89
BMSP-5 KASUS II Makalah Disusun oleh: Kelompok 8 Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran 1

73331474 Makalah Kasus 2 Kelompok 8 Bmsp5

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kasus

Citation preview

Page 1: 73331474 Makalah Kasus 2 Kelompok 8 Bmsp5

BMSP-5 KASUS II

Makalah

Disusun oleh: Kelompok 8

Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Padjadjaran

Bandung

2011

1

Page 2: 73331474 Makalah Kasus 2 Kelompok 8 Bmsp5

DAFTAR ISI

2

Page 3: 73331474 Makalah Kasus 2 Kelompok 8 Bmsp5

BAB I

OBAT ANTI INFLAMASI NONSTEROID-ASETAMINOFEN

PARACETAMOL

1.1 Klasifikasi

Analgesik merupakan obat penghilang rasa nyeri. Analgesic terdiri atas

non opioid dan opioid. Biasanya analgesic golongan non opioid bersifat

antipiretik dan antiinflamasi juga.

Analgesik non opioid yang sering digunakan di kedokteran gigi adalah

aspirin, paracetamol, dan ibuprofen. Paracetamol sifat antiinflamasinya sangat

lemah sekali sehingga dapat diabaikan atau dianggap tidak bersifat antiinflamasi.

Analgesik opioid dapat digolongkan berdasarkan bahan yang

terkandungnya, alami atau sintesis, atau juga dapat digolonkan menurut cara

kerjanya, agonis opiat, antagonis opiat, atau campuran.

Paracetamol merupakan turunan senyawa sintetis dari p-aminofenol yang

memberikan efek analgesia dan antipiretika. Senyawa ini mempunyai nama

kimia N-asetil-paminofenol atau p-asetamidofenol atau 4’- hidroksiasetanilid,

bobot molekul 151,16 dengan rumus kimia C8H9NO2 dan mempunyai struktur

molekul sebagai berikut :

3

Page 4: 73331474 Makalah Kasus 2 Kelompok 8 Bmsp5

Gambar 1.1 Struktur Molekul Acetamiophen

1.2 Farmakokinetik

Onset dari Paracetamol kurang dari 1 jam dengan waktu paruh sekitar 1-3

jam.

Absorpsi

Paracetamol cepat diabsorpsi di saluran pencernaan, juga diabsorpsi secara

baik dari membrane mukosa rectum.

Distribusi, Metabolisme, dan Ekresi

Paracetamol didistribusikan secara luas dalam cairan tubuh dan dengan

mudah. Setelah paracetamol dimetabolisme oleh liver, lalu dieksresikan oleh

ginjal dan dalam jumlah kecil pada air susu ibu (ASI).

Administrasi

Paracetamol dapat diminum sebelum atau sesudah makan (tidak

bergantung kepada makanan).

Rute administrasi dari paracetamol :

Oral

Rectal

Intravena

1.3 Farmakodinamik

4

Page 5: 73331474 Makalah Kasus 2 Kelompok 8 Bmsp5

Paracetamol mengurangi rasa sakit dan demam, tapi tidak seperti

salicylate, Paracetamol tidak memberikan efek signifikan pada inflamasi dan

fungsi dari trombosit. Ini bisa menyebabkan atikoagulan pada pasien yang

mengkonsumsi wafarain.

Efek analgesic dari paracetamol masih belum diketahui secara pasti

mekanismenya. Obat ini mungkin bekerja di central nervous system (CNS)

dengan menghambat sisntesis prostaglandin dan di pheriperal nervous system

dengan mekanisme yang tidak diketahui. Paracetamol mengurangi demam dengan

berkerja langsung pada heat regulating center di hypothalamus.

Telah dibuktikan bahwa paracetamol mampu mengurangi bentuk

teroksidasi enzim siklooksigenase (COX), sehingga menghambatnya untuk

membentuk senyawa penyebab inflamasi .Sebagaimana diketahui bahwa enzim

siklooksigenase ini berperan pada metabolisme asam arakidonat menjadi

prostaglandin H2, suatu molekul yang tidak stabil, yang dapat berubah menjadi

berbagai senyawa pro-inflamasi.

Kemungkinan lain mekanisme kerja paracetamol ialah bahwa paracetamol

menghambat enzim siklooksigenase seperti halnya aspirin, namun hal tersebut

terjadi pada kondisi inflamasi, dimana terdapat konsentrasi peroksida yang tinggi.

Pada kondisi ini oksidasi paracetamol juga tinggi, sehingga menghambat aksi anti

inflamasi.

Hal ini menyebabkan paracetamol tidak memiliki khasiat langsung pada

tempat inflamasi, namun malah bekerja di sistem syaraf pusat untuk menurunkan

temperatur tubuh, dimana kondisinya tidak oksidatif.

5

Page 6: 73331474 Makalah Kasus 2 Kelompok 8 Bmsp5

1.4 Mechanism of Action

Sebagai pereda nyeri, paracetamol bekerja dengan cara menghambat

biosintesis prostagalandin tetapi berbeda dengan analgesic lain, paracetamol

bekerja pada lingkungan yang rendah kadar peroksidnya seperti di hipotalamus.

Sebagai pereda demam, paracetamol bekerja dengan cara menekan efek

zat pirogen endogen yang merupakan zat yang pada keadaan patologisakan

meningkatkan suhu tubuh.

1.5 Indikasi dan Kontraindikasi

Indikasi

Paracetamol digunakan untuk meredakan demam dan nyeri yang ringan

sampai sedang yang disebabkan oleh berbagai hal. Efek pereda nyerinya tidak

terlalu tinggi namun efek pereda demamnya sangat bagus. Selain itu Paracetamol

digunakan untuk Post-Immunisation Pyrexia. Paracetamol, aman untuk wanita

hamil dan anak-anak.

Kontra Indikasi

Perlu diperhatikan pemberian untuk pasien dengan alergi terhadap

paracetamol, gangguan fungsi hati dan ginjal, serta pasien dengan ketergantungan

terhadap alcohol.

1.6 Efek Samping

Mual

6

Page 7: 73331474 Makalah Kasus 2 Kelompok 8 Bmsp5

Reaksi hypersensitivitas,

ruam pada kulit,

acute renal tubular necrosis.

Potensial Fatal : Sangat Jarang, dyscrasia darah (seperti

thrombocytopenia, leucopenia, neutropenia, agranulocytosis), kerusakan

liver.

1.7 Interaksi obat

Paracetamol dapat meningkatkan potensi kerusakan liver jika digunakan

bersama dengan barbiturates

Paracetamol dapat meningkatkan potensi kerusakan ginjal jika digunakan

bersama dengan NSAIDs atau salicylates

Paracetamol jika digunakan bersama dengan tetracycline akan

menurunkan absorpsi paracetamol

Paracetamol dapat meningkatkan efek obat anti-koagulan

1.8 Dosis

Dewasa : 325 – 650 mg tiap 4 jam, sampai 1 g q.i.d

Daily dose 4 mg

Anak-anak : 1-5 tahun: 120-250 mg setiap 4-6 jam (max 4 dosis dalam 24

jam); 6-12 tahun: 250-500 mg setiap 4-6 jam (max 4 dosis dalam 24 jam).

7

Page 8: 73331474 Makalah Kasus 2 Kelompok 8 Bmsp5

BAB II

OBAT ANTI INFLAMASI NON-STEROID

2.1Nonsteroidal Anti-inflamatori

Nonsteroidal anti-inflamatory drugs (NSAIDs) memiliki variasi

penggunaan klinis sebagai antipiretik, analgesic, dan agen antiinflamasi. Obat ini

dapat mengurangi demam sehingga dapat digunakan sebagai antipyretic. Obat ini

juga dapat digunakan sebagai analgesic, sehingga dapat mengurangi rasa nyeri

yang ringan sampai berat seperti myalgia, nyeri gigi, dysmenorrhea, dan sakit

kepala. Tidak seperti opioid analgesic, obat ini tidak menyebabkan depresi

neurologi atau ketergantungan. Sebagai agen anti-inflamasi, NSAIDs juga

digunakan dalam perawatan seperti nyeri kronik dan inflamasi pada rheumatoid

arthritis, osteoarthritis, dan arthritic lainnya seperti gout artritik dan ankilosis

spondylitis. Klasifikasi antiinflamasi dibagi menjadi 5 golongan:

1. Salisilat dan salisilamid, derivatnya yaitu asetosal (aspirin), salisilamid,

diflunisal

2. Para aminofenol, derivatnya yaitu asetaminofen dan fenasetin

3. Pirazolon, derivatnya yaitu antipirin (fenazon), aminopirin (amidopirin),

fenilbutazon dan turunannya

8

Page 9: 73331474 Makalah Kasus 2 Kelompok 8 Bmsp5

4. Antirematik nonsteroid dan analgetik lainnya, yaitu asam mefenamat dan

meklofenamat, ketoprofen, ibuprofen, naproksen, indometasin, piroksikam, dan

glafenin

5. Obat pirai, dibagi menjadi dua, yaitu (1) obat yang menghentikan proses

inflamasi akut, misalnya kolkisin, fenilbutazon, oksifenbutazon, dan (2) obat

yang mempengaruhi kadar asam urat, misalnya probenesid, alupurinol, dan

sulfinpirazon.

Sedangkan menurut waktu paruhnya, OAINS dibedakan menjadi:

1. AINS dengan waktu paruh pendek (3-5 jam), yaitu aspirin, asam flufenamat,

asam meklofenamat, asam mefenamat, asam niflumat, asam tiaprofenamat,

diklofenak, indometasin, karprofen, ibuprofen, dan ketoprofen.

2. AINS dengan waktu paruh sedang (5-9 jam), yaitu fenbufen dan piroprofen.

3. AINS dengan waktu paruh tengah (kira-kira 12 jam), yaitu diflunisal dan

naproksen.

4. AINS dengan waktu paruh panjang (24-45 jam), yaitu piroksikam dan

tenoksikam.

5. AINS dengan waktu paruh sangat panjang (lebih dari 60 jam), yaitu fenilbutazon

dan oksifenbutazon.

