Refrat Fraktur Humerus

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/11/2019 Refrat Fraktur Humerus

    1/45

    REFERATREHABILITASI MEDIK

    FRAKTUR HUMERI

    Pembimbing:

    dr. K. Kusumawati , Sp.RM

    Disusun Oleh:

    Jaka Hermawan J5000100092

    Devi Handayani J5000100080

    KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN REHABILITASI MEDIK

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

    2014

  • 8/11/2019 Refrat Fraktur Humerus

    2/45

  • 8/11/2019 Refrat Fraktur Humerus

    3/45

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Fraktur humerus merupakan diskontinuitas jaringan tulang humerus. Fraktur

    tersebut umumnya disebabkan oleh trauma. Selain dapat menimbulkan patah

    tulang (fraktur), trauma juga dapat mengenai jaringan lunak sekitar tulang

    humerus tersebut, misalnya vulnus (luka), perdarahan, memar (kontusio),

    regangan atau robek parsial (sprain), putus atau robek (avulsi atau ruptur),

    gangguan pembuluh darah, dan gangguan saraf (neuropraksia, aksonotmesis,

    neurolisis).1

    Setiap fraktur dan kerusakan jaringan lunak sekitar tulang tersebut harus

    ditanggulangi sesuai dengan prinsip penanggulangan cedera muskuloskeletal.

    Prinsip tersebut meliputi rekognisi (mengenali), reduksi (mengembalikan),

    retaining (mempertahankan), dan rehabilitasi.1,2

    Agar penanganannya baik, perlu diketahui kerusakan apa saja yang terjadi,

    baik pada tulang maupun jaringan lunaknya. Mekanisme trauma juga sangat

    penting untuk diketahui.1

  • 8/11/2019 Refrat Fraktur Humerus

    4/45

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Anatomi Humerus dan Jaringan Sekitarnya

    Humerus (arm bone) merupakan tulang terpanjang dan terbesar dari

    ekstremitas superior. Tulang tersebut bersendi pada bagian proksimal dengan

    skapula dan pada bagian distal bersendi pada siku lengan dengan dua tulang, ulna

    dan radius.3

    Ujung proksimal humerus memiliki bentuk kepala bulat (caput humeri) yang

    bersendi dengan kavitas glenoidalis dari scapula untuk membentuk articulatio

    gleno-humeri. Pada bagian distal dari caput humeri terdapat collum anatomicum

    yang terlihat sebagai sebuah lekukan oblik. Tuberculum majus merupakan sebuah

    proyeksi lateral pada bagian distal dari collum anatomicum. Tuberculum majus

    merupakan penanda tulang bagian paling lateral yang teraba pada regio bahu.

    Antara tuberculum majus dan tuberculum minus terdapat sebuah lekukan yang

    disebut sebagai sulcus intertubercularis. Collum chirurgicum merupakan suatu

    penyempitan humerus pada bagian distal dari kedua tuberculum, dimana caput

    humeri perlahan berubah menjadi corpus humeri. Bagian tersebut dinamakan

    collum chirurgicum karena fraktur sering terjadi pada bagian ini.3

    Corpus humeri merupakan bagian humerus yang berbentuk seperti silinder

    pada ujung proksimalnya, tetapi berubah secara perlahan menjadi berbentuk

    segitiga hingga akhirnya menipis dan melebar pada ujung distalnya. Pada bagian

    lateralnya, yakni di pertengahan corpus humeri, terdapat daerah berbentuk huruf

    V dan kasar yang disebut sebagai tuberositas deltoidea. Daerah ini berperan

    sebagai titik perlekatan tendon musculus deltoideus.3

    Beberapa bagian yang khas merupakan penanda yang terletak pada bagian

    distal dari humerus. Capitulum humeri merupakan suatu struktur seperti tombol

    bundar pada sisi lateral humerus, yang bersendi dengan caput radii. Fossa radialis

    merupakan suatu depresi anterior di atas capitulum humeri, yang bersendi dengan

    caput radii ketika lengan difleksikan. Trochlea humeri, yang berada pada sisi

    medial dari capitulum humeri, bersendi dengan ulna. Fossa coronoidea merupakan

  • 8/11/2019 Refrat Fraktur Humerus

    5/45

    suatu depresi anterior yang menerima processus coronoideus ulna ketika lengan

    difleksikan. Fossa olecrani merupakan suatu depresi posterior yang besar yang

    menerima olecranon ulna ketika lengan diekstensikan. Epicondylus medialis dan

    epicondylus lateralis merupakan suatu proyeksi kasar pada sisi medial dan lateral

    dari ujung distal humerus, tempat kebanyakan tendon otot-otot lengan menempel.

    Nervus ulnaris, suatu saraf yang dapat membuat seseorang merasa sangat nyeri

    ketika siku lengannya terbentur, dapat dipalpasi menggunakan jari tangan pada

    permukaan kulit di atas area posterior dari epicondylus medialis.3

    Berikut ini merupakan tabel tentang saraf dan otot yang menggerakkan

    humerus.

