Upload
fina-ina-hamidah
View
269
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
dwrettet
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan/atau tulang
rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Trauma yang menyebabkan tulang patah
dapat berupa trauma langsung, misalnya benturan pada lengan bawah yang menyebabkan fraktur
radius dan ulna, dan dapat berupa trauma tidak langsung, misalnya jatuh bertumpu pada tangan
yang menyebabkan tulang klavikula atau radius distal patah.
Akibat trauma pada tulang bergantung pada jenis trauma, kekuatan, dan arahnya. Trauma
tajam yang langsung atau trauma tumpul yang kuat dapat menyebabkan tulang patah dengan luka
terbuka sampai ke tulang yang disebut fraktur terbuka. Fraktur di dekat sendi atau mengenai
sendi dapat menyebabkan fraktur disertai luksasi sendi yang disebut fraktur dislokasi.
Open fraktur merupakan keadaan darurat yang memerlukan penanganan standar untuk
mengurangi risiko infeksi. Selain mencegah infeksi juga diharapkan terjadi penyembuhan fraktur
dan restorasi fungsi anggota gerak. Beberapa hal yang penting untuk dilakukan dalam
penatalaksanaan open fraktur adalah dengan operasi segera secara hati-hati,debridement yang
benar,stabilisasi fraktur,penutupan kulit dan bonegrafting yang dini serta pemberian antibiotika
yang adekuat.
Frekuensi kejadian open fraktur akibat kecelakaan lalulintas makin lama makin meningkat.
Pengobatan yang terlambat dan tidak semestinya dapat berakibat fatal pada penderita open
fraktur dan dapat menyebabkan kematian. Open fraktur dapat menyebabkan kerusakan jaringan
lunak yang luas,yang meliputi kerusakan otot,vaskuler,dan saraf. Kerusakan otot dapat
mengakibatkan komplikasi gas gangrene yang bisa berakibat fatal bila tidak ditangani dengan
baik. Kerusakan vaskuler dapat menyebabkan terjadinya kehilangan darah yang banyak sehingga
terjadi syok. Delayed union dapat terjadi jika aliran darah yang diperlukan untuk terjadinya
penyatuan tulang tidak memadai.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi
Open fraktur merupakan suatu fraktur dimana terjadi hubungan dengan lingkungan luar
melalui kulit sehingga terjadi kontaminasi bakteri yang dapat menimbulkan komplikasi berupa
infeksi.
2.2. Anatomi dan Pembentukan Tulang
Tulang panjang terdiri dari : epifisis, metafisis dan diafisis. Epifisis merupakan bagian paling
atas dari tulang panjang, metafisis merupakan bagian yang lebih lebar dari ujung tulang panjang,
yang berdekatan dengan diskus epifisialis, sedangkan diafisis merupakan bagiantulang panjang
yang di bentuk dari pusat osifikasi primer.Seluruh tulang diliputi oleh lapisan fibrosa yang disebut periosteum, yang
mengandung sel-sel yang dapat berproliferasi dan berperan dalam proses pertumbuhan transversal
tulang panjang. Kebanyakan tulang panjang mempunyai arteria nutrisi. Lokasi dan keutuhan
dari pembuluh darah inilah yang menentukan berhasil atau tidaknya proses penyembuhan suatu tulang yang
patah.
Mekanisme pembentukan tulang
Proses pembentukan tulang telah bermula sejak umur embrio 6-7 minggu dan berlangsung
sampai dewasa. Proses terbentuknya tulang terjadi dengan 2 cara yaitu melalui osifikasi intra
membran dan osifikasi endokondral :
1 . O s i f i k a s i i n t r a m e m b r a n e
P r os e s pe m be n t u ka n t u l a ng d a r i j a r i n ga n m e s e nk i m m en j a d i j a r i n ga n
t u l a n g , c o n t o h n y a p a d a p r o s e s p e m b e n t u k a n t u l a n g p i p i h . P a d a
p r o s e s perkembangan hewan vertebrata terdapat tiga lapisan lembaga yaitu
ektoderm,m e d o d e r m , d a n e n d o d e r m . M e s e n k i m m e r u p a k a n b a g i a n
d a r i l a p i s a n m es od e r m , ya ng k e mu d i a n b e r ke m ba n g me n j ad i j a r i n ga n
i ka t da n d a ra h . T u l a ng t en gk o r a k b e r a s a l l a n gs u ng da r i s e l - s e l m e s e nk i m
m e l a l u i p r o s e s osifikasi intramembran.
2 . O s i f i k a s i e n d o k o n d r a l
P r o s e s p e m b e n t u k a n t u l a n g y a n g t e r j a d i d i m a n a s e l - s e l m e s e n k i m
berdiferensiasi lebih dulu menjadi kartilago (jaringan rawan) lalu berubahm en j ad i
j a r i ng a n t u l a ng , m i s a l p ro s e s pe m be n tu ka n tu l a ng pa n j an g , r u a s t u l a ng
be l a ka ng , da n p e l v i s . P r o s e s o s i f i k a s i i n i be r t a n gg u ng j a w a b
pa d a pembentukkan sebagian besar tulang manusia. Pada proses ini sel-sel
tulang(osteoblas) aktif membelah dan muncul dibagian tengah dari tulang
rawanyang disebut center osifikasi. Osteoblas selanjutnya berubah menjadi osteosit,sel-sel
tulang dewasa ini tertanam dengan kuat pada matriks tulang.