Klasifikasi Kimiawi Obat Anti-Inflamasi Nonsteroid

Nonselective Cyclooxygenase Inhibitors

9

Page 10: 73331474 Makalah Kasus 2 Kelompok 8 Bmsp5

Derivat asam salisilat: aspirin, natrium salisilat, salsalat, diflunisal, cholin

magnesium trisalisilat, sulfasalazine, olsalazine

Derivat para-aminofenol: asetaminofen

Asam asetat indol dan inden: indometasin, sulindak

Asam heteroaryl asetat: tolmetin, diklofenak, ketorolak

Asam arylpropionat: ibuprofen, naproksen, flurbiprofen, ketoprofen, fenoprofen,

oxaprozin

Asam antranilat (fenamat): asam mefenamat, asam meklofenamat

Asam enolat: oksikam (piroksikam, meloksikam)

Alkanon: nabumeton

Selective Cyclooxygenase II inhibitors

Diaryl-subtiuted furanones: rofecoxib

Diaryl-subtituted pyrazoles: celecoxib

Asam asetat indol: etodolac

Sulfonanilid: nimesulid

a.Farmakokinetik

Meskipun terdapat banyak golongan dari OAINS tetapi hampir semuanya

memiliki sifat yang sama. Salah satunya hamper semua dari OAINS tergolong

asam organic yang lemah kecuali nabumetone.Hampir semua obat ini diserap

dengan baik. dan makanan tidak banyak mengubah bioavailability.OAINS

10

Page 11: 73331474 Makalah Kasus 2 Kelompok 8 Bmsp5

dimetabolisme dengan baik melalui mekanisme fase 1 dan fase 2 dan sisanya

melalui glucoronidation. Metabolisme ini berlansung di hati dengan enzim P450

families. Eksresinya sebagian besar melalui ginjal. Sebagian besar dari OAINS

(98%) berikatan dengan albumin.

b. Farmakodinamik

Semua obat mirip aspirin bersifat antipiretik analgesic dan anti inflamasi.

Misalnya parasetamol(asetaminofen) bersifat anti piretik dan anlgesik tetapi anti

inflamasinya lemah sekali.

c.Mekanisme

Kerja anti-inflamatori dari NSAIDs dijelasakan dengan menghambat

sintesis prostaglandin dengan COX-2. COX-2 merupakan COX yang utama yang

menghasilkan prostaglandin selama proses inflamasi. Prostaglandin E dan F

menimbulkan gejala inflamasi seperti vasodilatasi, hyperemia, meningkatkan

permeabilitas vascular, pembengkakan, nyeri, dan meningkatkan migrasi leukosit.

Sebagai tambahan, mereka memperkuat mediator inflamatoi seperti histamine,

bradykinin, dan 5-hydroxytryptamine. Semua NSAIDs kecuali COX-2-selsctive

agen mencegah atau menghambat COX isoform; derajat penghambatan COX-1

bervariasi dari obat yang satu ke obat yang lain.

d. Efek Samping

Sejumlah kasus toksisitas yang diakibatkan NSAIDs sebagai hasil dari

penghambatan sintesis prostaglandin dapat terjadi. Kemampuan NSAIDs dapat

11

Page 12: 73331474 Makalah Kasus 2 Kelompok 8 Bmsp5

meningkatkan sekresi asam lambung dan mencegah pembekuan darah sehingga

dapat menimbulkan toksisitas sistem penceranaan. Reaksi ringan seperti heartburn

dan indigestion, dapat menurun dengan pengaturan kembali dosis, penggunaan

antasida, atau memakan obat setelah makan. Hilangnya darah dari GI tract dan

anemia defisiensi iron dalam penggunaan NSAIDs berkepanjangan, termasuk

peptic ulserasi dan GI hermorage walaupun jarang terjadi.

NSAIDs dapat menghalangi atau mengganggu fungsi ginjal, menyebabkan

retensi cairan dan meninmbulkan reaksi hipersensitivitas, termasuk

bronchospasm, asthma, urticaria, polip, dan reaksi anafilaktik (meskipun jarang

terjadi). Spectrum toksisitas yang ditimbulkan setiap NSAIDs berhubungan

dengan penghambatan COX isoform yang spesifik. Kebanyakan obat

dikembangkan yang menghambat COX-2 dan karena itu tidak mengganggu GI

tract, dan efek samping dari antiplatelet ditimbulkan oleh penghambatan COX-1.

Efek samping lain adalah gangguan fungsi trombosit dengan akibat

perpanjangan waktu perdarahan. Ketika perdarahan, trombosit yang beredar

dalam sirkulasi darah mengalami adhesi dan agregasi. Trombosit ini kemudian

menyumbat dengan endotel yang rusak dengan cepat sehingga perdarahan

terhenti. Agregasi trombosit disebabkan oleh adanya tromboksan A2 (TXA2).

TXA2, sama seperti prostaglandin, disintesis dari asam arachidonat dengan

bantuan enzim siklooksigenase. OAINS bekerja menghambat enzim

siklooksigenase. Aspirin mengasetilasi Cox I (serin 529) dan Cox II (serin 512)

sehingga sintesis prostaglandin dan TXA2 terhambat. Dengan terhambatnya

12

Page 13: 73331474 Makalah Kasus 2 Kelompok 8 Bmsp5

TXA2, maka proses trombogenesis terganggu, dan akibatnya agregasi trombosit

tidak terjadi. Jadi, efek antikoagulan trombosit yang memanjang pada penggunaan

aspirin atau OAINS lainnya disebabkan oleh adanya asetilasi siklooksigenase

trombosit yang irreversibel (oleh aspirin) maupun reversibel (oleh OAINS

lainnya). Proses ini menetap selama trombosit masih terpapar OAINS dalam

konsentrasi yang cukup tinggi.

Dengan menggunakan meta analisis, dapat diketahui bahwa OAINS dapat

meningkatkan tekanan darah rata-rata (mean arterial pressure) sebanyak kurang

lebih 5 mmHg. OAINS paling kuat mengantagonis efek antihipertensi β-blocker

dan ACE-inhibitor, sedangkan terhadap efek antihipertensi vasodilator atau

diuretik efeknya paling lemah. OAINS yang paling kuat menimbulkan efek

meningkatkan tekanan darah ialah piroksikam.

OAINS juga dapat menyebabkan reaksi kulit seperti erupsi morbiliform

yang ringan, reaksi-reaksi obat yang menetap, reaksi-reaksi fotosensitifitas,

erupsi-erupsi vesikobulosa, serum sickness, dan eritroderma exofoliatif. Hampir

semua OAINS dapat menyebabkan urtikaria terutama pada pasien yang sensitif

dengan aspirin. Menurut studi oleh Akademi Dermatologi di Amerika pada tahun

1984, OAINS yang paling sedikit menimbulkan gangguan kulit adalah

piroksikam, zomepirac, sulindak, natrium meklofenamat, dan benaxoprofen.

Pada sistem syaraf pusat, OAINS dapat menyebabkan gangguan seperti,

depresi, konvulsi, nyeri kepala, rasa lelah, halusinasi, reaksi depersonalisasi,

kejang, dan sinkope. Pada penderita usia lanjut yang menggunakan naproksen

13

Page 14: 73331474 Makalah Kasus 2 Kelompok 8 Bmsp5

atau ibuprofen telah dilaporkan mengalami disfungsi kognitif, kehilangan

personalitas, pelupa, depresi, insomnia, iritasi, rasa ringan kepala, hingga

paranoid.20 Pada beberapa orang dapat terjadi reaksi hipersensitifitas berupa

rinitis vasomotor, oedem angioneurotik, urtikaria luas, asma bronkiale, hipotensi

hingga syok.

2.2 Spesifik NSAIDs

2.2.1Salicylates

Kelompok salisilat yang banyak digunakan yaitu aspirin dan sodium

salicylate. Salicylate banyak digunakan untuk perawatan gangguan minor

musculoskeletal seperti bursitis, synovitis, tendinitis, myositosis, dan myalgia.

Dapat juga digunakan untuk mengurangi demam dan sakit kepala. Dapat juga

digunakan untuk perawatan penyakit inflamasi seperti acute rheumatic fever,

rheumatoid arthritis, osteoarthritis, dan rheumatoid lainnya seperti ankilosis

spondulitis, Reiter’s syndrome, dan psoriatic arthritis. Bagaimanapun, NSAIDs

lainnya biasanya digunakan sebagai obai yang lebih sering dipakai karena efek

samping terhadap gastrointestinal rendah. Aspirin digunakan untuk perawatan dan

prophylaxis infark miokard dan ischemic stroke.

a.Farmakokinetik

Aspirin tersedia dalam kapsul, tablet, enteric-tableh coated (Ecotrin,

timed-release tablets (ZORprin), buffered tablets (Ascriptin, Bufferin), and as

14

Page 15: 73331474 Makalah Kasus 2 Kelompok 8 Bmsp5

rectal suppositories. Salisilat cepat diabsorbsi dari lambung dan usus halus bagian

atas, kadar puncak dalam plasma dicapai dalam waktu 1-2 jam. Suasana asam di

dalam lambung menyebabkan sebagian besar dari salisilat terdapat dalam bentuk

nonionisasi, sehingga memudahkan absorpsi. Walaupun begitu, bila salisilat

dalam konsentrasi tinggi memasuki sel mukosa, maka obat tersebut dapat merusak

barier mukosa. Jika pH lambung ditingkatkan oleh penyangga yang cocok sampai

pH3,5 atau lebih, maka iritasi terhadap lambung berkurang.

Aspirin diabsorbsi begitu saja dan dihidrolisis menjadi asam asetat dan

salisilat oleh esterase di dalam jaringan dan darah. Salisilat terikat albumin, tetapi

karena konsentrasi salisilat dalam serum meningkat, sebagian besar tetap tidak

terikat dan terdapat dalam jaringan. Salisilat yang ditelan dan yang berasal dari

hidrolisis aspirin diekstresikan dalam bentuk tidak berubah, tetapi sebagian besar

dikonversi menjadi konyugat yang larut dalam air. Jika aspirin digunakan dalam

dosis rendah (600mg), eliminasi sesuai dengan first-order kinetics dan waktu

paruh serum 3-5 jam. Dengan dosis yang lebih besar, zero-order kinetics akan

besar; pada dosis antiinflamasi (≥4g/hari), waktu paruh meningkat sampai 15 jam

atau lebih. Efek ini timbul sekitar seminggu dan berhubungan dengan kejenuhan

enzim hati yang mengkatalisis pembentukan metabolit salisilat salisilat

fenilglukuronida dan asam salisilurat.

b. Farmakodinamik

Efektifitas aspirin terutama disebabkan oelh kemampuannya menghambat

biosintesis prostaglandin. Kerjanya mengambat enzim siklooksigenase secara

15

Page 16: 73331474 Makalah Kasus 2 Kelompok 8 Bmsp5

ireversibel, yang mengkatalisis perubagan asam arakidonat menjadi senyawa

edoperoksida, pada dosis yang tepat, obat ini akan menurunkan pembentukan

prostaglandin maupun tromboksan A2, tetapi tidak leukotren. Sebagian besar dosis

antiinflamasi aspirin cepat dideasetilasi membentuk metabolit aktif salisilat.

