38
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Umumnya sekresi hormon pertumbuhan berperan dalam menstimulasi pertumbuhan dan repilkasi sel melalui sintesis protein. Hormon ini berperan juga dalam peningkatan pertumbuhan organ-organ dalam, lemak jaringan, jaringan konektif dan kelenjar endokrin. Pada mekanisme yang tidak normal dimana apabila sekresi hormone pertumbuhan ini tidak normal, dapat memberikan beberapa dampak yang kurang baik pada tubuh. Pada anak-anak misalnya dapat memberikan dampak pertumbuhan tinggi tubuh yang berlebih hingga bisa mencapai 200 cm. Sedangkan pada orang dewasa yang pertumbuhan tulangnya sudah berhenti, maka akan memberikan dampak penebalan pada tulang-tulang misalnya pada akral dan tulang di wajah. Keadaan tersebut lebih dikenal dengan istilah Sindrom Gigantisme dan Akromegali. Oleh karena itu diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada masyarakat sehingga dapat dilakukan pencegahan dini. Sekalipun penyakit ini sudah tidak dapat dicegah, setidaknya dapat meminimalkan berbagai gambaran klinis dan komplikasi.

Makalah Kasus 2 SGA

Embed Size (px)

DESCRIPTION

makalah

Citation preview

Page 1: Makalah Kasus 2 SGA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Umumnya sekresi hormon pertumbuhan berperan dalam menstimulasi

pertumbuhan dan repilkasi sel melalui sintesis protein. Hormon ini berperan

juga dalam peningkatan pertumbuhan organ-organ dalam, lemak jaringan,

jaringan konektif dan kelenjar endokrin.

Pada mekanisme yang tidak normal dimana apabila sekresi hormone

pertumbuhan ini tidak normal, dapat memberikan beberapa dampak yang

kurang baik pada tubuh. Pada anak-anak misalnya dapat memberikan dampak

pertumbuhan tinggi tubuh yang berlebih hingga bisa mencapai 200 cm.

Sedangkan pada orang dewasa yang pertumbuhan tulangnya sudah berhenti,

maka akan memberikan dampak penebalan pada tulang-tulang misalnya pada

akral dan tulang di wajah. Keadaan tersebut lebih dikenal dengan istilah

Sindrom Gigantisme dan Akromegali.

Oleh karena itu diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi

kepada masyarakat sehingga dapat dilakukan pencegahan dini. Sekalipun

penyakit ini sudah tidak dapat dicegah, setidaknya dapat meminimalkan

berbagai gambaran klinis dan komplikasi.

1.2 Permasalahan

Permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini mengenai Sindrom

Gigantisme dan Akromegali, dimana terdapat kasus seorang klien berusia 44

tahun dengan keluhan pembesaran pada telapak tangan dan kaki dan berbagai

tanda dan gejala lainnya yang menunjukan klien tersebut SGA. Makalah ini

berisi anatomi dan fisiologi kelenjar hipofisis, pembahasan kasus dan

penjelasan mengenai SGA (konsep SGA, penatalaksanaan SGA, patofisiologi

SGA, dan asuhan keperawatan klien dengan SGA).

Page 2: Makalah Kasus 2 SGA

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah SGA adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah

endocrine system in nursing dan memperbanyak ilmu kita tentang anatomi dan

fisiologi kelenjar hipofisis dan materi SGA mulai dari konsep SGA, penatalaksanaan

SGA, patofisiologi SGA, dan asuhan keperawatan klien dengan SGA.

1.4 Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam makalah ini adalah:

- Membaca buku (studi literature)

- Mencari sumber dari media elektronik.

- Berdiskusi dengan teman sekelompok

Page 3: Makalah Kasus 2 SGA

BAB II

ISI

KASUS 2

Ny. E berumur 44 tahun. Suku Sunda. Golongan darah B. sudah menikah. Datang

ke Poli Endokrin dengan keluhan utama pembesaran pada telapak tangan dan

kaki. Tiga bulan yang lalu Klien mulai merasakan kulit yang melapisi hidung,

bibir, dan bagian dari wajah menjadi tebal dan kasar, rahang menjadi lebih

menonjol, kulit lebih berlemak, lidah kian besar dan suara memberat . Klien

mengatakan malu dengan kondisi tersebut. Tanda – Tanda vital : Nadi 78 x /

menit, Suhu : 35.10 C, Tekanan Darah : 120/90 mmHg, RR : 20x/menit.

Hasil Lab : Hb : 12.8. Leukosit : 5.900. Hct : 37%. Eritrosit : 4.31. Trombosit :

215.000. Pemeriksaan kadar growth Hormon menunjukkan peningkatan IGF-I dan

tanda Sindroma Gigantisme Akromegali/SGA. Pada MRI kepala tampak adenoma

hipofisis.

FISIOLOGI HIPOFISIS

•   Kelenjar hipofisis serta hubungannya denganhipotalamus

Kelenjar hipofisis merupakan kelenjar kecil-kecil diameternya kira-kira 1 cm dan

beratnya 0,5-1 gram yang terletak di sela tursika, rongga tulang basis otak, dan

dihubungkan dengan hipotalamus oleh tungkai hipofisis atau hipofisial.

