20
Paper Tumor Jinak Pada Payudara 2012 Page 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. PENDAHULUAN Mayoritas dari lesi yang terjadi pada mammae adalah benigna. Hampir 40% dari pasien yang mengunjungi poliklinik dengan keluhan pada mammae mempunyai lesi jinak. Perhatian yang lebih sering diberikan pada lesi maligna karena kanker payudara merupakan lesi maligna yang paling sering terjadi pada wanita di negara barat walaupun sebenarnya insidens lesi benigna payudara adalah lebih tinggi berbanding lesi maligna. Penggunaan mammografi, Ultrasound , Magnetic Resonance Imaging (MRI) dan juga biopsi payudara dapat membantu dalam menegakkan diagnosis lesi benigna pada mayoritas dari pasien. Mayoritas dari lesi benigna tidak terkait dengan pertambahan risiko untuk menjadi kanker, maka prosedur bedah yang tidak diperlukan harus dihindari. Pada masa lalu, kebanyakkan dari lesi benigna ini dieksisi dan hasilnya terdapat peningkatan dari jumlah pembedahan yang tidak diperlukan. Faktor utama adalah karena pandangan dari wanita itu sendiri bahwa lesi ini adalah sebuah keganasan. Oleh karena itu, penting bagi ahli patologi, ahli radiologi dan ahli onkologi untuk mendeteksi lesi benigna dan membedakannya dengan kanker payudara in situ dan invasif serta mencari faktor risiko terjadinya kanker supaya penatalaksanaan yang sesuai dapat diberikan kepada pasien. Menurut kepustakaan dikatakan bahwa penyebab tersering massa pada mammae adalah kista, Fibroadenoma mammae dan karsinoma. Kista dan Fibroadenoma mammae terbentuk di dalam lobus manakala karsinoma pula terbentuk di duktus terminalis. Keluhan lain yang sering timbul adalah nipple discharge dan menurut kepustakaan dikatakan penyebab tersering dari gejala ini adalah papilloma dan duct estasia.

83936010 Tumor Payudara

Embed Size (px)

DESCRIPTION

bedah

Citation preview

  • Paper Tumor Jinak Pada Payudara 2012 Page 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. PENDAHULUAN

    Mayoritas dari lesi yang terjadi pada mammae adalah benigna. Hampir

    40% dari pasien yang mengunjungi poliklinik dengan keluhan pada mammae

    mempunyai lesi jinak. Perhatian yang lebih sering diberikan pada lesi maligna

    karena kanker payudara merupakan lesi maligna yang paling sering terjadi pada

    wanita di negara barat walaupun sebenarnya insidens lesi benigna payudara

    adalah lebih tinggi berbanding lesi maligna. Penggunaan mammografi, Ultrasound

    , Magnetic Resonance Imaging (MRI) dan juga biopsi payudara dapat membantu

    dalam menegakkan diagnosis lesi benigna pada mayoritas dari pasien. Mayoritas

    dari lesi benigna tidak terkait dengan pertambahan risiko untuk menjadi kanker,

    maka prosedur bedah yang tidak diperlukan harus dihindari. Pada masa lalu,

    kebanyakkan dari lesi benigna ini dieksisi dan hasilnya terdapat peningkatan dari

    jumlah pembedahan yang tidak diperlukan. Faktor utama adalah karena

    pandangan dari wanita itu sendiri bahwa lesi ini adalah sebuah keganasan. Oleh

    karena itu, penting bagi ahli patologi, ahli radiologi dan ahli onkologi untuk

    mendeteksi lesi benigna dan membedakannya dengan kanker payudara in situ dan

    invasif serta mencari faktor risiko terjadinya kanker supaya penatalaksanaan yang

    sesuai dapat diberikan kepada pasien. Menurut kepustakaan dikatakan bahwa

    penyebab tersering massa pada mammae adalah kista, Fibroadenoma mammae

    dan karsinoma. Kista dan Fibroadenoma mammae terbentuk di dalam lobus

    manakala karsinoma pula terbentuk di duktus terminalis. Keluhan lain yang sering

    timbul adalah nipple discharge dan menurut kepustakaan dikatakan penyebab

    tersering dari gejala ini adalah papilloma dan duct estasia.

  • Paper Tumor Jinak Pada Payudara 2012 Page 2

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. DEFENISI

    Tumor atau neoplasma secara umum di artikan sebagai benjolan atau

    pembengkakan yang disebabkan pertumbuhan sel abnormal dalam tubuh.

    Pertumbuhan tumor dapat bersifat ganas (malignan) atau jinak (benign).

