Author
ari-andriyanto
View
192
Download
19
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Penelitian Hubungan Hipertensi Pada Lanjut Usia dengan Aktivitas Fisik
28
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di banyak negara yang sedang berkembang, penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, kanker dan depresi akan segera menggantikan penyakit menular dan malnutrisi sebagai penyebab kematian dan disabilitas. Hasil Riset Kesehatan Dasar yang dilakukan di Indonesia menunjukkan bahwa proporsi penyebab kematian tertinggi adalah PTM, yaitu penyakit kardiovaskuler 31,9% termasuk hipertensi 6,8% dan stroke 15,4% (Riskesdas,2007)Menurut WHO dan the International Society of Hypertension (ISH), saat ini terdapat 600 juta penderita hipertensi di seluruh dunia, dan 3 juta di antaranya meninggal setiap tahunnya. Tujuh dari setiap 10 penderita tersebut tidak mendapatkan pengobatan secara adekuat. (Rahajeng,2009)
Berdasarkan hasil survei Dinkes Propinsi Jawa Timur pada tahun 2008 Hipertensi merupakan penyakit terbanyak peringkat ke-3 di puskesmas sentinel dengan angka 11,77 %, pada tahun 2009 naik ke peringkat 2 dengan angka 17,39%, pada tahun 2010 turun lagi ke peringkat 3 dengan angka 12,41%. (Dinkes Jatim,2008)Di posyandu lansia Dusun Buntut Desa Mojoruntut Kecamatan Krembung Sidoarjo, sekitar 80% lansia yang berkunjung mengalami hipertensi. Ditempat tersebut pernah diadakan program senam lansia tapi tidak berjalan. (Sidoarjo,2013)Hipertensi adalah apabila tekanan darah sistolik > 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik > 90 mmHg. (Kuswardhani,2006)Hipertensi dikelompokkan menjadi dua, yaitu Hipertensi esensial atau idiopatik, dan hipertensi sekunder. Hipertensi essensial merupakan 95% dari semua kasus hipertensi dan masih dicari etiologinya. Beberapa faktor dikemukakan relevan terhadap mekanisme penyebab hipertensi, yaitu Genetik, Jenis kelamin, Usia, Natrium, Obesitas, Perokok, Aktivitas Fisik, dan Stress. Hipertensi sekunder sekitar 5% telah diketahui penyebabnya dan dapat dikelompokkan menjadi: penyakit parenkim ginjal 3%, penyakit renovaskuler 1%, Endokrin 1%. ( Gray,2005)Olahraga yang teratur berkaitan dengan penurunan penyakit jantung koroner sebesar 20-40%. (Gray,2005)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah yang dikemukakan adalah apakah ada hubungan aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi para lanjut usia di Dusun Buntut, Desa Mojoruntut Kecamatan Krembung, Sidoarjo, bulan oktober tahun 2013 ?C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menganalisis hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi para lanjut usia di Dusun Buntut, Desa Mojoruntut Kecamatan Krembung Sidoarjo, bulan oktober tahun 2013.2. Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi aktivitas fisik para lanjut usia di Desa Mojoruntut Kecamatan Krembung Sidoarjo.
2. Mengidentifikasi kejadian hipertensi para lanjut usia di Desa Mojoruntut Kecamatan Krembung Sidoarjo.3. Menganalisis hubungan aktivitas fisik para lanjut usia dan kejadian hipertensi para lanjut usia di Desa Mojoruntut Kecamatan Krembung Sidoarjo.D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Masyarakat, a. Masyarakat bisa mengerti tentang apa saja yang menjadi penyebab hipertensi sehingga dapat mencegahnya.
b. Masyarakat bisa mengetahui hubungan kegiatan fisik dengan angka kejadian hipertensi.
2. Bagi Puskesmas Kecamatan Krembung, sebagai masukan untuk penyusunan kebijakan dan program pembangunan kesehatan atau merumuskan program baru.
3. Bagi Institusi Fakultas Kedokteran Wijaya Kusuma Surabaya, sebagai masukan untuk pengembangan ilmu pengetahuan khususnya Ilmu Kedokteran Komunitas.