    Tabel 2.1. Saraf dan Otot yang Menggerakkan Humerus4

    Otot Origo Insertio Aksi Persarafan

    Otot-Otot Aksial yang Menggerakkan Humerus

    M. pectoralis

    major

    Clavicula,

    sternum,

    cartilago

    costalis II-

    VI,

    terkadang

    cartilago

    costalis I-VII

    Tuberculum

    majus dan

    sisi lateral

    sulcus

    intertubercul

    aris dari

    humerus

    Aduksi dan

    merotasi medial

    lengan pada sendi

    bahu; kepala

    clavicula

    memfleksikan

    lengan dan kepala

    sternocostal

    mengekstensikan

    lengan yang fleksi

    tadi ke arah truncus

    Nervus

    pectoralis

    medialis dan

    lateralis

    M. latissimus

    dorsi

    Spina T7-L5,

    vertebrae

    lumbales,

    crista sacralis

    dan crista

    iliaca, costa

    Sulcus

    intertubercul

    aris dari

    humerus

    Ekstensi, aduksi,

    dan merotasi

    medial lengan pada

    sendi bahu;

    menarik lengan ke

    arah inferior dan

    Nervus

    thoracodorsalis

  • 8/11/2019 Refrat Fraktur Humerus

    6/45

    IV inferior

    melalui

    fascia

    thoracolumb

    alis

    posterior

    Otot-Otot Scapula yang Menggerakkan Humerus

    M. deltoideus Extremitas

    acromialis

    dari

    clavicula,

    acromion

    dari scapula

    (serat

    lateral), dan

    spina

    scapulae

    (serat

    posterior)

    Tuberositas

    deltoidea dari

    humerus

    Serat lateral

    mengabduksi

    lengan pada sendi

    bahu; serat anterior

    memfleksikan dan

    merotasi medial

    lengan pada sendi

    bahu, serat

    posterior

    mengekstensikan

    dan merotasi lateral

    lengan pada sendi

    bahu.

    Nervus axillaris

    M.

    subscapularis

    Fossa

    subscapularis

    dari scapula

    Tuberculum

    minus dari

    humerus

    Merotasi medial

    lengan pada sendi

    bahu

    Nervus

    subscapularis

    M.

    supraspinatus

    Fossa

    supraspinata

    dari scapula

    Tuberculuum

    majus dari

    humerus

    Membantu M.

    deltoideus

    mengabduksi pada

    sendi bahu

    Nervus

    subscapularis

    M.

    infraspinatus

    Fossa

    infraspinata

    dari scapula

    Tuberculum

    majus dari

    humerus

    Merotasi lateral

    lengan pada sendi

    bahu

    Nervus

    suprascapularis

    M. teres Angulus Sisi medial Mengekstensikan Nervus

  • 8/11/2019 Refrat Fraktur Humerus

    7/45

    major inferior dari

    scapula

    sulcus

    intertubercul

    aris

    lengan pada sendi

    bahu dan

    membantu aduksi

    dan rotasi medial

    lengan pada sendi

    bahu

    subscapularis

    M. teres

    minor

    Margo

    lateralis

    inferior dari

    scapula

    Tuberculum

    majus dari

    humerus

    Merotasi lateral dan

    ekstensi lengan

    pada sendi bahu

    Nervus axillaris

    M.

    coracobrachi

    alis

    Processus

    coracoideus

    dari scapula

    Pertengahan

    sisi medial

    dari corpus

    humeri

    Memfleksikan dan

    aduksi lengan pada

    sendi bahu

    Nervus

    musculocutaneus

    Gambar 2.1. Tampilan Anterior Humerus5

    Anatomic neck

  • 8/11/2019 Refrat Fraktur Humerus

    8/45

    Gambar 2.2. Tampilan Posterior Humerus5

    Gambar 2.3. Tampilan Anterior Saraf di Sekitar Humerus5

    Anatomic neck

  • 8/11/2019 Refrat Fraktur Humerus

    9/45

    Gambar 2.4. Tampilan Lateral Saraf di Sekitar Humerus5

    Gambar 2.5. Tampilan Aliran Darah di Sekitar Humerus5

  • 8/11/2019 Refrat Fraktur Humerus

    10/45

    Di bagian posterior tengah humerus, melintas nervus radialis yang

    melingkari periosteum diafisis humerus dari proksimal ke distal dan mudah

    mengalami cedera akibat patah tulang humerus bagian tengah. Secara klinis, pada

    cedera nervus radialis didapati ketidakmampuan melakukan ekstensi pergelangan

    tangan sehingga pasien tidak mampu melakukan fleksi jari secara efektif dan tidak

    dapat menggenggam.1

    Gambar 2.6. Nervus Radialis dan Otot-Otot yang Disarafinya6

  • 8/11/2019 Refrat Fraktur Humerus

    11/45

    2.2. Fraktur Humerus

    2.2.1. Defenisi

    Fraktur humerus adalah hilangnya kontinuitas tulang , tulang rawan sendi,

    tulang rawan epifisial baik yang bersifat total maupun parsial pada tulang

    humerus.2

    2.2.2. Etiologi

    Kebanyakan fraktur dapat saja terjadi karena kegagalan tulang humerus

    menahan tekanan terutama tekanan membengkok, memutar, dan tarikan.2

    Trauma dapat bersifat2:

    1. Langsung

    Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada tulang dan terjadi

    fraktur pada daerah tekanan. Fraktur yang terjadi biasanya bersifat kominutif

    dan jaringan lunak ikut mengalami kerusakan.