    Tumor jinak mammae ialah lesi jinak yang disebabkan pertumbuhan sel

    abnormal yang dapat terjadi pada payudara.

    2.1.a. ANATOMI DAN FISIOLOGI

    Payudara sebagai kelenjar subkutis mulai tumbuh sejak minggu ke-enam

    masa embrio, yaitu berupa penebalan ektodermal sepanjang garis yang disebut

    garis susu yang terbentang dari aksila sampai ke regio inguinal. Dua pertiga dari

    garis tersebut segera menghilang dan tinggal bagian dada saja yang berkembang

    menjadi cikal bakal payudara. Beberapa hari setelah lahir, pada bayi, dapat terjadi

  • Paper Tumor Jinak Pada Payudara 2012 Page 3

    pembesaran payudara unilateral atau bilateral diikuti dengan sekresi cairan keruh.

    Keadaan yang disebut mastitis neonatorum ini disebabkan oleh berkembangnya

    sistem duktus dan tumbuhnya asinus serta vaskularisasi pada stroma yang

    dirangsang secara tidak langsung oleh tingginya kadar estrogen ibu di dalam

    sirkulasi darah bayi. Setelah lahir kadar hormon ini menurun, dan ini merangsang

    hipofisis untuk memproduksi prolaktin. Prolaktin inilah yang menimbulkan

    perubahan payudara. Kelenjar susu yang bentuknya bulat ini merupakan kelenjar

    kulit atau apendiks kulit yang terletak di fascia pektoralis. Pada bagian lateral

    atasnya jaringan kelenjar ini keluar dari bulatannya ke arah aksila, disebut

    penonjolan Spence atau ekor payudara. Setiap payudara terdiri dari 12 sampai 20

    lobulus kelenjar yang masing-masing mempunyai saluran ke papilla mamma,

    yang disebut duktus laktiferus. Diantara kelenjar susu dan fascia pektoralis, juga

    diantara kulit dan kelenjar tersebut mungkin terdapat jaringan lemak. Diantara

    lobulus tersebut ada jaringan ikat yang disebut ligamentum Cooper yang memberi

    rangka untuk payudara.

    2.1.b. VASKULARISASI

    Pendarahan payudara terutama berasal dari cabang a.perforantes anterior

    dari a.mammaria interna, a.torakalis yang bercabang dari a.aksilaris, dan beberapa

    a.interkostalis. Persarafan kulit payudara diurus oleh cabang pleksus servikalis

    dan n.interkostalis. Jaringan kelenjar payudara sendiri diurus oleh saraf simpatik.

    Penyaluran limfe dari payudara kurang lebih 75% ke aksila, sebagian lagi ke

    kelenjar parasternal, terutama dari bagian yang sentral dan medial dan ada pula

    penyaluran yang ke kelenjar interpektoralis. Di aksila terdapat rata-rata 50

    (berkisar dari 10 sampai 90) buah kelenjar getah bening yang berada di sepanjang

    arteri dan vena brakialis. Saluran limfe dari seluruh payudara mengalir ke

    kelompok anterior aksila, kelompok sentral aksila, kelenjar aksila bagian dalam,

    yang lewat sepanjang v.aksilaris dan yang berlanjut langsung ke kelenjar servikal

    bagian kaudal dalam di supraklavikuler. Jalur limfe lainnya berasal dari daerah

    sentral dan medial yang selain menuju ke kelenjar sepanjang pembuluh mammaria

  • Paper Tumor Jinak Pada Payudara 2012 Page 4

    interna, juga menuju ke aksila kontralateral, ke m.rectus abdominis lewat

    ligamentum falsifarum hepatis ke hati, ke pleura, dan ke payudara kontralateral.

    2.1.c. FISIOLOGI

    Perkembangan payudara dan fungsinya dipengaruhi oleh Bermacam

    stimulus, diantaranya stimulus dari estrogen, progesteron, prolaktin, oksitosin,

    hormon tiroid, kortisol dan growth hormon. Terutama estrogen, progesteron, dan

    prolakltin telah dibuktikan memiliki efek tropik yang esensial dalam

    perkembangan dan fungsi payudara normal. Estrogen mempengaruhi

    perkembangan duktus, sedangkan progesteron berperandalam perubahan

    perkembangan epitel dan lobular. Prolaktin adalah hormon primer yang

    menstimulus laktogenesis pada akhir kehamilan dan pada periode postpartum.

    Prolaktin meningkatkan regulasi reseptor hormon dan menstimulasi

    perkembangan epitel.

    Payudara mengalami tiga macam perubahan yang dipengaruhi hormon.