Pembentukan tulang rawan terjadi segera setelah terbentuk tulang rawan(kartilago).
Mula-mula pembuluh darah menembus perichondrium di bagian t en ga h ba t an g
t u l a ng r aw a n , m er a ng s a n g s e l - s e l p e r i c ho nd r i u m b e r ub a hm en j ad i
o s t e ob la s . O s t e ob l a s i n i ak a n m em be n t uk s u a t u l a p i s a n tu l an g kompakta,
perichondrium berubah menjadi periosteum. Bersamaan dengan proses ini pada bagian
dalam tulang rawan di daerah diafisis yang disebut juga pu s a t o s i f i ka s i p r i me r , s e l - s e l
t u l a ng r aw a n m e m be s a r ke m ud ia n p ec a h sehingga terjadi kenaikan pH (menjadi basa)
akibatnya zat kapur didepositkan,d e n g a n d e m i k i a n t e r g a n g g u l a h n u t r i s i
s e m u a s e l - s e l t u l a n g r a w a n d a n menyebabkan kematian pada sel-sel tulang rawan
ini.Kemudian akan terjadi degenerasi (kemunduran bentuk dan fungsi)
dan pe l a r u t a n da r i z a t - z a t i n t e r s e lu l e r ( t e rm a s uk z a t k ap u r ) be r s a m a an
de n ga n masuknya pembuluh darah ke daerah ini, sehingga terbentuklah rongga untuk s um s um
t u l a ng . P a d a t a ha p s e l an j u t n ya pe m bu lu h da r a h ak a n me m a s u k i daerah
epiphise sehingga terjadi pusat osifikasi sekunder, terbentuklah tulangspongiosa. Dengan
demikian masih tersisa tulang rawan dikedua ujung epifiseyang berperan penting dalam
pergerakan sendi dan satu tulang rawan di antaraepifise dan diafise yang disebut dengan cakram
epifise.
S e l ama pe r tum bu han , s e l - s e l t u l ang r a wa n pada c ak ram e p i f i s e t e ru s -
menerus membelah kemudian hancur dan tulang rawan diganti dengan tulangd i dae r ah
d i a f i se , den gan demik i an t eba l c a k ram ep i f i se t e t ap se d angkan tulang akan
tumbuh memanjang. Pada pertumbuhan diameter (lebar) tulang, tulang didaerah rongga
sumsum dihancurkan oleh osteoklas sehingga ronggasumsum membesar, dan pada saat
yang bersamaan osteoblas di periosteum membentuk lapisan-lapisan tulang baru di daerah
permukaan
2.3. Klasifikasi Open Fraktur
Tujuan dari sistem klasifikasi open fraktur adalah untuk menilai keadaan fraktur dan parameter
penatalaksanaan.Sistem klasifikasi Gustillo-Anderson yang paling sering digunakan
di seluruh dunia. Sistem ini menilai patah tulang terbuka berdasarkan ukuran luka,
derajat kerusakan jaringan lunak dan kontaminasi serta de r a j a t f r ak tu r .
Pengklasifikasian open fraktur menurut Gustillo-Anderson adalah sebagai berikut :
1. Derajat I:
Luka biasanya berupa tusukan kecil dan bersih berukuran kurang dari 1 cm. Terdapat
tulang yangmuncul dari luka tersebut. Sedikit kerusakan jaringanlunak tanpa adanya
crushing dan patah tulang tidak kominutif. Patah tulang biasanya berupa
sederhana,melintang, atau oblik pendek. Biasanya berupa patah tulang energi rendah.
2. Derajat II: Luka lebih besar dari 1 cm, tanpa adanya skin flapataupun avulsion. Kerusakan pada jaringan lunak tidak begitu banyak. Kominusi dan crushing injury terjadi hanya sedang. Juga terdapat kontaminasi sedang. Bisanya juga berupa patah tulang energi rendah
3. Derajat III
Terdapat kerusakan yang luas pada kulit, jaringan lunak, struktur neurovaskuler, dengan
adanya kontaminasi pada luka. Dapat juga terjadi kehilangan jaringan lunak. Luka
yang berat dengan adanya high-energy transfer ke tulang dan jaringan lunak. Biasanya
disebabkan oleh trauma kecepatan tinggi sehingga fraktur tidak stabil dan banyak komunisi.
Amputasi traumatik, patah tulang segemental terbuka, luka tembak kecepatan tinggi,
patah tulang terbuka lebih dar i 8 jam, patah tulang terbuka yang
memerlukan perbaikan vaskuler juga termasuk dalam derajat ini. derajat III ini dibagi lagi menjadi
tiga subtype:
Derajat IIIA : Tulang yang patah dapat ditutupi oleh jaringan lunak, atau terdapat
penutup periosteal yang cukup pada tulang yang patah.
