72
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang mempunyai potensi sumber daya alam yang melimpah, baik sumber daya hayati dan non hayati. Salah satu jenis sumber daya alam non hayati adalah sumber daya mineral seperi emas. Sumber daya alam tersebut diambil dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat. Kegiatan memanfaatkan sumber daya alam antara lain kegiatan penambangan bahan dengan cara penggalian. Selain memberikan manfaat, kegiatan itu juga dapat memberikan dampak negatif bagi pekerja, lingkungan, dan kelangsungan hidup masyarakat sekitarnya. Adanya kegiatan tersebut dapat merusak dan mengkontaminasi komponen yang ada di tanah, seperti air. Air di sekitar area pertambangan dapat terkontaminasi logam-logam berat. Padahal air merupakan sumber kelangsungan hidup manusia. Hal ini tentu sangat berdampak bagi masyarakat yang memanfaatkan air tersebut untuk kegiatan mencuci dan memasak. Kegiatan tersebut mempermudah adanya bakteri, virus, cacing masuk ke dalam tubuh manusia dan menganggu gangguan fungsi kerja tubuh. Gangguan tersebut dapat berupa infeksi cacing tambang yang dapat memicu terjadinya keadaan anemia besi.

Makalah kasus 2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

KIA

Citation preview

1

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar BelakangIndonesia merupakan negara yang mempunyai potensi sumber daya alam yang melimpah, baik sumber daya hayati dan non hayati. Salah satu jenis sumber daya alam non hayati adalah sumber daya mineral seperi emas. Sumber daya alam tersebut diambil dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat. Kegiatan memanfaatkan sumber daya alam antara lain kegiatan penambangan bahan dengan cara penggalian. Selain memberikan manfaat, kegiatan itu juga dapat memberikan dampak negatif bagi pekerja, lingkungan, dan kelangsungan hidup masyarakat sekitarnya. Adanya kegiatan tersebut dapat merusak dan mengkontaminasi komponen yang ada di tanah, seperti air. Air di sekitar area pertambangan dapat terkontaminasi logam-logam berat. Padahal air merupakan sumber kelangsungan hidup manusia. Hal ini tentu sangat berdampak bagi masyarakat yang memanfaatkan air tersebut untuk kegiatan mencuci dan memasak. Kegiatan tersebut mempermudah adanya bakteri, virus, cacing masuk ke dalam tubuh manusia dan menganggu gangguan fungsi kerja tubuh. Gangguan tersebut dapat berupa infeksi cacing tambang yang dapat memicu terjadinya keadaan anemia besi.Anemia kurang besi adalah salah satu bentuk gangguan gizi yang merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di seluruh dunia, terutama di Negara berkembang termasuk Indonesia. Penyebab utama anemia kurang besi tampaknya adalah karena konsumsi zat besi yang tidak cukup dan absorbsi zat besi yang rendah dari pola makanan yang sebagian besar terdiri dari nasi, dan menu yang kurang beraneka ragam. Konsumsi zat besi dari makanan tersebut sering lebih rendah dari dua pertiga kecukupan konsumsi zat besi yang dianjurkan, dan susunan menu makanan yang dikonsumsi tergolong pada tipe makanan yang rendah absorbsi zat besinya. Selain itu infeksi cacing tambang memperberat keadaan anemia yang diderita pada daerah-daerah tertentu, terutama di daerah pedesaan.

Anemia kurang besi dipengaruhi juga oleh konsekuensi dari infeksi kecacingan dengan hilangnya darah secara khronis (10). Penyakit kecacingan dan anemia gizi merupakan masalah yang saling terkait dan dijumpai bersamaan dalam suatu masyarakat, yaitu karena rendahnya sosial ekonomi masyarakat dan sanitasi lingkungan yang sangat tidak memadai sehingga memudahkan terjadinya penularan penyakit infeksi terutama infeksi kecacingan.1.2. Rumusan MasalahDampak penambangan akan menjadi masalah yang serius bagi kesehatan, karena masyarakat memanfaatkan sumber air sekitar penambangan yang sudah terkontaminasi logam-logam berat untuk kegiatan mencuci dan memasak. Kegiatan tersebut dapat menjadi perantara masuknya kontaminasi logam ke dalam tubuh. Hal ini dapat menurunkan derajat kesehatan masyarakat sekitar penambangan, bahkan dapat menyebabkan adanya kematian.Berdasarkan uraian latar belakang, dapat dirumuskan suatu rumusan masalah yaitu bagaimana cara menyelesaikan kasus terkait penyakit Anemia dengan menggunakan metode seven jumps.1.3. TujuanTujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk :

a. Mengetahui dampak penambangan terhadap gangguan kesehatan.b. Mengetahui perubahan sosial ekonomi terhadap masyarakat dengan adanya aktivitas penambangan.1.4. ManfaatHasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat antara lain :a. Bagi mahasiswa, dapat menambah pengetahuan mengenai keterkaitan aktivitas penambangan dengan peluang terjadinya infeksi cacing yang dapat memicu adanya anemia defisiensi besi.

b. Bagi masyarakat, dapat dijadikan pembelajaran agar lebih waspada dan hati-hati dalam penggunaan air di sekitar area penambangan.c. Bagi pekerja, dapat dijadikan pembelajaran agar lebih safety dalam bekerja.d. Bagi pemerintah, dapat dijadikan perhatian khusus dalam pembuatan kebijakan dan regulasi mengenai safety condition pekerja dan hal-hal lainnya di sekitar area penambangan agar tidak membahayakan serta memberikan dampak negatif terhadap kelangsungan hidup masyarakat.BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Anemia

1.1.1 Pengertian Anemia

Anemia merupakan keadaan di mana masa eritrosit dan atau masa hemoglobin yang beredar tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh (Handayani dan Haribowo, 2008).

Anemia dapat didefinisikan sebagai nilai hemoglobin, hematokrit, atau jumlah eritrosit per milimeter kubik lebih rendah dari normal (Dallman dan Mentzer, 2006). Menurut Ahmad Syafiq, dkk (2008) Anemia didefinisikan sebagai keadaan di mana level Hb rendah karena kondisi patologis.

Menurut Anie Kurniawan, dkk (1998) Anemia adalah suatu penyakit di mana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari normal.

1.1.2 Tanda-tanda Anemia

Menurut Anie Kurniawan, dkk (1998), tanda-tanda Anemia meliputi:

a. Lesu, Lemah, Letih, Lelah, Lalai (5L)

b. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang

c. Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit, dan telapak tangan menjadi pucat.

Menurut Handayani dan Haribowo (2008), gejala anemia dibagi menjadi tiga golongan besar yaitu sebagai berikut:

a. Gejala Umum anemia

Gejala anemia disebut juga sebagai sindrom anemia atau Anemic syndrome. Gejala umum anemia atau sindrom anemia adalah gejala yang timbul pada semua jenis Anemia pada kadar hemoglobin yang sudah menurun sedemikian rupa di bawah titik tertentu. Gejala ini timbul karena anoksia organ target dan mekanisme kompensasi tubuh terhadap penurunan hemoglobin.

Gejala-gejala tersebut apabila diklasifikasikan menurut organ yang terkena adalah:

1) Sistem Kardiovaskuler: lesu, cepat lelah, palpitasi, takikardi, sesak napas saat beraktivitas, angina pektoris, dan gagal jantung.

2) Sistem Saraf: sakit kepala, pusing, telinga mendenging, mata berkunang-kunang, kelemahan otot, iritabilitas, lesu, serta perasaan dingin pada ekstremitas.