4. Bagi peneliti, untuk menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman lapangan, serta sebagai kewajiban dalam menyelesaikan tugas Ilmu Kedokteran Komunitas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi HipertensiHipertensi adalah tidak berubah sesuai dengan umur. tekanan darah sistolik (TDS) > 140 mmHg dan/ atau tekanan darah diastolik (TDD) > 90 mmHg. The joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and treatment of High Bloodpressure (JNC VI) dan WHO/lnternational Society of Hypertension guidelines subcommittees setuju bahwa TDS & keduanya digunakan untuk klasifikasi hipertensi. (Kuswardhani,2006)Hipertensi dikelompokkan menjadi dua, yaitu Hipertensi esensial atau idiopatik, dan hipertensi sekunder. Hipertensi essensial merupakan 95% dari semua kasus hipertensi dan masih dicari etiologinya. Beberapa faktor dikemukakan relevan terhadap mekanisme penyebab hipertensi, yaitu Genetik, Jenis kelamin, Usia, Natrium, Obesitas, Perokok, Aktivitas Fisik, dan Stress.Hipertensi sekunder sekitar 5% telah diketahui penyebabnya dan dapat dikelompokkan menjadi: penyakit parenkim ginjal 3%, penyakit renovaskuler 1%, Endokrin 1%. (Gray,2005)Hipertensi dengan peningkatan tekanan sistol tanpa disertai peningkatan diastole lebih sering pada lansia, sedangkan hipertensi dengan peningkatan diastole tanpa sistol sering terjadi pada dewasa muda (Tambayong,2000)Olahraga atau senam hipertensi adalah bagian dari usaha untuk mengurangi berat badan dan mengelola stress dua faktor yang mempertinggi hipertensi. Pada tahun 1993. American Collage of Sport Medicine (ACSM) menganjurkan latihan-latihan aerobic (olahraga ketahanan) yang teratur serta cukup takarannya untuk mencegah risiko hipertensi. Dengan melakukan gerakan yang tepat selama 30-40 menit atau lebih sebanyak 3-4 hari perminggu, dapat menurunkan tekanan darah sebanyak 10 mmHg pada bacaan sistolik dan diastolik. Menurut American Society of Hypertension (ASH), pengertian hipertensi adalah suatu sindrom atau kumpulan gejala kardiovaskuler yang progresif, sebagai akibat dari kondisi lain yang kompleks dan saling berhubungan.(Informasi Lengkap Untuk Penderita Dan Keluarga Hipertensi,2008)Olahraga yang teratur berkaitan dengan penurunan penyakit jantung koroner sebesar 20-40%. (Gray,2005)
B. Epidemiologi
Walaupun peningkatan tekanan darah bukan merupakan bagian normal dari ketuaan, insiden hipertensi pada lanjut usia adalah tinggi. Setelah umur 69 tahun, prevalensi hipertensi meningkat sampai 50%. Pada tahun 1988-1991 National Health and Nutrition Examination Survey menemukan prevalensi hipertensi pada kelompok umur 65-74 tahun sebagai berikut: prevalensi keseluruhan 49,6% untuk hipertensi derajat 1 (140-159/90-99 mmHg), 18,2% untuk hipertensi derajat 2 (160-179/100-109 mmHg), dan 6.5% untuk hipertensi derajat 3 (>180/110 mmHg). Ditengarai bahwa hipertensi sebagai faktor risiko pada lanjut usia. Pada studi individu dengan usia a 50 tahun mempunyai tekanan darah sistolik terisolasi sangat rentan terhadap kejadian penyakit kardiovaskuler. (Kuswardhani,2006)Diperkirakan 50 juta orang dewasa amerika serikat menderita hipertensi. Hipertensi merupakan factor resiko untuk arteri koroner, gagal jantung kongestif, stroke dan gagal ginjal. Orang Amerika keturunan Afrika cenderung menderita hipetensi lebih berat dan pada usia yang lebih dini, serta memiliki resiko stroke dan infark miokard dua kali lebih besar disbanding dengan orang kulit putih. (Brashers,2008)C. PatofisiologiBaik TDS maupun TDD meningkat sesuai dengan meningkatnya umur. TDS meningkat secara progresif sampai umur 70-80 tahun, sedangkan TDD meningkat samapi umur 50-60 tahun dan kemudian cenderung menetap atau sedikit menurun. Kombinasi perubahan ini sangat mungkin mencerminkan adanya pengakuan pembuluh darah`dan penurunan kelenturan arteri dan ini mengakibatkan peningkatan tekanan nadi sesuai dengan umur. Scperti diketahui, takanan nadi merupakan predictok terbaik dari adanya perubahan struktural di dalam arteri. Mekanisme pasti hipertensi pada lanjut usia belum sepenuhnya jelas. Efek utama dari ketuaan normal terhadap sistem kardiovaskuler meliputi perubahan aorta dan pembuluh darah