Burden
berkarya pada sisi pseudo-scientific dan efek psikologis yang didapatnya cocok untuk
ditampilkan pada media masa. Kemunculan pertunjukannya pada media masa
memberikan hentakan di Eropa, New York, Amerika Selatan, dan Jepang, karena
pertunjukannya yang sensasional dan karya naturalnya yang sangat ‘ekstrim’. Ia
menyeret tubuhnya diatas pecahan kaca, mengurung dirinya di dalam lemari untuk
menyimpan koper, menusuk kabel televise kedalam dadanya, membaringkan tubuhnya
dan bersembunyi di pojok sebuah galeri selama beberapa hari. Dalam karya - karyanya,
Burden mengeksplorasi implikasi dengan membuat situasi dimana seniman itu
membahayakan dirinya sendiri dan mengikut sertakan para audien sebagai saksi untuk
melihat situasi yang mengancam hidup.
Penggunaan Materi
Aksinya tidak diiringi narasi dan dibagi menjadi beberapa bagian yang berdurasi,
distinguished by their ability untuk diambil dalam satu foto dan dideskripsikan dalam
sebuah paragraph. Objek yang digunakan dan penting dalam pertunjukannya dibiarkan
ada di tempat pertunjukan untuk mengingatkan audien kepada aksi itu sendiri, contohnya
sebuah kunci gembok ditinggalkan sebagai relic pada pertunjukan 5 Day Locker Piece
(26 - 30 April 1971) atau serpihan kaca yang dibiarkan ada dari pertunjukan Through the
Night Softly (12 September 1973). Dalam karya ini, Burden mengambil waktu sepuluh
detik iklan di televisi, yang ditayangkan sekitar pukul 23.30 setiap malam selama
beberapa minggu. Dalam tayangan itu menunjukan si seniman merayap di sekitar tempat
parkir yang berserak pecahan kaca dengan kedua tangannya diikat dibelakang punggung.
Burden mengerti bahwa audien dapat diyakinkan realitas dari pertunjukannya
dengan objek. Ia berusaha melawan para audien yang skeptik dengan menunjukkan bukti
– bukti forensik, kebenaran berbentuk tiga dimensi dibantu dengan dokumentasi oleh
fotografi. Kritik
Spencer Tunick, (1967- ), Amerika
Penggunaan Materi
Dokumentasi dari tubuh manusia dalam sebuah pertunjukan adalah karya dari
Spencer Tunick. Pertunjukannya bukanlah sebuah aksi yang nyata atau sebuah acara,
dimana tidak ada audien dalam pertunjukannya, kecuali yang berpartisipasi, dan tujuan
Tunick adalah untuk menciptakan sesuatu seperti still life. Pemandangannya menjadi
tableau. Figur yang didehumanisasikan, pembelajaran tentang bentuk dibandingkan
orang-orangnya itu sendiri, tidak sensual atau pornografi. Pada tahun 1998, ia tur ke
Amerika untuk mengambil gambar orang telanjang pada setiap provinsi. Pada tahun
1997, ia menciptakan karyanya, Maine, yang terdapat 1200 tubuh terbaring di pangkalan
angkatan udara di Maine. Para partisipannya adalah sukarelawan. Tunick juga membuat
video dokumentasi dari pengambilan gambar orang-orang telanjang, Naked States (1997).
Zhu Ming, (1972- ), Cina, tinggal dan bekerja di Amerika
Penggunaan Materi
Zhu Ming adalah seniman kontemporer, yang dikenal dengan karyanya yang
melibatkan gelembung udara (bubbles). Ini dimulai dari pertunjukan bubble-blowing
maraton samapai pertunjukannya yang dilakukan di dalam gelembung udara plastik yang
dibuat secara khusus. Keringanan serta keringkihan dari gelumbung udara itu
menciptakan realitas sesaat, sebuah perbedaan sesaat antara dalam bagian dalam dan
bagian luar dari kulit. Pertunjukan ini didokumentasi dengan menggunakan video dan
fotografi.
Zhu Ming mulai menggunakan tubuhnya untuk melakukan karya seni dalam
maksud memunculkan potensi ekspresif dan juga karena itu adalah material termurah
yang tersedia. Pada tahun 1995, dalam karyanya To Add 1 Metre to an Anonymous
Mountain, ia bergabung dengan grup yang terdiri dari seniman – seniman Cina yang
saling berbaring satu sama lain untuk membentuk sebuah bongkahan tubuh yang
telanjang, ditambah dengan penggaris berukuran satu meter yang ditancapkan di tanah.