3) Sistem Urogenital: gangguan haid dan libido menurun.

4) Epitel: warna pucat pada kulit dan mukosa, elastisitas kulit menurun, serta rambut tipis dan halus.

b. Gejala Khas Masing-masing anemia

Gejala khas yang menjadi ciri dari masing-masing jenis anemia adalah sebagai berikut:

1) Anemia defisiensi besi: disfagia, atrofi papil lidah, stomatitis angularis.

2) Anemia defisisensi asam folat: lidah merah (buffy tongue).

3) Anemia hemolitik: ikterus dan hepatosplenomegali.

4) Anemia aplastik: perdarahan kulit atau mukosa dan tandatanda infeksi.

c. Gejala Akibat Penyakit Dasar

Gejala penyakit dasar yang menjadi penyebab anemia. Gejala ini timbul karena penyakit-penyakit yang mendasari anemia tersebut. Misalnya anemia defisiensi besi yang disebabkan oleh infeksi cacing tambang berat akan menimbulkan gejala seperti pembesaran parotis dan telapak tangan berwarna kuning seperti jerami.

Menurut Yayan Akhyar Israr (2008) anemia pada akhirnya menyebabkan kelelahan, sesak nafas, kurang tenaga dan gejala lainnya. Gejala yang khas dijumpai pada defisiensi besi, tidak dijumpai pada anemia jenis lain, seperti :

1) Atrofi papil lidah : permukaan lidah menjadi licin dan mengkilap karena papil lidah menghilang

2) Glositis : iritasi lidah

3) Keilosis : bibir pecah-pecah

4) Koilonikia : kuku jari tangan pecah-pecah dan bentuknya seperti Sendok.

1.1.3 Etiologi

Anemia dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain :

a. Gangguan pembentukan eritrosit

Gangguan pembentukan eritrosit terjadi apabila terdapat defisiensi substansi tertentu seperti mineral (besi, tembaga), vitamin (B12, asam folat), asam amino, serta gangguan pada sumsum tulang.

b. Perdarahan

Perdarahan baik akut maupun kronis mengakibatkan penurunan total sel darah merah dalam sirkulasi.

c. Hemolisis

Hemolisis adalah proses penghancuran eritrosit.

1.1.4 Klasifikasi

Berdasarkan gambaran morfologik, anemia diklasifikasikan menjadi tiga jenis anemia:

a. Anemia normositik normokrom.

Anemia normositik normokrom disebabkan oleh karena perdarahan akut, hemolisis, dan penyakit-penyakit infiltratif metastatik pada sumsum tulang. Terjadi penurunan jumlah eritrosit tidak disertai dengan perubahan konsentrasi hemoglobin (Indeks eritrosit normal pada anak:

MCV 73 101 fl, MCH 23 31 pg , MCHC 26 35 %), bentuk dan ukuran eritrosit.Klasifikasi anemia berdasarkan penyebabnya dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu :

a. Anemia karena hilangnya sel darah merah, terjadi akibat akibat perdarahan karena berbagai sebabb. Anemia karena menurunnya produksi sel darah merah, dapat disebabkan karena kekurangan unsure penyusun sel darah merah ( asam folat , vitamin B12, dan zat besi) , gangguan fungsi sumsum tulang , tidak adekuatnya stimulasi karena berkurangnya eritropoitin (pada penyakit ginjal kronik)

c. Anemia karena meningkatnya destruksi/kerusakan sel darah merah.

1.1.5 Penyebab Anemia

Menurut Tarwoto, dkk (2010) adalah:

a. Pada umumnya masyarakat Indonesia (termasuk remaja putri) lebih banyak mengkonsumsi makanan nabati yang kandungan zat besinya sedikit, dibandingkan dengan makanan hewani, sehingga kebutuhan tubuh akan zat besi tidak terpenuhi

b. Remaja putri biasanya ingin tampil langsing, sehingga membatasi asupan makanan

c. Setiap hari manusia kehilangan zat besi 0,6 mg yang diekskresi, khusunya melalui feses (tinja)

d. Remaja putri mengalami haid setiap bulan, di mana kehilangan zat besi 1,3 mg per hari, sehingga kebutuhan zat besi lebih banyak dari pada pria

Menurut Handayani dan Haribowo (2008), pada dasarnya gejala anemia timbul karena dua hal berikut ini:

1) Anoksia organ target karena berkurangnya jumlah oksigen yang dapat dibawa oleh darah kejaringan.

2) Mekanisme kompensasi tubuh terhadap Anemia.

Menurut Anie Kurniawan, dkk (1998), Anemia Gizi Besi dapat terjadi karena:

a. Kandungan zat besi dari makanan yang di konsumsi tidak mencukupi kebutuhan

1) Makanan yang kaya akan kandungan zat besi adalah:

makanan yang berasal dari hewani (seperti ikan, daging, hati, ayam).

2) Makanan nabati (dari tumbuh-tumbuhan) misalnya sayuran hijau tua, yang walaupun kaya akan zat besi, namun hanya sedikit yang bisa diserap dengan baik oleh usus.

b. Meningkatnya kebutuhan tubuh akan zat besi

1) Pada masa pertumbuhan seperti anak-anak dan remaja, kebutuhan tubuh akan zat besi meningkat tajam.

2) Pada masa hamil kebutuhan zat besi meningkat karena zat besi diperlukan untuk pertumbuhan janin serta untuk kebutuhan ibu sendiri.

3) Pada penderita menahun seperti TBC.

c. Meningkatnya pengeluaran zat besi dari tubuh. Perdarahan atau kehilangan darah dapat menyebabkan anemia. Hal ini terjadi pada penderita:

1) Kecacingan (terutama cacing tambang), infeksi cacing tambang menyebabkan perdarahan pada dinding usus, meskipun sedikit tetapi terjadi terus menerus yang mengakibatkan hilangnya darah atau zat besi.

2) Malaria pada penderita Anemia Gizi Besi, dapat memperberat keadaan anemianya.

3) Kehilangan darah pada waktu haid berarti mengeluarkan zat besi yang ada dalam darah.

1.1.6 Dampak Anemia

Menurut Reksodiputro (2004) yang dikutip oleh Tarwoto, dkk (2010), komplikasi dari anemia yaitu: Gagal jantung kongesif; Parestesia; Konfusi kanker; Penyakit ginjal; Gondok; Gangguan pembentukan heme; Penyakit infeksi kuman; Thalasemia; Kelainan jantung; Rematoid; Meningitis; Gangguan sistem imun.

1.1.7 Pencegahan Anemia

Menurut Tarwoto, dkk (2010), upaya-upaya untuk mencegah anemia, antara lain sebagai berikut:

a. Makan makanan yang mengandung zat besi dari bahan hewani (daging, ikan, ayam, hati, dan telur); dan dari bahan nabati (sayuran yang berwarna hijau tua, kacang-kacangan, dan tempe).

b. Banyak makan makanan sumber vitamin c yang bermanfaat untuk meningkatkan penyerapan zat besi, misalnya: jambu, jeruk, tomat, dan nanas.

c. Minum 1 tablet penambah darah setiap hari, khususnya saat mengalami haid.

d. Bila merasakan adanya tanda dan gejala anemia, segera konsultasikan ke dokter untuk dicari penyebabnya dan diberikan pengobatan.

