Upload
andika-rizky-eko-novandri
View
71
Download
5
Embed Size (px)
DESCRIPTION
s
Citation preview
II-1
BAB II
TINJAUAN UMUM
2.1. Lokasi dan Kesampain Daerah
Lokasi bahan galian marmer pada penelitian ini, secara administrasi terletak
di Dusun Junut, Desa Purwoharjo, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo
dan secara geografis terletak pada 110o 10’ 46” BT – 110o 11’ 48” BT dan 7o 41’48”
LS – 7o 42’ 57” LS.
Desa Purwoharjo, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo berbatasan
dengan :
a. Di sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Banjarsari, Kecamatan Samigaluh.
b. Di sebelah Barat berbatasan dengan Desa Gerbasari, Kecamatan Samigaluh.
c. Di sebelah Utara berbatasan dengan Desa Sidoharjo, Kecamatan Samigaluh.
d. Di sebelah Timur berbatasan dengan Desa Banjarsari, Kecamatan Kalibawang.
Dari Condong Catur Jogja, Dusun Junut berjarak 35 km ke arah Barat. Dari
Condong Catur Jogja menuju Desa Nanggulan Kulon Progo melalui Godean
ditempuh sejauh 29 km, kemudian dari Nanggulan ke lokasi penelitian melalui Desa
Degan ditempuh sejauh 6 km ke arah Utara.
Daerah penelitian dapat dicapai dengan kendaraan roda dua atau roda empat
melalui jalan Kabupaten. Untuk menuju ke lokasi endapan bahan galian marmer
perlu melalui jalan desa sejauh 2 km.
2.2. Demografi daerah Penelitian
Desa Purwoharjo luasnya 330,005 ha yang sebagian besar merupakan tanah
sawah seluas 289,245 ha, tanah kering 56,300 ha dan tanah panggonan 35,130 ha.
Desa Purwoharjo, Kecamatan Samigaluh jumlah penduduknya lebih banyak
wanita dibandingkan laki-laki. Berdasarkan data Monografi desa pada bulan Agustus
2002, penduduk perempuan berjumlah 2.201 jiwa dan penduduk laki-laki berjumlah
2.036 jiwa. Jumlah penduduk seluruhnya adalah 4.237 jiwa dengan 864 kepala
II-10
keluarga yang terbagi dalam 14 dusun. Seluruhnya merupakan Warga Negara
Indonesia dan mayoritas memeluk Agama Islam. Penduduk menurut tingkat
pendidikan yang berpendidikan buta aksara dan angka 26 jiwa, tidak tamat SD 63
jiwa, tamat SD 1891 jiwa, tamat SLTP 355 jiwa, tamat Universitas 63 jiwa dan tamat
Akademi 115 jiwa. Mata pencaharian penduduk berturut – turut yang terbesar adalah
Petani 576 jiwa, pegawai swasta 112 jiwa, buruh tani 79 jiwa, penyewa/penggarap
lahan 37 jiwa, pensiunan ABRI dan sipil 35 jiwa, guru 34 jiwa, pegawai desa 25
jiwa, ABRI 8 jiwa, pensiunan swasta 1 jiwa.
2.3. Iklim Daerah
Seperti umumnya iklim di Indonesia, maka daerah penelitian di Dusun Junut
Desa Purwoharjo Kecamatan Samigaluh Kabupaten Kulon Progo beriklim tropis.
Temperatur udara berkisar antara 200 – 300 C dan hujan sering terjadi pada
bulan-bulan Oktober – April, sedang bulan – bulan berikutnya musim kemarau. Hari
hujan rata-rata 9 hari perbulan. Hari hujan rata-rata tertinggi terjadi pada bulan
Maret yaitu 18 hari dan terendah pada bulan Agustus dan September hampir tidak
ada hujan pada bulan tersebut (Lampiran B).
Musim hujan akan sangat berpengaruh terhadap kelancaran kegiatan
penambangan, karena kondisi medan kerja yang becek dan licin pada waktu musim
hujan akan sangat berbahaya bagi keselamatan para pekerja dan peralatan mekanis
yang digunakan sehingga mengakibatkan kegiatan penambangan akan terhenti untuk
sementara waktu.
2.4. Geologi
2.4.1. Topografi
Daerah penelitian di Desa Purwoharjo terletak pada daerah perbukitan,
dengan ketinggian ± 400 m di atas permukaan air laut. Pada umumnya Desa
Purwoharjo terdiri atas daerah perbukitan hampir 87% dan dataran seluas 13%.
