Author
fio-fiohana
View
41
Download
5
Embed Size (px)
Paper Tumor Jinak Pada Payudara 2012 Page 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. PENDAHULUAN
Mayoritas dari lesi yang terjadi pada mammae adalah benigna. Hampir
40% dari pasien yang mengunjungi poliklinik dengan keluhan pada mammae
mempunyai lesi jinak. Perhatian yang lebih sering diberikan pada lesi maligna
karena kanker payudara merupakan lesi maligna yang paling sering terjadi pada
wanita di negara barat walaupun sebenarnya insidens lesi benigna payudara
adalah lebih tinggi berbanding lesi maligna. Penggunaan mammografi, Ultrasound
, Magnetic Resonance Imaging (MRI) dan juga biopsi payudara dapat membantu
dalam menegakkan diagnosis lesi benigna pada mayoritas dari pasien. Mayoritas
dari lesi benigna tidak terkait dengan pertambahan risiko untuk menjadi kanker,
maka prosedur bedah yang tidak diperlukan harus dihindari. Pada masa lalu,
kebanyakkan dari lesi benigna ini dieksisi dan hasilnya terdapat peningkatan dari
jumlah pembedahan yang tidak diperlukan. Faktor utama adalah karena
pandangan dari wanita itu sendiri bahwa lesi ini adalah sebuah keganasan. Oleh
karena itu, penting bagi ahli patologi, ahli radiologi dan ahli onkologi untuk
mendeteksi lesi benigna dan membedakannya dengan kanker payudara in situ dan
invasif serta mencari faktor risiko terjadinya kanker supaya penatalaksanaan yang
sesuai dapat diberikan kepada pasien. Menurut kepustakaan dikatakan bahwa
penyebab tersering massa pada mammae adalah kista, Fibroadenoma mammae
dan karsinoma. Kista dan Fibroadenoma mammae terbentuk di dalam lobus
manakala karsinoma pula terbentuk di duktus terminalis. Keluhan lain yang sering
timbul adalah nipple discharge dan menurut kepustakaan dikatakan penyebab
tersering dari gejala ini adalah papilloma dan duct estasia.
Paper Tumor Jinak Pada Payudara 2012 Page 2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. DEFENISI
Tumor atau neoplasma secara umum di artikan sebagai benjolan atau
pembengkakan yang disebabkan pertumbuhan sel abnormal dalam tubuh.
Pertumbuhan tumor dapat bersifat ganas (malignan) atau jinak (benign).
Tumor jinak mammae ialah lesi jinak yang disebabkan pertumbuhan sel
abnormal yang dapat terjadi pada payudara.
2.1.a. ANATOMI DAN FISIOLOGI
Payudara sebagai kelenjar subkutis mulai tumbuh sejak minggu ke-enam
masa embrio, yaitu berupa penebalan ektodermal sepanjang garis yang disebut
garis susu yang terbentang dari aksila sampai ke regio inguinal. Dua pertiga dari
garis tersebut segera menghilang dan tinggal bagian dada saja yang berkembang
menjadi cikal bakal payudara. Beberapa hari setelah lahir, pada bayi, dapat terjadi
Paper Tumor Jinak Pada Payudara 2012 Page 3
pembesaran payudara unilateral atau bilateral diikuti dengan sekresi cairan keruh.
Keadaan yang disebut mastitis neonatorum ini disebabkan oleh berkembangnya
sistem duktus dan tumbuhnya asinus serta vaskularisasi pada stroma yang
dirangsang secara tidak langsung oleh tingginya kadar estrogen ibu di dalam
sirkulasi darah bayi. Setelah lahir kadar hormon ini menurun, dan ini merangsang
hipofisis untuk memproduksi prolaktin. Prolaktin inilah yang menimbulkan
perubahan payudara. Kelenjar susu yang bentuknya bulat ini merupakan kelenjar
kulit atau apendiks kulit yang terletak di fascia pektoralis. Pada bagian lateral
atasnya jaringan kelenjar ini keluar dari bulatannya ke arah aksila, disebut
penonjolan Spence atau ekor payudara. Setiap payudara terdiri dari 12 sampai 20
lobulus kelenjar yang masing-masing mempunyai saluran ke papilla mamma,
yang disebut duktus laktiferus. Diantara kelenjar susu dan fascia pektoralis, juga
diantara kulit dan kelenjar tersebut mungkin terdapat jaringan lemak. Diantara
lobulus tersebut ada jaringan ikat yang disebut ligamentum Cooper yang memberi
rangka untuk payudara.