Derajat IIIB : Kerusakan atau kehilangan jaringan lunak yang luas disertai dengan
pengelupasan periosteum dan komunisi yang berat dari patahan tulang tersebut. Tulang
terekspos dengan kontaminasi yang massif.
Derajat IIIC : Semua patah tulang terbuka dengan kerusakan vaskuler yang perlu
diberbaiki ,tanpa meilhat kerusakan jaringan lunak yang terjadi
2.4. Etiologi Dan Patofisiologi
Penyebab dari open fraktur adalah trauma langsung berupa benturan pada tulang dan
mengakibatkan fraktur pada tempat tersebut serta trauma tidak langsung bilamana titik tumpul
benturan dengan terjadinya fraktur berjauhan. Sedangkan hubungan dengan dunia luar dapat
terjadi karena :
- Penyebab benturan atau trauma merusak kulit,jaringan lunak dan tulang
- Fragmen tulang merusak jaringan lunak dan menembus kulit
Ketika tulang patah, periosteum dan pembuluh darah di bagian korteks,sumsum tulang dan
jaringan lunak mengalami cidera yang dapat menyebabkan keadaan yang menimbulkan syok
hipovolemik. Perdarahan yang terakumulasi menimbulkan pembengkakan jaringan sekitar
daerah cidera yang apabila di tekan atau digerakan dapat timbul rasa nyeri yang hebat yang
mengakibatkan syok neurogenik. Sementara kerusakan pada system persarafan akan
menimbulkan kehilangan sensasi yang dapat berakibat paralisis yang menetap pada fraktur juga
terjadi keterbatasan gerak oleh karena fungsi pada daerah cidera.
Pada patah tulang,perdarahan biasanya terjadi di sekitar tempat patah,kedalam jaringan lemak
tulang tersebut,jaringan lunak juga biasanya mengalami kerusakan. Reaksi perdarahan biasanya
timbul hebat setelah fraktur. Sel darah putih dan sel mast berakumulasi menyebabkan
peningkatan aliran darah ke tempat tersebut. Fagositosis dan pembersihan sisa-sisa sel mati
dimulai. Di tempat patah terdapat fibrin hematoma fraktur dan berfungsi sebagai jala-jala untuk
membentuk sel-sel baru. Aktivitas osteoblast terangsang dan terbentuk tulang baru immature
yang disebut callus. Bekuan fibrin direabsorbsi dan sel-sel tulang baru mengalami remodeling
untuk membentuk tulang sejati.
Pada open fraktur dapat menyebabkan terjadinya berbagai macam komplikasi. Komplikasi yang
terjadi pada open fraktur bisa berupa komplikasi lokalis maupun generalis. Komplikasi langsung
dapat berupa kehilangan darah,syok,fat embolism dan kegagalan kardiovaskuler. Komplikasi
lokalis yang terjadi dapat dibagi menjadi komplikasi dini yaitu yang terjadi bersamaan dengan
terjadinya patah tulang atau dalam minggu pertama dan komplikasi lambat.
2.4. Manifestasi Klinik
- Nyeri
Nyeri kontinue/terus-menerus dan meningkat semakin berat sampai fragmen tulang
tidak bisa digerakkan.
- Gangguan fungsi
Setelah terjadi fraktur ada bagian yang tidak dapat digunakan dan cenderung
menunjukkan pergerakan abnormal, ekstremitas tidak berfungsi secara teratur karena
fungsi normal otot tergantung pada integritas tulang yang mana tulang tersebut saling berdekatan.
- Deformitas/kelainan bentuk
Perubahan tulang pada fragmen disebabkan oleh deformitas tulang yang diketahui ketika
dibandingkan dengan daerah yang tidak luka.
- Pemendekan
Pada fraktur tulang panjang terjadi pemendekan yang nyata pada ekstremitas yang
disebabkan oleh kontraksi otot yang berdempet di atas dan di bawah lokasi fraktur.
- Krepitasi
Suara detik tulang yang dapat didengar atau dirasakan ketika fraktur digerakkan
- Bengkak dan perubahan warna
Hal ini disebabkan oleh trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur.
2.5. Diagnosis
a. Anamnesis
Biasanya penderita datang dengan suatu trauma (traumatik, fraktur), baik yang hebat maupun
trauma ringan dan diikuti dengan ketidak mampuan untuk menggunakan anggota
gerak. Anamnesis harus dilakukan dengan c e rm a t , k a r e na f r a k t u r t i d a k
s e l am a ny a t e r j a d i d i d a e r a h t r a um a d a n mungkin fraktur terjadi pada daerah lain.
b. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan awal penderita, perlu diperhatikan adanya:
1. Syok, anemia atau perdarahan
2 . K e ru s a k a n pa da o r ga n - o rg a n l a i n , m i s a l ny a o t a k , s um s u m t u l a n g belakang
atau organ-organ dalam rongga toraks, panggul dan abdomen
3. Fraktur predisposisi, misalnya pada fraktur patologis
Pemeriksaan lokal / status lokalis
Inspeksi (look)
- Bandingkan dengan bagian yang sehat
- Perhatikan posisi anggota gerak
- Keadaan umum pasien secara keseluruhan
- Ekspresi wajah karena nyeri
- Lidah kering atau basah
- Adanya tanda-tanda anemia karena perdarahan
- Apakah terdapat luka pada kulit dan jaringan lunak untuk membedakan fraktur tertutup
atau terbuka
- Ekstravasasi darah subkutan dalam beberapa jam sampai beberapa hari
- Perhatikan adanya deformitas berupa angulasi,rotasi dan kependekan
- Lakukan survey pada seluruh tubuh apakah ada trauma pada organ lain.