    Perubahan pertama ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas, masa

    fertilitas, sampai ke klimakterium dan menopause. Sejak pubertas pengaruh

    estrogen dan progesteron yang diproduksi ovarium dan juga hormon hipofise,

    telah menyebabkan duktus berkembang dan timbulnya asinus. Perubahan kedua

    adalah perubahan sesuai dengan daur menstruasi. Sekitar hari kedelapan

    menstruasi, payudara jadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum menstruasi

    berikutnya terjadi pembesaran maksimal. Kadang-kadang timbul benjolan yang

    tidak nyeri dan tidak rata. Selama beberapa hari menjelang menstruasi, payudara

    menjadi tegang dan nyeri sehingga pemeriksaan fisik, terutama palpasi, tidak

    mungkin dilakukan. Pada waktu itu pemeriksaan foto mammogram tidak berguna

    karena kontras kelenjar terlalu besar. Begitu menstruasi mulai, semuanya

    berkurang. Perubahan ketiga terjadi waktu hamil dan menyusui. Pada kehamilan,

    payudara menjadi besar karena epitel duktus lobularis dan duktus alveolus

    berproliferasi, dan tumbuh duktus baru.

  • Paper Tumor Jinak Pada Payudara 2012 Page 5

    Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior memicu (trigger) laktasi.

    Air susu diproduksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan

    melalui duktus ke puting susu.

    2.2. JENIS-JENIS TUMOR JINAK PAYUDARA

    a. Fibroadenoma Mammae

    Fibroadenoma adalah lesi yang sering terjadi pada mammae. Setelah

    menopause, tumor tersebut tidak lagi ditemukan. Fibroadenoma sering membesar

    mencapai ukuran 1 atau 2 cm. Kadang fibroadenoma tumbuh multiple (lebih 5 lesi

    pada satu mammae), tetapi sangat jarang. Pada masa adolesens, fibroadenoma

    tumbuh dalam ukuran yang besar. Pertumbuhan bisa cepat sekali selama

    kehamilan dan laktasi atau menjelang menopause, saat ransangan estrogen

    meningkat. Nodul Fibroadenoma sering soliter, mudah digerakkan dengan

    diameter 1 hingga 10 cm. Jarang terjadinya tumor yang multiple dan diameternya

    melebihi 10 cm (giantfibroadenoma).

  • Paper Tumor Jinak Pada Payudara 2012 Page 6

    INSIDENS : Fibroadenoma merupakan neoplasma jinak yang terutama terdapat

    pada wanita muda berusia 15-25 tahun. fibroadenoma terjadi secara asimptomatik

    pada 25% wanita.

    ETIOPATOGENESIS : Etiologi dari fibroadenoma masih belum diketahui pasti

    tetapi dikatakan bahwa hipersensitivitas terhadap estrogen pada lobul dianggap

    menjadi penyebabnya. Usia menarche, usia menopause dan terapi hormonal

    termasuklah kontrasepsi oral tidak merubah risiko terjadinya lesi ini. Faktor

    genetik juga dikatakan tidak berpengaruh tetapi adanya riwayat keluarga (first-

    degree) dengan karsinoma mammae dikatakan meningkatkan risiko terjadinya

    penyakit ini. Fibroadenoma mammae dianggap mewakili sekelompok lobus

    hiperplastik dari mammae yang dikenal sebagai kelainan dari pertumbuhan

    normal dan involusi. Fibroadenoma sering terbentuk sewaktu menarche (15-25

    tahun), waktu dimana struktur lobul ditambahkan ke dalam sistem duktus pada

    mammae. Lobul hiperplastik sering terjadi pada waktu ini dan dianggap

    merupakan bagian dari perkembangan mammae.

    GAMBARAN KLINIS : Biasanya wanita muda menyadari terdapatnya benjolan pada

    payudara ketika sedang mandi atau berpakaian. Kebanyakan benjolan berdiameter 2-3

    cm, namun FAM dapat tumbuh dengan ukuran yang lebih besar (giant fibroadenoma).

  • Paper Tumor Jinak Pada Payudara 2012 Page 7

    Pada pemeriksaan, benjolan FAM kenyal dan halus. Benjolan tersebut tidak

    menimbulkan reaksi radang (merah, nyeri, panas), mobile (dapat digerakkan) dan tidak

    menyebabkan pengerutan kulit payudara ataupun retraksi puting (puting masuk).

    Benjolan tersebut berlobus-lobus. Tumor ini tidak melekat pada jaringan sekitarnya

    sehingga mudah untuk digerakkan dan Kadang-kadang fibroadenoma tumbuh

    multipel. Mayoritas tumor ini terdapat pada kuadran lateral superior dari mammae.