    2.

    Tidak langsung

    Trauma tidak langsung terjadi apabila trauma dihantarkan ke daerah yang

    lebih jauh dari daerah fraktur.

    Tekanan pada tulang dapat berupa2:

    1.

    Tekanan berputar yang menyebabkan fraktur bersifat oblik atau spiral

    2. Tekanan membengkok yang menyebabkan fraktur transversal

    3. Tekanan sepanjang aksis tulang yang dapat menyebabkan fraktur impaksi,

    dislokasi, atau fraktur dislokasi

    4. Kompresi vertikal yang dapat menyebabkan fraktur kominutif atau memecah

    5.

    Trauma oleh karena remuk

    6.

    Trauma karena tarikan pada ligament atau tendon akan menarik sebagian

    tulang

    2.2.3. Epidemiologi

    Di Amerika Serikat, fraktur diafisis humerus terjadi sebanyak 1,2% kasus

    dari seluruh kejadian fraktur, dan fraktur proksimal humerus terjadi sebanyak

    5,7% kasus dari seluruh fraktur.7

    Sedangkan kejadian fraktur distal humerus

  • 8/11/2019 Refrat Fraktur Humerus

    12/45

    terjadi sebanyak 0,0057% kasus dari seluruh fraktur.8Walaupun berdasarkan data

    tersebut fraktur distal humerus merupakan yang paling jarang terjadi, tetapi telah

    terjadi peningkatan jumlah kasus, terutama pada wanitu tua dengan osteoporosis.8

    Fraktur proksimal humerus sering terjadi pada usia dewasa tua dengan

    umur rata-rata 64,5 tahun. Sedangkan fraktur proksimal humerus merupakan

    fraktur ketiga yang paling sering terjadi setelah fraktur pelvis dan fraktur distal

    radius. Fraktur diafisis humerus lebih sering pada usia yang sedikit lebih muda

    yaitu pada usia rata-rata 54,8 tahun.7

    2.2.4. Klasifikasi

    Fraktur humerus dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

    1.

    Fraktur Proximal Humerus

    2. Fraktur ShaftHumerus

    3. Fraktur Distal Humerus

    2.2.4.1. Fraktur Proksimal Humerus(9,10)

    Pada fraktur jenis ini, insidensinya meningkat pada usia yg lebih tua yang terkait

    dengan osteoporosis. Perbandingan wanita dan pria adalah 2:1.

    Mekanisme trauma pada orang dewasa tua biasa dihubungkan dengan

    kerapuhan tulang (osteoporosis). Pada pasien dewasa muda, fraktur ini dapat

    terjadi karena high-energy trauma, contohnya kecelakaan lalu lintas sepeda

    motor. Mekanisme yang jarang terjadi antara lain peningkatan abduksi bahu,

    trauma langsung, kejang, proses patologis: malignansi.

    Gejala klinis pada fraktur ini adalah nyeri, bengkak, nyeri tekan, nyeri pada

    saat digerakkan, dan dapat teraba krepitasi. Ekimosis dapat terlihat dinding dada

    dan pinggang setelah terjadi cedera. Hal ini harus dibedakan dengan cedera

    toraks.

  • 8/11/2019 Refrat Fraktur Humerus

    13/45

    MenurutNeer, proksimal humerus dibentuk oleh 4 segmen tulang:

    1. Caput/kepala humerus

    2.

    Tuberkulum mayor

    3. Tuberkulum minor

    4. Diafisis ataushaft

    Klasifikasi menurutNeer,antara lain:

    1. One-part fracture: tidak ada pergeseran fragmen, namun terlihat garis fraktu

    2. Two-part fracture:

    anatomic neck

    surgical neck

    Tuberculum mayor

    Tuberculum minor

    3. Three-part fracture :

    Surgical neckdengan tuberkulum mayor

    Surgical neckdengan tuberkulum minus

    4. Four-part fracture

    5. Fracture-dislocation

    6. Articular surface fracture

  • 8/11/2019 Refrat Fraktur Humerus

    14/45

    I

    MINIMAL DISPLACEMENT

    II

    ANATOMICAL NECK

    III

    SURGICALL NECK

    IV

    GREATER TUBEROSITY

    V

    LESSER TUBEROSITY

    VI

    FRACTURE DISLOCATION

    ARTICULAR SURFACE

    2-PART 3-PART 4-PART

  • 8/11/2019 Refrat Fraktur Humerus

    15/45

    2.2.4.2. Fraktur Shaft Humerus(9)

    Fraktur ini adalah fraktur yang sering terjadi. 60% kasus adalah fraktur

    sepertiga tengah diafisis, 30% fraktur sepertiga proximal diafisis dan 10%

    sepertiga distal diafisis. Mekanisme terjadinya trauma dapat secara langsung

    maupun tidak langsung.