2.1.b. VASKULARISASI
Pendarahan payudara terutama berasal dari cabang a.perforantes anterior
dari a.mammaria interna, a.torakalis yang bercabang dari a.aksilaris, dan beberapa
a.interkostalis. Persarafan kulit payudara diurus oleh cabang pleksus servikalis
dan n.interkostalis. Jaringan kelenjar payudara sendiri diurus oleh saraf simpatik.
Penyaluran limfe dari payudara kurang lebih 75% ke aksila, sebagian lagi ke
kelenjar parasternal, terutama dari bagian yang sentral dan medial dan ada pula
penyaluran yang ke kelenjar interpektoralis. Di aksila terdapat rata-rata 50
(berkisar dari 10 sampai 90) buah kelenjar getah bening yang berada di sepanjang
arteri dan vena brakialis. Saluran limfe dari seluruh payudara mengalir ke
kelompok anterior aksila, kelompok sentral aksila, kelenjar aksila bagian dalam,
yang lewat sepanjang v.aksilaris dan yang berlanjut langsung ke kelenjar servikal
bagian kaudal dalam di supraklavikuler. Jalur limfe lainnya berasal dari daerah
sentral dan medial yang selain menuju ke kelenjar sepanjang pembuluh mammaria
Paper Tumor Jinak Pada Payudara 2012 Page 4
interna, juga menuju ke aksila kontralateral, ke m.rectus abdominis lewat
ligamentum falsifarum hepatis ke hati, ke pleura, dan ke payudara kontralateral.
2.1.c. FISIOLOGI
Perkembangan payudara dan fungsinya dipengaruhi oleh Bermacam
stimulus, diantaranya stimulus dari estrogen, progesteron, prolaktin, oksitosin,
hormon tiroid, kortisol dan growth hormon. Terutama estrogen, progesteron, dan
prolakltin telah dibuktikan memiliki efek tropik yang esensial dalam
perkembangan dan fungsi payudara normal. Estrogen mempengaruhi
perkembangan duktus, sedangkan progesteron berperandalam perubahan
perkembangan epitel dan lobular. Prolaktin adalah hormon primer yang
menstimulus laktogenesis pada akhir kehamilan dan pada periode postpartum.
Prolaktin meningkatkan regulasi reseptor hormon dan menstimulasi
perkembangan epitel.
Payudara mengalami tiga macam perubahan yang dipengaruhi hormon.
Perubahan pertama ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas, masa
fertilitas, sampai ke klimakterium dan menopause. Sejak pubertas pengaruh
estrogen dan progesteron yang diproduksi ovarium dan juga hormon hipofise,
telah menyebabkan duktus berkembang dan timbulnya asinus. Perubahan kedua
adalah perubahan sesuai dengan daur menstruasi. Sekitar hari kedelapan
menstruasi, payudara jadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum menstruasi
berikutnya terjadi pembesaran maksimal. Kadang-kadang timbul benjolan yang
tidak nyeri dan tidak rata. Selama beberapa hari menjelang menstruasi, payudara
menjadi tegang dan nyeri sehingga pemeriksaan fisik, terutama palpasi, tidak
mungkin dilakukan. Pada waktu itu pemeriksaan foto mammogram tidak berguna
karena kontras kelenjar terlalu besar. Begitu menstruasi mulai, semuanya
berkurang. Perubahan ketiga terjadi waktu hamil dan menyusui. Pada kehamilan,
payudara menjadi besar karena epitel duktus lobularis dan duktus alveolus
berproliferasi, dan tumbuh duktus baru.
Paper Tumor Jinak Pada Payudara 2012 Page 5
Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior memicu (trigger) laktasi.
Air susu diproduksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan
melalui duktus ke puting susu.