    Biasanya fibroadenoma tidak nyeri, namun kadang nyeri jika ditekan.

    DIAGNOSIS : Diagnosa bisa ditegakkan melalui pemeriksaan fisik walaupun

    dianjurkan juga untuk dilakukan aspirasi sitologi. Fine-needle aspiration (FNA)

    sitologi merupakan metode diagnosa yang akurat. Diagnosa fibroadenoma bisa

    ditegakkan melalui gambaran klinik pada pasien usia muda dan karena itu,

    mammografi tidak rutin dikerjakan. Fibroadenoma dapat dengan mudah didiagnosa

    melalui Biopsi Aspirasi Jarum Halus (BAJAH) atau biopsi jarum dengan diameter yang

    lebih besar (core needle biopsi).

    GAMBARAN HISTOPATOLOGIS : Menunjukkan stroma fibroblastik longgar

    yang terdiri dari ruang seperti saluran (ductlike) dilapisi epithelium yang terdiri

    dari berbagai ukuran dan bentuk. Ductlike atau ruang glandular ini dilapisi dengan

    lapisan sel tunggal atau multiple yang regular dan berbatas tegas serta membran

    basalis yang intak

  • Paper Tumor Jinak Pada Payudara 2012 Page 8

    PENATALAKSANAAN : Pada fibroadenoma dilakukan eksisi dibawah

    pengaruh anestesi lokal atau general. Fibroadenoma residif setelah pengangkatan

    jarang terjadi. Sekiranya berlaku rekurensi, terdapat beberapa faktor yang diduga

    berpengaruh. Pertama, pembentukan dari trulymetachronous fibroadenoma.

    Kedua, asal dari tumor tidak diangkat secara menyeluruh sewaktu operasi dan

    mungkin karena presentasi dari tumor phyllodes yang tidak terdiagnosa

    b. Kista Mammae

    Kista adalah ruang berisi cairan yang dibatasi sel-sel glandular. Kista

    terbentuk dari cairan yang berasal dari kelenjar payudara. Mikrokista terlalu kecil

    untuk dapat diraba, Kista tidak dapat dibedakan dengan massa lain pada mammae

    dengan mammografi atau pemeriksaan fisis dan ditemukan hanya bila jaringan

    tersebut dilihat di bawah mikroskop. Jika cairan terus berkembang akan terbentuk

    makrokista. Makrokista ini dapat dengan mudah diraba dan diameternya dapat

    mencapai 1 sampai 2 inchi.

    INSIDENS : Dikatakan bahwa kista ditemukan pada 1/3 dari wanita berusia

    antara 35 sampai 50 tahun. Secara klasik, kista dialami wanita perimenopausal

  • Paper Tumor Jinak Pada Payudara 2012 Page 9

    antara usia 45 dan 52 tahun, walaupun terdapat juga insidens yang diluar batas

    usia ini terutamanya pada individu yang menggunakan terapi pengganti hormon.

    ETIOPATOGENESIS : Kista Mammae seperti fibroadenoma, kista mammae

    merupakan suatu kelainan dari fisiologi normal lobular. Penyebab utama

    terjadinya kelainan ini masih belum diketahui pasti walaupun terdapat bukti yang

    mengaitkan pembentukan kista ini dengan hiperestrogenism akibat penggunaan

    terapi pengganti hormon. Patogenesis dari kista mammae ini masih belum jelas.

    Penelitian awal menyatakan bahwa kista mammae terjadi karena distensi duktus

    atau involusi lobus. Sewaktu proses ini terjadi, lobus membentuk mikrokista yang

    akan bergabung menjadi kista yang lebih besar; perubahan ini terjadi karena

    adanya obstruksidari aliran lobus dan jaringan fibrous yang menggantikan stroma.

    GAMBARAN KLINIS : Karekteristik kista mammae adalah licin dan teraba

    kenyal pada palpasi. Kista ini dapat juga mobil namun tidak seperti fibroadenoma.

    Gambaran klasik dari kista ini bisa menghilang jika kista terletak pada bagian

    dalam mammae. Jaringan normal dari nodular mammae yang meliputi kista bisa

    menyembunyikan gambaran klasik dari lesi yakni licin semasa dipalpasi. Selama

    perkembangannya, pelebaran yang terjadi pada jaringan payudara menimbulkan

    rasa nyeri. Benjolan bulat yang dapat digerakkan dan terutama nyeri bila disentuh,

    mengarah pada kista.

