Author
rudysyahputradaulay
View
61
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
tumor jinak payudara kiri
PRESENTASI KASUS
“Nn. R, 22 tahun dengan keluhan benjolan di payudara kiri”
DISUSUN OLEH
JUSTHESYA FITRIANI FAUZIAH PUTRINIM 030.07.128
PEMBIMBINGDr. Cahyo Novianto Sp.B (K) Onk
KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAHFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
RUMAH SAKIT TNI AL Dr. MINTOHARDJO
1
STATUS PASIEN PRESENTASI KASUSKEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTIRUMAH SAKIT TNI AL Dr. MINTOHARDJO
PERIODE 16 MARET 2015– 23 MEI 2015
I. IDENTITAS PASIEN
Nomor RM : 128458
Nama : Nn. Rika Amelia
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 22 tahun
Tanggal Lahir : 13 Oktober 1992
Alamat : Jl. Way Besar No. 18 RT 007/001 Tanjung
Duren Selatan Grogol, Petamburan, Jakarta
Agama : Islam
Status marital : Belum menikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Karyawati swasta
Tanggal Masuk RS : 23 Maret 2015
Ruang : Pulau Sibatik
II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 23 Maret 2015
pada pukul 11.50 WIB
KELUHAN UTAMA
Benjolan di payudara kiri
KELUHAN TAMBAHAN
Terasa nyeri di benjolan payudara kiri
2
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Os datang ke poliklinik RSAL Dr. Mintoharjo dengan keluhan adanya
benjolan di payudara kiri sudah lama yang semakin hari semakin
membesar ukurannya disertai rasa nyeri. Pasien mengakui tidak ada
demam, tidak ada mual dan muntah, tidak ada batuk-pilek, BAB dan BAK
normal.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Os tidak pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya, adanya
riwayat penyakit hipertensi dan kencing manis disangkal.
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Tidak ada keluarga os yang memiliki keluhan yang sama.
STATUS SOSIAL
Cukup
STATUS EKONOMI
Cukup
III. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
Kesadaran : Compos mentis
Kesan sakit : Tampak sakit sedang
Kesan gizi : Gizi Baik
Tanda vital
- Tekanan darah: 120/80 mmHg
- Nadi : 72 x/menit
- Suhu : 36,5°C
- Pernafasan : 20x/menit
3
Status generalis
Kepala : Normocephali, rambut hitam, distribusi merata.
o Wajah : simetris
o Mata : alis warna hitam, udem palpebra -/-, bulu mata berwarna
hitam, konjunctiva palpebra anemis -/-, sclera ikterik -/-, pupil bulat
isokor, refleks cahaya langsung +/+, refleks cahaya tidak langsung +/+
o Hidung : normosepti, deviasi septum (-), deformitas (-), sekret (-)
o Telinga : normotia, nyeri tekan tragus (-), nyeri tarik (-), serumen (-)
o Mulut : bibir simetris, sianosis (-), mukosa bibir basah, mukosa lidah
merah muda, tonsil T1-T1, kripta tidak melebar, detritus (-), faring
tidak hiperemis, oral higine baik
Leher : KGB tidak teraba membesar, deviasi trakea (-)
Thorax :
Paru:
o Inspeksi : Gerakan dada simetris kanan dan kiri
o Palpasi : Vocal fremitus simetris pada kedua lapang paru
o Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
o Auskultasi : Suara nafas vesikuler +/+, wheezing -/-, rhonki -/-
Jantung:
o Inspeksi : Pulsasi iktus cordis tidak terlihat jelas
o Palpasi : Iktus cordis teraba di ICS IV 1 cm medial dari linea
midclavicularis sinistra, thrill (-)
o Perkusi : Batas atas jantung redup setinggi ICS 3 linea
parasternal sinistra, batas kanan jantung redup setinggi ICS 3-5 linea
midclavicularis dextra, batas kiri jantung redup setinggi ICS V, 1 cm
medial linea midclavicularis kiri.
o Auskultasi : S1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen:
o Inspeksi : datar
o Auskultasi : bising usus (+)
4
o Palpasi : supel, nyeri tekan (-), nyeri tekan lepas (-),
ballottement (-)
o Perkusi : timpani, shifting dullness (-)
Genitalia:
Tidak dilakukan
Ekstremitas:
Superior dan Inferior:
o Inspeksi : simetris, deformitas (-), edema (-)
o Palpasi : akral hangat, tonus otot baik, edema (-)
Status Lokalis
DADA dan PAYUDARA
Region mammae sinistra : benjolan dengan konsistensi padat dengan
tepi tegas, disertai nyeri tekan.