Salisilat menghambat sintesis prostaglandin secara reversible.

Selain mengurangi sintesis mediator eikosanid, aspirin juga mempengaruhi

mediator kimia sistem kalikrein. Akibatnya, aspirin menghambat perlekatan

granulosit pada pembuluh darah yang rusak, menstabilkan membrane lisosom,

dan menghambat migrasi leukosit polimorfonuklear dan makrofag ke tempat

peradangan.

Aspirin sangat efektif dalam meredakan nyeri dengan intensitas ringan

sampai sedang. Aspirin menghilangkan nyeri dari berbagai penyebab seperti yang

berasal dari otot, pembuluh darah, gigi, keadaan pasca persalinan, arthritis, dan

bursitis. Aspirin bekerja secara perifer melalui efeknya terhadap peradangan,

tetapi mungkin juga menekan rangsang nyeri di tingkat subkorteks.

Aspirin menurunkan demam, tetapi hanya sedikit mempengaruhi suhu

badan yang normal. Penurunan suhu badan berhubungan dengan peningkatan

pengeluaran panas karena pelebaran pembuluh daraf superficial. Antipiresis

mungkin disertai dengan pembentukan banyak keringat.

Aspirin mempengaruhi hemotasis. Aspirin dosis tunggal sedikit

memanjangkan waktu perdarahan dan menjadi dua kali lipat, bila diteruskan

selama seminggu. Karena kerja ini bersifat ireversibel, aspirin menghambat

16

Page 17: 73331474 Makalah Kasus 2 Kelompok 8 Bmsp5

agregasi trombosit selama 8 hari, sampai terbentuk trombosit baru, sebaiknya

aspirin dihentikan pemakaiannya 1 minggu sebelum operasi.

c.Penggunaan Terapi

Efek analgesia dan anti-infalmasi. Aspirin adalah salah satu obat yang

paling sering digunakan untuk meredakan nyeri ringan sampai sedang dari

berbagai sebab. Aspirin sering dikombinasikan dengan obat analgetik. Sifat anti-

inflamasi salisilat dosis tinggi bertanggung jawab terhadap dianjurkannya obati ini

sebagai terapi awal arthritis rematoid, demam rematik, dan peradangan sendi

lainnya. pada arthritis ringan, banyak penderita dapat diobati dengan

menggunakan aspirin sebagai obat satu-satunya.

Antipiresis. Aspirin adalah obat terbaik yang ada untuk menurunkan

demam bila dikehendaki dan bila tak ada kontraindikasi penggunaannya.

Penggunaan lainnya sebagai penghambatan agregasi trombosit. Ada juga yang

mengatakan aspirin dapat digunakan untuk mengurangi pembentukan katarak.

d.Dosis

Dosis optimum analgesic atau antipiretik aspirin, lebih kecil dari dosis oral

0,6 mg yang biasanya digunakan. Dosis yang lebih besar dapat memperpanjang

efeknya. Dosis biasanya dapat diulang setiap 4 jam dan dosis lebih kecil 0,3 gram

setiap 3 jam. Dosis untuk anak-anak sebesar 50-75mg/kg/hari dalam dosis terbagi.

Dosis antiinflamasi rata-rata 4 g per hari dapat ditolerangsi oleh

kebanyakan orang dewasa. Pada anak-anak, biasanya dosis 50-75 mg/kg/hari

17

Page 18: 73331474 Makalah Kasus 2 Kelompok 8 Bmsp5

menghasilkan kadar darah yang adekuat. Kadar darah 15-30 mg/dl disertai dengan

efek anti-inflamasi. Waktu paruh metabolit aktif aspirin panjang sekitar 12 jam.

Intoksikasi berat timbul bila jumlah yang ditelan lebih dari 150-175

mg/kg/berat badan. Obat yang meningkatkan intoksikasi salisilat meliputi

asetazolamid dan ammonium klorida. Kortikosteroid dapat menurunkan

konsentrasi salisilat.

2.2.2 Derivat Asam Propionat (Ibuprofen)

Ibuprofen merupakan turunan sederhana asam fenilpropionat. Pada dosis

sekitar 2400 mg per hari, efek antiinflamasi ibuprofen setara dengan 4 g aspirin.

Obat ini sering diresepkan dalam dosis rendah, yang bersifat analgesik tetapi

mempunyai efek anti-inflamasi rendah. Ibuprofen tersedia sebagai obat bebas

dengan dosis rendah dengan berbagai nama dagang.

Ibuprofen dimetabolisme secara luas di hati, sedikit diekskresikan dalam

bentuk tidak berubah. Iritasi saluran cerna dan perdarahan dapat terjadi, walaupun

kurang sering dibandingkan aspirin. Penggunaan ibuprofen bersama aspirin dapat

dapat menurunkan efek total antiinflamasi. Obat ini dikontraindikasikan untuk

mereka yang menderita polip hidung, angioedema, dan aktifitas bronkopastik

terhadap aspirin. Di samping gejala saluran cerna (yang dapat diubah oleh

penelanan bersama makanan), telah dilaporkan adanya rush, pruritus, pusing,

nyeri kepala, meningitis aseptik, dan retensi cairan. Interaksi dengan antikoagulan

jarang terjadi. Efek hematologik yang berat meliputi agranulositosis dan anemia

18

Page 19: 73331474 Makalah Kasus 2 Kelompok 8 Bmsp5

aplastik; efek terhadap ginjal, meliputi ginjal akut, nefritis intersitialis, dan

sindrom nefrotik.

Nama kimia: asam 2-(4-isobutil-fenil)-propionat

merk dagang: Advil, Motril, Nuprin dan Brufen.

Rumus kima ibuprofen

Ibuprofen merupakan derivat asam propionat yang diperkenalkan pertama

kali di banyak negara. Obat ini bersifat analgesik dengan daya anti-inflamasi yang

tidak terlalu kuat. Efek analgesiknya sama seperti apsirin: efek anti-inflamasinya

terlihat dengan dosis 1200-2400 mg sehari. Absorpsi ibuprofen cepat melalui

lambung dan kadar maksimum dalam plasma dicapai setelah 1-2 jam. Waktu

paruh dalam plasma sekitar 2 jam. Sembilan puluh % ibuprofen terikat pada

protesin plasma. Ekskresinya berlangsung cepat dan lengkap. Kira-kira 90% dari

dosis yang diabsorpsi akan diekskresi melalui urin sebagai metabolit atau

konyugatnya. Metabolit utama merupakan hasil hidroksilasi dan karboksilasi.

Obat AINS derivat asam propionat hampir seluruhnya terikat pada protein

plasma, efek interaksi misalnya penggeseran obat warfarin dan oral hipoglikemik

19

Page 20: 73331474 Makalah Kasus 2 Kelompok 8 Bmsp5

hampir tidak ada. Tetapi pada pemberian bersama kepada warafarin, tetap harus

waspada karena adanya gangguan fungsi trombosit yang memperpanjang masa

perdarahan. Derivat asam propionat dapat mengurangi efek diuresis dan

natriuresis furesemid dan tiazid, juga mengurangi efek antihipertensi obat beta

bloker, prazosin dan kaptopril. Efek ini mungkin akibat hambatan biosintesis PG

ginjal. Efek samping terhadap saluran cerna lebih ringan dibandingkan dengan

aspirin, indometasin atau naproksen. Efek samping lainnya yang jarang ialah

eritema kulit, sakit kepala, trombositopenia, ambliopia toksik yang reversibel.

Dosis sebagai analgesik 4 kali 400 mg sehari tetapi sebaiknya dosis optimal pada

tiap orang ditentukan secara individual. Ibuprofen tidak dianjurkan diminum oleh

wanita hamil dan menyusui. Dengan alasan bahwa ibuprofen relatif lebih lama

dikenal dan tidak menimbulkan efek samping serius pada dosis analgesik, maka

ibuprofen dijual sebagai obat generik bebas di beberapa negara antara lain

Amerika Serikat dan Inggris.

2.2.3 Derivat Indol & Inden (Indometasin)

Merupakan derivate indole-asam asetat. Obat ini sudah dikenal sejak 1963

untuk pengobatan arthritis rheumatoid dan sejenisnya. Walaupun obat ini efektif

tetapi karena toksik maka penggunaan obat ini dibatasi. Indometasin memiliki

efek anti inflamasi lebih kuat dari aspirin dan analgesic-antipireutic yang kira-kira

sebanding dengan aspirin. Telah terbukti bahwa indometasin memiliki efek

analgesic perifer maupun sentral. In-vitro, indometasin menghambat enzim siklo-

oksigenase. Seperti kolkisin, indometasin menghambat motilitas leukosit

20

Page 21: 73331474 Makalah Kasus 2 Kelompok 8 Bmsp5

polimorfonuklear. Indometasin bekerja dengan menghambat siklooksigenase

secara reversible.

a.Farmakokinetika

Absorpsi indometasin setelah pemberian oral cukup baik ; 92-99%

indometasin terikat pada protein plasma. Metaboloismenya terjadi di hati.

Indometasin diekskresi dalam bentuk asal maupun metabolit melalui urine atau

empedu. Waktu paruh plasma kira-kira 2-4 jam.

b.Mekanisme kerja

Mekanisme kerja dari indometasin adalah dengan menghambat

siklooksigenase secara reversible ( produksi prostaglandin ).

c.Indikasi

Indometasin dapat digunakan untuk mengontrol rasa nyeri pada uveitis dan

postoperative ophthalmic procedure. Digunakan juga sebagai antipyretic pada

Hodgkins`s disease, dan seperti aspirin, indometasin dapat menunda labor (kerja)

dengan menekan (suppressing) kontraksi uterus.

