17
II-1 BAB II TINJAUAN UMUM 2.1. Lokasi dan Kesampain Daerah Lokasi bahan galian marmer pada penelitian ini, secara administrasi terletak di Dusun Junut, Desa Purwoharjo, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo dan secara geografis terletak pada 110 o 10’ 46” BT – 110 o 11’ 48” BT dan 7 o 41’48” LS – 7 o 42’ 57” LS. Desa Purwoharjo, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo berbatasan dengan : a. Di sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Banjarsari, Kecamatan Samigaluh. b. Di sebelah Barat berbatasan dengan Desa Gerbasari, Kecamatan Samigaluh. c. Di sebelah Utara berbatasan dengan Desa Sidoharjo, Kecamatan Samigaluh. d. Di sebelah Timur berbatasan dengan Desa Banjarsari, Kecamatan Kalibawang. Dari Condong Catur Jogja, Dusun Junut berjarak 35 km ke arah Barat. Dari Condong Catur Jogja menuju Desa Nanggulan Kulon Progo melalui Godean ditempuh sejauh 29 km, kemudian dari Nanggulan ke lokasi penelitian melalui Desa Degan ditempuh sejauh 6 km ke arah Utara.

BAB II Tinjauan Umum

Embed Size (px)

DESCRIPTION

s

Citation preview

Page 1: BAB II Tinjauan Umum

II-1

BAB II

TINJAUAN UMUM

2.1. Lokasi dan Kesampain Daerah

Lokasi bahan galian marmer pada penelitian ini, secara administrasi terletak

di Dusun Junut, Desa Purwoharjo, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo

dan secara geografis terletak pada 110o 10’ 46” BT – 110o 11’ 48” BT dan 7o 41’48”

LS – 7o 42’ 57” LS.

Desa Purwoharjo, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo berbatasan

dengan :

a. Di sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Banjarsari, Kecamatan Samigaluh.

b. Di sebelah Barat berbatasan dengan Desa Gerbasari, Kecamatan Samigaluh.

c. Di sebelah Utara berbatasan dengan Desa Sidoharjo, Kecamatan Samigaluh.

d. Di sebelah Timur berbatasan dengan Desa Banjarsari, Kecamatan Kalibawang.

Dari Condong Catur Jogja, Dusun Junut berjarak 35 km ke arah Barat. Dari

Condong Catur Jogja menuju Desa Nanggulan Kulon Progo melalui Godean

ditempuh sejauh 29 km, kemudian dari Nanggulan ke lokasi penelitian melalui Desa

Degan ditempuh sejauh 6 km ke arah Utara.

Daerah penelitian dapat dicapai dengan kendaraan roda dua atau roda empat

melalui jalan Kabupaten. Untuk menuju ke lokasi endapan bahan galian marmer

perlu melalui jalan desa sejauh 2 km.

2.2. Demografi daerah Penelitian

Desa Purwoharjo luasnya 330,005 ha yang sebagian besar merupakan tanah

sawah seluas 289,245 ha, tanah kering 56,300 ha dan tanah panggonan 35,130 ha.

Desa Purwoharjo, Kecamatan Samigaluh jumlah penduduknya lebih banyak

wanita dibandingkan laki-laki. Berdasarkan data Monografi desa pada bulan Agustus

2002, penduduk perempuan berjumlah 2.201 jiwa dan penduduk laki-laki berjumlah

2.036 jiwa. Jumlah penduduk seluruhnya adalah 4.237 jiwa dengan 864 kepala

Page 2: BAB II Tinjauan Umum

II-10

keluarga yang terbagi dalam 14 dusun. Seluruhnya merupakan Warga Negara

Indonesia dan mayoritas memeluk Agama Islam. Penduduk menurut tingkat

pendidikan yang berpendidikan buta aksara dan angka 26 jiwa, tidak tamat SD 63

jiwa, tamat SD 1891 jiwa, tamat SLTP 355 jiwa, tamat Universitas 63 jiwa dan tamat

Akademi 115 jiwa. Mata pencaharian penduduk berturut – turut yang terbesar adalah

Petani 576 jiwa, pegawai swasta 112 jiwa, buruh tani 79 jiwa, penyewa/penggarap

lahan 37 jiwa, pensiunan ABRI dan sipil 35 jiwa, guru 34 jiwa, pegawai desa 25

jiwa, ABRI 8 jiwa, pensiunan swasta 1 jiwa.