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
Nama testTanggal
Pemeriksaan Satuan Nilai normal23/3/15Hasil
HematologiLeukosit 11.800 /ul 5.000-10.000Eritrosit 4,56 juta/ul 4,2-5,4Hemoglobin 13,9 g/dl 12-14Hematokrit 41 % 37-42Trombosit 315.000 ribu/ul 150.000-450.000
Kimia Darah
Gula Darah Sewaktu 97 mg/dl < 120
Masa Pendarahan 2’30’’ menitMasa Pembekuan 11’00’’ menit
5
USG
Ha
2. USG
o Kutis dan sub kutis baik
o Papilla tidak retraksi
o Jaringan fibroglanduler baik
o Tampak lesi bulat tegas pada mammae sinistra
o Jam 12/1 cm dan papilla dengan ukuran 11,2 x 22,5 mm
o Jam 3-4/3 cm dan papilla dengan ukuran 25,3 x 31,5 mm
o Tidak tampak pembesaran KGB axilla
Kesan :
kista padat mammae sinistra
FAM
V. DIAGNOSIS KERJA
Tumor Mammae Sinistra
VI. PENATALAKSANAAN
Eksisi Tumor pada hari kamis, 26 Maret 2015
VII. Laporan Operasi
Posisi pasien supine
Medan operasi ditutup dengan duk steril berlubang
Insisi
Eksisi tumor
o 4x3x3 cm
o 3x3x3 cm
o 2x2x1 cm
Pasang drainase subkutan
6
Jahit luka
Operasi selesai
Diagnose akhir post operasi : tumor mammae sinistra multiple
VIII. Follow Up
PemeriksaanTanggal
23 Maret 2015 26 Maret 2015
S KeluhanBenjolan pada payudara
kiri masih terasa nyeri
Benjolan di payudara kiri
(-), nyeri pada benjolan (-)
O
Keadaan
umum
Sakit sedang Tidak tampak sakit
Kesadaran Compos mentis Compos mentis
Tanda vital TD 120/80 mmHg, Nadi
72 x/m, RR 20 x/m, Suhu
36,5 oC
TD 139/77 mmHg, Nadi
72x/m, RR 20x/m, Suhu
36 oC
Kepala Normocephali Normocephali
Mata CA -/-; SI -/-; oedem -/- CA -/-; SI -/- ; oedem -/-
THT Tak ada keluhan Tidak ada keluhan
Paru Suara nafas vesikuler +/+,
wheezing -/-, rhonki -/-
Suara nafas vesikuler +/+,
wheezing -/-, rhonki -/-
Jantung S1 S2 reguler, murmur
(-), gallop (-)
S1 S2 reguler, murmur (-),
gallop (-)
Abdomen Datar, supel, nyeri tekan
(-),nyeri tekan lepas (-),
bising usus (+), shifting
dullness (-), timpani
Datar, supel, nyeri tekan
(-),nyeri tekan lepas (-),
bising usus (+), shifting
dullness (-), timpani
Status lokalis
payudara
Teraba benjolan
konsistensi padat dengan
tepi tegas dan nyeri tekan
Tidak teraba benjolan
A Diagnosis Tumor Mammae Sinistra Post op
P Terapi Eksisi tumor Ceftriaxon 1x1
Ketorolak 3x1 amp
7
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. DEFINISI
Tumor atau neoplasma secara umum di artikan sebagai benjolan atau
pembengkakan yang disebabkan pertumbuhan sel abnormal dalam tubuh.
Pertumbuhan tumor dapat bersifat ganas (malignan) atau jinak (benign).
Tumor jinak mammae ialah lesi jinak yang disebabkan pertumbuhan sel
abnormal yang dapat terjadi pada payudara.
2.1.a. ANATOMI DAN FISIOLOGI
8
Payudara sebagai kelenjar subkutis mulai tumbuh sejak minggu ke-enam masa
embrio, yaitu berupa penebalan ektodermal sepanjang garis yang disebut garis susu
yang terbentang dari aksila sampai ke regio inguinal. Dua pertiga dari garis tersebut
segera menghilang dan tinggal bagian dada saja yang berkembang menjadi cikal bakal
payudara. Beberapa hari setelah lahir, pada bayi, dapat terjadi pembesaran payudara
unilateral atau bilateral diikuti dengan sekresi cairan keruh. Keadaan yang disebut
mastitis neonatorum ini disebabkan oleh berkembangnya sistem duktus dan
tumbuhnya asinus serta vaskularisasi pada stroma yang dirangsang secara tidak
langsung oleh tingginya kadar estrogen ibu di dalam sirkulasi darah bayi. Setelah lahir
kadar hormon ini menurun, dan ini merangsang hipofisis untuk memproduksi
prolaktin. Prolaktin inilah yang menimbulkan perubahan payudara. Kelenjar susu
yang bentuknya bulat ini merupakan kelenjar kulit atau apendiks kulit yang terletak di
fascia pektoralis. Pada bagian lateral atasnya jaringan kelenjar ini keluar dari
bulatannya ke arah aksila, disebut penonjolan Spence atau ekor payudara. Setiap
payudara terdiri dari 12 sampai 20 lobulus kelenjar yang masing-masing mempunyai
saluran ke papilla mamma, yang disebut duktus laktiferus. Diantara kelenjar susu dan
fascia pektoralis, juga diantara kulit dan kelenjar tersebut mungkin terdapat jaringan
lemak. Diantara lobulus tersebut ada jaringan ikat yang disebut ligamentum Cooper
yang memberi rangka untuk payudara.