Menurut Anie Kurniawan, dkk (1998), mencegah anemia dengan:

a. Makan-makanan yang banyak mengandung zat besi dari bahan makanan hewani (daging, ikan, ayam, hati, telur) dan bahan makanan nabati (sayuran berwarna hijau tua, kacang-kacangan, tempe).

b. Makan sayur-sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung vitamin C (daun katuk, daun singkong, bayam, jambu, tomat, jeruk dan nanas) sangat bermanfaat untuk meningkatkan penyerapan zat besi dalam usus.

c. Menambah pemasukan zat besi kedalam tubuh dengan minum Tablet Tambah Darah (TTD)

Menurut Lubis (2008), tindakan penting yang dilakukan untuk mencegah kekurangan besi antara lain:

a. Konseling untuk membantu memilih bahan makanan dengan kadar besi yang cukup secara rutin pada usia remaja.

b. Meningkatkan konsumsi besi dari sumber hewani seperti daging, ikan, unggas, makanan laut disertai minum sari buah yang mengandung vitamin C (asam askorbat) untuk meningkatkan absorbsi besi dan menghindari atau mengurangi minum kopi, teh, teh es, minuman ringan yang mengandung karbonat dan minum susu pada saat makan.

c. Suplementasi besi. Merupakan cara untuk menanggulangi ADB di daerah dengan prevalensi tinggi. Pemberian suplementasi besi pada remaja dosis 1 mg/KgBB/hari.

d. Untuk meningkatkan absorbsi besi, sebaiknya suplementasi besi tidak diberi bersama susu, kopi, teh, minuman ringan yang mengandung karbonat, multivitamin yang mengandung phosphate dan kalsium.

e. Skrining anemia. Pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit masih merupakan pilihan untuk skrining anemia defisiensi besi.

Menurut De Maeyer (1995) yang dikutip oleh Tarwoto, dkk (2010), pencegahan adanya anemia defisiensi zat besi dapat dilakukan dengan tiga pendekatan dasar yaitu sebagai berikut:

a. Memperkaya makanan pokok dengan zat besi, seperti: hati, sayuran berwarna hijau dan kacang-kacangan. Zat besi dapat membantu pembentukan hemoglobin (sel darah merah) yang baru.

b. Pemberian suplemen zat besi. Pada saat ini pemerintah mempunyai Program Penanggulangan Anemia Gizi Besi (PPAGB) pada remaja putri, untuk mencegah dan menanggulangi masalah Anemia gizi besi melalui suplementasi zat besi.

c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang pola makan sehat.

d. Kehadiran makanan siap saji (fast food) dapat mempengaruhi pola makan remaja. Makanan siap saji umumnya rendah zat besi, kalsium, riboflavin, vitamin A, dan asam folat. Makanan siap saji mengandung lemak jenuh, kolesterol dan natrium yang tinggi.

1.1.8 Pengobatan Anemia

Menurut Handayani dan Haribowo (2008), pada setiap kasus anemia perlu diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut ini:

a. Terapi spesifik sebaiknya diberikan setelah diagnosis ditegakkan.

b. Terapi diberikan atas indikasi yang jelas, rasional, dan efisien.

Jenis-jenis terapi yang dapat diberikan adalah:

a. Terapi gawat darurat

Pada kasus anemia dengan payah jantung atau ancaman payah jantung, maka harus segera diberikan terapi darurat dengan transfusi sel darah merah yang dimampatkan (PRC) untuk mencegah perburukan payah jantung tersebut.

b. Terapi khas untuk masing-masing anemia

Terapi ini bergantung pada jenis anemia yang dijumpai, misalnya preparat besi untuk anemia defisiensi besi.c. Terapi kausal

Terapi kausal merupakan terapi untuk mengobati penyakit dasar yang menjadi penyebab anemia. Misalnya, anemia defisiensi besi yang disebabkan oleh infeksi cacing tambang harus diberikan obat anti-cacing tambang.

d. Terapi ex-juvantivus (empiris)

Terapi yang terpaksa diberikan sebelum diagnosis dapat dipastikan, jika terapi ini berhasil, berarti diagnosis dapat dikuatkan. Terapi hanya dilakukan jika tidak tersedia fasilitas diagnosis yang mencukupi. Pada pemberian terapi jenis ini, penderita harus diawasi dengan ketat. Jika terdapat respons yang baik, terapi diteruskan, tetapi jika tidak terdapat respons, maka harus dilakukan evaluasi kembali.

1.2 Ancylostoma Duodenale ( Cacing Tambang)

1.2.1 Morfologi dan Daur Hidup

Necator americanus dan Ancylostoma duodenale adalah dua spesies cacing tambang yang dewasa di manusia. Habitatnya ada di rongga usus halus. Cacing betina menghasilkan 9.000-10.000 butir telur sehari. Cacing betina mempunyai panjang sekitar 1 cm, cacing jantan kira-kira 0,8 cm, cacing dewasa berbentuk seperti huruf S atau C dan di dalam mulutnya ada sepasang gigi. Daur hidup cacing tambang adalah sebagai berikut, telur cacing akan keluar bersama tinja, setelah 1-1,5 hari dalam tanah, telur tersebut menetas menjadi larva rabditiform.

Dalam waktu sekitar 3 hari larva tumbuh menjadi larva filariform yang dapat menembus kulit dan dapat bertahan hidup 7-8 minggu di tanah. Telur cacing tambang yang besarnya kira-kira 60x40 mikron, berbentuk bujur dan mempunyai dinding tipis. Di dalamnya terdapat beberapa sel, larva rabditiform panjangnya kurang lebih 250 mikron, sedangkan larva filriform panjangnya kurang lebih 600 mikron. Setelah menembus kulit, larva ikut aliran darah ke jantung terus ke paru-paru. Di paru larvanya menembus pembuluh darah masuk ke bronchus lalu ke trachea dan laring. Dari laring, larva ikut tertelan dan masuk ke dalam usus halus dan menjadi cacing dewasa. Infeksi terjadi bila larva filariform menembus kulit atau ikut tertelan bersama makanan (Menteri Kesehatan , 2006).1.2.2 Patofisiologi

Cacing tambang hidup dalam rongga usus halus. Selain mengisap darah, cacing tambang juga menyebabkan perdarahan pada luka tempat bekas tempat isapan. Infeksi oleh cacing tambang menyebabkan kehilangan darah secara perlahanlahan sehingga penderita mengalami kekurangan darah (anemia) akibatnya dapat menurunkan gairah kerja serta menurunkan produktifitas. Kekurangan darah akibat cacingan sering terlupakan karena adanya penyebab lain yang lebih terfokus (Menteri Kesehatan, 2006)

1.2.3 Gejala Klinik dan Diagnosis

Lesu, tidak bergairah, konsentrasi belajar kurang, pucat, rentan terhadap penyakit, prestasi kerja menurun, dan anemia merupakan manifestasi klinis yang sering terjadi. Di samping itu juga terdapat eosinofilia (Menteri Kesehatan, 2006)

1.2.4 Epidemiologi

Insiden ankilostomiasis di Indonesia sering ditemukan pada penduduk yang bertempat tinggal di perkebunan atau pertambangan. Cacing ini menghisap darah hanya sedikit namun luka-luka gigitan yang berdarah akan berlangsung lama, setelah gigitan dilepaskan dapat menyebabkan anemia yang lebih berat. Kebiasaan buang air besar di tanah dan pemakaian tinja sebagai pupuk kebun sangat penting dalam penyebaran infeksi penyakit ini (Gandahusada, 2000). Tanah yang baik untuk pertumbuhan larva adalah tanah gembur (pasir, humus) dengan suhu optimum 32C-38C. Untuk menghindari infeksi dapat dicegah dengan memakai sandal atau sepatu bila keluar rumah.1.2.5 Hubungan Infeksi Cacing dengan Anemia

Penyakit kecacingan merupakan salah satu penyakit infeksi yang paling sering ditemukan di negara-negara berkembang. Pawlowski (1984) mengumpulkan berbagai data dari berbagai negara berkembang di Asia. Infeksi kecacingan pada manusia baik oleh cacing gelang, cacing cambuk maupun cacing tambang dapat menyebabkan pendarahan yang menahun yang berakibat menurunnya cadangan besi tubuh dan akhirnya menyebabkan timbulnya anemia kurang besi. Pada daerah-daerah tertentu anemia gizi diperberat keadaannya oleh investasi cacing. terutama oleh cacing tambang.