- Perhatikan kondisi mental pasien
- Keadaan vaskularisasi
Palpasi (feel)
Palpasi dilakukan secara hati-hati oleh karena pasien biasanya mengeluh sangat nyeri. Maka
nilai pada palpasi :
- Temeperatur setempat meningkat atau tidak
- Nyeri tekan
Nyeri tekan yang bersifat superficial biasanya disebabkan oleh kerusakan jaringan lunak
yang dalam akibat fraktur pada tulang.
- Krepitasi
Dapat diketahui dengan perabaan dan harus dilakukan secara hati-hati,
- Pemeriksaan vaskuler pada daerah distal trauma berupa palpasi arteri radialis,arteri
dorsalis pedis,arteri tibialis posterior sesuai dengan anggota gerak yang terkena.
- Refilling (pengisian) arteri pada kuku,warna kulit bagian distal daerah
trauma,temperature kulit
- Pengukuran tungkai terutama tungkai bawah untuk mengetahui adanya perbedaan
panjang tungkai.
Gerakan (move)
Pergerakan dengan mengajak pasien untuk menggerakkan secara aktif dan pasif sendi
proximal dan distal dari daerah yang mengalami trauma. Pada pasien dengan fraktur,setiap
pergerakkan akan menyebabkan nyeri hebat sehingga uji pergerakkan tidak boleh dilakukan
secara kasar. Disamping itu juga dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan lunak seperti
pembuluh darah dan saraf.
Pemeriksaan neurologi
Pemeriksaan neurologis berupa pemeriksaan saraf secara sensoris dan motoris serta gradasi
kelelahan neurologis yaitu neuropraksia,aksomotmesis atau neurometsis. Kelainan saraf yang
didapatkan harus dicatat dengan baik karena untuk klaim kepada asuransi dan patokan untuk
pengboatan selanjutnya.
C. Pemeriksaan Penunjang
- pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan radiologis diperlukan untuk menentukkan keadaan, lokasi serta ekstensi
Fraktur.untuk menghindarkan nyeri serta kerusakan jaringan lunak selanjutnya maka
sebaliknya kita mempergunakkan bidai yang bersifat radiolusen untuk imobilisasi
sementara sebelum dilakukan pemeriksaan radiologis.
2.6. Penatalaksanaan
Pengelolaan fraktur terbuka perlu memperhatikan bahaya terjadinya infeksi, baik infeksi
umum (bakteremia) maupun infeksi terbatas pada tulang yang bersangkutan (osteomyelitis).
Untuk menghindarinya perlu ditekankan disini pentingnya pencegahan infeksi sejak awal pasien
masuk rumah sakit, yaitu perlu dilakukannya debridement yang adekuat sampai ke jaringan yang
vital dan bersih. Diberikan pula antibiotik profilaksis selain imunisasi tetanus. Selain itu, lakukan
fiksasi yang kokoh pada fragmen fraktur. Dalam hal ini, fiksasi dengan fiksator eksterna lebih
baik daripada fiksasi interna.
Beberapa prinsip dasar pengelolaan open fraktur adalah :
- Obati fraktur sebagai suatu kegawatan
- Lakukan pemeriksaan awal dan diagnosis akan adanya kelainan yang dapat menyebabkan
kematian.
- Berikan antibiotika di ruang gawat darurat,kamar operasi dan setelah operasi
- Segera lakukan debridement dan irigasi yang baik
- Ulangi debridement 24-72 jam berikutnya
- Stabilisasi fraktur
- Biarkan luka terbuka antara 5-7 hari
- Lakukan bone graft autogenous secepatnya
- Rehabilitasi anggota gerak yang terluka
Setelah kondisi pasien stabil maka tindakan yang paling penting pada open fraktur adalah
debridement karena debridement adalah tindakan pembersihan luka dengan air mengalir
sekaligus tindakan nekrotomi (jaringan yang tidak vital dibuang). Fungsi debridement tidak
bisa digantikan dengan pemberian antibiotika,antibiotika hanya dapat menunda infeksi dan
mengurangi invasi kuman ke sistemik. Dengan debridement yang baik diharapkan kondisi
luka menjadi steril dan mampu mencegah terjadinya infeksi. Pemberian antibiotika bisa
mengurangi komplikasi infeksi.