Karena sifat toksiknya, Indometasin tidak dianjurkan untuk pemakaian

umum sebagai antipiretik dan analgesic. Kecuali untuk pengobatan duktus

arterious paten, sebaiknya jangan diberikan pada anak-anak. Obat ini berguna

pada keadaan khusus, termasuk arthritis gout akut, spondilitis ankilosa, dan

osteoarthritis pada panngul dan juga efektif pada keadaan peradangan ekstra-

artikular seperti perikarditis, dan pleuritis. Pada gout akut, pada hakikatnya

indometasin menggantikan kolkisin sebagai terapi awal.

21

Page 22: 73331474 Makalah Kasus 2 Kelompok 8 Bmsp5

Penggunaan khusus indometasin adalah mengobati duktus arteriosus paten

pada bayi premature. Karena strukturnya kuat dan paten pada janin akibat

produksi kontinu prostaglandin; penutupan bias dipercepat pada bayi premature

jika diberikan obat ini secara intravena.dalam sitiasi ini, produksi prostaglandin

tidak pada proses peradangan, jadi lebih tergantung pada COX I daripada COX II.

Seperti tercata diatas, indometasin adalah selektif relative untuk COX I. pada

kebanyakan kasus, operasi dapat dihindari dengan menggunakan indometasin.

Indometasin telah dianjurkan pemakaiannya sebagaintocolytic pada

persalinan dengan kehamilan yang kurang dari 32 minggu; penghambatan sintesis

prostaglandin mengurangi frekuensi dan kontraksi uterus. Walaupun begitu, yang

lain memperdebatkan penggunaan ini sebagai dasar pengenalan toksisitas obat ini

terhadap janin dan ibu.

d.Kontraindikasi

Karena toksisitasnya, indometasin tidak dianjurkan diberikan pada anak,

wanita hamil, penderita gangguan psikiatris, dan penderita penyakit lambung.

Penggunaan kini dianjurkan hanya bila AINS lain kurang berhasil misalnya pada

spondilitis ankilosa, arthritis pirai akut dan osteoatritis tungkai. Indometasin tidak

berguna pada penyakit pirai kronik karena tidak berefek urikosurik. Penggunaan

indometasin juga harus dihindari pada penderita polip hidung atau angiodema,

dimana mungkin dapat mencetuskan asma. Dosis indometasin yang lazim ialah 2-

4 kali 25 mg sehari bersama makanan atau segera setelah makan. Untuk

mengurangi gejalan reumatik di malam hari, indometasin diberikan 50-100 mg

sebelum tidur.

22

Page 23: 73331474 Makalah Kasus 2 Kelompok 8 Bmsp5

e.Efek samping

Efek samping indometasin tergantung dosis. Pada dosis terapi, sepertiga

penderita menghentikan pengobatan karena efek samping. Efek samping saluran

cerna berupa nyeri abdomen , diare, perdarahan lambung dan pankreastis. Sakit

kepala hebat dialami oleh kira-kira 20-25% penderita dan sering disertai pusing,

depresi dan rasa bingung. Halusinasi dan psikosis pernah dilaporkan. Indometasin

juga menyebabkan agranulositis, anemia, dan trombositopenia. Vasokontriksi

pembuluh koroner pernah dilaporkan. Hiperkalemia dapat terjadi akibat hambatan

yang kuat terhadap biosintesis PG di ginjal. Alergi dapat pula timbul dengan

manifestasi urtikaria, gatal, dan serangan asma.

f.Terapeutic in dentistry

Tidak ada indikasi untuk indometasin dalam kedokteran gigi.

2.2.4 Peroksikam (Asam enolat)

Peroksikam, suatu oksikam adalah obat AINS dengan struktur baru.

Waktu paruhnya panjang, sehingga diberikan dosis kecil sekali sehari, yang

membantu kepatuhan penderita. Obat ini cepat diabsorpsi di dalam lambung dan

usus halus bagian atas, dan mencapai 80% dari kadar puncak dalam plasma dalam

waktu 1 jam. Piroksikam diekskresikan sebagai konyugat glukuronida dan dalam

jumlah kecil dengan bentuk tidak berubah.

23

Page 24: 73331474 Makalah Kasus 2 Kelompok 8 Bmsp5

Gejala saluran cerna terjadi pada 20% penderita. Efek samping lain

meliputi pusing, nyeri kepla, dan rush. Obat ini dapat digunakan pada pengobatan

atritis rematoid, spondilitas ankilosa, dan osteoartritis.

2.2.5 Nabumetone

Nabumetone adalah naphthylalkanone yang rumus kimianya adalah 4-(6-

methoxy-2-naphthalenyl)-2-butanone. Nabumetone adalah substansi crystalline

putih dengan berat molecular 228,3. Merupakan nonacidic dan pada kenyataannya

tidak larut dalam air, namun larut dalam alkohol dan kebanyakan pelarut organik.

a.Farmakokinetik

Setelah oral administration, hampir 80% dari dosis nabumetone

ditemukan dalam urin, yang menunjukkan bahwa nabumetone terabsorpsi dengan

baik pada gastrointestinal tract.

b.Efek Samping

Efek samping yang paling sering dilaporkan berhubungan dengan system

gastrointestinal, termasuk diare, gangguan pencernaan, dan abdominal pain.

c.Indikasi

Meringankan tanda-tanda dan gejala dari osteoarthritis dan rheumatoid

arthritis.

24

Page 25: 73331474 Makalah Kasus 2 Kelompok 8 Bmsp5

d.Kontraindikasi

Berisiko terhadap cardiovascular

OAINS bisa menyebabkan peningkatan risiko akan terjadinya thrombotic

cardiovascular, myocardial infarction, dan stroke yang bisa fatal. Risiko ini

bisa meningkat seiring dengan durasi penggunaan. Pasien dengan penyakit

cardiovascular berisiko lebih besar dalam menggunakan obat ini.

Piroxicam berkontraindikasi terhadap perawatan pada CABG (Coronary

Artery Bypass Graft) surgery.

Berisiko terhadap Gastrointestinal

OAINS bisa meningkatkan risiko pada gastrointestinal antara lain,

perdarahan, ulceration, dan perforasi pada perut atau usus yang bisa menjadi

fatal. Hal ini bisa terjadi kapan saja seama penggunaan dan tanpa gejala

peringatan. Pasien usia lanjut berisiko lebih besar gastrointestinalnya dalam

penggunaan obat ini.

e. Dosis

Dosis dan frekuensi diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien. Pada

pasien penderita osteoarthritis and rheumatoid arthritis, dosis awal yang

direkomendasikan adalah 1000 mg sebagai dosis tunggal, baik dengan atau tanpa

makanan. Nabumetone bisa diberikan sekali atau dua kali dalam sehari. Pasien

dengan berat badan di bawah 50 kg mungkin saja tidak memerlukan dosis

25

Page 26: 73331474 Makalah Kasus 2 Kelompok 8 Bmsp5

melebihi 1000 mg. Oleh karena itu, setelah mengamati respon dari terapi pertama,

dosis harus disesuaikan sesuai dengan kebutuhan individual tiap pasien.

f.Interaksi Obat

ACE-inhibitors

Dilaporkan bahwa OAINS bisa mengurangi efek antihypertensive dari ACE-

inhibitors. Interaksi ini harus dipertimbangkan pada pasien yang

mengonsumsi OAINS bersamaan dengan ACE-inhibitors.

Aspirin

Ketika nabumetone berinteraksi dengan aspirin, ikatan proteinnya berkurang,

meskipun efek dari interaksi ini secara klinis belum diketahui signifikan atau

tidaknya. Oleh karena itu, seperti OAINS lainnya, administrasi bersamaan

antara nabumetone dan aspirin tidak dianjurkan dikarenakan potensinya

dalam meningkatkan adverse event.

Methotrexate

Berdasarkan penelitian, OAINS (nabumetone) mempertinggi toksisitas dari

methotrexate. Oleh karena itu, ketika OAINS digunakan bersamaan dengan

methotrexate mesti hati-hati.

Warfarin

Efek warfarin dan OAINS (nabumetone) dalam perdarahan gastrointestinal

adalah sinergis. Orang yang mengonsumsi kedua obat secara bersamaan

26

Page 27: 73331474 Makalah Kasus 2 Kelompok 8 Bmsp5

memiiki risiko perdarahan gastrointestinal yang lebih serius dibandingkan

dengan yang hanya mengonsumsi salah satu obat saja.

2.2.6 Phenilbutazone (Derivat Pyrazolone)

Phenylbutazone, suatu derivat pyrazolone, yang menjadi terkenal setelah

kemunculannya pada tahun 1949 untuk pengobatan sindroma reumatik.

Memepunyai efek anti inflamasi yang kuat tetapi aktivfitas analgesik dan

antipiretiknya lemah. Sifat toksiknya khususnya efek hematologik termasuk

anemia aplastik, mengakibatkan obat ini ditarik dari pasar Amerika Utara dan

kebanyakan pasar di Eropa. Phenylbutazone sekarang ini jarang digunakan lagi.

a. Farmakokinetik

Phenylbutazone diabsorbsi secara keseluruhan dengan cepat melalui administrasi

secara oral ataupun rektal. Metabolit aktifnya adalah oxyphenbutazone.

b.Efek Samping

Agranulositosis

Aplastic anemia

Muntah, diare, rasa tidak nyaman di daerah epigastrik

Ruam di kulit

Retensi cairan dan elektrolit

Vertigo, insomnia

Pelnglihatan kabur

Euphoria, gelisah

Hematuria

27

Page 28: 73331474 Makalah Kasus 2 Kelompok 8 Bmsp5

c. Indikasi

Digunakan untuk mengobati gout akut dan rematoid arthritis akut ( terapi jangka

pendek, hanya stu minggu saja ).

d.Interaksi

Warfarin

Agent oral hypoglycemic

Sulfonamide

2.2.7 Asam Mefenamat

Asam mefenamat adalah obat anti inflamasi non steroid yang digunakan

untuk mengobati rasa sakit, termasuk sakit ketika menstruasi. Dianjurkan secara

khusus untuk digunakan secara oral. Asam mefenamat menurunkan inflamasi dan

kontraksi uterus dengan mekasime yang sampai sekarang belum diketahui. Tetapi

mekanisme kerjanya berhubungan dengan menghambat sintetis prostaglandin.