Cacing tambang menempel pada dinding usus dan memakan darah. Akibat gigitan sebagian darah hilang dan dikeluarkan dari dalam badan bersama tinja. Jumlah cacing yang sedikit belum menunjukkan gejala klinis tetapi bila dalam jumlah yang banyak yaitu lebih dari 1000 ekor maka. Orang yang bersangkutan dapat menjadi anemia. Perdarahan itu terjadi akibat proses penghisapan aktif oleh cacing dan juga akibat perembesan darah disekitar tempat hisapan. Cacing berpindah tempat menghisap setiap 6 jam perdarahan ditempat yang ditinggalkan segera berhenti dan luka menutup kembali dengan cepat karena turn over sel epithel usus sangat cepat. Kehilangan darah yang terjadi pada infeksi kecacingan dapat disebabkan oleh adanya lesi yang terjadi pada dinding usus juga oleh karena dikonsumsi oleh cacing itu sendiri. Walaupun ini masih belum terjawab dengan jelas termasuk berapa besar jumlah darah yang hilang dengan infeksi cacing ini.

Untuk mengetahui banyaknya cacing tambang didalam usus dapat dilakukan dengan menghitung banyaknya telur dalam tinja. Bila didalam tinja terdapat sekitar 2000 telur/ gram tinja. berarti ada kira-kira 80 ekor cacing tambang didalam perut dan dapat menyebabkan darah yang hilang kira-kira sebanyak 2 ml per hari. Dengan jumlah 5000 telur/gram tinja adalah berbahaya untuk kesehatan orang dewasa. Bila terdapat 20.000 telur/gram tinja berarti ada kurang lebih 1000 ekor cacing tambang dalam perut yang dapat menyebabkan anemia berat.

BAB III

HASIL

(SEVEN JUMPS)3.1 Mengklarifikasi istilah-istilah

a. Penambang Emas

Adalah proses dan teknik yang digunakan dalam pengambilan emas dari tanah.

b. Permanen

Adalah tetap, tidak berubah-ubah dalam jangka waktu tertentu.

c. Pucat

Adalah kondisi wajah yang nampak putih dan tidak kemerahan bahkan seringkali terlihat otot-otot pada wajah kebiruan.

d. Pilek

Merupakan penyakit yang biasanya menyebabkan hidung tersumbat dan sakit tenggorokan. Pilek bisa terjadi selama 7-10 hari.

e. Penghasilan Tidak Tetap

Adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diperoleh akan tetapi jumlahnya tidak menentu setiap harinya.

f. Tidak Konsentrasi

Adalah ketidakterpusatnya pikiran terhadap suatu hal dengan mengesampingkan semua hal lain yang tidak berhubungan.

g. ISPA

Infeksi SaluraN Pernafasan Akut adalah infeksi pada saluran pernafasan, mulai dari rongga hidung sampai alveoli beserta organ adneksanya (sinus, rongga telinga dan pleura) yang disebabkan oleh mikroorganisme yang berlangsung selama 14 hari ditandai dengan batuk pilek, sakit tenggorokan disertai dengan demam atau tidak

h. Batuk

Adalah penyakit pada jalan pernapasan atau paru-paru yang kerap kali menimbulkan rasa gatal pada tenggorokan sehingga merangsang penderita mengeluarkan bunyi yang keras seperti menyalak.

i. Sungai

Adalah aliran air alami dari daerah hulu ke hilir. Aliran alami sungai merupakan sumber utama untuk memenuhi air bagi manusia. Hutan di pegunungan merupakan daerah tangkapan hujan. Dari daerah tangkapan hujan air mengalir pada anak-anak sungai menuju daerah bawah dan laut.

j. Berat badan

Adalah ukuran yang lazim atau sering dipakai untuk menilai keadaan suatu gizi manusia. Menurut Cipto Surono dalam Mabella 2000: 10, mengatakan bahwa berat badan adalah ukuran tubuh dalam sisi beratnya yang ditimbang dalam keadaan berpakaian minimal tanpa perlengkapan apapun.

k. Balita

Balita adalah anak dengan usia di bawah 5 tahun dengan karakteristik pertumbuhan yakni pertumbuhan cepat pada usia 0-1 tahun dimana umur 5 bulan BB naik 2BB lahir dan 3BB lahir pada umur 1 tahun dan menjadi 4pada umur 2 tahun. Pertumbuhan mulai lambat pada masa prasekolah. Kenaikan BB kurang lebih 2 kg/tahun. Kemudian pertumbuhan konstan mulai berakhir (Soetjiningsih, 2001)

l. Aktif

Adalah dimana subyeknya melakukan pekerja an atau perbuatan.

m. Sumber air

Adalah tempat dimana air keluar seperti air laut, air atmosfer, air permukaan dan air tanah untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia.3.2 Daftar masalaha. Dampak Penggunaan Air Sungai Di Kawasan Pertambangan Terhadap KesehatanUsaha pertambangan, oleh sebagian masyarakat sering dianggap sebagai penyebab kerusakan dan pencemaran lingkungan. Pertambangan menggunakan air dalam jumlah yang banyak dan meninggalkan sejumlah besar limbah yang mencemari sumber-sumber air dan orang-orang yang bergantung pada pertambangan. Air permukaan dan air tanah di lokasi-lokasi tambang dapat tercemar selama bertahun-tahun kemudian. Salah satunya yaitu pembuangan cairan asam tambang yang merusak kehidupan di sepanjang sungai yang letaknya di bagian hilir tambang selama ratusan tahun atau bahkan ribuan tahun mendatang. Bahan-bahan Kimia yang digunakan dalam pertambangan dan dalam proses pengolahan mineral mencemari lahan, air, dan udara, menyebabkan masalah-masalah kesehatan bagi para pekerja dan orang-orang yang tinggal di sekitar tambang.