2.4.2. Morfologi
II-11
Daerah penelitian secara regional termasuk dalam deretan pegunungan Kulon
Progo yang membujur dari Barat kearah Timur, secara fisiografis termasuk dalam
jalur pegunungan Serayu Selatan bagian Timur (Bemmelen, 1949),yang tersusun
oleh litologi breksi, lava, andesit, batupasir vulkanik dengan sisipan tuff lapilli.
2.4.3. Stratigrafi 17)
Berdasarkan Peta Geologi regional yang dikeluarkan oleh Pusat Penelitian
dan Pengembangan Direktorat Geologi Bandung, daerah penelitian termasuk dalam
lembar peta Yogyakarta pada skala 1 : 100.000
Daerah penelitian termasuk dari Busur Magmatik Sunda-banda yang
membentang dari Sumatra hingga Sumbawa dengan Pulau Jawa merupakan salah
satu dari bagian tersebut (Charlile & Mitchel, 1994). Busur tersebut terbentuk karena
adanya tumbukan (subduksi) antara lempeng Samudra Hindia yang bergerak ke arah
utara menyusup di bawah lempeng Eurasia. Tumbukan tersebut telah berlangsung
dari kala Eosin hingga sekarang (Hamilton, 1979).
Sedangkan Stratigrafi daerah penelitian dengan menggunakan acuan yang
dikemukakan oleh Pringgoprawiro dan Riyanto (1987), yang terdiri dari beberapa
Formasi yang mempunyai kisaran umur dari yang tertua berumur Eosin Tengah
sampai yang termuda berumur Pleistosen.
Adapun urut-urutan Stratigrafi dari yang tertua ke yang muda adalah sebagai berikut
a. Formasi Nanggulan
Formasi ini terdiri dari batupasir masif pada bagian bawah dan semakin
keatas berselang-seling dengan batulempung mengandung lignit, sedangkan pada
bagian atas terdiri dari napal dan batugampig serta batupasir gampingan. Kandungan
fosil feraminifera plankton yaitu Discocycline omphalus dan feraminifera besar
Nummulities Djokjakartae, menunjukkan formasi ini berumur Eosin Tengah hingga
Eosin Akhir. Sedangkan pada anggota Seputih didapatkan fosil foraminifera
plankton Globogerina opima, Globorotalia cerroazulensis dan Globerina mexicana
yang menunjukan bahwa anggota Seputih berumur Oligosen Awal. Lingkungan
endapan formasi ini adalah litoral, sedangkan anggota Seputih merupakan endapan
laut terbuka sublitoral luar.
b. Formasi Kaligesing
II-10
Formasi ini menutupi anggota Seputih, dengan litologi terdiri dari breksi
volkanik (lahar) dengan sisipan lava andesit dan batupasir tuffan. Pada formasi ini
tidak dijumpai fosil, sehingga penentuan umur di dasarkan atas hubungan stratigrafi
dengan formasi yang mengapitnya, maka maka formasi Kaligengseng berumur
Oligosen Akhir hingga Miosen Awal. Lingkungan pengendapan formasi ini adalah
lingkungan darat.
c. Formasi Dukuh
Pada awalnya Formasi Dukuh adalah Formasi Andesit Tua (Old Andesit
Formation), menurut Bemmelen (1949), sedangkan pada tahun 1987 Formasi
tersebut telah diubah oleh Pringgoprawiro dan Riyanto menjadi Formasi Dukuh
dengan litologi terdiri dari breksi volkanik dengan selang-seling batupasir kerikilan.
Berdasarkan kandungan fosil foraminifera plankton terdapat Globigerionoides
primordius dan Globigerina binaensis yang menunjukkan umur Oligosen akhir
hingga Miosen awal, dengan lingkungan pengendapan kipas bawah laut, laut terbuka.
d. Formasi Jonggrangan
Formasi ini tersusun oleh litologi napal tufan, batupasir gampingan dengan
sisipan lignit, sedangkan pada bagian atas berubah menjadi batugamping terumbu.
Berdasarkan kandungan fosil koral, moluska dan feraminifera besar menunjukkan
umur Miosen Awal hingga Miosen Tengah, dengan lingkungan pengendapan litoral.
Formasi ini diendapkan secara tidak selaras di atas Formasi Kaligesing dan berubah
fasies dengan Formasi Sentolo.
