Transcript

MALUNION FRAKTUR 1/3 DISTAL FEMUR DEXTRA

MALUNION FRAKTUR 1/3 DISTAL HUMERUS DEXTRAPENYUSUNRadi Tri HadrianAndi Eka Steffy Y PEMBIMBING dr.Heri SP.OT STATUS PASIENIDENTITAS PASIEN

Nama: Tn. JunaediUsia: 29 tahunJenis Kelamin: Laki-LakiAlamat: Jl. Sindang JayaStatus : Belum Menikah

ANAMNESISDiambil dari autoanamnesis tanggal 21Juni 2015

Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang Ke RS Dradjat Prawiranegara dengan keluhan terdapat fraktur pada tangan kanan sejak 2 hari SMRS. Pasien mengatakan tidak terdapat nyeri pada tangan kanan yang fraktur.Dan pasien mengatakan tangan kanan tidak dapat digerakan. Pasien mengatakan sebelumnya sudah melakukan operasi operasi 2 tahun yang lalu pada tangan yang fraktur. Dan pada fraktur kali ini tidak di ketahui oleh pasien karena apa. Pasien menyangkal pernah jatuh, pernah di urut, dan terkena benda tumpul.Riwayat Penyakit Dahulu :Os mengaku 2 tahun lalu pernah di operasi sama dengan diagnosis yang sekarang ini.

Riwayat Penyakit Keluarga :Tidak ada keluarga yang menderita penyakit yang sama. Riwayat penyakit hipertensi,kencing manis, asma dan keganasan pada anggota keluarga disangkal oleh OS

PEMERIKSAAN FISIKKeadaan Umum : tampak baikKesadaran: compos mentisTanda-tanda vital: Tekanan Darah : 120/70 mmHg Nadi : 88x/menit Pernapasan: 20x/menit Suhu: 36CStatus Generalis :Kepala Normocephali, rambut hitam dengan distribusi merata, tidak mudah dicabut, tidak terdapat jejas maupus benjolanMata Bentuk normal, simetris, pupil bulat dan isokor, conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya langsung (+/+), refleks cahaya tidak lagsung (+/+).TelingaNormotia, liang telinga lapang, tidak hiperemis, sekret (-/-), serumen (+/+), membran timpani utuh, benda asing (-/-).HidungBentuk normal, tidak ada deformitas, septum deviasi (-), konka hipertrofi (-/-), tidak hiperemis, sekret (-/-).MulutBibir luka (-), hematom (-), trismus (-), gigi- geligi dalam batas normal, oral hygiene baik.LeherInpeksi : jejas (-), oedem (-), hematom (-)Palpasi :Bentuk normal , tidak teraba pembesaran KGB dan tiroid, nyeri tekan (-)ThoraxParu ParuInspeksi : gerak napas kanan dan kiri simetris, retraksi sela iga (-/-), jejas (-),oedem (-), hematom (-), deformitas (-)Palpasi: vocal fremitus simetris kiri dan kanan, nyeri tekan (-/-)Perkusi : sonor di kedua lapang paruAuskultasi: suara nafas vesikuler kanan dan kiri, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)Jantung Auskultasi : bunyi jantung I-II murni reguler, gallop (-), murmur (-)AbdomenInspeksi : datar, jejas (-), hematom (-), oedem (-)Auskultasi : bising usus (+)Palpasi : supel, nyeri tekan dinding perut (-), defense muscular (-)Perkusi : timpani, shifting dullness (-)GenitaliaTidak ada jejas, tidak terdapat nyeri

EkstremitasDBN

Status LokalisStatus lokalis regio humerus dekstra :Look :(+) pembengkakan di tungkai atas kanan; (-) angulasi; (-) rotasi; terdapat closed frakturFeel :(+) tidak terdapat nyeri tekan pada fraktur tersebut

Move :(-) aktif terbatasDiagnosis SementaraFraktur tertutup Humerus dekstra 1/3 distalLABORATORIUM