2.1.b. VASKULARISASI
9
Pendarahan payudara terutama berasal dari cabang a.perforantes anterior dari
a.mammaria interna, a.torakalis yang bercabang dari a.aksilaris, dan beberapa
a.interkostalis. Persarafan kulit payudara diurus oleh cabang pleksus servikalis dan
n.interkostalis. Jaringan kelenjar payudara sendiri diurus oleh saraf simpatik.
Penyaluran limfe dari payudara kurang lebih 75% ke aksila, sebagian lagi ke kelenjar
parasternal, terutama dari bagian yang sentral dan medial dan ada pula penyaluran
yang ke kelenjar interpektoralis. Di aksila terdapat rata-rata 50 (berkisar dari 10
sampai 90) buah kelenjar getah bening yang berada di sepanjang arteri dan vena
brakialis. Saluran limfe dari seluruh payudara mengalir ke kelompok anterior aksila,
kelompok sentral aksila, kelenjar aksila bagian dalam, yang lewat sepanjang
v.aksilaris dan yang berlanjut langsung ke kelenjar servikal bagian kaudal dalam di
supraklavikuler. Jalur limfe lainnya berasal dari daerah sentral dan medial yang selain
menuju ke kelenjar sepanjang pembuluh mammaria interna, juga menuju ke aksila
kontralateral, ke m.rectus abdominis lewat ligamentum falsifarum hepatis ke hati, ke
pleura, dan ke payudara kontralateral.
2.1.c. FISIOLOGI
Perkembangan payudara dan fungsinya dipengaruhi oleh Bermacam stimulus,
diantaranya stimulus dari estrogen, progesteron,prolaktin,oksitosin, hormon tiroid,
kortisol dan growth hormon.Terutama estrogen, progesteron, dan prolakltin telah
dibuktikanmemiliki efek tropik yangesensial dalam perkembangan dan
fungsipayudara normal. Estrogenmempengaruhi perkembangan duktus,sedangkan
progesteron berperandalam perubahan perkembanganepitel dan lobular. Prolaktin
adalahhormon primer yang menstimuluslaktogenesis pada akhir kehamilan dan pada
periode postpartum.Prolaktin meningkatkan regulasi reseptor hormondan
menstimulasiperkembangan epitel.
Payudara mengalami tiga macam perubahan yang dipengaruhi hormon.
Perubahan pertama ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas, masa
fertilitas, sampai ke klimakterium dan menopause. Sejak pubertas pengaruh estrogen
10
dan progesteron yang diproduksi ovarium dan juga hormon hipofise, telah
menyebabkan duktus berkembang dan timbulnya asinus. Perubahan kedua adalah
perubahan sesuai dengan daur menstruasi. Sekitar hari kedelapan menstruasi,
payudara jadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum menstruasi berikutnya
terjadi pembesaran maksimal. Kadang-kadang timbul benjolan yang tidak nyeri dan
tidak rata. Selama beberapa hari menjelang menstruasi, payudara menjadi tegang dan
nyeri sehingga pemeriksaan fisik, terutama palpasi, tidak mungkin dilakukan. Pada
waktu itu pemeriksaan foto mammogram tidak berguna karena kontras kelenjar terlalu
besar. Begitu menstruasi mulai, semuanya berkurang. Perubahan ketiga terjadi waktu
hamil dan menyusui. Pada kehamilan, payudara menjadi besar karena epitel duktus
lobularis dan duktus alveolus berproliferasi, dan tumbuh duktus baru.
Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior memicu (trigger) laktasi. Air
susu diproduksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan melalui
duktus ke puting susu.
2.2. JENIS-JENIS TUMOR JINAK PAYUDARA
11
a. Fibroadenoma Mammae
Fibroadenoma adalah lesi yang sering terjadi pada mammae. Setelah
menopause, tumor tersebut tidak lagi ditemukan.Fibroadenoma sering membesar
mencapai ukuran 1 atau 2 cm. Kadang fibroadenomatumbuh multiple (lebih 5 lesi
pada satu mammae), tetapi sangat jarang. Pada masaadolesens, fibroadenoma tumbuh
dalam ukuran yang besar. Pertumbuhan bisa cepat sekali selama kehamilan dan
laktasi atau menjelang menopause, saat ransangan estrogen meningkat.Nodul
Fibroadenoma sering soliter, mudah digerakkan dengan diameter 1 hingga 10
cm.Jarang terjadinya tumor yang multiple dan diameternya melebihi 10 cm
(giantfibroadenoma).