Penambangan emas tradisional yang berkembang dewasa ini dengan cara amalgamasi yang merupakan pengolahan bahan galian emas memakai merkuri untuk mengikat emas, sangat berpotensi menimbulkan dampak pencemaran terhadap lingkungan perairan seperti sungai dan laut. Dimana dalam teknik pengoperasiannya limbah daripada tailing yang mengandung merkuri langsung dibuang ke sungai tanpa diolah terlebih dahulu dan dapat mencemari biota air seperti ikan dan tumbuhan air lainnya. Selanjutnya akan merusak rantai makanan di lingkungan perairan. Peristiwa keracunan karena terkontaminasi oleh merkuri sudah banyak terjadi. Penambangan emas tradisional banyak ditemukan di berbagai tempat di Indonesia seperti penambangan emas tradisional yang terdapat di Desa Hutapungkut Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal. Kegiatan penambangan dilakukan di daerah pegunungan dan juga di sungai. Hasil dari penambangan ini adalah bijih emas dan limbah berupa merkuri yang mencemari air dan tanah, serta dampaknya yang sangat berbahaya bagi kesehatan khususnya masyarakat sekitarnya. Dimana para penambang menggunakan merkuri sebagai pengikat emas (dalam bentuk amalgam). Penambangan emas berpotensi menimbulkan pencemaran dan kerusakan pada sungai karena limbah dari kegiatan tersebut masuk ke dalam sungai, yang berbahaya bagi manusia dan organisme air seperti plankton dan ikan. Selanjutnya ikan dimanfaatkan oleh manusia sebagai sumber makanan.a.Gangguan Kesehatan Akibat PenambanganPertambangan mengancam kesehatan dengan berbagai cara:

a. Debu, tumpahan bahan kimia, asap-asap yang beracun, logam-logam berat, dan radiasi dapat meracuni penambang dan menyebabkan gangguan kesehatan sepanjang hidup mereka.

b. Mengangkat peralatan berat dan bekerja dengan posisi tubuh yang janggal dapat menyebabkan luka-luka pada tangan, kaki, dan punggung.

c. Penggunaan bor batu dan mesin-mesin vibrasi dapat menyebabkan kerusakan pada urat syaraf serta peredaran darah, dan dapat menimbulkan kehilangan rasa, kemudian jika ada infeksi yang sangat berbahaya dapat mengakibatkan kematian.

d. Jam kerja yang lama di bawah tanah dengan cahaya yang redup dapat merusak penglihatan.

e. Bekerja di kondisi panas yang terik tanpa minum air yang cukup dapat menyebabkan stress kepanasan.

f. Pencemaran air dan penggunaan sumberdaya air berlebihan dapat menyebabkan banyak masalah kesehatan.

g. Lahan dan tanah menjadi rusak, menyebabkan kesulitan pangan dan kelaparan.

h. Pencemaran udara dari pembangkit listrikdan pabrik-pabrik dekat daerah pertambangan dapat menyebabkan penyakit-penyakit yang serius.b. Efek Pencemaran Merkuri Terhadap Kesehatan

Logam Hg ini dapat terserap kedalam tubuh melalui saluran pencernaan dan kulit. Karena sifat beracun dan cukup volatil, maka uap merkuri sangat berbahaya jika terhisap, meskipun dalam jumlah yang sangat kecil. Merkuri bersifat racun yang kumulatif, dalam arti sejumlah kecil merkuri yang terserap dalam tubuh dalam jangka waktu lama akan menimbulkan bahaya. Bahaya penyakit yang ditimbulkan oleh senyawa merkuri diantaranya adalah kerusakan rambut dan gigi, hilang daya ingat dan terganggunya sistem syaraf. Selain itu, Semua komponen merkuri baik dalam bentuk metil maupun bentuk alkil yang masuk ke dalam tubuh manusia akan menyebabkan kerusakan permanen pada otak, hati dan ginjal ( Kristoni, 2006 )

Kelompok orang yang beresiko tercemar Hg (merkuri) antara lain para pekerja pabrik yang menggunakan Hg dan masyarakat pengkonsumsi ikan yang berasal dari daerah perairan tang tercemar merkuri. Merkuri termasuk bahan teratogenik. Sebagian senyawa merkuri yang dilepas ke lingkungan akan mengalami proses methylation menjadi methylmercury (MeHg) oleh mikroorganisme dalam air dan tanah. MeHg didistribusikan ke seluruh jaringan terutama di darah dan otak. MeHg terutama terkonsentrasi dalam darah dan otak. Sekitar 90% ditemukan dalam darah merah. Efek keracunan merkuri terutama pada susunan syaraf pusat (SSP) dan ginjal, dimana mekruri terakumulasi yang dapat menyebabkan SSP dan ginjal antara lain tremor, dan kehilangan daya ingat. MeHg mempunyai efek pada kerusakan janin dan terhadap pertumbuhan bayi. Kadar MeHg dalam darah bayi baru lahir dibandingkan dengan darah ibu mempunyai kaitan signifikan. Bayi yang dilahirkan dari ibu yang percemar MeHg bisa menderita kerusakan otak, retardasi mental, tuli, penciutan lapangan pandang, buta dan gangguan menelan. Efek lainnya adalah terhadap system pernafasan dan pencernaan makanan dapat terjadi pada keracunan akut. Inhalasi dan elemental merkuri dapat mengakibatkan kerusakan dari jaringan paru. Sedangkan keracunan makanan yang mengandung merkuri dapat menyebabkan kerusakan liver.

c. Hubungan rumah kecil tidak permanen dengan kesehatan

Menurut tesis yang ditulis oleh Sudiarto yang berjudul Hubungan antara perumahan sangat sederhana dengan kesehatan penghuni: Studi kasus lingkungan perumahan sangat sederhana di Kotamadya Dati II Tangerang, hasilnya adalah sebagai berikut:

1. Antara penghuni rumah sangat sederhana yang masih utuh (RSS-UT) dan rumah sederhana yang telah direnovasi (RSS-RV) terdapat perbedaan kesehatan menurut tingkat kesehatan penghuni, jenis penyakit dan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Tingkat kesehatan penghuni rumah sederhana yang telah direnovasi (RSS-RV) lebih baik dibandingkan dengan penghuni rumah sangat sederhana yang masih utuh (RSS-UT).

2. Kondisi sosial ekonomi penghuni rumah sangat sederhana berpengaruh terhadap kesehatan penghuni. Analisis hubungan antara jumlah anggota keluarga (kepadatan hunian), pendidikan, dan pendapatan dengankesehatan penghuni menunjukkan dua tabulasi silang pada derajat hubungan yang kuat dan enam tabulasi silang pada hubungan yang cukup kuat. Tujuh diantaranya mempunyai nilai kontinjensi di atas nilai tengah koefisien kontinjensi maksimum dan satu dengan nilai kontinjensi di bawah nilai tengah kontinjensi maksimum.

3. Kondisi fisik rumah sangat sederhana berpengaruh terhadap kesehatan penghuninya. Rumah sangat sederhana tipe RSS-21 m2 dengan jumlah penghuni rata-rata 6 orang untuk satu rumah menyebabkan kesehatan menurun. Analisis hubungan antara luas bangunan rumah, kondisi ventilasi udara, kondisi kenyamanan hawa, kondisi sinar matahari, jumlah kamar tidur, dan tats letak kerapatan mempunyai hubungan dengan kesehatan penghuninya, Hubungan tersebut pada derajat cukup kuat terdapat lima nilai kontinjensi di atas nilai tengah kontinjensi maksimum sedangkan tujuh di bawah nilai tengah koefisien kontinjensi maksimum.

4. Sanitasi lingkungan perumahan sangat sederhana mempengaruhi terhadap kesehatan penghuni. Analisishubungan antara pembuangan air limbah, pembuangan limbah padatlsampah, kondisi kebersihan halaman dan lingkungan dengan kesehatan penghuni secara keseluruhan mempunyai derajat hubungan yang cukup kuat berarti mempunyai hubungan yang bermakna. Pada derajat hubungan yang cukup kuat, lima hubungan dengan nilai kontinjensi di bawah nilai kontinjensi maksimum dan satu di atas nilai tengah kontinjensi maksimum.d. Dampak Biologis (Cacing Tambang) disekitar area pertambangan terhadap intelektual anak

Anemia defisiensi besi akibat infeksi cacing tambang menyebabkan hambatan pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak. Pada wanita yang mengandung, anemia defisiensi besi menyebabkan peningkatan mortalitas maternal, gangguan laktasi dan prematuritas. Infeksi cacing tambang pada wanita hamil dapat menyebabkan bayi dengan berat badan lahir rendah. Diduga dapat terjadi transmisi vertikal larva filariform A. duodenale melalui air susu ibu.