Dipandang dari sudut fisiologi, kelenjar hipofisis dibagi menjadi:

1) Hipofisis Anterior (Adenohipofisis)

Hormon yang dikeluarkan oleh hipofisis anterior berperan utama dalam

pengaturan fungsi metabolisme di seluruh tubuh. Hormon-hormonnya yaitu:

Hormon Pertumbuhan

Meningkatkan pertumbuhan seluruh tubuh dengan cara

mempengaruhi pembentukan protein,pembelahan sel, dan deferensiasi

sel.

Adrenokortikotropin (Kortikotropin)

Mengatur sekresi beberapa hormon adrenokortikal, yang selanjutnya

akan mempengaruhi metabolism glukosa, protein dan lemak.

Page 4: Makalah Kasus 2 SGA

Hormon perangsang Tiroid (Tirotropin)

Mengatur kecepatan sekresi tiroksin dan triiodotironin oleh kelenjar

tiroid, dan selanjutnya mengatur kecepatan sebagian besar reaksi

kimia diseluruh tubuh.

Prolaktin

Meningkatkan pertunbuhan kelenjar payudara dan produksi air susu.

Hormon Perangsang Folikel dan Hormon Lutein

Mengatur pertumbuhan gonad sesuai dengan aktivitas reproduksinya.

2) Hipofisis Posterior (Neurohipofisis)

Ada 2 jenis hormon:

i. Hormon Antideuretik (disebit juga vasopresin)

Mengatur kecepatan ekskresi air ke dalam urin dan dengan

cara ini akan membantu mengatur konsentrasi air dalam cairan

tubuh.

ii. Oksitosin

Membantu menyalurkan air susu dari kelenjar payudara ke

putting susu selama pengisapan dan mungkin membantu

melahirkan bayi pada saat akhir masakehamilan.

3) Pars Intermedia

Daerah kecil diantara hipofisis anterior dan posterior yang relative avaskular,

yang pada manusia hamper tidak ada sedangkan pada bebrapa jenis binatang

rendah ukurannya jauh lebih besar dan lebih berfungsi.

Pembuluh darah yang menghubungkan hipotalamus dengan sel- sel kelenjar

hipofisis anterior. Pembuluh darah ini berkhir sebagai kapiler pada kedua

ujungnya, dan makanya disebut system portal.dalam hal ini system yang

menghubungkan hipotalamus dengan kelenjar hipofisis disebut juga system

portal hipotalamus – hipofisis. System portal merupakan saluran vascular

yang penting karena memungkinkan pergerakan hormone pelepasan dari

hypothalamus ke kelenjar hipofisis , sehingga memungkinkan hypothalamus

mengatur fungsi hipofisis. Rangsangan yang berasal dari tak mengaktifkan

neuron dalam nucleus hypothalamus yang menyintesis dan menyekresi

protein degan berat molekul yang rendah. Protein atau neuro hormone ini

Page 5: Makalah Kasus 2 SGA

dikenal sebagai hormone pelepas dan penghambat. Hormon –hormon ini

dilepaska kedalam pembuluh darah system portal dan akhirnya mencapai sel

– sel dalam kelenjar hipofisis. Dalam rangkaian kejadian tersebut hormon-

hormon yang dilepaskan oleh kelenjar hipofisis diangkt bersama darah dan

merangsang kelenjar-kelenjar lain ,menyebabkan pelepasan hormon – hormon

kelenjar sasaran. Akhirnya hormon – hormon kelenjar sasaran bekerja pada

hipothalamus dan sel – sel hipofisis yang memodifikasi sekresi hormone.

• Sistem porta hipothalamus – hipofisis

1) Sekresi hormon pelepas hipothalamus dan hormon penghambat ke

eminensia mediana.

    Neuron-neuron khusus di dalam hypothalamus mensintesis dan mensekresi

hormone pelepas hypothalamus dan hormone penghambat yang mengatur

sekresi hormone hipofisis anterior. Neuron –neuron ini berasal dari berbagai

bagian hypothalamus dan mengirimkan serat – serat sarafnya nenuju ke

eminensia mediana da tuber sinerum , jaringan hypothalamus yang menyebar

menuju tangkai hipofisis. Bagian ujung serat – serat saraf ini berbeda dengan

ujung- ujung serat saraf umum yang ada di dalam system saraf pusat.dimana

funsi serat ini tidak menghantarkan sinyal – sinyal yang berasal dari neuron

ke neuron yang lain namun hanya mensekresi hormone pelepas dan hormone

penghambat hypothalamus saja ke dalam cairan jaringan. Hormone- hormone

ini segera diabsorbsi ke dalam kapiler system porta hypothalamus dan

hipofisis dan langsung diangkut ke sinu kelenjar hipofisis anterior.

2) Fungsi hormon pelepas dan hormon penghambat dalam hipofisis

anterior.

Hormone –hormon pelepas dan hormone – hormone pnghambat berfungsi

mengatur sekresi hormone hipofisis anterior. Untuk sebagian besar hormone

hipofisis , yang penting adalah hormone pelepas ,tetapi untuk

prolaktin ,mungkin sebagian besar hormone penghambat yang mempunyai

pengaruh paling banyak terhadap pengaturan hormone. Hormone – hormone

pelepas dan penghambat hypothalamus yang terpenting adalah :

TRH : hormone pelepas tiroid yang menyebabkab pelepasan

hormone perangsang tiroid.