2.2. JENIS-JENIS TUMOR JINAK PAYUDARA
a. Fibroadenoma Mammae
Fibroadenoma adalah lesi yang sering terjadi pada mammae. Setelah
menopause, tumor tersebut tidak lagi ditemukan. Fibroadenoma sering membesar
mencapai ukuran 1 atau 2 cm. Kadang fibroadenoma tumbuh multiple (lebih 5 lesi
pada satu mammae), tetapi sangat jarang. Pada masa adolesens, fibroadenoma
tumbuh dalam ukuran yang besar. Pertumbuhan bisa cepat sekali selama
kehamilan dan laktasi atau menjelang menopause, saat ransangan estrogen
meningkat. Nodul Fibroadenoma sering soliter, mudah digerakkan dengan
diameter 1 hingga 10 cm. Jarang terjadinya tumor yang multiple dan diameternya
melebihi 10 cm (giantfibroadenoma).
Paper Tumor Jinak Pada Payudara 2012 Page 6
INSIDENS : Fibroadenoma merupakan neoplasma jinak yang terutama terdapat
pada wanita muda berusia 15-25 tahun. fibroadenoma terjadi secara asimptomatik
pada 25% wanita.
ETIOPATOGENESIS : Etiologi dari fibroadenoma masih belum diketahui pasti
tetapi dikatakan bahwa hipersensitivitas terhadap estrogen pada lobul dianggap
menjadi penyebabnya. Usia menarche, usia menopause dan terapi hormonal
termasuklah kontrasepsi oral tidak merubah risiko terjadinya lesi ini. Faktor
genetik juga dikatakan tidak berpengaruh tetapi adanya riwayat keluarga (first-
degree) dengan karsinoma mammae dikatakan meningkatkan risiko terjadinya
penyakit ini. Fibroadenoma mammae dianggap mewakili sekelompok lobus
hiperplastik dari mammae yang dikenal sebagai “kelainan dari pertumbuhan
normal dan involusi”. Fibroadenoma sering terbentuk sewaktu menarche (15-25
tahun), waktu dimana struktur lobul ditambahkan ke dalam sistem duktus pada
mammae. Lobul hiperplastik sering terjadi pada waktu ini dan dianggap
merupakan bagian dari perkembangan mammae.
GAMBARAN KLINIS : Biasanya wanita muda menyadari terdapatnya benjolan pada
payudara ketika sedang mandi atau berpakaian. Kebanyakan benjolan berdiameter 2-3
cm, namun FAM dapat tumbuh dengan ukuran yang lebih besar (giant fibroadenoma).
Paper Tumor Jinak Pada Payudara 2012 Page 7
Pada pemeriksaan, benjolan FAM kenyal dan halus. Benjolan tersebut tidak
menimbulkan reaksi radang (merah, nyeri, panas), mobile (dapat digerakkan) dan tidak
menyebabkan pengerutan kulit payudara ataupun retraksi puting (puting masuk).
Benjolan tersebut berlobus-lobus. Tumor ini tidak melekat pada jaringan sekitarnya
sehingga mudah untuk digerakkan dan Kadang-kadang fibroadenoma tumbuh
multipel. Mayoritas tumor ini terdapat pada kuadran lateral superior dari mammae.
Biasanya fibroadenoma tidak nyeri, namun kadang nyeri jika ditekan.
DIAGNOSIS : Diagnosa bisa ditegakkan melalui pemeriksaan fisik walaupun
dianjurkan juga untuk dilakukan aspirasi sitologi. Fine-needle aspiration (FNA)
sitologi merupakan metode diagnosa yang akurat. Diagnosa fibroadenoma bisa
ditegakkan melalui gambaran klinik pada pasien usia muda dan karena itu,
mammografi tidak rutin dikerjakan. Fibroadenoma dapat dengan mudah didiagnosa
melalui Biopsi Aspirasi Jarum Halus (BAJAH) atau biopsi jarum dengan diameter yang
lebih besar (core needle biopsi).