Kebanyakan infeksi cacing tambang bersifat ringan bahkan asimtomatik. Dalam 7-14 hari setelah infeksi terjadi ground itch. Pada fase awal, yaitu fase migrasi larva, dapat terjadi nyeri tenggorokan, demam subfebril, batuk, pneumonia dan pneumonitis. Kelainan paru-paru biasanya ringan kecuali pada infeksi berat, yaitu bila terdapat lebih dari 200 cacing dewasa. Saat larva tertelan dapat terjadi gatal kerongkongan, suara serak, mual, dan muntah. Pada fase selanjutnya, saat cacing dewasa berkembang biak dalam saluran cerna, timbul rasa nyeri perut yang sering tidak khas (abdominal discomfort). Karena cacing tambang menghisap darah dan menyebabkan perdarahan kronik, maka dapat terjadi hipoproteinemia yang bermanifestasi sebagai edema pada wajah, ekstremitas atau perut, bahkan edema anasarka.

Penyelidikan terhadap infeksi cacing tambang pada pekerja di beberapa tempat di Jawa Barat dan di pinggir kota Jakarta, menunjukkan bahwa mereka semua termasuk golongan infeksi berat dengan kadar hemoglobin berkisar antara 2,5 l0,0 g % pada 17 penderita, defisiensi zat besi terdapat pada semua penderita yang anemia. Disamping itu terdapat kelainan pada leukosit yaitu hiparsegmentasi sel pada sebagian besar penderita yang diperiksa. Perubahan tersebut disebabkan oleh difisiensi vitamin B12 dan atau asam folat. Penderita biasanya menjadi anemia hipokrom mikrositer sehingga daya tahan tubuh bekerja menurun. Pada kasus infeksi akut yang disertai jumlah cacing yang banyak, penderita mengalami lemah badan, nausea, sakit perut, lesu, pucat, dan kadang-kadang disertai diare dengan tinja berwarna merah sampai hitam tergantung jumlah darah yang keluar. Apabila cacing dewasa yang terdapat pada anak jumlahnya banyak maka dapat mengakibatkan gejala hebat dan dapat menyebabkan kematian.

e. Tanda dan Gejala Klinis ISPA

Penyakit ISPA meliputi hidung, telinga, tenggorokan (pharinx), trachea, bronchioli dan paru. Tanda dan gejala penyakit ISPA pada anak dapat menimbulkan bermacam-macam tanda dan gejala seperti batuk, kesulitan bernapas, sakit tenggorokan, pilek, demam dan sakit telinga (Depkes RI, 1993).

Sebagian besar dari gejala saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk dan pilek tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik. Namun sebagian

anak akan menderita radang paru (pneumonia) bila infeksi paru ini tidak diobati dengan anti biotik akan menyebabkan kematian (Depkes RI, 1993).

Tanda dan gejala ISPA dibagi menjadi dua yaitu golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun dan golongan umur kurang dari 2 bulan (Depkes RI, 1993).

1. Tanda dan gejala ISPA untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun

a. Pneumonia berat, bila disertai napas sesak yaitu ada tarikan dinding dada bagian bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat diperiksa anak harus dalam keadaan tenang, tidak menangis/meronta).

b. Pneumonia, bila disertai napas cepat, batas napas cepat adalah untuk umur 2 bulan sampai < 12 bulan sama dengan 50 kali permenit atau lebih, untuk umur1-5 tahun sama dengan 40 kali permenit atau lebih.

c. Bukan pneumonia (batuk pilek biasa), bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak ada napas cepat.

2. Tanda dan gejala ISPA untuk golongan umur kurang dari 2 bulan

a. Pneumonia berat, bila disertai tanda tarikan kuat dinding dada bagian bawah atau napas cepat. Atas napas cepat untuk golongan umur kurang dari 2 bulan yaitu 60 kali per menit atau lebih.

b. Bukan pneumonia (batuk pilek biasa), bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding dada bagia bawah atau napas cepat.

f. Faktor Penyebab Pucat pada anak didaerah Pertambangan Emas

Pucat ataupallor(bahasa Latin) adalah keadaan kulit lebih putih dari biasanya yangPucat secara umumnya mengenai seluruh badan, dan seringkali terlihat pada muka,konjungtiva, bagian dalam mulut, dan kuku. Pucat mungkin sulit untuk dideteksi pada orangberkulitgelap,kadang pucathanyadapatdilihatpadabagianmatadan bagian dalammulut.Pucat dapat disebabkan oleh kurangnya suplai darah ke kulit seperti pada keadaan sejuk,pingsan, syok sertahipoglikemia ataudisebabkan olehberkurangnya jumlah sel darahmerah(anemia). Pucat pada kulit dapat dibedakan dengan hilangnya pigmen pada kulit. Pucat lebihterkait dengan aliran darah pada kulit berbanding dengan jumlah melanin yang terdapat padakulit.Pucat yangtiba-tiba muncul mengindikasikan demam,syok, anemiaatau leukemia.Penyebab tersering adalah disebabkan oleh hipopigmentasi. Hipopigementasi ini dapatmengakibatkan rusaknya kulit, kulit terbakar, infeksidan beberapahal yanglain. Dalammakalah ini akan dibahas beberapa hal mengenai pucat.

Secara tradisional, pucat pada anak selain diketahui melalui pemeriksaan fisik, juga ditegakkan melalui hasil pemeriksaan laboratorium yang abnormal yaitu kadar hemoglobin (Hb) kurang dari normal berdasarkan usia, dengan fokus perlu tidaknya pucat diberikan terapi. (Rosdiana,2010)

ETIOLOGIUntuk mencari penyebab pucat, sebaiknya ditanyakan sudah berapa lama keadaan iniberlangsung(akutataukronis),walaupunbiasanyaorangtuatidakmemperhatikanhalini.Jika pucat baru saja terjadi (akut) pikirkan kemungkinan terjadinya anemis aplastik, leukemiaakut, atau anemia hemolitik akut. Namun jika pucatnya sudah berlangsung lama dapatdipikirkan kemungkinan penyakit anemia defisiensi, thalassemia, anemia hemolitik autoimun(AIHA),bahkan mungkin malaria, oleh sebab itu perlu ditanyakan riwayat bepergian kedaerah endemis malaria. (3)Beberapa etiologi kepada pucat

1. Kulit putih yang normal

2. Kurang terdedah kepada cahaya matahari (lebih baik tampak pucat daripada berjemur dibawah sinar matahari)

3. Anemia (kehilangan darah, gizi buruk, penyakit kronis)

Anemia didefinisikan sebagai berkurangnya volume sel darah merah atau konsentrasi hemoglobin di bawah nilai normal