Page 6: Makalah Kasus 2 SGA

Hormone pelepaS kortikotropin(CRH) : menyebabkan pelepasan

adenokortikotropin.

Hormone pelepas hormone pertumbuhan (GHRH) : menyebabkan

pelepasan hormone pertumbuhan dan hormone penghambat

hormone pertumbuhan (GHIH) yang mirip dengan hormone

somatostatin dan menghambat pelepasan hormone pertumbuhan.

Hormone pelepas gonadotropin(GnRH) : menyebabkan pelepasan

dari dua hormone gonadotropik, hormone lutein dan hormone

perangsang folikel.

Hormone penghambat prolaktin (PIH) : menghambat sekresi

prolaktin.

3) Daerah –daerah spesifik dalam hipothalamus yang mengatur sekresi

faktor pelepas dan faktor penghambat hipothalamus yang spesifik.

Sebelum diangkut ke kelenjar hipofisis anterior , semua atau hamper semua

hormone hypothalamus disekresi ke ujung serat saraf yang terletak di dalam

eminensia mediana. Perangsangan listrik pada daerah ini merangsang ujung-

ujung saraf dan oleh karena itu pada dasarnya menyebabkan pelepasan semua

hormone hypothalamus. Akan tetapi badan sel neuron yang menyebar ke

eminensia mediana ini terletak di daerah khusus dalam hypothalamus atau

pada daerah yang berdekatan dengan bagian basal otak. 

KONSEP PENYAKIT

A. DEFINISI

Gigantisme dan akromegali adalah kelainan yang disebabkan oleh karena

sekresi hormone pertumbuhan (HP) atau Growth Hormon (GH) yang berlebihan.

(Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 1, edisi 3)

Gigantisme dan akromegali merupakan peningkatan hormone protein

dalam banyak jaringan, meningkatkan penguraian asam lemak dan jaringan

adipose dan kadar glukosa darah. (Keperawatan Medikal Bedah,

Bruner&Suddarth, 2001)

Page 7: Makalah Kasus 2 SGA

Gigantisme adalah pertumbuhan abnormal, terutama dalam tinggi badan

(melebihi 2,14 m) yang disebabkan oleh karena sekresi Growth Hormone (GH)

yang berlebihan dan terjadi sebelum dewasa atau sebelum proses penutupan

epifisis (Brooker, 2008).

Akromegali berasal dari bahasa Yunani, akros yang berarti ekstremitas,

dan megas, yang berarti besar. Penyakit ini merupakan penyakit kronis yang

ditandai oleh pertumbuhan tulang ekstremitas, muka, rahang, dan jaringan lunak

secara berlebihan dan kelainan metabolik sekunder akibat hipersekresi hormone

pertumbuhan yang berlebihan sesudah terjadi penutupan lempeng epifiseal

(Sudiono, 2007). Perbedaan antara akromegali dan gigantisme adalah akromegali

timbul apabila hipersekresi

Growth Hormone

terjadi pada masa dewasa dan mengenai pertumbuhan jaringan lunak dan

struktur tulang, misalnya hidung, bibir, rahang, dahi, tangan , dan kaki, karena

pertumbuhan atau pembesaran berlangsung secara progresif. Sedangkan

gigantisme terjadi pada masa kanak-kanak dan masa pubertas sebelum lapisan

epifisis menutup, sehingga pertumbuhan tulang proporsional (Baradero, 2005).

B. ETIOLOGI

Gigantisme disebabkan oleh sekresi Growth Hormone yang berlebihan

pada masa kanak-kanak sebelum tertutupnya lempeng epifisis. Penyakit, kelainan,

dan kondisi yang menyebabkan kelebihan sekresi Growth Hormone adalah:

a) Tumor jinak pada kelenjar hipofisis Tumor ini menekan kelenjar hipofisis

dan menyebabkan sekresi Growth Hormone yang berlebih. Inilah

penyebab utama gigantisme.

b) Carney Complex Carney Complex merupakan mutasi gen yang jarang

ditemukan, dapat menyebabkan risiko tinggi tumor, termasuk hipofisis

adenoma.

c) Multiple endocrine neoplasia type 1 Kelainan yang diturunkan yang dapat

menyebabkan tumor di kelenjar endokrin dan menyekresikan hormon

secara hiperaktif, teemasuk Growth Hormone.

d) Neurofibromatosis Kelainan genetis yang dapat menyebabkan tumor.

Page 8: Makalah Kasus 2 SGA

Sedangkan akromegali disebabkan oleh sekresi Growth Hormone berlebih

oleh kelenjar hipofisis. Sekresi yang berlebih ini menurut National Institute of

Diabetes and Digestive and Kidney Diseases (NIDDK), 95 % disebabkan karena

adanya hipofisis adenoma, yaitu tumor jinak di kelenjar hipofisis. Tumor di luar

kelenjar hipofisis juga dapat menyebabkan akromegali, namun hal ini jarang

ditemukan.