2.4.4. Geologi Daerah Penelitian
Litologi daerah penelitian terdiri dari batugamping berfosil, napal tufan,
batupasir gampingan, breksi serta batugamping klastik.
Litologi daerah penelitian didominasi oleh batugamping berfosil yang banyak
mengandung fosil koral dan moluska. Satuan batuan ini terdapat pada dua puncak
bukit, dan sudah mengalami ubahan menjadi batugamping kristalin/marmer.
Diperkirakan terjadi karena adanya proses penambahan panas atau kenaikan suhu
atau tekanan, yang kemungkinan disebabkan oleh umur dari batugamping tersebut.
Kenampakkan dari satuan batugamping kristalin/marmer ini berstruktur masif,
banyak mengandung fosil, dengan warna merah muda dan sebagian terdapat fragmen
II-11
berwarna abu-abu, serta kekar-kekar yang sangat jarang sebagian sudah terisi oleh
mineral sekunder yaitu mineral kalsit dan juga diaklas-diaklas yang sudah terisi
mineral kalsit. Kenampakkan secara fisik ini sangat keras karena tingkat kristalisasi
yang cukup tinggi.
Selain marmer, juga diketemukan litologi lain yaitu napal tuffan yang berada
dibagian bawah dari satuan batugamping kristalin berwarna abu-abu kehitaman,
dijumpai dalam keadaan lapuk kuat, warna segar tidak dijumpai, berukuran pasir
sedang-kasar, pemilihan sedang, membundar, porositas sedang, rapuh, komposisi
karbonat, hornblende, serta pecahan-pecahan batuan. Dijumpai pula kedudukan
perlapisan pada batupasir gampingan dengan kedudukan N 74o E/21o.
Ketiga batuan diatas, berdasarkan stratigrafi Kulon Progo yang dibuat oleh
Pringgoprawiro H dan Riyanto B (1987) termasuk Formasi Jonggrangan yang
berumur Miosen Awal hingga Miosen Tengah.
Secara tidak selaras dibawah ketiga batuan tersebut (Formasi Jonggrangan)
dijumpai breksi aneka bahan, dijumpai dalam keadaan lapuk kuat berwarna abu-abu
hitam, dengan fragmen berukuran 2 sampai 10 cm, bentuk menyudut sampai
menyudut tanggung, terbuka, buruk, matrik pasir, semen silika.
Sedangkan di bagian atas dari Formasi Jonggrangan tersebut dijumpai
batugamping fragmental, berwarna putih kekuningan, rapuh, dengan fragmen
berukuran 5-20 cm.
Struktur geologi yang dijumpai di daerah penelitian kemungkinan struktur
sesar (patahan/fault) jenis sesar turun.
2.5. Genesa Bahan Galian Marmer
Marmer adalah batuan metamorf. Batuan ini telah mengalami perubahan
struktur dan mineralogi yang berlangsung pada fase padat, sebagai akibat dari
perubahan tekanan dan temperatur.
II-10
KR
ON
OS
TR
AT
IGR
AF
I
LIT
HO
ST
RA
TIG
RA
FI
PEMERIAN LITOLOGI TEBAL
LIN
GK
UN
GA
NP
EN
GE
ND
AP
AN
PLEISTOSEN VulkanikKuarter
Fm.Sentolo
Fm.Jong-rangan
Fm.
dukuhFm.Kaligesing
Anggota seputih Fm.Nanggulan
Breksi, lava, lahar
Bagian bawah dominan napal plagis+sisipan batugamping.
Bagian atas dominan batulempung
Batugamping terumbu coral, molusca, foram besar+ sisipan napal tipis.
PLIOSEN
MIO
SE
N
AK
HIR
TE
NG
AH
AW
AL
OL
IGO
SE
N
AK
HIR
> 650 m
Laut Terbuka
Deret+kegiatan vulkanik
kipaslaut
dalam
Ga. Opima Napal Ga. Carmazulancia Pelapis Ga. Mexicana
Endapan darat, lahar, breksi berselingan dengan lava
Perselingan breksi, batupasir kerikilan, batugamping, dan lempungGa. Primordius Gn.Dissimlia
Endapan kipas bawah laut+Ga.SellGa. Tripaticca
Tidak kurang dari 1000 m
150 m
Laut terbuka, dangka;
Laut terbuka, dalam
Litoral
II-11
AW
AL 100 m
Laut terbuka
Sub litoral luar
EO
SIN A
KH
IR
Fm. Nanggulan
Napal dan batugamping berselingan dengan batupasir Dissisilina Omphilus
Napal pasiran selang-seling dengan pasir dan lempung Numulitis Djogjakarta
Batupasir dengan sisipan lignit exihes
400 m
Sublitoral pinggir
Litoral TE
NG
AH
Gambar 2.2Stratigrafi Regional Daerah Kulon Progo
(Menurut Harsono Pringgoprawiro dan Bambang Riyanto, 1987)Marmer terdiri dari hasil rekistalisasi mineral karbonat yang terjadi akibat
dari proses metamorfosa regional (dinamotermal) atau metamorfosa kontak.