GAMBARAN HISTOPATOLOGIS : Menunjukkan stroma fibroblastik longgar
yang terdiri dari ruang seperti saluran (ductlike) dilapisi epithelium yang terdiri
dari berbagai ukuran dan bentuk. Ductlike atau ruang glandular ini dilapisi dengan
lapisan sel tunggal atau multiple yang regular dan berbatas tegas serta membran
basalis yang intak
Paper Tumor Jinak Pada Payudara 2012 Page 8
PENATALAKSANAAN : Pada fibroadenoma dilakukan eksisi dibawah
pengaruh anestesi lokal atau general. Fibroadenoma residif setelah pengangkatan
jarang terjadi. Sekiranya berlaku rekurensi, terdapat beberapa faktor yang diduga
berpengaruh. Pertama, pembentukan dari trulymetachronous fibroadenoma.
Kedua, asal dari tumor tidak diangkat secara menyeluruh sewaktu operasi dan
mungkin karena presentasi dari tumor phyllodes yang tidak terdiagnosa
b. Kista Mammae
Kista adalah ruang berisi cairan yang dibatasi sel-sel glandular. Kista
terbentuk dari cairan yang berasal dari kelenjar payudara. Mikrokista terlalu kecil
untuk dapat diraba, Kista tidak dapat dibedakan dengan massa lain pada mammae
dengan mammografi atau pemeriksaan fisis dan ditemukan hanya bila jaringan
tersebut dilihat di bawah mikroskop. Jika cairan terus berkembang akan terbentuk
makrokista. Makrokista ini dapat dengan mudah diraba dan diameternya dapat
mencapai 1 sampai 2 inchi.
INSIDENS : Dikatakan bahwa kista ditemukan pada 1/3 dari wanita berusia
antara 35 sampai 50 tahun. Secara klasik, kista dialami wanita perimenopausal
Paper Tumor Jinak Pada Payudara 2012 Page 9
antara usia 45 dan 52 tahun, walaupun terdapat juga insidens yang diluar batas
usia ini terutamanya pada individu yang menggunakan terapi pengganti hormon.
ETIOPATOGENESIS : Kista Mammae seperti fibroadenoma, kista mammae
merupakan suatu kelainan dari fisiologi normal lobular. Penyebab utama
terjadinya kelainan ini masih belum diketahui pasti walaupun terdapat bukti yang
mengaitkan pembentukan kista ini dengan hiperestrogenism akibat penggunaan
terapi pengganti hormon. Patogenesis dari kista mammae ini masih belum jelas.
Penelitian awal menyatakan bahwa kista mammae terjadi karena distensi duktus
atau involusi lobus. Sewaktu proses ini terjadi, lobus membentuk mikrokista yang
akan bergabung menjadi kista yang lebih besar; perubahan ini terjadi karena
adanya obstruksidari aliran lobus dan jaringan fibrous yang menggantikan stroma.
GAMBARAN KLINIS : Karekteristik kista mammae adalah licin dan teraba
kenyal pada palpasi. Kista ini dapat juga mobil namun tidak seperti fibroadenoma.
Gambaran klasik dari kista ini bisa menghilang jika kista terletak pada bagian
dalam mammae. Jaringan normal dari nodular mammae yang meliputi kista bisa
menyembunyikan gambaran klasik dari lesi yakni licin semasa dipalpasi. Selama
perkembangannya, pelebaran yang terjadi pada jaringan payudara menimbulkan
rasa nyeri. Benjolan bulat yang dapat digerakkan dan terutama nyeri bila disentuh,
mengarah pada kista.
DIAGNOSIS : Diagnosis kista mammae ditegakkan melalui pemeriksaan klinis
dan aspirasi sitologi. Jumlah cairan yang diaspirasi biasanya antara 6 atau 8 ml.
Cairan dari kista bisa berbeda warnanya, mulai dari kuning pudar sampai hitam,
kadang terlihat translusen dan bisa juga kelihatan tebal dan bengkak. Mammografi
Paper Tumor Jinak Pada Payudara 2012 Page 10
dan ultrasonografi juga membantu dalam penegakkan diagnosis
tetapi pemeriksaan ini tidak begitu penting bagi pasien yang simptomatik.
PENATALAKSANAAN : Eksisi merupakan tatalaksana bagi kista mammae.
Namun terapi ini sudah tidak dilakukan karena simple aspiration sudah memadai.