    Gejala klinis pada jenis fraktur ini adalah nyeri, bengkak, deformitas, dan

    dapat terjadi pemendekan tulang pada tangan yang fraktur. Pemeriksaan

    neurovaskuler adalah penting dengan memperhatikan fungsi nervus radialis. Pada

    kasus yang sangat bengkak, pemeriksaan neurovaskuler serial diindikasikan untuk

    mengenali tanda-tanda dari sindroma kompartemen. Pada pemeriksaan fisik

    terdapat krepitasi pada manipulasi lembut.

    Deskripsi klasifikasi frakturshafthumerus :

    a. Fraktur terbuka atau tertutup

    b. Lokasi : sepertiga proksimal, sepertiga tengah, sepertiga distal

    c.

    Derajat : dengan pergeseran atau tanpa pergeseran

    d. Karakter : transversal, oblique, spiral, segmental, komunitif

    e.

    Kondisi intrinsik dari tulang

    f. Ekstensi artikular

    2.2.4.3. Fraktur DistalHumerus9

    Fraktur ini jarang terjadi pada dewasa. Kejadiannya hanya sekitar 2%

    untuk semua kejadian fraktur dan hanya sepertiga bagian dari seluruh kejadian

    fraktur humerus.(9)

    Mekanisme cedera untuk fraktur ini dapat terjadi karena trauma langsung

    atau trauma tidak langsung. Trauma langsung contohnya adalah apabila terjatuh

    atau terpeleset dengan posisi siku tangan menopang tubuh atau bisa juga karena

    siku tangan terbentur atau dipukul benda tumpul. Trauma tidak langsung apabila

    jatuh dalam posisi tangan menopang tubuh namun posisi siku dalam posisi tetap

    lurus. Hal ini biasa terjadi pada orang dewasa usia pertengahan atau wanita usia

    tua.(9,10)

  • 8/11/2019 Refrat Fraktur Humerus

    16/45

    Gejala klinis dari fraktur ini antara lain pada daerah siku dapat terlihat

    bengkak, kemerahan, nyeri, kaku sendi dan biasanya pasien akan mengeluhkan

    siku lengannya seperti akan lepas. Kemudian dari perabaan (palpasi) terdapat

    nyeri tekan, krepitasi, dan neurovaskuler dalam batas normal.(9,10)

    1. Suprakondiler Fraktur

    Fraktur suprakondilus merupakan salah satu jenis fraktur yang

    mengenai daerah siku, dan sering ditemukan pada anak-anak. Fraktur

    suprakondilus adalah fraktur yang mengenai humerus bagian distal di atas

    kedua kondilus. Pada fraktur jenis ini dapat dibedakan menjadi fraktur

    supracondilus extension type (pergeseran posterior) dan flexion type

    (pergeseran anterior) berdasarkan pada bergesernya fragmen distal dari

    humerus. Jenis fleksi adalah jenis yang jarang terjadi. Jenis ekstensi terjadi

    karena trauma langsung pada humerus distal melalui benturan pada siku dan

    lengan bawah dalam posisi supinasi dan dengan siku dalam posisi ekstensi

    dengan tangan yang terfiksasi. Fragmen distal humerus akan terdislokasi ke

    arah posterior terhadap humerus.(11)

    Fraktur humerus suprakondiler jenis fleksi pada anak biasanya terjadi

    akibat jatuh pada telapak tangan dan lengan bawah dalam posisi pronasi dan

    siku dalam posisi sedikit fleksi. Pada pemeriksaan klinis didapati siku yang

    bengkak dengan sudut jinjing yang berubah. Didapati tanda fraktur dan pada

    foto rontgen didapati fraktur humerus suprakondiler dengan fragmen distal

    yang terdislokasi ke posterior.(11)

    Gambaran klinis, setelah jatuh anak merasa nyeri dan siku mengalami

    pembengkakan, deformitas pada siku biasanya jelas serta kontur tulang

    abnormal. Nadi perlu diraba dan sirkulasi perlu diperiksa, serta tangan harus

    diperiksa untuk mencari ada tidaknya bukti cedera saraf dan gangguan

    vaskularisasi, sehingga bila tidak diterapi secara cepat dapat terjadi: "acute

    volksman ischaemic" dengan tanda-tanda: pulseless; pale; pain; paresa;

    paralysis.(11)

    Pada lesi saraf radialis didapati ketidakmampuan untuk ekstensi ibu

    jari dan ekstensi jari lain pada sendi metacarpofalangeal. Juga didapati

  • 8/11/2019 Refrat Fraktur Humerus

    17/45

    gangguan sensorik pada bagian dorsal serta metacarpal I. Pada lesi saraf

    ulnaris didapati ketidakmampuan untuk melakukan gerakan abduksi dan

    adduksi jari. Gangguan sensorik didapati pada bagian volar jari V. Pada lesi

    saraf medianus didapati ketidakmampuan untuk gerakan oposisi ibu jari

    dengan jari lain. Sering didapati lesi pada sebagian saraf medianus, yaitu lesi

    pada cabangnya yang disebut saraf interoseus anterior. Di sini didapati

    ketidakmampuan jari I dan II untuk melakukan fleksi.