Berdasarkan cara terjadinya, maka bahan galian marmer di alam dapat
dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu marmer metamorfosa dinamotermal dan
metamorfosa kontak.
Marmer metamorfosa regional meliputi daerah yang luas dan selalu erat
dengan proses tektonik dan busur pegunungan atau orogenesa. Marmer hasil proses
ini memberikan kenampakan padat, kompak dan berfoliasi. Marmer jenis ini berasal
dari batugamping klastik ataupun non klastik yang mengalami perubahan, karena
pengaruh tekanan dan temperatur yang tinggi serta berlangsung dalam waktu
geologi yang sangat lama. Umumnya marmer jenis ini berwarna putih sampai kuning
ke abu-abuan dengan ornamental yang bervariasi.
Marmer jenis metamorfosa kontak penyebarannya bersifat lokal. Marmer
jenis ini berasal dari batugamping klastik maupun non-klastik yang mengalami
perubahan temperatur, diakibatkan oleh kontak batuan samping dengan magma.
Marmer yang berada di lokasi penelitian terbentuk dari batugamping yang
mengalami metamorfosa regional dengan pengotor berupa alga merah sehingga
memberikan warna merah pada marmer tersebut.
Marmer merupakan batuan kristalin yang terbentuk dari hasil proses malihan
(metamorfosa) batugamping. Secara fisik lebih kompak dan masif dibandingkan
dengan batugamping dan porositasnya lebih kecil karena adanya proses rekristalisasi.
II-10
2.6. Kualitas Marmer Junut
Untuk mengetahui kuantitas marmer dilakukan pemboran inti sebanyak dua
titik, yaitu titik pertama dengan kedalaman 20 meter dan titik kedua dengan
kedalaman 10 meter, pembuatan sumur uji dan parit uji serta penyusunan stratigrafi
terukur yang bertujuan untuk mengetahui jenis dan ketebalan serta mengetahui
kualitas melalui pengujian laboratorium.
Marmer dapat digolongkan berdasarkan kuat tekannya menjadi empat
golongan yaitu 16) :
Golongan I : 1500 – 2000 kg/cm2
Golongan II : 1200 – 1500 kg/cm2
Golongan III : 900 – 1200 kg/cm2
Golongan IV : 300 - 900 kg/cm2
Sebagai pembanding keausan marmer dapat dibandingkan dengan tingkat
keausan ubin. Pengkategorian tingkat keausan ubin yang terbuat dari semen portland
(PC) mutu ubin dapat digolongkan menjadi 16) :
Mutu I : - 0,100 mm/menit
Mutu II : 0,100 - 0,130 mm/menit
Mutu III : 0,130 - 0,160 mm/menit
Mutu IV : 0,160 mm/menit
Tabel 2.2Hasil Pengujian Sifat Fisik Marmer Junut
No
No.Contoh
Ukuran (mm) BeratBasah (gr)
BeratKering
(gr)
Densitas (gr/cm3)
Absorbsi( % )Panjang Lebar Tebal
1 J-1 53,10 52,25 51,90 376,3 370,6 2,574 1,5382 J-2 50,10 49,90 53,00 340,8 337,3 2,546 1,0383 J-3 51,65 51,05 52,05 348,4 338,4 2,449 2,8664 J-4 51,30 50,20 52,15 347,2 343,4 2,529 1,1275 J-5 53,10 50,85 51,30 343,7 338,9 2,533 1,3236 J-6 52,45 51,10 50,75 346,5 343,1 2,567 1,058
Rata – rata 2,533 1,492
II-11
Sertifikat hasil pengujian sifat fisik dicantumkan pada lampiran C.