Di Cina, menggunakan tubh telanjang dalam karya seni bersifat kontroversial. Zhu Ming
telah dilarang untuk melakukan pertunjukan di Cina dan memasukkan foto serta video di
dalam galeri. Walaupun telah dilarang untuk melakukan pertunjukan di ruang publik,
karyanya terus mendapatkan apresiasi dari pergerakan seni di Cina, khususnya kritikus,
kurator, dan akademisi.
Karya – karya Zhu Ming yang tebaru melibatkan ia melakukan pertunjukan di
dalam glembung udara plastik yang besar di berbagai tempat di dunia seperti Tokyo pada
tahun 1999, Beijing pada tahun 2000, Shanghai pada tahun 2000, dan Sydney pada tahun
2003.
Konsep
Bagi Zhu Ming, gelembung udara menyimbolkan rahim dan air
merepresentasikan cairan rahim dari ibu. Ia sering menempatkan dirinya dalam posisi
seperti bayi yang sedang dalam rahim, tempat dimana realita dan ilusi ada secara
berdampingan. Gelembung udara mengapung dalam ikatan antara realita dan ilusi, antara
dunia luar dengan dunia imajinasi. Busa dan gelembung adalah metafor dari benda lain,
penuh dengan potensi tetapi sulit untuk dibudayakan dalam waktu, ruang, atau kata –
kata. Rasa tentang pelarian ilusi yang abadi memperkuat dan menjadi lebih nyata melalui
karyanya.
Zhu Ming berkata bahwa dia ingin karyanya memiliki latar belakang kebudayaan,
untuk menggunakan kemanusiaan itu sendiri sebagai latar belakang dari karyanya.
Gelembung udara tidak tercipta dengan sendirinya, tetapi dengan proses yang alami,
refleksi dari adanya one dispotition, one single point, one line, one side.
Kenji Yanobe (1965- ), Jepang
Konsep
Hasil karya seni pertunjukan dan patung milik Yanobe memiliki kepedulian yang
besar terhadap lingkungan. Ia juga menunjukkan ketertarikan yang konsisten terhadap
berbagai tokoh dalam komik Jepang seperti Astroboy, yang digunakan sebagai pembawa
perdamaian pada abad ke-21. Sebagian dari motivasi karya – karyanya adalah memori
masa kecil akan Osaka World Trade Fair pada tahun 1970. Pada saat itu, Osaka Fair
adalah symbol dari prowess kekuatan ekonomi dan teknologi Jepang dan, untuk sang
seniman, the site’s eventual decline dan pengasingan menggambarkan mimpi Negara
yang telah gagal. Yanobe berkata, “Saya dulu bermain di reruntuhan Expo tesebut,
dengan robot – robot yang telah hancur, paviliun – paviliun ilmiah, dan patung – patung
luar angkasa. Aula besarnya telah ditinggalkan. Saya menjadi tertarik dengan imej
reruntuhan setelah kehancuran besar yang futuristik.” Yanobe menguak misteri melalui
mitos, permainan, dan puisi dalam narasi kontemporer. “Kota Hantu” telah menjadi tema
recurrent dalam karya seni Yanobe dari Osaka dan Chernobryl.
Yanobe mulai menciptakan pakaian dan mobil anti-radiasi setelah kecelakaan
kereta bawah tanah di Tokyo. “Itu sebabnya saya harus membuat sesuatu, pakaian yang
protektif karena saya adalah seorang pengecut, takut akan berbagai hal. Saya harus
menciptakan sesuatu untuk bertahan. Berevolusi dari ancaman nuklir, karya seni Yanobe
melibatkan cara bertahan hidup, dengan pakaian dan mobil anti-radiasi, juga hal – hal
lainnya sebagai jaminan dalam menghadapi kehancuran dunia.
Karya – karya seperti Atom Suit, Atom Car (1998) melibatkan sang seniman
sebagai karakter utama dalam sebuah drama, yang juga mengisahkan Yanobe
mengunjungi tempat – tempat terjadinya bencana alam termasuk Chernobyl, yang
direncanakan untuk menjadi taman hiburan dan sisa – sisa dari World Fair di Osaka.
Pakaian atom tesebut dirancang untuk melindungi pemakai dari bencana nuklir,
memantau exposure radiasi pada titik sensitif dari tubuh. Setelah pertunjukan tersebut,
pakaian atom disegel di dalam kotak kayu.