    DIAGNOSIS : Diagnosis kista mammae ditegakkan melalui pemeriksaan klinis

    dan aspirasi sitologi. Jumlah cairan yang diaspirasi biasanya antara 6 atau 8 ml.

    Cairan dari kista bisa berbeda warnanya, mulai dari kuning pudar sampai hitam,

    kadang terlihat translusen dan bisa juga kelihatan tebal dan bengkak. Mammografi

  • Paper Tumor Jinak Pada Payudara 2012 Page 10

    dan ultrasonografi juga membantu dalam penegakkan diagnosis

    tetapi pemeriksaan ini tidak begitu penting bagi pasien yang simptomatik.

    PENATALAKSANAAN : Eksisi merupakan tatalaksana bagi kista mammae.

    Namun terapi ini sudah tidak dilakukan karena simple aspiration sudah memadai.

    Setelah diaspirasi, kista akan menjadi lembek dan tidak teraba tetapi masih bisa

    dideteksi dengan mammografi. Walaubagaimanapun, bukti klinis perlu bahwa

    tidak terdapat massa setelah dilakukan aspirasi. Terdapat dua cardinal rules bagi

    menunjukkan aspirasi kista berhasil yakni (1) massa menghilang secara

    keseluruhan setelah diaspirasi dan (2) cairan yang diaspirasi tidak mengandungi

    darah. Sekiranya kondisi ini tidak terpenuhi, ultrasonografi, needle biopsy dan

    eksisi direkomendasikan. Terdapat dua indikasi untuk dilakukan eksisi pada kista.

    Indikasi pertama adalah sekiranya cairan aspirasi mengandungi darah ( selagi

    tidak disebabkan oleh trauma dari jarum ), kemungkinan terjadinya intrakistik

    karsinoma yang sangat jarang ditemukan. Indikasi kedua adalah rekurensi dari

    kista. Hal ini bisa terjadi karena aspirasi yang tidak adekuat dan terapi lanjut perlu

    diberikan sebelum dilakukan eksisi.

    c. Papilloma Intraduktus

    Papilloma Intraduktus merupakan tumor benigna pada epithelium duktus

    mammae dimana terjadinya hipertrofi pada epithelium dan mioepithelial. Tumor

    ini bisa terjadi disepanjang sistem duktus dan predileksinya adalah pada ujung

    dari sistem duktus yakni sinus lactiferous dan duktus terminalis.

    INSIDENS : Papilloma Intraduktus soliter sering terjadi pada wanita

    paramenopausal atau postmenopausal dengan insidens tertinggi pada dekade ke

    enam.

  • Paper Tumor Jinak Pada Payudara 2012 Page 11

    ETIOPATOGENESIS : Etiologi dan patogenesis dari penyakit ini masih belum

    jelas. Dari kepustakaan dikatakan bahwa, Papilloma Intraduktus ini terkait dengan

    proliferasi dari epitel fibrokistik yang hiperplasia.

    GAMBARAN KLINIS : Hampir 90% dari papilloma intraduktus adalah dari tipe

    soliter. Papilloma Intraduktus soliter sering timbul pada duktus laktiferus dan

    hampir 70% dari pasien datang dengan nipple discharge yang serous dan

    bercampur darah. Ada juga pasien yang datang dengan keluhan massa pada area

    subareola walaupun massa ini lebih sering ditemukan pada pemeriksaan fisis.

    Massa yang teraba sebenarnya adalah duktus yang berdilatasi.

    GAMBARAN HISTOLOGI : Secara histologi, tumor ini terdiri dari papilla

    multipel yang masing-masing terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi sel epitel

    kuboidal atau silinder yang biasanya terdiri dari dua lapisan terluar epitel

    menutupi lapisan mioepitel.

    PENATALAKSANAAN : Umumnya, pasien diterapi secara konservatif dan

    papilloma serta nipple discharge dapat menghilang secara spontan dalam waktu

    beberapa minggu. Apabila hal ini tidak berlaku, eksisi lokal duktus yang terkait

    bisa dilakukan. Eksisi duktus terminal merupakan prosedur bedah pilihan sebagai

    penatalaksanan nipple discharge. Pada prosedur ini,digunakan anestesi lokal

    dengan atau tanpa sedasi. Tujuannnya adalah untuk eksisi dari duktus yang terkait

    dengan nipple discharge dengan pengangkatan jaringan sekitar seminimal

    mungkin. Apabila lesi benigna ini dicurigai mengalami perubahan kearah

    maligna, terapi yang diberikan adalah eksisi luas disertai radiasi.