Analog dari asam fenamat, merupakan campuran yang disintesis dari asam 2-

chlorobenzoat dan 2,3-xylidine.

a.Farmakodinamik

Ponstan ( asam mefenamat ) adalah obat anti inflamasi non steroid

( OAINS ) dikenal sebagai anti inflamasi, analgetik, dan antipiretik aktif pada

studi hewan. Mekanisme kerja dari ponstan, sama seperti obat OAINS lainnya,

28

Page 29: 73331474 Makalah Kasus 2 Kelompok 8 Bmsp5

secara keseluruhan belum dimengerti betul tetapi berkaitan dengan penghambatan

sintesis prostaglandin.

b.Farmakokinetik

Absorpsi

Asam mefenamat sangat cepat diabsorpsi setelah administrasi oral. Dalam dua

kali 500 mg dosis oral yang diteliti, menunjukkan luas daerah absorpsi sebesar

30,5 mcg/hr/mL ( 17% CV ).

Berdasarkan 1 gr dosis oral single, level puncak plasma mulai dari 10 sampai 20

mcg/mL3. Level puncak plasma dimulai dari 2 sampai 4 jam dam eliminasi waktu

paruh kira-kira 2 jam.

Efek makanan kecepatan dan luas daerah absorbsi dari asam mefenamat belum

diteliti. Ingesi dari antacid yang mengandung magnesium hidrokside bersamaan

dengan asam mefenamat, menunjukkan peningkatan yang signifikan dari

kecepatan dan luas daerah absorbsi asam mefenamat tersebut.

Distribusi

Asam mefenamat dinyatakan lebih dari 90% dikelilingi albumin. Volume

distribusi yang jelas ( Vzss/F ) diperkirakan mengikuti 500 mg dosis oral asam

mefenamat yaitu 1,06 L/kg. Berdasarkan sifat fisik dan kimianya, ponstan diduga

dieksresikan pada air susu ibu pada manusia.

29

Page 30: 73331474 Makalah Kasus 2 Kelompok 8 Bmsp5

Metabolisme

Asam mefenamat dimetabolisme oleh enzim sitokrom P450 CYP2C9 menjadi 3-

hydroxymethyl mefenamic acid ( metabolite I ). Mengalami proses oksidasi lebih

lanjut mejjadi 3- carboxymefenamic acid ( metabolite II ). Level puncak plasma

kira-kira 20 mcg/mL setelah 3 jam untuk hydroxy metabolite dan level puncak

plasma untuk carboxy metabolite adalah 8 mcg/mL setelah 6 sampai 8 jam.

Eksresi

Kira-kira 52 % dari dosis asam mefenamat dieksresikan melalui urine terutama

sebagai glucuronida asam mefenamat ( 6% ), 3-hydroxymefenamic acid ( 25% ),

dan 3- carboxymefenamic acid ( 21% ). Pengeluaran melalui feses sejumlah 20%

dari dosis, sebagian besar dalam bentuk 3-carboxymefenamic acid yang belum

dikonjugasi. Waktu paruh dari asam mefenamat kira-kira 2 jam.

c. Efek Samping

Asam mefenamat diketahui menyebabkan gangguan pada perut, antara lain

iritasi lambung, kolik usus dan mual. Oleh karena itu disarankan untuk

dikonsumsi bersamaan dengan makanan atau susu. Dapat menyebabkan

mengantuk. Disarankan untuk menghidari menyetir atau mengkonsumsi alkohol

selaam mengkonsumsi obat ini.

Efek lain yang diketahui dari asam mefenamat adalah sakit kepala, pusing,

vertigo, dispepsia, menimbulkan kegelisahan, dan muntah. Efek lain yang lebih

serius seperti diare, muntah berdarah, penglihatan kabur, ruam kulit, gatal-gatal

30

Page 31: 73331474 Makalah Kasus 2 Kelompok 8 Bmsp5

dan pembengkakan, sakit tenggorokkan dan demam. Disarankan untuk

berkonsultasi dengan dokter secepatnya bila timbul gejala-gejala seperti di atas

selama mengkonsumsi obat tersebut.

Obat anti inflamasi non steroid memperburuk hipertensi. Orang dengan

hipertensi, disfungsi bilik kiri jantung, dan gangguan pada hati disarankan untuk

menghidari obat-obat AINS. Pada penggunaan terus menerus dengan dosis 2000

mg atau lebih dari sehari dapat mengakibatkan agranulositosis dan anemia

hemolitik.

d.Indikasi

Dapat menghilangkan nyeri akut dan kronik, ringan sampai sedang

sehubungan dengan sakit kepala, sakit gigi, dismenore primer, termasuk nyeri

karena trauma, nyeri sendi, nyeri otot, nyeri sehabis operasi, nyeri pada

persalinan.

e.Kontraindikasi

Pada penderita tukak lambung, radang usus, gangguan ginjal, asma,

urtikaria dan hipersensitif terhadap asam mefenamat. Pemakaian secara hati-hati

pada penderita penyakit ginjal atau hati dan peradangan saluran cerna.

f. Dosis

Digunakan melalui mulut (per oral), sebaiknya sewaktu makan. Untuk

dewasa dan anak di atas 14 tahun dosis awal yang dianjurkan 500 mg kemudian

dilanjutkan 250 mg tiap 6 jam. Untuk mengobati dismenore atau sakit saat

31

Page 32: 73331474 Makalah Kasus 2 Kelompok 8 Bmsp5

menstruasi dosisnya sebanyak 500 mg 3 kali sehari, diberikan pada saat mulai

menstruasi ataupun sakit dan dilanjutkan selama 2-3 hari. Untuk mengobati

menoragia yaitu 500 mg 3 kali sehari, diberikan pada saat mulai menstruasi dan

dilanjutkan selama 5 hari atau sampai perdarahan berhenti.

g.Interaksi Obat

Asam mefenamat berinteraksi dengan obat-obat anti koagulan oral seperti

warfarizn, asetosal (aspirin), diuretik, methotrexate dan insulin.

32

Page 33: 73331474 Makalah Kasus 2 Kelompok 8 Bmsp5

BAB III

ANTIBIOTIK

(KLINDAMISIN)

Klindamisin adalah salah satu antibiotik golongan Linkosamid, selain

linkomisin. Obat ini pertama kali dipublikasikan pada tahun 1966. Sekarang

klindamisin menjadi salah satu drug of choice paling sering karena memiliki

efikasi lebih tinggi dan farmakokinetiknya yang sangat baik

3.1 Mekanisme aksi dan spektrum antibacterial

Reseptor pada linkosamid identic dengan yang terdapat pada antibiotik

makrolid, kloramfenikol, dan obstreptogramin, yaitu subunit 23s ribosom bakteri

50s. Klindamisin memiliki aktivitas yang signifikan untuk melawan bakteri gram

positif dan gram negatif anaerob juga fakultatif aerob.

3.2 Farmakokinetik

Klindamisin diserap baik melalui oral dengan biovaibilitas sebesar 90%

dengan tidak ada keterkaitan dengan konsumsi makanan sebelum atau

sesudahnya. Waktu untuk mencapai level serum puncak di oral, dengan rata-rata

2,5ϻg/ml selama 45-60 menit. Waktu paruh dari obat ini sekitar 2.4-3,0 jam. Obat

ini berpenetrasi dengan baik ke dalam tuan, namun tidak pada cairan

33

Page 34: 73331474 Makalah Kasus 2 Kelompok 8 Bmsp5

serebrospinal. Metabolisme dilakukan hingga mencapai angka 90% di dalam hati.

Sedangkan untuk ekskresinya dilakukan lewat urin sebesar 10% dan faeces 3,6%

3.3 Indikasi

Pada penyakit sistemik, klindamisin digunakan untuk pengobatan infeksi

saluran pernapasan ( empyema, abses paru, pneumonia) yang disebabkan oleh

staphylococcus, streptococcus, dan pneumococcus. Infeksi kulit dan jaringan

lunak yang serius, septicemia, infeksi intraabdominal, penyakit inflamasi pelvis,

infeksi genital wanita. Obat ini dapat dijadikan drug of choice bagi Bacteroides

fragilis. Pada penggunannya yang dikombinasikan dengan aminoglycoside dapat

digunakan pada infeksi bakteri campuran aerob dan anaerob. Indikasi lainnya

untuk Staphylococcus induced acute hematogenous osteomyelitis, bacterial

endocarditis prophylaxis. Obat tambahan pada pembedahan untuk infeksi kronis

tulang atau sendi.

Dalam penggunaannya secara topical, biasanya digunakan untuk

inflammatory acne vulgaris dan bacterial vaginosis.

3.4 Kontraindikasi

Hypersensitivitas terhadap klindamisin atau lincomycin. Penggunaan pada

penyembuhan infeksi bakteri minor dan infeksi viral atau pada pasien dengan

riwayat penyakit enteritis, ulcerative colitis, atau antibiotic-associated colitis.

34

Page 35: 73331474 Makalah Kasus 2 Kelompok 8 Bmsp5

3.5 Dosis

Klindamisin tersedia dalam kapsul 150 dan 300 mg. selain itu terdapat

suspense oral dengan konsentrasi 75 mg/5mL.

Dosis oral untuk dewasa adalah 150- 500 mg tiap 6 jam. Untuk infeksi

berat dapat diberikan 450 mg tiap 6 jam. Dosis oral untuk anak adalah 8-16

mg/kgBB sehari yang dibagi dalam beberapa dosis. Untuk infeksi berat dapat

diberikan sampai 20 mg/kgBB sehari.

Untuk pemberian secara IM atau IV digunakan larutan klindamisin fosfat

150 mg/mL dalam ampul berisi 2 dan 4 mL. dosis untuk infeksi berat oleh B.

fragilis, Peptococcus, atau Clostridium(kecuali C. perfringens) digunakan dosis

1,2-2,7 g sehari yang dibagi dalam beberapa kali pemberian. Dosis lebih dari 600

mg sebaiknya tidak disuntikkan pada satu tempat. Klindamisin tidak boleh

diberikan secara bolus IV, tapi harus diencerkan sampai kadar kurang dari 18

mg/mL dan diinfuskan dengan kecepatan maksimal 30 mg/menit.

Untuk anak-anak atau bayi berumur lebih dari 1 bulan, diberikan 15-25

mg/kgBB sehari. Untuk infeksi berat 25-40 mg/kgBB sehari yang dibagi dalam

beberapa dosis pemberian.