Penggunaan Material
The Antenna of the Earth (2001) melibatkan sang seniman dalam pakaian atom-
nya, menggenggam helm dan tongkat upacara-nya, di tengah ladang yang dipenuhi 500
figur atom, yang bersinar dan memancarkan Geiger-counter bleeps. Ia adalah figur
kerasulan, bearing pesan penting untuk generasi masa depan-mulutnya terbuka dengan
teriakan tak terdengar. Figur tersebut berdasarkan pada figure kuno Kamakura, penyihir
Kuya yang invoking Buddha Amida pada abad ke-13.
Dalam seri Ruins of the Future (2001), Yanobe yang mengenakan pakaian atom berdiri di
tengah ladang garam yang vast yang dulunya adalah danau inland. Adegan tersebut
indeterminate dan memperlihatkan kekosongan perpetual dalam masa lalu, masa kini,
dan masa depan.
Vanessa Beecroft, (1969- ), Itali, tinggal dan bekerja di Amerika
Penggunaan Materi
Vanessa Beecroft telah membentuk dirinya sebagai artis dengan beberapa seri
pertunjukan yang terdiri dari grup scantily clad atau model telanjang yang bersikap
layaknya manekin, berseragam, tidak bersuara, dan sangat jarang bergerak, seperti
gambar hidup. Pertunjukannya berlangsung selama dua sampai tiga jam dan
didokumentasi dengan fotografi dan video. Beecroft berkomentar tentang karyanya,
”Tidak ada yang melakukan pertunjukan, tidak ada yang terjadi, mereka tidak memulai
atau mengakhiri apapun”. Model yang digunakan biasanya wanita, tidak dikenal karena
mereka semua memakai pakaian yang sama, seperti rambut palsu yang serupa, sepatu,
dan pakaian dalam.
Konsep
Performance beercroft memiliki kontras yang besar dibandingkan dengan karya
seniman performance feminist lainya seperti Maria Abramovic, Linda Sproul, Janin
Antoni dari 1960 dan 1970an karena dia tidak mau mempromosikan hal tersebut. Dia
tidak pernah tampil dalam performance –nya sendiri tetapi mencari dan memilih berbagai
macam model dan tidak pernah mengsintesikan identitas dari artistik pakaian dari
mereka. Pencarian atau casting dari modelnya disesuaikan dari kebutuhan yang
ditentukan oleh beercroft dan dia sangat memperhatikan image khusus. Saat melakukan
performace-nya, beercroft santai namun terkadang keras terhadap para modelnya. “Saya
biasanya memberikan wig kepada mereka untuk dipakai sehingga mereka lebih terlihat
seperti atau mendekati drawing dan jauh dari kehidupan nyata.” Katanya, sehingga
performance lebih terlihat atau berperan seperti billboard atau lukisan.
Beercroft lebih kearah memproses image mental ke performance sebagai sebuah
“kenyataan”. Ironisnya, dia sering menemukan perbedaan antara konsepnya dan pada saat
produksi atau saat performancenya. “Saya tertarik pada perbedaan antara apa yang saya
ekspetasikan dengan apa yang sesungguhnya terjadi.” Katanya. Salah satu motivasi
beercroft dalam melakukan performance art selama ini yaitu depresi dan anorexia yang
dideritanya, dan dia menggunakan performance sebagai jalan mencari identitas diri.
Rosemary laing (1959- ), Australia
Konsep
Laing menggabungkan antara performance dan instalasi dalam karyanya dalam
jangkauan fotografi yang terinspirasi teknologi. Kecepatan dan pandangan dari simbiosis
teknologi yang ada dalam kehidupan sekarang merupakan dasar dari konsep yang
dimiliki oleh Laing. Salah satu refrensinya merupakan karya dari filsuf Paul Virilio dan
mempengaruhi konsep serta materi yang ia gunakan, yang mengatakan “Saat perpindahan
menjadi instan, keberangkatan dan kedatangan menjadi conflate dan pergerakan menjadi
inersia. Seniman mendokumentasikan pengalamanya mengenai dunia: sebuah ruang
dimana obyek, persepsi, lanskap, figur dan seterusnya ditangkap oleh kamera. Sekarang
kamera sudah lebih maju lagi dengan kecepatan supersonic, teleskop ruang,roket, dan
transmisi TV satelit. Teknologi ini memiliki efek yang besar seperti yang laing
bayangkan. Lokasi karya sangat penting bagi Laing yang berdasarkan seni konseptual
dan performance.