  • Paper Tumor Jinak Pada Payudara 2012 Page 12

    d. Kelainan Fibrokistik

    Penyakit fibrokistik atau dikenal juga sebagai mammary displasia adalah

    benjolan payudara yang sering dialami oleh sebagian besar wanita. Benjolan ini

    harus dibedakan dengan keganasan. Kelainan fibrokistik pada payudara adalah

    kondisi yang ditandai penambahan jaringan fibrous dan glandular.

    INSIDENS : Penyakit fibrokistik pada umumnya terjadi pada wanita berusia 25-

    50 tahun (>50%).

    GAMBARAN KLINIS : Kelainan ini terdapat benjolan fibrokistik biasanya

    multipel, keras, adanya kista, fibrosis, benjolan konsistensi lunak, terdapat

    penebalan, dan rasa nyeri. Kista dapat membesar dan terasa sangat nyeri selama

    periode menstruasi karena hubungannya dengan perubahan hormonal tiap

    bulannya. Wanita dengan kelainan fibrokistik mengalami nyeri payudara siklik

    berkaitan dengan adanya perubahan hormon estrogen dan progesteron. Biasanya

    payudara teraba lebih keras dan benjolan pada payudara membesar sesaat sebelum

    menstruasi. Gejala tersebut menghilang seminggu setelah menstruasi selesai.

    Benjolan biasanya menghilang setelah wanita memasuki fase menopause.

    Pembengkakan payudara biasanya berkurang setelah menstruasi berhenti.

    DIAGNOSIS : Kelainan fibrokistik dapat diketahui dari pemeriksaan fisik,

    mammogram, atau biopsi. Biopsi dilakukan terutama untuk menyingkirkan

    kemungkinan diagnosis kanker. Perubahan fibrokistik biasanya ditemukan pada

    kedua payudara baik di kuadran atas maupun bawah.

    Evaluasi pada wanita dengan penyakit fibrokistik harus dilakukan dengan

    seksama untuk membedakannya dengan keganasan. Apabila melalui pemeriksaan

    fisik didapatkan benjolan difus (tidak memiliki batas jelas), terutama berada di

    bagian atas-luar payudara tanpa ada benjolan yang dominan, maka diperlukan

    pemeriksaan mammogram dan pemeriksaan ulangan setelah periode menstruasi

    berikutnya. Apabila keluar cairan dari puting, baik bening, cair, atau kehijauan,

  • Paper Tumor Jinak Pada Payudara 2012 Page 13

    sebaiknya diperiksakan tes hemoccult untuk pemeriksaan sel keganasan. Apabila

    cairan yang keluar dari puting bukanlah darah dan berasal dari beberapa kelenjar,

    maka kemungkinan benjolan tersebut jinak.

    PENATALAKSANAAN : Medikamentosa simptomatis, operasi apabila

    medikamentosa tidak menghilangkan keluhannya dan ditemukan pada usia

    pertengahan sampai usia lanjut.

    e. Tumor Filoides (Kistosarkoma filoides)

    Tumor filodes atau dikenal dengan kistosarkoma filodes adalah tumor

    fibroepitelial yang ditandai dengan hiperselular stroma dikombinasikan dengan

    komponen epitel. Tumor filodes umum terjadi pada dekade 5 atau 6. Benjolan ini

    jarang bilateral (terdapat pada kedua payudara), dan biasanya muncul sebagai

    benjolan yang terisolasi dan sulit dibedakan dengan FAM. Ukuran bervariasi,

    meskipun tumor filodes biasanya lebih besar dari FAM, mungkin karena

    pertumbuhannya yang cepat. Tumor filoides merupakan suatu neoplasma jinak

    yang bersifat menyusup secara lokal dan mungkin ganas (10-15%).

    Pertumbuhannya cepat dan dapat ditemukan dalam ukuran yang besar.

    INSIDENS : Tumor ini terdapat pada semua usia, kebanyakan pada usia 45 tahun.

    GAMBARAN KLINIS : Tumor filoides adalah tipe yang jarang dari tumor

    payudara, yang hampir sama dengan fibroadenoma yaitu terdiri dari dua jaringan,

    jaringan stroma dan glandular. Berbentuk bulat lonjong dengan permukaan

    berbenjol-benjol, berbatas tegas dengan ukuran yang lebih besar dari

    fibroadenoma. Benjolan ini jarang bilateral (terdapat pada kedua payudara), dan

    biasanya muncul sebagai benjolan yang terisolasi dan sulit dibedakan dengan

    FAM. Ukuran bervariasi, meskipun tumor filodes biasanya lebih besar dari FAM,

    mungkin karena pertumbuhannya yang cepat.