Setelah diaspirasi, kista akan menjadi lembek dan tidak teraba tetapi masih bisa
dideteksi dengan mammografi. Walaubagaimanapun, bukti klinis perlu bahwa
tidak terdapat massa setelah dilakukan aspirasi. Terdapat dua cardinal rules bagi
menunjukkan aspirasi kista berhasil yakni (1) massa menghilang secara
keseluruhan setelah diaspirasi dan (2) cairan yang diaspirasi tidak mengandungi
darah. Sekiranya kondisi ini tidak terpenuhi, ultrasonografi, needle biopsy dan
eksisi direkomendasikan. Terdapat dua indikasi untuk dilakukan eksisi pada kista.
Indikasi pertama adalah sekiranya cairan aspirasi mengandungi darah ( selagi
tidak disebabkan oleh trauma dari jarum ), kemungkinan terjadinya intrakistik
karsinoma yang sangat jarang ditemukan. Indikasi kedua adalah rekurensi dari
kista. Hal ini bisa terjadi karena aspirasi yang tidak adekuat dan terapi lanjut perlu
diberikan sebelum dilakukan eksisi.
c. Papilloma Intraduktus
Papilloma Intraduktus merupakan tumor benigna pada epithelium duktus
mammae dimana terjadinya hipertrofi pada epithelium dan mioepithelial. Tumor
ini bisa terjadi disepanjang sistem duktus dan predileksinya adalah pada ujung
dari sistem duktus yakni sinus lactiferous dan duktus terminalis.
INSIDENS : Papilloma Intraduktus soliter sering terjadi pada wanita
paramenopausal atau postmenopausal dengan insidens tertinggi pada dekade ke
enam.
Paper Tumor Jinak Pada Payudara 2012 Page 11
ETIOPATOGENESIS : Etiologi dan patogenesis dari penyakit ini masih belum
jelas. Dari kepustakaan dikatakan bahwa, Papilloma Intraduktus ini terkait dengan
proliferasi dari epitel fibrokistik yang hiperplasia.
GAMBARAN KLINIS : Hampir 90% dari papilloma intraduktus adalah dari tipe
soliter. Papilloma Intraduktus soliter sering timbul pada duktus laktiferus dan
hampir 70% dari pasien datang dengan nipple discharge yang serous dan
bercampur darah. Ada juga pasien yang datang dengan keluhan massa pada area
subareola walaupun massa ini lebih sering ditemukan pada pemeriksaan fisis.
Massa yang teraba sebenarnya adalah duktus yang berdilatasi.
GAMBARAN HISTOLOGI : Secara histologi, tumor ini terdiri dari papilla
multipel yang masing-masing terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi sel epitel
kuboidal atau silinder yang biasanya terdiri dari dua lapisan terluar epitel
menutupi lapisan mioepitel.
PENATALAKSANAAN : Umumnya, pasien diterapi secara konservatif dan
papilloma serta nipple discharge dapat menghilang secara spontan dalam waktu
beberapa minggu. Apabila hal ini tidak berlaku, eksisi lokal duktus yang terkait
bisa dilakukan. Eksisi duktus terminal merupakan prosedur bedah pilihan sebagai
penatalaksanan nipple discharge. Pada prosedur ini,digunakan anestesi lokal
dengan atau tanpa sedasi. Tujuannnya adalah untuk eksisi dari duktus yang terkait
dengan nipple discharge dengan pengangkatan jaringan sekitar seminimal
mungkin. Apabila lesi benigna ini dicurigai mengalami perubahan kearah
maligna, terapi yang diberikan adalah eksisi luas disertai radiasi.
Paper Tumor Jinak Pada Payudara 2012 Page 12
d. Kelainan Fibrokistik
Penyakit fibrokistik atau dikenal juga sebagai mammary displasia adalah
benjolan payudara yang sering dialami oleh sebagian besar wanita. Benjolan ini
harus dibedakan dengan keganasan. Kelainan fibrokistik pada payudara adalah
kondisi yang ditandai penambahan jaringan fibrous dan glandular.
INSIDENS : Penyakit fibrokistik pada umumnya terjadi pada wanita berusia 25-
50 tahun (>50%).