2.3. Iklim Daerah

Seperti umumnya iklim di Indonesia, maka daerah penelitian di Dusun Junut

Desa Purwoharjo Kecamatan Samigaluh Kabupaten Kulon Progo beriklim tropis.

Temperatur udara berkisar antara 200 – 300 C dan hujan sering terjadi pada

bulan-bulan Oktober – April, sedang bulan – bulan berikutnya musim kemarau. Hari

hujan rata-rata 9 hari perbulan. Hari hujan rata-rata tertinggi terjadi pada bulan

Maret yaitu 18 hari dan terendah pada bulan Agustus dan September hampir tidak

ada hujan pada bulan tersebut (Lampiran B).

Musim hujan akan sangat berpengaruh terhadap kelancaran kegiatan

penambangan, karena kondisi medan kerja yang becek dan licin pada waktu musim

hujan akan sangat berbahaya bagi keselamatan para pekerja dan peralatan mekanis

yang digunakan sehingga mengakibatkan kegiatan penambangan akan terhenti untuk

sementara waktu.

2.4. Geologi

2.4.1. Topografi

Daerah penelitian di Desa Purwoharjo terletak pada daerah perbukitan,

dengan ketinggian ± 400 m di atas permukaan air laut. Pada umumnya Desa

Purwoharjo terdiri atas daerah perbukitan hampir 87% dan dataran seluas 13%.

2.4.2. Morfologi

Page 3: BAB II Tinjauan Umum

II-11

Daerah penelitian secara regional termasuk dalam deretan pegunungan Kulon

Progo yang membujur dari Barat kearah Timur, secara fisiografis termasuk dalam

jalur pegunungan Serayu Selatan bagian Timur (Bemmelen, 1949),yang tersusun

oleh litologi breksi, lava, andesit, batupasir vulkanik dengan sisipan tuff lapilli.

2.4.3. Stratigrafi 17)

Berdasarkan Peta Geologi regional yang dikeluarkan oleh Pusat Penelitian

dan Pengembangan Direktorat Geologi Bandung, daerah penelitian termasuk dalam

lembar peta Yogyakarta pada skala 1 : 100.000

Daerah penelitian termasuk dari Busur Magmatik Sunda-banda yang

membentang dari Sumatra hingga Sumbawa dengan Pulau Jawa merupakan salah

satu dari bagian tersebut (Charlile & Mitchel, 1994). Busur tersebut terbentuk karena

adanya tumbukan (subduksi) antara lempeng Samudra Hindia yang bergerak ke arah

utara menyusup di bawah lempeng Eurasia. Tumbukan tersebut telah berlangsung

dari kala Eosin hingga sekarang (Hamilton, 1979).

Sedangkan Stratigrafi daerah penelitian dengan menggunakan acuan yang

dikemukakan oleh Pringgoprawiro dan Riyanto (1987), yang terdiri dari beberapa

Formasi yang mempunyai kisaran umur dari yang tertua berumur Eosin Tengah

sampai yang termuda berumur Pleistosen.