2.7. Komplikasi
Komplikasi Akut yaitu Komplikasi lokalis yang terjadi bersamaan dengan terjadinya patah
tulang atau dalam minggu pertama. Diantaranya :
1. L e s i V a s k u l e r
Trauma vaskular dapat melibatkan pembuluh darah arteri dan vena. Perdarahan
yang tidak terdeteksi atau tidak terkontrol dengan cepat akan mengarah kepada
kematian pasien, atau bila terjadi iskemia akan berakibat kehilangan tungkai, stroke,
nekrosis dan kegagalan organ multipel.
Keparahan trauma arteri bergantung kepada derajat invasifnya trauma, mekanisme,
tipe, dan lokasi trauma, serta durasi iskemia.G a m ba ra n k l i n i s d a r i t r a um a
a r t e r i d a pa t b e ru pa pe rd a ra ha n l ua r , iskemia, hematoma pulsatil, atau perdarahan dalam
yang disertai tanda-tanda syok. Gejala klinis paling sering pada trauma arteri ekstremitas adalah
iskemia akut. Tanda-tanda iskemia adalah nyeri terus-menerus, parestesia, paralisis, pucat,
dan poikilotermia. Pemeriksaan fisik yang lengkap, mencakup inspeksi, palpasi, dan
auskultasi biasanya cukup untuk mengidentifikasi adanya tanda-tanda akut iskemia
Adanya tanda trauma vaskular pada fraktur terbuka merupakansuatu indikasi harus
dilakukan eksplorasi untuk menentukan adanyatrauma vaskular. Kesulitan untuk mendiagnosis
adanya trauma vaskular sering terjadi pada hematoma yang luas pada patah tulang
tertutup.Tanda lain yang bisa menyertai trauma vaskular adalah adanya defisit
n e u r o l o g i s b a i k s e n s o r i s m a u p u n m o t o r i s s e p e r t i r a s a b a a l
d a n penurunan kekuatan motoris pada ekstremitas. Aliran darah yang tidak a d e ku a t
da p a t me n i m bu l k a n h i p ok s i a s e h i n gg a e k s t r e m i t a s a k a n t am pa k pu c a t
da n d i ng i n p ad a pe ra b a a n . P e ng i s i a n k ap i l e r t i da k menggambarkan
keadaan sirkulasi karena dapat berasal dari arterikolateral, namun penting untuk
menentukan viabilitas jaringan.
Komplikasi yang dapat terjadi karena trauma vaskuler antara lain
thrombosis, infeksi, stenosis, fistula arteri-vena, dan aneurisma palsu. Trombosis,
infeksi, dan stenosis merupakan komplikasi yang dapat terjadi segera pascaoperasi,
sedangkan fistula arteri-vena dan aneurisma palsu merupakan komplikasi lama. Rekomstruksi
pembuluh darah harus ditangani secara sungguh-sungguh dan teliti sekali karena bila terjadi
kesalahan teknis operasi karena ceroboh atau penatalaksanaan pasca bedah yang kurang
terarah, akan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup ekstremitas berupa amputasi, atau
terjadi emboli paru.
2. Sindroma kompartemen
P a t a h t u l a n g p a d a l e n g a n k a k i d a p a t m e n i m b u l k a n h e b a t
sekalipun tidak ada kerusakan pembuluh besar. Perdarahan, edema,r a d a ng ,
da n i n f e ks i da pa t m e n i n gk a tk a n t e ka n an p a da s a l a h
s a t u ko m pa r t e m e n os t e o fa s i a . T e r j a d i pe nu ru na n a l i r a n k ap i l e r y an g
mengakibatkan iskemia otot, yang akan menyebabkan edema lebih jauh,
sehingga mengakibatkan tekanan yang lebih besar lagi dan i s k e mi a ya ng l eb i h
he ba t . L i ng ka r a n s e t a n i n i t e r u s be r l a n j u t da n berakhir dengan nekrosis
saraf dan otot dalam kompartemen setelah kurang lebih 12 jam.
Meningkatnya tekanan jaringan menyebabkan obstruksi vena dalam ruang yang
tertutup. Peningkatan tekanan terus meningkat hingga tekanan arterioral intramuskuler
bawah meninggi. Pada titik ini tidak ada lagi darah yang yang akan masuk ke kapiler
menyebabkan kebocoran ke dalam kompartemen sehingga tekanan dalam kompartemen
semakin meningkat. Penekanan saraf perifer disekitarnya akan menimbulkan nyeri hebat.
Bila terjadi peningkatan intrakompartemen,tekanan vena meningkat. Setelah itu aliran
darah melalui kapiler akan berhenti.
D a l a m k e a d a a n i n i p e n g h a n t a r a n o k s i g e n j u g a a k a n
t e r h e n t i s e h i n g g a t e r j a d i h i p o k s i a j a r i n g a n ( p a l e ) . J i k a h a l
i n i t e r u s b e r l a n j u t m a k a t e r j a d i i s k e m i a o t o t d a n n e r v u s y a n g
a k a n m e n y e b a b k a n k e r u s a k a n i r r e v e r s i b l e k o m p o n e n
t e r s e b u t . S e c a r a k l a s i k t e r d a p a t 5 P y a n g m e n g g a m b a r k a n
g e j a l a k l i n i s s i n d r o m a k o m p a r t e m e n y a i t u
p a i n , p a r e s t h e s i a , p a l l o r , p a r a l y s i s d a n p u l s e n e s s o s t e o m i e l i t i s
a k u t .