Tanggal 21 Juli 2015, HematologiHb: 13,7(13,7-17,5 g/dl)Leukosit : 8.150(4.200-9.100/ul)Hematokrit: 42,2(40-51 %)Trombosit: 374.000(163.000-337.000/ul)

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Dilakukan foto rontgen regio humerus dextra

PENATALAKSANAANLakukan operasi

Dan Observasi

PROGNOSISAd Vitam : ad bonamAd Fungsionam : dubia ad bonamAd Sanationam : dubia ad bonamTinjauan PustakaDefinisiFraktur humerus adalah hilangnya kontinuitas tulang , tulang rawan sendi,tulang rawan epifisial baikyang bersifat total maupun parsial pada tulang humerus.

EtiologiKebanyakan fraktur dapat saja terjadi karena kegagalan tulang humerus menahan tekanan terutama tekanan membengkok, memutar, dan tarikan. Trauma dapat bersifat2:LangsungTrauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada tulang dan terjadi fraktur pada daerah tekanan. Fraktur yang terjadi biasanya bersifat kominutif dan jaringan lunak ikut mengalami kerusakan.

Tidak langsungTrauma tidak langsung terjadi apabila trauma dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari daerah fraktur.

Tekanan pada tulang dapat berupa2:Tekanan berputar yang menyebabkan fraktur bersifat oblik atau spiralTekanan membengkok yang menyebabkan fraktur transversalTekanan sepanjang aksis tulang yang dapat menyebabkan fraktur impaksi, dislokasi, atau fraktur dislokasiKompresi vertikal yang dapat menyebabkan fraktur kominutif atau memecahTrauma oleh karena remukTrauma karena tarikan pada ligament atau tendon akan menarik sebagian tulang

Klasifikasi

Fraktur humerus dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Fraktur Proximal HumerusFraktur Shaft HumerusFraktur Distal Humerus Komplikasia. Early : Lokal :- Vaskuler : compartement syndromeTrauma vaskuler- Neurologis : lesi medulla spinalis atau saraf perifer sistemik : emboli lemak- Crush syndromeEmboli paru dan emboli lemak

b. Late :- Malunion : Bila tulang sembuh dengan fungsi anatomis abnormal (angulasi, perpendekan, atau rotasi) dalam waktu yang normal- Delayed union : Fraktur sembuh dalam jangka waktu yang lebih dari normal- Nonunion : Fraktur yang tidak menyambung dalam 20 minggu- Kekakuan sendi/kontraktur

PenatalaksanaanTerapi konservatif : ProteksiReposisi tertutup dan fiksasi dengan gipsTraksi

Terapi operatif ORIF

Indikasi ORIF :- Fraktur yang tidak bisa sembuh atau bahaya avasculair necrosis tinggi- Fraktur yang tidak bisa direposisi tertutup- Fraktur yang dapat direposisi tetapi sulit dipertahankan- Fraktur yang berdasarkan pengalaman memberi hasil yang lebih baik dengan operasi- Excisional ArthroplastyMembuang fragmen yang patah yang membentuk sendi- Excisi fragmen dan pemasangan endoprosthesisDilakukan excisi caput femur dan pemasangan endoprosthesis MooreTindakan debridement dan posisi terbuka

Penyembuhan fraktur :Fase Peradangan : Pada saat fraktur ada fase penjendalan dan nekrotik di ujung atau sekitar fragmen fraktur, proses peradangan akut faktor eksudasi dan cairan yang kaya protein ini merangsang lekosit PMN dan Makrofag yang fungsinya fagositosis jendalan darah dan jaringan nekrotik

Fase Proliferasi : Akibat jendalan darah 1 2 hari terbentuk fibrin yang menempel pada ujung ujung fragmen fraktur, dimana fibrin ini berfungsi sebagai anyaman untuk perlekatan sel sel yang baru tumbuh sehingga terjadi neovaskularisasi dan terbentuk jaringan granulasi atau procallus yang semakin lama semakin memadat sehingga terjadi fibrocartilago callus yabg bertambah banyak dan terbentuklah permanen callus yang tergantung banyak atau sedikitnya celah pada fraktur.