Adapun urut-urutan Stratigrafi dari yang tertua ke yang muda adalah sebagai berikut

a. Formasi Nanggulan

Formasi ini terdiri dari batupasir masif pada bagian bawah dan semakin

keatas berselang-seling dengan batulempung mengandung lignit, sedangkan pada

bagian atas terdiri dari napal dan batugampig serta batupasir gampingan. Kandungan

fosil feraminifera plankton yaitu Discocycline omphalus dan feraminifera besar

Nummulities Djokjakartae, menunjukkan formasi ini berumur Eosin Tengah hingga

Eosin Akhir. Sedangkan pada anggota Seputih didapatkan fosil foraminifera

plankton Globogerina opima, Globorotalia cerroazulensis dan Globerina mexicana

yang menunjukan bahwa anggota Seputih berumur Oligosen Awal. Lingkungan

endapan formasi ini adalah litoral, sedangkan anggota Seputih merupakan endapan

laut terbuka sublitoral luar.

b. Formasi Kaligesing

Page 4: BAB II Tinjauan Umum

II-10

Formasi ini menutupi anggota Seputih, dengan litologi terdiri dari breksi

volkanik (lahar) dengan sisipan lava andesit dan batupasir tuffan. Pada formasi ini

tidak dijumpai fosil, sehingga penentuan umur di dasarkan atas hubungan stratigrafi

dengan formasi yang mengapitnya, maka maka formasi Kaligengseng berumur

Oligosen Akhir hingga Miosen Awal. Lingkungan pengendapan formasi ini adalah

lingkungan darat.

c. Formasi Dukuh

Pada awalnya Formasi Dukuh adalah Formasi Andesit Tua (Old Andesit

Formation), menurut Bemmelen (1949), sedangkan pada tahun 1987 Formasi

tersebut telah diubah oleh Pringgoprawiro dan Riyanto menjadi Formasi Dukuh

dengan litologi terdiri dari breksi volkanik dengan selang-seling batupasir kerikilan.

Berdasarkan kandungan fosil foraminifera plankton terdapat Globigerionoides

primordius dan Globigerina binaensis yang menunjukkan umur Oligosen akhir

hingga Miosen awal, dengan lingkungan pengendapan kipas bawah laut, laut terbuka.

d. Formasi Jonggrangan

Formasi ini tersusun oleh litologi napal tufan, batupasir gampingan dengan

sisipan lignit, sedangkan pada bagian atas berubah menjadi batugamping terumbu.

Berdasarkan kandungan fosil koral, moluska dan feraminifera besar menunjukkan

umur Miosen Awal hingga Miosen Tengah, dengan lingkungan pengendapan litoral.

Formasi ini diendapkan secara tidak selaras di atas Formasi Kaligesing dan berubah

fasies dengan Formasi Sentolo.

2.4.4. Geologi Daerah Penelitian

Litologi daerah penelitian terdiri dari batugamping berfosil, napal tufan,

batupasir gampingan, breksi serta batugamping klastik.

Litologi daerah penelitian didominasi oleh batugamping berfosil yang banyak

mengandung fosil koral dan moluska. Satuan batuan ini terdapat pada dua puncak

bukit, dan sudah mengalami ubahan menjadi batugamping kristalin/marmer.

Diperkirakan terjadi karena adanya proses penambahan panas atau kenaikan suhu

atau tekanan, yang kemungkinan disebabkan oleh umur dari batugamping tersebut.

Kenampakkan dari satuan batugamping kristalin/marmer ini berstruktur masif,

banyak mengandung fosil, dengan warna merah muda dan sebagian terdapat fragmen

Page 5: BAB II Tinjauan Umum

II-11

berwarna abu-abu, serta kekar-kekar yang sangat jarang sebagian sudah terisi oleh

mineral sekunder yaitu mineral kalsit dan juga diaklas-diaklas yang sudah terisi

mineral kalsit. Kenampakkan secara fisik ini sangat keras karena tingkat kristalisasi

yang cukup tinggi.

Selain marmer, juga diketemukan litologi lain yaitu napal tuffan yang berada

dibagian bawah dari satuan batugamping kristalin berwarna abu-abu kehitaman,

dijumpai dalam keadaan lapuk kuat, warna segar tidak dijumpai, berukuran pasir

sedang-kasar, pemilihan sedang, membundar, porositas sedang, rapuh, komposisi

karbonat, hornblende, serta pecahan-pecahan batuan. Dijumpai pula kedudukan

perlapisan pada batupasir gampingan dengan kedudukan N 74o E/21o.