Pengunaan Materi
Laing berusaha untuk mendokumentasikan intalasi dan performance yang
mengilustrasikan proses konseptual yang diontarkan oleh Virilio. Dia percaya bahwa
dunia akan terus datang kepada kita dan bergerak semakin cepat. Semakin cepat sesuatu
bergerak, semakin sedikit yang kita lihat. Bagaimana hilangnya sebuah momen yang
“tidak terlihat” dalam teknologi selalu ada dan berhadapan dengan dunia dimana terus
berputar untuk Laing. Konsep ini dimasukan kedalam kedua karyanya yaitu Greenwork
(1995) dan Brownwork (1997) dimana mengaplikasikan perceptual transmution oleh
akselerasi fisik dan informasi dari arti melewati. Greenwork (1995) terdiri dari 4 vinyl
yang dilukis oleh komputer dengan ukuran seperti billboard yang menggambarkan
panorama yang diambil dari fotografi Peter Elliston. Dalam Greenwork blue gradient,
manipulasi digital digunakan untuk membawa informasi.
Ketertarikan Laing terhadap aviation/dunia penerbangan terlihat dalam karyanya
yang Brownwork, ketertarikan ini dipicu oleh rasa penasaranya terhadap fakta bahwa
beban seperti itu bisa terbang dengan menggunakan teknologi. Dia telha menggunakan
Royal Australian Air Force, Bandara Sydney dan Qantas untuk melakukan observasi
terhadap aspek yang ada dalam pengoprasian bandara, kargo dan pesawat penumpang,
warehouse, rutinitas para staff dan servis.
Pada karya Groundspeed (2001), Laing telah merubah atensinya ke arah dimana
dunia kultur dan alami bertemu . Seri ini memperlihatkan bagaimana alam diganti oleh
alam artifisial atau buatan. Laing telah menempatkan 3 jenis karpet yang berbeda dengan
lokasi yang berbeda. Terbawa dari kecil, disain dari karpet menyerupai suburbia. Dia
menghabiskan waktu bermingg-minggu memotong tempelate dari lokasi untuk
menciptakan titik temu khayalan antara gambaran lanskap dengan lounge room
suburban.
Studi Kasus
Paul Virilio
Paul Virilio Merupakan seorang filsuf dan penulis yang menyebut dirinya sebagai
pengkritik dari teknologi seni. Dia juga seorang perencana tata kota, sejarawan politik
dan ahli perang. Dia telah menulis buku Aesthetic of Fosappearance dan Polar Inertia
Kepedulianya terletak pada teknologi berkecepatan tinggi dari pandangan kita terhadap
dunia dan terhadap ketidakberadaan dari sebuah ruang. Ruang untuknya adalah sebuah
lahan dari aksi , sebuah ekspansi terhadap waktu yang dilakukan oleh “pemain” (kita).
Dengan mengecilnya dunia oleh informasi teknolgi kontemporer, sebuah polusi yang
sedang diproduksi . Ruang mendapatkan masa yang kritis menghasilkan reaksi berantai
dan menimbulkan ketidakberadaan sebuah ruang.
Wenda Gu (1955- ), Cina
Wenda Gu membuat instalasi berskala besar dalam raung galeri menggabungkan
material dengan performance. Karena iklim politik di cina, Gu mengalami kesulitan
untuk menunjukan karyanya pada tahun 1980an. Salah satu karya instalasinya sempat
ditutup, karya lainya ditutup selama 4 jam setelah pembukaan dan yang ketiga dilarang.
Pada tahun 1987 saat ia meningglakan beijing dia mengatakan bahwa dia akan
menaklkan dunia. Pada tahun 1999 dia melakukan pameran tunggal di amerika, mexico,
jerman, kanada, Chile, Cina, dan Taiwan. Wenda Gu sekarang tinggal dan berkarya di
New York.
Penggunaan Materi
Wenda Gu mempelajari pengetahuan tradisional dan lukisan lanskap. Dengan
teknik yang ia miliki dan pelajari ia mengelluarkan karya yang kontroversial dimana
menggunakan ideologi untuk menantang politik dan tradisi sosial
Salah satu karyanya ialah Pseudo Characters Contemplation of the World (1984-
1986) yang merupakan seri lukisan yang menggunakan gaya dan teknik kaligrafi
tradisional tetapi merubahnya dengan membaliknya atau mengganti dengan huruf yang
tidak benar. Seri ini terdiri dari tiga gulungan tinta diatas kertas diman seniman
menggabungkan kaligrafi dan lanskap dimana mengganggu dari kedua konvensi dan
sangat membelokan tradisi artistik dari Cina: ”Menyerang kata yang tertulis dengan
memuliakan dari yang absurd tidak dapat diterima.”