3.6 Efek Samping

Kasus diare dilaporkan terjadi pada 2-20% pasien yang mendapat terapi

klindamisin. Sekitar 0,001%-10% pasien dilaporkan menderita colitis

35

Page 36: 73331474 Makalah Kasus 2 Kelompok 8 Bmsp5

pseudomembranous yang ditandai oleh demam, nyeri abdomen, diare dengan

darah dan lender pada tinja. Pada pemeriksaan proktoskopik terlihat adanya

membrane putih kuning pada mukosa colon. Kelainan yang dapat bersifat fatal ini

disebabkan oleh toksin yang diekskresikan oleh C. difficile, suatu kuman yang

tidak termasuk flora normal usus besar. Penyakit ini sekarang disebut antibiotic-

associated pseudomembranous colitis karena dapat terjadi pada pemberian

kebanyakan antibiotika, tetapi paling sering pada klindamisin. Timbulnya

penyakit tersebut tidak tergantung dari besarnya dosis dan dapat terjadi pada

pemberian oral maupun parenteral. Gejala dapat muncul selama terapi atau

beberapa minggu setelah terapi dihentikan. Bila selama terapi timbul diare atau

colitis, maka pengobatan harus dihentikan. Obat terpilih untuk keadaan ini adalah

vancomycin yang diberikan 4 kali 125 mg sehari peroral selama 7-10 hari atau

metronidazole oral 3 kali 500 mg/hari atau IV. Indikasi penggunaan klindamisin

harus dipertimbangkan sebelum obat ini diberikan.

3.7 Interaksi Obat

Klindamisin dapat memberikan reaksi dan efek saat berinteraksi dengan

obat-obat berikut:

Antiperistaltic antidiarrheals (opiates,Lomotil), menyebabkan peningkatan

terjadinya diare dikarenakan adanya penurunan proses penghilangan toksin

dari colon.

Ciprofloxacin HCl menyebabkan terjadinya Additive antibacterial activity

36

Page 37: 73331474 Makalah Kasus 2 Kelompok 8 Bmsp5

Erythromycin menyebabkan Cross-interference sehingga terjadi penurunan

efek dari klindamisin maupun erythromycin

Inhaled hydrocarbon anesthetics menyebabkan Effect of inhaled

hydrocarbon anesthetics

Kaolin (e.g., Kaopectate)menyebabkan penurunan efek obat itu sendiri

dikarenakan terjadi penguranagan obsorpsi dari saluran pencernaan

Neuromuscular blocking agents menyebabkan peningkatan Effect of

blocking agents

3.8 Penggunaan di Kedokteran Gigi

Antibiotik yang paling sering digunakan di kedokteran gigi diantaranya

Penicillin, Erythromycin, Klindamisin, Tetracyclin, atau turunannya yang lain.

Antibiotic-antibiotik tersebut dapat membantu memerangi infeksi bakteri yang

berhubungan dengan infeksi gigi, akan tetapi jarang digunakan sebagai terapi

primer yang terpisah sendiri. Pada kebanyakn infeksi gigi yang disembuhkan

dengan jalan pembedahan, antibiotic kadang-kadang digunakan. Ketika

dibutuhkan terapi antibiotic, biasanya diberikan jenis penicillin. Akan tetapi bagi

pasien dengan alergi pada penicillin atau memiliki infeksi gigi yang lebih serius

dan persisten, dapat digunakan Klindamisin.

Klindamisin sangat efektif ketika digunakan untuk penyembuhan infeksi

gigi. Alasannya, karena Klindamisin hamper dapat terabsorpsi secara penuh

(90%), dan berpenetrasi dalam pada jaringan lunak tubuh, begitu juga pada tulang

37

Page 38: 73331474 Makalah Kasus 2 Kelompok 8 Bmsp5

yang menjadi tempat paling sering terjadi infeksi. Klindamisin digunakan pada

pasien dengan infeksi gigi yang persisten, termasuk abses dental disertai

pembengkakkan, root canal dengan sensitivitas yang berkepanjangan dan yang

mengalami re-infection. Klindamisin juga dapat berguna untuk pasien yang alergi

atau tidak menghasilkan respon terhadap penicillin.

38

Page 39: 73331474 Makalah Kasus 2 Kelompok 8 Bmsp5

BAB IV

TKF dan DISINFEKTAN

4.1TKF (Tri Kresol Formalin)

a.Definisi

TKF atau Trikresol Formalin adalah disinfektan atau antiseptic yang

digunakan pada saluran akar sebelum dilakukan pengisian saluran akar, tujuannya

adalah mensterilkan dari bakteri anaerob.

b.Klasifikasi

1. Minyak essensial :

eugenol

2. Komponen phenol :

a. Chlorophenol kamper mentol (Chkm)

b. Comphorated para chlorophenol (CmCp)

c. Formocresol

d. TKF (Trikresol Formalin)

e. Glutaraldehyde

f. Cresatin

g. Cresophene

3. Calcium Hydroxide

39

Page 40: 73331474 Makalah Kasus 2 Kelompok 8 Bmsp5

desinfekan harus memenuhi syarat :

c.Mekanisme Kerja

Adalah campuran ortho, metha, dan para-cresol dengan formalin. Bersifat

merangsang jaringan periapikal dan menyebabkan jaringan menjadi nekrosis.

d.Indikasi dan Kontra Indikasi

1. Indikasi

a. Bahan fiksasi

b. Antimikroba saluran akar

e.Efek Samping

1. Sangat toksik pada jaringan periapikal

2. Bersifat mutagenik dan karsinogenik

3. Jika pengaplikasian berlebih dapat menyebabkan periodontitis

f.Dosis

Cotton pellet dibasahi secukupnya menggunakan TKF, jangan berlebihan

karena dapat menyebabkan periodontitis. Selanjutnya cotton pellet diletakkan

pada kamar pulpa, dan dilakukan penambalan sementara.

40

Page 41: 73331474 Makalah Kasus 2 Kelompok 8 Bmsp5

4.2ChKM (Chlorphenol kamfer menthol)

Terdiri dari 2 bagian para-klorophenol dan 3 bagian kamfer. Daya

disinfektan dan sifat mengiritasi lebih kecil daripada formocresol. Mempunyai

spektrum antibakteri luas dan efektif terhadap jamur.

Bahan utamanya;

para-klorophenol. Mampu memusnahkan berbagai mikroorganisme dalam

saluran akar.

Kamfer sebagai sarana pengencer serta mengurangi efek mengiritasi dari

para-klorophenol murni.  Selain itu juga memperpanjang efek antimicrobial

Menthol mengurangi sifat iritasi chlorphenol dan mengurasi rasa sakit

4.3 Disinfektan

a.Pengertian Desinfektan

Desinfektan adalah bahan kimia yang digunakan untuk mencegah

terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti bakteri dan virus, juga

untuk membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme atau kuman penyakit

lainnya. Disinfektan digunakan untuk membunuh mikroorganisme pada benda

mati.

Desinfeksi adalah membunuh mikroorganisme penyebab penyakit dengan

bahan kimia atau secara fisik, hal ini dapat mengurangi kemungkinan terjadi

infeksi dengan jalam membunuh mikroorganisme patogen. Desinfeksi dilakukan

apabila sterilisasi sudah tidak mungkin dikerjakan, meliputi : penghancuran dan

41

Page 42: 73331474 Makalah Kasus 2 Kelompok 8 Bmsp5

pemusnahan mikroorganisme patogen yang ada tanpa tindakan khusus untuk

mencegah kembalinya mikroorganisme tersebut.

10 kriteria suatu desinfektan dikatakan ideal, yaitu :

1.Bekerja dengan cepat untuk menginaktivasi mikroorganisme pada suhu kamar

2.Aktivitasnya tidak dipengaruhi oleh bahan organik, pH, temperatur dan

kelembaban

3.Tidak toksik pada hewan dan manusia

4.Tidak bersifat korosif

5.Tidak berwarna dan meninggalkan noda

6.Tidak berbau/ baunya disenangi

7.Bersifat biodegradable/ mudah diurai

8.Larutan stabil

9.Mudah digunakan dan ekonomis

10.Aktivitas berspektrum luas

b.Variabel dalam desinfektan

1.Konsentrasi (Kadar)

42

Page 43: 73331474 Makalah Kasus 2 Kelompok 8 Bmsp5

Konsentrasi yang digunakan akan bergantung kepada bahan yang akan

didesinfeksi dan pada organisme yang akan dihancurkan.

2.Waktu

Waktu yang diperlukan mungkin dipengaruhi oleh banyak variable.

3.Suhu

Peningkatan suhu mempercepat laju reaksi kimia.

4.Keadaan Medium Sekeliling

pH medium dan adanya benda asing mungkin sangat mempengaruhi proses

disinfeksi.

c.Antiseptik

Antiseptik adalah zat yang dapat menghambat atau menghancurkan

mikroorganisme pada jaringan hidup, sedang desinfeksi digunakan pada benda

mati. Desinfektan dapat pula digunakan sebagai antiseptik atau sebaliknya

tergantung dari toksisitasnya.

Antiseptik adalah substansi kimia yang dipakai pada kulit atau selaput

lendir untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme dengan menghalangi atau

merusakkannya. Sedangkan desinfektan, pada dasarnya sama, namun istilah ini

disediakan untuk digunakan pada benda-benda mati. Beberapa antiseptik

merupakan germisida, yaitu mampu membunuh mikroba, dan ada pula yang

43

Page 44: 73331474 Makalah Kasus 2 Kelompok 8 Bmsp5

hanya mencegah atau menunda pertumbuhan mikroba tersebut. Antibakterial

adalah antiseptik hanya dapat dipakai melawan bakteri.

d.Macam-Macam Desinfektan Dan Antiseptik

1.Garam Logam Berat

Garam dari beberapa logam berat seperti air raksa dan perak dalam jumlah yang

kecil saja dapat membunuh bakteri, yang disebut oligodinamik. Hal ini mudah

sekali ditunjukkan dengan suatu eksperimen. Namun garam dari logam berat itu

mudah merusak kulit, makan alat-alat yang terbuat dari logam dan lagipula mahal

harganya. Meskipun demikian, orang masih biasa menggunakan merkuroklorida

(sublimat) sebagai desinfektan. Hanya untuk tubuh manusia lazimnya kita pakai

merkurokrom, metafen atau mertiolat.