Penyebab gigantisme dan akromegali dapat digolongkan sebagai berikut:

a) GA (Gigantisme Akromegali) Primer atau Hipofisis, dimana penyebabnya

adalah adenoma hipofisis.

b) GA Sekunder atau Hipotalamik, disebabkan oleh karena hipersekresi

GHRH dari Hipotalamus.

c) GA yang disebabkan oleh karena tumor ektopik (paru, pancreas, dll) yang

mensekresi HP atau  GHRH.

C. MANIFESTASI KLINIS

Klien dengan gigantisme dapat memiliki manifestasi klinis sebagai berikut

:

a. Berperawakan tinggi lebih dari 2 meter, dengan proporsi tubuh

yang normal. Hal ini terjadi karena jaringan lunak seperti otot

tetapi tumbuh.

b. Memiliki gangguan penglihatan, seperti diplopia atau penglihatan

ganda apabila tumor pada kelenjar hipofisis menekan chiasma

opticum yang merupakan jalur saraf mata.

c. Hiperhidrosis. Gigantisme dapat menyebabkan hipermetabolisme

pada tubuh penderita, termasuk hiperhidrosis. Hiperhidrosis adalah

keadaaan dimana terjadi pengeluaran keringat yang berlebih

(Schwartz, 1999)

d. Jadwal menstruasi yang tidak teratur pada usia remaja.

e. Rahang yang membesar, tulang dahi yang menonjol, dan

penampakan wajah yang kasar.

f. Kelemahan dan sensasi kesemutan di lengan dan kaki akibat

perbesaran jaringan dan saraf yang tertekan

Page 9: Makalah Kasus 2 SGA

g. Sakit kepala akibat tekanan dari tumor yang menyebabkan

kenaikan tekanan intrakranial

h. Galacthorrea, atau keluarnya air susu secara spontan saat kanak-

kanak.

i. Endocrinopathies (misalnya, hipogonadisme, diabetes dan / atau

toleransi glukosa, hiperprolaktinemia)

j. Ditemukan juga manifestasi klinis sesuai dengan pembesaran

tumor, yaitu:

1. Pembesaran keatas (Superior)

a) Sakit kepala

b) Gangguan penglihatan

2. Pembesaran ke lateral

a) Kelumpuhan saraf III, IV, V, dan VI

b) Penyumbatan pembuluh darah (sinus kavenosus)

c) Kejang (temporal lobe seizures)

3. Pertumbuhan ke inferior (dasar sella), menimbulkan CSF

Rinorea

4. Pertumbuhan ke anterior, menyebabkan perubahan

kepribadian

Manifestasi klinis akromegali dapat muncul selama 5-10 tahun

menyebabkan terdapatnya rentang waktu yang lama antara diagnosis dan

terjadinya penyakit. Pada hampir 70% kasus saat diagnosis akromegali

ditegakkan, ukuran tumor telah mencapai >10 mm (makro adenoma)

(Rahmat,2010).

Manifestasi klinis akromegali yaitu sebagai berikut :

Perubahan pada bentuk wajah: hidung, bibir, dahi, rahang, serta lipatan

kulit menjadi besar dan kasar secara progresif. Rahang bawah menjadi

besar dan menonjol ke depan sehingga gigirenggang. Jaringan lunak juga

tumbuh sehingga wajah nampak seperti edema.

Tangan dan kaki yang membesar secara progresif.

Lidah, kelenjar ludah, limpa, jantung, ginjal, hepar, dan organ lainnya juga

membesar.

Page 10: Makalah Kasus 2 SGA

Gangguan toleransi glukosa bisa berkembang hingga diabetes mellitus.

Gangguan metabolisme lemak dengan akibat hiperlipidemia.

Rambut di tubuh menjadi kasar

Warna kulit menggelap

Hiperhidrasi dan bau badan

Suara menjadi lebih dalam

Tulang rusuk menjadi lebih tebal, menunjukkan adanya barrel chest

Nyeri pada persendian

Snoring

Sakit kepala

Impoten pada pasien akromegali laki-laki, apabila tumor menggeser sel

penyekresi gonadotropin di hipofisis anterior.

Penyakit kardiovaskuler mencakup hipertensi, LVH dan kardiomiopati.

Kardiomiopati ditandai oleh disfungsi diastolik dan aritmia.

D. KLASIFIKASI

E. KOMPLIKASI

Carpal Tunnel Syndrome

Penyakit dipegerlangan tangan akibat penekanan syaraf atau neruus

medianus pada saat melalui terowongan carpal dipergelangan tangan

Penyakit arteri koroner

Menyempit atau tersumbatnya pembuluh arteri karena penimbunan plak di

dinding arteri

Kardiomiopati yang disertai aritmia, hipertrofi ventrikular kiri, dan fungsi

diastolik menurun

Penyakkit yang melemah dan memperbesar otot jantung atau disebut juga

miokardium

Hipertensi

Obstruksi jalan nafas

Diabetes Melitus

Kebutaan

Kelumpuhan saraf III, IV, V, & VI

Page 11: Makalah Kasus 2 SGA

F. PENCEGAHAN

Pengobatan dini terhadap acromegaly dapat mencegah komplikasi dari

berkembang atau menjadi lebih buruk.