GAMBARAN KLINIS : Kelainan ini terdapat benjolan fibrokistik biasanya
multipel, keras, adanya kista, fibrosis, benjolan konsistensi lunak, terdapat
penebalan, dan rasa nyeri. Kista dapat membesar dan terasa sangat nyeri selama
periode menstruasi karena hubungannya dengan perubahan hormonal tiap
bulannya. Wanita dengan kelainan fibrokistik mengalami nyeri payudara siklik
berkaitan dengan adanya perubahan hormon estrogen dan progesteron. Biasanya
payudara teraba lebih keras dan benjolan pada payudara membesar sesaat sebelum
menstruasi. Gejala tersebut menghilang seminggu setelah menstruasi selesai.
Benjolan biasanya menghilang setelah wanita memasuki fase menopause.
Pembengkakan payudara biasanya berkurang setelah menstruasi berhenti.
DIAGNOSIS : Kelainan fibrokistik dapat diketahui dari pemeriksaan fisik,
mammogram, atau biopsi. Biopsi dilakukan terutama untuk menyingkirkan
kemungkinan diagnosis kanker. Perubahan fibrokistik biasanya ditemukan pada
kedua payudara baik di kuadran atas maupun bawah.
Evaluasi pada wanita dengan penyakit fibrokistik harus dilakukan dengan
seksama untuk membedakannya dengan keganasan. Apabila melalui pemeriksaan
fisik didapatkan benjolan difus (tidak memiliki batas jelas), terutama berada di
bagian atas-luar payudara tanpa ada benjolan yang dominan, maka diperlukan
pemeriksaan mammogram dan pemeriksaan ulangan setelah periode menstruasi
berikutnya. Apabila keluar cairan dari puting, baik bening, cair, atau kehijauan,
Paper Tumor Jinak Pada Payudara 2012 Page 13
sebaiknya diperiksakan tes hemoccult untuk pemeriksaan sel keganasan. Apabila
cairan yang keluar dari puting bukanlah darah dan berasal dari beberapa kelenjar,
maka kemungkinan benjolan tersebut jinak.
PENATALAKSANAAN : Medikamentosa simptomatis, operasi apabila
medikamentosa tidak menghilangkan keluhannya dan ditemukan pada usia
pertengahan sampai usia lanjut.
e. Tumor Filoides (Kistosarkoma filoides)
Tumor filodes atau dikenal dengan kistosarkoma filodes adalah tumor
fibroepitelial yang ditandai dengan hiperselular stroma dikombinasikan dengan
komponen epitel. Tumor filodes umum terjadi pada dekade 5 atau 6. Benjolan ini
jarang bilateral (terdapat pada kedua payudara), dan biasanya muncul sebagai
benjolan yang terisolasi dan sulit dibedakan dengan FAM. Ukuran bervariasi,
meskipun tumor filodes biasanya lebih besar dari FAM, mungkin karena
pertumbuhannya yang cepat. Tumor filoides merupakan suatu neoplasma jinak
yang bersifat menyusup secara lokal dan mungkin ganas (10-15%).
Pertumbuhannya cepat dan dapat ditemukan dalam ukuran yang besar.
INSIDENS : Tumor ini terdapat pada semua usia, kebanyakan pada usia 45 tahun.
GAMBARAN KLINIS : Tumor filoides adalah tipe yang jarang dari tumor
payudara, yang hampir sama dengan fibroadenoma yaitu terdiri dari dua jaringan,
jaringan stroma dan glandular. Berbentuk bulat lonjong dengan permukaan
berbenjol-benjol, berbatas tegas dengan ukuran yang lebih besar dari
fibroadenoma. Benjolan ini jarang bilateral (terdapat pada kedua payudara), dan
biasanya muncul sebagai benjolan yang terisolasi dan sulit dibedakan dengan
FAM. Ukuran bervariasi, meskipun tumor filodes biasanya lebih besar dari FAM,
mungkin karena pertumbuhannya yang cepat.
Paper Tumor Jinak Pada Payudara 2012 Page 14
PENATALAKSANAAN : Tumor filoides jinak diterapi dengan cara melakukan
pengangkatan tumor disertai 2 cm (atau sekitar 1 inchi) jaringan payudara sekitar
yang normal. Sedangkan tumor filoides yang ganas dengan batas infiltratif
mungkin membutuhkan mastektomi (pengambilan jaringan payudara).