    a. Pada Dewasa

    Fraktur suprakondilus extension type

    Menunjukkan cedera yang luas, dan biasanya akibat jatuh pada tangan

    yang terekstensi. Humerus patah tepat di atas condilus. Fragmen distal

    terdesak ke belakang lengan bawah (biasanya dalam posisi pronasi)

    terpuntir ke dalam. Ujung fragmen proksimal yang bergerigi mengenai

    jaringan lunak bagian anterior, kadang mengenai arteri brachialis atau

    n. medianus. Periosteum posterior utuh,sedangkan periosteum anterior

    ruptur; terjadi hematom fossa cubiti dalam jumlah yang signifikan.(11)

    Fraktur suprakondilus flexion type

    Tipe fleksi terjadi bila penderita jatuh dan terjadi trauma langsung pada

    sendi siku pada distal humeri.(11)

    b.Pada Anak

    Angka kejadiannya pada anak sekitar 55% sampai 75% dari semua fraktur

    siku. Insidensi puncaknya adalah pada anak berusia 5-8 tahun. 98% dari

    fraktur suprakondiler pada anak adalah fraktur suprakondiler tipe ekstensi.

    Gejala klinisnya adalah bengkak, nyeri pada daerah siku pada saat

    digerakkan. Dapat ditemukanPucker Sign, cekungan dari kulit pada bagian

    anterior akibat penetrasi dari fragmen proximal ke muskulus brakhialis.

    Pada anak, fraktur suprakondiler dapat diklasifikasikan menurut

    Gartland.(9)

  • 8/11/2019 Refrat Fraktur Humerus

    18/45

    Klasifikasi Gartland(9)

    Tipe I : tidak ada pergeseran

    Tipe II : ada pergeseran dengan korteks posterior intak, dapat

    disertai angulasi atau rotasi

    Tipe III : pergeseran komplit; posteromedial atau posterolateral

    2. Transkondiler Fraktur(9)

    Biasanya terjadi pada pasien usia tua dengan tulang osteopenik.

    3. Interkondiler Fraktur(9)

    Pada dewasa, jenis fraktur ini adalah tipe paling sering diantara tipe fraktur

    humerus distal yang lain.

    Klasifikasi menurutRiseborough and Radin:

    Tipe I : fraktur tanpa adanya pergeseran dan hanya ada berupa garis fraktur

    Tipe II : terjadi sedikit pergeseran dengan tidak ada rotasi antara fragmen

    kondilus

    Tipe III : pergeseran dengan rotasi

    Tipe IV : fraktur komunitif berat dari permukaan artikular

    4.

    Kondiler Fraktur(9)

    a. Pada Dewasa

    Dapat dibagi menjadi fraktur kondilus medial dan fraktur kondilus lateral.

    Klasifikasi menurutMilch :

    Tipe I : penonjolan lateral troklea utuh,tidak terjadi dislokasi radius dan

    ulna

    Tipe II : terjadi dislokasi radius ulna, kerusakan kapsuloligamen

    b.

    Pada Anak

    Lateral Condyler Physeal Fractures(9)

    Pada anak, kejadian fraktur jenis ini adalah sebanyak 17% dari seluruh

    fraktur distal humerus. Usia puncaknya adalah pada saat anak berusia

    6 tahun.

  • 8/11/2019 Refrat Fraktur Humerus

    19/45

    KlasifikasiMilch :

    Tipe I : garis fraktur membelah dari lateral ke troklea melalui

    celah kapitulotroklear. Hal ini timbul pada fraktur salter-

    harris tipe IV. Siku stabil dikarenakan troklea intak.

    Tipe II : garis fraktur meluas sampai apeks dari troklea. Ini timbul

    pada fraktur salter-harris tipe II. Siku tidak stabil oleh

    karena ada kerusakan pada troklea.

    KlasifikasiJacob:

    Stage I : fraktur tanpa pergeseran dengan permukaan artikuler

    Intak

    Stage II : fraktur dengan pergeseran sedang

    Stage III : pergeseran dan dislokasi komplit dan instabilitas siku

    Medial Condyler Physeal Fractures(9)

    Fraktur jenis ini biasanya terjadi pada umur 8 sampai 14 tahun.

    KlasifikasiMilch:

    Tipe I : garis fraktur melewati sepanjang apex dari troklea. Hal ini

    timbul pada fraktur salter-harris tipe II.

    Tipe II : garis fraktur melewati celah capitulotroklear. Ini timbul

    pada fraktur salter-harris tipe VI.

    Klasifikasi kilfoyle :

    Stage I : tidak ada pergeseran, permukaan artikular intak

    Stage II : garis fraktur komplit dengan pergeseran yang minimal

    Stage III : pergeseran komplit dengan rotasi fragmen dari

    penarikan otot fleksor

  • 8/11/2019 Refrat Fraktur Humerus

    20/45

    2.2.5. Diagnosis

    2.2.5.1. Anamnesis12

    Anamnesis terdiri dari:

    1. Auto anamnesis:

    Dicatat tanggal saat melakukan anamnesis dari dan oleh siapa. Ditanyakan

    persoalan: mengapa datang, untuk apa dan kapan dikeluhkan; penderita

    bercerita tentang keluhan sejak awal dan apa yang dirasakan sebagai

    ketidakberesan; bagian apa dari anggotanya/lokalisasi perlu dipertegas sebab

    ada pengertian yang berbeda misalnya sakit di tangan ., yang

    dimaksud tangan oleh orang awam adalah anggota gerak atas dan karenanya

    tanyakan bagian mana yang dimaksud, mungkin saja lengan bawahnya.