Tabel 2.3Hasil Pengujian Ketahanan Aus Marmer Junut
NoNo.
contohUkuran (mm) Ketahanan Aus
(mm/menit)Panjang Lebar Tebal1 J-07 53,00 50,15 21,20 0,06662 J-08 51,40 51,65 20,50 0,05823 J-09 52,25 51,90 20,20 0,07504 J-10 51,30 50,20 21,45 0,08255 J-11 53,10 50,85 20,90 0,06146 J-12 50,10 50,75 20,65 0,0736
Rata – rata 0,06955 Sertifikat hasil pengujian ketahanan aus dicantumkan pada lampiran C.
Tabel 2.4.Hasil Pengujian Kuat Tekan Marmer Junut
NoNo.
Contoh
Ukuran (mm) Beban Maks. (lbs)
Kuat tekan
Kg/cm2Keterangan
Panjang Lebar Tebal
1 J-01 53,10 52,25 51,90 26.400 431,99 Ada retak2 J-02 50,10 49,90 53,00 40.300 721,853 J-03 51,65 51,05 52,05 35.400 605,37 Pori-pori4 J-04 51,30 50,20 52,15 39.200 703,465 J-05 53,10 50,85 51,30 37.800 695,876 J-06 52,45 51,10 50,75 40.400 722,74
Rata – rata 648,55 Sertifikat hasil pengujian kuat tekan dicantumkan pada lampiran C.
Tabel 2.4.Hasil Pengujian Kuat Tarik Marmer Junut
NomorUrut
Nomorpercontoh
Ukuran (mm) Beban(lbs)
Kuat tarik(kg/cm2)Diameter Panjang
1 J-13 37,95 37,05 3.849,36 79,242 J-14 39,75 36,20 3.606,66 72,533 J-15 38,80 39,30 4.154,46 78,84
Rata – rata 76,87Kohesi ( c ) = 112 kg/cm2
Sudut geser dalam (Ø ) = 52º Sertifikat hasil pengujian kuat tarik dicantumkan pada lampiran C.
Tabel 2.5Syarat-syarat Fisis Marmer menurut SNI 13-0089-1987
II-10
Marmer untuk lantaiMarmer untuk batu tempel
/ batu hiasBeban hidup
lebih dari 250 Kg/cm2*
Beban hidup kurang dari
250 Kg/cm2**
Konstruksiluar
Konstruksi dalam
Penyerapan air maksimum,%
0,75 0,75 0,75 1,00
Kuat tekan min. Kg/cm2
800 800 600 500
Ketahanan aus maksimum,mm/menit.
0,130 0,160 - -
Ketahanan aus maksimum,mm/menit.
Tidak cacat Tidak cacat Tidak cacat Retak kecil setelah diuji
***Catatan :
* Ruang-ruang umum, gedung koridor hotel, toko/pasar dan lain-lain.** Rumah tinggal biasa, kamar hotel, ruang kantor (bukan umum) dan lain-lain.*** Retak-retak kecil yang tidak tembus, atau tidak akan menyebabkan rapuh.
Uji sifat fisik dan mekanik untuk mengetahui kualitas marmer tersebut
mendasarkan atas Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk marmer yaitu
SNI 13-0089-1987. Hasil pengujian mutu marmer yang ada dilokasi penelitian
mempunyai kuat tekan rata-rata 648,55 kg/cm2 , termasuk dalam golongan IV yaitu
mempunyai kuat tekan antara 300 – 900 kg/cm2 dan ketahanan aus 0,06955
mm/menit atau setara dengan kualitas mutu ubin nomer I. Ini berarti bahwa marmer
yang berada di daerah penelitian memenuhi SNI hanya sebagai batu tempel
(lihat Tabel 2.5).
2.8. Keadaan Daerah Saat Ini.
Keadaan daerah yang direncanakan untuk ditambang pada saat ini masih
dalam keadaan aslinya artinya masih dalam kondisi asli perbukitan dengan ditanami
oleh semak belukar dan belum dilakukan penambangan baik oleh rakyat maupun
pemerintah (Gambar 2.2)
Vegetasi daerah penelitian merupakan lahan berbukit yang gersang dengan
vegetasi jarang dan sebagian ditumbuhi oleh perdu atau semak. Jenis tanaman atau
II-11
pohon yang dijumpai di daerah ini bervariasi dari mulai pohon jati, akasia, kelapa,
pisang, cengkeh dan terutama tanaman perdu.
Gambar 2.3Keadaan Lokasi Rencana Penambangan