INSIDENS : Fibroadenoma merupakan neoplasma jinak yang terutama terdapat pada
wanita muda berusia 15-25 tahun. fibroadenoma terjadi secara asimptomatik pada
25% wanita.
ETIOPATOGENESIS : Etiologi dari fibroadenoma masih belum diketahui pasti tetapi
dikatakan bahwahipersensitivitas terhadap estrogen pada lobul dianggap menjadi
penyebabnya. Usiamenarche, usia menopause dan terapi hormonal termasuklah
kontrasepsi oral tidak merubah risiko terjadinya lesi ini. Faktor genetik juga dikatakan
tidak berpengaruh tetapiadanya riwayat keluarga (first-degree) dengan karsinoma
mammae dikatakanmeningkatkan risiko terjadinya penyakit ini.Fibroadenoma
mammae dianggap mewakili sekelompok lobus hiperplastik dari mammaeyang
12
dikenal sebagai “kelainan dari pertumbuhan normal dan involusi”.
Fibroadenomasering terbentuk sewaktu menarche (15-25 tahun), waktu dimana
struktur lobulditambahkan ke dalam sistem duktus pada mammae. Lobul hiperplastik
sering terjadi pada waktu ini dan dianggap merupakan bagian dari perkembangan
mammae.
GAMBARAN KLINIS : Biasanya wanita muda menyadari terdapatnya benjolan pada
payudara ketika sedang mandi atau berpakaian. Kebanyakan benjolan berdiameter 2-3 cm,
namun FAM dapat tumbuh dengan ukuran yang lebih besar (giant fibroadenoma). Pada
pemeriksaan, benjolan FAM kenyal dan halus. Benjolan tersebut tidak menimbulkan reaksi
radang (merah, nyeri, panas), mobile (dapat digerakkan) dan tidak menyebabkan pengerutan
kulit payudara ataupun retraksi puting (puting masuk). Benjolan tersebut berlobus-
lobus.Tumor ini tidak melekat pada jaringan sekitarnya sehingga mudah untuk
digerakkan dan Kadang-kadang fibroadenoma tumbuh multipel. Mayoritas tumor ini
terdapat pada kuadran lateral superior dari mammae. Biasanya fibroadenoma tidak
nyeri, namun kadang nyeri jika ditekan.
DIAGNOSIS : Diagnosa bisa ditegakkan melalui pemeriksaan fisik walaupun
dianjurkan juga untuk dilakukan aspirasi sitologi. Fine-needle aspiration (FNA)
sitologi merupakanmetode diagnosa yang akurat. Diagnosa fibroadenoma bisa
ditegakkan melalui gambaran klinik pada pasien usia mudadan karena itu,
mammografi tidak rutin dikerjakan. Fibroadenoma dapat dengan mudah didiagnosa
melalui Biopsi Aspirasi Jarum Halus (BAJAH) atau biopsi jarum dengan diameter yang lebih
besar (core needle biopsi).
13
GAMBARAN HISTOPATOLOGIS : Menunjukkan stroma fibroblastik longgar yang
terdiri dari ruang seperti saluran (ductlike) dilapisi epithelium yang terdiri dari
berbagai ukuran dan bentuk. Ductlike atau ruang glandular ini dilapisi dengan lapisan
sel tunggal ataumultiple yang regular dan berbatas tegas serta membran basalis yang
intak
PENATALAKSANAAN : Pada fibroadenoma dilakukan eksisi dibawah pengaruh
anestesi lokal atau general.Fibroadenoma residif setelah pengangkatan jarang terjadi.
Sekiranya berlaku rekurensi,terdapat beberapa faktor yang diduga berpengaruh.
Pertama, pembentukan dari trulymetachronous fibroadenoma. Kedua, asal dari tumor
tidak diangkat secara menyeluruhsewaktu operasi dan mungkin karena presentasi dari
tumor phyllodes yang tidak terdiagnosa
b. Kista Mammae
Kista adalah ruang berisi cairan yang dibatasi sel-sel glandular. Kista
terbentuk dari cairan yang berasal dari kelenjar payudara. Mikrokista terlalu kecil
untuk dapat diraba, Kista tidak dapat dibedakan dengan massa lain pada mammae
dengan mammografi atau pemeriksaan fisis dan ditemukan hanya bila jaringan
tersebut dilihat di bawah mikroskop. Jika cairan terus berkembang akan terbentuk
makrokista. Makrokista ini dapat dengan mudah diraba dan diameternya dapat
mencapai 1 sampai 2 inchi.