Konsep
Karya dari Wenda Gu terkenal akan dua tema yang bersinggungan. Yang pertama
berhubungan dengan bahasa dan hubunganya menandakan adanya konvensi kultural.
Tema yang kedua dia menggunakan rambut dari manusia dimana ia gunakan untuk
materi dan simbol menandakan usaha manusia. Rambut itu seperti bagan dari manusia
karena mengandung informasi DNA yang ada pada setiap manusia namun sangat
individual. ”Rambut menjadi penanda dan sangat kaya akan metafora dalam sejarah,
peradaban, ilmu pengetahuan, etnis, waktu, ekonomi ... bagian dari manusia ini tumbuh
dan menjadi ”sampah” di seluruh proyek United Nations menjadi tingkatan yang besar
rambut manusia.
Gu telah menggunakan tubuh manusia sebagai materi selama 12 tahun, dan
membuat kontorversi. Dia percaya bahwa sekresi dari tubuh manusia merupakan salah
satu cara terbaik untuk berhubungan langsung dengan manusia.
Karya Seni
Karya Gu yang sangat signifikan adalah United Nation Project, sebuah proyek
yang ambisius dimulai tahun 1992. Materi Utama dari karya ini adalah rambut manusia
yang diambil dari tukang cukur di seluruh dunia. Rambut ini berperan sebagai
penghubung antar semua manusia. Karya ini diwujudkan di berbagai tempat di dunia
dengan menggunakan rambut lokal. Gu menghadapi dua macam tabu yaitu bahasa yang
digunakan oleh tubuh manusia. Instalasi ini sempat dibongkar setelah dipajang sehari
karena kontroversinya terhadap daerah sekitarnya di Lodz dan asosiasi yahudi diamana
rambut mereka dipotong saat Holocaust.
Gu telah menyelesaikan 15 intalasi United Nation diseluruh dunia. Setiap
keryanya merupakan statement mengenai rencana konseptual yang berhubungan dengan
sejarah, politik dan sitausi kultural dari lokasinya.
Dengan Karyanya yang monumental terhadap keberadaan kultural, penggunaan
rambut menjadikan mereka lebih personal. Bagi masyarakat, rambut merupakan salah
satu obyek seni yang jarang dipamerkan di museum maupun galeri. Hal ini memberikan
kesan yang aneh bagi yang menyaksikan tetapi perasaan bahwa mereka ikut serta dalam
karya tersebut.
Susan Hiller, (1942- ), Amerika, hidup dan bekerja di Inggris.
Pengunaan Materi
Hiller yang merupakan seorang antropologi dan arkeologi memulai prakteknya
dalam dunia seni pada tahun 1973. Karyanya menggunakan banyak macam materi dan
media dari Lukisan, fotografi, instalas patung berskala besar, suara serta video. Pada
tahun 1970an Karya Hiller terinspirasi oleh feminisme dan terefleksikan dengan berbagai
macam bahasa wacana yang berlaku. Dia setelah itu menjadi tertarik akan bagaiman
informasi yang pasti menjadi atau diperlakukan secara marjinal. Contohnya, informasi
mengenai telekinesis dan penglihatan akan UFO. Dia sangat tertarik dengan bagaimana
psikoanalisis memunculkan pada tingkat kesadaran akan apa yang telah terkubur. Hal ini
ditunjukan pada karyanya, dimana dia menantang cara konvensional dalam melihat
kenyataan.
Karya Hiller menggabungkan antara arkeologi, investigasi kedalam mimpi dan
bahasa, pencapaian kembali akan pengetahuan dan bagian dari ingatan baik fisik maupun
psikologis. Salah satu karynya yang kuat ada Witness (2000) yang dipajang di Museum of
Contemporarty art for the sydney biennale pada tahun 2002, yang aslinya dikerjakan oleh
Art Angel (London) dan dipasang pada sebuah Chapel tua.