    Kemudian ditanyakan gejala suatu penyakit atau beberapa penyakit atau

    beberapa penyakit yang serupa sebagai pembanding. Untuk dapat melakukan

    anamnesis demikian perlu pengetahuan tentang penyakit.

    Ada beberapa hal yang menyebabkan penderita datang untuk minta

    pertolongan:

    1)

    Sakit/nyeri

    Sifat dari sakit/nyeri:

    - Lokasi setempat/meluas/menjalar

    - Ada trauma riwayat trauma tau tidak

    - Sejak kapan dan apa sudah mendapat pertolongan

    - Bagaimana sifatnya: pegal/seperti ditusuk-tusuk/rasa panas/ditarik-

    tarik, terus-menerus atau hanya waktu bergerak/istirahat dan

    seterusnya

    - Apa yang memperberat/mengurangi nyeri

    - Nyeri sepanjang waktu atau pada malam hari

    - Apakah keluhan ini untuk pertama kali atau sering hilang timbul

    2)

    Kelainan bentuk/pembengkokan

    - Angulasi/rotasi/discrepancy(pemendekan/selisih panjang)

    - Benjolan atau karena ada pembengkakan

  • 8/11/2019 Refrat Fraktur Humerus

    21/45

    3) Kekakuan/kelemahan

    Kekakuan:

    Pada umumnya mengenai persendian. Apakah hanya kaku, atau disertai

    nyeri, sehingga pergerakan terganggu?

    Kelemahan:

    Apakah yang dimaksud instability atau kekakuan otot

    menurun/melemah/kelumpuhan

    Dari hasil anamnesis baik secara aktif oleh penderita maupun pasif (ditanya

    oleh pemeriksa; yang tentunya atas dasar pengetahuan mengenai gejala

    penyakit) dipikirkan kemungkinan yang diderita oleh pasien, sehingga apa

    yang didapat pada anamnesis dapat dicocokkan pada pemeriksaan fisik

    kemudian.

    2. Allo anamnesis:

    Pada dasarnya sama dengan auto anamnesis, bedanya yang menceritakan

    adalah orang lain. Hal ini penting bila kita berhadapan dengan anak kecil/bayi

    atau orang tua yang sudah mulai dementia atau penderita yang tidak

    sadar/sakit jiwa; oleh karena itu perlu dicatat siapa yang memberikan allo

    anamnesis, misalnya:

    - allo anamnesis mengenai bayi tentunya dari ibu lebih cocok daripada

    ayahnya

    - atau mungkin pada saat ini karena kesibukan orangtua, maka pembantu

    rumah tangga dapat memberikan keterangan yang lebih baik

    -

    juga pada kecelakaan mungkin saksi dengan pengantar dapat memberikan

    keterangan yang lebih baik, terutama bila yang diantar tidak sadarkan diri.

    2.2.5.2. Pemeriksaan Fisik2,12

    Dibagi menjadi dua yaitu (1) pemeriksaan umum (status generalisata)

    untuk mendapatkan gambaran umum dan (2) pemeriksaan setempat (status

    lokalis).

  • 8/11/2019 Refrat Fraktur Humerus

    22/45

    1. Gambaran umum:

    Perlu menyebutkan:

    a. Keadaan Umum (K.U): baik/buruk, yang dicatat adalah tanda-tanda vital

    yaitu:

    - Kesadaran penderita; apatis, sopor, koma, gelisah

    - Kesakitan

    - Tanda vital seperti tekanan darah, nadi, pernapasan, dan suhu

    b.

    Kemudian secara sistematik diperiksa dari kepala, leher, dada (toraks),

    perut (abdomen: hepar, lien) kelenjar getah bening, serta kelamin

    c. Ekstremitas atas dan bawah serta punggung (tulang belakang)

    2. Pemeriksaan lokal:

    Harus dipertimbangkan keadaan proksimal serta bagian distal dari anggota

    terutama mengenai status neuro vaskuler. Pada pemeriksaan

    orthopaedi/muskuloskeletal yang penting adalah:

    a.

    Look(inspeksi)

    - Bandingkan dengan bagian yang sehat

    - Perhatikan posisi anggota gerak

    - Apakah terdapat luka pada kulit dan jaringan lunak untuk

    membedakan fraktur tertutup atau terbuka

    - Ekstravasasi darah subkutan dalam beberapa jam samapai beberapa

    hari

    -

    Perhatikan adanya deformitas berupa angulasi, rotasi dan kependekan

    b. Feel(palpasi)

    Pada waktu mau meraba, terlebih dulu posisi penderita diperbaiki agar

    dimulai dari posisi netral/posisi anatomi. Pada dasarnya ini merupakan

    pemeriksaan yang memberikan informasi dua arah, baik si pemeriksa

    maupun si pasien, karena itu perlu selalu diperhatikan wajah si pasien atau

    menanyakan perasaan si pasien.