2.Zat Perwarna

Zat perwarna tertentu untuk pewarnaan bakteri mempunyai daya bakteriostatis.

Daya kerja ini biasanya selektif terhadap bakteri gram positif, walaupun beberapa

khamir dan jamur telah dihambat atau dimatikan, bergantung pada konsentrasi zat

pewarna tersebut. Diperkirakan zat pewarna itu berkombinasi dengan protein atau

mengganggu mekanisme reproduksi sel. Selain violet Kristal (bentuk kasar, violet

gentian), zat pewarna lain yang digunakan sebagai bakteriostatis adalah hijau

malakhit dan hijau cemerlang.

3.Klor dan senyawa klor

44

Page 45: 73331474 Makalah Kasus 2 Kelompok 8 Bmsp5

Klor banyak digunakan untuk sterilisasi air minum. persenyawaan klor dengan

kapur atau dengan natrium merupakan desinfektan yang banyak dipakai untuk

mencuci alat-alat makan dan minum.

4.Fenol dan senyawa-senyawa lain yang sejenis

Larutan fenol 2 – 4% berguna sebagai desinfektan. Kresol atau kreolin lebih baik

khasiatnya daripada fenol. Lisol ialah desinfektan yang berupa campuran sabun

dengan kresol; lisol lebih banyak digunakan daripada desinfektan-desinfektan

yang lain. Karbol ialah nama lain untuk fenol. Seringkali orang mencampurkan

bau-bauan yang sedap, sehingga desinfektan menjadi menarik.

gentian), zat pewarna lain yang digunakan sebagai bakteriostatis adalah hijau

malakhit dan hijau cemerlang.

3.Klor dan senyawa klor

Klor banyak digunakan untuk sterilisasi air minum. persenyawaan klor dengan

kapur atau dengan natrium merupakan desinfektan yang banyak dipakai untuk

mencuci alat-alat makan dan minum.

4.Fenol dan senyawa-senyawa lain yang sejenis

Larutan fenol 2 – 4% berguna sebagai desinfektan. Kresol atau kreolin lebih baik

khasiatnya daripada fenol. Lisol ialah desinfektan yang berupa campuran sabun

dengan kresol; lisol lebih banyak digunakan daripada desinfektan-desinfektan

45

Page 46: 73331474 Makalah Kasus 2 Kelompok 8 Bmsp5

yang lain. Karbol ialah nama lain untuk fenol. Seringkali orang mencampurkan

bau-bauan yang sedap, sehingga desinfektan menjadi menarik.

5.Kresol

Destilasi destruktif batu bara berakibat produksi bukan saja fenol tetapi juga

beberapa senyawa yang dikenal sebagai kresol. Kresol efektif sebagai bakterisida,

dan kerjanya tidak banyak dirusak oleh adanya bahan organic. Namun, agen ini

menimbulkan iritasi (gangguan) pada jaringan hidup dan oleh karena itu

digunakan terutama sebagai disinfektan untuk benda mati. Satu persen lisol

(kresol dicampur dengan sabun) telah digunakan pada kulit, tetapi konsentrasi

yang lebih tinggi tidak dapat ditolerir.

6.Alkohol

Sementara etil alcohol mungkin yang paling biasa digunakan, isoprofil dan benzyl

alcohol juga antiseptic. Benzyl alcohol biasa digunakan terutama karena efek

preservatifnya (sebagai pengawet).

7.Formaldehida

Formaldehida adalah disinfektan yang baik apabila digunakan sebagai gas. Agen

ini sangat efektif di daerah tertutup sebagai bakterisida dan fungisida. Dalam

larutan cair sekitar 37%, formaldehida dikenal sebgai formalin.

8.Etilen Oksida

46

Page 47: 73331474 Makalah Kasus 2 Kelompok 8 Bmsp5

Jika digunakan sebagi gas atau cairan, etilen oksida merupakan agen pembunuh

bakteri, spora, jamur dan virus yang sangat efektif. Sifat penting yang membuat

senyawa ini menjadi germisida yang berharga adalah kemampuannya untuk

menembus ke dalam dan melalui pada dasarnya substansi yang manapun yang

tidak tertutup rapat-rapat. Misalnya agen ini telah digunakan secara komersial

untuk mensterilkan tong-tong rempah- rempah tanpa membuka tong tersebut.

Agen ini hanya ditempatkan dalam aparatup seperti drum dan, setelah sebagian

besar udaranya dikeluarkan dengan pompa vakum, dimasukkanlah etilen oksida.

9.Hidogen Peroksida

Agen ini mempunyai sifat antseptiknya yang sedang, karena kemampuannya

mengoksidasi. Agen ini sangat tidak stabil tetapi sering digunakan dalam

pembersihan luka, terutama luka yang dalam yang di dalamnya kemungkinan

dimasuki organisme aerob.

10.Betapropiolakton

Substansi ini mempunyai banyak sifat yang sama dengan etilen oksida. Agen ini

mematikan spora dalam konsentrasi yang tidak jauh lebih besar daripada yang

diperlukan untuk mematikan bakteri vegetatif. Efeknya cepat, ini diperlukan,

karena betapropiolakton dalam larutan cair mengalami hidrolisis cukup cepat

untuk menghasilkan asam akrilat, sehingga setelah beberapa jam tidak terdapat

betapropiolakton yang tersisa.

11.Senyawa Amonium Kuaterner

47

Page 48: 73331474 Makalah Kasus 2 Kelompok 8 Bmsp5

Kelompok ini terdiri atas sejumlah besar senyawa yang empat subtituennya

mengandung karbon, terikat secara kovalen pada atom nitrogen. Senyawa –

senyawa ini bakteriostatis atau bakteriosida, tergantung pada konsentrasi yang

digunakan; pada umumnya, senyawa-senyawa ini jauh lebih efektif terhadap

organisme gram-positif daripada organisme gram-negatif.

12.Sabun dan Detergen

Sabun bertindak terutama sebagai agen akti-permukaan;yaitu menurunkan

tegangan permukaan. Efek mekanik ini penting karena bakteri, bersama minyak

dan partikel lain, menjadi terjaring dalam sabun dan dibuang melalui proses

pencucian.

13.Sulfonamida

Sejak 1937 banyak digunakan persenyawaan-persenyawaan yang mengandung

belerang sebagai penghambat pertumbuhan bakteri dan lagipula tidak merusak

jaringan manusia. Terutama bangsa kokus seperti Sterptococcus yang

mengganggu tenggorokan, Pneumococcus, Gonococcus, dan Meningococcus

sangat peka terhadap sulfonamide.

14.Antibiotik

Antibiotik ialah zat-zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme, dan zat-zat itu

dalam jumlah yang sedikit pun mempunyai daya penghambat kegiatan

mikroorganisme yang lain.

48

Page 49: 73331474 Makalah Kasus 2 Kelompok 8 Bmsp5

BAB V

KLORHEKSIDIN

5.1Jenis obat

Golongan bis-biguanid (bagian dari agen antiseptik, desinfektan, antiplak,

dan antigingivitis)

Bagan :

5.2Indikasi

Tabel :

49

agen antiseptik, antiplak, antigingivitis, dan desinfektan

antibiotik

halogen

oxygenating agents

ammonium

fenol

sanguinarin

bis - biguanid

aldehida

logam berat

Page 50: 73331474 Makalah Kasus 2 Kelompok 8 Bmsp5

Syarat obat sterilisasi saluran akar meliputi: harus efektif dalam

membunuh mikroorganisme dalam saluran akar, tidak mengiritasi saluran akar,

tidak toksik, anodyne (obat pereda sakit), tidak menodai struktur gigi, tidak

mengganggu jaringan perapikal, tidak menginduksi, stabil dalam larutani, harus

mempunyai tegangan permukaan yang rendah, efek mikrobialnya lama dan dapat

menyerang mikroorganisme dengan baik.

Fungsi obat sterilisasi saluran akar: membantu mengeluarkan

mikroorganisme, mengurangi rasa sakit, menghilangkan eksudat apikal,

mempercepat penyembuhan dan pembentukan jaringan keras, Mengontrol

50

IndikasiJangka pendek

Pasca periodontal surgery

Pasca oral surgery

Presurgical use

Terapi :Ulserasi apthous

Denture stomatitis

ANUG

Jangka menengahRepeated denture stomatitis

High caries activity

Dental implants

Jangka panjangMedically compromised patient

Cacat fisik

Cacat mental

Page 51: 73331474 Makalah Kasus 2 Kelompok 8 Bmsp5

rearbsorpsi peradangan akar. Mikroganisme saluran akar meliputi batang gram

positif tidak bergerak, batang gram neatif tidak bergerak, batang gram negatif

bergerak, coccus gram positif tidak bergerak, coccus gram negatif tidak bergerak.

Jenis obat setrilisasi saluran akar adalah: antibiotik, antiseptik, dan disinfektan

Desinfektan

Zat yang dapat menghambat atau menghancurkan mikroorganisme pada

benda mati. Desinfektan dapat pula digunakan sebagai antiseptik atau sebaliknya

tergantung dari toksisitasnya. Macam-macam desinfektan yang digunakan dalam

bidang kedokteran gigi :

a.Alkohol

Etil alkohol atau propil alkohol pada air digunakan untuk mendesinfeksi

kulit. Alkohol yang dicampur dengan aldehid digunakan dalam bidang kedokteran

gigi unguk mendesinfeksi permukaan, namun ADA tidak menganjurkkan

pemakaian alkohol untuk mendesinfeksi permukaan oleh karena cepat menguap

tanpa meninggalkan efek sisa. (Hermanto, 2005)

b.Aldehid

Glutaraldehid merupakan salah satu desinfektan yang populer pada

kedokteran gigi, baik tunggal maupun dalam bentuk kombinasi. Aldehid

merupakan desinfektan yang kuat.Glutaraldehid 2% dapat dipakai untuk

mendesinfeksi alat-alat yang tidak dapat disterilkan, diulas dengan kasa steril

kemudian diulas kembali dengan kasa steril yang dibasahi dengan akuades, karena

glutaraldehid yang tersisa pada instrumen dapat mengiritasi kulit/mukosa,

51

Page 52: 73331474 Makalah Kasus 2 Kelompok 8 Bmsp5

operator harus memakai masker, kacamata pelindung dan sarung tangan heavy

duty. Larutan glutaraldehid 2% efektif terhadap bakteri vegetatif seperti M.

tuberculosis, fungi, dan virus akan mati dalam waktu 10-20 menit, sedang spora

baru alan mati setelah 10 jam. (Hermanto, 2005)

c.Biguanid

Klorheksidin merupakan contoh dari biguanid yang digunakan secara luas

dalam bidang kedokteran gigi sebagai antiseptik dan kontrok plak, misalnya 0,4%

larutan pada detergen digunakan pada surgical scrub (Hibiscrub), 0,2%

klorheksidin glukonat pada larutan air digunakan sebagai bahan antiplak

(Corsodyl) dan pada konsentrasi lebih tinggi 2% digunakan sebagai desinfeksi

geligi tiruan. Zat ini sangat aktif terhadap bakteri Gram(+) maupun Gram(-).