14
INSIDENS : Dikatakan bahwa kista ditemukan pada 1/3 dari wanita berusia antara 35
sampai 50 tahun. Secara klasik, kista dialami wanita perimenopausal antara usia 45
dan 52 tahun, walaupun terdapat juga insidens yang diluar batas usia ini terutamanya
pada individu yang menggunakan terapi pengganti hormon.
ETIOPATOGENESIS : Kista Mammae seperti fibroadenoma, kista mammae
merupakan suatu kelainan dari fisiologi normallobular. Penyebab utama terjadinya
kelainan ini masih belum diketahui pasti walaupunterdapat bukti yang mengaitkan
pembentukan kista ini dengan hiperestrogenism akibat penggunaan terapi pengganti
hormon. Patogenesis dari kista mammae ini masih belum jelas. Penelitian awal
menyatakan bahwa kista mammae terjadi karena distensi duktusatau involusi lobus.
Sewaktu proses ini terjadi, lobus membentuk mikrokista yang akan bergabung
menjadi kista yang lebih besar; perubahan ini terjadi karena adanya obstruksidari
aliran lobus dan jaringan fibrous yang menggantikan stroma.
GAMBARAN KLINIS : Karekteristik kista mammae adalah licin dan teraba kenyal
pada palpasi. Kista ini dapat juga mobil namun tidak seperti fibroadenoma. Gambaran
klasik dari kista ini bisa menghilang jika kista terletak pada bagian dalam mammae.
Jaringannormal dari nodular mammae yang meliputi kista bisa menyembunyikan
gambaran klasik dari lesi yakni licin semasa dipalpasi.Selama perkembangannya,
15
pelebaran yang terjadi pada jaringan payudara menimbulkan rasa nyeri. Benjolan
bulat yang dapat digerakkan dan terutama nyeri bila disentuh, mengarah pada kista.
DIAGNOSIS : Diagnosis kista mammae ditegakkan melalui pemeriksaan klinis dan
aspirasi sitologi. Jumlah cairan yangdiaspirasi biasanya antara 6 atau 8 ml. Cairan dari
kista bisa berbeda warnanya, mulai dari kuning pudar sampai hitam, kadang terlihat
translusen dan bisa juga kelihatan tebal dan bengkak. Mammografi dan ultrasonografi
juga membantu dalam penegakkan diagnosis tetapi pemeriksaan ini tidak begitu
penting bagi pasien yang simptomatik.
PENATALAKSANAAN : Eksisi merupakan tatalaksana bagi kista mammae. Namun
terapi ini sudah tidak dilakukan karena simple aspiration sudah memadai. Setelah
diaspirasi, kista akan menjadi lembek dan tidak teraba tetapi masih bisa dideteksi
dengan mammografi.Walaubagaimanapun, bukti klinis perlu bahwa tidak terdapat
massa setelah dilakukan aspirasi. Terdapat dua cardinal rules bagi menunjukkan
aspirasi kista berhasil yakni (1) massa menghilang secara keseluruhan setelah
diaspirasi dan (2) cairan yang diaspirasitidak mengandungi darah. Sekiranya kondisi
ini tidak terpenuhi, ultrasonografi, needle biopsy dan eksisi
direkomendasikan.Terdapat dua indikasi untuk dilakukan eksisi pada kista. Indikasi
pertama adalah sekiranya cairan aspirasi mengandungi darah ( selagi tidak disebabkan
oleh trauma dari jarum ), kemungkinan terjadinya intrakistik karsinoma yang sangat
jarang ditemukan. Indikasi kedua adalah rekurensi dari kista. Hal ini bisa terjadi
karena aspirasi yang tidak adekuat dan terapi lanjut perlu diberikan sebelum dilakukan
eksisi.
c. Papilloma Intraduktus
Papilloma Intraduktus merupakan tumor benigna pada epithelium duktus
mammae dimana terjadinya hipertrofi pada epithelium dan mioepithelial. Tumor ini
bisa terjadi disepanjang sistem duktus dan predileksinya adalah pada ujung dari sistem
duktus yaknisinus lactiferous dan duktus terminalis.
16
INSIDENS : Papilloma Intraduktus soliter sering terjadi pada wanita paramenopausal
atau postmenopausal dengan insidens tertinggi pada dekade ke enam.
ETIOPATOGENESIS : Etiologi dan patogenesis dari penyakit ini masih belum jelas.
Dari kepustakaan dikatakan bahwa, Papilloma Intraduktus ini terkait dengan
proliferasi dari epitel fibrokistik yang hiperplasia.