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

a) Pengukuran kadar GH melalui radio immunoassay, kadarnya hanya

meningkat pada penyakit aktif dan tidak ditekan oleh glukosa standar

b) Perimetri untuk mencari defek lapang pandang visual bitemporal

c) Rontgen tengkorak untuk melihat pembesaran sella, erosi prosesua klinoid,

alur supraorbita, dan rahang bawah.

d) Ct scan atau MRI untuk melihat ekstensi suprasellar

e) Rontgen tangan untuk mencari bentuk lempeng pada falang distal dan

peningkatan jarak rongga antara sendi karena hipertrofi kartilago.

f) Kadar glukosa serum meningkat

g) Kadar fosfat dalam serum saat puasa bisa meningkat namun tidak

memiliki manfaat diagnostic

h) Rontgen dada dan EKG bisa menunjukkan hipertrofi ventrikel kiri akibat

hipertensi

i) Pemeriksaan kadar GH sewaktu, tidak bernilai diagnostik oleh karena

sekresi GH yang episodik, waktu paroh yang pendek dan terdapat tumpang

tindih nilai GH akromegali dan sehat.

Yang bernilai diagnostik adalah test supresi GH untuk melihat kemampuan

pembebanan glukosa oral dalam menekan kadar GH. Diperiksa kadar GH

pada sebelum, 30 menit, 60 menit, 90 menit dan 120 menit setelah

pemberian 75 – 100gr  glukosa oral. Pada pasien dengan akromegali,

glukosa tidak dapat menekan kadar GH sampai < 2 ng/ml (atau < 1 mcg/l

dengan metoda IRMA).

Pemeriksaan IGF-1 (waktu paruh lebih panjang) lebih berguna untuk

menilai sekresi GH secara terintegrasi, untuk skrining akromegali dan

memantau hasil pengobatan. Perlu dicatat bahwa IGF-1 menurun pada

kelaparan, obesitas dan DM, serta meningkat pada kehamilan.

Page 12: Makalah Kasus 2 SGA

Pemeriksaan IGFBP-3 (IGF-binding protein-3) bernilai diagnostik bagi

akromegali, disamping berguna untuk menilai aktifitas penyakit selama

pengobatan.

Pemeriksaan kadar PRL (prolaktin) perlu dilakukan oleh karena sekitar

20% adenoma hipofisis menghasilkan PRL bersamaan dengan GH.

Prolaktin biasanya meningkat pada anak-anak dengan kelebihan GH.

Pemeriksaan lain yang jarang dilakukan adalah kadar GHRH. Peninggian

GHRH menunjukkan adanya GHRH ektopik. Pada penyakit hipofisis

(GHRH independen), kadar GHRH normal atau menurun.

Apabila diperlukan, dilakukan pemeriksaan hormon hipofisis lainnya,

seperti TRH (thyrotropic hormone), ACTH (adrenocorticotrophic

hormone) dan gonadotropin.

Disamping itu perlu dilakukan pemeriksaan kadar gula darah, trigliserida,

kalsium urine dan fosfat darah.

Diagnosis akromegali / gigantisme ditegakkan atas dasar gambaran klinis

yang cukup jelas dan dipastikan oleh ditemukannya :

a) Kadar GH tidak bisa ditekan sampai < 2 ng/ml dalam 2 jam

setelah pembebanan dengan glukosa sebanyak 75 – 100 gr.

b) Peningkatan kadar IGF-1 berdasarkan nilai normal untuk

usianya.

c) Peningkatan kadar IGFBP-3.

d) Tumor hipofisis atau tumor-tumor lain (hipotalamus, paru,

pankreas, dll) pada pemeriksaan CT-Scan atau lebih baik MRI.

F. PENATALAKSANAAN

Tujuan pengobatan adalah:

Menormalkan tubuh kembali kadar GH atau IGF-1

Memperkecil tumor atau menstabilkan besarnya tumor

Menormalkan fungsi hipofisis

Mencegah komplikasi akibat kelebihan kadar GH/IGF-1 akibat

pembesaran tumor

Page 13: Makalah Kasus 2 SGA

Terdapat 3 macam pengobatan akromegali yaitu pengobatan medis, bedah dan

radiasi.

1. Pembedahan

Untuk adenoma hipofisis, pembedahan transsphenoid merupakan

pilihan dan dapat menyembuhkan. Walaupun pembedahan tidak dapat

menyembuhkan pada sejumlah pasien, namun terapi perbedahan disepakati

sebagai terapi lini pertama. Pada pasien-pasien dengan gejala sisa setelah

pembedahan dapat diberikan pengobatan penunjang (medis dan radiasi).

Hipofisektomi transsfenoid akan segera menghilangkan keluhan-keluhan

akibat efek lokal massa tumor sekaligus menekan / menormalkan kadar

GH / IGF-1. Remisi tergantung pada besarnya tumor, kadar GH dan

keterampilan ahli bedahnya. Angka remisi mencapai 80 – 85% pada

mikroadenoma dan 50 – 65% pada makroadenomia. Pembedahan hipofisis

transsphenoid berhasil pada 80 – 90% pasien dengan tumor < 2 cm dan

kadar GH < 50 ng/ml.

Hal – hal yang harus diperhatikan pasca operasi :

insulin tolerance test (ITT) : diperlukan untuk memantau aksis

ACTH-kortisol, pada kasus yang membutuhkan pengobatan

dengan kortisol sebagai terapi substitusi.

OGTT, dikerjakan apabila kadar hormone pertumbuhan

menetap diatas 2 µg/l.

