Author
ahmad-ikhlasul-amal
View
559
Download
27
Embed Size (px)
Disusun Oleh : Ady Irawan AM Afidlul Umam Agios S. Siagian Ahmad Ikhlasul Amal (092070002) (092070003) (092070004) (092070005)
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG 2010
Penyakit
hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang berlanjut untuk suatu target organ, seperti strok untuk otak, penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan untuk otot jantung sekitar 80 % kenaikan kasus hipertensi terutama di negara berkembang tahun 2025 dari sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000, di perkirakan menjadi 1,15 milyar kasus di tahun 2025.
Diperkirakan
Prevalensi
terbanyak berkisar antara 6 sampai dengan 15% tetapi angka-angka ekstrim rendah seperti di Ungaran, Jawa Tengah 1,8%; Lembah Balim Pegunungan Jaya Wijaya, Irian Jaya 0,6%; dan Talang Sumatera Barat 17,8%. Nyata di sini, dua angka yang dilaporkan oleh kelompok yang sama pada 2 daerah pedesaan di Sumatera Barat menunjukkan angka yang tinggi dua angka yang dilaporkan oleh kelompok yang sama pada 2 daerah pedesaan di Sumatera Barat menunjukkan angka yang tinggi.
Survai penyakit jantung pada usia lanjut yang dilaksanakan Boedhi Darmojo, menemukan prevalensi hipertensi tanpa atau dengan tanda penyakit jantung hipertensi sebesar 33,3% (81 orang dari 243 orang tua 50 tahun ke atas).Wanita mempunyai prevalensi lebih tinggi dari pada pria (p0,05). Dari kasus-kasus tadi, ternyata 68,4% termasuk hipertensi ringan (diastolik 95/104 mmHg), 28,1% hipertensi sedang (diastolik 105/129 mmHG) dan hanya 3,5% dengan hipertensi berat (diastolik sama atau lebih besar dengan 130 mmHg).
Tujuan Umum Mampu memahami konsep penyakit hipertensi dalam lingkup asuhan keperawatan gerontik secara tepat dan benar. Tujuan Khusus Mampu memahami pengertian hipertensi pada lansia. Mampu memahami penyebab dari hipertensi pada lansia. Mampu memahami tanda dan gejala terjadinya hipertensi pada lansia. Mampu memahami penatalaksanaan kasus hipertensi pada lansia. Mampu memahami konsep asuhan keperawatan hipertensi pada lansia.
Hipertensi
dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. (Smeltzer,2001) Menurut WHO ( 1978 ), tekanan darah sama dengan atau diatas 160 / 95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi.
NO 1. 2. 3. 4.
Kategori Optimal Normal High Normal Hipertensi Grade 1 (ringan) Grade 2 (sedang) Grade 3 (berat) Grade 4 (sangat berat)
Sistolik(mmHg) 210
Diastolik(mmHg) 120
Elastisitas dinding aorta menurun Katub jantung menebal dan menjadi kaku Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya. Kehilangan elastisitas pembuluh darah Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya
Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi Ciri perseorangan1. 2. 3.
Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat ) Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan ) Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )
Kebiasaan hidup1. 2. 3. 4. 5. 6.
Konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr ) Kegemukan atau makan berlebihan Stress Merokok Minum alkohol Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )
penyebab hipertensi sekunder 1. 2. 3. 4.
Ginjal Glomerulonefritis Pielonefritis Nekrosis tubular akut Tumor
y
Vascular1.Aterosklerosis 2.Hiperplasia 3.Trombosis 4.Aneurisma
kolestrol 6.Vaskulitis5.Emboli
Kelainan endokrin1. 2. 3.
DM Hipertiroidisme Hipotiroidisme
y Saraf1. 2. 3.