Ketiga batuan diatas, berdasarkan stratigrafi Kulon Progo yang dibuat oleh

Pringgoprawiro H dan Riyanto B (1987) termasuk Formasi Jonggrangan yang

berumur Miosen Awal hingga Miosen Tengah.

Secara tidak selaras dibawah ketiga batuan tersebut (Formasi Jonggrangan)

dijumpai breksi aneka bahan, dijumpai dalam keadaan lapuk kuat berwarna abu-abu

hitam, dengan fragmen berukuran 2 sampai 10 cm, bentuk menyudut sampai

menyudut tanggung, terbuka, buruk, matrik pasir, semen silika.

Sedangkan di bagian atas dari Formasi Jonggrangan tersebut dijumpai

batugamping fragmental, berwarna putih kekuningan, rapuh, dengan fragmen

berukuran 5-20 cm.

Struktur geologi yang dijumpai di daerah penelitian kemungkinan struktur

sesar (patahan/fault) jenis sesar turun.

2.5. Genesa Bahan Galian Marmer

Marmer adalah batuan metamorf. Batuan ini telah mengalami perubahan

struktur dan mineralogi yang berlangsung pada fase padat, sebagai akibat dari

perubahan tekanan dan temperatur.

Page 6: BAB II Tinjauan Umum

II-10

KR

ON

OS

TR

AT

IGR

AF

I

LIT

HO

ST

RA

TIG

RA

FI

PEMERIAN LITOLOGI TEBAL

LIN

GK

UN

GA

NP

EN

GE

ND

AP

AN

PLEISTOSEN VulkanikKuarter

Fm.Sentolo

Fm.Jong-rangan

Fm.

dukuhFm.Kaligesing

Anggota seputih Fm.Nanggulan

Breksi, lava, lahar

Bagian bawah dominan napal plagis+sisipan batugamping.

Bagian atas dominan batulempung

Batugamping terumbu coral, molusca, foram besar+ sisipan napal tipis.

PLIOSEN

MIO

SE

N

AK

HIR

TE

NG

AH

AW

AL

OL

IGO

SE

N

AK

HIR

> 650 m

Laut Terbuka

Deret+kegiatan vulkanik

kipaslaut

dalam

Ga. Opima Napal Ga. Carmazulancia Pelapis Ga. Mexicana

Endapan darat, lahar, breksi berselingan dengan lava

Perselingan breksi, batupasir kerikilan, batugamping, dan lempungGa. Primordius Gn.Dissimlia

Endapan kipas bawah laut+Ga.SellGa. Tripaticca

Tidak kurang dari 1000 m

150 m

Laut terbuka, dangka;

Laut terbuka, dalam

Litoral

Page 7: BAB II Tinjauan Umum

II-11

AW

AL 100 m

Laut terbuka

Sub litoral luar

EO

SIN A

KH

IR

Fm. Nanggulan

Napal dan batugamping berselingan dengan batupasir Dissisilina Omphilus

Napal pasiran selang-seling dengan pasir dan lempung Numulitis Djogjakarta

Batupasir dengan sisipan lignit exihes

400 m

Sublitoral pinggir

Litoral TE

NG

AH

Gambar 2.2Stratigrafi Regional Daerah Kulon Progo

(Menurut Harsono Pringgoprawiro dan Bambang Riyanto, 1987)Marmer terdiri dari hasil rekistalisasi mineral karbonat yang terjadi akibat

dari proses metamorfosa regional (dinamotermal) atau metamorfosa kontak.

Berdasarkan cara terjadinya, maka bahan galian marmer di alam dapat

dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu marmer metamorfosa dinamotermal dan

metamorfosa kontak.