Fase Remodelling Permanen callus diserap dan diganti dengan jaringan tulang sedangkan sisanya direabsorbsi sesuai dengan bentuk dan anatomis semula.

Prinsip Penanganan FrakturPrinsip-prinsip tindakan/penanganan fraktur meliputi reduksi, imobilisasi, dan pengembalianfungsi dan kekuatan normal dengan rehabilitasiReduksi, yaitu : restorasi fragmen fraktur sehingga didapati posisi yang dapat diterima.Reduksi fraktur (setting tulang) berarti mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya dan posisi anatomis normal.Metode reduksi :Reduksi tertutup, pada kebanyakan kasus reduksi tertutup dilakukan dengan mengembalikan fragmen tulang ke posisinya (ujung-ujungnya saling berhubungan) dengan Manipulasi dan Traksi manual. Sebelum reduksi dan imobilisasi, pasien harus dimintakan persetujuan tindakan, analgetik sesuai ketentuan dan bila diperlukan diberi anestesia. Ektremitas dipertahankan dalam posisi yang diinginkan sementara gips, bidaiatau alat lain dipasang oleh dokter. Alat imobilisasi akan menjaga reduksi danmenstabilkan ektremitas untuk penyembuhan tulang. Rontgen harus dilakukan untukmengetahui apakah fragmen tulang telah dalam kesejajaran yang benar.TraksiTraksi dapat digunakan untuk mendapatkan efek reduksi dan imobilisasi. Beratnya traksidisesuaikan dengan spasme otot yang terjadi. Secara umum traksi dilakukan dengan menempatkan beban dengan tali pada ekstermitas pasien. Tempat tarikan disesuaikansedemikian rupa sehingga arah tarikan segaris dengan sumbu panjang tulang yang patahMetode pemasangan traksi antara lain :a. Traksi manualTujuannya adalah perbaikan dislokasi, mengurangi fraktur, dan pada keadaan emergencyb. Traksi mekanik, ada 2 macam :- Traksi kulit (skin traction)Dipasang pada dasar sistem skeletal untuk sturktur yang lain misal otot. Digunakan dalam waktu 4 minggu dan beban < 5 kg.- Traksi skeletalMerupakan traksi definitif pada orang dewasa yang merupakan balanced traction.Dilakukan untuk menyempurnakan luka operasi dengan kawat metal / penjepitmelalui tulang / jaringan metal.Kegunaan pemasangan traksi antara lain:Mengurangi nyeri akibat spasme otot

Memperbaiki & mencegah deformitas

Immobilisasi

Difraksi penyakit (dengan penekanan untuk nyeri tulang sendi)

Mengencangkan pada perlekatannya

Prinsip pemasangan traksi :Tali utama dipasang di pin rangka sehingga menimbulkan gaya tarik.

Berat ekstremitas dengan alat penyokong harus seimbang dengan pemberat agarreduksi dapat dipertahankanPada tulang-tulang yang menonjol sebaiknya diberi lapisan khusus.Traksi dapat bergerak bebas dengan katrol.Pemberat harus cukup tinggi di atas permukaan lantai. Traksi yang dipasang harusbaik dan terasa nyaman.Reduksi terbuka, pada fraktur tertentu memerlukan reduksi terbuka. Denganpendekatan bedah, fragmen tulang direduksi. Alat fiksasi interna dalam bentuk pin,kawat, sekrup, palt, paku atau batangan logam dapat digunakan untuk mempertahan kanfragmen tulang dalam posisinya sampai penyembuhan tulang yang solid terjadi