  • Paper Tumor Jinak Pada Payudara 2012 Page 14

    PENATALAKSANAAN : Tumor filoides jinak diterapi dengan cara melakukan

    pengangkatan tumor disertai 2 cm (atau sekitar 1 inchi) jaringan payudara sekitar

    yang normal. Sedangkan tumor filoides yang ganas dengan batas infiltratif

    mungkin membutuhkan mastektomi (pengambilan jaringan payudara).

    Mastektomi sebaiknya dihindari apabila memungkinkan. Apabila pemeriksaan

    patologi memberikan hasil tumor filodes ganas, maka re-eksisi komplit dari

    seluruh area harus dilakukan agar tidak ada sel keganasan yang tersisa.

    f. Adenosis Sklerosis

    Adenosis adalah temuan yang sering didapat pada wanita dengan kelainan

    fibrokistik. Adenosis adalah pembesaran lobulus payudara, yang mencakup

    kelenjar-kelenjar yang lebih banyak dari biasanya. Apabila pembesaran lobulus

    saling berdekatan satu sama lain, maka kumpulan lobulus dengan adenosis ini

    kemungkinan dapat diraba. Adenosis sklerotik adalah tipe khusus dari adenosis

    dimana pembesaran lobulus disertai dengan parut seperti jaringan fibrous.

    Banyak istilah lain yang digunakan untuk kondisi ini, diantaranya adenosis

    agregasi, atau tumor adenosis. Sangat penting untuk digarisbawahi walaupun

    merupakan tumor, namun kondisi ini termasuk jinak dan bukanlah kanker.

    GAMBARAN KLINIS : Apabila adenosis dan adenosis sklerotik cukup luas

    sehingga dapat diraba, dokter akan sulit membedakan tumor ini dengan kanker

    melalui pemeriksaan fisik payudara. Perubahan histologis berupa proliferasi

    (proliferasi duktus) dan involusi (stromal fibrosis, regresi epitel). Adenosis

    sklerosis dengan karakteristik lobus payudara yang terdistorsi dan biasanya

    muncul pada mikrokista multipel, tetapi biasanya muncul berupa massa yang

    dapat terpalpasi. Kalsifikasi dapat terbentuk pada adenosis, adenosis sklerotik, dan

    kanker, sehingga makin membingungkan diagnosis.

  • Paper Tumor Jinak Pada Payudara 2012 Page 15

    PENATALAKSANAAN : Biopsi melalui aspirasi jarum halus biasanya dapat

    menunjukkan apakah tumor ini jinak atau tidak. Namun dengan biopsi melalui

    pembedahan dianjurkan untuk memastikan tidak terjadinya kanker.

    g. Galaktokel

    Galaktokel adalah kista berisi susu yang terjadi pada wanita yang sedang

    hamil atau menyusui atau dengan kata lain merupakan dilatasi kistik suatu duktus

    yang tersumbat yang terbentuk selama masa laktasi. Galaktokel merupakan lesi

    benigna yang luar biasa pada payudara dan merupakan timbunan air susu yang

    dilapisi oleh epitel kuboid. Seperti kista lainnya, galaktokel tidak bersifat seperti

    kanker.

    GAMBARAN KLINIS : Biasanya galaktokel tampak rata, Kista menimbulkan

    benjolan yang nyeri dan mungkin pecah sehingga memicu reaksi peradangan lokal

    serta dapat menyebabkan terbentuknya fokus indurasi persisten. Benjolan dapat

    digerakkan, walaupun dapat juga keras dan susah digerakkan

    DIAGNOSIS : Untuk menegakkan diagnosa dilakukan skrining sonografi, dimana

    akan terlihat penyebaran dan kepadatan tumor tersebut.

    PENATALAKSANAAN : Penatalaksanaan galaktokel dilakukan dengan aspirasi

    jarum halus untuk mengeluarkan sekret susu. Pembedahan dilakukan jika kista

    terlalu kentaldan sulit di aspirasi

  • Paper Tumor Jinak Pada Payudara 2012 Page 16

    h. Mastitis

    Mastitis adalah infeksi yang sering menyerang wanita yang sedang

    menyusui atau pada wanita yang mengalami kerusakan atau keretakan pada kulit

    sekitar puting.

    ETIOPATOGENESIS : Kerusakan pada kulit sekitar puting tersebut akan

    memudahkan bakteri dari permukaan kulit untuk memasuki duktus yang menjadi

    tempat berkembangnya bakteri dan menarik sel-sel inflamasi. Sel-sel inflamasi

    melepaskan substansi untuk melawan infeksi, namun juga menyebabkan

    pembengkakan jaringan dan peningkatan aliran darah.