Mastektomi sebaiknya dihindari apabila memungkinkan. Apabila pemeriksaan
patologi memberikan hasil tumor filodes ganas, maka re-eksisi komplit dari
seluruh area harus dilakukan agar tidak ada sel keganasan yang tersisa.
f. Adenosis Sklerosis
Adenosis adalah temuan yang sering didapat pada wanita dengan kelainan
fibrokistik. Adenosis adalah pembesaran lobulus payudara, yang mencakup
kelenjar-kelenjar yang lebih banyak dari biasanya. Apabila pembesaran lobulus
saling berdekatan satu sama lain, maka kumpulan lobulus dengan adenosis ini
kemungkinan dapat diraba. Adenosis sklerotik adalah tipe khusus dari adenosis
dimana pembesaran lobulus disertai dengan parut seperti jaringan fibrous.
Banyak istilah lain yang digunakan untuk kondisi ini, diantaranya adenosis
agregasi, atau tumor adenosis. Sangat penting untuk digarisbawahi walaupun
merupakan tumor, namun kondisi ini termasuk jinak dan bukanlah kanker.
GAMBARAN KLINIS : Apabila adenosis dan adenosis sklerotik cukup luas
sehingga dapat diraba, dokter akan sulit membedakan tumor ini dengan kanker
melalui pemeriksaan fisik payudara. Perubahan histologis berupa proliferasi
(proliferasi duktus) dan involusi (stromal fibrosis, regresi epitel). Adenosis
sklerosis dengan karakteristik lobus payudara yang terdistorsi dan biasanya
muncul pada mikrokista multipel, tetapi biasanya muncul berupa massa yang
dapat terpalpasi. Kalsifikasi dapat terbentuk pada adenosis, adenosis sklerotik, dan
kanker, sehingga makin membingungkan diagnosis.
Paper Tumor Jinak Pada Payudara 2012 Page 15
PENATALAKSANAAN : Biopsi melalui aspirasi jarum halus biasanya dapat
menunjukkan apakah tumor ini jinak atau tidak. Namun dengan biopsi melalui
pembedahan dianjurkan untuk memastikan tidak terjadinya kanker.
g. Galaktokel
Galaktokel adalah kista berisi susu yang terjadi pada wanita yang sedang
hamil atau menyusui atau dengan kata lain merupakan dilatasi kistik suatu duktus
yang tersumbat yang terbentuk selama masa laktasi. Galaktokel merupakan lesi
benigna yang luar biasa pada payudara dan merupakan timbunan air susu yang
dilapisi oleh epitel kuboid. Seperti kista lainnya, galaktokel tidak bersifat seperti
kanker.
GAMBARAN KLINIS : Biasanya galaktokel tampak rata, Kista menimbulkan
benjolan yang nyeri dan mungkin pecah sehingga memicu reaksi peradangan lokal
serta dapat menyebabkan terbentuknya fokus indurasi persisten. Benjolan dapat
digerakkan, walaupun dapat juga keras dan susah digerakkan
DIAGNOSIS : Untuk menegakkan diagnosa dilakukan skrining sonografi, dimana
akan terlihat penyebaran dan kepadatan tumor tersebut.
PENATALAKSANAAN : Penatalaksanaan galaktokel dilakukan dengan aspirasi
jarum halus untuk mengeluarkan sekret susu. Pembedahan dilakukan jika kista
terlalu kentaldan sulit di aspirasi
Paper Tumor Jinak Pada Payudara 2012 Page 16
h. Mastitis
Mastitis adalah infeksi yang sering menyerang wanita yang sedang
menyusui atau pada wanita yang mengalami kerusakan atau keretakan pada kulit
sekitar puting.
ETIOPATOGENESIS : Kerusakan pada kulit sekitar puting tersebut akan
memudahkan bakteri dari permukaan kulit untuk memasuki duktus yang menjadi
tempat berkembangnya bakteri dan menarik sel-sel inflamasi. Sel-sel inflamasi
melepaskan substansi untuk melawan infeksi, namun juga menyebabkan
pembengkakan jaringan dan peningkatan aliran darah.