4. Syok5. Radangdingin

6. Penyakit kronik termasuklah infeksi Chronic diseases including infection dan kanker

g. Penyakit yang dapat Terjadi didaerah Pertambangan

Penyakit-penyakit yang bisa timbul selain penyakit cacing Ancylostomiasis yang disebabkan oleh cacing Ancylostomaduodenale dan Nector Americanus juga penyakit Pneumokoniosis yang disebabkan oleh debu tambang seperti anthracosis, silicosis, dan stanosis.Pencemaran udara oleh partikel dapat disebabkan karena peristiwa alamiah dan dapat pula disebabkan karena ulah manusia, lewat kegiatan industri dan teknologi. Partikel yang mencemari udara banyak macam dan jenisnya, tergantung pada macam dan jenis kegiatan industri dan teknologi yang ada. Mengenai macam dan jenis partikel pencemar udara serta sumber pencemarannya telah banyak. Secara umum partikel yang mencemari udara dapat merusak lingkungan, tanaman, hewan dan manusia. Partikel-partikel tersebut sangat merugikan kesehatan manusia. Pada umumnya udara yang telah tercemar oleh partikel dapat menimbulkan berbagai macam penyakit saluran pernapasan atau pneumoconiosis.Pada saat orang menarik nafas, udara yang mengandung partikel akan terhirup ke dalam paru-paru. Ukuran partikel (debu) yang masuk ke dalam paru-paru akan menentukan letak penempelan atau pengendapan partikel tersebut. Partikel yang berukuran kurang dari 5 mikron akan tertahan di saluran nafas bagian atas, sedangkan partikel berukuran 3 sampai 5 mikron akan tertahan pada saluran pernapasan bagian tengah. Partikel yang berukuran lebih kecil, 1 sampai 3 mikron, akan masuk ke dalam kantung udara paru-paru, menempel pada alveoli. Partikel yang lebih kecil lagi, kurang dari 1 mikron, akan ikut keluar saat nafas dihembuskan.Pneumoconiosis adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh adanya partikel (debu) yang masuk atau mengendap di dalam paru-paru. Penyakit pnemokoniosis banyak jenisnya, tergantung dari jenis partikel (debu) yang masuk atau terhisap ke dalam paru-paru. Beberapa jenis penyakit pneumoconiosis yang banyak dijumpai di daerah yang memiliki banyak kegiatan industri dan teknologi, yaitu Silikosis, Asbestosis, Bisinosis, Antrakosis dan Beriliosis.1. Penyakit SilikosisPenyakit Silikosis disebabkan oleh pencemaran debu silika bebas, berupa SiO2, yang terhisap masuk ke dalam paru-paru dan kemudian mengendap. Debu silika bebas ini banyak terdapat di pabrik besi dan baja, keramik, pengecoran beton, bengkel yang mengerjakan besi (mengikir, menggerinda, dll). Selain dari itu, debu silika juka banyak terdapat di tempat di tempat penampang bijih besi, timah putih dan tambang batubara. Pemakaian batubara sebagai bahan bakar juga banyak menghasilkan debu silika bebas SiO2. Pada saat dibakar, debu silika akan keluar dan terdispersi ke udara bersama sama dengan partikel lainnya, seperti debu alumina, oksida besi dan karbon dalam bentuk abu.Debu silika yang masuk ke dalam paru-paru akan mengalami masa inkubasi sekitar 2 sampai 4 tahun. Masa inkubasi ini akan lebih pendek, atau gejala penyakit silicosis akan segera tampak, apabila konsentrasi silika di udara cukup tinggi dan terhisap ke paru-paru dalam jumlah banyak. Penyakit silicosis ditandai dengan sesak nafas yang disertai batuk-batuk. Batuk ii seringkali tidak disertai dengan dahak. Pada silicosis tingkah sedang, gejala sesak nafas yang disertai terlihat dan pada pemeriksaan fototoraks kelainan paru-parunya mudah sekali diamati. Bila penyakit silicosis sudah berat maka sesak nafas akan semakin parah dan kemudian diikuti dengan hipertropi jantung sebelah kanan yang akan mengakibatkan kegagalan kerja jantung.Tempat kerja yang potensial untuk tercemari oleh debu silika perlu mendapatkan pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja dan lingkungan yang ketat sebab penyakit silicosis ini belum ada obatnya yang tepat. Tindakan preventif lebih penting dan berarti dibandingkan dengan tindakan pengobatannya. Penyakit silicosis akan lebih buruk kalau penderita sebelumnya juga sudah menderita penyakit TBC paru-paru, bronchitis, astma broonchiale dan penyakit saluran pernapasan lainnya. Pengawasan dan pemeriksaan kesehatan secara berkala bagi pekerja akan sangat membantu pencegahan dan penanggulangan penyakit-penyakit akibat kerja. Data kesehatan pekerja sebelum masuk kerja, selama bekerja dan sesudah bekerja perlu dicatat untuk pemantulan riwayat penyakit pekerja kalau sewaktu waktu diperlukan.2. Penyakit Asbestosis

Penyakit Asbestosis adalah penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh debu atau serat asbes yang mencemari udara. Asbes adalah campuran dari berbagai macam silikat, namun yang paling utama adalah Magnesium silikat. Debu asbes banyak dijumpai pada pabrik dan industri yang menggunakan asbes, pabrik pemintalan serat asbes, pabrik beratap asbes dan lain sebagainya.Debu asbes yang terhirup masuk ke dalam paru-paru akan mengakibatkan gejala sesak napas dan batuk-batuk yang disertai dengan dahak. Ujung-ujung jari penderitanya akan tampak membesar / melebar. Apabila dilakukan pemeriksaan pada dahak maka akan tampak adanya debu asbes dalam dahak tersebut. Pemakaian asbes untuk berbagai macam keperluan kiranya perlu diikuti dengan kesadaran akan keselamatan dan kesehatan lingkungan agar jangan sampai mengakibatkan asbestosis ini.