Efektivitasnya pada rongga mulut terutama disebabkan oleh absorpsinya pada

hidroksiapatit dan salivary mucus. (Hermanto, 2005)

d. Halogen

Hipoklorit dan povidon-iodin adalah zat oksidasi dan melepaskan ion

halide. Walaupun murah dan efektif, zat ini dapat menyebabkan karat pada logam

dan cepat diinaktifkan oleh bahan organik (misalnya Chloros, Domestos, dan

Betadine). (Hermanto, 2005)

e.Fenol

Larutan jernih, tidak mengiritasi kulit dan dapat digunakan untuk

membersihkan alat yang terkontaminasi oleh karena tidak dapat dirusak oleh zat

organik. Zat ini bersifat virusidal dan sporosidal yang lemah. Namun karena

52

Page 53: 73331474 Makalah Kasus 2 Kelompok 8 Bmsp5

sebagian besar bakteri dapat dibunuh oleh zat ini, banyak digunakan di rumah

sakit dan laboratorium. (Hermanto, 2005)

f.Klorsilenol

Klorsilenol merupakan larutan yang tidak mengiritasi dan banyak

digunakan sebagai antiseptik, aktifitasnya rendah terhadap banyak bakteri

danpenggunaannya terbatas sebagai desinfektan (misalnya Dettol). (Hermanto,

2005)

5.3Kontra indikasi

Dalam pemakaian klorheksidin perlu diketahui bahwa sebaiknya

klorheksidin tidak digunakan bersamaan dengan nistatin karena klorheksidin

dapat menghambat kapasitas antifungal.

5.4Efek samping

Dapat menyebabkan diskolorisasi pada gigi

5.5Kegunaan dalam Kedokteran Gigi

Klorheksidin merupakan contoh dari biguanid yang digunakan secara luas

dalam bidang kedokteran gigi sebagai antiseptik dan kontrok plak, misalnya 0,4%

larutan pada detergen digunakan pada surgical scrub (Hibiscrub), 0,2%

klorheksidin glukonat pada larutan air digunakan sebagai bahan antiplak

(Corsodyl) dan pada konsentrasi lebih tinggi 2% digunakan sebagai desinfeksi

geligi tiruan. Zat ini sangat aktif terhadap bakteri Gram(+) maupun Gram(-).

53

Page 54: 73331474 Makalah Kasus 2 Kelompok 8 Bmsp5

Efektivitasnya pada rongga mulut terutama disebabkan oleh absorpsinya pada

hidroksiapatit dan salivary mucus. (Hermanto, 2005).

54

Page 55: 73331474 Makalah Kasus 2 Kelompok 8 Bmsp5

BAB VI

SEMEN SEALER SALURAN AKAR

Semen sealer saluran akar ideal harus memberikan :

1. Penutupan yang sangat baik bila mengeras

2. Menghasilkan cukup adhesi di antara dinding-dinding saluran dan bahan

pengisi

3. Radioopak

4. Tidak menodai

5. Secara dimensional stabil

6. Mudah dicampur dan dimasukkan ke dalam saluran

7. Mudah dikeluarkan jika perlu

8. Tidak dapat dilarutkan dalam cairan jaringan

9. Bakterisidal atau menghalangi pertumbuhan bakteri

10. Tidak mengiritasi jaringan periapikal

11. Lambat mengeras sehingga waktu kerja cukup lama

6.1Jenis-jenis Semen Sealer Saluran Akar

a.Semen Seng-Oksida-Resin

Sebagian besar semen untuk penggunaan umum mengandung resin seng-

oksida sebagai unsur dasar serbuk. Termasuk dalam kelompok ini adalah semen

55

Page 56: 73331474 Makalah Kasus 2 Kelompok 8 Bmsp5

Grossman, Siler Saluran Akar Kerr, Tubli-Seal Kerr, Kloroperka N-O, N2

Normal, Semen Wachs, dan Endomethasone.

Cairannya biasanya terdiri dari eugenol atau dalam kombinasi dengan

cairan lain seperti balsan Canada, eukaliptol, beechwood creosote, atau minyak

amandel manis dalam berbagai jumlah, Kloroperka NO dan kloperka dicampur

dengan kloroform.

b.Semen Kalsium-Hidroksida

Beberapa semen seng-oksida-eugenol telah dimodifikasi dengan

memasukkan kalsium hidroksida. Sealapex, suatu produk Kerr Manufacturing

Company, merupakan siler saluran kar polimerik kasium-hidroksida, noneugenol.

Semen tipe seng-oksida lain yang mengandung kalsium hidroksida adalah

CRCS. CRCS yang mengeras mengandung 14% berat kalsium-hidroksida.

Laporan in vivo tambahan diperlukan untuk menentukan apakah siler tipe

kalsium-hidroksida lebih unggul daripada semen seng-oksida-eugenol.

c.Semen Paraformaldehida

Meskipun bahan dasar semen paraformaldehida adalah seng oksida,

biasanya mengandung unsur lain, termasuk paraformaldehida. Biasanya N2

mengandung tetroksida timah dan kortikostreroid, sedangkan endomethasone

mengandung kortikosteroid. Timah adalah toksik terhadap organism manusia dan

hanya sedikit manfaatnya pada sifat semen. Paraformaldehida sanfat mengiritasi

56

Page 57: 73331474 Makalah Kasus 2 Kelompok 8 Bmsp5

dan merusak jaringan, Kortikosteroid diperkirakan mengurangi rasa sakit

pascaoperasi.

d.AH 26

AH 26 adalah resin epoksi yang mengandung suatu bahan pengeras yang

nontoksik. Radioapasitasnya disebabkan oleh bismuth oksida. Mempunyai sifat

adhesive yang kuat dan agak mengerut waktu mengeras. AH 26 lamabt mngeras

pada temperature badan dalam waktu 36 sampai 48 jam. AH 26 mempunyai

jumlah kebocoran yang paling sedikit, tetapi semuanya memberikan hasil

memuaskan dalam kondisi pengujian.

e.Diaket

Diaket adalag suatu resin polivinil yang diperkenalkan di Eropa oleh

Scheuhfele pada tahun 1952. Daiket terdiri dari puder halus, putih bersih, dan

suatu likuid kental berwarna madu. Dua tetes likuid dicampur dengan satu sendok

puder. Merubah perbandingan puder dengan likuid mempengaruhi kekerasan

proses pengerasan akhir dan radioapasitas.

f.Pasta

Pasta yang dapat diresorpsi yang diharapkan agar dapat dibawa ke atas

melalui foramen apical untuk mempengaruhi penyembuhan atau perbaikan suatu

lesi periapikal, terdiri dari bahan dasar seng-oksida-eugenol dan berbagai agenesis

kimiawi seperti yodoform, timol yodida, fenol berkamfer, dan paraformaldehida.

57

Page 58: 73331474 Makalah Kasus 2 Kelompok 8 Bmsp5

Bahan-bahan tersebut digunakan pada waktu dokter gigi mengkolerasikan suatu

lesi periapikal dengan infeksi.

6.2Endomethasone

Merupakan suatu endodontic sealer yang terdari komponen bubuk zinc

oxide, kortikosteroid, dan cairan paraformaldehid. Kandungan bahan-bahan yang

terdapat dalam endometasone adalah :

Beberapa zat yang terkandung dalam endomethasone yaitu eugenol

merupakan suatu zat yang beracun dan dapat selalu diproduksi oleh material

tersebut dan efeknya sulit untuk dihambat. Sedangkan zat formaldehyde pada

bubuk endometasone juga mengandung racun dan dapat menyebabkan mutasi gen

(Mahmoud).

58

Bubuk : Liquid :

Zinc oxide

Bismuth subnitrate

Dexamethasone

Hydrocortisone acetate

Tetreiodothimol

Paraformaldehyde

Radiopaquer

Eugenol

Peppermint oil

Anise oil

Page 59: 73331474 Makalah Kasus 2 Kelompok 8 Bmsp5

Selain kandungan yang berbahaya pada bubuk dan liquid nya,

endometasone bersifat bakterisid dan baketeriostatik yang memberikan

keuntungan mencegah adanya infeksi setelah dilakukan perawatan endodontik.

Endometasone N merupakan endodontik sealer yang efektif digunakan pada

bakteri Gram-positif misalnya Streptococcus, sp., Peptostreptococcus anaerobius

dan dapat bersifat bakteriostatik pada beberapa bakteri yaitu : E. coli, S. aureus,

dan Candida albicans. Aktivitas anti-inflamasi dan antiseptic dari endometasone

N dapat bertahan hingga beberapa jam setelah diaplikasikan.

Indikasi penggunaannya adalah adanya pengisian saluran akar yang

permanen dan sealing. Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam penggunaan

endomethasone adalah kanal dapat dilakukan sealing apabila telah dilakukan

proses reaming, dibersihkan dan didisinfeksi. Selain itu terdapat resiko rasa sakit

pada pengaplikasian dibawah apeks dan adanya reaksi alergi pada kasus yang

berkontak langsung dengan gusi.

59

Page 60: 73331474 Makalah Kasus 2 Kelompok 8 Bmsp5

DAFTAR PUSTAKA

Katzung, Betram G. 1997. Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta:EGC.

Champe, Pamella C et all. 2000. Farmacology. Lippincott’s Williams And

Wilkins. USA.

Goodman & Gilman’s.2001. The Pharmacological Basis of Therapeutics, 10th ed.

http://faeda.wordpress.com/2008/01/02/disinfeksi-saluran-akar-dengan-berbagai-

macam-bahan-medikamen/

60