sistemik. Penebalan dinding aorta dan pembuluhn darah besar meningkat dan elastisitas pembuluh darah menurun sesuai umur. Perubahan ini menyebabkan penurunan kelenturan aorta dan pembuluh darah besar dan mengakibatkan pcningkatan TDS. Penurunan elastisitas pembuluh darah menyebabkan peningkatan resistensi vaskuler perifer. Sensitivitas baroreseptor juga berubah dengan umur. (Kuswardhani,2006)Perubahan mekanisme refleks baroreseptor mungkin dapat menerangkan adanya variabilitas tekanan darah yang terlihat pada pemantauan terus menerus. Penurunan sensitivitas baroreseptor juga menyebabkan kegagalan refleks postural, yang mengakibatkan hipertensi pada lanjut usia sering terjadi hipotensi ortostatik. Perubahan keseimbangan antara vasodilatasi adrenergik beta dan vasokonstriksi adrenergik alfa akan menyebabkan kecenderungan vasokontriksi dan selanjutnya mengakibatkan pcningkatan resistensi pembuluh darah perifer dan tekanan darah. Resistensi Natrium akibat peningkatan asupan dan penurunan sekresi juga berperan dalam terjadinya hipertensi. Walaupun ditemukan penurunan renin plasma dan respons renin terhadap asupan garam, sistem renin-angiotensin tidak mempunyai peranan utama pada hipertensi pada lanjut usia Berbagai perubahan di atas bertanggung jawab terhadap penurunan curah jantung (cardiac output), penurunan denyut jantung, penurunan kontraktilitas miokard, hipertrofi ventrikcl kiri, dan disfungsi diastolik. Ini menyebabkan penurunan fungsi ginjal dengan penurunan perfusi ginjal dan laju filtrasi glomerulus. (Kuswardhani,2006)D. Klasifikasi Hipertensi
Tabel 2.1. Definisi dan Klasifikasi Tingkat Tekanan Darah (mmHg). Menurut WHO Tahun 1999KategoriSistolik
(mmHg).Diastolik
(mmHg).
Optimal 90 th0 orang0
Jumlah51 orang100%
Sumber: Hasil Survey 2013Tabel 5.3Tabel Silang antara Karakteristik dan Status HipertensiNo.Status KarakteristikHipertensiNon Hipertensi
1A. Jenis Kelamin
Laki-laki jumlah% jumlah%
11orang222 orang3,9
Perempuan23 orang4515 orang29
B. Umur45 th 59 th18 orang3512 orang23
60 th - 74 th10 orang19,65 orang 9,8
75 th 90 th6 orang11,70 orang0
> 90 th0 orang00 orang0
Sumber: Hasil Survey 2013C. ANALISIS dan PEMBAHASAN
1. Analisis aktifitas fisik yang dapat memicu terjadinya Hipertensi pada penderita dan non penderita.
TABEL 5.4
Tabel Silang antara Aktivitas Fisik dan HipertensiHipertensiAktivitas fisikYaTidakJumlah
Ada27733
Tidak61118
Jumlah341751
Sumber: Hasil Survey 2013Rasio Prevalensi (RP) = a/(a+b)
c/(c+d) Rasio Prevalensi (RP ) = 27/(27+7) = 27/34= 0,79 = 2,26
6/(6+11)6/17
0,35Intepretasi RP = Lansia yang tidak beraktifitas fisik memiliki resiko Hipertensi 2,26 kali lebih tinggi dari pada lansia yang beraktivitas fisik.Keterangan :
Jika Rasio Prevalensi (RP ) = 1, maka faktor risiko tidak berpengaruh atas timbulnya efek atau dikatakan bersifat netral.Jika Rasio Prevalensi (RP ) > 1, maka faktor resiko merupakan penyebab timbulnya penyakit.Jika Rasio Prevalensi (RP ) < 1, maka faktor resiko bukan menjadi penyebab toimbulnya penyakit bahkan merupakan faktor protektif.2. Analisis karakteristik lansia dengan hipertensi maupun lansia non hipertensi (Jenis kelamin, dan usia).
a. Jenis kelamin
Berdasarkan hasil kuisioner dari 51 responden didapatkan jumlah responden laki-laki sebanyak 11 orang yang menderita hipertensi dan 2 orang yang menderita non hipertensi. Responden dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 23 orang yang menderita hipertensi dan 15 orang yang menderita non hipertensi.
b. UsiaOrganisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan usia lanjut menjadi 4 yaitu: Usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun, Lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun, lanjut usia tua (old) 75 90 tahun, usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.
Aktivitas fisik bukan hanya dilihat dari faktor fisik saja melainkan dari faktor psikis seperti rekreasi, silaturrohim, dan lain-lain. Selain itu, hubungan aktivitas fisik lansia dengan hipertensi berkaitan juga dengan pengetahuan atau wawasan tentang hubungan kedua variabel tersebut. Akan tetapi, dalam kesempatan ini belum dilakukan penelitian tentang hal-hal tersebut dikarenakan keterbatasan waktu.