  • 8/11/2019 Refrat Fraktur Humerus

    23/45

    Hal-hal yang perlu diperhatikan:

    - Temperatur setempat yang meningkat

    - Nyeri tekan, nyeri tekan yang bersifat superfisial biasanya disebabkan

    oleh kerusakan jaringan lunak yang dalam akibat fraktur pada tulang

    - Krepitasi

    - Pemeriksaan vaskuler pada daerah distal trauma berupa palpasi arteri

    radialis, arteri dorsalis pedis, arteri tibialis posterior sesuai dengan

    anggota gerak yang terkena. Refilling (pengisian) arteri pada kuku,

    warna kulit pada bagian distal daerah trauma, temperatur kulit.

    - Pengukuran tugkai terutama pada tungkai bawah untuk mengetahui

    adanya perbedaan panjang tungkai

    c. Move(pergerakan terutama mengenai lingkup gerak)

    Setelah memeriksa feel pemeriksaan diteruskan dengan menggerakkan

    anggota gerak dan dicatat apakah terdapat keluhan nyeri pada pergerakan.

    Pada anak periksalah bagian yang tidak sakit dulu, selaiam untuk

    mendapatkan kooperasi anak pada waktu pemeriksaan, juga untuk

    mengetahui gerakan normal si penderita. Pencatatan lingkup gerak ini

    perlu, agar kita dapat berkomunikasi dengan sejawat lain dan evaluasi

    keadaan sebelum dan sesudahnya.

    Apabila terdapat fraktur tentunya akan terdapat gerakan abnormal di

    daerah fraktur (kecuali pada incomplete fracture).

    Gerakan sendi dicatat dengan ukuran derajat gerakan dari setiap arah

    pergerakan mulai dari titik 0 (posisi netral) atau dengan ukuran metrik.

    Pencatatan ini penting untuk mengetahui apakah ada gangguan gerak.

    Kekakuan sendi disebut ankilosis dan hal ini dapat disebabkan oleh faktor

    intra artikuleratau ekstra artickuler.

    - Intra artikuler: Kelainan/kerusakan dari tulang rawan yang

    menyebabkan kerusakan tulang subkondral; juga didapat oleh karena

    kelainan ligament dan kapsul (simpai) sendi

    -

    Ekstra artikuler: oleh karena otot atau kulit

  • 8/11/2019 Refrat Fraktur Humerus

    24/45

    Pergerakan yang perlu dilihat adalah gerakan aktif (penderita sendiri

    disuruh menggerakkan) dan pasif (dilakukan oleh pemeriksa).

    Selain pemeriksaan penting untuk mengetahui gangguan gerak, hal ini

    juga penting untuk melihat kemajuan/kemunduran pengobatan.

    Selain diperiksa pada posisi duduk dan berbaring juga perlu dilihat waktu

    berdiri dan jalan. Jalan perlu dinilai untuk mengetahui apakah pincang

    disebabkan karena instability, nyeri, discrepancy,fixed deformity.

    Anggota gerak atas:

    - Sendi bahu: merupakan sendi yang bergerak seperti bumi (global

    joint); ada beberapa sendi yang mempengaruhi gerak sendi bahu yaitu:

    gerak tulang belakang, gerak sendi sternoklavikula, gerak sendi

    akromioklavikula, gerak sendi gleno humeral, gerak sendi scapula

    torakal (floating joint).

    Karena gerakan tersebut sukar diisolasi satu persatu, maka sebaiknya

    gerakan diperiksa bersamaan kanan dan kiri; pemeriksa berdiri di

    belakang pasien, kecuali untuk eksorotasi atau bila penderita

    berbaring, maka pemeriksa ada di samping pasien.

    - Sendi siku:

    Gerak fleksi ekstensi adalah gerakan ulna humeral (olecranon terhadap

    humerus). Gerak pronasi dan supinasi adalah gerakan dari antebrachii

    dan memiliki sumbu ulna; hal ini diperiksa pada posisi siku 90 untuk

    menghindari gerak rotasi dari sendi bahu.

    - Sendi pergelangan tangan:

    Pada dasarnya merupakan gerak dari radio karpalia dan posisi netral

    adalah pada posisi pronasi, dimana jari tengah merupakan sumbu dari

    antebrachii. Diperiksa gerakan ekstensi-fleksi dan juga radial dan ulnar

    deviasi.

    - Jari tangan:

    Ibu jari merupakan bagian yang penting karena mempunyai gerakan

    aposisi terhadap jari-jari lainnya selain abduksi dan adduksi, ekstensi,

    dan fleksi.

  • 8/11/2019 Refrat Fraktur Humerus

    25/45

    Jari-jari lainnya hamper sama, MCP (Meta Carpal Phalangeal Joint)

    merupakan sendi pelana dan deviasi radier atau ulnar dicatat tersendiri,

    sedangkan PIP (Proximal Inter Phalanx) dan DIP (Distal Inter

    Phalanx) hanya diukur fleksi dan ekstensi.