TRH test harus dibuat untuk menunjukan test positif pre

operatif.

Fungsi kelenjar tiroid, apabila terjadi penurunan sekresi

hormone tiroid, maka terapi substitusi hormone tiroid harus

diberikan.

Fungsi gonad, dengan melakukan pemeriksaan hormone

testoreron dan FSH/LH.

2. Radiasi.

Untuk tercapainya hasil yang diharapkan dengan terapi radiasi

diperlukan waktu bertahun-tahun. Terapi radiasi hanya diberikan sebagai

Page 14: Makalah Kasus 2 SGA

terapi penunjang untuk tumor besar dan invasif dan apabila terdapat

kontraindikasi operasi. Apabila mungkin, terapi radiasi harus dihindari

untuk pengobatan gigantisme.

Tindakan radiasi dapat dilaksanakan dalam 2 cara, yaitu:

a. Radiasi secara konvensional

menggunakan sinar energi proton dimulai dengan dosis kecil

( waktu 5 minggu) tujuannya adalah untuk mencegah kerusakan

jaringan sehat. Misalnya khiasma optikum atau hipotalamus. Total

radiasi dengan cara ini dapat mencapai 4500 rad. Radiasi

memberikan manfaat pengecilan tumor, menurunkan kadar

hormone pertumbuhan, tetapi dapat pula mempengaruhi fungsi

hipofisis. Penurunan kadar hormone pertumbuhan umunya

mempunyai korelasi dengan lamanya radiasi dilaksanakan.

b. Radiasi dengan energy tinggi partikel berat

dapat memberikan hasil yang lebih baik tetapi membawa resiko

lebih besar pada gangguan penglihatan. Radiasi ini dilaksanakan

dengan dosis 12.000 cGy atau 12.000 rad, dan diarahkan kesentral

adenoma.

3. Pengobatan medis.

Tujuan pengobatan medis adalah menghilangkan keluhan / gejala efek

lokal dari tumor dan / atau kelebihan GH / IGF-1. Untuk itu sasaran

pengobatan adalah kadar GH < 2 ng/ml pada pemeriksaan setelah

pebebanan dengan glukosa ( < 1 mcg / l dengan cara IRMA), disamping

tercapainya kadar IGF-1 normal.

Pengobatan medis utama adalah dengan analog somatostatin dan

analog dopamin. Oleh karena somatostatin, penghambat sekresi GH,

mempunyai waktu paruh pendek maka yang digunakan adalah analog

kerja panjang yang dapat diberikan 1 kali sebulan. Ocriotide adalah

reseptor somatostatin sub tipe II dan V dan menghambat sekresi GH.

Lanreotide, suatu analog somatostatin “sustained-release” yang dapat

Page 15: Makalah Kasus 2 SGA

diberikan satu kali dua minggu ternyata efektif dan aman untuk

pengobatan akromegali.

Cara pemberian melalui subkutan. Dosis: dosis rata-rata adalah 100-200

mikrogram diberikan setiap 8 jam.

Perbaikan klinis yang dicapai:

Menurunkan kadar GH sampai <5ng/ml pada 50% pasien

Menormalkan kadar IGF-1 pada 50% kasus

Penyusunan tumor

Efek samping: ringan dan mempunyai sifat sementara yaitu nyeri

local/di daerah suntikan dank ram perut

Brokriptin

Bromokriptin merupakan suatu antagonist dopamin yang banyak

digunakan dalam menekan kadar GH / IGF-1, akan tetapi kurang efektif

dibandingkan dengan oktreotid

Dianjurkan memberikan dosis 2,5 mg sesudah makan malam, dan

dinaikkan secara berkala 2,5 mg setiap 2-4 hari. Perbaikan klinis yang

dicapai antara lain adalah:

Ukuran tangan dan jari mengecil, dan

Terjadi perbaikan gangguan toleransi glukosa

Efek samping yang terjadi adalah vaso spasme digital, hipotensi

ortostatik, sesak napaf ringan, nausea, konstipasi, dll

Suatu agonist dopamin yang baru, yaitu cabergoline ternyata lebih efektif dan

lebih dapat ditolerir dalam menekan GH terutama apabila terdapat kombinasi

dengan hiperprolatinemia. Akhir-akhir ini pegvisomant, suatu antagonist reseptor

GH terbukti dapat menormalkan kadar IGF-1 dan memperbaiki gejala klinis.

G. PERAN PERAWAT

Perawat sebagai Pemberi Asuhan Keperawatan

Peran ini dapat dilakukan perawat dengan memerhatikan keadaan

kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan

keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan sehingga dapat

Page 16: Makalah Kasus 2 SGA

ditentukan diagnosis keperawatan agar bisa direncanakan dan

dilaksanakan tindakan sesuai kebutuhan dasar manusia, kemudian dpat

dievaluasi tingkat perkembangannya.

Perawat sebagai Advokat Klien

Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga

dalam menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan

khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan

yang diberikan kepada klien, juga dapat berperan memertahankan dan

melindungi hak-hak klien yang meliputi hak atas pelayanan sebaik-

baiknya, hak atas informasi penyakit, hak atas privasi, hak untuk

memnentukan nasibnya sendiri dan hak untuk menerima ganti rugi akibat

kelalaian.