Marmer metamorfosa regional meliputi daerah yang luas dan selalu erat

dengan proses tektonik dan busur pegunungan atau orogenesa. Marmer hasil proses

ini memberikan kenampakan padat, kompak dan berfoliasi. Marmer jenis ini berasal

dari batugamping klastik ataupun non klastik yang mengalami perubahan, karena

pengaruh tekanan dan temperatur yang tinggi serta berlangsung dalam waktu

geologi yang sangat lama. Umumnya marmer jenis ini berwarna putih sampai kuning

ke abu-abuan dengan ornamental yang bervariasi.

Marmer jenis metamorfosa kontak penyebarannya bersifat lokal. Marmer

jenis ini berasal dari batugamping klastik maupun non-klastik yang mengalami

perubahan temperatur, diakibatkan oleh kontak batuan samping dengan magma.

Marmer yang berada di lokasi penelitian terbentuk dari batugamping yang

mengalami metamorfosa regional dengan pengotor berupa alga merah sehingga

memberikan warna merah pada marmer tersebut.

Marmer merupakan batuan kristalin yang terbentuk dari hasil proses malihan

(metamorfosa) batugamping. Secara fisik lebih kompak dan masif dibandingkan

dengan batugamping dan porositasnya lebih kecil karena adanya proses rekristalisasi.

Page 8: BAB II Tinjauan Umum

II-10

2.6. Kualitas Marmer Junut

Untuk mengetahui kuantitas marmer dilakukan pemboran inti sebanyak dua

titik, yaitu titik pertama dengan kedalaman 20 meter dan titik kedua dengan

kedalaman 10 meter, pembuatan sumur uji dan parit uji serta penyusunan stratigrafi

terukur yang bertujuan untuk mengetahui jenis dan ketebalan serta mengetahui

kualitas melalui pengujian laboratorium.

Marmer dapat digolongkan berdasarkan kuat tekannya menjadi empat

golongan yaitu 16) :

Golongan I : 1500 – 2000 kg/cm2

Golongan II : 1200 – 1500 kg/cm2

Golongan III : 900 – 1200 kg/cm2

Golongan IV : 300 - 900 kg/cm2

Sebagai pembanding keausan marmer dapat dibandingkan dengan tingkat

keausan ubin. Pengkategorian tingkat keausan ubin yang terbuat dari semen portland

(PC) mutu ubin dapat digolongkan menjadi 16) :

Mutu I : - 0,100 mm/menit

Mutu II : 0,100 - 0,130 mm/menit

Mutu III : 0,130 - 0,160 mm/menit

Mutu IV : 0,160 mm/menit

Tabel 2.2Hasil Pengujian Sifat Fisik Marmer Junut

No

No.Contoh

Ukuran (mm) BeratBasah (gr)

BeratKering

(gr)

Densitas (gr/cm3)

Absorbsi( % )Panjang Lebar Tebal

1 J-1 53,10 52,25 51,90 376,3 370,6 2,574 1,5382 J-2 50,10 49,90 53,00 340,8 337,3 2,546 1,0383 J-3 51,65 51,05 52,05 348,4 338,4 2,449 2,8664 J-4 51,30 50,20 52,15 347,2 343,4 2,529 1,1275 J-5 53,10 50,85 51,30 343,7 338,9 2,533 1,3236 J-6 52,45 51,10 50,75 346,5 343,1 2,567 1,058

Rata – rata 2,533 1,492

Page 9: BAB II Tinjauan Umum

II-11

Sertifikat hasil pengujian sifat fisik dicantumkan pada lampiran C.

Tabel 2.3Hasil Pengujian Ketahanan Aus Marmer Junut

NoNo.

contohUkuran (mm) Ketahanan Aus

(mm/menit)Panjang Lebar Tebal1 J-07 53,00 50,15 21,20 0,06662 J-08 51,40 51,65 20,50 0,05823 J-09 52,25 51,90 20,20 0,07504 J-10 51,30 50,20 21,45 0,08255 J-11 53,10 50,85 20,90 0,06146 J-12 50,10 50,75 20,65 0,0736

Rata – rata 0,06955 Sertifikat hasil pengujian ketahanan aus dicantumkan pada lampiran C.