Dari hasil Musyawarah Masyarakat Desa Mojoruntut, Kecamatan Krembung, Kabupaten Sidoarjo bulan tanggal 25 Oktober 2013 tentang hipertensi bersama Dokter Muda IKKOM Kelompok D FK-UWKS dihasilkan sebuah kesepakatan sebagai berikut:
1. Menggiatkan kembali kegiatan senam lansia dengan pelaksanaan sekali dalam seminggu di masing-masing dusun 2. DM IKKOM KELOMPOK D FK UWKS memfasilitasi contoh CD (cassete disk) senam lansia untuk tiap dusun (5 dusun).3. Dua hal penting yang harus diperhatikan:
a. Masyarakat disarankan rutin mengikuti posyandu lansia.
b. Masyarakat disarankan untuk menjaga pola hidup sehat.
Kegiatan ini merupakan salah satu cara untuk membiasakan dan mengarahkan lansia untuk melakukan aktivitas fisik yang sesuai demi kesehatan masing-masing lansia. Untuk itu, demi terlaksananya kegiatan tersebut diatas maka perlu dilakukan pengawasan pelaksanaan hasil musyawarah ini dari beberapa pihak terkait, dan kerjasama lintas sektoral.Menurut American Collage of Sport Medicine (ACSM) aktifitas fisik seperti latihan aerobic (olahraga ketahanan) yang teratur serta cukup takarannya bisa mencegah risiko hipertensi. Dengan melakukan gerakan yang tepat selama 30-40 menit atau lebih sebanyak 3-4 hari perminggu, dapat menurunkan tekanan darah sebanyak 10 mmHg pada bacaan sistolik dan diastolik.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan1. Aktivitas Fisik
Berdasarkan hasil penelitian ini ditemukan bahwa aktivitas fisik yang sering dilakukan lansia bisa berupa olah raga, bertani, bersepeda, jalan-jalan, dan lain-lain.
2. Kejadian Hipertensi
Subjek penelitian berjumlah 51 responden yang terdiri dari 34 orang menderita hipertensi dan 14 orang tidak menderita hipertensi. Kejadian hipertensi berdasar jenis kelamin lebih banyak terjadi pada wanita sedangkan berdasarkan umur cenderung lebih banyak pada usia 45-59 tahun.
3. Hubungan Aktivitas Fisik dengan kejadian Hipertensi
Probabilitas Lansia yang tidak beraktifitas fisik memiliki resiko hipertensi 2,26 kali lebih tinggi dari pada lansia yang beraktivitas fisik. Sehingga dapat disimpulkan adan hubungan antara aktivitas fisik dengan angka kejadian hipertensi para lansia di Dusun Buntut, Desa Mojoruntut, Kecamatan Krembung, Kabupaten Sidoarjo.B. Saran1. Saran Untuk Puskesmas
Supaya hasil dari penelitian ini bisa dijadikan masukan bagi Puskesmas Krembung dalam rangka menurunkan angaka kejadian hipertensi pada lansia.2. Saran Untuk Masyarakat
Untuk melaksanakan hasil MMD (Musyawarah Mufakat Desa) berupa:1. Menggiatkan kembali kegiatan senam lansia dengan pelaksanaan sekali dalam seminggu di masing-masing dusun
2. Dua hal penting yang perlu diperhatikan:
a. Masyarakat disarankan rutin mengikuti posyandu lansia.
b. Masyarakat disarankan untuk menjaga pola hidup sehat sejak umur balita.3. Saran Untuk Untuk Peneliti SelanjutnyaDiharapkan untuk meneliti tentang pengetahuan lansia antara hubungan aktifitas fisik dengan hipertensi.DAFTAR PUSTAKA
Arikunto S. (2003). Prosedur penelitian: suatu pendekatan. Edisi revisi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.Armilawati,dkk. (2007). Hipertensi dan faktor risikonya dalam kajian epidemiologi. Makassar: Bagian Epidemiologi FKM UNHAS.
Aisyiyah, Farida Nur. (2009). Faktor Risiko Hipertensi Pada Empat Kabupaten/Kota Dengan Prevalensi Hipertensi Tertinggi Di Jawa Dan Sumatera.(Online),(http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/1224, diakses 15 november 2013)Brashers, Valentina.L (2008). Aplikasi Klinis Patofisiologi Pemeriksaan dan Managemen. Jakarta: EGC.Chobanian A . (2003). JNC VII Report 18th Annual Scientific Meeting and Exposotion of American Society of Hypertension. New York, USA.