3 . Gas Gangren
K e a d a a n y a n g m e n g e r i k a n i n i d i t i m b u l k a n o l e h
i n f e k s i klostridium, terutama C. welchii. Organisme anaerob ini dapat hidup dan
berkembang biak hanya dalam jaringan dengan tekanan oksigen yang rendah. karena
itu, tempat utama infeksinya adalah luka yangkotor dengan otot mati yang
telah ditutup tanpa debridemen yang memadai. Toksin yang dihasilkan oleh
organisme ini menghancurkan d i nd i ng s e l d a n d en g a n c e pa t m e ng a k i ba t k a n
ne k ro s i s j a r i ng a n , sehingga memudahkan penyebaran penyakit itu.
4 . Septic Arthritis
Septic arthritis merupakan proses infeksi bakteri piogenik pada s e n d i y a n g j i k a
t i d a k s e g e r a d i t a n g a n i d a p a t b e r l a n j u t m e n j a d i k e r u s a k a n
p a d a s e n d i . A r t r i t i s s e p t i k k a r e n a i n f e k s i b a c t e r i a l merupakan
penyakit yang serius yang cepat merusak kartilago hyaline artikular dan kehilangan fungsi
sendi yang irreversibel.
P e n y e b a b a r t h r i t i s s e p t i c m e r u p a k a n m u l t i f a k t o r i a l d a n
t e r g a n t u n g p a d a i n t e r a k s i p a t o g e n b a k t e r i d a n r e s p o n i m u n
h o s p e s . P r o s e s y a n g t e r j a d i p a d a s e n d i a l a m i d a p a t d i b a g i
p a d a t i g a t a h a p y a i t u k o l o n i s a s i b a k t e r i , t e r j a d i n y a i n f e k s i
d a n i n d u k s i r e s p o n i n f l a m a s i h o s p e s . K o l o n i s a s i b a k t e r i
s i f a t t r o p i s m j a r i n g a n d a r i b a k t e r i m e r u p k a n h a l y a n g s a n g a t
p e n t i n g u n t u k t e r j a d i n y a i n f e k s i s e n d i . S . a u r e u s m e m i l i k i
r e s e p t o r b e r v a r i a s i ( a d h e s i o n ) y a n g m e m e d i a s i p e r l e n g k e t a n
e f e k t i f p a d a jaringan sendi yang bervariasi. Adhesin ini diatur secara ketat
olehfaktor genetik, termasuh regulator gen asesori (agr), regulator asesori stafilokokus (sar),
dan sortase.
Gejala klasik artritis septik adalah demam yang mendadak, malaise,
nyeri lokal pada sendi yang terinfeksi, pembengkakan sendi,dan penurunan
kemampuan ruang lingkup gerak sendi. Sejumlah pasien hanya mengeluh demam
ringan saja. Demam dilaporkan 60-80% kasus, biasanya demam ringan, dan demam tinggi terjadi
pada 30-40% kasus sampai lebih dari 39 C. Nyeri pada artritis septik khasnya adalah
nyeri berat dan terjadi saat istirahat maupun dengan gerakan aktif maupun pasif.
Evaluasi awal meliputi anamnesis yang detail mencakup faktor predisposisi,
mencari sumber bakterimia yang transien atau menetap ( i n f e k s i k u l i t ,
p n e u m o n i a , i n f e k s i s a l u r a n k e m i h , a d a n y a tindakan-tindakan
invasiv, pemakai obat suntik, dll), mengidentifikasi adanya penyakit sistemik yang
mengenai sendi atau adanya trauma sendi.
5. Osteomielitis akut
Osteomielitis akut adalah infeksi tulang yang terjadi secara akut. yang bisa
disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari fokus infeksi di tempat lain
(misalnya Tonsil yang terinfeksi,lepuh, gigi terinfeksi, infeksi saluran nafas atas).
Osteomielitis akibat penyebaran hematogen biasanya terjadi ditempat di mana terdapat
trauma dimana terdapat resistensi rendah kemungkinan akibat trauma subklinis (tak jelas).
Staphylococcus aureus merupakan penyebab 70% sampai 80% infeksi tulang.
Organisme patogenik lainnya sering dujumpai pada o s t e o m ie l i t i s me l i p u t i
P r o t e us , P s e ud o m on as da n E c e r i c h i a c o l i . Terdapat peningkatan insiden
infeksi resisten penisilin, nosokomial,gram negatif dan anaerobik. Awitan osteomielitis
setelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3 bulan pertama (akut fulminan stadium I).
Dan sering berhubungan dengan penumpukan hematoma atau infeksi superfisial.
Infeksi awitan lambat (stadium 2) terjadi antara 4 sampai 24 bulan setelah pembedahan.