Perawat sebagai Edukator

Peran ini dilakukan dengan membantu klien dapat meningkatkan

tingkat pengetahuan kesehatan gejala penyakit bahkan tindakan yang

diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan

pendidikan kesehatan.

Perawat sebagai Koordinator

Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta

mengorganisir pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga

pemberian pelayanan kesehatan dapat terarah sesuai dengan kebutuhan

klien.

Perawat sebagai Kolaborator

Perawat melakukan kerjasama dengan tim kesehatan lainnya dalam

mengidentifikasi pelayan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi

atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.

Perawat sebagai Konsultan

Peran disini adalah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah

atau tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan

atas permintaan klien terhadap informasi tentang tujuan pelayanan

keperawatan yang diberikan.

Perawat sebagai Pembaharu

Page 17: Makalah Kasus 2 SGA

Peran ini dapat dilakukan dengan mengadakan perencanaan,

kerjasama, perubahan sistematis dan terarah sesuai metode pemberian

pelayanan kesehatan. Perawat dapat membaharui/merubah system atau

metode terdahulu apabila metode yang ada sekarang lebih sistematis

dan terarah.

Peran perawat menurut hasil lokakarya keperawatan tahun 1983: (tambahan

untuk peran perawat yang diatas)

Perawat sebagai Pelaksana Pelayanan Keperawatan (= Pemberi Asuhan

Keperawatan)

Perawat sebagai Pengelola Pelayanan dan Institusi Keperawatan (=

Koordinator)

Perawat sebagai Pendidik (= Edukator)

Perawat sebagai Peneliti dan Pengembang Pelayanan Keperawatan

Perawat ikut berperan dalam pengembangan body of knowledge

keperawatan dan perawat perlu menciptakan tambahan pendidikan tingkat

tinggi sehingga proses kreativitas juga pemikiran yang lebih kritis dapat

tercapai.

Page 18: Makalah Kasus 2 SGA

I. PENGKAJIAN

Identias klien

nama : Ny. E

usia : 44 Tahun

suku : sunda

golongan darah : B

Status : sudah menikah

Diagnosa Medis: syndrome gigantisme akromegali

Riwayat kesehatan

a. Keluhan utama : terjadi pembesaran pada telapak tangan dan

kaki

b. Riwayat kesehatan masa lalu : 3 bulan yang lalu klien mulai

merasakan kulit yang melapisi hidung, bibir, dan bagian dari

wajah menjadi tebal dan kasar, rahang menjadilebih menonjol,

kulit lebih berlemak, lidah kian besar, dan suara membesar.

Riwayat psikologis

Klien mengatakan malu dengan kondisi tersebut TTV

e) Nadi : 78x/menit

f) Suhu : 35.1ºC

g) TD : 120/90 mmHg

h) RR : 20x/menit

Hasil LAB

Hb : 12.8

Leukosit : 5900

Ht : 37%

Trombosit : 215.000

MRI kepala tampak adenoma hipofisis

Pola fungsi kesehatan

a. Aktivitas : terganggu karena terjadi pembesaran pada telapak

tangan dan kaki, suara memberat

b. Cairan dan nutrisi : terganggu karena rahanng menjadi

menonjol, lidah membesar, kulit bibir menebal

Page 19: Makalah Kasus 2 SGA

Pemeriksaan B6

a. Breath (B1) : biasanya terjadi gangguan nafas biasanya

terjadi akibat adanya tumor

b. Blood (B2) : jantung biasanya membesar dan fungsinya

terganggu. Sering terjadi gagal jantung

c. Brain (B3 ) : terjadi nyeri kepala bitemporal, gangguan

penglihatan

d. Bladder (B4) : biasanya pertumbuhan alat kelamin tak

sempurna, penurinan lipido, impotensi

e. Bowel (B5) : pola BAB normal, terjadi gigantisme, gigi

meregang sehingga sulit menggigit dan sulit makan, lidah

membesar

f. Bone (B6) : deformitas tulang belakang, nyeri sendi

pada bahu, tulang, dan lutut.

Pengkajian fokus

Inspeksi : pembesaran telapak tangan dan kaki, kulit yang

melapisi hidung, bibir, dan bagian dari wajah menjadi tebal dan

kasar, rahang menjadi lebih menonjol, lidah kian besar

Palpasi : kulit yang melapisi hidung, bibir, dan bagian dari

wajah menjadi tebal dan kasar, kulit lebih berlemak

Auskultasi: suara kian memberat

Page 20: Makalah Kasus 2 SGA

J. ANALISIS DATA

No Data Kemungkinan Etiologi Masalah Keperawatan

1 DS :

i) Klien mengeluh

pembesaran pada

telapak tangan dan kaki

j) Sejak 3 bulan

yang lalu klien mulai

merasakan kulit yang

melapisi hidung, bibir

dan bagian dari wajah

menjadi tebal dan

kasar, rahang menjadi

lebih menonjol, kulit

lebih berlemak, lidah

kian besar dan suara

memberat

k) Klien mengatakan

malu dengan

kondisinya

DO :