Tabel 2.4.Hasil Pengujian Kuat Tekan Marmer Junut

NoNo.

Contoh

Ukuran (mm) Beban Maks. (lbs)

Kuat tekan

Kg/cm2Keterangan

Panjang Lebar Tebal

1 J-01 53,10 52,25 51,90 26.400 431,99 Ada retak2 J-02 50,10 49,90 53,00 40.300 721,853 J-03 51,65 51,05 52,05 35.400 605,37 Pori-pori4 J-04 51,30 50,20 52,15 39.200 703,465 J-05 53,10 50,85 51,30 37.800 695,876 J-06 52,45 51,10 50,75 40.400 722,74

Rata – rata 648,55 Sertifikat hasil pengujian kuat tekan dicantumkan pada lampiran C.

Tabel 2.4.Hasil Pengujian Kuat Tarik Marmer Junut

NomorUrut

Nomorpercontoh

Ukuran (mm) Beban(lbs)

Kuat tarik(kg/cm2)Diameter Panjang

1 J-13 37,95 37,05 3.849,36 79,242 J-14 39,75 36,20 3.606,66 72,533 J-15 38,80 39,30 4.154,46 78,84

Rata – rata 76,87Kohesi ( c ) = 112 kg/cm2

Sudut geser dalam (Ø ) = 52º Sertifikat hasil pengujian kuat tarik dicantumkan pada lampiran C.

Tabel 2.5Syarat-syarat Fisis Marmer menurut SNI 13-0089-1987

Page 10: BAB II Tinjauan Umum

II-10

Marmer untuk lantaiMarmer untuk batu tempel

/ batu hiasBeban hidup

lebih dari 250 Kg/cm2*

Beban hidup kurang dari

250 Kg/cm2**

Konstruksiluar

Konstruksi dalam

Penyerapan air maksimum,%

0,75 0,75 0,75 1,00

Kuat tekan min. Kg/cm2

800 800 600 500

Ketahanan aus maksimum,mm/menit.

0,130 0,160 - -

Ketahanan aus maksimum,mm/menit.

Tidak cacat Tidak cacat Tidak cacat Retak kecil setelah diuji

***Catatan :

* Ruang-ruang umum, gedung koridor hotel, toko/pasar dan lain-lain.** Rumah tinggal biasa, kamar hotel, ruang kantor (bukan umum) dan lain-lain.*** Retak-retak kecil yang tidak tembus, atau tidak akan menyebabkan rapuh.

Uji sifat fisik dan mekanik untuk mengetahui kualitas marmer tersebut

mendasarkan atas Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk marmer yaitu

SNI 13-0089-1987. Hasil pengujian mutu marmer yang ada dilokasi penelitian

mempunyai kuat tekan rata-rata 648,55 kg/cm2 , termasuk dalam golongan IV yaitu

mempunyai kuat tekan antara 300 – 900 kg/cm2 dan ketahanan aus 0,06955

mm/menit atau setara dengan kualitas mutu ubin nomer I. Ini berarti bahwa marmer

yang berada di daerah penelitian memenuhi SNI hanya sebagai batu tempel

(lihat Tabel 2.5).

2.8. Keadaan Daerah Saat Ini.

Keadaan daerah yang direncanakan untuk ditambang pada saat ini masih

dalam keadaan aslinya artinya masih dalam kondisi asli perbukitan dengan ditanami

oleh semak belukar dan belum dilakukan penambangan baik oleh rakyat maupun

pemerintah (Gambar 2.2)

Vegetasi daerah penelitian merupakan lahan berbukit yang gersang dengan

vegetasi jarang dan sebagian ditumbuhi oleh perdu atau semak. Jenis tanaman atau

Page 11: BAB II Tinjauan Umum

II-11

pohon yang dijumpai di daerah ini bervariasi dari mulai pohon jati, akasia, kelapa,

pisang, cengkeh dan terutama tanaman perdu.

Gambar 2.3Keadaan Lokasi Rencana Penambangan