    GAMBARAN KLINIS : Pada mastitis menyebabkan payudara menjadi merah,

    nyeri, dan terasa hangat saat perabaan. Terkadang sukar dibedakan dengan

    karsinoma, yaitu adanya massa berkonsistensi keras, bisa melekat ke kulit, dan

    menimbulkan retraksi puting susu akibat fibrosis periduktal, dan bisa terdapat

    pembesaran kelenjar getah bening aksila.

  • Paper Tumor Jinak Pada Payudara 2012 Page 17

    PENATALAKSANAAN : Pada mastitis dengan kondisi ini diterapi dengan

    antibiotik. Pada beberapa kasus, mastitis berkembang menjadi abses atau

    kumpulan pus yang harus dikeluarkan melalui pembedahan.

    i. Ductus Ectasia

    Ektasia duktus merupakan lesi benigna yang ditandai adanya pelebaran

    dan pengerasan dari duktus.

    INSIDENS : Ektasia duktus adalah kondisi yang biasanya menyerang wanita usia

    sekitar 40 sampai 50 tahun dan di anggap sebagai variasi normal proses payudara

    wanita usia lanjut.

    GAMBARAN KLINIS : Adanya massa berupa ductus yang membesar dicirikan

    dengan sekresi puting yang berwarna hijau atau hitam pekat, dan lengket. Pada

    puting serta daerah disekitarnya akan terasa sakit serta tampak kemerahan.

    PENATALAKSANAAN : Kondisi ini umumnya tidak memerlukan tindakan

    apapun, atau dapat membaik dengan melakukan pengkompresan dengan air

    hangat dan obat-obat antibiotik. Apabila keluhan tidak membaik, duktus yang

    abnormal dapat diangkat melalui pembedahan dengan cara insisi pada tepi areola.

    j. Nekrosis Lemak

    Nekrosis lemak terjadi bila jaringan payudara yang berlemak rusak, bisa

    terjadi spontan atau akibat dari cedera yang mengenai payudara. Ketika tubuh

    berusaha memperbaiki jaringan payudara yang rusak, daerah yang mengalami

    kerusakan tergantikan menjadi jaringan parut.

  • Paper Tumor Jinak Pada Payudara 2012 Page 18

    GAMBARAN KLINIS : Nekrosis lemak berupa massa keras yang sering agak

    nyeri tetapi tidak membesar. Kadang terdapat retraksi kulit dan batasnya tidak

    rata.

    DIAGNOSIS : Karena kebanyakan kanker payudara berkonsistensi keras, daerah

    yang mengalami nekrosis lemak dengan jaringan parut sulit untuk dibedakan

    dengan kanker jika hanya dari pemeriksaan fisik ataupun mammogram sekalipun.

    GAMBARAN HISTOPATOLOGIS : Terdapat nekrosis jaringan lemak yang

    kemudian menjadi fibrosis.

    PENATALAKSANAAN : Dengan biopsi jarum atau dengan tindakan

    pembedahan eksisi

  • Paper Tumor Jinak Pada Payudara 2012 Page 19

    KESIMPULAN

    1. Tumor jinak mamma ialah lesi jinak yang berasal dari dari parenkim,

    stroma, areola dan papilla mammae.

    2. Hampir semua etiologi tumor jinak payudara belum secara pasti. Namun,

    berbagai penelitian beranggapan pengaruh hormonal merupakan pemicu

    terjadinya tumor jinak payudara yang ada.

    3. Jenis-jenis tumor jinak payudara antara lain :

    a. Fibroadenoma mammae

    b. Kista mammae

    c. Papilloma intraduktus

    d. Kelainan fibrokistik

    e. Tumor filoides

    f. Adenosis sklerosis

    g. Galaktokel

    h. Mastitis

    i. Ductus ektasia

    j. Nekrosis lemak

  • Paper Tumor Jinak Pada Payudara 2012 Page 20

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Sjamsuhidajat, R, Wim de Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 3, Jakarta,

    EGC, 2010, hal : 475-478.

    2. Pierce A.G, Neil R.B, At a Glance Ilmu Bedah, Edisi 3, Jakarta, Erlangga,

    2007.

    3. Staf pengajar bagian ilmu bedah FKUI, Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah,

    Jakarta, Penerbit FKUI, 2010, hal : 324-326; 333-334.

    4. http:// emedicine.medscape.com/article/435779-overview

    5. http://www.holoogic.com/benign-breast-tumors/