30
PERDARAHAN PADA GASTROINTESTINAL

Perdarahan Saluran Cerna (2)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

saluran pencernaan

Citation preview

Page 1: Perdarahan Saluran Cerna (2)

PERDARAHAN PADA GASTROINTESTINAL

Page 2: Perdarahan Saluran Cerna (2)

BEBERAPA ISTILAH

Saluran cerna bagian atas (SCBA) meliputi esofagus, gaster, duodenum, jejunum proksimal diatas ligamentum Treitz.

Saluran cerna bagian bawah (SCBB) meliputi jejunum distal dibawah ligamentum TReitz, ileum, kolon, rektum dan anus

Page 3: Perdarahan Saluran Cerna (2)

BEBERAPA ISTILAH

Hematemesis adalah muntah darah hitam dari SCBA darah yang keluar bercampur dengan asam lambung. Warna hematemesis tergantung pada lamanya kontak antara darah dengan asam lambung dan besar kecilnya perdarahan,.

Melena adalah buang air besar darah hitam dari SCBA Disebabkan oleh adanya perdarahan saluran makan bagian atas

Page 4: Perdarahan Saluran Cerna (2)

BEBERAPA ISTILAH

Hematokezia adalah buang air besar darah merah segar dari saluran cerna bagian bawah (SCBB).

Pseudomelena adalah buang air besar berwarna hitam, tapi penyebab perdarahan berasal dari saluran cerna bagian bawah disebabkan darah terlalu lama di usus.

Pseudohematokezia adalah buang air besar merah segar tapi disebabkan oleh perdarahan masif dari SCBA, dimana darah yang keluar tidak sempat bercampur dengan asam lambung.

Page 5: Perdarahan Saluran Cerna (2)

PENDAHULUAN

Biasanya terjadi hematemesis bila ada perdarahan di daerah proksimal jejunum

Melena dapat terjadi tersendiri atau bersama-sama dengan hematemesis. Paling sedikit terjadi perdarahan sebanyak 50-100 ml, baru dijumpai keadaan melena.

Hematemesis dan melena merupakan suatu keadaan yang gawat dan memerlukan perawatan segera di rumah sakit.

Page 6: Perdarahan Saluran Cerna (2)

PENYEBAB PERDARAHAN SALURAN MAKAN BAGIAN ATAS

Kelainan esofagus: varises, esofagitis, keganasan.

Kelainan lambung dan duodenum : tukak lambung dan duodenum, keganasan dan lain-lain.

Penyakit darah : leukemia, DIC (disseminated intravascular coagulation), purpura trombositopenia dll.

Page 7: Perdarahan Saluran Cerna (2)

PENYEBAB PERDARAHAN SALURAN MAKAN BAGIAN ATAS

Penyakit sistemik lainnya : uremik, dan lain-lain.

Pemakaian obat-obatan yang ulserogenik : golongan salisilat,

kortikosteroid, alkohol, dan lain-lain.

Page 8: Perdarahan Saluran Cerna (2)

PENYEBAB PERDARAHAN SALURAN MAKAN BAGIAN ATAS

Di Indonesia : pecahnya varises esofagus dengan rata-rata 45-50 % seluruh perdarahan saluran makan bagian atas (Hilmy 1971: 58 %)

Page 9: Perdarahan Saluran Cerna (2)

ETIOLOGI

Faktor agresif asam lambung, pepsin, refluks asam empedu, nikotin, obat anti inflamasi non steroid (OAINS), obat kortikosteroid, infeksi Helicobacter pylori dan faktor radikal bebas.

Faktor defensif aliran darah mukosa yang baik, sel epitel permukaan mukosa yang utuh, prostaglandin, musin atau mukus yang cukup tebal, sekresi bikarbonat, motilitas yang normal, impermeabilitas mukosa terhadap ion H+ dan regulasi pH intra sel

Page 10: Perdarahan Saluran Cerna (2)

Diagnosis

Anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorium

Riwayat penyakit dahulu, misalnya hepatitis, penyakit hati menahun, alkoholisme, penyakit lambung, pemakaian obat-obat ulserogenik dan penyakit darah seperti : leukemia dan lain-lain.

Page 11: Perdarahan Saluran Cerna (2)

Diagnosis

Biasanya perdarahan SCBA yg disebabkan pecahnya varises esofagus tidak dijumpai adanya keluhan rasa nyeri atau pedih di daerah epigastrium dan gejala hematemesis timbul secara mendadak.

Page 12: Perdarahan Saluran Cerna (2)

Diagnosis

Pemeriksaan fisik KU : Kesadaran TD, Nadi Tanda-tanda anemia Gejala-gejala hipovolume Tanda-tanda hipertensi portal din

serosis hepatis

Page 13: Perdarahan Saluran Cerna (2)

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Hb, hematokrit, leukosit, sediaan darah hapus, golongan darah dan uji fungsi hati segera dilakukan

secara berkala untuk dapat mengikuti perkembangan penderita.

Page 14: Perdarahan Saluran Cerna (2)

Pemeriksaan Radiologik

Esofagogram daerah esofagus Pemeriksaan double contrast pada

lambung dan duodenum. Dianjurkan pemeriksaan radiologik ini

sedini mungkin, dan sebaiknya segera setelah hematemesis berhenti.

Page 15: Perdarahan Saluran Cerna (2)

Pemeriksaan Endoskopik Untuk menentukan dengan tepat tempat

asal dan sumber perdarahan. Keuntungan : dpt dilakukan pengambilan

foto untuk dokumentasi, aspirasi cairan, dan biopsi untuk pemeriksaan sitopatologik.

Pemeriksaan endoskopik dapat dilakukan secara darurat atau sedini mungkin setelah hematemesis berhenti.