Pemeriksaan kadar

Growth Hormone :

peningkatan IGF-I dan

tanda Sindroma

Gigantisme Akromegali

Pada MRI kepala tampak

adenoma hipofisis

Hipersekresi GH

Masa post pubertas

Lempeng epifisis sudah

menutup

Penebalan tulang dan

pertumbuhan jar.lunak

abnormal

Pembesaran telapak

tangan dan kaki

Raut wajah, hidung

dan bibir semakin

kasar dan tebal

lidah membesar

Rahang menonjol ke

depan

Suara lebih dalam dan

berat

Malu dengan kondisinya

Gg. Konsep diri : body

image

Gg. Konsep diri : body

image

2 DS :

l) Klien mengeluh

pembesaran pada

Hipersekresi GH

Masa post pubertas

Gg. Integritas kulit

Page 21: Makalah Kasus 2 SGA

telapak tangan dan kaki

m) Sejak 3 bulan

yang lalu klien mulai

merasakan kulit yang

melapisi hidung, bibir

dan bagian dari wajah

menjadi tebal dan

kasar, kulit lebih

berlemak

DO :

Pemeriksaan kadar

Growth Hormone :

peningkatan IGF-I dan

tanda Sindroma

Gigantisme Akromegali

Lempeng epifisis sudah

menutup

Penebalan tulang dan

pertumbuhan jar.lunak

abnormal

Pembesaran telapak

tangan dan kaki

Raut wajah, hidung

dan bibir semakin

kasar dan tebal

Gg. Integritas kulit

3 DS : -

DO : -

Pembesaran tumor

Penekanan struktur sekitar

oleh massa tumor

Risiko komplikasi

dan

Hipersekresi GH

gg. metabolik

↓pemakaian glukosa di tubuh

Glukosa banyak beredar di

Risiko komplikasi

Page 22: Makalah Kasus 2 SGA

sirkulasi

Glukosa darah ↑

Hiperglikemia

Diabetes mellitus

Risiko komplikasi

Page 23: Makalah Kasus 2 SGA

K. NURSING CARE PLANNING

Diagnosa

Keperawatan

Tujuan Intervensi Rasional

Gangguan rasa

nyaman nyeri

berhubungan

dengan adanya

tumor (adenoma

hipofisis) yang

ditandai dengan

pada MRI kepala

adanya adenoma

hipofisis

Tupen :

nyeri klien

berkurang

Tupan :

nyeri klien

hilang

Kaji karakteristik

nyeri

Ciptakan

lingkungan yang

nyaman

Berikan kompres

panas lembab

pada kepala

Ajarkan teknik

relaksasi bila

nyeri

Kolaborasi :

Terapi

medikamentosa :

diberikan agosis

dopamine seperti

brokriptin dan

ocreotide (long

acting

somatostatin

analogue)

Terapi

pembedahan :

bedah makro dan

mikro

Terapi radiasi :

Membantu dalam

membuat diagnose

Lingkungan yang

nyaman membantu

klien untuk beristirahat

Untuk mengurangi

sakit kepala klien

Dapat mengalihkan

persepsi nyeri klien

Untuk menurunkan

kadar HP dalam darah

Bedah ini dilakukan

tergantung dengan

besarnya tumor

Sebagai terapi pilihan

secara tunggal, apabila

tindakan operasi tidak

memungkinkan

Page 24: Makalah Kasus 2 SGA

secara

konvensional atau

dengan energy

pqrtikel berat

Ganguan Konsep

Diri : Body Image

berhubungan dengan

perubahan struktur

tubuh ditandai

dengan telapak

tangan dan kaki

membesar, kulit

yang melapisi

hidung, bibir dan

bagian dari wajah

menjadi tebal dan

kasar, rahang

menjadi lebih

menonjol, pasien

mengatakan malu

dengan kondisinya

sekarang

Tupen:

dalam waktu

7x24 jam

pasien bisa

menerima

kondisinya.

Tupan: tidak

terjadi

penurunan

body image

yang

berlebihan

pada pasien

n) Pertahankan

lingkungan yang

kondusif untuk

membicarakan

perubahan citra

tubuh dan

menjalin trust

kepada pasien

o) Kaji klien dengan

mengidentifikasi

dan

mengembangkan

mekanisme

koping pasien

p) Bantu pasien

mengidentifikasi

kekuatannya serta

segi-segi positif

yang dapat

dikembangkan

oleh pasien

q) Bantu pasien

dalam

mengembangkan

rencana untuk

menyelaraskan

semua perubahan

Agar pasien dapat

mengungkapkan

tentang perasaan dan

anggapan mengenai

keadaanya

Untuk membantu pasien

dalam mengatasi

perubahan fisik

Membantu pasien untuk

mengalihkan perhatian

tentang keadaannya

dengan melakukan ha

positif

Gaya hidup pasien sangat

berpengaruh dalam

mengembangkan dan

mengontrol koping

pasien terhadap

perubahan tubuh

Page 25: Makalah Kasus 2 SGA

dalam gaya hidup

r) Berikan pasien

support dan

keyakinan bahwa

penyakit pasien

dapat sembuh

Kolaborasi :

Kolaborasi dengan

anggota keluarga

pasien untuk

selalu mensupport

klien

Meningkatkan koping dan

kepercayaan terhadap

kesembuhan

penyakitnya

Agar pasien merasa tidak

sendiri dan

meningkatkan

kepercayaan diri

pasien