GAMBARAN KLINIS : Hampir 90% dari papilloma intraduktus adalah dari tipe
soliter. Papilloma Intraduktussoliter sering timbul pada duktus laktiferus dan hampir
70% dari pasien datang dengan nipple discharge yang serous dan bercampur darah.
Ada juga pasien yang datang dengan keluhan massa pada area subareola walaupun
massa ini lebih sering ditemukan pada pemeriksaan fisis. Massa yang teraba
sebenarnya adalah duktus yang berdilatasi.
GAMBARAN HISTOLOGI : Secara histologi, tumor ini terdiri dari papilla multipel
yang masing-masing terdiri darijaringan ikat yang dilapisi sel epitel kuboidal atau
silinder yang biasanyaterdiri dari dua lapisan terluar epitel menutupi lapisan
mioepitel.
PENATALAKSANAAN : Umumnya, pasien diterapi secara konservatif dan
papilloma serta nipple discharge dapat menghilang secara spontan dalam waktu
beberapa minggu. Apabila hal ini tidak berlaku,eksisi lokal duktus yang terkait bisa
dilakukan. Eksisi duktus terminal merupakan prosedur bedah pilihan sebagai
penatalaksanan nipple discharge. Pada prosedur ini,digunakan anestesi lokal dengan
atau tanpa sedasi. Tujuannnya adalah untuk eksisi dariduktus yang terkait dengan
nipple discharge dengan pengangkatan jaringan sekitar seminimal mungkin. Apabila
lesi benigna ini dicurigai mengalami perubahan kearahmaligna, terapi yang diberikan
adalah eksisi luas disertai radiasi.
17
d. Kelainan Fibrokistik
Penyakit fibrokistik atau dikenal juga sebagai mammary displasia adalah
benjolan payudara yang sering dialami oleh sebagian besar wanita. Benjolan ini harus
dibedakan dengan keganasan.Kelainan fibrokistik pada payudara adalah kondisi yang
ditandai penambahan jaringan fibrous dan glandular.
INSIDENS : Penyakit fibrokistik pada umumnya terjadi pada wanita berusia 25-50
tahun (>50%).
GAMBARAN KLINIS : Kelainan ini terdapat benjolan fibrokistik biasanya multipel,
keras, adanya kista, fibrosis, benjolan konsistensi lunak, terdapat penebalan, dan rasa
nyeri. Kista dapat membesar dan terasa sangat nyeri selama periode menstruasi karena
hubungannya dengan perubahan hormonal tiap bulannya. Wanita dengan kelainan
fibrokistik mengalami nyeri payudara siklik berkaitan dengan adanya perubahan
hormon estrogen dan progesteron. Biasanya payudara teraba lebih keras dan benjolan
pada payudara membesar sesaat sebelum menstruasi. Gejala tersebut menghilang
seminggu setelah menstruasi selesai. Benjolan biasanya menghilang setelah wanita
memasuki fase menopause.Pembengkakan payudara biasanya berkurang setelah
menstruasi berhenti.
DIAGNOSIS : Kelainan fibrokistik dapat diketahui dari pemeriksaan fisik,
mammogram, atau biopsi. Biopsi dilakukan terutama untuk menyingkirkan
kemungkinan diagnosis kanker. Perubahan fibrokistik biasanya ditemukan pada kedua
payudara baik di kuadran atas maupun bawah.
Evaluasi pada wanita dengan penyakit fibrokistik harus dilakukan dengan
seksama untuk membedakannya dengan keganasan. Apabila melalui pemeriksaan
fisik didapatkan benjolan difus (tidak memiliki batas jelas), terutama berada di bagian
atas-luar payudara tanpa ada benjolan yang dominan, maka diperlukan pemeriksaan
mammogram dan pemeriksaan ulangan setelah periode menstruasi berikutnya.
Apabila keluar cairan dari puting, baik bening, cair, atau kehijauan, sebaiknya
diperiksakan tes hemoccult untuk pemeriksaan sel keganasan. Apabila cairan yang
18
keluar dari puting bukanlah darah dan berasal dari beberapa kelenjar, maka
kemungkinan benjolan tersebut jinak.
PENATALAKSANAAN : Medikamentosa simptomatis, operasi apabila
medikamentosa tidak menghilangkan keluhannya dan ditemukan pada usia
pertengahan sampai usia lanjut.
e. Tumor Filoides (Kistosarkoma filoides)
Tumor filodes atau dikenal dengan kistosarkoma filodes adalah tumor
fibroepitelial yang ditandai dengan hiperselular stroma dikombinasikan dengan
komponen epitel. Tumor filodes umum terjadi pada dekade 5 atau 6. Benjolan ini
jarang bilateral (terdapat pada kedua payudara), dan biasanya muncul sebagai
benjolan yang terisolasi dan sulit dibedakan dengan FAM. Ukuran bervariasi,
meskipun tumor filodes biasanya lebih besar dari FAM, mungkin karena
pertumbuhannya yang cepat. Tumor filoides merupakan suatu neoplasma jinak yang
bersifat menyusup secara lokal dan mungkin ganas (10-15%). Pertumbuhannya cepat
dan dapat ditemukan dalam ukuran yang besar.