Stroke Ensepalitis SGB
Obat obatan 1 Kontrasepsi oral 2 Kortikosteroid
Tidak ada gejala Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur. Gejala yang lazim Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Menurut Rokhaeni ( 2001)1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Mengeluh sakit kepala, pusing Lemas, kelelahan Sesak nafas Gelisah Mual Muntah Epistaksis Kesadaran menurun
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Terapi tanpa Obat1. Diet
2. Latihan Fisik 3. Edukasi Psikologis : Tehnik Biofeedback Tehnik relaksasi 4. Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan ) Terapi dengan Obat
oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi ( JOINT NATIONAL COMMITTEE ON DETECTION, EVALUATION AND TREATMENT OF HIGH BLOOD PRESSURE, USA, 1988 )
diuretika,
penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita.
Terapi Herbal 1. Seledri 2. Mentimun 3. Bawang putih
Aktivitas / istirahat Sirkulasi Integritas Ego Eliminasi Makanan / Cairan Neurosensori Nyeri/ketidaknyamanan Pernapasan Keamanan Pembelajaran / Penyuluhan
1. Nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x 24 jam, diharapkan Tekanan vaskuler serebral tidak meningkat.
Kriteria hasil :
Pasien mengungkapkan tidak adanya sakit kepala Pasien tampak nyaman TTV dalam batas normalIntervensi keperawatan : a. Pertahankan tirah
baring, lingkungan yang tenang, sedikit
penerangan b. Minimalkan gangguan lingkungan dan rangsangan c. Batasi aktivitas d. Hindari merokok atau menggunkan penggunaan nikotin e. Beri obat analgesia dan sedasi sesuai pesanan f. Beri tindakan yang menyenangkan sesuai indikasi seperti kompres es, posisi nyaman, tehnik relaksasi, bimbingan imajinasi, hindari konstipasi
2.
Potensial ganggguan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan dengan gangguan sirkulasi
Tujuan : Tidak terjadi perubahan perfusi jaringan : serebral, ginjal, jantung setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam
Kriteria hasil : Pasien mendemonstrasikan perfusi jaringan yang membaik seperti ditunjukkan dengan : TD dalam batas yang dapat diterima, tidak ada keluhan sakit kepala, pusing, nilai-nilai laboratorium dalam batas normal. Haluaran urin 30 ml/ menit Tanda-tanda vital stabil.Intervensi : a. Pertahankan tirah baring; tinggikan kepala tempat tidur b. Kaji tekanan darah saat masuk pada kedua lengan; tidur, duduk dengan pemantau tekanan arteri jika tersedia c. Pertahankan cairan dan obat-obatan sesuai pesanan d. Amati adanya hipotensi mendadak e. Ukur masukan dan pengeluaran f. Pantau elektrolit, BUN, kreatinin sesuai pesanan g. Ambulasi sesuai kemampuan; hindari kelelahan
3.
Tujuan : Tidak terjadi intoleransi aktifitas setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam Kriteria hasil : Meningkatkan energi untuk melakukan aktifitas sehari hari Menunjukkan penurunan gejala gejala intoleransi aktifitas Intervensi : a. Berikan dorongan untuk aktifitas / perawatan diri bertahap jika dapat ditoleransi. b. Berikan bantuan sesuai kebutuhan c. Instruksikan pasien tentang penghematan energy d. Kaji respon pasien terhadap aktifitas e. Monitor adanya diaforesis, pusing f. Observasi TTV tiap 4 jam g. Berikan jarak waktu pengobatan dan prosedur untuk memungkinkan waktu h. Istirahat yang tidak terganggu, berikan waktu istirahat sepanjang siang atau sore
Intoleransi aktifitas berhubungan penurunan cardiac output
4. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular
Tujuan : Tidak terjadi penurunan curah jantung setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam. Kriteria hasil : Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan TD Mempertahankan TD dalam rentang yang dapat diterima Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil Intervensi : a. Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan manset dan tehnik yang tepat b. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer c. Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas d. Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler e. Catat edema umum f. Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas, batasi jumlah pengunjung. g. Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat ditempat tidur/kursi h. Bantu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan i. Lakukan tindakan yang nyaman spt pijatan punggung dan leher, meninggikan kepala tempat tidur. j. Anjurkan tehnik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan k. Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah l. Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi m. Kolaborasi untuk pemberian obat-obatan sesuai indikasi