Do-Ho Suh (1962- ), Korea
Konsep
Lahir di Korea tetapi sekarang hidup di Amerika. Dia telah memproduksi banyak
karya seni berseri di berbagai macam tempat. Instalasinya mengajak penonton untuk ikut
serta dalam interaksi dan partisipasi dan inilah efek emosional yang kritis dalam
karyanya. Karyanya didokumentasikan dalam fotografi dan ini merupakan salah satu
masalah karena hal ini tidak bisa menghasilkan rasa dari ruang yang diinginkan oleh
seniman. Salah satu contohnya ialah publikasi dari foto karyanya Floor (1997-2000),
menunjukan sebuah figur mengenakan sepasang sepatu boot hitam mengingatkan kita
akan sepatu militer berdiri diatas lantai dengan kuat membawa kita kepada kelemahan
dari penduduk biasa. Pertanyaan Do Ho-Suh adalah ide dari jejak kaki manusia di dunia:
sebarapa besar beban yang dapat diemban atau dipikul seseorang? Berapa besar ukuran
ruang personal dari seseorang? Dia percaya bahwa seni merupakan produk dari
kehidupan, termasuk sistem kepercayaan dan bentuk individual. ”Bagi saya berkarya
adalah produk dari kehidupan. Saya tidak berpendapat bahwa berkarya untuk seni itu
sendiri... karena karya saya berawal dari ketertarikan saya terhadap buah pikiran saya
terhadap sebuah ruang.
Material
Do-Ho Suh memandang banyak dari karyanya bekerja sebagai banyak komponen
kecil yang kemudian bergabung untuk menciptakan sebuah keseluruhan. Pada karya
Public Figures (1998 – 2001), banyak figur kecil pria dan wanita yang terbuat dari kaca
fiberglass, resin, dan pipa baja yang terpasang di rumah adat Korea pada Venice Biennale
ke-49 pada tahun 2001. Figur – figur tersebut menahan sebuah alas tiang yang secara
tradisional mewakili peringatan atau peristiwa bersejarah dari tokoh – tokoh penting.
Terdapat 600 figur kecil dengan tinggi 30 cm dalam 6 bentuk yang berbeda, termasuk
pria dan wanita dari suku yang berbeda, yang masing – masing dirancang untuk
mengenali 100 dari 1000 individu yang bekerja ”di balik layar”.
Hal ini merupakan kepekaan yang sama dengan Floor, yang terdiri dari figur PVC
dengan lengan yang menahan selembar kaca. Terdapat 40 lembar kaca dan semua lantai
berukuran 4x4 meter. Karya ini dipasang di Lehmann Maupin Gallery di New York.
Figur – figur tersebut mengenakan pakaian khas pekerja buruh dan kantoran. Hal ini jelas
merupakan simbol kepahlawanan, kekuatan kolektif para pekerja, sebuah citra yang
terkadang ditemukan pada negara – negara komunis seperti Rusia dan Cina. Karya
instalasi ini juga mewakili ’atap kaca’, secara metafor menjelaskan rasa frustasi dari yang
tertindas, seperti pekerja, orang miskin, dan masyarakat kelas rendah, memvisualkan
strata sosial secara vertikal. Transparasi dari lantai menguak bantuan dari banyak audiens
yang masuk kedalam ambiguias abadi dari perjuangan urban dan hilangnya
individualitas.
Untuk karya instalasi di dalam rumah, Do-Ho Suh memilih tempat seperti
koridor, tagga, dan pintu masuk, karena menurutnya, ada ruangan yang kita gunakan
untuk mencapai tujuan kita, itu adalah ruang transisi. Para audiens dapat dengan leluasa
berjalan di sekitar ruangan dari rumah itu dan diobjeksikan dengan menggunakan saklar
lampu, gagang pintu, tetapi tanpa mempunyai petunjuk akan keterikatan emosi yang Do-
Ho Suh rasakan dari tempat itu.
Ann Hamilton, (1956- ), Amerika
Konsep
Hamilton menciptakan karya instalasai dan pertunjukan yang biasanya lebih
spesifik kepada situs tertentu. Instalasinya meliputi penggunaan seluruh indera dan
menganggu. Biasanya poin utama terkuaknya inspirasi dari karya seninya adalah dengan
sejarah dan maksud kultural dari situs itu sendiri. Seperti Marcel Duchamp, Hamilton
berkata bahwa tantangan yang dihadapi adalah bagaimana menghadirkan sesuatu yang
tidak dapat terlihat oleh kita, untuk menciptakan rasa kosong.
Hamilton menginvestigasi bagaimana sikap dari pengetahuan itu dihidupkan dan
dirasakan, terutama dalam akusisi bahasa. Sering pertunjukannya memasukkan kata –
kata, buku, bacaan dan kata yang diucapkan, dimana mempertimbangkan aturan
senimannya, pembaca dan para audiens dibawa ke pengalaman raga.