Page 16: Perdarahan Saluran Cerna (2)

Pemeriksaan ultrasonografi dan scanning hati

Mendeteksi penyakit hati kronik seperti sirosis hati yang mungkin sebagai penyebab perdarahan saluran makan bagian atas.

Page 17: Perdarahan Saluran Cerna (2)

PENATALAKSANAAN

Istirahatkan mutlak Penderita yang gelisah diberikan

diazepam atau meprobamat. Obat-obat yang menimbulkan efek sedatif

morfin, meperidin dan paraldehid sebaiknya dihindarkan.

Penderita dipuasakan selama perdarahan masih berlangsung dan bila perdarahan berhenti dapat diberikan makanan cair.

Page 18: Perdarahan Saluran Cerna (2)

PENATALAKSANAAN

Infus cairan langsung dipasang dan diberikan larutan garam fisiologis atau plasma ekspander selama belum tersedia darah.

Pengawasan terhadap tekanan darah, nadi, kesadaran penderita dan bila perlu dipasang CVP monitor.

Pemeriksaan kadar hemoglobin dan hematokrit

Transfusi darah untuk mempertahankan kadar hemoglobin 50-70 % harga normal.

Page 19: Perdarahan Saluran Cerna (2)

PENATALAKSANAAN

Pemberian obat-obatan hemostatik seperti vitamin K, 4 x 10 mg/hari, karbasokrom (Adona AC), antasida dan golongan H2 reseptor antagonis (simetidin atau ranitidin) berguna untuk menanggulangi perdarahan.

Page 20: Perdarahan Saluran Cerna (2)

PENATALAKSANAAN

Dilakukan klisma atau lavemen dengan air biasa disertai pemberian antibiotika yang tidak diserap oleh usus, seperti Neomisin 4 x 1 gr. atau kanamisin 4 x 500 mg, sebagai tindakan sterilisasi usus.

Page 21: Perdarahan Saluran Cerna (2)

PENATALAKSANAAN

Pemasangan pipa naso-gastrik Pemasangan balon SB Tube Pemakaian bahan sklerotik Tindakan operasi

Page 22: Perdarahan Saluran Cerna (2)

PENGKAJIAN HEMATEMESIS DAN MELENA

A. Riwayat KesehatanRiwayat mengidap : Penyakit Hepatitis

kronis, cirrochis hepatis, hepatoma, ulkus peptikum

Kanker saluran pencernaan bagian atasRiwayat penyakit darah, misalnya DICRiwayat penggunaan obat-obat

ulserogenikKebiasaan/gaya hidup :Alkoholisme,

kebiasaan makan

Page 23: Perdarahan Saluran Cerna (2)

B. Pengkajian Umum

1. Intake : anorexia, mual, muntah, BB.

2. Eliminasi : BAB :

Konstipasi atau diare, adakah melena (warna darah hitam, konsistensi pekat, jumlahnya)

BAK :

Warna gelap, konsistensi pekat

Page 24: Perdarahan Saluran Cerna (2)

B. Pengkajian Umum

3. Neurosensori :

Adanya penurunan kesadaran (bingung, halusinasi, koma).

4. Respirasi :Sesak, dyspnoe, hipoxia

5. Aktifitas :Lemah, lelah, letargi, penurunan tonus otot

Page 25: Perdarahan Saluran Cerna (2)

C. PENGKAJIAN FISIK

Tanda-Tanda vital : kesadaran, tekanan darah, nadi, temperatur, respirasi

Inspeksi :Mata : konjunctiva (ada tidaknya anemis)

Mulut : adanya isi lambung yang bercampur darah

Ekstremitas : ujung-ujung jari pucat Kulit : dingin

Page 26: Perdarahan Saluran Cerna (2)

C. PENGKAJIAN FISIK

Auskultasi :Jantung : irama cepat atau lambat

Usus : peristaltik menurun Perkusi :

Abdomen : terdengar sonor, kembung atau tidak

Reflek patela : menurun

Page 27: Perdarahan Saluran Cerna (2)

STUDI DIAGNOSTIK

Pemeriksaan darah : Hb, Ht, RBC, Protrombin, Fibrinogen, BUN, serum, amoniak, albumin.

Pemeriksaan urin : BJ, warna, kepekatan

Pemeriksaan penunjang : esophagoscopy, endoscopy, USG, CT Scan.

Page 28: Perdarahan Saluran Cerna (2)

D. PENGKAJIAN KHUSUS

Pengkajian Kebutuhan FisiologisPerfusi jaringan Jumlah serta warna darah hematemesis. Warna kecoklatan : darah dari lambung

kemungkinan masih tertinggal, potensial aspirasi.

Posisi tidur klien : untuk mencegah adanya muntah masuk ke jalan nafas, mencegah renjatan.

Tanda-tanda renjatan : bisa terjadi apabila jumlah darah > 500 cc dan terjadi secara kontinyu.

Jumlah perdarahan : observasi tanda-tanda hemodinamik yaitu tekanan darah, nadi, pernapasan, temperatur.

Page 29: Perdarahan Saluran Cerna (2)

D. PENGKAJIAN KHUSUS

Cairan Keseimbangan intake output. Pemberian cairan infus yang

diberikan pada klien. Output urine dan catat jumlahnya

per 24 jam. Tanda-tanda dehidrasi seperti

turgor kulit yang menurun, mata cekung, jumlah urin yang sedikit.

Page 30: Perdarahan Saluran Cerna (2)

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Defisit volume cairan b.d. kehilangan darah akut, penggantian cepat dengan cairan kristaloid

2. Gangguan pertukaran gas b.d. penurunan kapasitas angkut O2

3. Resiko tinggi infeksi b.d. aliran intravena

4. Cemas b.d.sakit kritis, takut akan kematian, perubahan peran dan ketidakmampuan