GAMBARAN KLINIS : Pada mastitis menyebabkan payudara menjadi merah,
nyeri, dan terasa hangat saat perabaan. Terkadang sukar dibedakan dengan
karsinoma, yaitu adanya massa berkonsistensi keras, bisa melekat ke kulit, dan
menimbulkan retraksi puting susu akibat fibrosis periduktal, dan bisa terdapat
pembesaran kelenjar getah bening aksila.
Paper Tumor Jinak Pada Payudara 2012 Page 17
PENATALAKSANAAN : Pada mastitis dengan kondisi ini diterapi dengan
antibiotik. Pada beberapa kasus, mastitis berkembang menjadi abses atau
kumpulan pus yang harus dikeluarkan melalui pembedahan.
i. Ductus Ectasia
Ektasia duktus merupakan lesi benigna yang ditandai adanya pelebaran
dan pengerasan dari duktus.
INSIDENS : Ektasia duktus adalah kondisi yang biasanya menyerang wanita usia
sekitar 40 sampai 50 tahun dan di anggap sebagai variasi normal proses payudara
wanita usia lanjut.
GAMBARAN KLINIS : Adanya massa berupa ductus yang membesar dicirikan
dengan sekresi puting yang berwarna hijau atau hitam pekat, dan lengket. Pada
puting serta daerah disekitarnya akan terasa sakit serta tampak kemerahan.
PENATALAKSANAAN : Kondisi ini umumnya tidak memerlukan tindakan
apapun, atau dapat membaik dengan melakukan pengkompresan dengan air
hangat dan obat-obat antibiotik. Apabila keluhan tidak membaik, duktus yang
abnormal dapat diangkat melalui pembedahan dengan cara insisi pada tepi areola.
j. Nekrosis Lemak
Nekrosis lemak terjadi bila jaringan payudara yang berlemak rusak, bisa
terjadi spontan atau akibat dari cedera yang mengenai payudara. Ketika tubuh
berusaha memperbaiki jaringan payudara yang rusak, daerah yang mengalami
kerusakan tergantikan menjadi jaringan parut.
Paper Tumor Jinak Pada Payudara 2012 Page 18
GAMBARAN KLINIS : Nekrosis lemak berupa massa keras yang sering agak
nyeri tetapi tidak membesar. Kadang terdapat retraksi kulit dan batasnya tidak
rata.
DIAGNOSIS : Karena kebanyakan kanker payudara berkonsistensi keras, daerah
yang mengalami nekrosis lemak dengan jaringan parut sulit untuk dibedakan
dengan kanker jika hanya dari pemeriksaan fisik ataupun mammogram sekalipun.
GAMBARAN HISTOPATOLOGIS : Terdapat nekrosis jaringan lemak yang
kemudian menjadi fibrosis.
PENATALAKSANAAN : Dengan biopsi jarum atau dengan tindakan
pembedahan eksisi
Paper Tumor Jinak Pada Payudara 2012 Page 19
KESIMPULAN
1. Tumor jinak mamma ialah lesi jinak yang berasal dari dari parenkim,
stroma, areola dan papilla mammae.
2. Hampir semua etiologi tumor jinak payudara belum secara pasti. Namun,
berbagai penelitian beranggapan pengaruh hormonal merupakan pemicu
terjadinya tumor jinak payudara yang ada.
3. Jenis-jenis tumor jinak payudara antara lain :
a. Fibroadenoma mammae
b. Kista mammae
c. Papilloma intraduktus
d. Kelainan fibrokistik
e. Tumor filoides
f. Adenosis sklerosis
g. Galaktokel
h. Mastitis
i. Ductus ektasia
j. Nekrosis lemak
Paper Tumor Jinak Pada Payudara 2012 Page 20
DAFTAR PUSTAKA
1. Sjamsuhidajat, R, Wim de Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 3, Jakarta,
EGC, 2010, hal : 475-478.
2. Pierce A.G, Neil R.B, At a Glance Ilmu Bedah, Edisi 3, Jakarta, Erlangga,
2007.
3. Staf pengajar bagian ilmu bedah FKUI, Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah,
Jakarta, Penerbit FKUI, 2010, hal : 324-326; 333-334.
4. http:// emedicine.medscape.com/article/435779-overview
5. http://www.holoogic.com/benign-breast-tumors/