INSIDENS : Tumor ini terdapat pada semua usia, kebanyakan pada usia 45 tahun.
GAMBARAN KLINIS : Tumor filoides adalah tipe yang jarang dari tumor payudara,
yang hampir sama dengan fibroadenoma yaitu terdiri dari dua jaringan, jaringan
stroma dan glandular. Berbentuk bulat lonjong dengan permukaan berbenjol-benjol,
berbatas tegas dengan ukuran yang lebih besar dari fibroadenoma. Benjolan ini jarang
bilateral (terdapat pada kedua payudara), dan biasanya muncul sebagai benjolan yang
terisolasi dan sulit dibedakan dengan FAM. Ukuran bervariasi, meskipun tumor
filodes biasanya lebih besar dari FAM, mungkin karena pertumbuhannya yang cepat.
PENATALAKSANAAN : Tumor filoides jinak diterapi dengan cara melakukan
pengangkatan tumor disertai 2 cm (atau sekitar 1 inchi) jaringan payudara sekitar
yang normal. Sedangkan tumor filoides yang ganas dengan batas infiltratif mungkin
membutuhkan mastektomi (pengambilan jaringan payudara). Mastektomi sebaiknya
19
dihindari apabila memungkinkan. Apabila pemeriksaan patologi memberikan hasil
tumor filodes ganas, maka re-eksisi komplit dari seluruh area harus dilakukan agar
tidak ada sel keganasan yang tersisa.
f. Adenosis Sklerosis
Adenosis adalah temuan yang sering didapat pada wanita dengan kelainan
fibrokistik. Adenosis adalah pembesaran lobulus payudara, yang mencakup kelenjar-
kelenjar yang lebih banyak dari biasanya. Apabila pembesaran lobulus saling
berdekatan satu sama lain, maka kumpulan lobulus dengan adenosis ini kemungkinan
dapat diraba. Adenosis sklerotik adalah tipe khusus dari adenosis dimana pembesaran
lobulus disertai dengan parut seperti jaringan fibrous.
Banyak istilah lain yang digunakan untuk kondisi ini, diantaranya adenosis
agregasi, atau tumor adenosis. Sangat penting untuk digarisbawahi walaupun
merupakan tumor, namun kondisi ini termasuk jinak dan bukanlah kanker.
GAMBARAN KLINIS : Apabila adenosis dan adenosis sklerotik cukup luas sehingga
dapat diraba, dokter akan sulit membedakan tumor ini dengan kanker melalui
pemeriksaan fisik payudara. Perubahan histologis berupa proliferasi (proliferasi
duktus) dan involusi (stromal fibrosis, regresi epitel). Adenosis sklerosis dengan
karakteristik lobus payudara yang terdistorsi dan biasanya muncul pada mikrokista
multipel, tetapi biasanya muncul berupa massa yang dapat terpalpasi. Kalsifikasi
dapat terbentuk pada adenosis, adenosis sklerotik, dan kanker, sehingga makin
membingungkan diagnosis.
PENATALAKSANAAN : Biopsi melalui aspirasi jarum halus biasanya dapat
menunjukkan apakah tumor ini jinak atau tidak. Namun dengan biopsi melalui
pembedahan dianjurkan untuk memastikan tidak terjadinya kanker.
g. Galaktokel
Galaktokel adalah kista berisi susu yang terjadi pada wanita yang sedang
hamil atau menyusui ataudengan kata lain merupakan dilatasi kistik suatu duktus yang
20
tersumbat yang terbentuk selama masa laktasi. Galaktokel merupakan lesi benigna
yang luar biasa pada payudara dan merupakan timbunan air susu yang dilapisi oleh
epitel kuboid. Seperti kista lainnya, galaktokel tidak bersifat seperti kanker.
GAMBARAN KLINIS : Biasanya galaktokel tampak rata, Kista menimbulkan
benjolan yang nyeri dan mungkin pecah sehingga memicu reaksi peradangan lokal
serta dapat menyebabkan terbentuknya fokus indurasi persisten. Benjolan dapat
digerakkan, walaupun dapat juga keras dan susah digerakkan
DIAGNOSIS : Untuk menegakkan diagnosa dilakukan skrining sonografi, dimana
akan terlihat penyebaran dan kepadatan tumor tersebut.