3.Penyakit BisinosisPenyakit Bisinosis adalah penyakit pneumoconiosis yang disebabkan oleh pencemaran debu napas atau serat kapas di udara yang kemudian terhisap ke dalam paru-paru. Debu kapas atau serat kapas ini banyak dijumpai pada pabrik pemintalan kapas, pabrik tekstil, perusahaan dan pergudangan kapas serta pabrik atau bekerja lain yang menggunakan kapas atau tekstil; seperti tempat pembuatan kasur, pembuatan jok kursi dan lain sebagainya.Masa inkubasi penyakit bisinosis cukup lama, yaitu sekitar 5 tahun. Tanda-tanda awal penyakit bisinosis ini berupa sesak napas, terasa berat pada dada, terutama pada hari Senin (yaitu hari awal kerja pada setiap minggu). Secara psikis setiap hari Senin bekerja yang menderita penyakit bisinosis merasakan beban berat pada dada serta sesak nafas. Reaksi alergi akibat adanya kapas yang masuk ke dalam saluran pernapasan juga merupakan gejala awal bisinosis. Pada bisinosis yang sudah lanjut atau berat, penyakit tersebut biasanya juga diikuti dengan penyakit bronchitis kronis dan mungkin juga disertai dengan emphysema.4.Penyakit AntrakosisPenyakit Antrakosis adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh debu batubara. Penyakit ini biasanya dijumpai pada pekerja-pekerja tambang batubara atau pada pekerja-pekerja yang banyak melibatkan penggunaan batubara, seperti pengumpa batubara pada tanur besi, lokomotif (stoker) dan juga pada kapal laut bertenaga batubara, serta pekerja boiler pada pusat Listrik Tenaga Uap berbahan bakar batubara.Masa inkubasi penyakit ini antara 2 4 tahun. Seperti halnya penyakit silicosis dan juga penyakit-penyakit pneumokonisosi lainnya, penyakit antrakosis juga ditandai dengan adanya rasa sesak napas. Karena pada debu batubara terkadang juga terdapat debu silikat maka penyakit antrakosis juga sering disertai dengan penyakit silicosis. Bila hal ini terjadi maka penyakitnya disebut silikoantrakosis. Penyakit antrakosis ada tiga macam, yaitu penyakit antrakosis murni, penyakit silikoantraksosis dan penyakit tuberkolosilikoantrakosis.Penyakit antrakosis murni disebabkan debu batubara. Penyakit ini memerlukan waktu yang cukup lama untuk menjadi berat, dan relatif tidak begitu berbahaya. Penyakit antrakosis menjadi berat bila disertai dengan komplikasi atau emphysema yang memungkinkan terjadinya kematian. Kalau terjadi emphysema maka antrakosis murni lebih berat daripada silikoantraksosis yang relatif jarang diikuti oleh emphysema. Sebenarnya antara antrakosis murni dan silikoantraksosi sulit dibedakan, kecuali dari sumber penyebabnya. Sedangkan paenyakit tuberkolosilikoantrakosis lebih mudah dibedakan dengan kedua penyakit antrakosis lainnya. Perbedaan ini mudah dilihat dari fototorak yang menunjukkan kelainan pada paru-paru akibat adanya debu batubara dan debu silikat, serta juga adanya baksil tuberculosis yang menyerang paru-paru.5.Penyakit BeriliosisUdara yang tercemar oleh debu logam berilium, baik yang berupa logam murni, oksida, sulfat, maupun dalam bentuk halogenida, dapat menyebabkan penyakit saluran pernapasan yang disebut beriliosis. Debu logam tersebut dapat menyebabkan nasoparingtis, bronchitis dan pneumonitis yang ditandai dengan gejala sedikit demam, batuk kering dan sesak napas. Penyakit beriliosis dapat timbul pada pekerja-pekerja industri yang menggunakan logam campuran berilium, tembaga, pekerja pada pabrik fluoresen, pabrik pembuatan tabung radio dan juga pada pekerja pengolahan bahan penunjang industri nuklir.Selain dari itu, pekerja-pekerja yang banyak menggunakan seng (dalam bentuk silikat) dan juga mangan, dapat juga menyebabkan penyakit beriliosis yang tertunda atau delayed berryliosis yang disebut juga dengan beriliosis kronis. Efek tertunda ini bisa berselang 5 tahun setelah berhenti menghirup udara yang tercemar oleh debu logam tersebut. Jadi lima tahun setelah pekerja tersebut tidak lagi berada di lingkungan yang mengandung debu logam tersebut, penyakit beriliosis mungkin saja timbul. Penyakit ini ditandai dengan gejala mudah lelah, berat badan yang menurun dan sesak napas. Oleh karena itu pemeriksaan kesehatan secara berkala bagi pekerja-pekerja yang terlibat dengan pekerja yang menggunakan logam tersebut perlu dilaksanakan terus menerus.3.3 Menganalisis daftar masalah1. Keluarga Hidup di daerah pertambangan

2. Keluarga tersebut memiliki 4 orang anak

3. Ke empat anak memiliki beberapa gejala penyakit seperti pucat, lesu, tidak konsentrasi belajar, prestasi menurun, ISPA dan batuk pilek

4. Kondisi rumah kurang baik

5. Kawasan di sekitar pertambangan cendrung lembab dan kotor

6. Daerah lembab dan kotor sangat mendukung perkembangbiakan cacing, seperti Soil Transmitted Helmninth (STH), salah satunya cacing tambang

7. Infeksi kecacingan pada manusia banyak dipengaruhi oleh faktor perilaku, lingkungan tempat tinggal dan manipulasi terhadap lingkungan

8. PHBS keluarga terbut buruk

9. PHBS yang buruk dapat meningkatkan resiko terinfeksi cacing tambang

10. Penyakit cacingan ditularkan melalui tangan yang kotor, kuku panjang dan kotor menyebabkan telur cacing terselip

11. Cacing masuk ke dalam tubuh manusia

12. Di usus halus inilah mereka menempel pada selaput lendir usus dan makan dari pembuluh darah kecil yang terdapat pada selaput lendir usus. 13. Setiap cacing spesiesNecatormenghisap 0,03 ml darah per hari sementaraAncylostomamenghisap 0,2 ml darah per hari. Gejala anemia selain tergantung jumlah cacing juga dipengaruhi asupan zat besi.14. Defisiensi zat besi dalam tubuh dapat menyebabkan seseorang terkena anemia dengan gejala pucat, letih, lemah, lesu hilangnya konsentrasi dan mudah terserang penyakit.

15. Selain itu mereka mencuci dan memasak air menggunakan air sungai

16. Air sungai disekitar pertambangan dapat terkontaminasi limbah pertambangan seperti merkuri

17. Dalam jangka panjang kontaminasi merkuri dapat berdampak pada kesehatan seperti gangguan syaraf, kerusakan rambut dan gigi, serta hilangnya daya ingat. Karena keracunan merkuri, banyak ibu hamil yang melahirkan anak cacat seperti idiot, autis dan bibir sumbing. Gejala lainnya adalah tremor dan bisa terserangstroke

3.4 Kerangka Teori

Teori HL. Blum

Teori L.Green

3.5 Kerangka Konsep

BAB IVPEMBAHASAN

4.1 Hubungan PHBS dan Infeksi Cacing Tambang.

Infeksi kecacingan pada manusia banyak dipengaruhi oleh faktor perilaku, lingkungan tempat tinggal dan manipulasi terhadap lingkungan. Penyakit kecacingan banyak ditemukan di daerah dengan kelembaban tinggi dan terutama mengenai kelompok masyarakat dengan kebersihan diri dan sanitasi lingkungan yang kurang baik. Salah satu penyakit kecacingan adalah penyakit cacing usus yang ditularkan melalui tanah atau sering disebut soil transmitted helminths yang sering dijumpai pada anak usia Sekolah Dasar di mana pada usia ini anak masih sering kontak dengan tanah. Jenis cacing yang terpenting adalah cacing gelang (Ascaris lumbricoides), cacing kremi (Enterobius vermikularis), cacing tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator americanus) dan cacing cambuk (Trichuris trichiura). (BR Sembiring,2012)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rinaldi (2002) di Indonesia masih tinggi prevalensi kecacingan 60-70%. Tingginya prevalensi ini disebabkan oleh iklim tropis, kelembaban udara tinggi merupakan lingkungan yang baik untuk perkembangan cacing, serta kondisi sanitasi dan higiene yang buruk. Salah satu penyebab penyebaran penyakit kecacingan adalah buruknya kebersihan perorangan. Penyakit cacingan ditularkan melalui tangan yang kotor, kuku panjang dan kotor menyebabkan telur cacing terselip. Penyakit kecacingan dapat menular diantara murid sekolah yang sering berpegang tangan sewaktu bermain dengan murid lain yang kukunya tercemar telur cacing. Pencegahan infeksi berulang sangat penting dengan membiasakan perilaku hidup bersih dan sehat seperti menghindari kontak dengan tanah yang kemungkinan terkontaminasi tinja manusia, cuci tangan dengan sabun dan air sebelum memegang makanan, lindungi makanan dari tanah dan cuci atau panaskan makanan yang jatuh ke lantai merupakan upaya pemeliharaan kesehatan (BR Sembiring,2012)

Berdasarkan hasil penelitian Sumanto (2010) tentang faktor resiko infeksi cacing tambang pada anak sekolah di Demak diketahui terdapat beberapa kebiasaan atau perilaku yang berpengaruh signifikan ( nilai p