Osteomielitis awitan lama (stadium 3) biasanya akibat penyebaran hematogen dan terjadi
2 tahun atau lebih setelah pembedahan. R e s p o n s i n i s i a l t e r h a d a p i n f e k s i
a d a l a h p e n i n g k a t a n va s ku l a r i s a s i d a n e d em a . S e t e l a h 2 a t a u 3
ha r i , t r o m b os i s pa d a pembuluh darah terjadi pada tempat tersebut, mengakibatkan
iskemia dengan nekrosis tulang sehubungan dengan peningkatan dan dapat
menyebar ke jaringan lunak atau sendi di sekitarnya, kecuali bila proses infeksi dapat dikontrol
awal, kemudian akan terbentuk abses tulang.
K o m p l i k a s i k r o n i s
1 . P e n y e m b u h a n t e r l a m b a t
P a da pa t a h tu l an g pa n ja ng y a ng s a n ga t t e rg e s e r da pa t t e r j a d i
r o b e k a n p a d a p e r i o s t e u m d a n t e r j a d i g a n g g u a n p a d a s u p l a i
d a r a h intramedular. Kekurangan suplai darah ini dapat menyebabkan pinggir
dari patah tulang menjadi nekrosis. Nekrosis yang luas akan menghambat penyembuhan
tulang. Kerusakan jaringan lunak dan pelepasan periosteum juga dapat mengganggu
penyembuhan tulang.
2 . N o n u n i o n
Bila keterlambatan penyembuhan tidak diketahui, meskipun pataht u l an g t e l a h
d i t e r a p i de ng a n m e ma d a i , c e nd e ru ng t e r j ad i no n - un i o n . Penyebab lain
ialah adanya celah yang terlalu lebar dan interposisi jaringan.
3 . M a l u n i o n
Bila fragmen menyambung pada posisi yang tidak memuaskan,seperti contoh
angulasi, rotasi, atau pemendekan yang tidak dapat diterima.P e ny e b a b ny a a da l a h
t i d a k t e r e d uk s i n ya pa t ah t u l an g s e c a ra c u ku p , kegagalan
mempertahankan reduksi ketika terjadi penyembuhan, atau kolaps yang berangsur-
angsur pada tulang yang osteoporotik atau kominutif.
4 . Gangguan pertumbuhan
P a d a a n a k - a n a k , k e r u s a k a n p a d a f i s i s d a p a t
m e n g a k i b a t k a n pertumbuhan yang abnormal atau terhambat. Patah tulang
melintang pada l em pe ng pe r tu m b uh a n t i d a k m e m ba w a be nc a na . p a t a h a n
m e n j a l a r d i sepanjang lapisan hipertrofik dan lapisan berkapur dan tidak pada daerah
germinal maka, asalkan patah tulang ini direduksi dengan tepat, jarang
terdapat gangguan pertumbuhan. Tetapi patah tulang yang memisahkan bagian
epifisi pasti akan melintasi bagian fisis yang sedang tumbuh,s e h i n gg a p e r t u m b uh a n
s e l a n j u t ny a d ap a t a s i m e t r i s d a n u j un g t u l a n g berangulasi secara khas; jika
seluruh fisis rusak, mungkin terjadi perlambatan atau penghentian pertumbuhan sama
sekali.
Golden periode penanganan fraktur terbuka adalah kurang dari 6-8 jam
dikarenakan proses dan pola pertumbuhan bakteri yang terjadi pada luka fraktur
terbukanya. Umumnya jenis bakteri yang sering ditemui pada luka adalah golongan
bakteri Staphylococcus. Staphylococcus aureus yang patogenik dan yang bersifat invasif
menghasilkan koagulase dan cenderung untuk menghasilkan pigmen kuning dan menjadi
hemolitik.
S e t e l a h be r j a l an 6 j a m p a s c a ke j a d i an f r a k t u r t e rb u ka , b a k t e r i
Stapylococcus aureus dapat mengadakan ikatan secara kimiawi ke dinding s e l - s e l
ya n g s e h a ru s ny a me ng a la m i p e ny e m b uh a n b e r up a he m a t om , inflamasi
dan rekonstruksi. Setelah mengalami ikatan, bakteri ini akan
m e n g e l u a r k a n e n t e r o t o k s i n d a n e k s o t o k s i n y a n g a k h i r n y a
d a p a t menyebabkan osteomyelitis.
Fraktur healing ( proses penyembuhan fraktur )
Penyembuhan fraktur merupakan suatu proses biologis yang menajubkan. Tidak seperti jaringan
lainnya, tulang yang mengalami fraktur dapat sembuh tanpa jaringan parut. Pengertian tentang
reaksi tulang yang hidup dan periosteum pada penyembuhan fraktur merupakan dasar untuk
mengobati fragmen fraktur. Proses penyembuhan pada fraktur mulai terjadi segera setelah tulang
mengalami kerusakan apabila lingkungan untuk penyembuhan memadai sampai tejadi
konsolidasi. Factor mekanis yang penting seperti imobilisasi fragmen tulang secara fisik sangat
penting dalam penyembuhan, selain factor biologis yang juga merupakan suatu factor yang
sangat essential dalam penyembuhan fraktur. Proses penyembuhan fraktur berbeda pada tulang
kortikal pada tulang panjang serta tulang kanselosa pada metafisis tulang panjang atau tulang
pendek, sehingga kedua jenis penyembuhan tulang ini harus dibedakan.