PENATALAKSANAAN : Penatalaksanaan galaktokel dilakukan dengan aspirasi
jarum halus untuk mengeluarkan sekret susu. Pembedahan dilakukan jika kista terlalu
kentaldan sulit di aspirasi
h. Mastitis
Mastitis adalah infeksi yang sering menyerang wanita yang sedang menyusui
atau pada wanita yang mengalami kerusakan atau keretakan pada kulit sekitar puting.
21
ETIOPATOGENESIS : Kerusakan pada kulit sekitar puting tersebut akan
memudahkan bakteri dari permukaan kulit untuk memasuki duktus yang menjadi
tempat berkembangnya bakteri dan menarik sel-sel inflamasi. Sel-sel inflamasi
melepaskan substansi untuk melawan infeksi, namun juga menyebabkan
pembengkakan jaringan dan peningkatan aliran darah.
GAMBARAN KLINIS : Pada mastitis menyebabkan payudara menjadi merah, nyeri,
dan terasa hangat saat perabaan. Terkadang sukar dibedakan dengan karsinoma, yaitu
adanya massa berkonsistensi keras, bisa melekat ke kulit, dan menimbulkan retraksi
puting susu akibat fibrosis periduktal, dan bisa terdapat pembesaran kelenjar getah
bening aksila.
PENATALAKSANAAN : Pada mastitis dengan kondisi ini diterapi dengan
antibiotik. Pada beberapa kasus, mastitis berkembang menjadi abses atau kumpulan
pus yang harus dikeluarkan melalui pembedahan.
i.Ductus Ectasia
Ektasia duktus merupakan lesi benigna yang ditandai adanya pelebaran dan
pengerasan dari duktus.
INSIDENS : Ektasia duktus adalah kondisi yang biasanya menyerang wanita usia
sekitar 40 sampai 50 tahun dan di anggap sebagai variasi normal proses payudara
wanita usia lanjut.
GAMBARAN KLINIS : Adanya massa berupa ductus yang membesar dicirikan
dengan sekresi puting yang berwarna hijau atau hitam pekat, dan lengket. Pada puting
serta daerah disekitarnya akan terasa sakit serta tampak kemerahan.
PENATALAKSANAAN : Kondisi ini umumnya tidak memerlukan tindakan apapun,
atau dapat membaik dengan melakukan pengkompresan dengan air hangat dan obat-
22
obat antibiotik. Apabila keluhan tidak membaik, duktus yang abnormal dapat diangkat
melalui pembedahan dengan cara insisi pada tepi areola.
j. Nekrosis Lemak
Nekrosis lemak terjadi bila jaringan payudara yang berlemak rusak, bisa
terjadi spontan atau akibat dari cedera yang mengenai payudara. Ketika tubuh
berusaha memperbaiki jaringan payudara yang rusak, daerah yang mengalami
kerusakan tergantikan menjadi jaringan parut.
GAMBARAN KLINIS : Nekrosis lemak berupa massa keras yang sering agak nyeri
tetapi tidak membesar. Kadang terdapat retraksi kulit dan batasnya tidak rata.
DIAGNOSIS : Karena kebanyakan kanker payudara berkonsistensi keras, daerah
yang mengalami nekrosis lemak dengan jaringan parut sulit untuk dibedakan dengan
kanker jika hanya dari pemeriksaan fisik ataupun mammogram sekalipun.
GAMBARAN HISTOPATOLOGIS : Terdapat nekrosis jaringan lemak yang
kemudian menjadi fibrosis.
PENATALAKSANAAN : Dengan biopsi jarum atau dengan tindakan pembedahan
eksisi
23
KESIMPULAN
1. Tumor jinak mamma ialah lesi jinak yang berasal dari dari parenkim,
stroma, areola dan papilla mammae.
2. Hampir semua etiologi tumor jinak payudara belum secara pasti. Namun,
berbagai penelitian beranggapan pengaruh hormonal merupakan pemicu
terjadinya tumor jinak payudara yang ada.
3. Jenis-jenis tumor jinak payudara antara lain :
a. Fibroadenoma mammae
b. Kista mammae
c. Papilloma intraduktus
24
d. Kelainan fibrokistik
e. Tumor filoides
f. Adenosis sklerosis
g. Galaktokel
h. Mastitis
i. Ductus ektasia
j. Nekrosis lemak
DAFTAR PUSTAKA
1. Sjamsuhidajat, R, Wim de Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 3, Jakarta,
EGC, 2010, hal : 475-478.
2. Pierce A.G, Neil R.B, At a Glance Ilmu Bedah, Edisi 3, Jakarta, Erlangga,
2007.
3. Staf pengajar bagian ilmu bedah FKUI, Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah,
Jakarta, Penerbit FKUI, 2010, hal : 324-326; 333-334.
4. http:// emedicine.medscape.com/article/435779-overview
5. http://www.holoogic.com/benign-breast-tumors/
25
26