NON UNIONKegagalan penyatuan fragmen fraktur sepenuhnya. Setelah periode penyatuan yang jauh lebih lama daripada periode normalAda 2 tipe : 1. Fibrous non unionHanya terjadi penyatuan jaringan fibrosa. Masih dimungkinkan adanya potensi penyatuan tulang jika diimobilisasi secara rigid dalam waktu yang cukup dan penghambat penyembuhan fraktur seperti infeski diberantas. Jika pada pemeriksaan radiologis didapatkan ujung tulangyang sklerosis, ahli bedah harus mengindkusi penyatuan dengan cangkok tulang autogen2. Psedu arthrosis Gerakan terus-menerus pada fragmen fraktur merangsang pembentukan sendi palsu (pseudo arthrosis ) yang komplit dengan kapsul yang menyerupai kapsul synovial ( rongga lengkap dengan cairannya ). Non union yang terjadi tidak dapat disatukan bahkan dengan imobilisasi yang lama sehingga dibutuhkan cangkok tulang. Cangkok tulang konselus autogen lebih efektif daripada cangkok kortex luas.

Penyebab :Distraksi dan pemisahan fragmenInterposisi jaringan lunak diantara fragmen-fragmenTerlalu banyak gerakkan pada garis frakturPersendian darah lokal buruk

Gejala klinis :Biasanya terdapat riwayat cedera, diikuti dengan ketidakmampuan menggunakan tungkai yang mengalami cedera. Nyeri, memar dan pembengkakkan adalah gejala yang sering ditemukan, tetapi gejala itu tidak membedakan fraktur dari cedera jaringan lunak. Deformitas jauh lebih mendukung.DELAYED UNIONJika interval waktu antara terjadinya trauma dan waktu penyambungan tulang telah cukup tetapi berdasarkan hasil rontgen dan gejala klinis tulang masih belum menyatu.Faktor-faktor yang menjadi penyebab antara lain:Reduksi yang tidak adekuatGangguan jaringan lunakImobilisasi yang tidak adekuatGangguan pembentukan tulangManajemen pembedahan yang kurang baikFiksasi interna yang tidak adekuatMALUNIONFragmen tulang menyatu pada posisi yang tidak memuaskan (angulasi, rotasi atau pemendekkan yang tidak dapat diterima)Faktor penyebab :Tidak tereduksinya fraktur secara cukupKegagalan mempertahankan reduksi ketika terjadi penyembuhanKolaps yang berangsur-angsur pada tulang yang osteoporotik atau kominutifTerapiPada orang dewasa, fraktur harus direduksi sedekat mungkin dengan posisi anatomis. Angulasi lebih dari 15 derajat pada tulang panjang atau deformitas rotasional yang nyata mungkin membutuhkan koreksi dengan manipulasi ulang atau membutuhkan osteoptomi dan fiksasi internal.Pada anak-anak, deformitas sudut dekat ujung tulang biasanya akan berubah bentuknya sejalan dengan waktu, sedang deformitas rotasional tidakPada tungkai bawah, pemendekkan lebih dari 2,5 cm jarang dapat diterima oleh pasien dan prosedur pemanjangan tungkai dapat diindikasikan.

DAFTAR PUSTAKARasjad, Chairuddin, 2003. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Penerbit Bintang Lamumpatue Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Makassar, Hal: 149-153Apley, A. G. Dan Louis Solomon, 1995. Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley, Edisi Ketujuh. Penerbit Widya Medika, JakartaAnonim, fraktur femur. Dalam kumpulan Kuliah Ilmu bedah Khusus, Aksara Medisina FK UI< Jakarta, 1987.Anonim, Fraktur. Dalam Buku Ajar Ilmu Bedah, Editor : Sjamsihidajat, Wim de Jong, EGC, Jakarta, 1997.Harrelson J.M, Ortopedi Umum. Dalam Buku Ajar Ilmu Bedah Sabiston. Editor : dr. Devi H, Alih bahasa : De Petrus A, EGC, Jakarta, 1994.Jergesen F. H., Ortopedi. Dalam Ilmu Bedah (Handbook of Surgery), Editor : Theodore R. Schrock, Alih bahasa : Adji Dharma, Petrus, Gunawan, EGC, Jakarta, 1995.

TERIMA KASIH