PENYEMBUHAN FRAKTUR PADA TULANG KORTIKAL
Proses penyembuhan fraktur pada tulang kortikal terdiri dari 5 fase, yaitu :
1. Fase hematoma
Apabila tejadi fraktur pada tulang panjang, maka pembuluh darah kecil yang melewati kanalikuli
dalam system haversian mengalami robekan dalam daerah fraktur dan akan membentuk
hematoma diantara kedua sisi fraktur. Hematoma yang besar diliputi oleh periosteum.
Periosteum akan terdorong dan mengalami robekan akibat tekanan hematoma yang terjadi
sehingga dapat terjadi ekstravasasi darah kedalam jaringan lunak.
Osteosit dengan lakunannya yang terletak beberapa millimeter dari daerah fraktur akan
kehilangan darah dan mati, yang akan menimbulkan suatu daerah cincin avaskular tulang yang
mati pada sisi – sisi fraktur segera setelah trauma.
Waktu terjadinya proses ini dimulai saat fraktur terjadi sampai 2 – 3 minggu.
1. Fase proliferasi seluler subperiosteal dan endosteal
Pada saat ini terjadi reaksi jaringan lunak sekitar fraktur sebagai suatu reaksi penyembuhan.
Penyembuhan fraktur terjadi karena adanya sel – sel osteogenik yang berproliferasi dari
periosteum untuk membentuk kalus eksterna serta pada daerah endosteum membentuk kalus
interna sebagi aktivitas seluler dalam kanalis medularis. Apabila terjadi robekan yang hebat pada
periosteum, maka penyembuhan sel berasal dari diferansiasi sel – sel mesenkimal yang
berdiferensiasi kedalam jaringan lunak. Pada tahap awal dari penyembuhan fraktur ini terjadi
penambahan jumlah dari sel – sel osteogenik yang memberi penyembuhan yang cepat pada
jaringan osteogenik yang sifatnya lebih cepat dari tumor ganas. Jaringan seluler tidak terbentuk
dari organisasi pembekuan hematoma suatu daerah fraktur. Setelah beberapa minggu, kalus dari
fraktur akan membentuk suatu massa yang meliputi jaringan osteogenik. Pada pemeriksaan
radiologist kalus belum mengandung tulang sehingga merupakan suatu daerah radioluscen.
Pada fase ini dimulai pada minggu ke 2 – 3 setelah terjadinya fraktur dan berakhir pada minggu
ke 4 – 8.
1. Fase pembentukan kalus (Fase union secara klinis)
Setelah pembentukan jaringan seluler yang tumbuh dari setiap fragmen sel dasar yang berasal
dari osteoblast dan kemudian pada kondroblast membentuk tulang rawan. Tempat osteoblas
diduduki oleh matriks interseluler kolagen dan perlekatan polisakarida oleh garam – garam
kalsium pembentuk suatu tulang yang imatur. Bentuk tulang ini disebut moven bone. Pada
pemeriksaan radiolgis kalus atau woven bone sudah terlihat dan merupakan indikasi radiologik
pertama terjadinya penyembuhan fraktur.
1. Fase konsolidasi (Fase union secara radiology)
Woven bone akan membentuk kalus primer dan secara perlahan – lahan diubah menjadi tulang
yang lebih matang oleh aktivitas osteoblas yang menjadi struktur lamellar dan kelebihan kalus
akan di resorpsi secara bertahap.
Pada fase 3 dan 4 dimulai pada minggu ke 4 – 8 dan berakhir pada minggu ke 8 – 12 setelah
terjadinya fraktur.
1. Fase remodeling
Bilamana union telah lengkap, maka tulang yang baru akan membentuk bagian yang meyerupai
bulbus yang meliputi tulang tetapi tanpa kanalis medularis. Pada fase remodeling ini perlahan –
lahan terjadi resorpsi secara osteoklastik dan tetapi terjadi osteoblastik pada tulang dan kalus
eksterna secara perlahan – lahan menghilang. Kalus intermediet berubah menjadi tulang yang
kompak dan berisi system haversian dan kalus bagian dalam akan mengalami peronggaan untuk
membentuk susmsum.
Pada fase terakhir ini, dimulai dari minggu ke 8 – 12 dan berakhir sampai beberapa tahun dari
terjadinya fraktur.
DAFTAR PUSTAKA
N e t t e r , F r a n k . T h e c i b a c o l l e c t i o n o f m e d i c a l i l l u s t r a t i o n s v o l u m e
8 m u s c u l o s k e l e t a l s y s t e m p a r t I I I . U S A
Apley A.G., Nagayam S., Solomon L., Warwick D. 2001. Apley’s Systemof Orthopaedics and
Fractures: Arnold
Cross & Swiontkowski. (2008). Treatment Principles in the Management of Open Fractures. Indian Journal of
Orthopaedics.
Gustillo, R. B., Merkow, R. L., Templeman, D.(1990).The Management of Open Fractures. The
Journal of Bone and Joints Surgery.