    2.2.5.3. Pemeriksaan Radiologis12

    :

    Dengan pemeriksaan klinik kita sudah dapat mencurigai adanya fraktur.

    Walaupun demikian pemeriksaan radiologis diperlukan untuk menentukan

    keadaan, lokasi serta ekstensi fraktur. Untuk menghindarkan nyeri serta kerusakan

    jaringan lunak selanjutnya, maka sebaiknya kita mempergunakan bidai yang

    bersifat radiolusen untuk imobilisasi sementara sebelum dilakukan pemeriksaan

    radiologis.

    Pemeriksaan radiologis dilakukan dengan beberapa prinsip dua:

    1. Dua posisi proyeksi; dilakukan sekurang-kurangnya yaitu pada antero-

    posterior dan lateral

    2. Dua sendi pada anggota gerak dan tungkai harus difoto, di proximal dan distal

    sendi yang mengalami fraktur

    3. Dua anggota gerak. Pada anak-anak sebaiknya dilakukan foto pada kedua

    anggota gerak terutama pada fraktur epifisis

    4. Dua trauma, pada trauma yang hebat sering menyebabkan fraktur pada dua

    daerah tulang. Misalnya pada fraktur kalkaneus atau femur, maka perlu

    dilakukan foto pada panggul dan tulang belakang

    5. Dua kali dilakukan foto. Pada fraktur tertentu misalnya fraktur tulang skafoid

    foto pertama biasanya tidak jelas sehingga biasanya diperlukan foto

    berikutnya 10-14 hari kemudian.

    Umumnya dengan foto polos kita dapat mendiagnosis fraktur, tetapi

    perlu dinyatakan apakah fraktur terbuka/tertutup, tulang mana yang terkena dan

    lokalisasinya, apakah sendi juga mengalami fraktur serta bentuk fraktur itu

    sendiri.

    CT-Scan (Computed Tomography-Scan)

    Meskipun tidak secara rutin diperlukan, computed tomographyadalah tambahan

  • 8/11/2019 Refrat Fraktur Humerus

    26/45

    yang berguna selain x-rays di beberapa keadaan. Hal ini memungkinkan

    visualisasi dari patah tulang terutama di daerah yang sulit untuk ditangkap

    dengan x-ray karena struktur tulang atasnya (misalnya, vertebrae cervicalis).

    Computed tomographymembantu dalam menentukan tingkat gangguan artikular

    permukaan dalam patah tulang sendi dan patah tulang patologis untuk menilai

    kerusakan tulang dan massa jaringan lunak.

    MRI (magnetic resonance imaging

    Meskipun tidak secara rutin diperlukan, MRI menawarkan keuntungan,

    memberikan tomografi yang sangat baik, kontras jaringan lunak, dan resolusi

    spasial menggunakan teknologi radiasi non-invasif dan nonionisasi.

    MRI membantu dalam mengevaluasi fraktur patologis dan mendiagnosis

    osteonekrosis dan osteomielitis, yang keduanya merupakan false positif fraktur.

    Bone Scan

    Pasien dengan fraktur patologis memerlukan scan tulang untuk mengevaluasi

    penyakit tulang metastatik dan metabolik, yang melibatkan daerah lain dari area

    fraktur.

    2.2.5.4. Pemeriksaan Laboratorium12

    Pemeriksaan laboratorium meliputi:

    1. Pemeriksaan darah rutin untuk mengenai keadaan umum, infeksi

    akut/menahun

    2.

    Atas indikasi tertentu: diperlukan pemeriksaan kimia darah, reaksi imunologi,

    fungsi hati/ginjal

    3.

    Pemeriksaan mikroorganisme kultur dansensitivity test

    2.2.6. Penatalaksanaan

    I. Terapi Konservatif

    a. Proteksi saja

    Misalnya mitella untuk fraktur collum chirurgicum humeri dengan kedudukan

    baik.

    b. Immobilisasi saja tanpa reposisi

  • 8/11/2019 Refrat Fraktur Humerus

    27/45

    Misalnya pemasangan gips atau bidai pada fraktur inkomplit dan fraktur

    dengan kedudukan baik.

    c. Reposisi tertutup dan fiksasi dengan gips

    Misalnya fraktur supracondylair, fraktur colles, fraktur smith. Reposisi dapat

    dengan anestesi umum atau anestesi lokal dengan menyuntikkan obat anestesi

    dalam hematoma fraktur. Fragmen distal dikembalikan pada kedudukan semula

    terhadap fragmen proksimal dan dipertahankan dalam kedudukan yang stabil

    dalam gips. Misalnya fraktur distal radius, immobilisasi dalam pronasi penuh dan

    fleksi pergelangan.

    d. Traksi

    Traksi dapat untuk reposisi secara perlahan dan fiksasi hingga sembuh atau

    dipasang gips setelah tidak sakit lagi. Pada anak-anak dipakai traksi kulit (traksi

    Hamilton Russel/traksi Bryant). Traksi kulit terbatas untuk 4 minggu dan beban