Dalimartha,Setiawan,dkk. (2008). Care Your Self Hipertensi. Jakarta: Penebar Plus.Gray Huon .H,dkk. (2005). Lecture Notes Kardiologi ed.4. Surabaya: Erlangga Medical Series
Jafar Nurhaedar. 2010. Hipertensi. Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar.Kowalski, Robert E. (2010). Terapi Hipertensi. Bandung : Mizan Pustaka
Krisnatuti D, Yenrina R. (2005). Perencanaan Menu Bagi Penderita Jantung Koroner. Jakarta: Trubus Agriwidya.Krummel DA. (2004).Food, Nutrition and Diet Therapy. USA: Saunders Corporation. Kuswardhani RA Tuty, (2006). Penatalaksanaan Hipertensi Pada Lanjut Usia. (Online), Jurnal Penyakit Dalam Vol.7 No.2 mei 2006. Denpasar: Divisi Geriatri. Bagian Penyakit Dalam FK Unud, RSUP Sanglah. (http://ojs.unud.ac.id/index.php/jim/article/download/3757/2755, diakses 15 November 2013)Martiani ayu, Lelyana Rosa. (2012). Faktor Risiko Hipertensi Ditinjau Dari Kebiasaan Minum Kopi (Studi Kasus Di Wilayah Kerja Puskesmas Ungaran Pada Bulan Januari-Februari 2012). Journal of Nutrition Collage vol.1 no. 1 Hal. 78-85 2012. (http://lib.umpo.ac.id/gdl/files/disk1/5/jkptumpo-gdl-vendyikfha-233-1 abstrak-i.pdf, diakses 15 November 2013)Rahajeng Ekowati, Sulistyowati Tuminah. (2009). Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di Indonesia. Majalah kedokteran Indonesia, Vol. 59 No. 12 Ed. Desember 2009. Jakarta: Pusat Penelitian Biomedis dan Farmasi Badan Penelitian Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia.Sastroasmoro S, Ismael S. (2011). Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi III. Jakarta: Sagung Seto.
Sudjana S. (2001). Metoda statistika. Bandung: Tarsito.Sudarso (2007). Membuat Karya Tulis Ilmiah Bidang Kesehatan. Surabaya: Duatujuh.Tambayong Jan. (2000). Patofisiologi untuk Keperawatan .Jakarta: EGC.Tesfaye F et al. (2007). Association between body mass index and blood pressure across three population in Africa and Asia. Journal of Human Hypertension.LAMPIRAN
Hubungan Aktivitas Fisik pada Lansia dengan Hipertensi di Dusun Buntut Desa Mojoruntut Kecamatan Krembung Sidoarjo
KUESIONER PENELITIAN
I. Pengantar
Assalamualaikum Wr.Wb, Salam Sejahtera
Dengan hormat,
Kami dokter muda dari Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya akan meneliti di wilayah puskesmas Krembung, tentang Hubungan Aktivitas Fisik pada Lansia dengan Hipertensi di Dusun Buntut Desa Mojoruntut Kecamatan Krembung Sidoarjo. Besar harapan kami bapak/ibu bersedia menjadi responden penelitian ini.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan aktivitas fisik pada usia lansia dengan angka kejadian hipertensi. Sebelumnya kami ucapkan terima kasih kami atas partisipasi bapak/ibu. Semoga penelitian ini bermanfaat untuk kita semua
23 Oktober 2013,
Peneliti
II. INFORMED CONSENT
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
:
Jenis kelamin: pria/ wanita
Umur
:tahun
Alamat
:
Bersedia mengisi kuesioner untuk menunjang penelitian yang berjudul Hubungan Aktivitas Fisik pada Lansia dengan Hipertensi di Desa Mojoruntut yang diadakan dokter muda fakultas kedokteran universitas wijaya kusuma Surabaya pada Oktober 2013 dengan sukarela, tanpa paksaan apapun.
23 Oktober 2013
(
)
III. PETUNJUK PENGISIAN
1. Silang jawaban yang sesuai dengan anda
2. Isi titik-titik yang tersedia jika ditanyakan
3. Perhatikan pertanyaan dengan seksama
IV. KUESIONER
Aktifitas Fisik: Diisi oleh peneliti
1. Apakah menurut anda olah raga itu penting?
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah anda berolah raga?
a. Ya
b. Tidak
3. Jika ya, berapakali seminggu anda berolah raga?
a. setiap hari
b. Lebih dari 2x dalam seminggu
c. Kurang dari 2x dalam seminggu
4. Jika ya, berapa lama anda berolah raga?
a. >30 menit
b.